Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

MANAJEMEN DAN KEPEMIMPINAN DALAM

PRAKTIK KEBIDANAN

Dosen : Ernawati, S,ST.,M.Kes

Disusun Oleh:

Rina Gusnani (113418010)

S1 Kebidanan

SEKOLAH TINGGI KESEHATAN (STIKES) HAMZAR

LOMBOK TIMUR NUSA TENGGARA BARAT

Kantor Sekertariat : jl. Raya Lb. Lombok Mamben Daya Kecamatan


Wanasaba,Kabupaten Lombok Timur,NTB

TA 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat allah SWT yang telah memberikan berbagai
kenikmatan salah satunya adalah nikmat sehat sehingga penulis mampu
menyelesaikan makalah dalam waktu yang sudah ditentukan.

Shalawat serta salam selalu tercurah kepada junjungan alam nabi besar
Muhammad SAW yang telah menuntun umat manusia dari zaman kebodohan menuju
zaman serba pintar seperti sekarang ini.

Terimakasih sebesar-besarnya saya ucapkan kepada dosen pembimbing mata kuliah


yang telah mengajarkan berbagai ilmu pengetahuannya sehingga saya dapat dengan
mudah menyelesaikan tugas ini dengan tepat waktu.

Penulis menyadari bahwa tugas ini sangat jauh dari kata sempurna,masih terdapat
banyak kesalahan, Baik dari penulisan maupun penyusunan. Untuk itu kritik serta
saran yang membangun sangat kami butuhkan demi menyempurnakan makalah ini.

Lombok Timur, 3 Juli 2021

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman Judul

Kata Pengantar..................................................................................................

Daftar Isi ..........................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................................................................................

1.2 Rumusan Masalah.................................................................................


1.3 Tujuan Penulisan..................................................................................
BAB II PEMBAHASAN I
2.1 Pengertian informed choice.................................................................
2.2 perbedaan informed choice dan informed consent..............................
2.3 rekomendasi yang dianjurkan bidan…………………………………...
2.4 bentuk pilihan dalam asuhan kebidanan..............................................
2.5 tujuan informed choice........................................................................
2.6 pengertian informed consent...............................................................
2.7 bentuk informed consent.....................................................................
2.8 persetujuan pada informed consent.....................................................
2.9 manfaat informed consent...................................................................
PEMBAHASAN II
2.1 Pengertian isu etik dalam kebidanan...................................................
2.2 isu-isu etik pada kebijakan kebidanan.................................................
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan..........................................................................................
3.2 Saran....................................................................................................
BAB IV DAFTAR PUSTAKA...................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Akhir-akhir ini banyak dibicarakan di media massa masalah dunia kebidanan
yang dihubungkan dengan hukum. Bidang kebidanan yang dahulu dianggap profesi
mulia, seakan-akan sulit tersentuh oleh orang awam, kini mulai dimasuki unsur
hukum.Salah satu tujuan dari hukum atau peraturan atau deklarasi atau kode etik
kesehatan atau apapun namanya adalah untuk melindungi kepentingan pasien
disamping mengembangkan kualitas profesi bidan atau tenaga kesehatan.Keserasian
antara kepentingan pasien dan kepentingan tenaga kesehatan merupakan salah satu
penunjang keberhasilan pembangunan sistem kesehatan.
Pada awal abad ke-20 telah tumbuh bidang hukum yang bersifat khusus (lex
spesialis), salah satunya hukum kesehatan, yang berakar dari pelaksanaan hak asasi
manusia memperoleh kesehatan (the Right tohealth care).Masing-masing pihak, yaitu
yang memberi pelayanan (medical providers) dan yang menerima pelayanan
(medical receivers) mempunyai hak dan kewajiban yang harus dihormati.
Agar dapat menanggulangi masalah secara proporsional dan mencegah apa
yang dinamakan malpraktek di bidang kebidanan, perlu adanya informed consent
(persetujuan penjelasan) dan informed choice (pilihan pasien).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan
sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari informed choice?
2. Apaperbedaan pilihan (choice) dengan persetujuan (consent)?
3. Bagaimanakah rekomendasi informed choic?
4. Bagaimanakah bentuk pilihan (choice) pada asuhan kebidanan?
5. Apa tujuan dari informed choice?
6. Apa pengertian informed consent?
7. Bagaimana bentuk-bentuk informed consent?
8. Bagaimana dimensi dalam proses informed consent?
9. Apa manfaat informed consent?
C. Tujuan Pembahasan
1) Tujuan Umum
  Mengetahui informed consent
Mengetahui informed choice
2) Tujuan Khusus
1. Mengetahui pengertian dari informed choice
2. perbedaan pilihan (choice) dengan persetujuan (consent)
3. Mengetahuirekomendasi informed choice
4. Mengetahui bentuk pilihan (choice) pada asuhan kebidanan
5. Mengetahui tujuan dari informed choice
6.   Mengetahui pengertian informed consent
7. Mengetahui bentuk-bentuk informed consent
8.  Mengetahui dimensi dalam proses informed consent
9.  Mengetahui manfaat informed consent 

