Disusun Oleh:
Ahmad Rizki Fadhillah Asseweth
0301173498
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Para ulama dahulu mereka belum ada kebutuhan terhadap ilmu hadits,
kaidah dan ushul-ushul lainnya yang kini disebut dengan ‘Ilmu Takhrij’,
sebab tela’ah mereka terhadap sumber-sumber sunnah sangat luas, kontak
mereka dengan sumber-sumber ahli hadits sangat kuat, ketika mereka
memerlukan bukti-bukti, penguatan suatu hadits mereka ingat akan letaknya
pada suatu kitab sunnah bahkan hafal terhadap semua kitab-kitab beserta
isinya, karena itu mudah bagi mereka untuk memantafkannya dalam
mentakhrij hadits. Namun hal demikian hanya berlangsung dalam beberapa
abad saja, sampai terbatasnya waktu bagi para ulama selanjutnya untuk
menelaah kitab-kitab sunnah dari sumber-sumbernya yang asli, sehingga
mereka mengalami kesulitan mengetahui letak-letak hadits yang dijadikan
sebagai penguat oleh para pengarang Ilmu-Ilmu Syar’I dan ilmu lainnya.
Ilmu takhrij merupakan bagian dari ilmu agama yang harus mendapat
perhatian serius karena didalamnya dibicarakan berbagai kaidah untuk
mengetahui sumber hadits itu berasal. Di samping itu, di dalamnya di
temukan banyak kegunaan dan hasil yang diperoleh, khususnya dalam
menentukan kualitas sanad hadis.
Oleh karena itu, pemakalah akan memberikan penjelasan mengenai
takhrij hadits untuk dapat mempermudah kita dalam mencari atau mengetahui
kualitas ataupun sumber dari suatu hadits.
2. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Takhrij Hadis?
2. Bagiamana Sejarah Takhrij Hadis?
3. Apa manfaat dan Kegunaan Takhrij Hadis?
1
4. Apa metode Takhrij dan Kitab-kitab yang Digunakan?
3. Tujuan
1. Mengetahui Pengertian Takhrij Hadis
2. Mengetahui Bagiamana Sejarah Takhrij Hadis
3. Mengetahui manfaat dan Kegunaan Takhrij Hadis
4. Mengetahui metode Takhrij dan Kitab-kitab yang Digunakan
B. Pembahasan
1. Pengertian Takhrij Hadis
Takhrij menurut bahasa memiliki beberapa makna. Yang paling mendekati
disini adalah berasal dari kata kharaja ( )خرجyang artinya nampak dari tempatnya
atau keadaaannya, dan terpisah, dan kelihatan. Demikian juga kata al-ikhraj (
)االخرجyang artinya menampakkan dan memperlihatkannya. Dan kata al-makhraj
(رج666 )المخyang artinya tempat keluar. Secara bahasa takhrijhadits adalah:
“Mengeluarkan sesuatu dari suatu tempat”.1
1. Sinonim dan ikhraj, yakni seorang rawi mengutarakan suatu hadits dengan
menyebutkan sumber keluarnya (pemberita) hadits tersebut.
2. Mengeluarkan hadits-hadits dari kitab-kitab, kemudian sanad-sanadnya
disebutkan.
3. Menukil hadits dari kitab-kitab sumber (diwan hadits) dengan menyebut
mudawinnya serta dijelaskan martabat haditsnya.
2
3. Mengutip hadits-hadits dari kitab-kitab fan (tafsir, tauhid, fiqh, tasawuf,
dan akhlak) dengan menerangkan sanad-sanadnya.
4. Membahas hadits-hadits sampai diketahui martabat kualitas (maqbul-
mardudnya).
3
karya-karya tersebut. Pada saat itu, muncullah kitab-kitab takhrij yang pertama
yaitu karya Al Khatib Al Baghdadi (w. 463 H).2
2
Sohari Sahrani, Ulumul Hadits (Bogor: Gha lia Indonesia, 2010), hal 187.
4
dengan di temukannya sanad lain yang seimbang atau lebih tinggi
kualitasnya.
6. Mengetahui bagaimana para imam hadits menilai suatu kualitas hadits dan
bagaimana kritikan yang disampaikan.
5
dalam kitab, dengan selanjutnya mencari hadits yang dimaksud diantara
hadits- hadits yang tertera dibawah nama perawi pertama dari hadits tersebut.
Kitab-kitab yang membantu melalui metode ini ada tiga macam yaitu: kitab
al-Masanid, al-Ma’ajim, dan kitab al-Atraf.3
6
b. Kitab-kitab Takhrij
“Kutub At-Takhrij” (buku-buku takhrij), diantaranya adalah:
C. Penutup
1. Takhrij hadits adalah penelusuran atau pencarian hadits sebagai sumbernya
yang asli yang didalamnya dikemukakan secara lengkap matan dan
sanadnya. Secara sederhananya, takhrij hadits adalah usaha mempertemukan
matan hadits dengan sanadnya.
2. Tujuan takhrij hadits adalah untuk mengetahui sumber dari suatu hadits dan
untuk mengetahui kualitas dari suatu hadits, apakah data diterima (shahih atau
hasan) atau ditolak (dhaif).
3. Manfaat takhrij hadits adalah Memperkenalkan sumber-sumber hadits, kitab-
kitab asal dari suatu hadits beserta ulama’ yang meriwayatkannya,
Memperjelas keadaan sanad, sehingga dapat diketahui munqathi’ atau
lainnya, Memperjelas perawi hadits yang samar kaena adanya takhrij,
dapat diketahui nama perawi yang sebenarnya secara lengkap, Memperjelas
perawi hadits yang tidak diketahui namanya melalui perbandingan diantara
sanad-sanad.
4. Kitab yang digunakan untuk mengtakhrij hadist adalah Takhrij Ahaadits Al-
7
Muhadzdzab; karya Muhammad bin Musa Al-Hazimi Asy-Syafi’I (wafat 548
H), Kitab Al-Muhadzdzab ini adalah kitab mengenai fiqih madzhab Asy-
Syafi’I karya Abu Ishaq Asy-Syairazi.Takhrij Ahaadits Al-Mukhtashar Al-
Kabir li Ibni Al-Hajib; karya Muhammad bin Ahmad Abdul-Hadi Al-Maqdisi
(wafat 744 H)Nashbur-Rayah li Ahaadits Al-Hidyah li Al-Marghinani; karya
Abdullah bin Yusuf Az-Zaila’I (wafat 762 H), Al-Badrul-Munir fi Takhrijil-
Ahaadits wal-Atsar Al-Waqi’ah fisy-Syarhil-Kabir li Ar-Rafi’I; karya Umar
bin ‘Ali bin Mulaqqin (wafat 804 H).
5. Metode penerapan takhrij hadits adalah: takhrij melalui lafadh pertama matan
hadits, takhrij melalui kata-kata dalam matan hadits,takhrij melalui perawi
hadits pertama, takhrij berdasarkan tema hadits, dan takhrij berdasarkan
status hadits.
D. Daftar Pustaka
Al Munawar, Said Agil Husin. Al-QUR’AN Membangun Tradisi Kesalehan
Hakiki Cet IV. Ciputat: PT.CIPUTAT PRESS, 2005.