Anda di halaman 1dari 52

LAPORAN PRAKTIKUM

LABORATORIUM TEKNIK KIMIA II

UREA FORMALDEHID

Oleh :

Kelompok : LTK - II - 08

Nama Praktikan : 1. M Arya Abiyasa (NIM : 2311181038)

2. Ilham Ibadurrohman (NIM : 2311181058)

Nama Asisten : Febrianti (NIM : 2311171013)

Nama Dosen Pembimbing : Bambang Hari P, ST., MT. (NID : 412124167 )

LABORATORIUM TEKNIK KIMIA

JURUSAN TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI

CIMAHI

2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Polimer adalah senyawa yang bermassa molekul relatif besar dan terdiri atas
monomer-monomer. Polimer dapat diolah menjadi bahan baku bermacam-macam
alat kebutuhan manusia seperti botol, tali, plastik, dan lainnya.
Urea adalah senyawa turunan dari asam karboksilat yang mengikat gugus
amida, dan merupakan hasil sintesa dari ammonia dan karbon dioksida. Formalin
adalah gas yang mudah terbakar dengan bau yang menyengat, biasa digunakan
sebagai desinfektan atau pengawet.
Resin Urea-Formaldehid adalah hasil kondensasi urea dengan formaldehid.
Resin jenis ini termasuk dalam kelas resin thermosetting yang mempunyai sifat
tahan terhadap asam, basa, tidak dapat melarut dan tidak dapat meleleh. Karena
sifat-sifat di atas, aplikasi resin urea-formaldehid yang sangat luas sehingga
industri urea-formaldehid berkembang pesat.
Pembuatan resin urea-formaldehid secara garis besar dibagi menjadi 3 yaitu
reaksi metiolasi, reaksi kondensasi dan proses curing. Oleh karena itu perlu
dilakukan percobaan untuk mendapatkan resin urea formaldehid dengan
komposisi seimbang yang sesuai dengan aplikasinya dalam industri yang lebih
banyak dan lebih bagus kualitasnya dengan cara memvariasikan variable yang
mempengaruhi jalannya reaksi pembentukan resin.

1.2 Tujuan Percobaan


Adapun tujuan dari praktikum ini adalah mempelajari pengaruh kondisi reaksi
pada kecepatan reaksi dan hasil reaksi, pada tahap intermediet.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Polimer
Polimer adalah makromolekul yang tersusun dari monomer yang merupakan
molekul sederhana. Polimer dibagi berdasarkan asal, jenis monomer, sifat, dan
susunan rantai.
A. Polimer berdasarkan asal
 Alam
Polimer yang terdapat dialam dan berasal dari makhluk hidup.
 Semi sintesis
Polimer yang diperoleh dari hasil modifikasi polimer alam dan bahan
kimia.
 Sintesis
Polimer yang tidak terdapat di alam dan harus dibuat oleh manusia.

B. Polimer berdasarkan jenis monomer


 Homopolimer
Polimer yang terdiri dari jenis monomer yang sama/sejenis.
 Kopolimer
Polimer yang terdiri dari jenis monomer yang berbeda.

C. Polimer berdasarkan sifat


 Polimer Termoplastik
Polimer termoplastik adalah polimer yang mempunyai sifat tidak
tahan terhadap panas. Jika polimer jenis ini dipanaskan, maka akan
menjadi lunak dan didinginkan akan mengeras. Proses tersebut dapat
terjadi berulang kali, sehingga dapat dibentuk ulang dalam berbagai
bentuk melalui cetakan yang berbeda untuk mendapatkan produk

3
polimer yang baru. Polimer termoplastik memiliki sifat-sifat khusus
sebagai berikut:
1) Berat molekul kecil
2) Tidak tahan terhadap panas.
3) Jika dipanaskan akan melunak.
4) Jika didinginkan akan mengeras.
5) Mudah untuk diregangkan.
6) Fleksibel.
7) Titik leleh rendah.
8) Dapat dibentuk ulang (daur ulang).
9) Mudah larut dalam pelarut yang sesuai.
10) Memiliki struktur molekul linear/bercabang.

Gambar 2.1 Struktur ikatan lurus polimer termoplastik

Gambar 2.2 Struktur ikatan bercabang polimer termoplastik

Contoh plastik termoplastik sebagai berikut:


1) Polietilena (PE) : Botol plastik, mainan, bahan cetakan, ember,
drum, pipa saluran, isolasi kawat dan kabel, kantong plastik dan jas
hujan.

4
2) Polivinilklorida (PVC) : pipa air, pipa plastik, pipa kabel listrik, kulit
sintetis, ubin plastik, piringan hitam, bungkus makanan, sol sepatu,
sarung tangan dan botol detergen.
3) Polipropena (PP)= karung, tali, botol minuman, serat, bak air,
insulator, kursi plastik, alat-alat rumah sakit, komponen mesin cuci,
pembungkus tekstil, dan permadani.
4) Polistirena= Insulator, sol sepatu, penggaris, gantungan baju. 

 Polimer Termoseting
Polimer termoseting adalah polimer yang mempunyai sifat tahan
terhadap panas. Jika polimer ini dipanaskan, maka tidak dapat meleleh.
Sehingga tidak dapat dibentuk ulang kembali. Susunan polimer ini
bersifat permanen pada bentuk cetak pertama kali (pada saat
pembuatan). Bila polimer ini rusak/pecah, maka tidak dapat disambung
atau diperbaiki lagi. Polimer termoseting memiliki ikatan-ikatan silang
yang mudah dibentuk pada waktu dipanaskan. Hal ini membuat polimer
menjadi kaku dan keras. Semakin banyak ikatan silang pada polimer
ini, maka semakin kaku dan mudah patah. Bila polimer ini dipanaskan
untuk kedua kalinya, maka akan menyebabkan rusak atau lepasnya
ikatan silang antar rantai polimer. Sifat polimer termoseting sebagai
berikut.
1) Keras dan kaku (tidak fleksibel)
2) Jika dipanaskan akan mengeras.
3) Tidak dapat dibentuk ulang (sukar didaur ulang).
4) Tidak dapat larut dalam pelarut apapun.
5) Jika dipanaskan akan meleleh.
6) Tahan terhadap asam basa.
7) Mempunyai ikatan silang antarrantai molekul.