D. Kegunaan Makalah
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat dengan pertimbangan
sebagai berikut:
1. Sebagai informasi mengenai informed consent dan informed choice.
2. Menjadi pembelajaran bagi penulis agar lebih baik dalam penulisan-penulisan
berikutnya.
BAB II

PEMBAHASAN I

A. Pengertian informed choice

Pengertian informed choice adalah membuat pilihan setelah mendapatkan


penjelasan tentang alternatif asuhan yang akan dialaminya. Menurut kode etik
internasional bidan yang dinyatakan oleh ICM tahun 1993 bahwa bidan harus
menghormati hak wanita setelah mendapatkan penjelasan dan mendorong wanita
untuk menerima tanggung jawab terhadap hasil dari pilihannya. Definisi informasi
dalam konteks ini adalah meliputi: informasi yang lengkap sudah diberikan dan
dipahami ibu, tentang pemahaman resiko, manfaat, keuntungan, dan kemungkinan
hasil dari tiap pilihannya. Hak dan keinginan wanita harus dihormati, tujuannya
adalah untuk mendorong wanita memilih asuhannya.
Dari riwayat yang sudah lama berlangsung, petugas kesehatan termasuk bidan
sungkan baik untuk membagikan informasi maupun membuat keputusan bersama
dengan klien.Ini bertentangan dengan aspek hukum dan untuk sikap profesionalisme
yang wajib dan bersusah payah untuk menjelaskan kepada klien semua kemungkinan
pilihan tindakan dan hasil yang diharapkan dari setiap pilihannya.
Di negara manapun ada hambatan dalam memberdayakan wanita mengenai
pelaksanaan informed choice ini, misalnya sangat kurang informasi yang diperoleh
ketika wanita mulai hamil dan ada prasangka bahwa wanita sendiri enggan
menggambil tanggung jawab untuk membuat keputusan yang sulit dalam kehamilan
maupun persalinan. Dari hasil penelitian yang pernah dilakukan menunjukan bahwa
wanita ingin membuat pilihan kalau diberikan informasi yang cukup dan justru para
bidan yang enggan memberikan informasi yang lengkap agar wanita dapat membuat
keputusan. Wanita dengan pendidikan tinggi dapat membuat pilihan karena banyak
membaca atau mempunyai bekal untuk membuat keputusan, tetapi untuk sebagian
besar masih sulit karena berbagai alasan, misalnya alasan social ekonomi, kurangnya
pendidikan dan pemahaman masalah kesehatan, kesulitan bahasa dan pemahaman
system kesehatan yang tersedia.  

Sebagai seorang bidan dalam memberikan inform choise kepada klien harus:

a. Memperlakukan klien dengan baik.


b.   Berinteraksi dengan nyaman.
c. Memberikan informasi obyektif, mudah dimengerti dan diingat serta tidak
berlebihan.
d.   Membantu klien mengenali kebutuhannya dan membuat pilihan yang sesuai
dengan kondisinya.

B. Perbedaan pilihan (choice) dengan persetujuan (consent)


1. Persetujuan atau consent penting dari sudut pandang bidan, karena berkaitan
dengan aspek hukum yang memberikan otoritas untuk semua prosedur yang
akan dilakukan bidan.
2. Pilihan atau choice penting dari sudut pandang klien sebagai penerima jasa
asuhan kebidanan, yang memberikan gambaran pemahaman masalah yang
sesungguhnya dan merupakan aspek otonomi pribadi menentukan pilihannya
sendiri. Choice berarti ada alternatif lain, ada lebih dari satu pilihan dan klien
mengerti perbedaannya sehinggga dia dapat menentukan mana yang disukai
atau sesuai dengan kebutuhannya. 

