Anda di halaman 1dari 4

AGENDA III

KEDUDUKAN DAN PERAN PNS DALAM NKRI


Angkatan :1
Nama : Siti Fatimah, S.Pd.
NDH : 34
Instansi : UPTD Pendidikan dan Kebudayaan Wilayah Kecamatan Cikatomas –
SDN Mandalasari

A. Gambaran ASN Profesional sesuai dengan Kedudukan dan Perannya


Professional merupakan orang yang memiliki profesi atau pekerjaan yang
dilakukan dengan memiliki kemampuan yang tinggi dan berpegang teguh pada nilai moral
yang mengarahkan serta mendasari perbuatan. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5
Tahun 2014 disebutkan bahwa Pegawai ASN berfungsi sebagai: pelaksana kebijakan
publik, pelayan publik serta perekat dan pemersatu bangsa.
1. ASN sebagai Pelaksana Kebijakan Publik
Kebijakan publik adalah suatu tindakan yang ditujukan secara spesifik yang
dilakukan oleh negara untuk merespon suatu permasalahan. Prinsip-prinsip penting dalam
kebijakan publik harus dipahami oleh ASN agar mampu menjalankan tugasnya yang
berorientasi pada pelayanan kepentingan publik dan masyarakat yang luas. Prinsip itu di
antaranya adalah costumer-driven government, yaitu bahwa pegawai ASN harus
menyadari dirinya sebagai bagian dari birokrasi yang melayani kepentingan publik yang
berorientasi pada kepuasan pelanggan. ASN sebagai bagian dari pemerintah atau sebagai
aparat sipil negara memiliki kewajiban melaksanakan kebijakan publik. Dengan kata lain,
ASN adalah aparat pelaksana yang melaksanakan segala peraturan perundang-undangan
yang menjadi landasan kebijakan publik di berbagai bidang dan sektor pemerintahan.
2. ASN Sebagai Pelayan publik
Untuk dapat terwujudnya pelayanan yang baik maka harus di tunjang dengan
aparatur sipil Negara yang profesional yang dapat menjalankan tugasnya dengan baik dan
tidak merugikan masyarakat sebagai penerima pelayanan dari aparat pemerintah itu
sendiri, hal ini dapat meningkatkan mutu penyelenggaraan dan kualitas pelayanan.
Profesionalisme sangat ditentukan oleh kemampuan seseorang dalam melakukan suatu
pekerjaan, Dalam pelayanan tidak akan dapat terlaksana secara optimal tanpa adanya
kesiapan Aparatur Sipil Negara yang profesional untuk melaksanakan tugasnya dalam
melayani masyarakat. ASN dituntut untuk mampu menyelenggarakan pelayanan yang baik
untuk publik. Hal ini berkaitan dengan tuntutan untuk memenuhi etika birokrasi yang
berfungsi memberikan pelayanan kepada masyarakat. Etika pelayanan publik adalah suatu
panduan atau pegangan yang harus dipatuhi oleh para pelayan publik atau birokrat untuk
menyelenggarakan pelayanan yang baik untuk public. Sebagai pelayan publik, setiap
pegawai ASN senantiasa bersikap adil dan tidak diskriminasi dalam memberikan
pelayanan kepada masyarakat. Mereka harus bersikap profesional dan berintegritas dalam
memberikan pelayanan. Tidak boleh mengejar keuntungan pribadi atau instansinya belaka,
tetapi pelayanan harus diberikan dengan maksud memuaskan masyarakat dan menciptakan
kesejahteraan masyarakat yang lebih baik. Untuk itu integritas menjadi penting bagi setiap
pegawai ASN. Senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran, keadilan, tidak korupsi,
transparan, akuntabel, dan memuaskan publik.
3. ASN sebagai Perekat dan Pemersatu Bangsa
Sebagai perekat dan pemersatu bangsa, ASN harus memiliki jiwa nasionalisme
yang kuat, memiliki kesadaran sebagai penjaga kedaulatan negara, menjadi pemersatu
bangsa mengupayakan situasi damai di seluruh wilayah Indonesia, dan menjaga keutuhan
NKRI. ASN sebagai aparatur Negara yang profesional harus memiliki jiwa dan semangat
persatuan dan kesatuan bangsa, serta menyingkirkan berbagai kepentingan kelompok,
individu dan golonganya. Oleh sebab itu sebagai ASN harus memiliki pengetahuan tentang
sejarah bangsa Indonesia sejak awal Indonesia berdiri, sejarah proses perjuangan dalam
mewujudkan persatuan bangsa termasuk pula berbagai macam gerakan gerakan separatism
dan berbagai potensi yang menimbulkan perpecahaan dan menjadi ancaman bagi
persatuan bangsa. ASN harus bersikap netral dan adil. Netral dalam artian tidak memihak
kepada salah satu kelompok atau golongan yang ada. Adil, berarti ASN dalam
melaksanakan tugasnya tidak boleh berlaku diskriminatif dan harus obyektif, jujur,
transparan. Dengan bersikap netral dan adil dalam melaksanakan tugasanya, ASN akan
mampu menciptakan kondisi yang aman, damai, dan tentram dilingkungan kerjanya dan
di masyarakatnya. ASN menjadi figur dan teladan di lingkungan masyarakatnya. ASN juga
harus menjadi tokoh dan panutan masyarakat. Dia senantiasa menjadi bagian dari problem
solver (pemberi solusi) bukan bagian dari sumber masalah (trouble maker). Oleh sebab itu,
setiap ucapan dan tindakannya senantiasa menjadi ikutan dan teladan warganya.

