Angkatan :1 Nama : Siti Fatimah, S.Pd. NDH : 34 Instansi : UPTD Pendidikan dan Kebudayaan Wilayah Kecamatan Cikatomas – SDN Mandalasari
A. Gambaran ASN Profesional sesuai dengan Kedudukan dan Perannya
Professional merupakan orang yang memiliki profesi atau pekerjaan yang dilakukan dengan memiliki kemampuan yang tinggi dan berpegang teguh pada nilai moral yang mengarahkan serta mendasari perbuatan. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 disebutkan bahwa Pegawai ASN berfungsi sebagai: pelaksana kebijakan publik, pelayan publik serta perekat dan pemersatu bangsa. 1. ASN sebagai Pelaksana Kebijakan Publik Kebijakan publik adalah suatu tindakan yang ditujukan secara spesifik yang dilakukan oleh negara untuk merespon suatu permasalahan. Prinsip-prinsip penting dalam kebijakan publik harus dipahami oleh ASN agar mampu menjalankan tugasnya yang berorientasi pada pelayanan kepentingan publik dan masyarakat yang luas. Prinsip itu di antaranya adalah costumer-driven government, yaitu bahwa pegawai ASN harus menyadari dirinya sebagai bagian dari birokrasi yang melayani kepentingan publik yang berorientasi pada kepuasan pelanggan. ASN sebagai bagian dari pemerintah atau sebagai aparat sipil negara memiliki kewajiban melaksanakan kebijakan publik. Dengan kata lain, ASN adalah aparat pelaksana yang melaksanakan segala peraturan perundang-undangan yang menjadi landasan kebijakan publik di berbagai bidang dan sektor pemerintahan. 2. ASN Sebagai Pelayan publik Untuk dapat terwujudnya pelayanan yang baik maka harus di tunjang dengan aparatur sipil Negara yang profesional yang dapat menjalankan tugasnya dengan baik dan tidak merugikan masyarakat sebagai penerima pelayanan dari aparat pemerintah itu sendiri, hal ini dapat meningkatkan mutu penyelenggaraan dan kualitas pelayanan. Profesionalisme sangat ditentukan oleh kemampuan seseorang dalam melakukan suatu pekerjaan, Dalam pelayanan tidak akan dapat terlaksana secara optimal tanpa adanya kesiapan Aparatur Sipil Negara yang profesional untuk melaksanakan tugasnya dalam melayani masyarakat. ASN dituntut untuk mampu menyelenggarakan pelayanan yang baik untuk publik. Hal ini berkaitan dengan tuntutan untuk memenuhi etika birokrasi yang berfungsi memberikan pelayanan kepada masyarakat. Etika pelayanan publik adalah suatu panduan atau pegangan yang harus dipatuhi oleh para pelayan publik atau birokrat untuk menyelenggarakan pelayanan yang baik untuk public. Sebagai pelayan publik, setiap pegawai ASN senantiasa bersikap adil dan tidak diskriminasi dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Mereka harus bersikap profesional dan berintegritas dalam memberikan pelayanan. Tidak boleh mengejar keuntungan pribadi atau instansinya belaka, tetapi pelayanan harus diberikan dengan maksud memuaskan masyarakat dan menciptakan kesejahteraan masyarakat yang lebih baik. Untuk itu integritas menjadi penting bagi setiap pegawai ASN. Senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran, keadilan, tidak korupsi, transparan, akuntabel, dan memuaskan publik. 3. ASN sebagai Perekat dan Pemersatu Bangsa Sebagai perekat dan pemersatu bangsa, ASN harus memiliki jiwa nasionalisme yang kuat, memiliki kesadaran sebagai penjaga kedaulatan negara, menjadi pemersatu bangsa mengupayakan situasi damai di seluruh wilayah Indonesia, dan menjaga keutuhan NKRI. ASN sebagai aparatur Negara yang profesional harus memiliki jiwa dan semangat persatuan dan kesatuan bangsa, serta menyingkirkan berbagai kepentingan kelompok, individu dan golonganya. Oleh sebab itu sebagai ASN harus memiliki pengetahuan tentang sejarah bangsa Indonesia sejak awal Indonesia berdiri, sejarah proses perjuangan dalam mewujudkan persatuan bangsa termasuk pula berbagai macam gerakan gerakan separatism dan berbagai potensi yang menimbulkan perpecahaan dan menjadi ancaman bagi persatuan bangsa. ASN harus bersikap netral dan adil. Netral dalam artian tidak memihak kepada salah satu kelompok atau golongan yang ada. Adil, berarti ASN dalam melaksanakan tugasnya tidak boleh berlaku diskriminatif dan harus obyektif, jujur, transparan. Dengan bersikap netral dan adil dalam melaksanakan tugasanya, ASN akan mampu menciptakan kondisi yang aman, damai, dan tentram dilingkungan kerjanya dan di masyarakatnya. ASN menjadi figur dan teladan di lingkungan masyarakatnya. ASN juga harus menjadi tokoh dan panutan masyarakat. Dia senantiasa menjadi bagian dari problem solver (pemberi solusi) bukan bagian dari sumber masalah (trouble maker). Oleh sebab itu, setiap ucapan dan tindakannya senantiasa menjadi ikutan dan teladan warganya.