C. Rekomendasi yang dianjurkan untuk Bidan


1. Bidan harus terus meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya dalam
berbagai aspek agar dapat membuat keputusan klinis dan secara teoritis agar
dapat memberikan pelayanan yang aman dan memuaskan kliennya.
2. Bidan wajib memberikan informasi secara rinci dan jujur dalam bentuk yang
dapat dimengerti oleh si wanita dengan menggunakan media alternative dan
penterjemah kalau perlu, begitu juga tatap muka langsung.
3. Bidan dan petugas kesehatan lain perlu belajar untuk membantu wanita melatih
diri dalam menggunakan haknya dan menerima tanggung jawab untuk keputusan
yang mereka ambil sendiri. Ini tidak hanya dapat diterima secara etika tetapi juga
melegakan para profesional kesehatan. Memberikan jaminan bahwa para petugas
kesehatan sudah memberikan asuhan yang terbaik dan memastikan bahwa wanita
itu sudah diberikan informasi yang lengkap tentang implikasi dari keputusan
mereka dan mereka telah memenuhi tanggung jawab moral mereka.
4. Dengan memfokuskan asuhan yang berpusat pada wanita dan berdasarkan fakta,
diharapkan bahwa konflik dapat ditekan serendah mungkin.
5.   Tidak perlu takut akan konflik tetapi menganggapnya sebagai suatu kesempatan
untuk saling memberi dan mungkin suatu penilaian ulang yang objektif, bermitra
dengan wanita dari system asuhan dan suatu tekanan positif terhadap perubahan.

D. Bentuk pilihan yang ada dalam asuhan kebidanan

Ada beberapa jenis pelayanan kebidanan yang dapat dipilih oleh pasien, antara
lain:

1. Gaya bentuk pemeriksaan ANC dan pemeriksaan laboratorium atau screening


antenatal.
2. Tempat melahirkan
3. Masuk kamar bersalin pada tahap awal persalinan
4. Pendampingan waktu melahirkan
5. Klisma dan cukur daerah pubis
6.   Metoda monitor denyut jantung janin
7. Percepatan persalinan atau augmentasi
8. Diet selama proses persalinan
9. Mobilisasi selama proses persalinan
10. Pemakaian obat penghilang rasa sakit
11. Pemecahan ketuban
12.   Posisi ketika melahirkan
13. Episiotomi
14. Penolong persalinan
15. Keterlibatan suami waktu bersalin/kelahiran
16. Pemotongan tali pusat
17. Metode kontrasepsi
E. Tujuan informed choice

Tujuannya adalah untuk mendorong wanita memilih asuhannya.Peran bidan


tidak hanya membuat asuhan dalam manajemen asuhan kebidanan tetapi juga
menjamin bahwa hak wanita untuk memilih asuhan dan keinginannya
terpenuhi.Hal ini sejalan dengan kode etik internasional bidan yang dinyatakan
oleh ICM 1993, bahwa bidan harus menghormati hak wanita setelah mendapatkan
penjelasan dan mendorong wanita untuk menerima tanggung jawab untuk hasil
dari pilihannya.

F. Pengertian informed consent

Informed consent bearsal dari bahasa latin yaitu consensio. Kemudian dalam
bahasa inggris menjadi consent yang berarti persetujuan izin, memberikan izin
kepada seseorang untuk melakukan sesuatu. Latar belakang diperlukannya
informed consent adalah karena tindakan medic yang dilakukan bidan hasilnya
penuh dengan ketidakpastian dan unpredictable (tidak dapat diprediksikan
sebelumnya) sebab dipengaruhi oleh factor-faktor lain yang berada diluar
kekuasaan bidan seperti perdarahan postpartum, shock, asfiksia neonatorum.

Kesadaran hokum pasien semakin meningkat, pasien sadar akan hak dan
kewajibannya dalam arti bahwa pemberian persetujuan tanpa mengetahui tentang
apa yang akan dilaksanakan atas dirinya adalah bertentangan dengan arti consent
itu sendiri.
Menurut culver and gert ada 4 komponen yang harus di pahami  pada suatu
persetujuan :
1. Sukarela (voluntariness)
Sukarela mengandung makna bahwa pilihan yang dibuat adalah dasar sukarela
tanpa ada unsur paksaan di dasari informasi dan kompetensi. Sehingga
pelaksanaan sukarela harus memenuhi unsur informasi yang di berikan sejelas
jelas nya
2. Informasi (information)
Jika passien tidak tahu sulit untuk dapat mendeskripsikan keputusan.
3. Kompetensi (competence)
Dalam konteks cosent competensi bermakna suatu pemahaman bahwa
seseorang  membutuhkan sesuatu hal untuk mampu membuat keputusan 
dengan tepat, juga membutuhkan banyak informasi.
4. Keputusan (Decision)
Pengambilan keputusan merupakan suatu proses, dimana merupakan
persetujuan tanpa refleksi.pembuatan keputusan merupakan tahap terakhir 
proses pemberian persetujuan.

