CALON GURU
Aparatur Sipil Negara (ASN)
Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK)
Program Keahlian
Keperawatan
Penulis:
Tim GTK DIKMEN
Copyright © 2021
Direktorat GTK Pendidikan Menengah
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Peran guru profesional dalam proses pembelajaran sangat penting sebagai kunci
keberhasilan belajar peserta didik. Guru profesional adalah guru yang kompeten
membangun proses pembelajaran yang baik sehingga dapat menghasilkan pendidikan
yang berkualitas dan berkarakter Pancasila yang prima. Hal tersebut menjadikan guru
sebagai komponen utama dalam pendidikan sehingga menjadi fokus perhatian Pemerintah
maupun Pemerintah Daerah dalam seleksi Guru Aparatur Sipil Negara (ASN) Pegawai
Pemerintah dengan Perjanjian Kontrak (PPPK).
Seleksi Guru ASN PPPK dibuka berdasarkan pada Data Pokok Pendidikan. Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan mengestimasi bahwa kebutuhan guru di sekolah negeri
mencapai satu juta guru (di luar guru PNS yang saat ini mengajar). Pembukaan seleksi
untuk menjadi guru ASN PPPK adalah upaya menyediakan kesempatan yang adil bagi
guru-guru honorer yang kompeten agar mendapatkan penghasilan yang layak. Pemerintah
membuka kesempatan bagi: 1). Guru honorer di sekolah negeri dan swasta (termasuk
guru eks-Tenaga Honorer Kategori dua yang belum pernah lulus seleksi menjadi PNS
atau PPPK sebelumnya. 2). Guru yang terdaftar di Data Pokok Pendidikan; dan Lulusan
Pendidikan Profesi Guru yang saat ini tidak mengajar.
Seleksi guru ASN PPPK kali ini berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, dimana pada
tahun sebelumnya formasi untuk guru ASN PPPK terbatas. Sedangkan pada tahun 2021
semua guru honorer dan lulusan PPG bisa mendaftar untuk mengikuti seleksi. Semua
yang lulus seleksi akan menjadi guru ASN PPPK hingga batas satu juta guru. Oleh
karenanya agar pemerintah bisa mencapai target satu juta guru, maka pemerintah pusat
mengundang pemerintah daerah untuk mengajukan formasi lebih banyak sesuai
kebutuhan.
Untuk mempersiapkan calon guru ASN PPPK siap dalam melaksanakan seleksi guru
ASN PPPK, maka Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Direktorat Jenderal
Guru dan Tenaga Kependidikan (Ditjen GTK) mempersiapkan modul-modul
pembelajaran setiap bidang studi yang digunakan sebagai bahan belajar mandiri,
pemanfaatan komunitas pembelajaran menjadi hal yang sangat
iii
penting dalam belajar antara calon guru ASN PPPK secara mandiri. Modul akan disajikan
dalam konsep pembelajaran mandiri menyajikan pembelajaran yang berfungsi sebagai
bahan belajar untuk mengingatkan kembali substansi materi pada setiap bidang studi,
modul yang dikembangkan bukanlah modul utama yang menjadi dasar atau satu-satunya
sumber belajar dalam pelaksanaan seleksi calon guru ASN PPPK tetapi dapat
dikombinasikan dengan sumber belajar lainnya. Peran Kemendikbud melalui Ditjen GTK
dalam rangka meningkatkan kualitas lulusan guru ASN PPPK melalui pembelajaran yang
bermuara pada peningkatan kualitas peserta didik adalah menyiapkan modul belajar
mandiri.
Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Dasar (Direktorat GTK Dikdas)
bekerja sama dengan Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga
Kependidikan (PPPPTK) yang merupakan Unit Pelaksanana Teknis di lingkungan
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan yang bertanggung jawab dalam
mengembangkan modul belajar mandiri bagi calon guru ASN PPPK. Adapun modul
belajar mandiri yang dikembangkan tersebut adalah modul yang di tulis oleh penulis
dengan menggabungkan hasil kurasi dari modul Pendidikan Profesi Guru (PPG),
Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB), Peningkatan Kompetensi
Pembelajaran (PKP), dan bahan lainnya yang relevan. Dengan modul ini diharapkan
calon guru ASN PPPK memiliki salah satu sumber dari banyaknya sumber yang tersedia
dalam mempersiapkan seleksi Guru ASN PPPK.
Mari kita tingkatkan terus kemampuan dan profesionalisme dalam mewujudkan pelajar
Pancasila.
Iwan Syahril
Kata Pengantar
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas selesainya Modul Belajar
Mandiri bagi Calon Guru Aparatur Sipil Negara (ASN) Pegawai Pemerintah dengan
Perjanjian Kontrak (PPPK) untuk 25 Bidang Studi (berjumlah 39 Modul). Modul ini
merupakan salah satu bahan belajar mandiri yang dapat digunakan oleh calon guru ASN
PPPK dan bukan bahan belajar yang utama.
Seleksi Guru ASN PPPK adalah upaya menyediakan kesempatan yang adil untuk guru-
guru honorer yang kompeten dan profesional yang memiliki peran sangat penting sebagai
kunci keberhasilan belajar peserta didik. Guru profesional adalah guru yang kompeten
membangun proses pembelajaran yang baik sehingga dapat menghasilkan pendidikan
yang berkualitas dan berkarakter Pancasila yang prima.
Sebagai salah satu upaya untuk mendukung keberhasilan seleksi guru ASN PPPK,
Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Dasar pada tahun 2021
mengembangkan dan mengkurasi modul Pendidikan Profesi Guru (PPG), Pengembangan
Keprofesian Berkelanjutan (PKB), Peningkatan Kompetensi Pembelajaran (PKP), dan
bahan lainnya yang relevan sebagai salah satu bahan belajar mandiri.
Modul Belajar Mandiri bagi Calon Guru ASN PPPK ini diharapkan dapat menjadi salah
satu bahan bacaan (bukan bacaan utama) untuk dapat meningkatkan pemahaman tentang
kompetensi pedagogik dan profesional sesuai dengan bidang studinya masing-masing.
Terima kasih dan penghargaan yang tinggi disampaikan kepada pimpinan Pusat
Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PPPPTK) yang
telah mengijinkan stafnya dalam menyelesaikan Modul Belajar Mandiri bagi Calon Guru
ASN PPPK. Tidak lupa saya juga sampaikan terima kasih kepada para widyaiswara dan
Pengembang Teknologi Pembelajaran (PTP) di dalam penyusunan modul ini.
Semoga Modul Belajar Mandiri bagi Calon Guru ASN PPPK dapat memberikan dan
mengingatkan pemahaman dan keterampilan sesuai dengan bidang studinya masing-
masing.
Hlm.
Kata Sambutan...................................................................................................iii
Kata Pengantar...................................................................................................v
Daftar Isi............................................................................................................ vii
Daftar Gambar...................................................................................................xii
Daftar Tabel.......................................................................................................xv
Pendahuluan.......................................................................................................1
A. Deskripsi Singkat.......................................................................................................1
B. Peta Kompetensi.........................................................................................................2
C. Ruang Lingkup...........................................................................................................4
D. Petunjuk Belajar.........................................................................................................6
Pembelajaran 1. Konsep Dan Prinsip Dasar Komunikasi................................7
A. Kompetensi............................................................................................................7
B. Indikator Pencapaian Kompetensi.........................................................................7
C. Uraian Materi........................................................................................................8
1.1 Konsep dasar komunikasi...............................................................................8
a. Pengertian Komunikasi..................................................................................8
b. Tujuan Komunikasi........................................................................................9
c. Elemen atau unsur komunikasi.......................................................................9
d. Jenis Komunikasi..........................................................................................12
1.2 Komunikasi sesuai tahapan usia...................................................................14
a. Tahap Perkembangan Bahasa.......................................................................14
b. Komunikasi pada Bayi dan Anak.................................................................17
c. Komunikasi pada Remaja.............................................................................20
d. Komunikasi pada Dewasa dan Lansia..........................................................23
1.3 Gangguan Komunikasi.................................................................................24
Hambatan Komunikasi.........................................................................................24
Penyebab gangguan komunikasi...........................................................................26
Mengatasi Gangguan komunikasi.........................................................................26
1.4 Komunikasi Terapeutik................................................................................27
Pengertian.............................................................................................................27
Prinsip Komunikasi Terapeutik............................................................................27
Sikap dan perilaku dalam komunikasi terapeutik.................................................28
Fase-fase hubungan terapeutik.............................................................................28
Pelaksanaan Komunikasi terapeutik.....................................................................30
D. Latihan Soal/Kasus..............................................................................................31
E. Rangkuman..........................................................................................................33
Pembelajaran 2. Konsep Dasar Keperawatan.................................................35
A. Kompetensi..........................................................................................................35
B. Indikator Pencapaian Kompetensi.......................................................................35
C. Uraian Materi......................................................................................................36
2.1 Anatomi dan Fisiologi Tubuh Manusia........................................................36
1. Sistem Pernafasan (Respirasi)......................................................................39
Mekanisme Pernafasan.....................................................................................42
2. Sistem Jantung dan Peredaran Darah (Kardiovaskuler)................................43
a. Jantung.....................................................................................................43
b. Peredaran Darah.......................................................................................47
c. Anatomi dan Fisiologi Pembuluh Darah...................................................47
3. Sistem Otot dan Rangka (Muskuloskleletal).................................................48
4. Sistem Endokrin (Hormonal)........................................................................57
5. Sistem Saraf (Neurologi)..............................................................................71
6. Anatomi Sistem perkemihan.........................................................................81
7. Sistem Integumen.........................................................................................84
2.2 Promosi Kesehatan.......................................................................................88
2.3 Asuhan keperawatan.....................................................................................92
1. Pengertian Asuhan Keperawatan..................................................................92
2. Proses Keperawatan......................................................................................92
3. Komponen Proses Keperawatan...................................................................93
2.4 Pelayanan Prima (Service Excellent)............................................................97
Pengertian.............................................................................................................97
Tujuan Pelayanan Prima.......................................................................................97
Unsur Pokok Pelayanan Prima.............................................................................98
Dimensi Kualitas Pelayanan Prima di Rumah Sakit.............................................99
Prinsip Pelayanan Prima di Rumah Sakit...........................................................100
Mengutamakan Pelanggan (Pasien)....................................................................100
Sistem yang Efektif............................................................................................101
Nilai semangat melayani dengan hati.................................................................101
Perbaikan Berkelanjutan.....................................................................................102
Memberdayakan Pelanggan................................................................................102
Pelayanan Menurut Prioritas Pengembangan......................................................102
Perilaku Pelayanan Prima di Rumah Sakit.........................................................103
D. Latihan Soal/Kasus............................................................................................104
E. Rangkuman........................................................................................................106
Pembelajaran 3. Kebutuhan Dasar Manusia.................................................107
A. Kompetensi........................................................................................................107
B. Indikator Pencapaian Kompetensi.....................................................................108
C. Uraian Materi.....................................................................................................108
3.1 Konsep Kebutuhan Dasar Manusia.............................................................108
3.2 Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi dan Eliminasi............................................110
Kebutuhan Eliminasi..........................................................................................114
Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi.......................................................................118
3.3 Pemenuhan Kebutuhan Mobilisasi dan Istirahat-Tidur...............................121
D. Latihan Soal/Kasus............................................................................................136
E. Rangkuman........................................................................................................138
Pembelajaran 4. Keperawatan Gawat Darurat..............................................139
A. Kompetensi........................................................................................................139
B. Indikator Pencapaian Kompetensi.....................................................................139
C. Uraian Materi.....................................................................................................139
4.1 Asuhan keperawatan pada pasien dengan Fraktur............................................139
4.2 Asuhan keperawatan pada pasien dengan Hemothoraks..................................142
4.3 Asuhan keperawatan pada pasien dengan Trauma Kepala...............................144
4.4 Asuhan keperawatan pada pasien dengan Luka bakar......................................147
4.5 Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Hipoglikemia.................................150
4.6 Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Kejang...........................................152
4.7 Asuhan keperawatan pada pasien dengan Keracunan......................................154
D. Latihan Soal.......................................................................................................156
E. Rangkuman........................................................................................................159
Pembelajaran 5. Keperawatan Medikal Bedah..............................................161
A. Kompetensi........................................................................................................161
B. Indikator Pencapaian Kompetensi.....................................................................161
C. Uraian Materi....................................................................................................161
5.1 Asuhan keperawatan pada pasien Human Immunodeficiency Virus- Acquired
Immune Deficiency Syndrome (HIV-AIDS).........................................................161
5.2 Asuhan keperawatan pada pasien Tuberculosis...............................................164
5.3 Asuhan keperawatan pada pasien Infark Miokard Akut (IMA).......................165
5.4 Asuhan keperawatan pada pasien Diabetes Mellitus.......................................167
5.5 Asuhan keperawatan pada pasien Apendisitis.................................................173
5.6 Asuhan keperawatan pada pasien dengan kasus Hernia..................................175
5.7 Asuhan keperawatan pada pasien Benign Prostatic Hiperplasia (BPH)
......................................................................................................................176
D. Latihan Soal......................................................................................................179
E. Rangkuman.......................................................................................................181
Pembelajaran 6. Kesehatan Masyarakat, Keluarga, Jiwa Ibu Dan Anak.....183
A. Kompetensi.......................................................................................................183
B. Indikator Pencapaian Kompetensi.....................................................................183
C. Uraian Materi....................................................................................................184
6.1 Kesehatan Masyarakat...............................................................................184
6.2 Kesehatan Lingkungan...............................................................................188
6.3 Keperawatan Geriatrik...............................................................................189
6.4 Keperawatan Keluarga...............................................................................191
6.5 Kesehatan Jiwa..........................................................................................193
6.7 Community Mental Health Nursing (CMHN)............................................194
D. Latihan Soal......................................................................................................196
E. Rangkuman.......................................................................................................198
Pembelajaran 7. Infeksi Nosokomial dan Patient Safety.............................199
A. Kompetensi.......................................................................................................199
B. Indikator Pencapaian Kompetensi.....................................................................199
C. Uraian Materi....................................................................................................199
7.1 Infeksi........................................................................................................199
7.2 Keselamatan Pasien (Patient Safety)..........................................................201
7.3 Alat Pelindung Diri (APD)........................................................................203
7.4 Pengendalian dan Pencegahan Agen Infeksi..............................................208
7.5 Isolasi.........................................................................................................211
D. Latihan Soal......................................................................................................217
E. Rangkuman........................................................................................................220
Pembelajaran 8. Prosedur Tindakan Keperawatan......................................221
A. Kompetensi........................................................................................................221
B. Indikator Pencapaian Kompetensi.....................................................................221
C. Uraian Materi.....................................................................................................221
8.1 Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital.................................................................221
8.2 Pemberian Injeksi Insulin...........................................................................231
8.3 Pemasangan Kateter Urin...........................................................................236
8.4 Perawatan Luka Gangren............................................................................243
D. Latihan Soal.......................................................................................................252
E. Rangkuman........................................................................................................255
Penutup........................................................................................................... 256
Daftar Pustaka.................................................................................................258
Kunci Jawaban Modul Belajar Mandiri Keperawatan...................................261
Daftar Gambar
Hlm.