5
Gambar 2.3 Struktur ikatan silang polimer termoseting

Contoh plastik termoseting yaitu Bakelit (asbak, fitting lampu listrik,


steker listrik, peralatan fotografi, radio, perekat plywood)

D. Polimer berdasarkan susunan rantai


 Polimer linear
Polimer yang tersusun dengan unit ulang berikatan satu sama lainnya
(membentuk rantai polimer yang panjang)
 Polimer bercabang
Polimer yang terbentuk jika beberapa unit ulang membentuk cabang
pada rantai utama
 Polimer ikatan silang
Polimer yang terbentuk karena beberapa rantai polimer saling berikatan
satu sama lain pada rantai utamanya. Sambungan silang dapat terjadi
berbagai arah sehingga terbentuk sambung silang tiga dimensi yang
disebut polimer jaringan.

2.2 Formaldehid
Senyawa kimia formaldehid merupakan aldehida dengan rumus kimi CH 2O
yang bentuknya gas ataupun cair. formaldehida bisa dihasilkan dari pembakaran
bahan yang mengandung karbon dan terkandung dalam asap pada kebakaran
hutan, knalpot mobil, dan asap tembakau. Meskipun dalam udara bebas
formaldehida berada dalam wujud gas, tetapi bisa larut dalam air. Dalam air,
formaldehida mengalami polimerisasi dan sedikit sekali yang ada dalam bentuk
monomer CH2O. Umumnya, larutan ini mengandung beberapa
persen metanol untuk membatasi polimerisasinya. Formalin adalah larutan

6
formaldehida dalam air, dengan kadar antara 10%-40%. Meskipun formaldehida
menampilkan sifat kimiawi seperti pada umumnya aldehida, senyawa ini lebih
reaktif daripada aldehida lainnya. Dalam katalis basa, formaldehid bisa
mengalami reaksi cannizzaro (reaksi disproporsionasi formaldehid menjadi
alcohol dan asam karboksilat) yang menghasilkan asam format dan metanol.
 Sifat-sifat fisika formaldehid:
1. Pada kondisi ruangan, formalin murni berada pada fase gas.
2. Mudah terbakar, bau merangsang, dapat merusak lendir.
3. Dapat larut dalam air.
4. Dapat membunuh kuman.
5. Titik beku: -118 oC.
6. Titik didih: -19.2 oC

 Sifat-sifat kimia Formaldehid:


1. Formaldehid dapat direduksi menjadi methanol dan dapat dioksidasi
menjadi asam format.
2. Dengan katalis asam, formaldehid dan alkohol glikol atau polihidroksi
bereaksi menghasilkan formal metilene eter (CH3CO12)2

2.3 Urea
Urea merupakan butiran putih yang mengandung Nitrogen (46%), digunakan
sebagai pupuk dan mudah larut dalam air dan tidak mempunyai residu garam
sesudah dipakai untuk tanaman. Urea merupakan amida yang bersifat basa karena
karbonil tunggalnya tidak cukup untuk mengkompensasi dua gugus amino. Urea
adalah senyawa kovalen yang memiliki tiga atom iner (dalam). Berat molekulnya
60,06 gram/mol. Urea dengan formaldehid akan bereaksi membentuk kopolimer
yang disebut urea formaldehid.

7
Gambar 2.4 Struktur Urea dan Metanal
 Sifat-sifat fisik urea:
1. Pada suhu kamar tidak berbau dan tidak berwarna.
2. Titik lebur 132.7 oC.
3. Indeks bias : 1,484.
4. Berat molekul : 60,06 gram/mol.

 Sifat-sifat kimia Urea:


1. Dengan HNO3 membentuk urea nitrat [CO(NH2)2-NH3].
2. Urea-amonia bereaksi dengan logam alkali membentuk garam sebagai
NH2CONH2.

2.4 Faktor-faktor yang Memengaruhi Resin Urea-Formaldehid


Adapun faktor-faktor yang memengaruhi resin urea formaldehid, antara lain :
A. Katalis
Penggunaan katalis pada suatu reaksi akan meningkatkan laju reaksi
tersebut. Begitu juga yang terjadi pada reaksi urea-formaldehid ini. Laju
reaksinya akan meningkat jika digunakan katalis . Menurut JJ. Berjelius,
katalis merupakan senyawa yang ditambahkan untuk mempercepat reaksi
tanpa ikut bereaksi. Artinya katalis dapat mempercepat laju reaksi dan ikut
aktif dalam reaksi. Untuk proses ini digunakan katalis NH 3 yang dapat
menurunkan energi aktivasi dengan menyerap panas pada saat curing,
fungsinya adalah untuk mengatur penguapan agar tidak gosong. Energi
aktivasi adalah energi minimum yang dibutuhkan agar molekul – molekul
yang di dalam larutan bertumbukan, dan menghasilkan reaksi yang cepat.

8
NH3 yang digunakan sebagai katalis yaitu NH3 yang sudah larut dalam air
(NH4OH). Pada fasa gas NH3 bersifat asam, namun pada fasa cair dengan
kadar 17% sifat NH4OH adalah basa. Sehingga dengan sifat basanya akan
mengatur pH reaksi metilolisasi yang berkisar 10 > x > 8 berjalan baik.

B. Temperature
Temperatur reaksi tidak boleh melebihi titik lebur urea karena dimetilol
urea yang terjadi akan kehilangan air dan formaldehid. Kenaikan temperatur
akan mempercepat laju reaks. ,Semakin tinggi temperature maka laju reaksi
akan cepat, hal ini berdasarkan dengan persamaan Arrhenius yaitu :
K = A e-Ea/RT .a

C. Waktu reaksi
Jumlah dan sifat produk yang dihasilkan dari suatu reaksi juga dipengaruhi
oleh waktu reaksi. Makin lama waktu reaksi, jumlah produk yang dihasilkan
makin banyak akibatnya, resin yang dihasilkan akan berkadar tinggi dan
memiliki Mr tinggi.

D. Buffer
Buffer (larutan penyangga) atau yang disebut larutan garam digunakan
untuk mengkonstankan kondisi operasi pada pH yang diinginkan. Dalam hal
ini pH yang diinginkan antar 10 sampai 8. Buffer yang digunakan pada
percobaan ini adalah Na2CO3.H2O.

E. Kemurnian zat umpan


Zat umpan yang digunakan harus murni karena adanya zat pengotor
dikhawatirkan akan mempengaruhi terbentuknya polimer atau terjadinya
reaksi samping.