B. Identifikasi Permasalahan Aktual Sesuai dengan Ruang Lingkup Manajamen SDM
yang Seringkali Terjadi di Lingkungan Kerja yang Menghambat pada Terwujudnya ASN yang Professional
1. Pada Tahap Perencanaan
➢ Adanya ketidaktepatan dalam memprediksi jumlah kebutuhan pegawai yang akan datang atau yang diperlukan oleh instansi 2. Pada Tahap Pengadaan ➢ Dengan adanya desentralisasi kewenangan yang diberikan kepada daerah, ada kemungkinan jumlah dan struktur PNS di daerah menjadi tidak terkendali. Apalagi bila dalam pengangkatan pegawai baru dan promosi serta mutasi tidak mengikuti prinsip merit system, tetapi lebih kepada marriage system (sistem kekeluargaan). ➢ Pemanfaatan dan penggunaan Sistem Informasi Kepegawaian (SIMPEG) yang belum maksimal. Meskipun sudah digunakan Sistem Informasi Kepegawaian, tetapi tetap saja masih ada rantai yang melibatkan manusia, seperti pengambil keputusannya, tidak menggunakan teknologi murni. Apabila pengambil keputusannya adalah manusia sebaiknya adalah lembaga independen yang terlepas dari bagian instansi yang melakukan pengadaan pegawai negeri sipil, karena sampai saat ini masih banyak instansi daerah yang melakukan pengadaan pegawai negeri sipil tanpa melibatkan lembaga independen. Ataupun apabila menggunakan lembaga independen, pada seleksi tahap akhir yang menentukan hasilnya adalah kepala instansi yang bersangkutan 3. Pada tahap Penempatan ➢ Banyak unsur korupsi dalam penempatan PNS. Hal yang tidak asing lagi di daerah, bahwa jabatan dan posisi di pemerintah daerah dapat dijual belikan. Di samping unsur tersebut, penempatan pegawai negeri sipil di daerah juga rawan akan ketidakadilan, karena banyak terjadi penempatan seseorang tidak didasarkan pada analisis jabatan 4. Pada Tahap Pengembangan Kualitas ➢ Dalam Pasal 1 angka (1) PP No. 101 Tahun 2000 disebutkan bahwa “Pendidikan dan Pelatihan Jabatan PNS adalah proses penyelenggaraan belajar mengajar dalam rangka meningkatkan kemampuan PNS”. Pendidikan dan pelatihan kepegawaian juga merupakan bagian dari sebuah sistem pembinaan karier PNS yang bermakna pada pengembangan kepegawaian, oleh karena itu menurut Pasal 3, sasaran pendidikan dan pelatihan adalah untuk mewujudkan pegawai yang memiliki kewenangan yang sesuai dengan jabatan masing-masing. Pasal ini masih belum menjelaskan bagaimana mekanisme pengajuan peningkatan pendidikan dan pelatihan PNS baik pusat maupun daerah. Sehingga seringkali ditemukan permasalahan khususnya di institusi daerah pengajuan pendidikan dan pelatihan hanya di dominasi oleh eselon tertentu dan tidak diinformasikan menyeluruh disetiap bagian diinstitusi yang bersangkutan. ➢ Di beberapa instansi masih memiliki jumlah pegawai yang sedikit tetapi dengan beban kerja yang sangat berat sehingga tidak dapat melakukan kerjanya dengan maksimal disamping itu juga ditambah dengan sumber daya manusia yang dimiliki belum sesuai dengan kompetensi yang cocok dalam bidangnya terutama dengan keahlian yang sesuai sehingga tidak efektif. Namun di sisi yang lain banyak juga instansi dengan beban kerja yang ringan tetapi memiliki jumlah pegawai yang banyak, sehingga banyak yang tidak melakukan pekerjaan apapun karena sudah kelebihan tenaga ➢ Melakukan proses belajar mengajar hanya dengan metode ceramah tanpa melakukan inovasi dalam metode mengajar. ➢ Kurangnya perhatian terhadap peserta didik yang membutuhkan bimbingan lebih banyak misalnya peserta didik yang belum lancar membaca dan menulis. ➢ Tidak memberikan pelayanan yang maksimal pada orangtua siswa yang mempunyai keluhan dalam proses pembelajaran.