G. Bentuk-bentuk Informed Consent


Informed consent harus dilakukan setiap kali akan melakukan tindakan medis,
sekecil apapun tindakan tersebut. Menurut depertemen kesehatan (2002),
informed consent dibagi menjadi 2 bentuk :
1) Implied consent
Yaitu persetujuan yang dinyatakan tidak langsung. Contohnya: saat bidan akan
mengukur tekanan darah ibu, ia hanya mendekati si ibu dengan membawa
sfingmomanometer tanpa mengatakan apapun dan si ibu langsung menggulung
lengan bajunya (meskipun tidak mengatakan apapun, sikap ibu menunjukkan
bahwa ia tidak keberatan terhadap tindakan yang akan dilakukan bidan)
2) Express Consent
Express consent yaitu persetujuan yang dinyatakan dalam bentuk tulisan atau
secara verbal. Sekalipun persetujuan secara tersirat dapat diberikan, namun
sangat bijaksana bila persetujuan pasien dinyatakan dalam bentuk tertulis
karena hal ini dapat menjadi bukti yang lebih kuat dimasa mendatang.Contoh,
persetujuan untuk pelaksanaan sesar.

H. Persetujuan pada informed consent dapat dibedakan menjadi tiga bentuk,


yaitu:
1) Persetujuan Tertulis, biasanya diperlukan untuk tindakan medis yang
mengandung resiko besar, sebagaimana ditegaskan dalam PerMenKes No.
585/Men.Kes/Per/IX/1989 Pasal 3 ayat (1) dan SK PB-IDI No.
319/PB/A.4/88 butir 3, yaitu intinya setiap tindakan medis yang mengandung
resiko cukup besar, mengharuskan adanya persetujuan tertulis, setelah
sebelumnya pihak pasien memperoleh informasi yang adekuat tentang
perlunya tindakan medis serta resiko yang berkaitan dengannya (telah terjadi
informed consent)
2) Persetujuan Lisan, biasanya diperlukan untuk tindakan medis yang bersifat
non-invasif dan tidak mengandung resiko tinggi, yang diberikan oleh pihak
pasien.
3) Persetujuan dengan isyarat, dilakukan pasien melalui isyarat, misalnya pasien
yang akan disuntik atau diperiksa tekanan darahnya, langsung menyodorkan
lengannya sebagai tanda menyetujui tindakan yang akan dilakukan terhadap
dirinya.

I. Dimensi dalam proses informed concent


a. Dimensi yang menyangkut hukum
dalam hal ini informed concent merupakan perlindungan bagi pasien terhadap
bidan yang berprilaku memaksakan kehendak, dimana proses informed
concent sudah memuat :

1. Keterbukaan informasi dari bidan kepada pasien

2. Informasi tersebut harus dimengerti pasien


3. Memberikan kesempatan kepada pasien untuk memberikan kesempatan yang
baik

b. Dimensi yang meyangkut etik


Dari proses informed concent terkandung nilai etik sebagai berikut :
1. Menghargai kemandirian/otonomi pasien
2. Tidak melakukan intervensi melainkan membantu pasien bila
dibutuhkan/diminta sesuai dengan informasi yang telah dibutuhkan
3. Bidan menggali keinginan pasien baik yang dirasakan secara subjektif
maupun sebagai hasil pemikiran yang rasional

J. Manfaat informed consent

1. Membantu kelancaran tindakan medis. Melalui informed consent, secara tidak


langsung terjalin kerjasama antara bidan dank lien sehingga memperlancar
tindakan yang akan dilakukan. Keadaan ini dapat meningkatkan efisiensi
waktu dalam upaya tindakan kedaruratan.
2. Mengurangi efek samping dan komplikasi yang mungkin terjadi. Tindakan
bidan yang tepat dan segera, akan menurunkan resiko terjadinya efek samping
dan komplikasi.
3. Mempercepat proses pemulihan dan penyembuhan penyakit, karena si ibu
memiliki pemahaman yang cukup terhadap tindakan yang dilakukan.
4. Meningkatkan mutu pelayanan. Peningkatan mutu ditunjang oleh tindakan
yang lancar, efek samping dankomplikasi yang minim, dan proses pemulihan
yang cepat.
5. Melindungi bidan dari kemungkinan tuntutan hukum. Jika tindakan medis
menimbulkan masalah, bidan memiliki bukti tertulis tentang persetujuan
pasien.

