UREA FORMALDEHID
Oleh :
Kelompok : LTK - II - 08
FAKULTAS TEKNIK
CIMAHI
2021
BAB I
PENDAHULUAN
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Polimer
Polimer adalah makromolekul yang tersusun dari monomer yang merupakan
molekul sederhana. Polimer dibagi berdasarkan asal, jenis monomer, sifat, dan
susunan rantai.
A. Polimer berdasarkan asal
Alam
Polimer yang terdapat dialam dan berasal dari makhluk hidup.
Semi sintesis
Polimer yang diperoleh dari hasil modifikasi polimer alam dan bahan
kimia.
Sintesis
Polimer yang tidak terdapat di alam dan harus dibuat oleh manusia.
3
polimer yang baru. Polimer termoplastik memiliki sifat-sifat khusus
sebagai berikut:
1) Berat molekul kecil
2) Tidak tahan terhadap panas.
3) Jika dipanaskan akan melunak.
4) Jika didinginkan akan mengeras.
5) Mudah untuk diregangkan.
6) Fleksibel.
7) Titik leleh rendah.
8) Dapat dibentuk ulang (daur ulang).
9) Mudah larut dalam pelarut yang sesuai.
10) Memiliki struktur molekul linear/bercabang.
4
2) Polivinilklorida (PVC) : pipa air, pipa plastik, pipa kabel listrik, kulit
sintetis, ubin plastik, piringan hitam, bungkus makanan, sol sepatu,
sarung tangan dan botol detergen.
3) Polipropena (PP)= karung, tali, botol minuman, serat, bak air,
insulator, kursi plastik, alat-alat rumah sakit, komponen mesin cuci,
pembungkus tekstil, dan permadani.
4) Polistirena= Insulator, sol sepatu, penggaris, gantungan baju.
Polimer Termoseting
Polimer termoseting adalah polimer yang mempunyai sifat tahan
terhadap panas. Jika polimer ini dipanaskan, maka tidak dapat meleleh.
Sehingga tidak dapat dibentuk ulang kembali. Susunan polimer ini
bersifat permanen pada bentuk cetak pertama kali (pada saat
pembuatan). Bila polimer ini rusak/pecah, maka tidak dapat disambung
atau diperbaiki lagi. Polimer termoseting memiliki ikatan-ikatan silang
yang mudah dibentuk pada waktu dipanaskan. Hal ini membuat polimer
menjadi kaku dan keras. Semakin banyak ikatan silang pada polimer
ini, maka semakin kaku dan mudah patah. Bila polimer ini dipanaskan
untuk kedua kalinya, maka akan menyebabkan rusak atau lepasnya
ikatan silang antar rantai polimer. Sifat polimer termoseting sebagai
berikut.
1) Keras dan kaku (tidak fleksibel)
2) Jika dipanaskan akan mengeras.
3) Tidak dapat dibentuk ulang (sukar didaur ulang).
4) Tidak dapat larut dalam pelarut apapun.
5) Jika dipanaskan akan meleleh.
6) Tahan terhadap asam basa.
7) Mempunyai ikatan silang antarrantai molekul.
5
Gambar 2.3 Struktur ikatan silang polimer termoseting
2.2 Formaldehid
Senyawa kimia formaldehid merupakan aldehida dengan rumus kimi CH 2O
yang bentuknya gas ataupun cair. formaldehida bisa dihasilkan dari pembakaran
bahan yang mengandung karbon dan terkandung dalam asap pada kebakaran
hutan, knalpot mobil, dan asap tembakau. Meskipun dalam udara bebas
formaldehida berada dalam wujud gas, tetapi bisa larut dalam air. Dalam air,
formaldehida mengalami polimerisasi dan sedikit sekali yang ada dalam bentuk
monomer CH2O. Umumnya, larutan ini mengandung beberapa
persen metanol untuk membatasi polimerisasinya. Formalin adalah larutan
6
formaldehida dalam air, dengan kadar antara 10%-40%. Meskipun formaldehida
menampilkan sifat kimiawi seperti pada umumnya aldehida, senyawa ini lebih
reaktif daripada aldehida lainnya. Dalam katalis basa, formaldehid bisa
mengalami reaksi cannizzaro (reaksi disproporsionasi formaldehid menjadi
alcohol dan asam karboksilat) yang menghasilkan asam format dan metanol.
