Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Kriminologi Indonesia Vol. 1 No.

I September 2000 : 37 - 45 37

PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI KALANGAN REMAJA :


SUATU PERSPEKTIF
Topo Santoso
Anita Silalahi

Abstract

Indonesia today is having a very big problem of drugs abuse. The problem
encountered in this paper is, in fact, no longer our contemporary problem since this has
existed centuries ago. Thousands of young people, especially students of junior and
senior high school would have been the potential target of this problem. According to
law perspective, it is realised that there are two regulations concerning the problem, ie.
the Law number 22 of 1997 and the Law number 5 of 1997 . Unfortunately , those two
regulation could not be enforced efectively as there is no strong political will given by
the govenrment. Generally speaking, lacking of seriousness amongst law enforcement
officers would also be a critical factor in combating drug abuse.

Pendahuluan gulungan kertas plastik di atas


alumunium foil yang dipanaskan
Fenomena penggunaan narkoba c. Dimasukkan dalam rokok tembakau
di kalangan generasi muda semakin d. Dihirup melalui lubang hidung
mencemaskan. Saat ini sekitar 1,3 juta Penggunaan narkoba ini mem-
orang Indonesia menjadi pemakai beri efek rasa percaya diri yang berle-
narkoba. Di Jakarta misalnya, hingga bihan, sehingga pemakainya dapat
bulan Agustus 1999, tercatat secara nekat dalam melakukan hal-hal yang
resmi 30 orang tewas akibat overdosis berbahaya. Beberapa tindakan tawuran
narkoba. Dilihat dari aspek usia yang pelajar dan tindak pidana lainnya juga
kecanduan narkoba, mereka adalah dirangsang dengan narkoba ini.
remaja berusia antara usia 15-20 tahun, Tindakan aparat kepolisian terhadap
serta 70 % diantaranya berasal dari maraknya narkoba sebenarnya sudah
golongan menengah hingga atas. terlihat. Bulan Juli 1999, tersangka
Teknik pemasaran narkoba yang ditangkap berjumlah delapan
sekarang ini bahkan telah sampai pada orang. Barang bukti yang dapat disita
tingkat anak-anak SD, yakni dengan adalah 39.193 butir ecstasy, satu buah
memasukkan narkoba ke dalam mesin pres plastik ,44 paket heroin, 525
permen, tisu dan minuman yang gram shabu, 4 bong alat hisap shabu,
diberikan secara gratis kepada anak- dan 245 kg ganja. Pada bulan Agustus
anak. Bila anak-anak sudah kecanduan, 1999, jumlah tersangka yang ditangkap
barulah mereka dibujuk untuk membeli berjumlah 145 orang. Barang bukti
barang tersebut. sebanyak 81 paket atau sekitar 350 gr
Jenis narkoba yang digunakan, heroin, 12.684 butir atau sekitar 3 kg
antara lain, ganja, putaw, obat-obatan ecstasy, 12 paket atau 9,3 kg shabu,
psikotropika, shabu-shabu dan lainnya. 982 linting ganja, 53 paket putaw,
Jenis narkoba yang terbanyak disalah- 24.456 butir nipam, 22.510 butir BK.
gunakan remaja adalah heroin (putaw). Tetapi, berkaitan dengan itu
Cara penggunaannya yaitu : semua, respons masyarakat yang
a. Lewat jarum suntik terlihat ternyata biasa saja Hasil
b. Diisap dengan bibir melalui tangkapan itu dinilai masyarakat belum
Jurnal Kriminologi Indonesia Vol. 1 No. I September 2000 : 37 - 45 38

³DSD-DSD´ GLEDQGLQJ UHDOLWDV PHUDMD- (Chattarjee, 1981 :3-4).