Contoh Persetujuan Tindakan Pertolongan Persalinan


Bidan Praktek Swasta………………..
Alamat ……………………………….
Telp……………………..Fax………..
Persetujuan Tindakan Pertolongan Persalinan
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama :……………………………
Tempat /tanggal lahir :……………………………
Alamat : …………………………..
Kartu Identitas: ………………………...…
Pekerjaan : ………………………..…
Selaku individu yang meminta bantuan pada fasilitas kesehatan ini, bersamaa ini
menyatakan kesediaannya untuk dilakukan tindakan dan prosedur pertolongan
persalinan pada diri saya. Persetujuan ini saya berikan setelah mendapat penjelasan
oleh Bidan yang berwenang di fasilitas kesehatan tersebut diatas, sebagai berikut ini :
1. Diagnosis kebidanan
……………………………………………………………………
2. Untuk melakukan pertolongan persalinan perlu dilakukan
tindakan…………………….
3. Setiap tindakan kebidanan yang dipilih bertujuan untuk kesejahteraan dan
keselamatan ibu dan janin. Namun demikian, sebagaimana telah dijelaskan
terlebih dahulu, setiap tindakan yang dilakukan memiliki resiko baik yang telah
diduga maupun yang belum diduga sebelumnya.
4. Penolong persalinan juga telah menjelaskan bahwa ia akan berudaha sebaik
mungkin untuk melakukan tindakan pertolongan persalinan dan menghindarkan
kemungkinan resiko, agar diperoleh hasil Asuhan Kebidanan yang optimal.
5. Semua penjelasan tersebut diatas sudah saya maklumi dan dijelaskan dengan
kalimat yang jelas dan saya mengerti sehingga saya memaklumi arti tindakan
atau asuhan kebidanan yang saya alami. Dengan demikian terjadi kesepahaman
diantara pasien dan bidan tentang upaya serta tujuan tindakan, untuk mencegah
terjadinya masalah hukum dikemusian hari.
Dalam keadaan dimana saya tidak mampu untuk memperoleh penjelasan dan
memberi persetujuan maka saya menyerahkan mandat kepada suami atau wali saya
yaitu :
Nama : ………………………………………………..
Tempat / Tanggal Lahir : …………………………………………….….
Alamat : ………………………………………………..
Kartu Identitas : ………………………………………………..
Pekerjaan : ………………………………………………..
Demikian saya maklum, surat persetujuan ini saya buat tanpa paksaan dari pihak
manapun dan agar dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

……………………………………….

Bidan                    Suami / Wali                        Yang Memberi Persetujuan


(…………..) (…………….)                      (…………………………….)  
PEMBAHASAN II

1. Pengertian Isu Etik dan Dilema

Isu adalah masalah pokok yang berkembang di suatu masyarakat atau suatu
lingkungan belum yang belum tentu benar, yang membutuhkan pembuktian. Isu
merupakan topik yang menarik untuk di diskusikan, argumentasi yang timbul akan
bervariasi dan muncul karena adanya perbedaan nilai-nilai dan kepercayaan.

Etik merupakan bagian dari filosofi yang berhubungan erat dengan nilai
manusia dalam menghargai suatu tindakan, apakah benar atau salah dan apakah
pernyataan itu baik atau buruk.

Isu etik dalam pelayanan kebidanan merupakan topik yang penting yang
berkembang di masyarakat tentang nilai manusia dalam menghargai suatu tindakan
yang berhubungan dengan segala aspek kebidanan yang menyangkut baik dan
buruknya.

Dilema yaitu suatu keadaan dimana dihadapkan pada dua alternatif pilihan,
yang kelihatannya sama atau hampir sama dan membutuhkan pemecahan masalah.
Dilema muncul Karena terbentur pada konflik moral, pertentangan batin, atau
pertentangan antara nilai-nilai yang diyakini bidan dengan kenyataan yang ada.