5. Pada Tahap Promosi (Kenaikan Pangkat)
➢ Masih banyak ditemukan praktik korupsi kenaikan pangkat PNS. Misalnya seorang PNS yang akan mengajukan promosi/naik pangkat memberikan sejumlah uang kepada pejabat tertentu agar proses kenaikan pangkat menjadi lebih cepat dan mudah.
C. Penyebab Terjadinya Permasalahan
1) Tidak adanya kapabilitas dari sumber daya manusia yang ditempatkan untuk mengelola sistem informasi kepegawaian, sehingga banyak menimbulkan masalah, seperti data mengenai kepegawaian tidak diperbaharui terus 2) Penetapan formasi PNS bagi suatu organisasi pada akhirnya sangat ditentukan oleh tersedianya anggaran. Oleh karena itu walaupun suatu formasi telah disusun secara rasional berdasarkan hasil analisis jabatan yang ditetapkan menjadi kebutuhan pegawai, akan tetapi menjadi pertimbangan yang paling mendasar adalah kemampuan anggaran yang tersedia. 3) Kurangnya kesadaran PNS untuk meningkatkan kemampuan diri khususnya terkait dengan kualitas bekerja. 4) Budaya korupsi yang sudah menjadi hal biasa dalam kegiatan sehari-hari salah satunya dalam praktik penyelenggaraan manajemen ASN
D. Strategi Terbaik untuk Mengatasi Permasalahan Tersebut
1. Dalam pengembangan karir PNS perlu mendapatkan pembinaan berdasarkan perpaduan sistem prestasi kerja dan sistem karir yang dititikberatkan pada sistem prestasi kerja 2. Perlu adanya oplimalisasi sistem e-government yang mencakup pula pengembangan Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian (SIMPEG) dimana penggunaannya diharapkan dapat menjadikan proses pelaksanaan manajemen PNS akan berlangsung secara lebih optimal, efisien, dan efektif 3. Dalam mencari perencanaan yang baik, diperlukan penelitian (research) sebagai proses awal dalam menganalisis situasi yang ada berupa data dan fakta relevan guna menunjang pelaksanaan administrasi, khususnya dalam pelaksanaan fungsi manajemen kepegawaian 4. Formasi masing-masing satuan organisasi negara disusun berdasarkan analisis kebutuhan dan penyediaan pegawai sesuai dengan jabatan yang tersedia, dengan memperhatikan norma, standar dan prosedur yang ditetapkan pemerintah sehingga dapat mewujudkan the right man in the right place. 5. Sistem Informasi Kepegawaian (SIMPEG) harus diaplikasikan di setiap daerah agar meminimalisir adanya kecurangan dalam pengadaan pegawai negeri, yang sangat rawan unsur kolusi, korupsi dan nepotisme setelah adanya otonomi daerah 6. Adanya informasi yang relevan tentang tugas fungsi dan beban kerja suatu instansi yang diketahui melalui hasil analisis jabatan. Analisis jabatan adalah proses untuk menguraikan data dan informasi tentang jabatan yang kesemuanya itu diperlukan sebagai bahan penyusunan formasi pegawai, meliputi jumlah dan kualitas yang dibutuhkan. Dengan diperolehnya data dan informasi hasil analisis jabatan diharapkan penempatan pegawaian dapat dilaksanakan secara efektif 7. Perlu adanya standar yang jelas dalam penilaian kinerja PNS