Sifat-sifat fisika formaldehid:
1. Pada kondisi ruangan, formalin murni berada pada fase gas.
2. Mudah terbakar, bau merangsang, dapat merusak lendir.
3. Dapat larut dalam air.
4. Dapat membunuh kuman.
5. Titik beku: -118 oC.
6. Titik didih: -19.2 oC
2.3 Urea
Urea merupakan butiran putih yang mengandung Nitrogen (46%), digunakan
sebagai pupuk dan mudah larut dalam air dan tidak mempunyai residu garam
sesudah dipakai untuk tanaman. Urea merupakan amida yang bersifat basa karena
karbonil tunggalnya tidak cukup untuk mengkompensasi dua gugus amino. Urea
adalah senyawa kovalen yang memiliki tiga atom iner (dalam). Berat molekulnya
60,06 gram/mol. Urea dengan formaldehid akan bereaksi membentuk kopolimer
yang disebut urea formaldehid.
7
Gambar 2.4 Struktur Urea dan Metanal
Sifat-sifat fisik urea:
1. Pada suhu kamar tidak berbau dan tidak berwarna.
2. Titik lebur 132.7 oC.
3. Indeks bias : 1,484.
4. Berat molekul : 60,06 gram/mol.
8
NH3 yang digunakan sebagai katalis yaitu NH3 yang sudah larut dalam air
(NH4OH). Pada fasa gas NH3 bersifat asam, namun pada fasa cair dengan
kadar 17% sifat NH4OH adalah basa. Sehingga dengan sifat basanya akan
mengatur pH reaksi metilolisasi yang berkisar 10 > x > 8 berjalan baik.
B. Temperature
Temperatur reaksi tidak boleh melebihi titik lebur urea karena dimetilol
urea yang terjadi akan kehilangan air dan formaldehid. Kenaikan temperatur
akan mempercepat laju reaks. ,Semakin tinggi temperature maka laju reaksi
akan cepat, hal ini berdasarkan dengan persamaan Arrhenius yaitu :
K = A e-Ea/RT .a
C. Waktu reaksi
Jumlah dan sifat produk yang dihasilkan dari suatu reaksi juga dipengaruhi
oleh waktu reaksi. Makin lama waktu reaksi, jumlah produk yang dihasilkan
makin banyak akibatnya, resin yang dihasilkan akan berkadar tinggi dan
memiliki Mr tinggi.
D. Buffer
Buffer (larutan penyangga) atau yang disebut larutan garam digunakan
untuk mengkonstankan kondisi operasi pada pH yang diinginkan. Dalam hal
ini pH yang diinginkan antar 10 sampai 8. Buffer yang digunakan pada
percobaan ini adalah Na2CO3.H2O.
9
F. Konsentrasi
Konsentrasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi laju
reaksi,dimana sebagai contoh pada reaksi A + B C. Dimana pada
waktu reaksi berlangsung, zat C terbentuk dan semakin lama jumlahnya
semakin banyak sebaliknya zat A dan zat B berkurang, dan semakin lama
semakin sedikit. Orde reaksi adalah jumlah pangkat konsentrasi dalam
hukum laju bentuk diferensial
G. Pengaruh pH
Reaksi formaldehid yang berlangsung pada pH antara 10 sampai 8
merupakan reaksi metilolasi, yaitu reaksi formaldehid pada gugus amino dari
urea yang menghasilkan metilol urea. Reaksi ini berlangsung dalam suasana
basa lemah, karena itu harus dilakukan pengontrolan pH yang hati – hati
karena turunan metilol berkondensasi secara cepat dalam suasana asam.
Kondisi reaksi sangat berpengaruh terhadap reaksi atau hasil reaksi
selama proses kondensasi polimerisasi terjadi. Dalam suasana asam akan
terbentuk senyawa Goldsmith dan senyawa lain yang tidak terkontrol
sehingga molekul polimer yang dihasilkan rendah .