Gambar 1. Elemen atau unsur dalam komunikasi............................................................11
Gambar 2. Bagan unsur-unsur dalam proses komunikasi................................................12
Gambar 3. Terminologi posisi dalam ilmu anatomi.........................................................37
Gambar 4. anatomi umum system pernafasan..................................................................39
Gambar 5. Otot jantung...................................................................................................44
Gambar 6. Gambaran jenis atau tipe otot.........................................................................50
Gambar 7. gambaran hubungan tulang dengan, jaringan konektif dengan tendon
............................................................................................................................... 51
Gambar 8. Struktur tendon...............................................................................................53
Gambar 9 ligamen patela.................................................................................................54
Gambar 10. Klasifikasi tulang berdasarkan penyusunnya................................................56
Gambar 11. Letak kelenjar dan sel endokrin berada dalam tubuh yang berperan penting
dalam homeostasis...........................................................................................................58
Gambar 12. Organ Saluran pencernaan............................................................................62
Gambar 13. Proses pencernaan meliputi menelan makanan, mendorong, pencernaan
mekanis, pencernaan kimiawi, absorbsi, dan defekasi.....................................................66
Gambar 14. Pembagian Sistem Saraf...............................................................................73
Gambar 15. Otak..............................................................................................................74
Gambar 16. Belahan pada Otak Besar.............................................................................75
Gambar 17. Pembagian Fungsi pada Otak Besar.............................................................76
Gambar 18. Otak kecil, pons varoli, dan medula oblongata.............................................77
Gambar 19. Medula Spinalis (Sumsum Tulang Belakang)..............................................78
Gambar 20. Saraf Parasimpatik dan Simpatik..................................................................80
Gambar 21. Saluran perkemihan: ginjal, ureter, vesika urinaria (bladder), uretra
............................................................................................................................... 81
Gambar 22. Struktur kulit................................................................................................85
Gambar 23. Penampang epidermis..................................................................................86
Gambar 24. Penampang dermis.......................................................................................87
Gambar 25. Skema pengturan suhu oleh kulit.................................................................87
Gambar 26. Poster Rokok dan Bahayanya, Poster TBC..................................................91
Gambar 27. Lembar Balik (flip chart), Poster..................................................................91
Gambar 28. Leaflet (docplayer.info)................................................................................91
Gambar 29. Piramida Kebutuhan Dasar Manusia Abraham Maslow (Cherry, 2019)
............................................................................................................................. 109
Gambar 30. Piramida makanan......................................................................................111
Gambar 31. skinfold pada lengan..................................................................................113
Gambar 32. Skinfold pada punggung............................................................................113
Gambar 33. Pengukuran Lingkar Lengan......................................................................113
Gambar 34. a) Konstipasi b) fecal impaction.................................................................117
Gambar 35. A) Kateter kondom, B) kateter foley..........................................................120
Gambar 36. Penggunaan pispot.....................................................................................120
Gambar 37. Jenis fraktur (Smeltzer et al., 2015)...........................................................140
Gambar 38. Hemothorax (Campbell, Alson, & Alabama, 2018)...................................142
Gambar 39. Karakteristik cedera kepala (Smeltzer, et al, 2015)....................................145
Gambar 40. Derajat luka bakar (Campbell, Alson, & Alabama, 2018)..........................148
Gambar 41. Rule of Nine (Williams & Hopper, 2015)..................................................148
Gambar 42. Gejala klinis hipoglikemia (Williams & Hopper, 2015).............................151
Gambar 43. Macam-macam keracunan (Williams & Hopper, 2015).............................154
Gambar 44. Tanda gejala umum IMA (AHA, 2015).....................................................166
Gambar 45. Titik McBurney (Williams & Hopper, 2015).............................................174
Gambar 46. Irigasi kandung kemih (Smeltzer, et al, 2015)............................................178
Gambar 47. Contoh Pelindung Kaki..............................................................................206
Gambar 48. Standar Operasional Prosedur (SOP) penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
.......................................................................................................................................208
Gambar 49. Moment Cuci Tangan (World Health Organization, 2010)........................209
Gambar 50. Langkah Cuci Tangan (World Health Organization, 2010)........................210
Gambar 51. Tempat Injeksi insulin................................................................................233
Gambar 52. Pemasangan kateter urine...........................................................................236
Daftar Tabel
Hlm.
Tabel 1. Peta Kompetensi kelompok Program Keahlian Keperawatan..............................2
Tabel 2. Deskripsi stadium kanker.................................................................................172
Tabel 3. Jenis Alat Pelindung Pernafasan berdasarkan Breathing Aparatus..............205
Tabel 4. farmakokinetik.................................................................................................232
xiv
Pendahuluan
A. Deskripsi Singkat
Modul ini berisi Delapan lingkup pembelajaran, yakni: 1) konsep dan prinsip komunikasi,
berisi bahasan tentang dasar-dasar komunikasi dan komunikasi terapeutik, serta gangguan
yang sering terjadi pada komunikasi; 2) konsep dasar keperawatan yang anatomi dan
fisiologi tubuh manusia, bahasan promosi Kesehatan, serta pelayanan prima dalam
keperawatan; 3) Kebutuhan dasar manusia dan implementasinya dalam kebutuhan nutrisi,
eliminasi, moibilisasi, kebutuhan istirahat tidur; 4) Keperawatan gawat darurat,
membahas asuhan keperawatan pada Kasus kegawatdaruratan yang disebabkan karena
trauma dan non trauma; 5) Keperawatan medikal bedah, yang berisi konsep asuhan
keperawatan pada beberapa penyakit yang sering terjadi di klinis; 6) Kesehatan
masyarakat, keluarga, kesehatan jiwa, serta Kesehatan ibu dan anak; 7) Infeksi
nosokomial dan patients safety yang membahas tentang konsep infeksi nosokial dan
kamanan keselamatan pasien; dan 8) Prosedur Tindakan keperawatan, yang berisi tentang
keterampilan keperawatan dan prosedur Tindakan keperawatan dalam pemenuhan
kebutuhan pasien.
Keperawatan | 1
Hal-hal yang disampaikan dalam materi ini penting dipelajari dan dipahami karena tidak
hanya pada teori konseptual tetapi juga tindakan keterampilan keperawatan sebagai dasar
untuk menjadi perawat professional dalam memberikan asuhan keperawatan pada tataran
pelayanan klinis keperawatan di rumah sakit, perawatan di komunitas, maupun sebagai
seorang guru bagi asisten perawat.
B. Peta Kompetensi
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup materi pada bahan belajar mandiri calon guru P3K bidang keahlian
keperawatan ini disusun dalam enam pembelajaran. Diawali dengan pembahasan materi
tentang konsep komunikasi yang meliputi konsep dasar, gangguan komunikasi, dan
komunikasi terapeutik. Selanjutnya modul ini membahas tentang konsep dasar
keperawatan yang merupakan bahasan tentang body of knowledge keilmuan
keperawatan yakni anatomi dan fisiologi manusia, promosi Kesehatan, asuhan
keperawatan dan pelayanan prima. Pembelajaran berikutnya membahas perihal kebutuhan
dasar manusia yang harus dipenuhi untuk mempertahankan proses kehidupan. Kebutuhan
dasar manusia yang dibahas dalam modul ini adalah tentang kebutuhan nutrisi dan
eliminasi, kebutuhan mobilisasi, dan kebutuham istirahat-tidur. Materi selanjutnya terkait
dengan keperawatan medikal bedah yang membahas tentang konsep penyakit dan
diagnosis keperawatan yang muncul, dan kegawatdaruratan karena Kasus trauma dan
nontrauma. Pada Bahasa berikutnya meli[utu Kesehatan masyarakat, kesehatn keluarga,
Kesehatan jiwa, dan Kesehatan Ibu dan Anak. Pada bahasan terakhir dalam modul ini
tentang keterampilan tindakan keperawatan, yang membahas tentang skill Tindakan
keperawatan kepada pasien yang mengalami gangguan system tubuh.
Bagian Pendahuluan modul mandiri ini berisi deskripsi singkat, Peta Kompetensi yang
diharapkan dicapai setelah pembelajaran, Ruang Lingkup, dan Petunjuk Belajar. Bagian
Pembelajaran terdiri dari lima bagian, yaitu bagian Kompetensi, Indikator Pencapaian
Kompetensi, Uraian Materi, Latihan Soal/Kasus yang berada di latihan soal di LMS, dan
Rangkuman. Latihan/Kasus akan diberikan kunci dan pembahasan di bagian lampiran
bahan belajar mandiri. Bahan belajar mandiri diakhiri dengan Penutup, Daftar Pustaka,
dan Lampiran.
Rincian materi pada bahan belajar mandiri bagi Calon Guru Aparatur Sipil Negara (ASN)
Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kontrak (PPPK) program keahlian keperawatan
ini adalah:
1. Menganalisis konsep dan prinsip Komunikasi Keperawatan dan aplikasinya dalam
keperawatan
2. Menganalisis Konsep Dasar Keperawatan (anatomi fisiologi, promosi kesehatan,
pelayanan prima) dan aplikasinya dalam keperawatan
3. Menganalisis prinsip Kebutuhan Dasar Manusia dan aplikasinya dalam keperawatan.
4. Menganalisis prinsip Keperawatan Medikal Bedah (ilmu penyakit, penunjang,
diagnostik, kegawatdaruratan) dan aplikasinya dalam keperawatan
5. Menganalisis prinsip Ilmu Kesehatan Masyarakat (Keperawatan Jiwa, Keperawatan
Keluarga, Keperawatan Geriatrik dan Komunitas, Keperawatan Maternitas) dan
aplikasinya dalam keperawatan
6. Menganalisis prinsip Ketrampilan Dasar Tindakan Keperawatan dan aplikasinya
dalam keperawatan
D. `Petunjuk Belajar
Modul belajar mandiri ini berisi sebagian kecil dari ilmu keperawatan yang hanya
memuat kompetensi esensial saja, sehingga perlu bahan bacaan buku keperawatan lain
sebagai referensi. Untuk membantu semakin memahami topik pembelajaran yang dibahas
maka dalam modul ini teman-teman perlu:
3) Mencocokkan hasil pengerjaan tes formatif dan bila masih ada hal yang salah dan
belum dipahami maka perlu membaca ulang uraian materi agar semakin paham;
Sumber:
A. Kompetensi
Modul belajar mandiri Pembelajaran 1 tentang konsep dan prinsip dasar komunikasi ini
mempelajari tentang konsep teori komunikasi, gangguan-gangguan komunikasi, dan
komunikasi terapeutik. Manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan
kehadiran dan berhubungan dengan manusia lainnya. sarana yang penting dan dibutuhkan
untuk berhubungan dengan orang lain adalah komunikasi. Komunikasi mencakup
pengertian yang lebih luas dari sekedar wawancara atau bicara bicara verbal. Demikian
juga seorang perawat membutuhkan komunikasi terapeutik yang efektif dalam
berhubungan dengan klien. Untuk mencapai kompetensi itu sehingga perlu kiranya
diajarkan diawal tentang konsep dan prinsip komunikasi sebelum pembelajaran asuhan
keperawatan yang lain.
Keperawatan | 7
C. Uraian Materi
Komunikasi adalah keterampilan yang sangat penting dalam kehidupan manusia, dimana
dapat kita lihat komunikasi dapat terjadi pada setiap gerak langkah manusia. Komunikasi
adalah fungsi universal umat manusia yang tidak tergantung pada tempat, waktu, atau
konteks apa pun.
a. Pengertian Komunikasi
Komunikasi berasal dari kata Latin Communis yang berarti sama atau menjadikan
milik bersama, membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua
orang atau lebih. Berasal dari akar kata communico yang berarti berbagi. Komunikasi
juga berasal dari kata communicare yang berarti mengalihkan atau mengirimkan.
Berarti bahwa kata komunikasi dalam prosesnya sebagai kata kerja (verb)
communicate berarti: (1) untuk bertukar pikiran, perasaan, dan informasi; (2) untuk
membuat tahu; (3) untuk membuat sama; dan (4) untuk membuat hubungan yang
simpatik. Sedangka dalam kata benda (noun) communication berarti: (1) pertukaran
simbol, pesan-pesan yang sama, dan informasi; (2) proses pertukaran diantara
individu melalui simbol- simbol yang sama; (3) seni untuk mengekspresikan gagasan,
dan (4) ilmu pengetahuan tentang pengiriman informasi. Jadi kalau kita
berkomunikasi dengan orang lain, berarti kita berusaha agar apa yang kita sampaikan
kepada orang lain tersebut menjadi miliknya. Komunikasi berorientasi pada adanya
kesamaan dalam memaknai suatu simbol dengan tujuan menciptakan hubungan
kebersamaan, keakraban, dan keintiman antara pihak-pihak yang melakukan kegiatan
komunikasi (Bahfiarti, 2012; Liliweri, 2015; Sarfika, Maisa, & Freska, 2018).
b. Tujuan Komunikasi
Keperawatan | 9
1) Komunikator atau pengirim pesan (sender)
Komunikator adalah orang atau kelompok yang menyampaikan pesan kepada lawan
komunikasi dalam proses komunikasi. Komunikator sering disebut juga sebagai
Enkoding (pembuat kode) yaitu suatu aktivitas komunikasi yang menghasilkan
pesan berupa kode-kode. Pengodean melibatkan penggunaan bahasa dan tanda serta
symbol khusus lainnya dalam mengirim pesan. Sender dapat berupa individu,
kelompok maupun organisasi. Komunikator juga dapat berupa individu yang
berbicara, menulis, kelompok orang, organisasi komunikasi seperti surat kabar, radio,
televisi, film, dan sebagainya. Terkadang komunikator berganti sebagai komunikan,
dan sebaliknya.
2) Pesan atau isi informasi (Message)
Pesan adalah sesuatu yang disampaikan oleh pengirim (komunikator) dan diterima
oleh penerima (komunikan). Pesan dapat dalam bentuk verbal, nonverbal, atau
tertulis. Dapat juga dalam bentuk gambar-gambar, angka- angka, benda, gerak-gerik,
atau tingkah laku. Bisa berisi ilmu pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat, maupun
propaganda yang merupakan ide, pendapat, pikiran, maupun saran
3) Media atau saluran (Channel)
Media atau saluran adalah alat yang yang digunakan untuk menyalurkan atau
memindahkan pesan dari komunikator agar dapat tersampaikan pada komunikan.
Saluran komunikasi selalu menyampaikan pesan yang dapat diterima melalui panca
indera. Ada tiga saluran utama komunikasi: visual, pendengaran, dan kinestetik.
Saluran Visual adalah dengan penglihatan, pengamatan, dan persepsi. Saluran
pendengaran terdiri dari kata-kata dan isyarat yang diucapkan. Saluran kinestetik
mengacu pada sensasi yang dialami. Setiap orang memiliki saluran paling dominan
yang mempengaruhi komunikasi
4) Komunikan atau penerima pesan (Receiver)
Komunikan adalah seseorang yang menerima pesan dari komunikator. Penerimaan
dipengaruhi oleh fisiologis, psikologis, dan kognitif dari komunikan. Komponen
fisiologis melibatkan proses pendengaran, penglihatan, dan juga sentuhan yang
memungkinkan penerimaan rangsangan tersebut. Komunikan dapat digolongkan
menjadi 3 jenis, yaitu persona (individu), kelompok,dan massa (masyarakat)
5) Umpan Balik (Feedback)
Komunikasi efektif jika komunikan memberi umpan balik yang sesuai dengan pesan
yang disampaikan. Umpan balik ini penting bagi komunikator karena sebagai salah
satu tolok ukur keberhasilan komunikasi. Mengerti atau tidaknya komunikan
terhadap isi pesan yang disampaikan oleh komunikator dapat dilihat dari bagaimana
komunikan memberikan umpan balik.