9
F. Konsentrasi
Konsentrasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi laju
reaksi,dimana sebagai contoh pada reaksi A + B C. Dimana pada
waktu reaksi berlangsung, zat C terbentuk dan semakin lama jumlahnya
semakin banyak sebaliknya zat A dan zat B berkurang, dan semakin lama
semakin sedikit. Orde reaksi adalah jumlah pangkat konsentrasi dalam
hukum laju bentuk diferensial

G. Pengaruh pH
Reaksi formaldehid yang berlangsung pada pH antara 10 sampai 8
merupakan reaksi metilolasi, yaitu reaksi formaldehid pada gugus amino dari
urea yang menghasilkan metilol urea. Reaksi ini berlangsung dalam suasana
basa lemah, karena itu harus dilakukan pengontrolan pH yang hati – hati
karena turunan metilol berkondensasi secara cepat dalam suasana asam.
Kondisi reaksi sangat berpengaruh terhadap reaksi atau hasil reaksi
selama proses kondensasi polimerisasi terjadi. Dalam suasana asam akan
terbentuk senyawa Goldsmith dan senyawa lain yang tidak terkontrol
sehingga molekul polimer yang dihasilkan rendah .
Senyawa Goldsmith :
H N CH2 N CH2OH

C O C O

H N CH2 N H

Gambar 2.4 Senyawa Goldsmith

Senyawa Goldsmith tidak diinginkan karena mempunyai rantai polimer


lebih pendek tetapi stabil terhadap panas. Dalam suasana basa kuat,
formaldehid akan bereaksi secara disproporsionasi dimana sebagian akan
teroksidasi menjadi asam karboksilat dan sebagian tereduksi menjadi alkohol.
Reaksi yang terjadi adalah:

2H CO H + OH- H CO O + CH3O
formaldehid basa kuat asam karboksilat alkohol

10
H. Perbandingan umpan
Umumnya, Perbandingan mol umpan (formalin/urea) yang digunakan
pada percobaan ini adalah 2 dimana perbandingan umpan berada pada batas
standar yang ditentukan, perbandingan umpan harus berada dalam range
antara 1,25 – 2,0. Sehingga mempermudah analisis baik analisis densitas,
viskositas, kadar resin dan formalin bebas. Adapun berlebihnya
perbandingan mol umpan (>2), hal ini akan menaikan jumlah senyawa
metilol yang mengakibatkan semakin cepat terbentuknya senyawa ikatan
silang dengan hasil polimernya akan keras. Sebaliknya, berkurangnya
perbandingan mol umpan (<1,25) akan mengurangi kekuatan yang
disebabkan oleh belum terbentuknya polimer struktur 3 dimensi sehingga
memperkecil kekuatan dan tekanan.

I. Laju Reaksi
Laju reaksi atau kecepatan reaksi ialah laju atau kecepatan berkurangnya
pereaksi atau terbentuknya produk reaksi. Faktor-faktor yang mempengaruhi
laju reaksi ialah: konsentrasi, temperatur, katalis, dan luas permukaan.
Persamaan yang menyatakan laju sebagai fungsi konsentrasi setiap saat yang
mempengaruhi laju reaksi disebut hukum laju atau persamaan laju reaksi.
Persamaan umum laju reaksi:
1. Jika diasumsikan reaksi mengikuti orde 1 terhadap konsentrasi, persamaan
kinetika laju reaksinya adalah:
2.1

Integrasi persamaan tersebut adalah sebagai berikut:

2.2

2.3

2.4

11
Dengan demikian, bila dialurkan ln Cf terhadap t (waktu) akan diperoleh
hubungan linier dengan gradien garis –k menunjukkan konstanta laju
reaksi. Dengan grafik sebagai berikut

Ln Cf

Gambar 2.5 Kurva Orde Reaksi 1

2. Jika diasumsikan reaksi mengikuti orde 2 terhadap konsentrasi,


persamaan kinetika laju reaksinya adalah:

2.5

Integrasi persamaan tersebut adalah sebagai


berikut: 2.6

2.7

2.8

Dengan demikian, bila dialurkan 1/Cf terhadap t (waktu) akan diperoleh


hubungan linier dengan gradien garis k menunjukkan konstanta laju reaksi.
Dengan grafik sebagai berikut

Ln Cf

12
Gambar 2.6 Kurva Orde Reaksi 2
2.5 Resin Urea-Formaldehid
Reaksi urea-formaldehid merupakan reaksi kondensasi antara urea dengan
formaldehid. Pada umumnya reaksi menggunakan katalis hidroksida alkali dan
kondisi reaksi dijaga tetap pada pH 8-9 agar tidak terjadi reaksi Cannizaro, yaitu
reaksi diproporsionasi formaldehid menjadi alkohol dan asam karboksilat. Untuk
menjaga agar pH tetap maka dilakukan penambahan ammonia sebagai buffer ke
dalam campuran.
Resin merupakan gabungan dari beberapa monomer membentuk polimer
seperti plastik. Resin ini termasuk dalam kelas resin thermosetting yang
mempunyai ikatan silang antar rantai molekulnya.

Gambar 2.7 Struktur Ikatan Resin Urea Formaldehid

2.6 Polimerisasi Resin Urea-Formaldehid


Adapun tahap-tahap pembentukan produk urea formaldehid adalah:
1. Tahap intermediate
Merupakan suatu tahap untuk mendapatkan resin yang masih berupa
larutan dan larut dalam air atau pelarut lainnya. Karena pada tahap
intermediete masih berupa larutan, maka pada tahap ini mudah untuk
melakukan analisa.

2. Tahap persiapan
Pada tahap ini resin merupakan produk dari tahap intermediate yang
dicampurkan dengan bahan lain. Penambahan bahan akan menentukan produk
akhir dari polimer.

3. Tahap curing

13
Proses terakhir oleh pengaruh katalis, panas, dan tekanan tinggi, resin
diubah sifatnya menjadi thermosetting resin. Pada tahap curing,
kondensasi tetap berlangsung terus dimana polimer membentuk rangkaian
tiga dimensi yang sangat kompleks dan menjadi thermosetting resin.

Sedangkan menurut prosesnya pembentukan resin urea formaldehida dapat di


klasifasikan pada 2 tahap,yaitu :
1. Reaksi Metilolasi
Langkah pertama pada pembentukan resin ini terjadi pencampuran urea
dan formaldehid dalam suasana basa. Reaksi ini dikenal sebagai metilolasi
atau hidroksi metilolasi. Reaksi ini berada dalam keadaan mono atau di yang
dihasilkan dalam keadaan basa (pH 7-9) . Reaksinya :

Gambar 2.8 Reaksi metilolasi

Dalam suasana asam, metilol urea mengalami kondensasi menjadi UF


resin.

2. Reaksi Polimerisasi Kondensasi


Reaksi polimerisasi kondesasi adalah reaksi penggabungan polimer dua
atau lebih gugus fungsi yang menghasilkan polimer dan melepaskan sedikit
air, setiap tahap selalu membentuk senyawa-senyawa antara yang stabil
(dimer,trimer dst) dan selalu disertai pengeluaran molekul kecil. Dalam reaksi
polimerisasi urea dalam formaldehid dalam fasa larutan, monomethilol urea
yang terbentuk pada reaksi awal mengalami kondensasi membentuk senyawa

14
rantai metilen. Penggabungan unit as-amino dengan rantai etilen akan di
katalisasi hanya dengan asam untuk memperbolehkan proses kondensasi
menjadi butiran resin.