Senyawa Goldsmith :
H N CH2 N CH2OH
C O C O
H N CH2 N H
2H CO H + OH- H CO O + CH3O
formaldehid basa kuat asam karboksilat alkohol
10
H. Perbandingan umpan
Umumnya, Perbandingan mol umpan (formalin/urea) yang digunakan
pada percobaan ini adalah 2 dimana perbandingan umpan berada pada batas
standar yang ditentukan, perbandingan umpan harus berada dalam range
antara 1,25 – 2,0. Sehingga mempermudah analisis baik analisis densitas,
viskositas, kadar resin dan formalin bebas. Adapun berlebihnya
perbandingan mol umpan (>2), hal ini akan menaikan jumlah senyawa
metilol yang mengakibatkan semakin cepat terbentuknya senyawa ikatan
silang dengan hasil polimernya akan keras. Sebaliknya, berkurangnya
perbandingan mol umpan (<1,25) akan mengurangi kekuatan yang
disebabkan oleh belum terbentuknya polimer struktur 3 dimensi sehingga
memperkecil kekuatan dan tekanan.
I. Laju Reaksi
Laju reaksi atau kecepatan reaksi ialah laju atau kecepatan berkurangnya
pereaksi atau terbentuknya produk reaksi. Faktor-faktor yang mempengaruhi
laju reaksi ialah: konsentrasi, temperatur, katalis, dan luas permukaan.
Persamaan yang menyatakan laju sebagai fungsi konsentrasi setiap saat yang
mempengaruhi laju reaksi disebut hukum laju atau persamaan laju reaksi.
Persamaan umum laju reaksi:
1. Jika diasumsikan reaksi mengikuti orde 1 terhadap konsentrasi, persamaan
kinetika laju reaksinya adalah:
2.1
2.2
2.3
2.4
11
Dengan demikian, bila dialurkan ln Cf terhadap t (waktu) akan diperoleh
hubungan linier dengan gradien garis –k menunjukkan konstanta laju
reaksi. Dengan grafik sebagai berikut
Ln Cf
2.5
2.7
2.8
Ln Cf
12
Gambar 2.6 Kurva Orde Reaksi 2
2.5 Resin Urea-Formaldehid
Reaksi urea-formaldehid merupakan reaksi kondensasi antara urea dengan
formaldehid. Pada umumnya reaksi menggunakan katalis hidroksida alkali dan
kondisi reaksi dijaga tetap pada pH 8-9 agar tidak terjadi reaksi Cannizaro, yaitu
reaksi diproporsionasi formaldehid menjadi alkohol dan asam karboksilat. Untuk
menjaga agar pH tetap maka dilakukan penambahan ammonia sebagai buffer ke
dalam campuran.
Resin merupakan gabungan dari beberapa monomer membentuk polimer
seperti plastik. Resin ini termasuk dalam kelas resin thermosetting yang
mempunyai ikatan silang antar rantai molekulnya.
2. Tahap persiapan
Pada tahap ini resin merupakan produk dari tahap intermediate yang
dicampurkan dengan bahan lain. Penambahan bahan akan menentukan produk
akhir dari polimer.
3. Tahap curing
13
Proses terakhir oleh pengaruh katalis, panas, dan tekanan tinggi, resin
diubah sifatnya menjadi thermosetting resin. Pada tahap curing,
kondensasi tetap berlangsung terus dimana polimer membentuk rangkaian
tiga dimensi yang sangat kompleks dan menjadi thermosetting resin.
14
rantai metilen. Penggabungan unit as-amino dengan rantai etilen akan di
katalisasi hanya dengan asam untuk memperbolehkan proses kondensasi
menjadi butiran resin.
15
2.8 Dampak Resin Urea-Formaldehid
a) Resin urea formaldehid ini memiliki resistensi yang rendah terhadap air
dan kondisi yang panas. Kondisi ini dapat menyebabkan reaksi balik dan
melepaskan monomer-monomer yang belum sempurna bereaksi
membentuk polimer. Monomer ini biasanya dilepaskan dalam bentuk
formaldehid atau formalin.
b) Jika terpapar formaldehida dalam jumlah banyak, bisa menyebabkan
kematian. Dalam tubuh manusia, formaldehida dikonversi jadi asam
format yang meningkatkan keasaman darah, tarikan nafas menjadi pendek
dan sering, hipotermia, juga koma, atau sampai kepada kematiannya.