B. Identifikasi Permasalahan Aktual Sesuai dengan Ruang Lingkup Manajamen SDM


yang Seringkali Terjadi di Lingkungan Kerja yang Menghambat pada Terwujudnya
ASN yang Professional

1. Pada Tahap Perencanaan


➢ Adanya ketidaktepatan dalam memprediksi jumlah kebutuhan pegawai yang akan
datang atau yang diperlukan oleh instansi
2. Pada Tahap Pengadaan
➢ Dengan adanya desentralisasi kewenangan yang diberikan kepada daerah, ada
kemungkinan jumlah dan struktur PNS di daerah menjadi tidak terkendali. Apalagi
bila dalam pengangkatan pegawai baru dan promosi serta mutasi tidak mengikuti
prinsip merit system, tetapi lebih kepada marriage system (sistem kekeluargaan).
➢ Pemanfaatan dan penggunaan Sistem Informasi Kepegawaian (SIMPEG) yang
belum maksimal. Meskipun sudah digunakan Sistem Informasi Kepegawaian, tetapi
tetap saja masih ada rantai yang melibatkan manusia, seperti pengambil
keputusannya, tidak menggunakan teknologi murni. Apabila pengambil
keputusannya adalah manusia sebaiknya adalah lembaga independen yang terlepas
dari bagian instansi yang melakukan pengadaan pegawai negeri sipil, karena
sampai saat ini masih banyak instansi daerah yang melakukan pengadaan
pegawai negeri sipil tanpa melibatkan lembaga independen. Ataupun apabila
menggunakan lembaga independen, pada seleksi tahap akhir yang menentukan
hasilnya adalah kepala instansi yang bersangkutan
3. Pada tahap Penempatan
➢ Banyak unsur korupsi dalam penempatan PNS. Hal yang tidak asing lagi di daerah,
bahwa jabatan dan posisi di pemerintah daerah dapat dijual belikan. Di samping
unsur tersebut, penempatan pegawai negeri sipil di daerah juga rawan akan
ketidakadilan, karena banyak terjadi penempatan seseorang tidak didasarkan pada
analisis jabatan
4. Pada Tahap Pengembangan Kualitas
➢ Dalam Pasal 1 angka (1) PP No. 101 Tahun 2000 disebutkan bahwa “Pendidikan
dan Pelatihan Jabatan PNS adalah proses penyelenggaraan belajar mengajar
dalam rangka meningkatkan kemampuan PNS”. Pendidikan dan pelatihan
kepegawaian juga merupakan bagian dari sebuah sistem pembinaan karier PNS
yang bermakna pada pengembangan kepegawaian, oleh karena itu menurut Pasal
3, sasaran pendidikan dan pelatihan adalah untuk mewujudkan pegawai yang
memiliki kewenangan yang sesuai dengan jabatan masing-masing. Pasal ini masih
belum menjelaskan bagaimana mekanisme pengajuan peningkatan pendidikan dan
pelatihan PNS baik pusat maupun daerah. Sehingga seringkali ditemukan
permasalahan khususnya di institusi daerah pengajuan pendidikan dan pelatihan
hanya di dominasi oleh eselon tertentu dan tidak diinformasikan menyeluruh
disetiap bagian diinstitusi yang bersangkutan.
➢ Di beberapa instansi masih memiliki jumlah pegawai yang sedikit tetapi dengan beban
kerja yang sangat berat sehingga tidak dapat melakukan kerjanya dengan maksimal
disamping itu juga ditambah dengan sumber daya manusia yang dimiliki belum
sesuai dengan kompetensi yang cocok dalam bidangnya terutama dengan keahlian
yang sesuai sehingga tidak efektif. Namun di sisi yang lain banyak juga instansi
dengan beban kerja yang ringan tetapi memiliki jumlah pegawai yang banyak,
sehingga banyak yang tidak melakukan pekerjaan apapun karena sudah kelebihan
tenaga
➢ Melakukan proses belajar mengajar hanya dengan metode ceramah tanpa melakukan
inovasi dalam metode mengajar.
➢ Kurangnya perhatian terhadap peserta didik yang membutuhkan bimbingan lebih
banyak misalnya peserta didik yang belum lancar membaca dan menulis.
➢ Tidak memberikan pelayanan yang maksimal pada orangtua siswa yang mempunyai
keluhan dalam proses pembelajaran.