Gambar 2.9 Reaksi polimerisasi kondensasi

2.7 Kegunaan Resin Urea-Formaldehid


a) Digunakan untuk barang sehari-hari seperti pelindung cahaya, soket, alat-
alat listrik, kancing, tutup wadah, kotak, baki, dan mangkuk.
b) Sebagai bahan perekat dan pelapis kayu atau kertas.
c) Mencegah berkerut dan kusutnya kain katun dan untuk mencegah
menyusutnya kayu.
d) Laminating.
e) Karena resin ini sangat terang warnanya sehingga lebih cocok untuk
pemakaian dekoratif.
f) Dalam bidang koting, resin urea-formaldehid kadangkala dipadukan
dengan alkyd baking enemels untuk memperbaiki kekerasan.
g) Menginsulasi busa. Hal ini biasanya difabrikasi on-site dengan peralatan
pembusaan yang portable. Bahan-bahannya mencakup resin, surfaktan
untuk menstabilkan busa, katalis (biasanya asam fosfat), dan udara
bertekanan. Surfaktan dan katalis biasanya dicampur terlebih dahulu.
Ketiga komponen tersebut (resin, surfaktan plus katalis, dan udara)
kemudian dipompakan secara terpisah ke dalam wadahnya untuk
diisikan. Busa terbentuk dalam beberapa menit dan mengeras secara
sempurna dalam sehari. Telah banyak kontroversi di sekitar pemakaian
busa urea-formaldehid untuk menginsulasi rumah karena aspek-aspek
kesehatan yang timbul dari lepasnya uap formaldehida.

15
2.8 Dampak Resin Urea-Formaldehid
a) Resin urea formaldehid ini memiliki resistensi yang rendah terhadap air
dan kondisi yang panas. Kondisi ini dapat menyebabkan reaksi balik dan
melepaskan monomer-monomer yang belum sempurna bereaksi
membentuk polimer. Monomer ini biasanya dilepaskan dalam bentuk
formaldehid atau formalin.
b) Jika terpapar formaldehida dalam jumlah banyak, bisa menyebabkan
kematian. Dalam tubuh manusia, formaldehida dikonversi jadi asam
format yang meningkatkan keasaman darah, tarikan nafas menjadi pendek
dan sering, hipotermia, juga koma, atau sampai kepada kematiannya.

16
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat Percobaan


Berikut merupakan alat yang digunakan dalam percobaan ini :
1. Labu bundar
2. Kondensor
3. Buret 50 ml
4. Pipet volume 25 ml
5. Erlenmeyer 250 ml
6. Gelas ukur (500 ml, 10 ml)
7. Piknometer
8. Stopwatch
9. Corong
10. Motor pengaduk dan pengaduknya
11. Beaker glass (500 ml, 250 ml)
12. Pemanas listrik
13. Filler
14. Erlenmeyer bertutup 250 ml
15. Labu ukur 500 ml
16. Termometer
17. Viskometer
18. Pipet tetes
19. Cawan porselen
20. Batang pengaduk
21. Indikator pH
22. Seal gliserin
23. Statif dan Klem
24. Spatula

17
25. Hot plate

18
26. Neraca analitik
27. Ball pipet
28. Aluminium foil
29. Baki
30. Pompa

3.2 Bahan
Berikut merupakan bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini :
1. Formalin
2. Urea
3. Alkohol
4. Indikator PP
5. Asam Sulfat
6. Na2SO3
7. Aquadest
8. Na2CO3.H2O
9. NH4OH
10. Gliserin

19
3.3 Skema Alat

Air keluar

Kolom refluks

Motor listrik

Air masuk
Seal gliserin

termometer

Pengambilan sampel

Pemanas listrik

Gambar 3.1 Rangkaian Alat Percobaan Urea Formaldehid

20
3.4 Diagram Alir

3.4.1 Kalibrasi Pikonometer

Mulai

Menimbang Berat Piknometer

Mengukur suhu air yang


digunakan untuk kalibrasi

Memasukan air Kedalam


Piknometer

Menimbang Berat Piknometer


+ air

Mengurangi Berat pikno + air


dengan Berat Pikno Kosong.

Mendapatkan Data
Massa Piknometer +
air

Gambar 3.2 Diagram Alir Kalibrasi Piknometer

21
3.4.2 Diagram Alir Kalibrasi Viskometer

Mulai

Memasukan air ke dalam


viscometer hingga ½ reservoir
bagian bawah

Menghisap air menggunakan


ball pipet sampai melewati
batas atas

Melepas ball pipet dan biarkan


air mengalir

Menghitung waktu air mengalir


dari batas atas hingga batas
bawah

Mendapatkan data
waktu kalibrasi

Gambar 3.3 Diagram Alir Kalibrasi Viskometer

22
3.4.3 Diagram Alir Proses Pembuatan Resin Urea Formaldehid

Mulai

Menyiapkan alat
dan bahan

Memasukan formalin dan


Na2CO3 (buffer) dalam labu
didih

Mulai Melakukan Pengadukan

15 menit
Menganalisa Sample (pH
Mengambil sebelum dan sesudah Hasil
Sample 0 titrasi, analisa kadar Analisa
30 ml
Sample formaldehida dengan cara Sample 0
titrasi, densitas,
viskositas)
Menambahkan Urea sebanyak
287,297 gram. Mengaduk Urea
beserta campuran lainnya hingga urea
larut dan mencatat waktu ketika urea
larut

Menganalisa Sample (pH


Mengambi sebelum dan sesudah titrasi, Hasil
Sample1 30 ml analisa kadar formaldehida Analisa
Memanaskan labu dengan cara titrasi, densitas, Sample 1
didih dengan Sample viskositas serta kadar resin)
menyalakan
pemanas hingga
terjadi refluks dan
Menganalisa Sample (pH
mencatat waktu
sebelum dan sesudah titrasi,
refluks. Mengambi Hasil
analisa kadar formaldehida
Sample2 Analisa
30 ml dengan cara titrasi, densitas,
Sample viskositas serta kadar resin)
Sample 2

Setiap pengambilan
Sample, 15 menit
hingga analisa titrasi Menganalisa Sample (pH
konstan sebelum dan sesudah titrasi,
Mengambi analisa kadar formaldehida Hasil
Sample n dengan cara titrasi, densitas, Analisa
30 ml
viskositas serta kadar resin) Sample n
Sample

Gambar 3.4 Diagram Alir Proses Pembuatan Resin Urea Formaldehid

23
3.4.4 Diagram Alir Analisa Blanko

Mulai

Mencampurkan 5 ml Alkohol
dalam labu 25 ml Na2SO33
erlenmeyer tetes Indikator
PP

Mentitrasi larutan pada


Erlenmeyer dengan
larutan H2SO4

Mencatat volume
H2SO4 yang
terpakai

Mendapatkan
Data Analisa

Gambar 3.5 Diagram Alir Analisa Larutan Blanko

24
3.4.5 Diagram Alir Analisa Kadar Formaldehid dan Pengujian pH

Mulai

5 ml
Mencampurkan di Alkohol25 ml
dalam erlenmeyer Na2SO33 tetes
Indikator PP

Menambahkan sampel
kedalam Erlenmeyer
tertutup

Mengecek pH sebelum
titrasi menggunakan
indikator pH

Melakukan Titrasi
dengan larutan H2SO4

Mencatat volume
H2SO4 yang terpakai

Mengecek pH sesudah
titrasi mengguanakan
kertas lakmus

Mendapatkan
Data Analisa

Gambar 3.6 Diagram Alir Analisa Kadar Formaldehid dan Pengujian pH

25
3.4.6 Diagram Alir Menentukan kadar Resin

Mulai

Menimbang Berat
Cawan Kosong (G1)

Memasukan 10 ml Sample
Ke Dalam Cawan

Menimbang Cawan Yang


Sudah Diisi Sample (G2)

Memanaskan Cawan Yang


Telah Terisi Sample Diatas
Hotplate Pada Suhu 100oC-
250oC

Menimbang
Cawan+Sample (G3)

Memanaskan Kembali
Cawan Yang Terisi Sample
Diatas Hotplate

Menimbang
Cawan+Sample (G4)

Mendapatkan
Data

Gambar 3.7 Diagram Alir Menentukan Kadar Resin

26
3.4.7 Diagram Alir Analisa Massa Jenis Sampel
Mulai

Menimbang Berat Pikno Kosong

Mengkalibrasi Pikno Sehingga


Mendapatkan Volume Pikno

Memasukan Sample Kedalam


Piknometer

Menimbang Berat Piknometer


+ Sample

Mengurangi Berat pikno


+Sample dengan Berat Pikno
Kosong. Lalu dibagi Volume
Pikno

Mendapatkan Data
Massa Jenis Sample

Gambar 3.8 Diagram Alir Analisa Massa Jenis Sampel

27
3.4.8 Diagram Alir Analisa Viskositas Sampel

Mulai

Memasukan sample ke dalam


viscometer hingga ½ reservoir
bagian bawah

Menghisap sample
menggunakan ball pipet
sampai melewati batas atas

Melepas ball pipet dan biarkan


sample mengalir

Menghitung waktu sample


mengalir dari batas atas hingga
batas bawah

Mendapatkan data
hasil analisa

Gambar 3.9 Diagram Alir Analisa Viskositas Sampel

28
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Percobaan


a) Orde reaksi : Orde 1
b) Konstanta laju reaksi 0,0243 L/mol.s
c) Berat molekul rata-rata resin : 47639,2 gram /mol
d) Derajat polimerisasi : 3086,527577
e) pH reaksi : 11-8
f) Temperatur akhir reaksi : 85 oC
g) Energi aktivasi : 53,8440 kJ/mol
h) Waktu refluks : 55,25 menit
i) Kadar resin tertinggi : 85,5 %
j) Kadar resin terendah : 20,67 %

4.2 Pembahasan
4.2.1 Komposisi Umpan
Pada praktikum urea formaldehid perbandingan mol umpan (formalin/urea)
yang digunakan percobaan adalah 1,7 dimana perbandingan umpan berada pada
batas standar yang ditentukan, perbandingan umpan harus berada dalam range
antara 1,25 – 2,0 hal tersebut dimaksudkan agar larutan resin yang terbentuk
memiliki kekentalan yang cukup. Larutan resin yang dihasilkan berwarna putih
keruh dengan kekentalan yang cukup sehingga mempermudah analisis baik
analisis densitas, viskositas, kadar resin dan formalin bebas. Jika perbandingan
umpan berada dibawah dan diatas batas standar, larutan yang dihasilkan akan
encer. Hal ini dikarenakan formalin yang dipakai memiliki kadar 37% (sisanya
air). Yang artinya air dalam larutan formalin lebih banyak.

29
4.2.2 Densitas dan Viskositas Resin
1.300

1.250
Densitas (g/cm3) 1.200

1.150

1.100

1.050

1.000

0.950
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
t (menit)

Gambar 4.1 Grafik Pengaruh Waktu terhadap Densitas Resin

0.0450
0.0400
0.0350
Viskositas (g/cm.s)

0.0300
0.0250
0.0200
0.0150
0.0100
0.0050
0.0000
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
t (menit)

Gambar 4.2 Grafik Pengaruh Waktu terhadap Viskositas Resin

Berdasarkan Gambar 4.1 menunjukkan bahwa semakin lama reaksi


berlangsung maka nilai dari densitas resin akan semakin meningkat. Begitu juga
pada Gambar 4.2 yang menunjukkan nilai viskositas resin yang semakin
meningkat seiring semakin lamanya waktu reaksi. Namun kenaikan viskositas
disetiap waktunya tidak konstan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin lama
waktu reaksi berlangsung maka semakin banyak pula resin urea formaldehid yang

30
terbentuk dan larutan yang dihasilkan semakin kental. Kekentalan dari larutan
menandakan bahwa partikel-partikelnya menjadi lebih rapat sehingga densitas dan
viskositas yang dihasilkan nilainya semakin tinggi, selain kekentalan yang
menunjukkan bahwa resin yang tebentuk memiliki struktur yang rapat, juga
menunjukkan bahwa resin tersebut memiliki strukur molekul ikatan silang yang
banyak. Hal tersebut dipengaruhi oleh temperatur yang dapat mempercepat proses
terjadinya reaksi pembentukan resin urea formaldehid.

