PRAKTIK KEBIDANAN
Disusun Oleh:
S1 Kebidanan
TA 2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat allah SWT yang telah memberikan berbagai
kenikmatan salah satunya adalah nikmat sehat sehingga penulis mampu
menyelesaikan makalah dalam waktu yang sudah ditentukan.
Shalawat serta salam selalu tercurah kepada junjungan alam nabi besar
Muhammad SAW yang telah menuntun umat manusia dari zaman kebodohan menuju
zaman serba pintar seperti sekarang ini.
Penulis menyadari bahwa tugas ini sangat jauh dari kata sempurna,masih terdapat
banyak kesalahan, Baik dari penulisan maupun penyusunan. Untuk itu kritik serta
saran yang membangun sangat kami butuhkan demi menyempurnakan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Kata Pengantar..................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................................................................................
A. Latar Belakang
Akhir-akhir ini banyak dibicarakan di media massa masalah dunia kebidanan
yang dihubungkan dengan hukum. Bidang kebidanan yang dahulu dianggap profesi
mulia, seakan-akan sulit tersentuh oleh orang awam, kini mulai dimasuki unsur
hukum.Salah satu tujuan dari hukum atau peraturan atau deklarasi atau kode etik
kesehatan atau apapun namanya adalah untuk melindungi kepentingan pasien
disamping mengembangkan kualitas profesi bidan atau tenaga kesehatan.Keserasian
antara kepentingan pasien dan kepentingan tenaga kesehatan merupakan salah satu
penunjang keberhasilan pembangunan sistem kesehatan.
Pada awal abad ke-20 telah tumbuh bidang hukum yang bersifat khusus (lex
spesialis), salah satunya hukum kesehatan, yang berakar dari pelaksanaan hak asasi
manusia memperoleh kesehatan (the Right tohealth care).Masing-masing pihak, yaitu
yang memberi pelayanan (medical providers) dan yang menerima pelayanan
(medical receivers) mempunyai hak dan kewajiban yang harus dihormati.
Agar dapat menanggulangi masalah secara proporsional dan mencegah apa
yang dinamakan malpraktek di bidang kebidanan, perlu adanya informed consent
(persetujuan penjelasan) dan informed choice (pilihan pasien).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan
sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari informed choice?
2. Apaperbedaan pilihan (choice) dengan persetujuan (consent)?
3. Bagaimanakah rekomendasi informed choic?
4. Bagaimanakah bentuk pilihan (choice) pada asuhan kebidanan?
5. Apa tujuan dari informed choice?
6. Apa pengertian informed consent?
7. Bagaimana bentuk-bentuk informed consent?
8. Bagaimana dimensi dalam proses informed consent?
9. Apa manfaat informed consent?
C. Tujuan Pembahasan
1) Tujuan Umum
Mengetahui informed consent
Mengetahui informed choice
2) Tujuan Khusus
1. Mengetahui pengertian dari informed choice
2. perbedaan pilihan (choice) dengan persetujuan (consent)
3. Mengetahuirekomendasi informed choice
4. Mengetahui bentuk pilihan (choice) pada asuhan kebidanan
5. Mengetahui tujuan dari informed choice
6. Mengetahui pengertian informed consent
7. Mengetahui bentuk-bentuk informed consent
8. Mengetahui dimensi dalam proses informed consent
9. Mengetahui manfaat informed consent
D. Kegunaan Makalah
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat dengan pertimbangan
sebagai berikut:
1. Sebagai informasi mengenai informed consent dan informed choice.
2. Menjadi pembelajaran bagi penulis agar lebih baik dalam penulisan-penulisan
berikutnya.