5. Pada Tahap Promosi (Kenaikan Pangkat)


➢ Masih banyak ditemukan praktik korupsi kenaikan pangkat PNS. Misalnya seorang
PNS yang akan mengajukan promosi/naik pangkat memberikan sejumlah uang
kepada pejabat tertentu agar proses kenaikan pangkat menjadi lebih cepat dan mudah.

C. Penyebab Terjadinya Permasalahan


1) Tidak adanya kapabilitas dari sumber daya manusia yang ditempatkan untuk
mengelola sistem informasi kepegawaian, sehingga banyak menimbulkan masalah,
seperti data mengenai kepegawaian tidak diperbaharui terus
2) Penetapan formasi PNS bagi suatu organisasi pada akhirnya sangat ditentukan
oleh tersedianya anggaran. Oleh karena itu walaupun suatu formasi telah disusun
secara rasional berdasarkan hasil analisis jabatan yang ditetapkan menjadi
kebutuhan pegawai, akan tetapi menjadi pertimbangan yang paling mendasar adalah
kemampuan anggaran yang tersedia.
3) Kurangnya kesadaran PNS untuk meningkatkan kemampuan diri khususnya terkait
dengan kualitas bekerja.
4) Budaya korupsi yang sudah menjadi hal biasa dalam kegiatan sehari-hari salah
satunya dalam praktik penyelenggaraan manajemen ASN

D. Strategi Terbaik untuk Mengatasi Permasalahan Tersebut


1. Dalam pengembangan karir PNS perlu mendapatkan pembinaan berdasarkan
perpaduan sistem prestasi kerja dan sistem karir yang dititikberatkan pada
sistem prestasi kerja
2. Perlu adanya oplimalisasi sistem e-government yang mencakup pula
pengembangan Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian (SIMPEG) dimana
penggunaannya diharapkan dapat menjadikan proses pelaksanaan manajemen
PNS akan berlangsung secara lebih optimal, efisien, dan efektif
3. Dalam mencari perencanaan yang baik, diperlukan penelitian (research)
sebagai proses awal dalam menganalisis situasi yang ada berupa data dan
fakta relevan guna menunjang pelaksanaan administrasi, khususnya dalam
pelaksanaan fungsi manajemen kepegawaian
4. Formasi masing-masing satuan organisasi negara disusun berdasarkan analisis
kebutuhan dan penyediaan pegawai sesuai dengan jabatan yang tersedia, dengan
memperhatikan norma, standar dan prosedur yang ditetapkan pemerintah sehingga
dapat mewujudkan the right man in the right place.
5. Sistem Informasi Kepegawaian (SIMPEG) harus diaplikasikan di setiap daerah
agar meminimalisir adanya kecurangan dalam pengadaan pegawai negeri, yang
sangat rawan unsur kolusi, korupsi dan nepotisme setelah adanya otonomi daerah
6. Adanya informasi yang relevan tentang tugas fungsi dan beban kerja suatu instansi
yang diketahui melalui hasil analisis jabatan. Analisis jabatan adalah proses untuk
menguraikan data dan informasi tentang jabatan yang kesemuanya itu
diperlukan sebagai bahan penyusunan formasi pegawai, meliputi jumlah dan
kualitas yang dibutuhkan. Dengan diperolehnya data dan informasi hasil analisis
jabatan diharapkan penempatan pegawaian dapat dilaksanakan secara efektif
7. Perlu adanya standar yang jelas dalam penilaian kinerja PNS

E. Membuat Pernyataan/Quotes Tentang Komitmen ASN


Link : https://youtu.be/zdrXyE5rHjA

Anda mungkin juga menyukai