6) Lingkungan (Atmosphere)
Lingkungan atau atmosfer adalah tempat dan suasana ketika proses komunikasi
terjadi atau berlangsung. Lingkungan ini tidak hanya berupa fisik yaitu lokasi saja
tetapi juga meliputi suasana, situasi, dan kondisi dilokasi tersebut termasuk suasana
psiksosial. Unsur ini juga mempengaruhi proses komunikasi. Sebagai contoh
misalnya terjadi komunikasi antara seorang perawat dengan klien yang dirawat
diruang rawai inap penyakit dalam kelas 3, maka yang menjadi lingkungan adalah
ruang rawat inap dan sekaligus suasananya, jumlah pasien di ruangan itu,
keluarganya, sarana prasarana yang ada, suasana emosional dari semua elemen yag
disitu.
d. Jenis Komunikasi
Saudara sekalian kini kita membahas tentang jenis komunikasi yang biasanya
diidentifikasi berdasarkan cara pesan disampaikan. Apakah secara langsung melalui
ucapan ataukah disampaikan dengan menggunakan media atau saluran tertentu
ataukah memakai cara lain. Dalam hal ini jenis atau tipe komunikasi dapat dibedakan
berdasarkan beberapa hal:
Potter dan Perry (1987) dalam Arwani (2002) mengidentifikasi bahwa efektifitas
komunikasi verbal ini sangat di pengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: a) tingkat
kemaknaan suatu pesan atau pernyataan, b) perbendaharaan dan pemilihan kata, c)
kecepatan penyampaian, d) intonasi atau nada suara,
e) kejelasan dan keringkasan pesan, dan f) waktu dan relevansi penyampaian.
b. Komunikasi nonverbal
Jenis komunikasi lainnya adalah komunikasi nonverbal, yaitu komunikasi selain
komunikasi verbal, dikemas tanpa menggunakan kata seperti ekspresi wajah, gestur
tubuh, sentuhan tangan, penggunaan bahasa isyarat, pemakaian perlengkapan seperti
pakaian, perhiasan yang ingin mengiformasikan sesuatu. Dengan kata lain bahwa
Dalam hidup nyata komunikasi nonverbal jauh lebih banyak dipakai daripada
komuniasi verbal. Dalam berkomunikasi hampir secara otomatis komunikasi
nonverbal ikut terpakai. Karena itu, komunikasi nonverbal bersifat tetap dan selalu
ada. Komunikasi nonverbal biasanya bersifat spontan dan lebih jujur mengungkapkan
hal yang ingin disampaikan. Selain melalui cara tersebut diatas, maka saudara dalam
bahasan jenis komunikasi selain jenis komuikasi verbal dan nonverbal sebagaimana
sudah dijelaskan diatas, ada juga yang membagi jenis komunikasi berdasarkan tujuan
komunikasi dan penerima informasi.
2) Berdasarkan tujuan dan penerima informasi.
Menurut tujuan dari komunikasi dan penerima informasi yaitu:
a) Komunikasi terapeutik, yaitu komunikasi yang direncanakan secara sadar,
bertujuan, dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien.Komunikasi
terapeutik dalam konteks hubungan saling membantu (the helping relationship)
menurut Taylor, Lillis, dan LeMone (1989) adalah hubungan saling membantu
antara perawat-klien yang berfokus pada hubungan untuk memberikan bantuan
yang dilakukan oleh perawat kepada klien yang membutuhkan pencapaian tujuan.
Dalam hubungan saling membantu ini, perawat berperan sebagai orang yang
membantu dan klien adalah orang yang dibantu, sedangkan sifat hubungan adalah
hubungan timbal balik dalam rangka mencapai tujuan klien. Secara detil terkait
dengan komunikasi akan dibahas di kegiatan belajar 4
b) Komunikasi sosial. Komunikasi yang bertujuan untuk membangun hubungan
sosial, hubungan anatar individu yang membutuhkan orang lain untuk saling
berinteraksi dan berbagi. Komunikasi terapeutik berbeda secara spesifik dengan
komunikasi sosial. Apakah perbedaannya?, kita jelaskan perbedaannya sebagai
berikut:
Perkembangan bahasa pada manusia sangat kopleks sehingga ada beberapa teori
perkembangan bahasa, yaitu: 1) Teori kognitif sosial, yaitu seorang anak mempelajari
bahasa dari meniru orang lain melalui imitasi atau peniruan, 2) teori operant
conditioning: Bahasa dibentuk melalui penguatan dari orang lain berupa tanggapan.
3) Teori nativisme, yaitu bahwa setiap anak mampu menggunakan suatu bahasa
karena adanya pengetahuan bawaan yang telah diprogram secara genetik dalam otak
manusia.
1) Masa usia 0 – 2 tahun: a) Usia 0-6 minggu. bayi hanya dapat menangis dan tidak
dapat mengeluarkan suara tertentu. b) Usia 2-4 bulan. bayi mulai mengeluarkan
suara-suara atau bunyi-bunyi vokal yang dilakukan secara berulang. c) Usia 4-6
bulan. Di usia sekitar 5 bulan, bayi akan mengeluarkan bunyi mengoceh secara
acak yaitu sekumpulan suara yang dikeluarkan bayi ketika mendapatkan
perhatian orang lain. d) Usia 6-8 bulan. Bayi mengeluarkan ocehan dengan bunyi
yang lebih terkendali serta mulai menggunakan suara yang berulang dan lebih
jelas seperti “papapa”, “mamama”, atau “dadada”. e) Usia 8-12 bulan. Di masa
ini, anak mulai mengeluarkan suara seakan-akan berbicara dengan orang tuanya.
f) Usia 12-18 bulan. Di rentang usia ini, anak mulai dapat mengucapkan kata
pertama. Hingga usianya mencapai 18 bulan, kata-kata yang berhasil diucapkan
mencapai 50 kata.
2) Masa usia 2-4 tahun. kemampuan bahasa anak mulai berkembang. Ia tidak lagi
menangis ketika ingin sesuatu tetapi mulai dapat mengungkapkan apa yang ia
inginkan. Tidak hanya kemampuan berbahasa yang mengalami perkembangan
melainkan juga kemampuan mendengar serta kemampuan sosialnya.
3) Masa usia 4-6 tahun. Anak mengalami kemajuan dalam penggunaan Bahasa dan
mampu untuk mengemukakan pikirannya dengan menggunakan kalimat- kalimat
yang jelas. Ia pun sudah dapat bercakap-cakap setiap kali ada
kesempatan. Kemampuan ini ia peroleh melalui pengalaman selama menggunakan
bahasa yang sekaligus meningkatkan kemampuan berbicaranya
4) Masa usia 6-12 tahun. Masa usia 6-12 tahun dikenal juga sebagai masa usia sekolah.
Anak mulai menggunakan bahasa secara simbolik. Adapun perkembangan bahasa di
masa ini ditandai dengan:
Menggunakan bahasa yang lebih kompleks, lebih banyak kata sifat yang
digunakan, menggunakan kalimat pengandaian, jumlah kata rata-rata per kalimat
7 atau 6 kata.
Kosakata untuk bahasa lisan mencapai 3000 kata.
Di bidang sosial, anak menggunakan klausa adjektif dengan menggunakan kata
‘yang’ dan lebih banyak menggunakan kata kerja yang dibendakan.
Semakin meningkatnya kemampuan untuk membaca danmemahami bahasa
tubuh dan komunikasi nonverbal lainnya
5) Masa usia 13-19 tahun. perkembangan bahasa remaja semakin meningkat dengan
pesat karena dipengaruhi oleh perkembangan kognitif dan lingkungan sekitarnya
seperti keluarga, masyarakat sekitar, sekolah, dan teman sebaya. Perkembangan
bahasa di masa remaja ditandai dengan :
Jumlah kosa kata yang dikuasai semakin banyak seiring dengan semakin
banyaknya referensi bacaan serta topik yang semakin kompleks.
Semakin berkembangnya pola bahasa pergaulan yang digunakan remaja dengan
teman sebaya.
Menyukai digunakannya metafora atau gaya bahasa lain guna
mengekspresikan pendapat atau perasaan mereka.
Mampu menciptakan ungkapan atau istilah-istilah baru yang tidak baku atau
bahasa gaul.
6) Masa usia 20 tahun ke atas. perkembangan bahasa ditandai dengan semakin
kompeten dalam menggunakan bahasa verbal maupun bahasa nonverbal Ketika
berkomunikasi dengan orang lain, menunjukkan pemahaman terhadap apa yang
disampaikan oleh orang lain, dan digunakannya perilaku nonverbal
b. Komunikasi pada Bayi dan Anak
Kemampuan berbahasa manusia dimulai sejak awal kehidupan manusia. Hasil studi
yang dilakukan oleh para ahli menunjukkan bahwa proses awal pembelajaran bahasa
oleh manusia dimulai dalam rahim ketika janin mulai menyadari dan mengenal pola
suara serta ujaran ibunya. Hal ini dilakukan dalam rangka membina hubungan dan
berinteraksi sedini mungkin dengan anak untuk memberikan stimulasi komunikasi
secara dini. Dan setelah bayi lahir, ia dapat membedakan pola suara dan ujaran
ibunya dengan pola suara dan ujaran yang lain. Kemampuan berbahasa ini terus
berkembang seiring dengan bertambahnya usia
Orang dewasa berusaha melakukan komunikasi yang bisa dipahami anak. Sebaliknya,
anak juga menggunakan bahasa atau isyarat-isyarat yang bisa dipahami orang
dewasa. Dalam berkomunikasi dengan anak, orang dewasa harus memahami apa
yang dipikirkan dan perasaan apa yang akan disampaikan anak dan berusaha
memahami anak dengan bahasa yang tepat
a. Tangisan
Tangisan kelahiran bayi yang memecahkan kesunyian membuat segaris senyum
syukur terpancar pada wajah seorang ibu. Tangisan seorang bayi merupakan bentuk
komunikasi dari seorang bayi kepada orang dewasa.
Dengan tangisan itu, bayi dapat memberikan pesan dan orang dewasa menangkap
pesan yang diberikan sang bayi.
Secara umum ada dua teknik berkomunikasi yang digunakan pada anak, yaitu teknik
komunikasi verbal dan nonverbal.
a. Teknik Verbal
Bercerita (story telling)
Bercerita menggunakan bahasa anak dapat menghindari ketakutan- ketakutan
yang yang terjadi selama anak dirawat. Teknik strory telling dapat dilakukan
dengan cara meminta anak menceritakan pengalamannya ketika sedang
diperiksa dokter. Teknik ini juga dapat menggunakan gambar dari suatu
peristiwa (misalnya gambar perawat waktu membantu makan) dan meminta
anak untuk menceritakannya dan selanjutnya perawat masuk dalam masalah
yang dihadapi anak. Tujuan dari teknik ini adalah membantu anak masuk
dalam masalahnya.
Bibliotheraphy
Bibliotheraphy (biblioterapi) adalah teknik komunikasi terapeutik pada anak yang
dilakukan dengan menggunakan buku-buku dalam rangka proses therapeutic dan
supportive. Sasarannya adalah membantu anak mengungkapkan perasaan- perasaan dan
perhatiannya melalui aktivitas membaca. Cara ini dapat memberi kesempatan pada anak
untuk menjelajahi suatu kejadian yang sama dengan keadaannya, tetapi sedikit berbeda.
Pada dasarnya, buku tidak mengancam
karena anak dapat sewaktuwaktu menutup buku tersebut atau berhenti membacanya saat
dia merasa tidak aman atau tidak nyaman.
b. Teknik Nonverbal
Teknik komunikasi nonverbal dapat digunakan pada anak-anak seperti uraian berikut
1) Menulis
Menulis adalah pendekatan komunikasi yang secara efektif tidak saja dilakukan
pada anak tetapi juga pada remaja. Ungkapan rasa yang sulit dikomunikasikan
secara verbal bisa ampuh dengan komunikasi lewat tulisan. Cara ini dapat
dilakukan apabila anak sudah memiliki kemampuan untuk menulis. Melalui cara
ini, anak akan dapat mengekspresikan dirinya baik pada keadaan sedih, marah,
atau lainnya dan biasanya banyak dilakukan pada anak yang jengkel, marah, dan
diam.
2) Menggambar
Teknik ini dilakukan dengan cara meminta anak untuk menggambarkan sesuatu
terkait dengan dirinya, misalnya perasaan, apa yang dipikirkan, keinginan, dan
lain-lain. Dasar asumsi dalam menginterpretasi gambar adalah anak-anak
mengungkapkan dirinya melalui coretan atau gambar yang dibuat. Dengan
gambar, akan dapat diketahui perasaan anak, hubungan anak dalam keluarga,
adakah sifat ambivalen atau pertentangan, serta keprihatinan atau kecemasan
pada hal-hal tertentu. Pengembaangan dari teknik menggambar ini adalah anak
dapat menggambarkan keluarganya dan dilakukan secara bersama antara
keluarga (ibu/ayah) dengan anak.
Berikut ini sikap perawat, orang tua, atau orang dewasa lain yang perlu diperhatikan
saat berkomunikasi dengan remaja.
Mendengar aktif artinya tidak hanya sekadar mendengar, tetapi juga memahami
dan menghargai apa yang diutarakan remaja. Terima dan refleksikan emosi yang
ditunjukkan, misalnya dengan mengatakan, “Ibu tahu kamu merasa kesal karena
diejek seperti itu.”
Sediakan waktu yang cukup untuk berkomunikasi dengan remaja. Jika sedang
tidak bisa, katakan terus terang daripada Anda tidak fokus dan memutus
komunikasi dengan remaja.
Jangan memaksa remaja untuk mengungkapkan sesuatu yang dia rahasiakan
karena akan membuatnya tidak nyaman dan enggan berkomunikasi. Anak remaja
sudah mulai memiliki privasi yang tidak boleh diketahui orang lain termasuk
orang tuanya.
Utarakan perasaan Anda jika ada perilaku remaja yang kurang tepat dan jangan
memarahi atau membentak. Misalnya, “Mama khawatir sekali kalau kamu tidak
langsung pulang ke rumah. Kalau mau ke rumah teman, telepon dulu agar Mama
tenang.”
Dorong anak untuk mengatakan hal-hal positif tentang dirinya. Misalnya, “Aku
sedang berusaha menguasai matematika” daripada “Aku payah dalam
matematika”.
Perhatikan bahasa tubuh remaja. Orang tua harus bisa menangkap sinyal- sinyal
emosi dari bahasa tubuhnya.
Hindari komentar menyindir atau meremehkan anak. Berikan pujian pada aspek
terbaik yang dia lakukan sekecil apapun.
Hindari ceramah panjang dan menyalahkan anak
d. Komunikasi pada Dewasa dan Lansia
Pada orang dewasa terjadi perkembangan psikososial, yaitu intimasi versus isolasi.
Orang dewasa sudah mempunyai sikap-sikap tertentu, pengetahuan tertentu, bahkan
tidak jarang sikap itu sudah sangat lama menetap dalam dirinya sehingga tidak mudah
untuk mengubahnya. Pengetahuan yang selama ini dianggapnya benar dan
bermanfaat belum tentu mudah digantikan dengan pengetahuan baru jika kebetulan
tidak sejalan dengan yang lama. Orang dewasa bukan seperti gelas kosong yang dapat
diisikan sesuatu. Oleh karena itu, dikatakan bahwa kepada orang dewasa tidak dapat
diajarkan sesuatu yang baru untuk mengubah tingkah lakunya dengan cepat.
Semua unsur atau elemen-elemen pada proses komunikasi mempunyai potensi dalam
menghambat terjadinya komunikasi yang efektif sehingga terjadi gangguan dalam
komunikasi.
Hambatan Komunikasi
Hambatan komunikasi adalah segala sesuatu yang menghalangi atau mengganggu
tercapainya komunikasi yang efektif. Hambatan komunikasi dapat mempersulit
dalam mengirim pesan yang jelas, mempersulit pemahaman terhadap pesan yang
dikirimkan, serta mempersulit dalam memberikan umpan balik yang sesuai
Alice A. Wright dan John J. Lynch, Jr (1995) mengklasifikasikan hambatan dalam
komunikasi menjadi empat, yaitu:
Selain itu itu menurut Ambar (2017) mengatakan Secara garis besar, terdapat 4
(empat) jenis hambatan komunikasi yaitu:
1. Hambatan personal, Hambatan personal merupakan hambatan yang terjadi pada
peserta komunikasi, baik komunikator maupun komunikan/komunikate.
Hambatan personal dalam komunikasi meliputi sikap, emosi, stereotyping,
prasangka, bias, dan lain-lain.
2. Hambatan kultural. Komunikasi yang kita lakukan dengan orang yang memiliki
kebudayaan dan latar belakang yang berbeda mengandung arti bahwa kita harus
memahami perbedaan dalam hal nilai-nilai, kepercayaan, dan sikap yang
dipegang oleh orang lain. Hambatan kultural atau budaya mencakup bahasa,
kepercayan dan keyakinan. Hambatan bahasa terjadi ketika orang yang
berkomunikasi tidak menggunakan bahasa yang sama, atau tidak memiliki
tingkat kemampuan berbahasa yang sama.
3. Hambatan fisik. Beberapa gangguan fisik dapat mempengaruhi efektivitas
komunikasi. Hambatan fisik komunikasi mencakup panggilan telepon, jarak antar
individu, dan radio. Hambatan fisik ini pada umumnya dapat diatasi.
4. Hambatan lingkungan. idak semua hambatan komunikasi disebabkan oleh
manusia sebagai peserta komunikasi. Terdapat beberapa faktor lingkungan yang
turut mempengaruhi proses komunikasi yang efektif. Pesan yang disampaikan
oleh komunikator dapat mengalami rintangan yang dipicu oleh faktor lingkungan
yaitu latar belakang fisik atau situasi dimana komunikasi terjadi. Hambatan
lingkungan ini mencakup tingkat aktifitas, tingkat kenyamanan, gangguan, serta
waktu
Penyebab gangguan komunikasi
Pengertian
Dalam upaya membangun hubungan terapeutik juga memerlukan sikap dan perilaku yang
harus ditunjukkan secara fisik oleh seorang perawat kepada klien. Sikap yang harus
diperhatikan saat berkomunikasi dengan klien adalah:
a. Terminasi sementara adalah akhir dari tiap pertemuan perawat-klien dan akan
bertemu kembali pada waktu yang telah ditentukan
b. Terminasi akhir terjadi jika perawat telah menyelesaikan proses
keperawatan secara menyeluruh.
Pelaksanaan Komunikasi terapeutik
Pada saat melakukan komunikasi terapeutik, maka dibutuhkan berbagai ketrampilan yang
dapat memperlancar pelaksanannya. Penting bagi anda untuk mengenal teknik
komunikasi terapeutik, yakni:
a. Mendengarkan (Listening)
b. Menunjukkan Penerimaan
c. Menanyakan pertanyaan yang berkaitan
d. Mengulang (restating/repeating)
e. Klarifikasi (clarification)
f. Memfokuskan (focusing)
g. Merefleksikan (reflecting/feedback)
h. Memberi informasi (informing)
i. Diam (silence)
j. Identifikasi tema (theme identification)
k. Memberikan penghargaan (reward)
l. Menawarkan diri
m. Memberi kesempatan kepada klien untuk memulai pembicaraan
n. Menganjurkan untuk meneruskan pembicaraan
D. Latihan Soal/Kasus
1. Seorang guru BK sebuah sekolah sedang memberikan bimbingan konseling kepada
siswa. Siswa tersebut sudah seminggu ini tidak masuk sekolah dengan alasan adanya
masalah pribadi yang sanggat mengganggu dirinya. Namun saat konseling
berlangsung dari bengkel motor sebelah sekolah sedang melakukan uji coba mesin
kendaraan yang baru saja diperbaiki. Apakah hambatan eksternal dalam komunikasi
tersebut?
a. Siswa mengalami Stress
b. Depresi
c. Psikologis menurun
d. Gangguan jiwa
e. Suara mesin
2. Dalam komunikasi individu maupun kelompok tidak jarang hasilnya tidak efektif
sehingga isi pesan tidak dapat diterima dengan baik oleh komunikan. Apakah Cara
yang bisa dilakukan untuk mengatasi hambatan internal dalam komunikasi?
a. Mengatur jarak fisik dalam berbicara
b. Komunikator menunjukkan sikap empati Empati
c. Penentuan waktu yang efektif
d. Pengulangan
e. Mengatur mengatur media informasi
3. Seorang yang telah mengalami kemajuan dalam penggunaan bahasa. Dia sudah
mampu untuk mengemukakan pikirannya dengan menggunakan kalimat-kalimat yang
jelas. Ia pun sudah dapat bercakap-cakap setiap kali ada kesempatan. Kemampuan ini
ia peroleh melalui pengalaman selama menggunakan bahasa yang sekaligus
meningkatkan kemampuan berbicaranya. Berdasarkan tanda-tanda diatas
kemungkinan klien tersebut berada dalam rentang usia berapakah?
a. Masa usia 2-4 tahun
b. Masa usia 4-6 tahun
c. Masa usia 6-12 tahun
d. Masa usia 13-19 tahun
e. Masa usia lebih dari 19 tahun
4. Masa remaja adalah masa pencaria identitas dan pembuktian diri remaja. Maka
komunikasi yang penting harus diperhatikan oleh orang tua adalah...
a. Sering memberi nasehat yang banyak
b. Paksa remaja untuk mengungkapkan sesuatu yang dirahasiakan
c. Jangan memarahi atau membentak
d. Perhatikan bahasa tubuh remaja
e. Berikan pujian
5. Kata-kata yang dipergunakan dalam komunikasi kadang-kadang mempunyai arti
mendua yang berbeda, tidak jelas atau berbelit-belit antara pemberi pesan dan
penerima. Hal tersebut adalah termasuk jenis hambatan?
a. Hambatan psikologis
b. Hambatan biologis
c. Hambatan fisik
d. Hambatan semantik
e. Hambatan pengirim
6. Dalam prakteknya komunikasi bukanlah pekerjaan yang mudah untuk dilakukan.
Tidak sedikit orang mengalami kesulitan dalam melakukan hubungan komunikasi.
Pola komunikasi yang negatif juga dapat mengarah pada meningkatnya rasa frustrasi
dan eskalasi konflik menjadi semakin besar. Salah satu penyebab terjadinya konflik
yang berhubungan dengan komunikasi adalah?
a. Perbedaan persepsi
b. Perbedaan kepribadian
c. Buruknya komunikasi
d. Terlalu sensitif
e. Harapan tidak terpenuhi
7. Seorang pasien tampak menangis saat pertama kali di rawat. Dia merasa sangat
khawatir dengan penyakit yang dideritanya. Respons psikologis perawat yang
menunjukkan sikap profesional adalah ….
a. Segera
b. Empati
c. Konfrontasi
d. Sikap terbuka
e. Kehangatan
8. Pada suatu interaksi Perawat-Klien, seorang perawat memperkenalkan diri dan
memberi penjelasan identitas perawat dan klien. Komunikasi yang dilakukan
dilakukan perawat-klien tersebut pada fase...
a. orientasi
b. Prainteraksi
c. kontrak
d. kerja
e. terminasi
E. Rangkuman
1. Komunikasi adalah suatu proses tukar menukar ide, pikiran, gagasan, atau informasi
dalam suatu interaksi. Informasi dapat disampaikan secara sadar maupun tidak sadar
dengan menggunakan lisan, tulisan, dan gerakan atau isyarat baik menggunakan
tanda-tanda maupun dengan simbol-simbol
2. Tujuan komunikasi adalah untuk memberi informasi dan mengubah opini, cara
berfikir, sikap, serta perilaku
3. Elemen atau unsur yang terlibat dalam komunikasi adalah: komunikator (sender),
pesan (message), komunikan (receiver), media (channel), umpan balik
(feedback), dan lingkungan (atmosphere).
Sumber:
● Modul Pendidikan Profesi Guru. Modul 2 Konsep Dasar Keperawatan. Penulis: Edi
Purwanto, S. Kep., Ns., MNg (2019)
A. Kompetensi
Modul belajar mandiri Pembelajaran 2 tentang konsep dasar keperawatan ini mempelajari
tentang anatomi dan fisiologi manusia, promosi Kesehatan dan pelayanan prima serta
aplikasinya dalam keperawatan. Keperawatan merupakan suatu seni dan ilmu yang
mencakup berbagai aktivitas, konsep dan keterampilan yang berhubungan dengan
berbagai disiplin ilmu lain. Keperawatan mempunyai fungsi yang unik yaitu membantu
individu, baik sehat maupun sakit, yang ditampilkan dengan melakukan kegiatan yang
berkaitan dengan kesehatan, penyembuhan penyakit bahkan membantu klien
mendapatkan kematian yang damai, hal ini dilakukan untuk membantu klien
mendapatkan kembali kemandiriannya secepat mungkin. Ilmu-ilmu yang mendasari ilmu
keperawatan diantaranya adalah: anatomi dan fisiologi manusia, biokimia keperawatan,
patologi, konsep farmakologi dalam keperawatan serta konsep kebutuhan dasar manusia
yang menjadi bagian dasar pemikiran dalam memberikan ilmu keperawatan. Namun
Setelah mempelajari keseluruhan materi pada pembelajaran ini, Anda dapat Menganalisis
Konsep Dasar Keperawatan yang meliputi anatomi fisiologi tubuh manusia, promosi
kesehatan, dan pelayanan prima serta aplikasinya dalam keperawatan
Keperawatan | 35
1. Mengklasifikasikan anatomi dan fisiologi tubuh manusia
2. Menerapkan promosi kesehatan
3. Mengimplementasikan asuhan keperawatan dan pelayanan prima
C. Uraian Materi
Pembelajaran anatomi dan fisiologi ini menguraikan berdasarkan sistem mayor tubuh,
yaitu:
1. Sistem pernafasan mempelajari fisiologi bernafas dengan melibatkan organ hidung
sebagai jalan nafas dan paru
2. Sistem kardiovaskuler, mempelajari tentang struktur /anatomi jantung dan sistem
peredaran darah serta fisiologi system sirkulasi
3. Sistem musculoskeletal, mempelajari otot, tulang, dan system gerak
4. Sistem endokrin, mempelajari tentang hormon dan fungsinya
5. Sistem pencernaan, mempelajari saluran pencernaan dengan melibatkan mulut,
esofagus, lambung, usus duabelas jari, usus halus, usus besar, sigmoid, dan anus
6. Sistem persarafan, mempelajari tentang syaraf dan organ terkait dengan otak dan
tulang belakang sebagai susunan syaraf pusat dan susunan syaraf tepi
7. Sistem perkemihan
8. Sistem integument.
Untuk memudahkan dan menyeragamkan penyebutan suatu area atau posisi dalam
ilmu anatomi maka ditetapkanlah suatu istilah yang berlaku sama diseluruh dunia.
Untuk lebih memudahkan anda dalam memahami istilah atau terminologi lokasi dan
posisi anatomi maka digambarkan dalam gambar 3 berikut ini
Gambar 3. Terminologi posisi dalam ilmu anatomi
Ketika anda melakukan sebuah pemanasan saat akan berolah raga tentunya anda
melakukan gerakan gerakan anggota badan. Demikian juga ketika seorang perawat
memberikan intervensi rentang geak sendi maka harus memahami istilah arah gerakan
persendian anda. Berikut ini adalah istilah gerakan yang umum digunakan dalam anatomi
Keperawatan | 37
gerakan membuka tungkai kaki pada posisi istirahat di tempat merupakan gerakan
abduksi (menjauhi tubuh). Bila kaki digerakkan kembali ke posisi siap merupakan
gerakan adduksi (mendekati tubuh).
3. Elevasi dan Depresi
Adapun yang dinamakan gerakan Elevasi merupakan gerakan mengangkat anggota
tubuh. Sebaliknya Depresi adalah gerakan menurunkan. Contohnya: Gerakan
membuka mulut (elevasi) dan menutupnya (depresi) juga gerakan pundak keatas
(elevasi) dan kebawah (depresi).
4. Inversi dan Eversi
Istilah Inversi digunakan jika ada gerakan memiringkan telapak kaki ke dalam
tubuh. Sedangkan Eversi adalah gerakan memiringkan telapak kaki ke luar
(penyebutan istilah ini hanya untuk gerakan pergelangan kaki saja).
5. Supinasi dan Pronasi
Supinasi adalah gerakan menengadahkan tangan dan Pronasi merupakan gerakan
menelungkupkan tangan (penyebutan ini hanya untuk gerakan pada pergelangan
tangan saja).
6. Endorotasi dan Eksorotasi
Adapun gerak Endorotasi merupakan gerakan ke dalam pada sekililing sumbu
panjang tulang yang bersendi (rotasi). Seadangkan Eksorotasi adalah gerakan rotasi
ke luar.
7. Sirkumduksi
Istilah sirkumduki merupakan gerakan gabungan dari fleksi, ekstensi, abduksi dan
adduksi
8. Rotasi adalah suatu gerakan memutar sendi
Posisi Tubuh
Untuk pengistilahan dan penyebutan posisi anatomi tubuh adalah sebagai berikut:
1. Posisi anatomi (berdiri): Pada posisi ini tubuh lurus dalam posisi berdiri dengan
mata juga memandang lurus. Telapak tangan menggantung pada sisi- sisi tubuh dan
menghadap ke depan. Telapak kaki juga menunjuk ke depan dan tungkai kaki lurus
sempurna. Posisi anatomi sangat penting karena hubungan semua struktur
digambarkan dengan asumsi berada pada posisi anatomi.
2. Posisi supine (terlentang): Pada posisi ini tubuh berbaring dengan wajah
menghadap ke atas. Semua posisi lainnya mirip dengan posisi anatomi dengan
perbedaan hanya berada di bidang horisontal daripada bidang vertikal.
3. Posisi prone (tengkurap): Pada posisi ini, punggung menghadap ke atas.
Tubuh terletak pada bidang horisontal dengan wajah menghadap ke bawah.
4. Posisi litotomi: Pada posisi ini tubuh berbaring terlentang, paha diangkat vertikal
dan betis lurus horizontal. Tangan biasanya dibentangkan seperti sayap. Kaki diikat
dalam posisinya untuk mendukung lutut dan pinggul yang tertekuk. Ini adalah posisi
pada banyak prosedur kebidanan.
1. Sistem Pernafasan (Respirasi)
System Respirasi adalam membahas tentang pertukaran gas dalam tubuh, yaitu
pertukaran gas oksigen (O2) yang dibutuhkan oleh tubuh untuk metabolisme sel
dengan gas karbondioksida (CO2) yang dihasilkan dari proses metabolisme dan
harus dikeluarkan dari tubuh melalui paru. Urutan saluran pernapasan adalah
sebagai berikut: rongga hidung - faring - trakea
- bronkus - paru (bronkiolus dan alveolus).
Sistem respirasi terdiri Saluran nafas bagian atas, dimulai dari udara masuk ke
tubuh melalui hidung dimana udara dihangatkan, disaring dan dilembabkan.
Udara selanjutnya melalui faring kemudian masuk ke laring. Selanjutnya udara
masuk ke saluran nafas bagian bawah.
Hidung merupakan tempat pertama yang dilalui udara dari luar pada saat memasuki
tubuh kita. Di dalam rongga hidung terdapat rambut-rambut dan selaput lendir yang
berguna untuk menyaring udara, manghangatkan udara yang masuk ke dalam ke
paru-paru dan mengatur kelembaban udara. Hidung terdiri dari 2 bagian yaitu bagian
luar (hidung bagian luar/nasal eksternal) terletak di bagian tengah wajah dan bagian
dalam (rongga hidung/cavum nasi) yang dibagi lagi oleh sebuah sekat (septum nasi)
menjadi rongga hidung kanan dan kiri Hidung luar/nasal eksternal berbentuk piramida
dimana sudut atas atau atapnya berhubungan langsung dengan dahi (pada bagian
apeks). Bagian dasarnya terdapat dua buah lubang hidung (nares) yang dipisahkan
oleh sebuah sekat yang berjalan dari depan sampai ke belakang rongga hidung
(septum antero-posterior).
2) Faring
1. Trakhea
Dari laring, oksigen dibawa ke trakhea. Trakhea (batang tenggorokan) merupakan
saluran seperti pipa yang tersusun atas tulang rawan yang berbentuk seperti huruf C
dengan panjang sekitar 10 cm. Seperti halnya pada rongga hidung, lapisan paling
dalam trachea diselaputi oleh selaput lendir dan sel-sel yang memiliki rambut getar
yang berguna untuk menahan dan mengeluarkan kotoran yang ikut terhirup saat
oksigen masuk ke dalamnya. Trakhea terletak di daerah leher, menghubungkan faring
dengan paru-paru.
2. Bronkhus
Bronkus merupakan cabang batang tenggorokan. Jumlahnya sepasang, yang satu
menuju paru-paru kanan dan yang satu menuju paru-paru kiri. Bronkus yang ke arah
kiri lebih panjang, sempit, dan mendatar daripada yang ke arah kanan. Hal inilah
yang mengakibatkan paru-paru kanan lebih mudah terserang penyakit.
3. Bronkhiolus
Bronkiolus merupakan cabang dari bronkus. Bronkiolus bercabang-cabang menjadi
saluran yang semakin halus, kecil, dan dindingnya semakin tipis. Bronkiolus tidak
mempunyai tulang rawan tetapi rongganya bersilia. Brokhus dan bronkhiolus
mengandung jaringan otot polos. Jaringan otot ini mengontrol besar dan diameter
saluran napas. Setiap bronkiolus bermuara ke alveolus
4. Alveoli
Ujung saluran napas sesudah bronkhiolus berbentuk kantong udara yang disebut
alveoli dengan struktur berbentuk bola-bola mungil yang diliputi oleh pembuluh-
pembuluh darah berbentuk seperti buah anggur dan disinilah terjadi pertukaran gas
O2 dan CO2. Dinding alveoli berupa selaput membran tipis dan elastis serta diliputi
oleh banyak kapiler. Membran ini memisahkan gas dari cairan. Gas yaitu udara yang
kita hirup saat menarik napas dan cairan adalah darah dari kapiler. Jadi seluruh
pertukaran dalam paru terjadi di alveoli.
5. Paru
Paru merupakan organ paling besar dari organ pernapasan yang terletak di dalam
rongga dada tepat di atas diafragma. Paru terdiri atas paru kanan dan paru kiri. Paru
kanan terdiri atas tiga lobus yaitu lobus atas, lobus tengah dan lobusbawah.
Sedangkan paru kiri terdiri atas dua lobus yaitu lobus atas dan lobus bawah. Paru
dibungkus oleh suatu selaput paru yang disebut pleura dan dipisahkan dari rongga
abdomen oleh diafragma. Di dalam paru terdapat alveolus yang berjumlah sekitar 350
juta buah. Kapasitas maksimal paru-paru berkisar sekitar 3,5 liter.
Mekanisme Pernafasan
Agar terjadi pertukaran sejumlah gas untuk metabolisme tubuh diperlukan usaha keras
pernafasan yang tergantung pada:
1. Tekanan intra-pleural
Dinding dada merupakan suatu kompartemen tertutup melingkupi paru. Dalam
keadaan normal paru seakan melekat pada dinding dada, hal ini disebabkan karena
ada perbedaan tekanan atau selisih tekanan atmosfir ( 760 mmHg) dan tekanan intra
pleural (755 mmHg). Sewaktu inspirasi diafrgama berkontraksi, volume rongga dada
meningkat, tekanan intar pleural dan intar alveolar turun dibawah tekanan atmosfir
sehingga udara masuk Sedangkan waktu ekspirasi volum rongga dada mengecil
mengakibatkan tekanan intra pleural dan tekanan intra alveolar meningkat diatas
atmosfir sehingga udara mengalir keluar.
2. Compliance
Hubungan antara perubahan tekanan dengan perubahan volume dan aliran dikenal
sebagai compliance.
Ruang-ruang jantung
Jantung terdiri dari empat ruang yaitu, dua ruang yg berdinding tipis yang disebut atrium
(serambi) yakni Atrium kanan/dekstra dan Atrium kiri/sinistra. dua ruang yg berdinding
tebal yang disebut ventrikel (bilik) yakni Ventrikel kanan/dekstra dan Ventrikel
kiri/sinistra
Atrium dekstra: Terdiri dari rongga utama dan aurikula di luar, bagian dalamnya
membentuk suatu rigi atau Krista terminalis. Berfungsi sebagai penampungan darah
yang rendah O2 dari seluruh tubuh. Darah tersebut mengalir melalui vena kava
superior, vena kava inferior, sinus koronarius yang berasal dari jantung sendiri,
kemudian darah dipompakan ke ventrikel kanan lalu ke paru
Ventrikel dekstra: berhubungan dengan atrium kanan melalui osteum atrioventrikel
dekstrum dan dengan traktus pulmonalis melalui osteum pulmonalis. Dinding
ventrikel kanan jauh lebih tebal dari atrium kanan. Menerima darah dari atrium
kanan dan dipompakan ke paru melalui arteri pulmonalis
Atrium sinistra: Terdiri dari rongga utama dan aurikula. Berfungsi menerima darah
yang kaya O2 dari kedua paru melalui 4 buah vena pulmonalis, kemudian darah
mengalir ke ventrikel kiri lalu ke seluruh tubuh melalui aorta
Ventrikel sinistra: Berhubungan dengan atrium sinistra melalui osteum
atrioventrikuler sinistra. Menerima darah dari atrium kiri dan dipompakan ke
seluruh tubuh melalui aorta
Katup-katup jantung
1. Katup atrioventrikuler. Terltak diantara atrium dan ventrikel. Katup yang terletak
diantara atrium kanan dan ventrikel kanan terdiri dari 3 katup disebut katup
trikuspid. Katup yang terletak diantara atrium kiri dan ventrikel kiri terdiri dari 2
katup disebut katup mitral. Katup ini berfungsi memungkinkan darah mengalir dari
masing-masing atrium ke ventrikel pada masa diastol ventrikel dan mencegah aliran
balik saat sistol ventrikel (kontraksi)
Vena kava superior dan vena kava inferior mengalirkan darah ke atrium dekstra yang
datang dari seluruh tubuh. Arteri pulmonalis membawa darah dari ventrikel dekstra
masuk ke paru-paru(pulmo). Antara ventrikel sinistra dan arteri pulmonalis terdapat katup
vlavula semilunaris arteri pulmonalis. Vena pulmonalis membawa darah dari paru-paru
masuk ke atrium sinitra. Aorta (pembuluh darah terbesar) membawa darah dari ventrikel
sinistra dan aorta terdapat sebuah katup valvulasemilunaris aorta.
1. Arteri koronaria kanan: berasal dari sinus anterior aorta berjalan kedepan antara
trunkus pulmonalis dan aurikula memberikan cabang-cabangke atrium dekstra dan
ventrikel kanan.
2. Arteri koronaria kiri: lebih besar dari arteri koronaria dekstra
Aliran vena jantung: sebagian darah dari dinding jantung mengalir ke atrium kanan
melalui sinus koronarius yang terletak dibagian belakang sulkus atrioventrikularis
merupakan lanjutan dari vena.
Curah Jantung/cardiac output
Curah Jantung (cardiac output) adalah Jumlah darah yang dipompakan ventrikel dalam
satu menit. Sedangkan Volume Sekuncup (stroke volume) adalah Jumlah darah yang
dipompakan ventrikel setiap sistole atau setiap kontaksi jantung.
Curah Jantung = Isi Sekuncup X Frekuensi denyut jantung per menit
𝐶𝑂 = 𝑆𝑉 𝑥 𝐻𝑅
Misalnya isi ventrikel pada akhir sistole 120 cc, isi sekuncup =80 cc, volume akhir
sistole/ volume residu = 40cc. Curah jantung pada orang dewasa ± 5 liter
Fungsi Jantung
Pada saat berdenyut, setiap ruang jantung mengendur dan terisi darah (disebut diastol);
selanjutnya jantung berkontraksi dan memompa darah keluar dari ruang jantung (disebut
sistol). Kedua atrium mengendur dan berkontraksi secara bersamaan, dan kedua ventrikel
juga mengendur dan berkontraksi secara bersamaan.
Darah yang kehabisan oksigen dan mengandung banyak karbondioksida (CO2) dari
seluruh tubuh mengalir melalui 2 vena besar (vena kava) menuju ke dalam atrium kanan.
setelah atrium kanan terisi darah, dia akan mendorong darah ke dalam ventrikel kanan.
darah dari ventrikel kanan akan dipompa melalui katup pulmoner ke dalam arteri
pulmonalis, menuju ke paru-paru. darah akan mengalir melalui pembuluh yang sangat
kecil (kapiler) yang mengelilingi kantong udara di paru-paru, menyerap oksigen dan
melepaskan karbondioksida yang selanjutnya dihembuskan. darah yang kaya akan
oksigen mengalir di dalam vena pulmonalis menuju ke atrium kiri. peredaran darah
diantara bagian kanan jantung, paru-paru dan atrium kiri disebut sirkulasi pulmoner.
Darah dalam atrium kiri akan didorong ke dalam ventrikel kiri, yang selanjutnya akan
memompa darah yang kaya akan oksigen ini melewati katup aorta masuk ke dalam aorta
(arteri terbesar dalam tubuh). Darah kaya oksigen ini disediakan untuk seluruh tubuh,
kecuali paru-paru.
b. Peredaran Darah
Sistem peredaran darah pada manusia dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu
peredaran darah paru-paru (peredaran darah kecil) dan peredaran darah sistemik
(peredaran darah besar). Karena dua sistem peredaran darah ini, sistem peredaran
darah pada manusia disebut sistem peredaran darah ganda.
a. Peredaran darah kecil merupakan peredaran darah dari bilik kanan jantung
menuju paru-paru dan akhirnya kembali lagi ke jantung pada serambi kiri. Pada
peredaran darah kecil inilah darah melakukan pertukaran gas di paru- paru. Darah
yang banyak mengandung zat sisa metabolisme dan karbon dioksida kembali ke
serambi kanan jantung melalui pembuluh balik.
b. Peredaran darah besar. sistemik ini mengalir dari jantung ke seluruh tubuh,
kemudian kembali lagi ke jantung. Peredaran darah manusia selalu melalui
pembuluh darah. Oleh karena itu, peredaran darah manusia disebut peredaran
darah tertutup.
Darah melepaskan karbon dioksida dan mengambil oksigen dari alveoli paru-
paru. Oleh karena itu, darah yang berasal dari paru-paru ini banyak mengandung
oksigen
c. Anatomi dan Fisiologi Pembuluh Darah
Pembuluh darah mengalirkan darah yang dipompakan jantung ke dalam sel. Arteri
bersifat elastis mengedarkan darah yang dipompakan dari ventrikel kiri. Dinding
pembuluh darah terdiri atas 3 lapisan:
a) Tunika Intima merupakan lapisan yang paling dalam yang bersentuhan langsung
dengan darah
b) Atherosclerosis adalah pembentukan plaque yang terjadi pada dinding arteri
tunika intima, hal ini mengakibatkan aliran darah arteri terganggu dan dapat
menyebabkan terjadinya proses ischemia
c) Tunika Media merupakan bagian tengah yang bersifat elastis. Keadaan tidak
elastis disebut arteriosclerosis
d) Tunika Adventisia adalah lapisan terluar dinding pembuluh darah.
Sistem peredaran (Sistem Kardiovaskuler) terdiri atas arteri, arteriola, kapiler,
venula dan vena.
a) Arteri (kuat dan lentur) membawa darah dari jantung dan menanggung tekanan
darah yang paling tinggi. kelenturannya membantu mempertahankan tekanan
darah diantara denyut jantung.
b) Arteri yang lebih kecil dan arteriol memiliki dinding berotot yang
menyesuaikan diameternya untuk meningkatkan atau menurunkan aliran
darah ke daerah tertentu.
c) Kapiler merupakan pembuluh darah yang halus dan berdinding sangat tipis,
yang berfungsi sebagai jembatan antara arteri (membawa darah dari jantung)
dan vena (membawa darah kembali ke jantung). kapiler memungkinkan oksigen
dan zat makanan berpindah dari darah ke dalam jaringan dan memungkinkan
hasil metabolisme berpindah dari jaringan ke dalam darah. dari kapiler, darah
mengalir ke dalam venula.
d) Venula mengalirkan darah ke dalam vena kemudian kembali ke jantung.
e) vena memiliki dinding yang tipis, tetapi biasanya diameternya lebih besar
daripada arteri; sehingga vena mengangkut darah dalam volume yang sama
tetapi dengan kecepatan yang lebih rendah dan tidak terlalu dibawah tekanan.
Eksterna
Muskuler atau Otot dan Skeletal atau rangka dan juga jaringan konektif dan sendi,
yaitu terkait tendon, ligamen, dan sendi. Sistem muskuloskeletal merupakan sistem
tubuh yang terdiri dari otot (muskulo) dan tulang-tulang yang membentuk rangka
(skelet) serta jaringan-jarigan penyambung (ligament, tendon, dan sendi). Dimana
Otot merupakan jaringan tubuh yang mempunyai kemampuan untuk mengubah dari
energi kimia menjadi energi gerak. Sedangkan skelet atau rangka adalah merupakan
bagian tubuh yang terdiri atas tulang-tulang yang memungkinkan atau yang membuat
tubuh mempertahankan bentuk, sikap dan posisi.
Muskular (Otot)
Muskulus atau ada juga yang menulis muskuler atau ada juga yang menyebut Otot adalah
merupakan sebuah jaringan di dalam tubuh yang menghubungkan dua tulang dan
berfungsi saat melakukan suatu gerakan. Semua dari masing masing- masing sel otot
mempunyai kekhususan yaitu untuk berkontraksi. Semuanya terdapat lebih dari 600 buah
otot pada tubuh manusia. Sebagian besar otot tersebut dilekatkan pada tulang-tulang
kerangka tubuh oleh tendon, dan sebagian kecil ada yang melekat di bawah permukaan
kulit
a. Pergerakan. Kontraksi dan relaksasi pada otot skeletal menghasilkan gerakan pada
tulang tempat otot tersebut melekat, sedangkan otot polos menggerakan cairan dan
substansi lain dalam organ berongga di internal tubuh.
b. Penopang tubuh dan mempertahankan postur. Otot menopang rangka dan
mempertahankan tubuh saat berada dalam posisi berdiri atau saat duduk terhadap
gaya gravitasi.
c. Stabilisasi sendi. Otot juga mempertahankan sendi tetap berada ditempatnya serta
tidak terjadi dislokasi.
d. menghasilkan atau memproduksi panas. Kontraksi otot-otot secara metabolis
menghasilkan panas untuk mepertahankan suhu tubuh normal.