4.2.3 Kadar Formalin Bebas

Gambar 4.3 pengaruh waktu terhadap kadar formalin bebas

31
90.000
80.000
70.000
60.000
Kadar Resin(%)
50.000
40.000
30.000
20.000
10.000
0.000
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
T (menit)

Gambar 4.4 Pengaruh Waktu terhadap % Kadar Resin

Berdasarkan gambar 4.3 yang menunjukan kadar formalin bebas pada setiap
waku pengambilan sampel, dilakukan analisa seberapa banyak formalin yang
telah bereaksi dengan urea dan membentuk resin urea formaldehida. Analisis
kadar formalin bebas dapat dilakukan dengan cara titrasi dengan menggunakan
asam sulfat.
H2O + CH2O + Na 2SO3 HO – CH2 – SO3 + NaOH

2 NaOH + H2SO4 Na2SO4 + 2 H2O

Pada reaksi diatas, formalin direaksikan terlebih dahulu dengan Na 2SO3


supaya membentuk senyawa NaOH. Hal ini dikarenakan formalin tidak dapat
langsung direaksikan dengan H2SO4, sehingga formalin harus dikonversi
kedalam senyawa basa dengan cara mereakasikan dengan Na2SO3 terlebih
dahulu. NaOH yang terbentuk ekivalen dengan kadar formaldehida bebas dalam
larutan. Gambar 4.3 hubungan antara kadar formalin bebas (CH2O) terhadap
waktu menunjukkan penurunan. Penurunan konsentrasi kadar formalin bebas
(CH2O) menunjukkan bahwa semakin banyak formalin yang bereaksi
membentuk resin urea formaldehida seiring dengan bertambahnya waktu reaksi.
Kadar formalin bebas yang semakin berkurang menujukan semakin banyak
formalin yang bereaksi dengan urea sehingga resin yang terbentuk akan semakin

32
banyak. Kadar formalin bebas yang semakin berkurang menujukan semakin
banyak formalin yang bereaksi dengan urea sehingga resin yang terbentuk akan
semakin banyak seperti yang ditunjukan pada Gambar 4.4.

4.2.4 pH Reaksi

Pada percobaan ini pH reaksi berada pada pH 8-10 karena reaksi


pembentukan metilol harus dalam range pH 10-8, sehingga dilakukan
penambahan buffer yang bertujuan untuk menjaga pH reaksi agar tetap
berlangsung dalam range pH 10-8. Kondisi tersebut diperlukan agar reaksi
metilolasi berlangsung sehingga harus dilakukan pengontrolan pH, turunan
metilol akan berkondensasi cepat dalam suasana asam yang membentuk senyawa
Goldsmith (senyawa yang tidak diinginkan karena dapat menurunkan molekul
polimer yang dihasilkan). Senyawa ini tidak diinginkan karena mempunyai rantai
polimer yang pendek. Dalam hal ini dilakukan pengontrolan pH karena jika dalam
suasana basa kuat formaldehid akan bereaksi secara disproporsionasi
(ketidakseimbangan atau ketidak cocokkan bagian bagian penyusunnya) sehingga
akan terbentuk asam karboksilat dan alkohol. Asam karboksilat dan alkohol
tersebut merupakan produk yang tidak dinginkan.
Senyawa buffer yang digunakan adalah Na2CO3. Buffer mengandung zat
terlarut yang bersifat menyangga pH yang terdiri dari komponen asam dan basa.
Komponen asam berfungsi untuk menahan kenaikan pH dan komponen basa
berfungsi untuk menahan penurunan pH. Na2CO3merupakan larutan penyangga
basa yang dapat mempertahankan pH pada kondisi basa.

33
4.2.5 Orde Reaksi dan Konstanta Laju Reaksi
Menentukan konstanta dan orde reaksi dengan metode integral yang
ditunjukan pada gambar 4.5 dan 4.6 berikut:
1.800
1.600
1.400
1.200
1.000 f(x) = − 0.02 x + 1.37
R² = 0.67
CAo

0.800
0.600
0.400
0.200
0.000
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
t (menit)

Gambar 4.5 Pengaruh Waktu terhadap Kadar Formalin asumsi Orde Reaksi(n)=1

7.000
f(x) = 0.08 x − 0.52
6.000 R² = 0.85

5.000

4.000
1/CAo)

3.000

2.000

1.000

0.000
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
t(menit)

34
Gambar 4.6 Pengaruh Waktu terhadap Kadar Formalin asumsi Orde Reaksi(n)=2

Pada gambar 4.5 dengan orde reaksi (n)=1 didapatkan konstanta bernilai
negatif yaitu k= - 0,0049 L/mol.menit, regresi = 0,6695 dan grafik menunjukan
penurunan produk seiring bertambahnya waktu, sedangkan pada gambar 4.6
dengan orde reaksi (n)=2 didapat nilai konstantan positif yaitu k= 0,0243
L/mol.menit dan regresi = 0,7245 pada grafik menunjukan peningkatan produk.
Maka nilai regresi yang semakin besar pada grafik 2 menunjukan bahwa
persamaan 2 yang tertera pada grafik semakin akurat dan pada percobaan ini
berjalan pada orde 2 dan nilai konstanta laju reaksi adalah 0,0243 L/mol.menit.

4.2.6 Berat molekul rata-rata dan derajat polimerisasi


Dari grafik antara Nsp/Cr terhadap Cr pada Gambar 4.7 diperoleh persamaan garis
Nsp/Cr = 2,9601 + 1,2074 yang menunjukan bahwa 2,9601 merupakan slope dan
1,2074 itu merupakan interseptnya. Nilai intersept digunakan dalam perhitungan
sehingga didapatkan hasil Mr polimer resin urea formaldehid sebesar 47639,2
gram/mol. Hasil yang diperoleh diatas rentan Mr-nya 6000-20000 gr/mol,
sehingga polimer yang dihasilkan digolongkan ke dalam jenis polimer tingkat
tinggi. Dan nilai derajat polimerisasi yang diperoleh yaitu 3086,5276. Hal ini
menunjukan resin ini mengandung polimer yang panjang.

8.0000
f(x) = 1.02 x − 0.57
R² = 0.36
6.0000

4.0000
Nsp/Cr (mL/g)

2.0000

0.0000
0.0000 2.0000 4.0000 6.0000 8.0000 10.0000 12.0000 14.0000

-2.0000

-4.0000
Cr (g/mL)

35
Gambar 4.7 Grafik Nsp/Cr terhadap Cr

36
4.2.7 Energi aktivasi dan pengaruh katalis
Energi aktivasi adalah energi minimum yang dibutuhkan agar molekul –
molekul yang di dalam larutan bertumbukan, sehingga reaksi menjadi cepat.
Energi aktivasi diatur oleh katalis. Katalis dapat mempercepat reaksi karena
katalis dapat menurunkan energi aktivasi. Namun dalam percobaan kali ini tidak
menggunakan katalis

4.2.8 Pengaruh pengadukan terhadap pembentukan urea formaldehid

Pengadukan terjadi ketika partikel-partikel bertabrakan. Kecepatan reaksi


meningkat jika terjadi lebih banyak tabrakan setiap detik, pengadukan menjadikan
partikel-partikel zat bergerak dan bersentuhan dengan partikel lainnya sehingga
suatu reaksi dapat berjalan dengan cepat. Jika tidak ada pengadukan dalam
praktikum kali ini akan terjadi pembentukan metilol lebih cepat hingga pada saat
reaksi sedang berlangsung akan terbentuk pengerasan pada polimer yang
terbentuk.

37
BAB V

KESIMPULAN

Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:


1. Perbandingan umpan harus berada dalam range antara 1,25 – 2,0. Hal ini
dimaksudkan agar larutan resin yang terbentuk tidak kental dan tidak encer.
2. Semakin lama waktu reaksi maka densitas resin dan viskositas resin akan
semakin besar.
3. Semakin lama proses polimerisasi berlangsung maka nilai kadar formalin
bebas akan semakin berkurang.
4. pH resin urea formaldehid yang dihasilkan berkisar 11 - 8.
5. Kadar resin terendah 20,67 % dan kadar resin tertinggi 85,5%.
6. Dengan penggunaan katalis akan menurunkan Energi Aktivasi dan
mempercepat waktu reaksi.
7. Energi aktivasi yang dihasilkan sebesar 53,8440 kJ/mol.
8. Resin yang dihasilkan memiliki berat molekul rata-rata 47639,2 gram/mol
dengan derajat polimerisasi 528,796.
9. Faktor yang mempengaruhi polimerisasi kondensasi urea-formaldehid yaitu
temperature dengan T maksimal pada 85 (ºC), katalis (NH3) dan non katalis,
nilai Ph, perbandingan umpan, buffer Na2CO3, konsentrasi umpan, dan laju
reaksi.
10. Orde reaksi yang diperoleh sebesar 2 dengan konstanta laju reaksi 0,0002
L/mol.menit

38
DAFTAR PUSTAKA

Fessenden, Fessenden, 1997, “Dasar-dasar Kimia Organik”, Binarupa


Aksara, Jakarta.

Team Lab. TK UNJANI (2017), Diktat Petunjuk Praktikum Laboratorium


Teknik Kimia II, Fakultas Teknik, Universitas Jenderal Achmad Yani, Cimahi.

39
LAMPIRAN A
DATA LITERATUR

A.1 Data Fisik Air


Tabel A.1 Data fisik air
Data fisik pada
25 28
suhu (T = oC)
ρ (g/mL) 0,99708 0,99623
μ (g/cm.s) 0,008937 0,008007

A.2 Berat dan Rumus molekul


Tabel A.2 Data berat molekul
Zat Rumus Molekul Mr (g/mol)
Urea CO(NH2)2 60,06
Formaldehid CH2O 30,03
Amonia NH4OH 35
Natrium karbonat Na2CO3 106
Natrium sulfit Na2SO3 126

A.3 Densitas zat


Tabel A.3 Densitas zat
Zat ρ (g/ml)
Formalin 1,14
Amonia 0,934

A.4 Data tetapan Mark-Houwink & Kohn


Tabel A.4 Tetapan Mark-Houwink & Kohn
Rentang Mr K A
6000 – 20000 0,0002 0,80
9000 – 17000 0,0003 0,50
7000 – 70000 0,0014 0,60

40
LAMPIRAN B
DATA PERCOBAAN

 Massa piknometer kosong : 22,129 gram


 Massa piknometer + air : 48,367 gram
 Massa air : 26,06 gram
 Suhu air : 25 ℃
 Waktu viskometer air : 2.2 detik
 Formalin : 600 ml
 Massa urea : 273,87 gram
 Massa Na2CO3 : 1,35 gram
 Waktu urea larut : 30 menit
 Waktu refluks : 51,52 menit
 Volume titrasi blanko : 2.45 ml

B.1 Pengukuran Ph, Kadar Formalin Bebas, Temperatur, dan Viskositas


Tabel B.1 Data Pengukuran Ph, Kadar Formalin Bebas, Temperatur, dan
Viskositas
Sampel Ph V titrasi (ml) Temperatur Waktu
Sebelum Sesudah I II
(℃ ¿ Viskometer
0 10 7 25 16 31 2.3
1 10 8 6,8 5,2 19 2.4
2 9 7 3,2 3,4 85 2.5
3 9 7 2,5 3,9 83 2.6
4 9 8 3,5 2,7 84 2.6
5 10 7 3,9 2,1 84 2.6
6 9 7 2,5 3,9 78 2.6
7 9 8 2,5 3 76 2.7
8 8 7 2,5 3 85 2.8
9 10 8 2,5 2,7 85 2.8
10 10 8 2,6 1,3 85 3
B.2 Lanjutan Pengukuran Ph, Kadar Formalin Bebas, Temperatur, dan
Viskositas

41
Tabel B.2 Data Lanjutan Pengukuran Ph, Kadar Formalin Bebas, Temperatur, dan
Viskositas
Sampel Ph V titrasi (ml) Temperatur Waktu
Sebelum Sesudah I II
(℃ ¿ Viskometer
11 10 8 1,5 2,1 79 3.9
12 10 8 1,8 2 71 4

42
Tabel B.3 Data Pengukuran Densitas
Sampel Pikometer + Sampel
(gram)
1 45.73
2 46.68
3 46.83
4 48.17
5 48.55
6 48.6
7 48.64
8 48.71
9 48.72
10 48.73
11 49.75
12 49.8

B.4 Penentuan Kadar Resin


Tabel B.4 Data Penentuan Kadar Resin
Sampel Massa (gram)
G1 G4 G
0 34.02 34.46 0.44
1 33 35.96 2.96
2 31.12 36.68 5.56
3 34.32 37.93 3.61
4 33.29 37.95 4.66
5 31.51 35.36 3.85
6 32.33 36.37 4.04
7 22 29.78 7.78
8 28.67 35.36 6.69
9 23.97 29.9 5.93
10 29.34 34.77 5.43

43
11 21.75 25.98 4.23
12 35.27 41.65 6.38

LAMPIRAN C

PERHITUNGAN ANTARA

C.1 Penentuan Densitas , Viskositas dan Kadar Resin


Tabel C.1 Penentuan Densitas , Viskositas dan Kadar Resin

Sampel G (g) μ (g/cm.s) ρ (g/ml) % Resin

0 2.07 0.0053 1.0738 20.7

44
1 4.15 0.0120 1.2492 41.5
2 4.01 0.0329 1.2378 40.1
3 3.59 0.0368 1.2505 35.9
4 7.24 0.0386 1.2560 72.4
5 8.55 0.0402 1.2565 85.5

C.2 Penentuan Kadar Formalin

Tabel C.2 Penentuan Kadar Formalin

Kadar CH2O
Sampel V titrasi V titran
(g/ml)