16
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
17
25. Hot plate
18
26. Neraca analitik
27. Ball pipet
28. Aluminium foil
29. Baki
30. Pompa
3.2 Bahan
Berikut merupakan bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini :
1. Formalin
2. Urea
3. Alkohol
4. Indikator PP
5. Asam Sulfat
6. Na2SO3
7. Aquadest
8. Na2CO3.H2O
9. NH4OH
10. Gliserin
19
3.3 Skema Alat
Air keluar
Kolom refluks
Motor listrik
Air masuk
Seal gliserin
termometer
Pengambilan sampel
Pemanas listrik
20
3.4 Diagram Alir
Mulai
Mendapatkan Data
Massa Piknometer +
air
21
3.4.2 Diagram Alir Kalibrasi Viskometer
Mulai
Mendapatkan data
waktu kalibrasi
22
3.4.3 Diagram Alir Proses Pembuatan Resin Urea Formaldehid
Mulai
Menyiapkan alat
dan bahan
15 menit
Menganalisa Sample (pH
Mengambil sebelum dan sesudah Hasil
Sample 0 titrasi, analisa kadar Analisa
30 ml
Sample formaldehida dengan cara Sample 0
titrasi, densitas,
viskositas)
Menambahkan Urea sebanyak
287,297 gram. Mengaduk Urea
beserta campuran lainnya hingga urea
larut dan mencatat waktu ketika urea
larut
Setiap pengambilan
Sample, 15 menit
hingga analisa titrasi Menganalisa Sample (pH
konstan sebelum dan sesudah titrasi,
Mengambi analisa kadar formaldehida Hasil
Sample n dengan cara titrasi, densitas, Analisa
30 ml
viskositas serta kadar resin) Sample n
Sample
23
3.4.4 Diagram Alir Analisa Blanko
Mulai
Mencampurkan 5 ml Alkohol
dalam labu 25 ml Na2SO33
erlenmeyer tetes Indikator
PP
Mencatat volume
H2SO4 yang
terpakai
Mendapatkan
Data Analisa
24
3.4.5 Diagram Alir Analisa Kadar Formaldehid dan Pengujian pH
Mulai
5 ml
Mencampurkan di Alkohol25 ml
dalam erlenmeyer Na2SO33 tetes
Indikator PP
Menambahkan sampel
kedalam Erlenmeyer
tertutup
Mengecek pH sebelum
titrasi menggunakan
indikator pH
Melakukan Titrasi
dengan larutan H2SO4
Mencatat volume
H2SO4 yang terpakai
Mengecek pH sesudah
titrasi mengguanakan
kertas lakmus
Mendapatkan
Data Analisa
25
3.4.6 Diagram Alir Menentukan kadar Resin
Mulai
Menimbang Berat
Cawan Kosong (G1)
Memasukan 10 ml Sample
Ke Dalam Cawan
Menimbang
Cawan+Sample (G3)
Memanaskan Kembali
Cawan Yang Terisi Sample
Diatas Hotplate
Menimbang
Cawan+Sample (G4)
Mendapatkan
Data
26
3.4.7 Diagram Alir Analisa Massa Jenis Sampel
Mulai
Mendapatkan Data
Massa Jenis Sample
27
3.4.8 Diagram Alir Analisa Viskositas Sampel
Mulai
Menghisap sample
menggunakan ball pipet
sampai melewati batas atas
Mendapatkan data
hasil analisa
28
BAB IV
4.2 Pembahasan
4.2.1 Komposisi Umpan
Pada praktikum urea formaldehid perbandingan mol umpan (formalin/urea)
yang digunakan percobaan adalah 1,7 dimana perbandingan umpan berada pada
batas standar yang ditentukan, perbandingan umpan harus berada dalam range
antara 1,25 – 2,0 hal tersebut dimaksudkan agar larutan resin yang terbentuk
memiliki kekentalan yang cukup. Larutan resin yang dihasilkan berwarna putih
keruh dengan kekentalan yang cukup sehingga mempermudah analisis baik
analisis densitas, viskositas, kadar resin dan formalin bebas. Jika perbandingan
umpan berada dibawah dan diatas batas standar, larutan yang dihasilkan akan
encer. Hal ini dikarenakan formalin yang dipakai memiliki kadar 37% (sisanya
air). Yang artinya air dalam larutan formalin lebih banyak.