BAB II
PEMBAHASAN I
Sebagai seorang bidan dalam memberikan inform choise kepada klien harus:
Ada beberapa jenis pelayanan kebidanan yang dapat dipilih oleh pasien, antara
lain:
Informed consent bearsal dari bahasa latin yaitu consensio. Kemudian dalam
bahasa inggris menjadi consent yang berarti persetujuan izin, memberikan izin
kepada seseorang untuk melakukan sesuatu. Latar belakang diperlukannya
informed consent adalah karena tindakan medic yang dilakukan bidan hasilnya
penuh dengan ketidakpastian dan unpredictable (tidak dapat diprediksikan
sebelumnya) sebab dipengaruhi oleh factor-faktor lain yang berada diluar
kekuasaan bidan seperti perdarahan postpartum, shock, asfiksia neonatorum.
Kesadaran hokum pasien semakin meningkat, pasien sadar akan hak dan
kewajibannya dalam arti bahwa pemberian persetujuan tanpa mengetahui tentang
apa yang akan dilaksanakan atas dirinya adalah bertentangan dengan arti consent
itu sendiri.
Menurut culver and gert ada 4 komponen yang harus di pahami pada suatu
persetujuan :
1. Sukarela (voluntariness)
Sukarela mengandung makna bahwa pilihan yang dibuat adalah dasar sukarela
tanpa ada unsur paksaan di dasari informasi dan kompetensi. Sehingga
pelaksanaan sukarela harus memenuhi unsur informasi yang di berikan sejelas
jelas nya
2. Informasi (information)
Jika passien tidak tahu sulit untuk dapat mendeskripsikan keputusan.
3. Kompetensi (competence)
Dalam konteks cosent competensi bermakna suatu pemahaman bahwa
seseorang membutuhkan sesuatu hal untuk mampu membuat keputusan
dengan tepat, juga membutuhkan banyak informasi.
4. Keputusan (Decision)
Pengambilan keputusan merupakan suatu proses, dimana merupakan
persetujuan tanpa refleksi.pembuatan keputusan merupakan tahap terakhir
proses pemberian persetujuan.
……………………………………….
Isu adalah masalah pokok yang berkembang di suatu masyarakat atau suatu
lingkungan belum yang belum tentu benar, yang membutuhkan pembuktian. Isu
merupakan topik yang menarik untuk di diskusikan, argumentasi yang timbul akan
bervariasi dan muncul karena adanya perbedaan nilai-nilai dan kepercayaan.
Etik merupakan bagian dari filosofi yang berhubungan erat dengan nilai
manusia dalam menghargai suatu tindakan, apakah benar atau salah dan apakah
pernyataan itu baik atau buruk.
Isu etik dalam pelayanan kebidanan merupakan topik yang penting yang
berkembang di masyarakat tentang nilai manusia dalam menghargai suatu tindakan
yang berhubungan dengan segala aspek kebidanan yang menyangkut baik dan
buruknya.
Dilema yaitu suatu keadaan dimana dihadapkan pada dua alternatif pilihan,
yang kelihatannya sama atau hampir sama dan membutuhkan pemecahan masalah.
Dilema muncul Karena terbentur pada konflik moral, pertentangan batin, atau
pertentangan antara nilai-nilai yang diyakini bidan dengan kenyataan yang ada.
a. Isu etik yang terjadi antara bidan dengan klien, keluarga, masyarakat
1.) Kasus :
2.) Konflik :
Keluarga / suami menolak untuk dirujuk ke rumah sakit dengan alas an ridak
mempunyai biaya untuk melakukan operasi.
3.) Isu :
4.) Dilema
1.) Kasus :
Di suatu desa yang tidak jauh dari kota dimana di desa tersebut ada dua orang
bidan yaitu bidan “A” dan bidan “B” yang sama-sama memiliki BPM (Bidan Praktik
Mandiri) dan ada persaingan di antara dua bidan tersebut. Pada suatu hari datang
seorang pasien yang akan melahirkan di BPM bidan “B” yang lokasinya tidak jauh
dengan BPM bidan “A”. setelah dilakukan pemeriksaan ternyata pembukaan masih
belum lengkap dan bidan “B” menemukan letak sungsang dan bidan tersebut tetap
akan menolong persalinan tersebut meskipun mengetahui bahwa hal tersebut
melanggar wewenang sebagai seorang bidan demi mendapatkan banyak pasien untuk
bersaing dengan bidan “A”. Sedangkan bidan “A” mengetahui hal tersebut. Jika bidan
“B” tetap akan menolong persalinan tersebut, bidan “A” akan melaporkan bidan “B”
untuk menjatuhkan bidan “B” karena melanggar wewenang profesi bidan.
