Anda di halaman 1dari 11

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia dengan mayoritas penduduk muslim kini semakin mengenal

ekonomi syari’ah. Semakin banyak masyarakat menyadari bahwa perlunya

lembaga keuangan yang beroperasi sesuai dengan syari’ah sebagai alternatif

terhadap sistem konvensional. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan,

berperan dalam kegiatan perekonomian masyarakat yang berfungsi sebagai

fasilitas penunjang dalam melakukan transaksi keuangan.

Bank syari’ah berfungsi sebagai lembaga yang melaksanakan kegiatan

operasionalnya dengan menghimpun dana dari masyarakat dan kemudian

menyalurkannya kembali kepada masyarakat melalui pembiayaan. Dana yang

dihimpun dari masyarakat biasanya disimpan dalam bentuk giro, tabungan dan

deposito baik dengan prinsip wadiah maupun prinsip mudharabah. Sedangkan

penyaluran dana dilakukan oleh bank syari’ah melalui pembiayaan dengan

empat pola penyaluran yaitu prinsip jual beli, prinsip bagi hasil, prinsip ijaroh

dan akad pelengkap.

Kemajuan teknologi, sistem informasi, dan keterbukaan pasar pada

tingkat yang semakin lebar misalnya tingkat global membuat risiko yang

dihadapi semakin kompleks sehingga bank syari’ah tidak bisa meghindari

risiko pembiayaan dalam menyalurkan dananya kepada masyarakat. Risiko

yang merugikan bisa muncul dari kegagalan lembaga dalam mengelola risiko

yang dihadapi, baik risiko keuangan, risiko bisnis maupun risiko sistem.

1
2

Risiko merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan kehidupan,

karena segala aktivitas pasti mengandung risiko. Bahkan ada anggapan

yang mengatakan tidak ada hidup tanpa risiko sebagaimana tidak ada

hidup tanpa kematian. Risiko merupakan informasi, kejadian, kerugian, atau

pekerjaan yang terjadi sebagai akibat dari keputusan yang diambil dalam

kehidupan sehari-hari. Risiko dapat bersifat pasti maupun tidak pasti yang

dapat dikalkulasi secara kualitatif.1

Atas dasar inilah, manusia sebagai makhluk sosial tidak mungkin

hidup dalam kesendiriannya. Akan tetapi membutuhkan orang lain untuk

saling berinteraksi guna memenuhi kebutuhan masing-masing dalam

aktivitas muamalah secara umum. Maka Islam memerintahkan umatnya

untuk saling tolong menolong. Allah berfirman dalam surat Al-Maidah

Ayat 2 yaitu :

       


.....   
Artinya : “Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan
dan taqwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa
dan pelanggaran”.

Esensi dari penerapan manajemen risiko adalah kecukupan prosedur dan

metodologi pengelolaan risiko sehingga kegiatan usaha Bank tetap dapat

terkendali (manageable) pada batas/limit yang dapat diterima serta

menguntungkan Bank. Namun demikian mengingat perbedaan kondisi pasar

dan struktur, ukuran serta kompleksitas usaha Bank, maka tidak terdapat satu

sistem manajemen risiko yang universal untuk seluruh Bank sehingga setiap
1
Sinar Wirausaha, Risiko dan Ketidakpastian, https://sinarusahacom.wordpress.com/
2016/11/21/risiko-dan-ketidakpastian/. (Diunduh: Selasa, 4-09-2018, Pukul 20.27 WIB)
3

Bank harus membangun sistem manajemen risiko sesuai dengan fungsi dan

organisasi manajemen risiko pada Bank.2

Risiko dalam konteks perbankan merupakan suatu kejadian potensial,

baik yang dapat diperkirakan (anticipated) maupun yang tidak diperkirakan

(unanticipated) yang berdampak negatif terhadap pendapatan dan permodalan

Bank. Untuk dapat menerapkan proses manajemen risiko, maka pada tahap

awal Bank harus secara tepat mengidentifikasi risiko dengan cara mengenal

dan memahami seluruh risiko yang sudah ada (inherent risks) maupun yang

mungkin timbul dari suatu bisnis baru Bank, termasuk risiko yang bersumber

dari perusahaan terkait dan afiliasi lainnya.3

Manajemen risiko dalam Lembaga Keuangan Syari’ah mempunyai

karakter yang berbeda dengan Lembaga Keuangan Konvensional,

terutama karena adanya jenis-jenis risiko yang melekat hanya pada

Lembaga Keuangan yang beroperasi secara syari’ah. Manajemen risiko

tersebut diaplikasikan untuk menjaga agar aktivitas operasional bank tidak

mengalami kerugian yang melebihi batas kemampuan bank untuk

menyerap kerugian tersebut atau membahayakan kelangsungan dan

kesehatan bank. Kebijakan pengendalian risiko bagi bank adalah salah satu

cara untuk melakukan pembatasan atas berbagai risiko dari masing-masing

kegiatan tersebut.4

2
Andi Sanmasri Bangun, Manajemen Risiko, http://andybangun.blogspot.com/2012/
08/manajemen-resiko-dalam-bank.html. (Diunduh: Selasa, 4-09-2018, Pukul 20.41 WIB)
3
Ibid.
4
Adiwarman A. Karim, Bank Islam : Analisis Fiqh dan Keuangan, Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2010, h. 256
4

Manajemen risiko (risk management) bank diatur dalam Peraturan Bank

Indonesia Nomor : 11/25/PBI/2009 tentang Perubahan Atas Peraturan Bank

Indonesia Nomor : 5/8/PBI/2003 tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi

Bank Umum. Adapun risiko yang diatur dalam peraturan Bank Indonesia

tersebut yaitu risiko kredit, risiko pasar, risiko likuiditas, risiko operasional,

risiko kepatuhan, risiko hukum, risiko reputasi, risiko strategi.5 Risiko

pembiayaan yang dihadapi oleh perbankan syari’ah merupakan salah satu

risiko yang perlu dikelola secara tepat karena kesalahan dalam pengelolaan

risiko pembiayaan dapat berakibat fatal pada peningkatan NPF (Non

Performance Financing).

Risiko dalam konteks perbankan merupakan suatu kejadian potensial,

baik yang dapat diperkirakan maupun yang tidak dapat diperkirakan yang

berdampak negatif terhadap pendapatan dan permodalan bank. Risiko-

risiko tersebut tidak dapat dihindari akan tetapi dapat dikelola dan

dikendalikan. Oleh karena itu, sebagaimana lembaga perbankan pada

umumnya bank syari’ah yang memerlukan serangkaian prosedur dan

metodologi yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur,

memantau dan mengendalikan risiko yang timbul dari kegiatan usaha yang

disebut sebagai manajemen risiko.

Dengan berbagai macam risiko tersebut, maka bank syari’ah dituntut

untuk melakukan manajemen risiko pembiayaan seefektif mungkin agar

likuiditas bank tetap terjaga sehingga bank tidak mengalami kesulitan

5
Mahmul Siregar, Peranan Manajemen RisikoDalam Tugas dan Tanggung Jawab Direksi Bank
Berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan di Indonesia, USU Law Jurnal, Vol. II-No. 1, Feb-2014,
h. 170
5

dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Mengingat bahwa

sebagian besar bank masih mengandalkan sumber pendapatan utamanya

dari bisnis pembiayaan. Untuk itu, kajian mengenai manajemen risiko

pembiayaan bank syari’ah adalah sesuatu yang penting. Dengan

memperhatikan fenomena tersebut, kajian mengenai perbankan syari’ah

khususnya mengenai aspek manajemen risikonya menjadi hal baru yang

layak untuk dikaji secara mendalam.

Risiko yang dihadapi Bank Syari’ah dapat dipecahkan dengan mengkaji

dan menemukan konsep yang ideal dari prinsip bagi hasil dan risiko (Profit

and Loss Sharing) dalam perbankan syari’ah, agar kedua belah pihak baik

bank maupun nasabah peminjam dapat menjalankan usaha atau bisnisnya

dengan aman tanpa ada kekhawatiran atau ketakutan yang berlebihan. Dengan

demikian, fungsi utama sektor perbankan dalam infrastruktur kebijakan makro

ekonomi memang diarahkan dalam konteks bagaimana menjadikan uang

efektif untuk meningkatkan nilai tambah ekonomi.6

Sejauh ini pangsa pasar pembiayaan bank syari’ah di dominasi

pembiayaan murabahah karena pembiayaan ini mempunyai karakteristik yang

pasti dalam besaran angsuran dan keuntungan. Pangsa pasar selanjutnya oleh

pembiayaan mudharabah. Hal ini merupakan sebuah fenomena yang menarik

karena diharapkan pembiayaan mudharabah lebih mendominasi dan

menggerakkan setor rill karena dana hanya disalurkan untuk kepentingan

produktif dan menutup kemungkinan disalurkannya dana untuk kepentingan

6
Abdul Rahim, Alasan Perempuan Memilih Prinsip Murabahah Sebagai Produk Unggulan
Bank Syariah Mandiri, Jurnal Al-Maiyyah, Volume 7 No. 1, Januari – Juni 2014, h. 253
6

konsumtif meskipun karakteristiknya yang lebih sulit diaplikasikan kepada

masyarakat. Pada pembiayaan murabahah mempunyai risiko yang selalu

melekat, maka bank perlu memahami manajemen risiko yang ada.

Pemahaman mengenai karakteristik dari kedua pembiayaan tersebut harus

dilakukan bank syari’ah agar dapat memandu dalam menangani risiko dengan

strategi yang tepat untuk mencapai tujuan yang maksimal dari kegiatan

operasionalnya.

Pada PT. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Mitra Amanah Palangka

Raya (selanjutnya disebut PT. BPRS Mitra Amanah Palangka Raya) produk

pembiayaan yang digunakan adalah murabahah, mudharabah dan

musyarakah. Dalam skema pembiayaan murabahah bank bertindak sebagai

penjual barang dan nasabah bertindak sebagai pembeli. Bank menetapkan

besaran keuntungan dari harga jual barang dengan sepengetahuan dan

disepakati nasabah. Keuntungan dalam pembiayaan murabahah adalah

berbentuk margin penjualan yang sudah termasuk harga jual. Keuntungan

(ribh) tersebut sewajarnya dapat dinegosiasikan antara pihak yang melakukan

transaksi, yaitu bank syariah dengan nasabah. Kelemahan praktek murabahah

saat ini, belum berjalannya daya tawar yang seharusnya dimiliki oleh nasabah.

Sehingga posisi nasabah sering kali “agak terpaksa” untuk menerima harga

yang ditawarkan oleh pihak bank syariah.7

Berbeda halnya dengan pembiayaan mudharabah yang merupakan

kerjasama antara bank selaku pemilik dana (shahibul maal) dengan nasabah

7
Reza Syahputra, Pembiayaan Murabahah, http://rezasyahputra32.blogspot.com/2013/06/
pembiayaan-murabahah.html. (Diunduh : Senin, 10-09-2018, Pukul 12.18 WIB).
7

selaku (mudharib) yang mempunyai keahlian atau keterampilan untuk

mengelola suatu usaha yang produktif dan halal. Hasil keuntungan dari

penggunaan dana tersebut dibagi bersama berdasarkan nisbah yang disepakati.

Akad mudharabah digunakan oleh bank untuk memfasilitasi pemenuhan

kebutuhan permodalan bagi nasabah guna menjalankan usaha atau proyek

dengan cara melakukan penyertaan modal bagi usaha atau proyek yang

bersangkutan. Menurut Monzef Kahf,8 secara khusus mudharabah merupakan

salah satu roda penggerak perekonomian suatu negara dengan prinsip bagi

hasilnya.

Menurut Penulis, pola pembiayaan bagi hasil dalam pembiayaan

mudharabah adalah merupakan esensi pembiayaan syariah yang sebenarnya.

Dan jika ditinjau dari aspek risiko, pembiayaan mudharabah memiliki potensi

risiko yang jauh lebih tinggi dibandingkan pembiayaan murabahah, namun

jenis pembiayaan ini memiliki peluang keuntungan yang jauh lebih besar

dibandingkan jenis pembiayaan murabahah, sehingga penerapan manajemen

risikonya harus dilaksanakan dengan penuh kehati-hatian.

PT. BPRS Mitra Amanah Palangka Raya yang beralamat di Jalan Raden

Saleh Raya, Komplek Pertokoan Trimitra II, Pintu 3,5,7 Kelurahan Menteng,

Kota Palangka Raya adalah sebuah BPR yang berprinsip syari’ah yang masih

tergolong baru di Kota Palangka Raya, karena baru didirikan pada Februari

2014 yang lalu. Namun BPRS ini mampu menunjukkan kinerja bisnis yang

cukup bagus dalam rentang waktu singkat pendiriannya.


8
Muhammad Arief Muliadi, Pembiayaan Mudharabah, Musyarakah, dan Murabahah,
http://rezasyahputra32.blogspot.com/2013/06/pembiayaan-murabahah.html. (Diunduh: Senin, 10-
09-2018, Pukul 12.32 WIB).
8

Saat ini, PT. BPRS Mitra Amanah sudah mempunyai total aset sebesar

Rp 14.410.378.000,- (empat belas milyar empat ratus sepuluh juta tiga ratus

tujuh puluh delapan ribu rupiah) pada Juni 2018.9 Padahal pada akhir

Desember 2014 di tahun pertama berdirinya, aset PT. BPRS Mitra Amanah

masih di angka Rp 4 milyar.

Berdasarkan uraian permasalahan tersebut di atas, Penulis tertarik

menjadikan PT. BPRS Mitra Amanah sebagai objek penelitian yang akan

dituangkan dalam skripsi dengan judul “PENERAPAN MANAJEMEN

RISIKO TERHADAP PEMBIAYAAN MUDHARABAH PADA

PT. BPRS MITRA AMANAH PALANGKA RAYA”.

B. Perumusan dan Pembatasan Masalah

Dari uraian yang telah dipaparkan pada latar belakang masalah diatas,

maka rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimanakah mekanisme pembiayaan mudharabah pada PT. BPRS

Mitra Amanah Palangka Raya?

2. Bagaimanakah penerapan manajemen risiko PT. BPRS Mitra Amanah

Palangka Raya terhadap pembiayaan mudharabah?

Dalam rangka penulisan skripsi ini, maka permasalahan dibatasi hanya

pada mekanisme pembiayaan mudharabah pada PT. BPRS Mitra Amanah

Palangka Raya, dan penerapan manajemen risiko PT. BPRS Mitra Amanah

Palangka Raya terhadap pembiayaan mudharabah.

9
Laporan publikasi PT. BPRS Mitra Amanah per Juni 2018.
9

C. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

mekanisme pembiayaan mudharabah pada PT. BPRS Mitra Amanah Palangka

Raya, dan penerapan manajemen risiko PT. BPRS Mitra Amanah Palangka

Raya terhadap pembiayaan mudharabah.

D. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Kegunaan teoritis

a. Untuk menambah dan memperluas wawasan penulis dan mahasiswa

jurusan Ekonomi Islam khususnya Ekonomi Syariah serta seluruh

mahasiswa Institut Agama Islam Negeri Palangka Raya dalam bidang

Ekonomi Islam (Syari’ah).

b. Dalam hal kepentingan Ilmiah, diharapkan dapat memberikan

kontribusi yang berguna bagi ilmu pengetahuan intelektual di bidang

ekonomi syari’ah.

c. Dapat dijadikan sebagai referensi atau bahan acuan bagi peneliti yang

akan mengadakan penelitian secara lebih mendalam terhadap

permasalahan yang sama pada periode yang akan datang.

2. Kegunaan praktis

a. Sebagai tugas akhir untuk menyelesaikan studi program S1 di Institut

Agama Islam Negeri Palangka Raya.


10

b. Sebagai bahan bacaan dan juga sumbangan pemikiran dalam

memperkaya khazanah literature ekonomi syari’ah bagi kepustakaan

Institut Agama Islam Negeri Palangka Raya.

E. Sistematika Penulisan

1. BAB I PENDAHULUAN

Bab 1 dalam karya Ilmiah merupakan pendahuluan, yang berisi latar

belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat

penelitian.

2. BAB II KAJIAN PUSTAKA

Bab 2 diberi judul kajian pustaka, yang isinya memaparkan aspek-

aspek teoritis tentang fenomena atau masalah yang diteliti. Sumber

rujukan bab 2 adalah referensi atau literatur dari buku-buku, laporan

penelitian terdahulu, tulisan pada jurnal ilmiah, situs internet, dan

dokumentasi tertulis lainnya. Isi bab 2 juga merupakan pemaparan yang

lebih menegaskan kerangka pemikiran peneliti dalam memunculkan

veriabel-variabel yang ditelitinya serta konteks penelitiannya.

3. BAB III METODE PENELITIAN

Bab 3 tentang metode penelitian, umumnya memuat: objek

penelitian, metode penelitian, waktu dan tempat penelitian, populasi dan

sampel, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

4. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab 4 karya ilmiah menyajikan hasil penelitian dan pembahasan.

Bab ini berisi hasil pengolahan data dan sejumlah informasi yang

dihasilkan dari pengolahan data, sesuai dengan metode penelitian.


11

5. BAB V PENUTUP

Bab 5 dalam karya ilmiah umumnya memuat kesimpulan dan saran.

Kesimpulan dalam bab 5 ini diturunkan dari pemahaman hasil penelitian

yang merupakan jawaban terhadap masalah penelitian yang telah

dirumuskan. Adapun saran merupakan solusi terhadap masalah yang

ditemukan selama melakukan penelitian. Saran dibuat berdasarkan

indikator-indikator yang ditemukan paling rendah tingkatannya jika

dibandingkan dengan indikator lainnya. Oleh karena itu, setiap variabel

akan menghasilkan suatu saran.

Anda mungkin juga menyukai