29
4.2.2 Densitas dan Viskositas Resin
1.300
1.250
Densitas (g/cm3) 1.200
1.150
1.100
1.050
1.000
0.950
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
t (menit)
0.0450
0.0400
0.0350
Viskositas (g/cm.s)
0.0300
0.0250
0.0200
0.0150
0.0100
0.0050
0.0000
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
t (menit)
30
terbentuk dan larutan yang dihasilkan semakin kental. Kekentalan dari larutan
menandakan bahwa partikel-partikelnya menjadi lebih rapat sehingga densitas dan
viskositas yang dihasilkan nilainya semakin tinggi, selain kekentalan yang
menunjukkan bahwa resin yang tebentuk memiliki struktur yang rapat, juga
menunjukkan bahwa resin tersebut memiliki strukur molekul ikatan silang yang
banyak. Hal tersebut dipengaruhi oleh temperatur yang dapat mempercepat proses
terjadinya reaksi pembentukan resin urea formaldehid.
31
90.000
80.000
70.000
60.000
Kadar Resin(%)
50.000
40.000
30.000
20.000
10.000
0.000
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
T (menit)
Berdasarkan gambar 4.3 yang menunjukan kadar formalin bebas pada setiap
waku pengambilan sampel, dilakukan analisa seberapa banyak formalin yang
telah bereaksi dengan urea dan membentuk resin urea formaldehida. Analisis
kadar formalin bebas dapat dilakukan dengan cara titrasi dengan menggunakan
asam sulfat.
H2O + CH2O + Na 2SO3 HO – CH2 – SO3 + NaOH
32
banyak. Kadar formalin bebas yang semakin berkurang menujukan semakin
banyak formalin yang bereaksi dengan urea sehingga resin yang terbentuk akan
semakin banyak seperti yang ditunjukan pada Gambar 4.4.
4.2.4 pH Reaksi
33
4.2.5 Orde Reaksi dan Konstanta Laju Reaksi
Menentukan konstanta dan orde reaksi dengan metode integral yang
ditunjukan pada gambar 4.5 dan 4.6 berikut:
1.800
1.600
1.400
1.200
1.000 f(x) = − 0.02 x + 1.37
R² = 0.67
CAo
0.800
0.600
0.400
0.200
0.000
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
t (menit)
Gambar 4.5 Pengaruh Waktu terhadap Kadar Formalin asumsi Orde Reaksi(n)=1
7.000
f(x) = 0.08 x − 0.52
6.000 R² = 0.85
5.000
4.000
1/CAo)
3.000
2.000
1.000
0.000
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
t(menit)
34
Gambar 4.6 Pengaruh Waktu terhadap Kadar Formalin asumsi Orde Reaksi(n)=2
Pada gambar 4.5 dengan orde reaksi (n)=1 didapatkan konstanta bernilai
negatif yaitu k= - 0,0049 L/mol.menit, regresi = 0,6695 dan grafik menunjukan
penurunan produk seiring bertambahnya waktu, sedangkan pada gambar 4.6
dengan orde reaksi (n)=2 didapat nilai konstantan positif yaitu k= 0,0243
L/mol.menit dan regresi = 0,7245 pada grafik menunjukan peningkatan produk.
Maka nilai regresi yang semakin besar pada grafik 2 menunjukan bahwa
persamaan 2 yang tertera pada grafik semakin akurat dan pada percobaan ini
berjalan pada orde 2 dan nilai konstanta laju reaksi adalah 0,0243 L/mol.menit.