lelanya penjualan dan pemakaian Dalam penelitian-penelitiannya,
narkoba di perkampungan dan selama Blum and Associated, Chopra,
ini belum pernah disentuh polisi. Chronicler Santillan, Vceroy Francisco
Perkiraan mantan Direktur de Toledo serta Kritikos dan Papandaki
Reserse Narkoba Mabes Polri, Kol (Pol) mengungkapkan bahwa narkoba telah
Drs Wilhelmus Laturete, dewasa ini digunakan dalam kehidupan sosial
sekurang-kurangnya 1,5 kg berbagai serta pengobatan berabad-abad lalu di
jenis narkoba masuk untuk dipasarkan Peru, Yunani hingga negeri-negeri
di Indonesia setiap hari, atau sekurang- jajahan di Asia maupun Afrika serta
kurangnya 45 kg setiap bulan dan terdiri Amerika (Chattarjee, Ibid ). Satu yang
dari candu, morfin, kokain, heroin, penting dicatat bahwa, sejak lama,
hashish, dan ganja. Sementara itu, sejarah obat-obatan tadi berkaitan erat
daerah pemasaran terbesar adalah dengan penyalahgunaan.
Jakarta, Bali , Surabaya maupun Jika penggunaan narkoba, se-
sejumlah kota besar lainnya di perti sedikit diuraikan di atas, telah
Indonesia. berlangsung sejak lama, maka upaya
Dari uraian di atas, timbul berbagai bangsa untuk menang-
pertanyaan sebagai berikut: Mengapa gulanginya sebenarnya juga sudah
penggunaan narkoba dapat terjadi? berlangsung lama. Barangkali aksi
Apakah berkaitan dengan kenakalan internasional paling awal untuk
anak? Bagaimana menjawab per- mengontrol penggunaan narkoba
masalahan di atas. (seperti opium) adalah Konferensi
Shanghai tahun 1909 yang dikenal
Problema Lama VHEDJDL ³7KH 6KDQJKD\ 2SLXP
&RQIHUHQFH ´
Kita tak perlu kaget jika masalah 7XMXDQ GDUL ³7KH 6KDQJKay
narkoba kini menjadi problem dunia dan &RPPLVVLRQ´ VHEDJDL VDODKVDWX KDVLO
menjadi musuh bersama tiap bangsa. konferensi tersebut, pada saat itu
Peningkatan jumlah produksi dan adalah untuk menghentikan konsumsi
distribusi narkoba di seluruh dunia opium. Di samping itu bisa dicatat pula
dewasa ini sangatlah mencemaskan. konferensi internasional pertama yang
Sebenarnya problem ini bukanlah diadakan untuk menekan penyalah-
problem kontemporer. Penggunaan gunaan opium dan zat-zat lainnya yang
narkoba bisa dikatakan sudah berabad- EHUNDLWDQ \DLWX ³7KH +DJXH 2SLXP
abad dilakukan dalam berbagai kegiatan &RQYHQWLRQ RI ´
manusia. Sejak itu sangat banyak
Bukti-bukti arkeologis dari pertemuan-pertemuan internasional
Siprus, Kreta dan Yunani mem- untuk menanggulangi masalah ini. Pada
perlihatkan, bahwa salah satu jenis masa kini, pembicaraan mengenai
narkoba yaitu Opium kemungkinan money laundering, misalnya, juga
besar telah digunakan untuk upacara menjadi isu penting mengingat adanya
ritual sekitar tahun 2000 sebelum kaitan yang erat antara perdagangan
Masehi. Penggunaannya dalam bidang narkoba diseluruh dunia dan pencucian
pengobatan juga sudah sejak lama uang hasil perdagangan tersebut.
digunakan.
Menurut McKinlay dan Piggott, Tinjauan Yuridis
narkoba (drugs) juga diketahui
digunakan untuk tujuan sosial seperti Pengaturan tentang narkoba di
upacara seremonial atau dalam Indonesia dapat ditemui dalam UU No.
pertemuan-pertemuan 22/1997 tentang Narkotika serta UU No.
Jurnal Kriminologi Indonesia Vol. 1 No. I September 2000 : 37 - 45 39