2.) Isu :
3.) Konflik :
4.) Dilema :
b.) Bidan “B” menolong persalinan tersebut tapi akan dijatuhkan oleh bidan
“A” dengan dilaporkan oleh lembaga yang berwenang
1.) Kasus :
Seorang wanita berusia 35 tahun mengalami jatuh dan pendarahan hebat. Suami
memanggil bidan dan bidan memberikan pertolongan pertama. Bidan menjelaskan
pada keluarga, agar istrinya dibawa ke rumah sakit untuk dilakukan kuretase.
Keluarga menlak dan menginginkan agar bidan saja yang melakukan kuretase. Bidan
kemudian melakukan kuretase dan 2 hari kemudian, pasien mengalami pendarahan
dan dibawa ke rumah sakit. Dokter menanyakan riwayat kejadian pada suami pasien.
Suami pasien kemudian mengatakan bahwa 2 hari lalu istrinya mengalami
pendaharan dan dilakukan kuratase oleh bidan. Dokter kemudian memanggil bidan
tersebut dan terjadilah konflik antara bidan dengan dokter tersebut.
2.) Isu :
3.) Konflik:
4.) Dilema :
Jika tidak segera dilakukan tindakan dikuatirkan dapat merenggut nyawa pasien
karena BPM jauh dari RS. Namun, jika dilakukan tindakan, bidan merasa melanggar
kode etik kebidanan dan merasa melakukan tindakan diluar wewenangnya.
1.) Kasus :
Seorang ibu yang ingin bersalin di BPM. Sejak awal kehamilan, ibu tersebut sudah
sering memeriksakan kehamilannya. Menurut hasil pemeriksaan bidan, ibu tersebut
memiliki riwayat hipertensi, maka kemungkinan lahir pervagina sangat beresiko saat
persalinan tiba. Tekanan darah ibu menjadi tinggi. Jika tidak rujuk, maka beresiko
terhadap janin dan kondisi si ibu itu sendiri. Resiko pada janin bisa terjadi gawat
janin dan pendarahan pada ibu. Bidan sudah mengerti resiko yang akan terjadi. Tapi
bidan lebih mementingkan egonya sendiri karena takut kehilangan komisinya
daripada dirujuk ke rumah sakit. Setelah janin lahir, ibu mengalami pendarahan
hebat, sehingga kejang-kejang dan meninggal. Saat berita itu terdengar, Organisasi
Profesi Bidan (IBI), memberikan sanksi yang setimpal bahwa dari kecerobohannya
sudah merugikan orang lain. Sebagai gantinya, ijin praktik (BPM) bidan A dicabut
dan dikenakan denda sesuai dengan pelanggaran tersebut.
2.) Isu :
a) Terjadi malpraktik
b) Pelnggaran wewenang bidan
3.) Dilema :
Perlu disadari bahwa dalam pelayanan kebidanan sering kali muncul masalah atau isu
di masyarakat yang berkaiatan dengan etik dan moral, dilema serta konflik yang
dihadapi bidan sebagai praktiksi kebidanan. Isu adalah masalah pokok yang
berkembang di masyarakat atau suatu lingkungan yang belum tentu benar, serta
membutuhkan pembuktian. Bidan dituntut berperilaku hati-hati dalam setiap
tindakannya dalam memberikan asuhan kebidanan dengan menampilkan perilaku
yang etis professional.