Ciri-ciri muskular/otot
ciri-ciri kerja otot saat kontraksi dan relaksasi, yaitu
a. Kontrakstilitas. Serabut otot berkontraksi dan menegang, Sel yang panjang
memendek dan menghasilkan gaya tarik.
b. Eksitabilitas. Dimana terjadinya Impuls saraf listrik menstimulasi sel otot untuk
berkontraksi.
c. Ekstensibilitas. Serabut otot memiliki kemampuan untuk menegang melebihi panjang
otot saat rileks. Dapat ditarik kembali ke panjang aslinya dengan kontraksi otot yang
berlawanan
d. Elastisitas. Otot juga bersifat elastis, serabut otot dapat kembali ke ukuran semula
setelah berkontraksi atau meregang.
a. Otot Skeletal atau otot rangka, yaitu merupakan otot lurik, volunter atau sadar yang
bergerak dan relaksasi sesuai dengan perintah otak, dan melekat pada rangka.
Mendukung 40% dari berat badan dan Kontraksinya sangat cepat dan kuat.
b. Otot Jantung. Merupakan otot lurik, Disebut juga otot seran lintang involunter yang
bekerja tidak sadar tanpa kendali dari otak sadar. Otot ini hanya terdapat pada
jantung. Bekerja terus-menerus setiap saat tanpa henti, tapi otot jantung juga
mempunyai masa istirahat, yaitu setiap kali berdenyut.
c. Otot Polos. merupakan otot tidak berlurik dan involunter. Jenis otot ini dapat
ditemukan pada dinding berongga seperti kandung kemih dan uterus, serta pada
dinding tuba, seperti pada sistem respiratorik, pencernaan, reproduksi, urinarius, dan
sistem sirkulasi darah.
Berikut adalah gambar tentang tipe otot yang terlihat adanya perbedaan, meskipun
otot rangka dan otot jantung merupakan otot lurik namun berbeda jenis luriknya,
dan otot polos merupakan otot tidk lurik
Setiap otot adalah satu organ yang sebagian besar terdiri atas jaringan otot. Sedangkan
Otot skeletal juga mengandung jaringan ikat/penyambung atau jaringan konektif,
pembuluh darah dan saraf. selubung Jaringan konektif atau jarinan penyambung
mengikat otot skeletal dan seratnya bersama sama.
Selubung jaringan kanektif terus tersambung dengan tendon. Sebagaimana tergambar
pada gambar 5 berikut
Tendon
Tendon adalah jenis jaringan lunak yang menghubungkan jaringan otot dengan tulang,
mirip dengan ligamen yang menghubungkan tulang dengan tulang. Tendon dapat
ditemukan di seluruh tubuh dari kaki sampai ke tangan. Contohnya ditubuh kita terdapat
otot rangka yang bertanggung jawab untuk menggerakkan tulang, sehingga
memungkinkan kita untuk berjalan, melompat, mengangkat, dan bergerak. Nah, Ketika
otot berkontraksi, maka tendon lah yang menarik tulang dan menyebabkan terjadinya
gerakan. tendon terdiri hampir seluruhnya dari kolagen, protein berserat, dan sering
disebut sebagai jaringan kolagen. Tujuan dari tendon adalah untuk mentransfer kekuatan
antara otot dan tulang. Dengan adanya tendon akan memudahkan gerakan bersama yang
memungkinkan untuk kegiatan sehari- hari seperti berjalan akan tercapai. Tendon dapat
memiliki beberapa bentuk mulai dari lebar dan datar, pita dan berbentuk kipas.
Struktur tendon Jadi, setiap struktur dalam tubuh kita dapat dipecah menjadi empat tipe
dasar dari jaringan, meliputi: a) Jaringan epitel yang meliputi struktur untuk melapisi
permukaan tubuh, b) Jaringan otot adalah menghasilkan gaya dan gerakan, c) Jaringan
saraf yaitu untukmendeteksi perubahan tubuh dan menyampaikan pesan, ada d) Jaringan
ikat melindungi dan mendukung organ dan jaringan lain.
Tendon termasuk dalam kategori jaringan ikat. Sebuah tendon yang utuh dibangun
dengan membentuk dan menggabungkan beberapa lapisan jaringan ikat. Berikut akan
dijelaskan lapisan-lapisan yang selanjutnya membentuk susunan tendon, meliputi
1. Kolagen: Bahan bangunan utama tendon adalah serat kolagen. Serat ini sangat kuat,
fleksibel, dan tahan terhadap kerusakan dari tarikan atau tegangan.
2. Endomisium: Struktur tendon dan otot secara harfiah terhubung dan saling terkait.
Jauh di dalam otot terdapat selubung yang sangat tipis yang menjaga serat otot yang
paling dalam yang terpisah satu sama lain
3. Perimisium: Sekelompok 10 sampai 100 serat otot aman dibungkus dalam lembaran
endomisium membentuk fasikula. Kolagen dari lapisan endomisium memanjang
keluar dan bergabung dengan lapisan kolagen yang lebih besar yang mencakup setiap
lembaran.
4. Epimisium: Disekitar setiap otot terdapat lapisan lain yang disebut epimisium (epi:
pada). Lapisan ini juga terdiri dari serat kolagen panjang dari lapisan di bawahnya,
perimisium dan endomisium.
5. Fasia dalam: Setiap otot-otot ini dibungkus dalam epimisium sendiri, tetapi mereka
juga terhubung satu sama lain dengan lapisan lain yang disebut kolagen fasia dalam.
Lapisan ini memegang otot bersama-sama, memungkinkan untuk gerakan bebas dari
otot-otot, dan menyediakan suplai darah. Kolagen dari fasia dalam juga terhubung ke
kolagen dari lapisan otot yang sebelumnya.
Gambar 8. Struktur tendon
Kita sudah mengetahui bahwa tendon itu adalah struktur kolagen yang menghubungkan
otot dengan tulang. Tendon biasanya terdapat pada otot rangka yang ujung dari otot itu
melekat pada tulang. Untuk mekanisme kerjanya sangat berhubungan dengan kontraksi
otot dimana awalnya pada saat kita bergerak atau mengangkat barang maka secara tidak
langsung otot mengalami peregangan sehingga akan terjadi impuls aferen ke reseptor
peregangan di medulla spinalis, kemudian impuls ini akan diteruskan menjadi impus
eferen ke motor neuron yang menyebabkan kontraksi otot. Kontraksi dari otot yang
mengalami peregangan akan diteruskan sampai ke tendon untuk menarik tulang sehingga
terjadi pergerakan. Berdasarkan cara melekatnya pada tulang, tendon dibedakan sebagai
berikut: Origo Merupakan tendon yang melekat pada tulang yang tidak berubah
kedudukannya ketika otot berkontraksi, dan Insersio merupakan tendon yang melekat
pada tulang yang ikut bergerak ketika otot berkontraksi.
Ligamen
Ligamen adalah pembalut/selubung yang sangat kuat, yang merupakan jaringan elastis
penghubung yang terdiri atas kolagen. Ligamen membungkus tulang dengan tulang yang
diikat oleh sendi. Ligamen adalah jaringan berbentuk pita yang tersusun dari serabut-
serabut yang berperan dalam menghubungkan antara tulang yang satu dengan tulang yang
lain pada sendi. Ligament adalah pita jaringan elastis yang mengikat luar ujung tulang
yang saling membentuk persendian,
membantu mengontrol rentang gerak, dan menstabilkan mereka sehingga tulang dapat
bergerak dengan baik.
Tanpa adanya ligament, antara tulang yang satu dengan tulang yang lain tidak akan
menyatu dan juga tidak dapat melakukan pergerakan saat otot berkontraksi. Ligament
biasanya memiliki elastisitas yang tinggi, yang dapat memperpanjang dan mengubah
bentuk mereka ketika berada dalam ketegangan dan kemudian kembali ke bentuk aslinya
saat ketegangan itu mereda. Ligament merupakan jaringan ikat yang memiliki komponen-
komponen biomekanik yang unik.
c. Proprioseptif
Fungsi lain dari ligament adalah untuk mempertahankan postur seseorang dengan
sistem proprioseptif. Contohnya ialah ketika sendi lutut dibengkokkan, maka akan
merangsang saraf proprioseptif untuk membuat kontraksi otot pada saat yang
bersamaan ,sehingga membuat orang menyadari posisi lutut dan kaki.
Ligament berperan melanjutkan gaya yang ditransmisikan dari otot antara tulang yang
satu dengan tulang yang lain, sehingga ketika terjadi suatu pergerakan, stabilitas sendi
dapat dipertahankan. Tendon dan ligament kuat dan tidak akan putus dengan mudah.
Kerusakan umumnya terjadi di pertemuan dengan tulang.
Skeletal/Tulang
Tulang atau rangka adalah merupakan organ yang menjadi penopang tubuh manusia.
Tanpa tulang, pasti tubuh kita tidak akan bisa tegak berdiri. Dimana Tulang ini sudah
mulai terbentuk sejak bayi dalam kandungan, dan berlangsung terus sampai dekade kedua
dalam susunan yang teratur. Mengapa kita bisa bergerak? Manusia bisa bergerak karena
ada rangka dan otot. Rangka tersebut tidak dapat bergerak sendiri, melainkan dibantu
oleh otot. Dengan adanya kerja sama antara rangka dan otot, manusia dapat melompat,
berjalan, bergoyang, berlari, dan sebagainya. Berikut dijelaskan mengenai rangka tubuh
manusia.
1. Tulang Kompak
a. Padat, halus dan homogen
b. Pada bagian tengah terdapat medullary cavity yang mengandung ’yellow bone
marrow”.
c. Tersusun atas unit : Osteon yaitu Haversian System
d. Pada pusat osteon mengandung saluran (Haversian Kanal) tempat pembuluh
darah dan saraf yang dikelilingi oleh lapisan konsentrik (lamellae).
e. Tulang kompak dan spongiosa dikelilingi oleh membran tipis yang disebut
periosteur, membran ini mengandung:
f. Bagian luar percabangan pembuluh darah yang masuk ke dalam tulang Osteoblas
2. Tulang Spongiosa
a. Tersusun atas ”honeycomb” network yang disebut trabekula.
b. Struktur tersebut menyebabkan tulang dapat menahan tekanan.
c. Rongga antara trebakula terisi ”red bone marrow” yang mengandung pembuluh
darah yang memberi nutrisi pada tulang.
d. Contoh, tulang pelvis, rusuk,tulang belakang, tengkorak dan pada ujung tulang
lengan dan paha.
Persendian
Persendian adalah hubungan antar dua tulang sedemikian rupa, sehingga dimaksudkan
untuk memudahkan terjadinya gerakan.
1. Synarthrosis (suture)
Hubungan antara dua tulang yang tidak dapat digerakkan, strukturnya terdiri atas
fibrosa. Contoh: Hubungan antara tulang di tengkorak.
2. Amphiarthrosis
Hubungan antara dua tulang yang sedikit dapat digerakkan, strukturnya adalah
kartilago. Contoh: Tulang belakang
3. Diarthrosis
Hubungan antara dua tulang yang memungkinkan pergerakan, yang terdiri dari
struktur sinovial. Contoh: sendi peluru (tangan dengan bahu), sendi engsel (siku),
sendi putar (kepala dan leher), dan sendi pelana (jempol/ibu jari).
Di dalam tubuh manusia terdapat dua system organ utama yang berfungsi untuk
mengkoordinasikan dan mengendalikan semua fungsi system tubuh manusia, yaitu
system saraf dan system endokrin. Kedua system organ tersebut bertanggungjawab untuk
mempertahankan homeostasis tubuh. Sistem endokrin bekerja melalui hormone yang
disekresi kelenjar endokrin masuk ke cairan extraseluler dan diedarkan oleh darah dan
limfe menuju ke sel target, sedangkan sistem saraf bekerja melalui serabut-serabut
neurotransmiter yang dihasilkan oleh ujung-ujung saraf.
Sistem endokrin terdiri dari sel, jaringan, dan organ yang mengeluarkan hormon sebagai
fungsi primer atau sekunder. Hormon tersebut dioproduksi oleh Kelenjar endokrin yang
langsung disekresi ke cairan di sekitarnya. Cairan interstisial dan pembuluh darah
kemudian mengangkut hormon ke seluruh tubuh. Sistem endokrin meliputi kelenjar
pituitari, tiroid, paratiroid, adrenal, dan kelenjar pineal. Beberapa kelenjar ini memiliki
fungsi endokrin dan non-endokrin. Misalnya, pankreas mengandung sel yang berfungsi
dalam pencernaan serta sel yang mengeluarkan hormon insulin dan glukagon, yang
mengatur kadar glukosa darah. Hipotalamus, timus, jantung, ginjal, lambung, usus kecil,
hati, kulit, ovarium wanita, dan testis pria merupakan organ lain yang mengandung sel
dengan fungsi endokrin. Selain itu, jaringan adiposa telah lama dikenal sebagai penghasil
hormon, dan penelitian
terbaru mengungkapkan bahwa jaringan tulang pun memiliki fungsi endokrin. Berikut
gambar kelenjar endokrin:
Gambar 11. Letak kelenjar dan sel endokrin berada dalam tubuh yang berperan penting dalam
homeostasis
a. Hipotalamus
Hipofisis atau disebut juga glandula pituitaria terletak di sella Tursika, lekukan os
spenoidalis basis cranii, berbentuk oval dengan diameter kira-kira 1 cm. Kelenjar ini
terbagi menjadi dua lobus yaitu lobus anterior dan lobus posterior. Lobus bagian
anterior terdiri dari jaringan epitel karenanya disebut adenohipofisis dan hipofisis
bagian posterior disebut juga neurohipofisis karena terdiri dari jaringan syaraf.
Kelenjar hipofisis dikenal sebagai Master
Gland karena dialah berfungsi mengendalikan sekresi hormon oleh kelenjar endokrin
lainnya.
c. Kelenjar Tiroid
Pada orang dewasa berat tiroid kira-kira 18 gram. Terdapat dua lobus kanan dan kiri
yang dibatasi oleh isthmus. Masing-masing lobus memiliki ketebalan 2 cm lebar 2,5
cm dan panjang 4 cm. Terdapat folikel dan para folikuler. Mendapat sirkulasi dari
arteri tiroidea superior dan inferior dan dipersarafi oleh saraf adrenergik dan
kolinergik.
Kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroid utama yaitu tiroksin (T4) atau Tetra
Iodotironin. Bentuk aktif hormon ini adalah triyodotironin (T3) yang sebagian besar
berasal dari konversi hormon T4 di perifer dan sebagian kecil langsung dibentuk oleh
kelenjar tiroid. Yodida inorganik yang diserap dari saluran cerna merupakan bahan
baku hormon tiroid. Yodida inorganik mengalami oksidasi menjadi bentuk organik
dan selanjutnya menjadi bagian dari tirosin yang terdapat dalam tiroglobulin sebagai
monoyodotirosin (MIT).
Sekresi hormon tiroid dikendalikan oleh kadar hormon perangsang tiroid yaitu
Thyroid Stimulating Hormon (TSH) yang dihasilkan oleh lobus anterior kelenjar
hipofisis. Kelenjar ini secara langsung dipengaruhi dan diatur aktifitasnya oleh
kadar hormon tiroid dalam sirkulasi yang bertindak sebagai umpan balik negatif
terhadap lobus anterior hipofisis dan terhadap sekresi hormon pelepas tirotropin
(Thytotropine Releasing Hormon (TRH) dari hipotalamus.
d. Kelenjar Paratiroid
e. Kelenjar Pankreas
Kelenjar adrenal terletak di kutub atas kedua ginjal. Kelenjar suprarenal atau kelenjar
anak ginjal menempel pada ginjal. Terdiri dari dua lapis yaitu bagian korteks dan
medula.
g. Kelenjar Gonad
Ovarium berfungsi sebagai organ endokrin dan reproduksi. Sebagai organ endokrin
ovarium menghasilkan sel telur (ovum) yang setiap bulannya pada masa ovulasi siap
dibuahi sperma. Estrogen dan progesteron akan
mempengaruhi perkembangan seks sekunder, menyiapkan endometrium untuk
menerima hasil konsepsi serta mempertahankan laktasi.
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus)
adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan,
mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran
darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa
proses tersebut dari tubuh. Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan
(faring), kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem
pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran pencernaan, yaitu
pankreas, hati dan kandung empedu.Berikut urutan system pencernaan manusia yang
dijelaskan mulai dari sistem pencernaan dan fungsinya, penjelasannya serta sistem
pencernaan manusia beserta gambarnya secara berurutan mulai dari mulut hingga
anus
Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air. Mulut merupakan
bagian awal dari sistem pencernaan yang berakhir di anus. Bagian dalam mulut dilapisi
oleh selaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang terdapat di permukaan
lidah. Pengecapan sederhana terdiri dari manis, asam, asin dan pahit. Penciuman
dirasakan oleh saraf olfaktorius di hidung, terdiri dari berbagai macam bau. Makanan
dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di kunyah oleh gigi belakang (molar,
geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah dicerna. Ludah dari kelenjar
ludah membungkus makanan tersebut dengan enzim pencernaan dan mulai mencernanya.
Ludah juga mengandung antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang memecah protein
dan menyerang bakteri secara langsung. Proses menelan dimulai secara sadar dan
berlanjut secara otomatis (VanPutte et al., 2016).
2) Tenggorokan (Faring)
Faring merupakan penghubung antara rongga mulut dan esofagus. Didalam lengkung
faring terdapat tonsil (amandel) yaitu kelenjar limfe yang banyak mengandung kelenjar
limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi, disini terletak bersimpangan antara
jalan nafas dan jalan makanan, terletak dibelakang rongga mulut dan rongga hidung,
didepan ruas tulang belakang keatas bagian depan berhubungan dengan rongga hidung,
dengan perantaraan lubang bernama koana, tekak berhubungan dengan rongga mulut
dengan perantaraan lubang yang disebut ismus fausium. Tekak terdiri dari bagian superior
yaitu bagian yang sama tinggi dengan hidung, bagian media yaitu bagian yang sama
tinggi dengan mulut dan bagian inferior yaitu bagian yang sama tinggi dengan laring.
Bagian superior disebut nasofaring, pada nasofaring bermuara tuba yang menghubungkan
tekak dengan ruang gendang telinga. Bagian media disebut orofaring, bagian ini berbatas
ke depan sampai di akar lidah. Bagian inferior disebut laringofaring yang
menghubungkan orofaring dengan laring (VanPutte et al., 2016).
3) Kerongkongan (Esofagus)
Esofagus adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui makanan mengalir
dari mulut ke dalam lambung. Makanan berjalan melalui Esofagus
dengan proses peristaltik. Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6 tulang
belakang. Menurut histologi, esofagus dibagi menjadi tiga bagian yaitu bagian superior
(sebagian besar adalah otot rangka), bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus),
serta bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus) (VanPutte et al., 2016).
4) Lambung
Merupakan organ otot berongga yang besar, yang terdiri dari tiga bagian yaitu kardia,
fundus dan antrium. Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi
secara ritmik untuk mencampur makanan dengan enzim. Sel-sel yang melapisi lambung
menghasilkan 3 zat penting yaitu lendir, asam klorida (HCL), dan prekusor pepsin (enzim
yang memecah protein). Lendir melindungi sel – sel lambung dari kerusakan oleh asam
lambung dan asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam diperlukan oleh pepsin
guna memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga berperan \membunuh
berbagai bakteri yang masuk dalam makanan.
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di antara
lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zat-
zat yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang
melumasi isi usus) dan air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang
dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein,
gula dan lemak. Lapisan usus halus terdiri dari lapisan mukosa (sebelah dalam), lapisan
otot melingkar, lapisan otot memanjang dan lapisan serosa. Usus halus terdiri dari tiga
bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus
penyerapan (ileum) (VanPutte et al., 2016).
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang terletak
setelah lambung dan menghubungkannya ke usus kosong (jejunum). Bagian usus
dua belas jari merupakan bagian terpendek dari
usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir di ligamentum treitz.
Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang tidak terbungkus
seluruhnya oleh selaput peritoneum. pH usus dua belas jari yang normal berkisar
pada derajat sembilan. Pada usus dua belas jari terdapat dua muara saluran yaitu
dari pankreas dan kantung empedu. Lambung melepaskan makanan ke dalam
usus dua belas jari (duodenum), yang merupakan bagian pertama dari usus halus.
Makanan masuk ke dalam duodenum melalui sfingter pilorus dalam jumlah yang
bisa dicerna oleh usus halus. Jika penuh, duodenum akan megirimkan sinyal
kepada lambung untuk berhenti mengalirkan makanan (VanPutte et al., 2016).
b. Jejenum
Jejunum atau disebut juga Usus kosong adalah bagian kedua dari usus halus, di
antara duodenum dan ileum. Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus halus
antara 2 - 8 meter, 1-2 meter adalah bagian jejenum. Jejenum dan ileum
digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium. Permukaan dalam jejenum
berupa membran mukus dan terdapat jonjot usus (vili), yang memperluas
permukaan dari usus.
Ileum atau usus penyerapan adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada sistem
pencernaan manusia ileum memiliki panjang sekitar 2- 4 m dan terletak setelah
duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH
antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan
garam empedu (VanPutte et al., 2016).
Usus besar atau kolon adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum. Fungsi utama
organ ini adalah menyerap air dari feses. Usus besar terdiri dari kolon asendens (kanan),
kolon transversum, kolon desendens (kiri), kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum).
Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna beberapa bahan
dan membantu penyerapan zat-zat gizi. Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi
membuat zat-zat penting, seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi normal
dari usus. Beberapa penyakit
serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri didalam usus besar.
Akibatnya terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan
terjadilah diare.
Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari
tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lainnya dari
usus. Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot sphinkter. Feses dibuang dari tubuh
melalui proses defekasi (BAB) yang merupakan fungsi utama anus.
Gambar 13. Proses pencernaan meliputi menelan makanan, mendorong, pencernaan mekanis,
pencernaan kimiawi, absorbsi, dan defekasi
Rasa lapar dikontrol oleh suatu daerah otak di hipotalamus sebelah lateral. Perangsangan
daerah ini menyebabkan timbulnya dorongan kuat untuk mencari makanan dan
memakannya. Hipotalamus lateral menerima banyak input yang dapat merangsang rasa
lapar. Sebagai contoh, rasa lapar dapat dirangsang oleh adanya kontraksi lapar di
lambung. Semakin lama lambung kosong, maka kontraksi ini meningkat frekuensi dan
intensitasnya.
Rasa lapar juga dirangsang oleh turunnya kadar zat-zat gizi dalam darah, misalnya asam
amino, lemak, dan glukosa, serta oleh peningkatan atau penurunan hormon- hormon yang
mengatur metabolisme. Input ke pusat lapar hipotalamus dapat mencakup input dari
bagian-bagian otak yang lain. Misalnya, pusat-pusat otak yang lebih tinggi dapat
merangsang rasa lapar sebagai respons terhadap situasi atau pengalaman tertentu.
Demikian juga, input dari pusat emosi di otak, sistem limbik, juga dapat merangsang rasa
lapar.
Hati
Hepar atau hati adalah organ terbesar yang terletak di sebelah kanan atas rongga
abdomen. Pada kondisi hidup hati berwarna merah tua karena kaya akan persediaan darah
(Sloane, 2004). Hati merupakan kelenjar terbesar dalam tubuh manusia dengan berat
kurang lebih 1,5 kg (Junqueira & Carneiro., 2007).
Hepar terbagi menjadi empat lobus, yakni lobus dextra, lobus caudatus, lobus sinistra,
dan lobus qaudatus. Terdapat lapisan jaringan ikat yang tipis, disebut dengan kapsula
Glisson, dan pada bagian luar ditutupi oleh peritoneum. Darah arteria dan vena berjalan
di antara sel-sel hepar melalui sinusoid dan dialirkan ke vena centralis. Vena centralis
pada masing-masing lobulus bermuara ke venae hepaticae. Dalam ruangan antara
lobulus-lobulus terdapat canalis hepatis yang
berisi cabang-cabang arteria hepatica, vena portae hepatis, dan sebuah cabang ductus
choledochus (trias 12 hepatis). (Sloane, 2004).
Selain cabang-cabang vena porta dan arteri hepatika yang mengelilingi bagian perifer
lobulus hati, juga terdapat saluran empedu yang membentuk kapiler empedu yang
dinamakan kanalikuli empedu yang berjalan diantara lembaran sel hati (Amirudin, 2009).
Fisiologi Hati
Vena porta hepatika mengalirkan darah keluar dari sistem venous usus dengan membawa
nutrien yang diserap di dalam saluran cerna ke hati. Hati melaksanakan berbagai fungsi
metabolik. Sebagai contoh, pada saat puasa hati akan menghasilkan sebagian besar
glukosa melalui glukoneogenesis serta glikogenolisis, melakukan detoksifikasi,
menyimpan glikogen dan memproduksi getah empedu disamping berbagai protein serta
lipid (Berkowitz, 2013).
Menurut Guyton & Hall (2008), hati mempunyai beberapa fungsi yaitu:
a. Metabolisme karbohidrat
Fungsi hati dalam metabolisme karbohidrat adalah menyimpan glikogen dalam
jumlah besar, mengkonversi galaktosa dan fruktosa menjadi glukosa,
glukoneogenesis, dan membentuk banyak senyawa kimia yang penting dari hasil
perantara metabolisme karbohidrat.
b. Metabolisme lemak
Fungsi hati yang berkaitan dengan metabolisme lemak, antara lain: mengoksidasi
asam lemak untuk menyuplai energi bagi fungsi tubuh yang lain, membentuk
sebagian besar kolesterol, fosfolipid dan lipoprotein, membentuk lemak dari
protein dan karbohidrat.
c. Metabolisme protein
Fungsi hati dalam metabolisme protein adalah deaminasi asam amino,
pembentukan ureum untuk mengeluarkan amonia dari cairan tubuh, pembentukan
protein plasma, dan interkonversi beragam asam amino dan membentuk senyawa
lain dari asam amino.
d. Lain-lain
Fungsi hati yang lain diantaranya hati merupakan tempat penyimpanan vitamin,
hati sebagai tempat menyimpan besi dalam bentuk feritin, hati membentuk zat-
zat yang digunakan untuk koagulasi darah dalam jumlah banyak dan hati
mengeluarkan atau mengekskresikan obat- obatan, hormon dan zat lain.
Pencernaan Makanan
Pencernaan makanan berawal di mulut dengan pelepasan air liur (saliva), berlanjut di
lambung, dan sebagian besar diselesaikan di usus halus. Prows pencernaan melibatkan
enzim-enzim sekretorik yang spesifik untuk berbagai makanan dan bekerja untuk
menguraikan karbohidrat menjadi gula sederhana, lemak menjadi asam lemak bebas dan
monogliserida, serta protein menjadi asam amino. Hanya dalam bentuk-bentuk sederhana
inilah zat-zat gizi dapat diserap menembus usus dan digunakan oleh tubuh.
Enzim Sekretorik
Hormon Pencernaan
Gastrin, sekretin, dan CCK berperan penting untuk merangsang pencernaan. Gastrin
dikeluarkan oleh lambung sebagai respons terhadap perangsangan parasimpatis,
peregangan, dan adanya protein. Gastrin merangsang sekresi getah lambung untuk
memulai pencernaan protein dan sekresi asam hidroklorida (HCl). HCl dalam lambung
bertanggung jawab untuk mengaktifkan enzim pencernaan terpenting di lambung, pepsin.
Sekretin dikeluarkan dari usus halus terutama sebagai respons terhadap HCl dalam
makanan (kimus) yang masuk ke dalam usus halus dari lambung. Sekretin merangsang
sekresi usus serta pengeluaran bikarbonat oleh pankreas, untuk
menetralkan asam. Hal ini penting karena enzimenzim yang diperlukan untuk pencernaan
di usus halus tidak dapat bekerja dalam lingkungan asam.
CCK dilepaskan dari usus halus terutama sebagai respons terhadap lemak. CCK
menyebabkan sekresi usus, kontraksi kandung empedu, dan pengeluaran empedu.
Empedu penting untuk pencernaan lemak.
Penyerapan Makanan
Penyerapan makanan yang telah dicerna terjadi di lapisan mukosa usus halus. Mukosa
dilapisi oleh banyak vilus yaitu tonjolan-tonjolan (jonjot) halus sel epitel. Vilus sangat
meningkatkan luas permukaan penyerapan. Di dalam lumen dari masing-masing vilus
terdapat jaringan kapiler dan sebuah pembuluh limfe, yang disebut lakteal. Di setiap vilus
terdapat serat-serat saraf pleksus intrinsik dan sel- sel otot polos.
Asam-asam amino dipindahkan secara aktif menembus sel-sel epitel untuk masuk ke
dalam kapiler. Asam-asam amino tersebut kemudian disalurkan melalui aliran darah ke
semua sel tubuh, terutama sel-sel otot, tempat mereka digunakan untuk sintesis protein.
Asam amino yang tidak digunakan dengan cara ini disalurkan ke hati tempat asam
tersebut diubah menjadi karbohidrat atau lemak dan digunakan untuk energi atau
disimpan di seluruh tubuh.
Gula sederhana juga secara aktif dipindahkan ke dalam aliran darah dan dikirim ke semua
sel tubuh untuk digunakan sebagai sumber energi. Gula yang tidak digunakan dengan
cara ini dapat disimpan sebagai lemak atau glikogen di semua sel, terutama di sel-sel hati.
Penyerapan terus berlanjut di usus besar, terutama air dan elektrolit. Sebagian besar
penyerapan berlangsung di separuh alas kolon. Darisekitar 1000 ml kimus yang masuk ke
usus besar setiap hari, hanya 100 ml cairan dan hampir tidak ada elektrolit yang
diekskresikan. Selain air, yang membentuk sekitar 75 % dari feses, feses mengandung
bakteri yang mati, sebagian lemak dan bahan makanan kasar yang tidak dicerna, dan
sejumlah kecil protein. Produk sampingan bilirubin menentukan warm tinja.
Proses eliminasi, atau defekasi, terjadi karena kontraksi peristaltik rektum. Kontraksi ini
dihasilkan sebagai respons terhadap perangsangan otot polos longitudinal dan sirkular
oleh pleksus mienterikus. Pleksus mienterikus dirangsang oleh saraf parasimpatis yang
berjalan di segmen sakrum korda spinalis. Peregangan mekanis terhadap rektum oleh
tinja juga merupakan perangsang peristalsis yang kuat. Sewaktu gelombang peristaltik
dimulai, sfingter anus internus, suatu otot polos, melemas. Apabila sfingter anus
eksternus juga melemas maka akan terjadi defekasi. Sfingter anus eksternus adalah suatu
otot rangka sehingga di bawah kontrol kesadaran. Pada kenyataannya, relaksasi sfingter
internus menyebabkan kontraksi refleks sfingter eksternus pada semua individu kecuali
bayi dan sebagian orang yang mengalami transeksi korda spinalis. Hal ini secara efektif
menghentikan defekasi. Apabila refleks defekasi terjadi pada waktu yang tepat setelah
sfingter internus melemas, maka kontraksi refleks sfingter eksternus dapat secara sadar
dilawan dan defekasi akan berlangsung.