5/1997 tentang Psikotropika. Narkotika kenyataannya masih ringan. Hukuman


menurut kedua UU tersebut penjara minimal 4 tahun saja tidak
didefinisikan sebagai zat atau obat pernah terlaksana, baru beberapa bulan
yang berasal dari tanaman atau bukan sudah keluar. Maka timbul kebutuhan
tanaman, baik sintetis maupun semi untuk melakukan penganalisaan ter-
sintetis, yang dapat menyebabkan hadap profesionalitas dan moralitas
penurunan atau perubahan kesadaran, dari penegak hukum itu sendiri mengi-
hilangnya rasa, mengurangi sampai ngat akibat penggunaan narkotika sen-
menghilangkan rasa nyeri, dan dapat diri yang sangat merusak.
menimbulkan ketergantungan, yang Salah satu penyebab hal
dibedakan dalam golongan-golongan tersebut, karena kedua UU di atas
sebagaimana terlampir dalam undang- belum dilengkapi dengan peraturan
undang tersebut atau yang kemudian pemerintah maupun keputusan menteri
ditetapkan dengan Keputusan Menteri terkait, sehingga masih menimbulkan
Kesehatan. persepsi berbeda diantara penegak
Narkotika sendiri dibagi menjadi hukum.
tiga bagian, yaitu :
a. Opiat (opium yang dijadkan morfin, Gerakan Anti Narkoba
heroin, putaw)
b. Canabis atau ganja Meskipun di negara kita, secara
c. Kokain yang umumnya dihirup lewat normatif sudah ada Undang-Undang
lubang hidung Narkotika dan Undang-Undang
Mereka yang terbiasa memakai Psikotropika yang mengancam
zat yang berasal dari opiat umumnya hukuman cukup berat bagi siapa saja
mempunyai sugesti tinggi untuk yang terlibat dalam kepemilikan dan
menginginkannya terus menerus. Gejala peredaran zat-zat berbahaya itu,
lainnya adalah cemas, sulit tidur, tak nyatanya tidak ada tanda-tanda kasus-
punya nafsu makan, tak berani menatap kasus narkoba akan berkurang. Bahkan
mata lawan bicara dan seringkali sebaliknya, seiring arus kebebasan
disertai tindak kekerasan. Sedang yang mendompleng suasana euforia
ganja umumnya relatif jarang reformasi, kita menjadi saksi perihal
menimbulkan sugesti ketagihan. makin maraknya penyalahgunaan
Sementara efek kokain pada kesehatan narkotika dan obat-obatan lainnya. Di
bisa mengganggu sistem pernafasan pihak lain, kita belum melihat
dan otak, terkena halusinasi dan penegakkan hukum yang tegas dan
menjadi paranoid. tidak pandang bulu dalam kejahatan
Jenis lain yang telah disebutkan berbahaya tersebut.
di atas, yang umumnya bersifat sama Yang juga menyulitkan penega-
dengan narkotika, disebut dengan kan hukum serta penanggulangan
psikotropika, yaitu zat atau obat ,baik merebaknya narkoba adalah keterli-
alamiah maupun sintetis bukan batan oknum-oknum penegak hukum itu
narkotika yang berkhasiat psikoaktif sendiri. Hal tersebut sangat dilemmatis,
melalui pengaruh selektif pada susunan sebab berbagai upaya penggerebekan
saraf pusat yang menyebabkan pengenar narkoba akan sia-sia jika
perubahan khas pada aktivitas mental PHUHND VXGDK SXQ\D ³PDWD´ GDQ
dan perilaku. ³WHOLQJD´ GL MDMDUDQ DSDUDW SHQHJDN
Pada UU No. 22/97 & UU No. 5 hukum yang dapat menyebabkan
tahun 1997 tentang Psikotropika, gagalnya penangkapan serta pengung-
ancaman hukuman bagi pelanggarnya kapan kasus narkoba.
sebenarnya sudah berat, tetapi dalam Dalam literatur, organised crime
penjatuhan vonis terhadap pelaku yang menjadikan narkoba sebagai salah
Jurnal Kriminologi Indonesia Vol. 1 No. I September 2000 : 37 - 45 40

satu core bussines-nya memang secara sosiologis: antara lain struktur keluarga,
sangat jeli dan sengaja pendidikan, kelompok dominan. Dengan
menginvestasikan sebagian dananya demikian, pendekatan teori kontrol
melalui cara-cara penyuapan atau sosial ini berbeda dengan teori kontrol
bahkan dengan membina oknum aparat lainnya.
VHEDJDL ³NDGHU´-nya dalam salah satu Gagasan di masyarakat untuk
mata rantai pengedaran narkoba. Hal itu menggelar aksi pemberantasan narkoba
GLODNXNDQ JXQD PHPEXDW µWDML¶ DSDUDW secara begitu marak, bisa dilihat di
penegak hukum tumpul. Dalam kondisi jalan-jalan perkampungan dan
demikian upaya penanggulangan akan perumahan di sekitar Jabotabek.
menjadi sulit, jika hukum tidak 6HEDJDL PLVDO ³:DUJD 5: .DOLEDWD
ditegakkan secara tegas, tanpa pan- PHQ\DWDNDQ SHUDQJ GHQJDQ QDUNRED´
dang bulu, transparan dan adil. Tidak cukup sampai di situ, muncul aksi
Barangkali, hal-hal demikian tadi pemberantasan narkoba oleh
, ditambah semakin meluasnya wilayah masyarakat, akibat sudah tak tahan lagi
peredaran dan jatuhnya semakin menyaksikan ulah para pemakai,
banyak korban di kalangan generasi pengedar dan bandar narkoba.
muda bahkan anak-anak, menyebabkan Penggunaan teori kontrol sosial
masyarakat menjadi tidak sabar dan ini diakibatkan oleh tiga ragam
berusaha secara kolektif ikut serta perkembangan dalam kriminologi yaitu
bahu-membahu guna memberantas (Romli ,1992; h 31) :
sarang serta menggerebek tempat- a. Adanya reaksi terhadap orientasi
tempat yang diduga kuat menjadi labeling dan konflik dan kembali
sarang pengedar serta bursa jual-beli kepada penyelidikan tentang tingkah
narkoba. laku kriminal. Kriminologi konservatif
Seiring dengan itu, kita melihat kurang menyukai kriminologi baru
saat ini tekad memberantas narkoba dan hendak kembali kepada subyek
menjadi fenomena di mana-mana. Hal semula, yaitu penjahat.
itu tergambar jelas terpampang b. Munculnya studi tentang criminal
spanduk-spanduk yang ditempel di justice (atau peradilan pidana)
mana-mana yang intinya perang sebagai suatu ilmu baru telah
terhadap narkoba sedang dikobarkan. membawa pengaruh terhadap
kriminologi guna menjadi lebih
Beberapa Pendekatan pragmatis dan berorientasi pada
sistem
Kondisi yang telah diuraikan tadi c. Teori kontrol sosial telah dikaitkan
membuat para pakar mencoba menga- dengan suatu teknik riset baru,
nalisa penyebab maraknya penggunaan khususnya bagi tingkah laku
narkoba. Pertama, yang dapat dipotret anak/remaja, yakni self-report
adalah kemandirian individu dalam survey
menghadapi permasalahan tertentu, Perkembangan awal dari teori ini
yang dapat dikaji melalui teori kontrol. tidak lepas dari gagasan Durkheim
Teori kontrol atau social control theory (1895) ketika ia menyatakan sebagai
menunjuk kepada setiap perspektif yang berikut :
membahas ihwal pengendalian tingkah
laku manusia. ³ $ VRFLHW\ ZLOO DOZD\V KDYH D FHUWDLQ
Pengertian teori kontrol sosial number of deviants and that deviance is
atau social control theory sendiri UHDOO\ D QRUPDO SKHQRPHQRQ ´«
menunjuk kepada pembahasan deviance assists in maintaining social
order, because there are vague moral
delinkuensi dan kejahatan dikaitkan
boundaries that define which acts are
dengan variabel-variabel yang bersifat
Jurnal Kriminologi Indonesia Vol. 1 No. I September 2000 : 37 - 45 41

allowed and shich are disapproved. menjadi persoalan besar, untuk bisa
These boundaries specify the various memahami keadilan masyarakat dan
degree of disapprofal for various acts, keadilan hukum, karena para pengedar
ranging from mild displeasure to legal dan pemakai narkoba itu seakan tak
sanctions and imprisonment. Since the
tersentuh hukum. Sedangkan usaha
actual boundary lines are not clear, it is
WKH VRFLDO UHDFWLRQ WR VRPH RQH HOVH¶V masyarakat tadi sudah melalui proses
deviant act that helps people determine dan pengamatan yang panjang.
what they should not do. Thus Fenomena pengedaran narkoba
,behaviour is controlled by social saat ini dilakukan secara terorganisir
reaction (displeasure, imprisonment). dan profesional. Jaringan peredarannya
sudah merasuk ke sekitar sekolah,
Ada reaksi dari masyarakat yang bahkan ke dalam ruang-ruang kelas . Di
resah akibat peredaran narkoba dalam sekolah disebarkan kaki tangan
tersebut. Seperti yang terjadi di daerah pengedar dan bandar di kalangan siswa
sekitar Kampus C Universitas Trisakti sekolah itu sendiri. Ciri-cirinya kurang
pada tanggal 12 Agustus tahun lalu, berminat sekolah (malas, kesulitan
penggerebekan tempat-tempat penggu- mengikuti pelajaran di sekolah), dan
naan dan pengedaran narkoba, merupa- sering mengeluh bermasalah degan
kan inisiatif yang melibatkan unsur- guru, orangtua maupun teman sebaya.
unsur masyarakat. Ciri lainnya siswa yang kurang percaya
Warga dari segenap lapisan, diri, atau terlalu percaya diri dan berani
termasuk para ustadz, pengurus masjid, tambil berbeda dari yang lain, mudah
pemuda dari Karang Taruna, dan ibu- bosan dan suka melakukan kegiatan
ibu PKK sepakat untuk memberantas beresiko tinggi , dan diketahui mudah
narkoba di wilayah mereka denga mendapatkan uang.
ramai-ramai turun merazia rumah yang Selain siswa, situasi sekolah
dicurigai. Hasilnya, di sekitar kampus juga mendorong maraknya penggunaan
Trisakti langsung tertangkap tujuh narkoba. Misalnya, kurangnya kontrol
mahasiswa yang diduga sebagai guru/petugas keamanan sekolah pada
pengguna narkoba. Juga di perkam- tempat-tempat tersembunyi di ling-
pungan yang terletak persis di belakang kungan sekolah, saat istirahat, jam
kampus juga tertangkap enam peng- belajar dan setelah sekolah. Juga
guna narkoba. banyaknya warung di sekitar sekolah
Sepekan kemudian dilanjutkan yang dapat dijadikan tempat transaksi.
aksi razia kedua, dengan pola warga Disamping itu, penerapan sanksi
melakukan koordinasi dan evaluasi yang kurang konsekuen terhadap
dengan polisi. Dibahas buruk-baiknya pelanggaran peraturan sekolah.
pelaksanan razia serta hal-hal apa saja 6HNRODK GLMDGLNDQ WHPSDW ³WRQJNURQJDQ´
yang masih perlu ditingkatkan. alumni pengguna narkoba, serta
Pada rapat evaluasi terakhir, kurangnya pemahaman guru, siswa,
warga mempertanyakan ihwal dilepas- petugas sekolah, orangtua siswa
kannya dua tersangka dari 20 orang mengenai bahaya penyalahgunaan
yang ditangkap pada razia kedua narkoba.
tersebut. Namun jawaban polisi sangat Sedangkan kondisi sekolah yang
mengecewakan. Dijawab bahwa polisi secara tidak langsung berhubungan
tidak ditemukan cukup bukti, dan dengan penggunaan narkoba, keter-
akibatnya tak bisa menahan mereka. libatan orang tua adalah dalam hal
Masyarakat sangat menyayangkan, menyimak antara lain karena peraturan
mengingat mereka tahu betul aktifitas sekolah yang terlalu keras atau terlalu
kedua orang tadi sehari-hari sering lunak, komunikasi yang kurang lancar
terlibat dalam urusan narkoba. Ini antara guru ,kepala sekolah, siswa dan
Jurnal Kriminologi Indonesia Vol. 1 No. I September 2000 : 37 - 45 42

orangtua. bagi anak untuk membentuk ego berupa


Direktur Kemahasiswaan Depdik- kepercayan diri dan citra diri yang baik.
nas, Sudharmadi, mengungkapkan Sementara hal itu dibutuhkan dimana
jumlah pengguna narkoba di kalangan bila kekuatan ego ini terbentuk sejak
pelajar dan mahasiswa sudah melebihi usia balita, anak akan tumbuh sebagai
ambang batas, atau sekitar 10 kali lebih pribadi yang tidak mudah putus asa,
besar dari yang dipersyaratkan tidak mudah ikut-ikutan dan sanggup
organisasi kesehatan dunia PBB, WHO. menolak pengaruh negatif dari ling-
Ia mensinyalir adanya upaya±upaya dari kungannya.
pihak eksternal yang secara sengaja Kondisi anak-anak korban
dan sistematis serta terorganisasi ingin perceraian, menurut psikolog Amerika
menghancurkan generasi muda Serikat, Judith Wallerlog, dalam
Indonesia, dengan pembodohan global bukunya Second Chances: Men,
dari bisnis internasional agar terjadi lost Women and Children a Decade after
generation. Divorce, juga akan menimbulkan perma-
Perkembangan selanjutnya dari salahan kurang percaya diri, kurang
potret kontrol sosial yang lemah di sukses di pendidikan atau pegaulan,
masyarakat adalah masih kurangnya pemarah, suka mencela diri sendiri,
sisi profesionalisme dan moralitas alat selalu menyembunyikan perasaannya
penegak hukum yang melindungi serta mudah frustrasi. Keberatan beban
masyarakat. Hal ini diperparah lagi karena terpaksa memikul beban orang
dengan kondisi komponen-komponen dewasa akibat perceraian tadi membuat
lain. Pakar kriminologi, Reiss, menge- mereka cenderung lebih mudah tergiur
mukakan bahwa ada tiga komponen iming-iming zat-zat adiktif yang dapat
dari kontrol sosial dalam menjelaskan melenakannya untuk sementara .
kenakalan anak/remaja. Ketiga Selain itu, anak-anak yang
komponen tersebut adalah : orangtuanya otoriter, dingin dan
1. Kurangnya kontrol internal yang mengabaikan perkembangan emosi,
wajar selama masa anak-anak akan cenderung menjadi pribadi yang
2. Hilangnya kontrol tersebut kejam, besar ketergantungan pada zat
3. Tidak adanya norma-norma sosial adiktif, pemurung dan pemarah.
atau konflik antar norma-norma Dari uraian di atas, komponen-
dimaksud (dengan sekolah, komponen tersebut sangat mem-
orangtua, atau lingkungan dekat) pengaruhi dua macam kontrol, yaitu
Menurut dr. Dwijo Saputro, personal control dan social control,
psikiater anak dan remaja dari RS sebagaimana dikemukakan oleh Reiss :
Graha Medika Jakarta, kondisi a. Personal Control adalah
kesalahan pola asuh pada anak sangat kemampuan seseorang untuk
berpengaruh besar pada penggunaan menahan diri untuk tidak mencapai
narkoba. Kondisi tersebut adalah sikap kebutuhannya dengan cara
orangtua yang terlalu memanjakan, melanggar norma-norma yang
selalu mengikuti kemauannya dan tidak berlaku di masyarakat
memperkenalkan cara mematuhi aturan, b. Social Control adalah kemampuan
tidak memupuk ketekunan, tidak kelompok-kelompok sosial atau
memupuk kepercayaan diri, dan tidak lembaga-lembaga di masyarakat
mengenalkan cara untuk berempati untuk melaksanakan norma-norma
pada orang lain. Ini merupakan atau peraturan menjadi efektif.
kelemahan ketika memasuki masa Reiss mengajukan tesis bahwa
rawan di usia remaja. untuk orang-orang tertentu, melemah-
Pola asuh seperti di atas nya personal dan social control secara
berdampak pada hilangnya kesempatan relatif dapat diperhitungkan sebagai
Jurnal Kriminologi Indonesia Vol. 1 No. I September 2000 : 37 - 45 43

penyebab terbesar delinkuensi. Namun Menunjuk kepada suatu alasan di


dalam banyak kasus, melemahnya kalangan remaja nakal bahwa
personal dan social control secara relatif tingkah laku mereka sesungguhnya
selayaknya diperhitungkan sebagai tidak merupakan suatu bahaya yang
penyebab delinkuensi. Kondisi anak besar/berarti. Sehingga mereka
murid yang drop-out dari sekolah juga beranggapan bahwa vandalisme
memicu timbulnya delinkuensi. Selain merupakan suatu kelalaian semata-
itu, delinkuensi secara tidak langsung mata dan mencuri mobil
bisa juga muncul karena kurikulum yang sesungguhnya meminjam mobil.
tidak menunjang, guru yang tidak Atau perkelahian antar geng
memberikan perhatian dan kebijakan merupakan pertengkaran semata.
sekolah yang tidak adil (Stevenson dan 3. Denial of the victim
Ellsworth:260). Menunjuk kepada suatu keyakinan
Penunjang lain dari delikuensi diri pada remaja nakal, bahwa
akibat drop out adalah : (David mereka adalah pahlawan sedangkan
Musick,1995 ; h.175) korban justru dipandang sebagai
a. merasa terganggu dengan mereka yang melakukan kejahatan
kewenangan orang dewasa 4. Condemnation of the condemners
b. merasa gagal Menunjuk kepada anggapan bahwa
c. kurang motivasi polisi sebagai pihak yang hipokrit,
d. tidak memiliki peran apapun di sebagai pelaku yang melakukan
kelas kesalahan atau memiliki perasaan
e. tingkat absensi/ketidakhadiran yang tidak senang pada mereka.
tinggi Pengaruh teknik ini adalah merubah
f. tidak mampu membangun tujuan subyek yang menjadi pusat
karir di masa depan perhatian, berpaling dari perbuatan-
g. tidak berpartisipasi dalam aktifitas perbuatan kejahatan yang telah
sekolah atau pasif dilakukannya.
h. mempunyai masalah keuangan yang 5. Appeal to higher loyalities
seriusmemiliki kehidupan keluarga Menunjuk kepada suatu anggapan
yang membuat stres. di kalangan remaja nakal, bahwa
Hal yang melatarbelakangi peng- mereka terperangkap di antara
gunaan narkoba lebih lanjut juga dapat tuntutan masyarakat, hukum dan
ditilik melalui teknik netralisasi kehendak kelompok mereka. Dalam
(neutralization), yang memberikan ke- keadaan demikian, seseorang akan
sempatan bagi individu untuk melong- dipengaruhi oleh suatu keadaan
garkan keterikatannya dengan sistem dimana kenakalan atau
nilai-nilai yang dominan sehingga ia penyimpangan tingkah laku
merasa memili kebebasan untuk mela- merupakan sesuatu yang
kukan kenakalan. Sykes dan Matza diperbolehkan.
merinci lima teknik netralisasi sebagai
berikut : Penutup
1. Denial of responsibility
Adanya anggapan di kalangan Dari uraian-uraian di atas, maka
remaja nakal yang menyatakan terlihat bahwa yang harus diperkokoh
dirinya merupakan korban dari adalah kontrol pribadi dan kontrol sosial
orangtua yang tidak mengasihi anak, sebagai benteng yang harus dimiliki
lingkungan pergaulan yang buruk, dalam upaya pemberantasan narkoba.
atau berasal dari tempat tinggal Di sisi lain aparat penegak hukum juga
yang kumuh harus tanggap dengan keresahan yang
2. Denial of injury muncul di masyarakat dan mulai
Jurnal Kriminologi Indonesia Vol. 1 No. I September 2000 : 37 - 45 44

mewujudkan supremasi hukum, agar narkotika lebih dekat analoginya dengan


menumbuhkan kepercayaan SHQ\DNLW NDQNHU GDULSDGD ³PXVXK´
masyarakat perihal keseriusan mereka mengingat narkotika secara perlahan-
menangani permasalahan ini. Penelitian lahan membesar di dalam tubuh kita
yang lebih mendalam untuk menjawab dan tidak bisa diatasi dengan mudah
masalah penggunaan narkoba dan dengan cara memotong bagian itu.
solusinya juga sangat diperlukan. Problem narkoba jelas bukan
Akhirnya semua sistem di masyarakat suatu problem yang sederhana dan
saling bahu membahu untuk melindungi akan hancur dengan cara diperangi
generasi muda tumpuan bangsa, secara sporadis. Beberapa hal perlu kita
menolongnya dari jurang kehancuran perhatikan, antara lain bahwa bisnis ini
akibat narkoba. melibatkan jaringan yang sangat well
Akan tetapi suatu bentuk organised, yang lingkupnya tidak hanya
pengamanan masyarakat yang acap kali lokal atau nasional melainkan global.
GLVHEXW ³SHUDQJ´ WHUKDGDS QDUNRED Bisnis ini akan maju dengan pesat
perlu dikritisi. Istilah perang terhadap apabila demand-nya juga besar. Dari
narkoba jelas merupakan suatu istilah segi inilah masyarakat harus
yang dapat menyesatkan. Mengapa? memperhatikan dengan serius, dengan
Istilah ini menunjukkan bahwa seolah- menjawab pertanyaan : mengapa
olah saat ini masyarakat sedang semakin banyak anak-anak muda kita
menghadapi perang besar terhadap lari kepada narkoba ? Mengapa anak-
para pengedar narkoba. Meskipun amat anak muda kita tidak takut lagi
sangat banyak spanduk bernada kehilangan masa depannya ? Mengapa
perang, tidak jelas dengan cara apa orang tua kurang berperan dalam
perang itu dilakukan. Apakah berupa PHQJXUDQJL EHVDUQ\D ³demand´ LQL
pengeroyokan terhadap para pengedar dengan cara mendidik, membimbing
? Penutupan tempat-tempat jual beli dan mengasihi putra-putrinya ?
narkoba ? Menghukum pemakai dan Mengapa pranata-pranata sosial tidak
pengedar ? Belum jelas benar apa berfungsi dengan baik ? Sederet
strategi yang hendak dijalankan dalam pertanyaan di atas perlu kita renungkan.
³SHUDQJ´ WHUVHEXW ,VWLODK LQL MXJD Dari uraian di atas, agar istilah
menyiratkan suatu kondisi sesaat perang ini tidak sia-sia maka, yang kita
sebagai waktu dilakukannya perang itu maksudkan bukanlah perang yang
dengan para pengedar sebagai sporadis melainkan perang
musuhnya. berkelanjutan terhadap masalah
Lalu di mana letak persoalan narkoba yang dapat berjalan dalam
NHNHOLUXDQ GDODP LVWLODK ³SHUDQJ´ waktu panjang dan tidak akan selesai
melawan narkoba ? Pertama, dengan selama problem narkoba masih ada.
³SHUDQJ WRWDO´ \DQJ NLQL VHGDQJ Hal lainnya, dan ini juga tidak
dijalankan, masyarakat akan kalah penting dalam upaya
menghabiskan banyak energi dan penanggulangan narkoba, yaitu political
perhatian hanya untuk saat ini saja. will dari pemerintah. Pengalaman
Bagi para pengedar hal itu hanya dilihat negara Amerika Serikat yang semakin
sebagai indikator untuk menyurutkan tersadar dengan problem besar ini
sedikit aksi mereka sesaat atau akan menunjukkan bahwa polical will
PHQFDUL GDHUDK ODLQ \DQJ PDVLK ³DPDQ´ merupakan the most powerful weapon
.HGXD ³SHUDQJ´ \DQJ GLMDODQNDQ WDQSD dalam memerangi perdagangan
strategi dan langkah-langkah yang jelas narkoba. Kekuatan kepolisian atau
mudah untuk diatasi atau disiasati oleh militer nomor satu untuk memerangi
jaringan narkoba internasional. Ketiga peredaran narkoba, dengan dilengkapi
(dan ini yang paling penting), masalah peralatan modern sekalipun, tidak akan
Jurnal Kriminologi Indonesia Vol. 1 No. I September 2000 : 37 - 45 45

berhasil tanpa komitmen penuh dari


pemimpin politik suatu negeri.
Hal demikian menjadi sangat
penting kita perhatikan, yaitu sejauh
mana masyarakat disamping terus
menggelorakan semangat anti
narkobanya pada satu sisi, tidak boleh
lupa untuk terus memberi pressure
pada pemimpin politik negeri ini agar
mereka memberikan komitmen penuh
dalam menanggulangi masalah narkoba
ini. Tanpa political will, perang terhadap
narkoba hanya dapat dimenangkan
sesaat dan tinggal diatas spanduk-
spanduk di pinggir jalan saja.

Daftar Pustaka

Sudarto
1980 Pembaruan Hukum Pidana di
Indonesia, Jakarta: BPHN

Adler, Freda; Gerhard OW Mueller and


William S. Laufer
1991 Criminology. New York : Mc
Graw-Hill.

Atmasasmita, Romly
1992 Teori dan Kapita Selekta
Kriminologi. Jakarta: Eresco.

Haskell, Martin R.
1974 Criminology: Crime and
Criminality. USA : Rand McNally
College Publisher.

Musick, David
1995 An Introduction to the
Sociology of Juvenile
Delinquency. NY: University of
NY Press.

Zingraff, Matthew T.
1993 Child Maltreatment and
Youthful Problem Behavior.
Washington : American Society of
Criminology.

Anda mungkin juga menyukai