Agama / kepercayaan
Hubungan dengan pasien
Hubungan dokter dengan bidan
Kebenaran
Pengambilan keputusan
Kematian
Kerahasiaan
Aborsi
AIDS
In-vitro Fertilization
Isu moral adalah topik yang penting berhubungan dengan benar dan salah
dalam kehidupan sehari-hari, sebagai contoh nilai-nilai yang berhubungan dengan
kehidupan orang sehari-hari, menyangkut kasus abortus euthanasia, keputusan untuk
terminasi kehamilan. Contoh isu moral dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai
berikut :
Kasus abortus
Euthanansia
Keputusan untuk terminasi kehamilan
Konflik Moral
Konflik moral menurut Johnson adalah bahwa konflik atau dilema pada
dasarnya sama, kenyataanya konflik berada diantar prinsip moral dan tugas yang
mana sering menyebabkan dilema. Ada 2 tipe konflik yaitu ;
Dua tipe konflik ini adalah dua bagian yang tidak bisa terpisahkan. Contoh
studi kasus mengenai konflik moral :
Melihat kasus ini mka bidan dihadapkan pada konflik moral yang
bertentangan dengan prinsip moral dan otonomi maupun kewenangan dalam
pelayanan kebidanan. Bahwa sesuai Kepmenkes Republik Indonesia
900/Menkes/SK/VII/2002 tentang registrasi dan praktik bidan, bidan tidak berwenang
memberikan persalinan pada primigravida dengan presentasi bokong, di sisi lain ada
prinsip nilai moral dan kemanusiaan yang dihadapi pasien, yaitu ketidak mampuan
sosial ekonomi dan kesulitan lainnya.
BAB III
A. Kesimpulan
Informed Choice adalah membuat pilihan setelah mendapatkan penjelasan tentang
alternatif asuhan yang akan dialaminya, pilihan (choice).
Informed Consent adalah persetujuan tindakan kebidanan atau kedokteran yang
diberikan oleh pasien atau keluarga terdekatnya setelah mendapatkan penjelasan
secara lengkap mengenai tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut.
Persetujuan (consent) penting dari sudut pandang bidan, karena berkaitan dengan
aspek hukum yang memberikan otoritas untuk semua prosedur yang dilakukan oleh
bidan.Pilihan (choice) lebih penting dari sudut pandang wanita (pasien) sebagai
konsumen penerima jasa asuhan kebidanan.
Isu etik yang terjadi antara bidan dengan klien, keluarga dan masyarakat
mempunyai hubungan erat dengan nilai manusia dalam menghargai suatu
tindakan. Seorang bidan dikatakan professional bila ia mempunyai kekhususan
sesuai dengan peran dan fungsinya yang bertanggung jawab sesuai kewenangan.
Bidan yang praktik mandiri menjadi pekerja yang bebas mengontrol dirinya
sendiri. Situasi ini akan besar sekali pengaruhnya terhadap kemungkinan terjadi
nya penyimpangan etik. Pengambilan keputusan adalah pemilihan alternative
perilaku tertentu dari dua atau lebih alternative yang ada. Strategi pengambilan
keputusan yang dipengaruhi oleh kebijakan organisasi / pimpinan, fungsi
pelayanan.
B. Saran
Sebelum melakukan tindakan medis, bidan dan klien harus membuat dan/atau
menyetujui informed consent dan informed choice agar dapat menanggulangi
masalah secara proporsional dan mencegah apa yang dinamakan malpraktek di
bidang kebidanan
Daftar Pustaka
Wahyuningsih, Heni Puji dan Asmar Yetty Zein. 2005. Etika Profesi
KebidananYogyakarta : Fitramaya.
Zulvadi, Dudi. 2010. Etika dan Manajemen Kebidanan. Yogyakarta : Cahaya Ilmu.
Kemenkes RI. 2010. Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar 2010. Jakarta :
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Setiawati, Gita. 2010. Modal Sosial Dan Pemilihan Dukun Dalam Proses Persalinan:
Apakah Relevan?. Makara, kesehatan vol 14, no.1 Juni 2010 : 11-16.
Ipa Mara, Djoko Adi P, Johan Arifin, Kasnodihardjo,.2004. Balutan Pikukuh
Persalinan Baduy. Buku Seri Etnografi Kesehatan Ibu dan Anak 2014, Etnik
Baduy Dalam, Kabupaten Lebak. Surabaya; Pusat HumanioraKebijakan
Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia