Anda di halaman 1dari 4

1 Risiko Aspirasi (D.

0006) Setelah dilakukan asuhan Manajemen Jalan Nafas


keperawatan selama
Definisi : ...x... jam maka Tingkat Observasi
Berisiko mengalami Aspirasi Menurun dengan  Monitor pola napas
masuknya sekresi kriteria hasil : (frekuensi, kedalaman,
gastrointestinal, sekresi usaha napas).
orofaring, benda cair atau  Tingkat kesadaran  Monitor bunyi napas
padat ke dalam saluran meningkat (5) tambahan (mis. gurgling,
trakeobronkhial akibat  Kemampuan menelan mengi, wheezing, ronkhi
disfungsi mekanisme meningkat (5). kering)
protektif saluran napas.  Kebersihan mulut  Monitor sputurn (jumlah,
meningkat (5). wama, aroma)
Faktor Risiko :  Dispnea menurun (5)
 Penurunan tingkat  Kelemahan otot Terapeutik
kesadaran menurun (5)  Pertahankan kepatenan
 Penurunan refleks jalan napas dengan head-
 Akumulasi secret
muntah dan/atau batuk. menurun (5) tilt dan chin-lift (jaw-
 Gangguan menelan. thrust jika curiga trauma
 Wheezing menurun (5)
 Disfagia. servikal).
 Batuk menurun (5)
 Kerusakan mobilitas  Posisikan semi-Fowler
 Penggunaan otot
fisik. atau Fower.
aksesori menurun (5)
 Peningkatan residu  Berikan minum hangat
 Sianosis menurun (5)
lambung.  Lakukan fisioterapi
 Gelisah menurun (5)
 Peningkatan tekanan dada, jika perlu.
 Frekuensi napas
intragastrik.
 Lakukan penghisapan
membaik (5)
 Penurunan motilitas
lendir kurang dari 15
gastrointestinal.
detik.
 Sfingter esofagus bawah
 Lakukan hiperoksigenasi
inkompeten.
sebelum penghisapan
 Perlambatan pegosongan endotrakeal.
lambung.
 Keluarkan sumbatan
 Terpasang selang benda padat dengan
nasogastric. forsep McGill
 Terpasang trakeostomi  Berikan oksigen, jika
atau endotracheal tube. perlu
 Trauma/pembedahan
leher, mulut, dan/atau Edukasi
wajah.  Anjurkan asupan cairan

 Efek agen farmakologis. 2000 ml/hari, jika tidak

 Ketidakmatangan kontraindikasi.

koordinasi menghisap,  Ajarkan teknik batuk


menelan dan bernapas efektif

Kondisi Klinis Terkait : Kolaborasi


 Kolaborasi pemberian

 Cedera kepala. bronkodilator,

 Stroke. ekspektoran, mukolitik,


jika perlu.
 Cedera medula spinalis.
 Guillain barre
Pencegahan Aspirasi
syndrome.
 Penyakit Parkinson.
Observasi
 Keracunan obat dan
 Monitor tingkat
alcohol.
kesadaran, batuk,
 Pembesaran uterus.
muntah dan kemampuan
 Miestenia gravis.
menelan.
 Fistula trakeoesofagus.
 Monitor status
 Striktura esophagus.
pernapasan.
 Sklerosis multiple.
 Monitor bunyi napas,
 Labiopalatoskizis.
terutama setelah
 Atresia esophagus.
makan/minum.
 Laringomalasi
 Periksa residu gaster
 Prematuritas
sebelum memberi asupan
oral.
 Periksa kepatenan selang
nasogastrik sebelum
memberi asupan oral

Terapeutik
 Posisikan semi Fowler
(30 - 45 derajat) 30
menit sebelum memberi
asupan oral.
 Pertahankan posisi semi
Fowler (30 - 45 derajat)
pada pasien tidak sadar
 Pertahankan kepatenan
jalan napas (mis. teknik
head tilt chin lift, jaw
thrust, in line)
 Pertahankan
pengembangan balon
endotracheal tube
(ETT).
 Lakukan penghisapan
jalan napas, jika
produksi sekret
meningkat
 Sediakan suction di
ruangan
 Hindari memberi makan
melalui selang
gastrointestinal, jika
residu banyak
 Berikan makanan dengan
ukuran kecil atau lunak
 Berikan obat oral dalam
bentuk cair
Terapeutik
 Anjurkan makan secara
perlahan.
 Ajarkan strategi
mencegah aspirasi.
 Ajarkan teknik
mengunyah atau
menelan, jika perlu

Anda mungkin juga menyukai