0 5,3 4.8 0.0480


1 2 1.5 0.0150
2 2 1.5 0.0150
3 1 0.5 0.0050
4 1 0.5 0.0050
5 1 0.5 0.0050

45
C.3 Penentuan Nsp dan Cr
Tabel C.3 Penentuan Nsp dan Cr

Sampel Nsp Cr Nsp/Cr

0 -0.403 0.2220 -1.816

1 0.343 0.5178 0.662

2 2.684 0.4960 5.412

3 3.114 0.4489 6.937

4 3.318 0.9093 3.649

5 3.501 1.0743 3.259

C.4 Penentuan Orde dan Konstanta Laju Reaksi

Tabel C.4.1 Penentuan Orde 1 dan Konstanta Laju Reaksi

Sampe
t(menit) CA (mol/L) ln (CA0/CA) k1
l

0 15 1.600 0.000 0.000


1 30 0.500 1.163 0.039
2 45 0.500 1.163 0.026
3 60 0.167 2.262 0.038
4 75 0.167 2.262 0.031
5 90 0.167 2.262 0.027

46
k2
Samp t(meni CA ln 1/CA-
k1 1/CA (l/mol.
el t) (mol/L) (CA0/CA) 1/CA0
mnt)
0 15 1.600 0.000 0.000 0.625 0.000 0.000
1 30 0.500 1.163 0.039 2.000 1.375 0.046
2 45 0.500 1.163 0.026 2.000 1.375 0.031
3 60 0.167 2.262 0.038 6.000 5.375 0.090
4 75 0.167 2.262 0.031 6.000 5.375 0.075
5 90 0.167 2.262 0.027 6.000 5.375 0.064

Tabel C.4.2 Penentuan Orde 2 dan Konstanta Laju Reaksi

Tabel C.4.3 Konstanta Laju Reaksi

t
Sampel (menit T (K) 1/T ln k1 ln k2
)

0 15 303 0.0033 0.000  


1 30 333 0.0030 -3.250 -3.083
2 45 358 0.0028 -3.656 -3.488
3 60 360 0.0028 -3.278 -2.413
4 75 355 0.0028 -3.461 -2.595
5 90 350 0.0029 -3.615 -2.749

47
LAMPIRAN D

CONTOH PERHITUNGAN

D.1 Kalibrasi Piknometer


Massa air = (massa pikno + air) – (massa pikno kosong)
= 48,357 gr – 22,129 gr
= 26,228 gram
Pada suhu 25 oC, densitas air = 0,99708 gr/ml
Volume piknometer = 26,228 gr / 0,99708 gr/ml
= 26,3048 ml

D.2 Berat Umpan


 Volume formalin = 600 ml
 Kemurnian Formalin = 37%
 Massa Formalin total = 600 ml x 1,1 gr/ml x 37%
= 244,2 gr
2 44,2 gr
 Mol Formalin =
30,03 gr /mol
= 8,131868 mol
 F/U = 1,7
mol formalin
 Mol Urea =
F/U

8,131868 mol
=
1 ,7
= 4,7834 mol
 Massa Urea = 4,7834 mol x 60,06 gr/mol

48
= 287,2970 gr
 M campuran total (x) = Massa (formalin + urea + katalis + buffer)
= (203,5 + 226,11 =(5% x ) gr
(x) = 531,547
 Massa buffer = 244,2 + 287,2970 x 0,05%
= 27,57
D.3 Pembuatan Na2SO3 1 N dalam 500 ml
gr×1000
N=
BM /ek×Volume
gr×1000
1 = 126/2×500
gr = 31,5 gr

D.4 Pembuatan H2SO4 0,2 N dalam 250 ml


N H2SO4 = 97 % x (1,84 gr/ml /(98 gr/mol/2 ekiv)) x 250 ml
= 9,099 N
V1. N1 = V2 . N2
250 ml x 0,2 N = V2 x 9,099 N
V2 = 5,495 ml

Sebagai contoh perhitungan digunakan data pada sample ke 1.


D.5 Penentuan Densitas Resin
(massa pikno+ resin)– (massa pikno kosong)
ρ resin =
V pikno
(50,376 g – 22,1290 g)
=
26,30481
= 1,0738 g/ml

D.6 Penentuan Viskositas resin


(t resin x ρ resin)
µ resin = µ air x
(t air x ρ air)

49
(3,08 x 1,0738)
= 0,008937 g/cm.s x
(5,56 x 0,99708)
= 0,005331 g/cm.s

D.7 Viskositas intrinstik


Nsp = (µ resin - µ air)/ µ air
= (0,0095 – 0,008937 )/ 0,008937
= 0,062
D.8 Kadar Formalin Bebas
30,03 gr /mol x (V titrasi – V blangko)ml x N H 2 SO 4 ek / L
g CH2O/ml ¿
ml sampel x 2 ek /mol x 1000 ml/ L
30,03 gr /mol x (3,15−0,5)ml x 0,2 ek / L
¿
1 ml sampel x 2 ek /mol x 1000 ml / L
= 0,0080 g/ml

D.9 Penentuan Kadar Resin


G
% resin = x 100%
Gtotal
7,71
= x 100%
10
= 77,1 %

D.10 Konsentrasi Resin


Cr = (% resin x ρ resin x V resin)
= (77,1% x 1,161 x 1)
= 0,895 g/ml

D.11 Berat molekul rata – rata


Penentuan berat molekul rata-rata
N = K . Mra
N = merupakan intercept dari persamaan garis antara Nsp/Cr terhadap Cr
= 0,1155

50
asumsi rentang Mr = 6000 - 20000, K = 0,0002 dan a = 0,80
K = Tetapan Mark Howink
Ln N = Ln K + a Ln M
(ln N – ln K )
Mr = exp ( )
a
(ln1,1051 – ln0,0002)
Mr = exp ( )
0,80
Mr = 47639,2 g/mol

D.12 Derajat polimerisasi


BM rata−rata
Derajat polimerisasi =
(BM urea+BM formalin)
53214,0693 gr /mol
=
( 60,06+30,03 ) gr /mol
= 590,677

D.13 Energi Aktivasi


k = A . e-Ea/RT
Ln k = ln A – Ea/RT
Ln k = – Ea/R. (1/T) + ln A
Dari grafik hubungan I/T terhadap Ln k2 didapat persamaan:
ln K2 = -1175,1(1/T) + 0,4832
Ea/R = -(-1175,1 K)
R = 8,314 J/mol.K
Ea = 1175,1 x 8,314 J/mol
= 9769,7814 J/mol
= 97,697814 kJ/mol

51
52

Anda mungkin juga menyukai