1. Contoh Bentuk Isu Etik yang Berhubungan dengan kebidanan

a. Isu etik yang terjadi antara bidan dengan klien, keluarga, masyarakat

1.) Kasus :

Seorang perempuan hamil G1PₒAₒ hamil 38 minggu datang ke polindes


dengan keluhan perutnya terasa mengencang sejak 5 jam yang lalu. Setelah dilakukan
VT, pembukaan 3, janin letak sunsang. Bidan merencanakan dirujuk ke rumah sakit.
Keluarga klien terutama suami menolak untuk dirujuk dengan alasan tidak punya
biaya. Bidan memberikan penjelasan persalinan anak letak sungsang bukan
kewenangannyadan menyampaikan tujuan dirujuk demi keselamatan bayi dan juga
ibunya, tetapi keluarga tetap ingin ditolong oleh bidan polindes. Karena keluarga
memaksa, akhirnya bidan menuruti kemauan klien dan keluarga untuk menolong
persalinan. Persalinan berjalan sangat lama karena kepala janin tidak bisa keluar.
Setelah bayi lahir ternyata bayi meninggal. Keluarga menyalahkan bidan bahwa bidan
tidak dapat bekerja secara professional dan dalam masyarakat pun tersebar bahwa
bidan tersebut dalam melakukan tindakannya sangat lambat dan tidak sesuai
prosedur.

2.) Konflik :

Keluarga / suami menolak untuk dirujuk ke rumah sakit dengan alas an ridak
mempunyai biaya untuk melakukan operasi.

3.) Isu :

Di mata masyarakat, bidan tersebut dalam pelayanan atau melakukan tindakan


tidak sesuai prosedur dan tidak professional. Masyarakat juga menilai bahwa bidan
tersebut dalam menangani pasien dengan kelas ekonomi rendah sangat lambat atau
membeda-bedakan antara pasien yang ekonomi atas dengan ekonomi rendah.

4.) Dilema

Kenyataan di lapangan, bidan merasa kesulitan untuk memutuskan rujukan


karena keluarga memaksa ingin ditolong bidan. Dengan segala keterbatasan
kemampuan dan sarana, bidan melakukan pertolongan persalinan yang seharusnya
dilakukan di rumah sakit dan ditolong oleh spesialis kebidanan.

b. Isu Etik yang terjadi antara Bidan dengan Teman Sejawat

1.) Kasus :

Di suatu desa yang tidak jauh dari kota dimana di desa tersebut ada dua orang
bidan yaitu bidan “A” dan bidan “B” yang sama-sama memiliki BPM (Bidan Praktik
Mandiri) dan ada persaingan di antara dua bidan tersebut. Pada suatu hari datang
seorang pasien yang akan melahirkan di BPM bidan “B” yang lokasinya tidak jauh
dengan BPM bidan “A”. setelah dilakukan pemeriksaan ternyata pembukaan masih
belum lengkap dan bidan “B” menemukan letak sungsang dan bidan tersebut tetap
akan menolong persalinan tersebut meskipun mengetahui bahwa hal tersebut
melanggar wewenang sebagai seorang bidan demi mendapatkan banyak pasien untuk
bersaing dengan bidan “A”. Sedangkan bidan “A” mengetahui hal tersebut. Jika bidan
“B” tetap akan menolong persalinan tersebut, bidan “A” akan melaporkan bidan “B”
untuk menjatuhkan bidan “B” karena melanggar wewenang profesi bidan.

2.) Isu :

Seorang bidan melakukan pertolongan persalinan sungsang.

3.) Konflik :

Menolong persalinan sungsang untuk mendapatkan pasien demi persaingan atau


dilaporkan oleh bidan “A”

4.) Dilema :

a.) Bidan “B” tidak melakukan pertolongan persalinan sungsang tersebut


namun bidan kehilangan satu pasien.

b.) Bidan “B” menolong persalinan tersebut tapi akan dijatuhkan oleh bidan
“A” dengan dilaporkan oleh lembaga yang berwenang

c. Isu Etik Bidan dengan Team Kesehatan lainnya

1.) Kasus :

Seorang wanita berusia 35 tahun mengalami jatuh dan pendarahan hebat. Suami
memanggil bidan dan bidan memberikan pertolongan pertama. Bidan menjelaskan
pada keluarga, agar istrinya dibawa ke rumah sakit untuk dilakukan kuretase.
Keluarga menlak dan menginginkan agar bidan saja yang melakukan kuretase. Bidan
kemudian melakukan kuretase dan 2 hari kemudian, pasien mengalami pendarahan
dan dibawa ke rumah sakit. Dokter menanyakan riwayat kejadian pada suami pasien.
Suami pasien kemudian mengatakan bahwa 2 hari lalu istrinya mengalami
pendaharan dan dilakukan kuratase oleh bidan. Dokter kemudian memanggil bidan
tersebut dan terjadilah konflik antara bidan dengan dokter tersebut.