8.0000
f(x) = 1.02 x − 0.57
R² = 0.36
6.0000
4.0000
Nsp/Cr (mL/g)
2.0000
0.0000
0.0000 2.0000 4.0000 6.0000 8.0000 10.0000 12.0000 14.0000
-2.0000
-4.0000
Cr (g/mL)
35
Gambar 4.7 Grafik Nsp/Cr terhadap Cr
36
4.2.7 Energi aktivasi dan pengaruh katalis
Energi aktivasi adalah energi minimum yang dibutuhkan agar molekul –
molekul yang di dalam larutan bertumbukan, sehingga reaksi menjadi cepat.
Energi aktivasi diatur oleh katalis. Katalis dapat mempercepat reaksi karena
katalis dapat menurunkan energi aktivasi. Namun dalam percobaan kali ini tidak
menggunakan katalis
37
BAB V
KESIMPULAN
38
DAFTAR PUSTAKA
39
LAMPIRAN A
DATA LITERATUR
40
LAMPIRAN B
DATA PERCOBAAN
41
Tabel B.2 Data Lanjutan Pengukuran Ph, Kadar Formalin Bebas, Temperatur, dan
Viskositas
Sampel Ph V titrasi (ml) Temperatur Waktu
Sebelum Sesudah I II
(℃ ¿ Viskometer
11 10 8 1,5 2,1 79 3.9
12 10 8 1,8 2 71 4
42
Tabel B.3 Data Pengukuran Densitas
Sampel Pikometer + Sampel
(gram)
1 45.73
2 46.68
3 46.83
4 48.17
5 48.55
6 48.6
7 48.64
8 48.71
9 48.72
10 48.73
11 49.75
12 49.8
43
11 21.75 25.98 4.23
12 35.27 41.65 6.38
LAMPIRAN C
PERHITUNGAN ANTARA
44
1 4.15 0.0120 1.2492 41.5
2 4.01 0.0329 1.2378 40.1
3 3.59 0.0368 1.2505 35.9
4 7.24 0.0386 1.2560 72.4
5 8.55 0.0402 1.2565 85.5
Kadar CH2O
Sampel V titrasi V titran
(g/ml)
45
C.3 Penentuan Nsp dan Cr
Tabel C.3 Penentuan Nsp dan Cr
Sampe
t(menit) CA (mol/L) ln (CA0/CA) k1
l
46
k2
Samp t(meni CA ln 1/CA-
k1 1/CA (l/mol.
el t) (mol/L) (CA0/CA) 1/CA0
mnt)
0 15 1.600 0.000 0.000 0.625 0.000 0.000
1 30 0.500 1.163 0.039 2.000 1.375 0.046
2 45 0.500 1.163 0.026 2.000 1.375 0.031
3 60 0.167 2.262 0.038 6.000 5.375 0.090
4 75 0.167 2.262 0.031 6.000 5.375 0.075
5 90 0.167 2.262 0.027 6.000 5.375 0.064
t
Sampel (menit T (K) 1/T ln k1 ln k2
)
47
LAMPIRAN D
CONTOH PERHITUNGAN
8,131868 mol
=
1 ,7
= 4,7834 mol
Massa Urea = 4,7834 mol x 60,06 gr/mol
48
= 287,2970 gr
M campuran total (x) = Massa (formalin + urea + katalis + buffer)
= (203,5 + 226,11 =(5% x ) gr
(x) = 531,547
Massa buffer = 244,2 + 287,2970 x 0,05%
= 27,57
D.3 Pembuatan Na2SO3 1 N dalam 500 ml
gr×1000
N=
BM /ek×Volume
gr×1000
1 = 126/2×500
gr = 31,5 gr
49
(3,08 x 1,0738)
= 0,008937 g/cm.s x
(5,56 x 0,99708)
= 0,005331 g/cm.s
50
asumsi rentang Mr = 6000 - 20000, K = 0,0002 dan a = 0,80
K = Tetapan Mark Howink
Ln N = Ln K + a Ln M
(ln N – ln K )
Mr = exp ( )
a
(ln1,1051 – ln0,0002)
Mr = exp ( )
0,80
Mr = 47639,2 g/mol
51
52