2.) Isu :

Malpraktik bidan melakukan tindakan diluar wewenangnya

3.) Konflik:

Bidan melakukan kurentase diluar wewenangnya sehingga terjadilah konflik antara


bidan dan dokter

4.) Dilema :

Jika tidak segera dilakukan tindakan dikuatirkan dapat merenggut nyawa pasien
karena BPM jauh dari RS. Namun, jika dilakukan tindakan, bidan merasa melanggar
kode etik kebidanan dan merasa melakukan tindakan diluar wewenangnya.

d. Isu Etik yang terjadi antara Bidan dan Organisasi Profesi

1.) Kasus :

Seorang ibu yang ingin bersalin di BPM. Sejak awal kehamilan, ibu tersebut sudah
sering memeriksakan kehamilannya. Menurut hasil pemeriksaan bidan, ibu tersebut
memiliki riwayat hipertensi, maka kemungkinan lahir pervagina sangat beresiko saat
persalinan tiba. Tekanan darah ibu menjadi tinggi. Jika tidak rujuk, maka beresiko
terhadap janin dan kondisi si ibu itu sendiri. Resiko pada janin bisa terjadi gawat
janin dan pendarahan pada ibu. Bidan sudah mengerti resiko yang akan terjadi. Tapi
bidan lebih mementingkan egonya sendiri karena takut kehilangan komisinya
daripada dirujuk ke rumah sakit. Setelah janin lahir, ibu mengalami pendarahan
hebat, sehingga kejang-kejang dan meninggal. Saat berita itu terdengar, Organisasi
Profesi Bidan (IBI), memberikan sanksi yang setimpal bahwa dari kecerobohannya
sudah merugikan orang lain. Sebagai gantinya, ijin praktik (BPM) bidan A dicabut
dan dikenakan denda sesuai dengan pelanggaran tersebut.

2.) Isu :

a) Terjadi malpraktik
b) Pelnggaran wewenang bidan

3.) Dilema :

Perlu disadari bahwa dalam pelayanan kebidanan sering kali muncul masalah atau isu
di masyarakat yang berkaiatan dengan etik dan moral, dilema serta konflik yang
dihadapi bidan sebagai praktiksi kebidanan. Isu adalah masalah pokok yang
berkembang di masyarakat atau suatu lingkungan yang belum tentu benar, serta
membutuhkan pembuktian. Bidan dituntut berperilaku hati-hati dalam setiap
tindakannya dalam memberikan asuhan kebidanan dengan menampilkan perilaku
yang etis professional.

e. Isu Etik yang terjadi dalam Pelayanan Kebidanan

Perlu juga di sadari bahwa dalam pelayanan kebidanan seringkali muncul


masalah atau isu di masyarakat yang berkaitan dengan etik dan moral, dilema serta
konflik yang dihadapi bidan sebagai praktisi kebidanan.

Beberapa contoh mengenai isu etik dalam pelayanan kebidanan, adalah


berhubungan dengan :

 Agama / kepercayaan
 Hubungan dengan pasien
 Hubungan dokter dengan bidan
 Kebenaran
 Pengambilan keputusan
 Kematian
 Kerahasiaan
 Aborsi
 AIDS
 In-vitro Fertilization

f. Isu Moral dan Dilema Moral

Isu moral adalah topik yang penting berhubungan dengan benar dan salah
dalam kehidupan sehari-hari, sebagai contoh nilai-nilai yang berhubungan dengan
kehidupan orang sehari-hari, menyangkut kasus abortus euthanasia, keputusan untuk
terminasi kehamilan. Contoh isu moral dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai
berikut :

 Kasus abortus
 Euthanansia
 Keputusan untuk terminasi kehamilan

Dilema moral menurut Campbell adalah suatu keadaan dimana dihadapkan


pada dua alternatif pilihan, yang kelihatannya sama atau hampir sama dan
membutuhkan pemecahan masalah. Dalam mencari solusi atau pemecahan masalah
harus mengingat akan tanggung jawab profesionalnya, yaitu :

a. Tindakan selalu ditujukan untuk peningkatan kenyamanan, kesejahteraan


pasien atau klien
b. Menjamin bahwa tidak ada tindakan yang menghilangkan sesuatu bagian,
(omission), disertai rasa tanggung jawab, memperhatikan kondisi dan
keamanan pasien atau klien.

Konflik Moral
Konflik moral menurut Johnson adalah bahwa konflik atau dilema pada
dasarnya sama, kenyataanya konflik berada diantar prinsip moral dan tugas yang
mana sering menyebabkan dilema. Ada 2 tipe konflik yaitu ;

a. Konflik berhubungan dengan prinsip


b. Konflik yang berhubungan dengan otonomi

Dua tipe konflik ini adalah dua bagian yang tidak bisa terpisahkan. Contoh
studi kasus mengenai konflik moral :

“Ada seorang bidan yang berpraktik mandiri di rumah. Ada seorang


pasien inpartu datang ke tempat praktiknya. Status obstretik pasien adalah GI PO AO
hasil pemeriksaan penapisan awal menunjukkan presentase bokong dengan taksiran
berat janin 3900 gram, dengan kesejahteraan ibu dan janin baik. Maka bidan tersebut
menganjurkan dan memberikan konseling pada pasien mengenai kasusnya dan untuk
dilakukan tindakan rujukan. Namun pasien dan keluarganya menolak dirujuk dan
tetap bersikukuh untuk tetap melakukan persalinan di bidan tersebut karena
pertimbangan biaya dan kesulitan lainnya”.

Melihat kasus ini mka bidan dihadapkan pada konflik moral yang
bertentangan dengan prinsip moral dan otonomi maupun kewenangan dalam
pelayanan kebidanan. Bahwa sesuai Kepmenkes Republik Indonesia
900/Menkes/SK/VII/2002 tentang registrasi dan praktik bidan, bidan tidak berwenang
memberikan persalinan pada primigravida dengan presentasi bokong, di sisi lain ada
prinsip nilai moral dan kemanusiaan yang dihadapi pasien, yaitu ketidak mampuan
sosial ekonomi dan kesulitan lainnya.
BAB III

A. Kesimpulan
   Informed Choice adalah membuat pilihan setelah mendapatkan penjelasan tentang
alternatif asuhan yang akan dialaminya, pilihan (choice).
Informed Consent adalah persetujuan tindakan kebidanan atau kedokteran yang
diberikan oleh pasien atau keluarga terdekatnya setelah mendapatkan penjelasan
secara lengkap mengenai tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut.
Persetujuan (consent) penting dari sudut pandang bidan, karena berkaitan dengan
aspek hukum yang memberikan otoritas untuk semua prosedur yang dilakukan oleh
bidan.Pilihan (choice) lebih penting dari sudut pandang wanita (pasien) sebagai
konsumen penerima jasa asuhan kebidanan.
Isu etik yang terjadi antara bidan dengan klien, keluarga dan masyarakat
mempunyai hubungan erat dengan nilai manusia dalam menghargai suatu
tindakan. Seorang bidan dikatakan professional bila ia mempunyai kekhususan
sesuai dengan peran dan fungsinya yang bertanggung jawab sesuai kewenangan.
Bidan yang praktik mandiri menjadi pekerja yang bebas mengontrol dirinya
sendiri. Situasi ini akan besar sekali pengaruhnya terhadap kemungkinan terjadi
nya penyimpangan etik. Pengambilan keputusan adalah pemilihan alternative
perilaku tertentu dari dua atau lebih alternative yang ada. Strategi pengambilan
keputusan yang dipengaruhi oleh kebijakan organisasi / pimpinan, fungsi
pelayanan.
B. Saran
Sebelum melakukan tindakan medis, bidan dan klien harus membuat dan/atau
menyetujui informed consent dan informed choice agar dapat menanggulangi
masalah secara proporsional dan mencegah apa yang dinamakan malpraktek di
bidang kebidanan
Daftar Pustaka
Wahyuningsih, Heni Puji dan Asmar Yetty Zein. 2005. Etika Profesi
KebidananYogyakarta : Fitramaya.
Zulvadi, Dudi. 2010. Etika dan Manajemen Kebidanan. Yogyakarta : Cahaya Ilmu.
Kemenkes RI. 2010. Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar 2010. Jakarta :
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Setiawati, Gita. 2010. Modal Sosial Dan Pemilihan Dukun Dalam Proses Persalinan:
Apakah Relevan?. Makara, kesehatan vol 14, no.1 Juni 2010 : 11-16.
Ipa Mara, Djoko Adi P, Johan Arifin, Kasnodihardjo,.2004. Balutan Pikukuh
Persalinan Baduy. Buku Seri Etnografi Kesehatan Ibu dan Anak 2014, Etnik
Baduy Dalam, Kabupaten Lebak. Surabaya; Pusat HumanioraKebijakan
Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Anda mungkin juga menyukai