Sistem saraf adalah suatu jaringan saraf yang kompleks, sangat khusus dan saling
berhubungan satu dengan yang lain. Sistem saraf mengkoordinasi, menafsirkan dan
mengontrol interaksi antara individu dengan lingkungan lainnya. Sistem tubuh yang
pentng ini juga mengatur kebanyakan aktivitas system-system tubuh lainnya, karena
pengaturan saraf tersebut maka terjalin komunikasi antara berbagai system tubuh hingga
menyebabkan tubuh berfungsi sebagai unit yang harmonis. Dalam system inilah berasal
segala fenomena kesadaran, pikiran, ingatan, bahasa, sensasi dan gerakan. Jadi
kemampuan untuk dapat memahami, belajar
dan memberi respon terhadap suatu rangsangan merupakan hasil kerja integrasi dari
system saraf yang puncaknya dalam bentuk kepribadian dan tingkah laku individu.
Jaringan saraf terdiri Neuroglia dan Sel schwan (sel-sel penyokong) serta Neuron (sel-sel
saraf). Kedua jenis sel tersebut demikian erat berkaitan dan terintegrasi satu sama lainnya
sehingga bersama-sama berfungsi sebagai satu unit.
Sebagai alat pengatur dan pengendali alat-alat tubuh, maka sistem saraf mempunyai 3
fungsi utama yaitu :
Sistem saraf pusat merupakan pusat dari seluruh kendali dan regulasi pada tubuh, baik
gerakan sadar atau gerakan otonom. Dua organ utama yang menjadi penggerak sistem
saraf pusat adalah otak dan sumsum tulang belakang.
Otak manusia merupakan organ vital yang harus dilindungi oleh tulang tengkorak.
Sementara itu, sumsum tulang belakang dilindungi oleh ruas-ruas tulang belakang. Otak
dan sumsum tulang belakang sama-sama dilindungi oleh suatu membran yang melindungi
keduanya. Membran pelindung tersebut dinamakan meninges. Meninges dari dalam
keluar terdiri atas tiga bagian, yaitu piameter, arachnoid, dan durameter. Cairan ini
berfungsi melindungi otak atau sumsum tulang belakang dari goncangan dan benturan.
Otak
Otak merupakan organ yang telah terspesialisasi sangat kompleks. Berat total otak
dewasa adalah sekitar 2% dari total berat badannya atau sekitar 1,4 kilogram dan
mempunyai sekitar 12 miliar neuron. Pengolahan informasi di otak dilakukan pada
bagian-bagian khusus sesuai dengan area penerjemahan neuron sensorik. Permukaan otak
tidak rata, tetapi berlekuk-lekuk sebagai pengembangan neuron yang berada di dalamnya.
Semakin berkembang otak seseorang, semakin banyak lekukannya. Lekukan yang
berarah ke dalam (lembah) disebut sulkus dan lekukan yang berarah ke atas (gunungan)
dinamakan girus.
Otak mendapatkan impuls dari sumsum tulang belakang dan 12 pasang saraf kranial.
Setiap saraf tersebut akan bermuara di bagian otak yang khusus. Otak manusia dibagi
menjadi tiga bagian utama, yaitu otak depan, otak tengah, dan otak belakang. Para ahli
mempercayai bahwa dalam perkembangannya, otak vertebrata terbagi menjadi tiga
bagian yang mempunyai fungsi khas. Otak belakang berfungsi dalam menjaga tingkah
laku, otak tengah berfungsi dalam penglihatan, dan otak depan berfungsi dalam
penciuman (Campbell, et al, 2006: 578)
a) Otak depan
Otak depan terdiri atas otak besar (cerebrum), talamus, dan hipotalamus.
● Otak besar
Merupakan bagian terbesar dari otak, yaitu mencakup 85% dari volume seluruh
bagian otak. Bagian tertentu merupakan bagian paling penting dalam penerjemahan
informasi yang Anda terima dari mata, hidung, telinga, dan bagian tubuh lainnya.
Bagian otak besar terdiri atas dua belahan (hemisfer), yaitu belahan otak kiri dan otak
kanan. Setiap belahan tersebut akan mengatur kerja organ tubuh yang berbeda.besar
terdiri atas dua belahan, yaitu hemisfer otak kiri dan hemisfer otak kanan. Otak kanan
sangat berpengaruh terhadap kerja organ tubuh bagian kiri, serta bekerja lebih aktif
untuk pengerjaan masalah yang berkaitan dengan seni atau kreativitas. Bagian otak
kiri mempengaruhi kerja organ tubuh bagian kanan serta bekerja aktif pada saat Anda
berpikir logika dan penguasaan bahasa atau komunikasi. Di antara
bagian kiri dan kanan hemisfer otak, terdapat jembatan jaringan saraf penghubung
yang disebut dengan corpus callosum.
● Talamus
Mengandung badan sel neuron yang melanjutkan informasi menuju otak besar.
Talamus memilih data menjadi beberapa kategori, misalnya semua sinyal sentuhan
dari tangan. Talamus juga dapat menekan suatu sinyal dan memperbesar sinyal
lainnya. Setelah itu talamus menghantarkan informasi menuju bagian otak yang
sesuai untuk diterjemahkan dan ditanggapi.
● Hipotalamus
Mengontrol kelenjar hipofisis dan mengekspresikan berbagai macam hormon.
Hipotalamus juga dapat mengontrol suhu tubuh, tekanan darah, rasa lapar, rasa haus,
dan hasrat seksual. Hipotalamus juga dapat disebut sebagai pusat kecanduan karena
dapat dipengaruhi oleh obatobatan yang menimbulkan kecanduan, seperti
amphetamin dan kokain. Pada bagian lain hipotalamus, terdapat kumpulan sel neuron
yang berfungsi sebagai jam biologis. Jam biologis ini menjaga ritme tubuh harian,
seperti siklus tidur dan bangun tidur. Di bagian permukaan otak besar terdapat bagian
yang disebut telensefalon serta diensefalon. Pada bagian diensefalon, terdapat banyak
sumber kelenjar yang menyekresikan hormon, seperti hipotalamus dan kelenjar
pituitari
(hipofisis). Bagian telensefalon merupakan bagian luar yang mudah kita amati dari
model torso
Beberapa bagian dari hemisfer mempunyai tugas yang berbeda terhadap informasi yang
masuk. Bagian-bagian tersebut adalah sebagai berikut.
b) Otak tengah
Otak tengah merupakan bagian terkecil otak yang berfungsi dalam sinkronisasi
pergerakan kecil, pusat relaksasi dan motorik, serta pusat pengaturan refleks pupil pada
mata. Otak tengah terletak di permukaan bawah otak besar (cerebrum). Pada otak tengah
terdapat lobus opticus yang berfungsi sebagai pengatur gerak bola mata. Pada bagian otak
tengah, banyak diproduksi neurotransmitter yang mengontrol pergerakan lembut. Jika
terjadi kerusakan pada bagian ini, orang akan mengalami penyakit parkinson. Sebagai
pusat relaksasi, bagian otak tengah banyak menghasilkan neurotransmitter dopamin.
c) Otak belakang
Otak belakang tersusun atas otak kecil (cerebellum), medula oblongata, dan pons varoli.
Otak kecil berperan dalam keseimbangan tubuh dan koordinasi gerakan otot. Otak kecil
akan mengintegrasikan impuls saraf yang diterima dari sistem
gerak sehingga berperan penting dalam menjaga keseimbangan tubuh pada saat
beraktivitas. Kerja otak kecil berhubungan dengan sistem keseimbangan lainnya, seperti
proprioreseptor dan saluran keseimbangan di telinga yang menjaga keseimbangan posisi
tubuh. Informasi dari otot bagian kiri dan bagian kanan tubuh yang diolah di bagian otak
besar akan diterima oleh otak kecil melalui jaringan saraf yang disebut pons varoli. Di
bagian otak kecil terdapat saluran yang menghubungkan antara otak dengan sumsum
tulang belakang yang dinamakan medula oblongata. Medula oblongata berperan pula
dalam mengatur pernapasan, denyut jantung, pelebaran dan penyempitan pembuluh
darah, gerak menelan, dan batuk. Batas antara medula oblongata dan sumsum tulang
belakang tidak jelas. Oleh karena itu, medula oblongata sering disebut sebagai sumsum
lanjutan.
Pons varoli dan medula oblongata, selain berperan sebagai pengatur sistem sirkulasi,
kecepatan detak jantung, dan pencernaan, juga berperan dalam pengaturan pernapasan.
Bahkan, jika otak besar dan otak kecil seseorang rusak, ia masih dapat hidup karena detak
jantung dan pernapasannya yang masih normal. Hal tersebut dikarenakan fungsi medula
oblongata yang masih baik. Peristiwa ini umum terjadi pada seseorang yang mengalami
koma yang berkepanjangan. Bersama otak tengah, pons varoli dan medula oblongata
membentuk unit fungsional yang disebut batang otak (brainstem).
Sumsum tulang belakang (medulla spinalis) merupakan perpanjangan dari sistem saraf
pusat. Seperti halnya dengan sistem saraf pusat yang dilindungi oleh tengkorak kepala
yang keras, sumsum tulang belakang juga dilindungi oleh ruas-
ruas tulang belakang. Sumsum tulang belakang memanjang dari pangkal leher, hingga ke
selangkangan. Bila sumsum tulang belakang ini mengalami cidera ditempat tertentu,
maka akan mempengaruhi sistem saraf disekitarnya, bahkan bisa menyebabkan
kelumpuhan di area bagian bawah tubuh, seperti anggota gerak bawah (kaki).
Secara anatomis, sumsum tulang belakang merupakan kumpulan sistem saraf yang
dilindungi oleh ruas-ruas tulang belakang. Sumsum tulang belakang atau biasa disebut
medulla spinalis ini, merupakan kumpulan sistem saraf dari dan ke otak. Secara rinci,
ruas-ruas tulang belakang yang melindungi sumsum tulang belakang ini adalah sebagai
berikut:
Sumsum tulang belakang terdiri dari 31 pasang saraf spinalis yang terdiri dari 7 pasang
dari segmen servikal, 12 pasang dari segmen thorakal, 5 pasang dari segmen lumbalis, 5
pasang dari segmen sacralis dan 1 pasang dari segmen koxigeus
Susunan saraf tepi terdiri atas serabut saraf otak dan serabut saraf sumsum tulang
belakang (spinal). Serabut saraf sumsum dari otak, keluar dari otak sedangkan serabut
saraf sumsum tulang belakang keluar dari sela-sela ruas tulang belakang. Tiap pasang
serabut saraf otak akan menuju ke alat tubuh atau otot, misalnya ke hidung, mata, telinga,
dan sebagainya. Sistem saraf tepi terdiri atas serabut saraf
sensorik dan motorik yang membawa impuls saraf menuju ke dan dari sistem saraf pusat.
Sistem saraf tepi dibagi menjadi dua, berdasarkan cara kerjanya, yaitu sebagai berikut.
Sistem saraf sadar bekerja atas dasar kesadaran dan kemauan kita. Ketika Anda makan,
menulis, berbicara, maka saraf inilah yang mengkoordinirnya. Saraf ini mene-ruskan
impuls dari reseptor ke sistem saraf pusat, dan meneruskan impuls dari sistem saraf pusat
ke semua otot kerangka tubuh. Sistem saraf sadar terdiri atas 12 pasang saraf kranial,
yang keluar dari otak dan 31 pasang saraf spinal yang keluar dari sumsum tulang
belakang 31 pasang saraf spinal terlihat pada Gambar 8.8. Saraf-saraf spinal tersebut
terdiri atas gabungan saraf sensorik dan motorik. Dua belas pasang saraf kranial tersebut,
antara lain sebagai berikut.
a) Saraf olfaktori, saraf optik, dan saraf auditori. Saraf-saraf ini merupakansaraf sensori.
b) Saraf okulomotori, troklear, abdusen, spinal, hipoglosal. Kelima saraf tersebut
merupakan saraf motorik.
c) Saraf trigeminal, fasial, glossofaringeal, dan vagus. Keempat saraf tersebut merupakan
saraf gabungan dari saraf sensorik dan motorik. Agar lebih memahami tentang jenis-jenis
saraf kranial.
Sistem saraf ini bekerja tanpa disadari, secara otomatis, dan tidak di bawah kehendak
saraf pusat. Contoh gerakan tersebut misalnya denyut jantung, perubahan pupil mata,
gerak alat pencernaan, pengeluaran keringat, dan lain- lain. Kerja saraf otonom
ternyata sedikit banyak dipengaruhi oleh hipotalamus di otak. Coba Anda ingat
kembali fungsi hipotalamus yang sudah dijelaskan di depan. Apabila hipotalamus
dirangsang, maka akan berpengaruh terhadap gerak otonom seperti contoh yang telah
diambil, antara lain mempercepat denyut jantung, melebarkan pupil mata, dan
menghambat kerja saluran pencernaan.Sistem saraf otonom ini dibedakan menjadi
dua.
● Saraf Simpatik
Saraf ini terletak di depan ruas tulang belakang. Fungsi saraf ini terutama untuk
memacu kerja organ tubuh, walaupun ada beberapa yang malah menghambat
kerja organ tubuh. Fungsi memacu, antara lain mempercepat detak jantung,
memperbesar pupil mata, memperbesar bronkus. Adapun fungsi yang
menghambat, antara lain memperlambat kerja alat pencernaan, menghambat
ereksi, dan menghambat kontraksi kantung seni.
System urinarius dan ginjal mempunyai fungsi yang sangat berhubungan tetapi juga
sangat berbeda dalam tujuan. Ginjal berfungsi sebagai system regulasi cairan dan
keseimbangan elektrolit, keseimbangan asam basa, dan pembuangan hasil- hasil
metabolisme. Ginjal juga berfungsi sebagai regulasi tekanan darah arteri, eritropoesis,
metabolisme vitamin D. Ginjal mempunyai vaskuler yang banyak dan menerima sirkulasi
+ 20 x/jam dalam meregulasi komposisi cairan tubuh. Factor- faktor yang mempengaruhi
klirens ginjal termasuk usia, membrane glomerulus, tekanan darah dan curah jantung.
System urinarius (ureter, kandung kemih, uretra) bertindak sebagai reservoir dan penyalur
urine dari ginjal untuk eliminasi melalui perkemihan. Factor –factor yang dapat
mempengaruhi fungsi – fungsi ini antara lain infeksi, pembesaran prostate, persyarafan
pada kandung kemih dan tumor.
Gambar 21. Saluran perkemihan: ginjal, ureter, vesika urinaria (bladder), uretra
Ginjal
Fungsi vital ginjal ialah sekresi air kemih dan pengeluarannya dari tubuh manusia. Di
samping itu, ginjal juga merupakan salah satu dari mekanisme terpenting homeostasis.
Ginjal berperan penting dalam pengeluaran zat-zat toksin/racun,
memperlakukan suasana keseimbangan air. mempertahankan keseimbangan asam-basa
cairan tubuh, dan mempertahankan keseimbangan garam-garam dan zat-zat lain dalam
darah.
Bentuk ginjal kiri lebih besar dari ginjal kanan. Ontogenitis, berasal dari mesoderm,
terletak dalam rongga perut pada daerah retroperitoneal, di sebelah kanan dan kiri dari
kolumna vertebralis dan melekat langsung pada dinding belakang abdomen. Ginjal kanan
terletak lebih rendah dari ginjal kiri, hal ini karena adanya hati di sebelah kanan dan
menekan ke bawah. Bila ginjal dibelah dua, secara longitudinal (memanjang), dapat
terlihat. bagian luar yang bercak-bercak disebut korteks, serta bagian dalam yang
bergarisgaris disebut medula. Medula terdiri dari bangunan- bangunan berbentuk kerucut
yang disebut renah piramid. Puncak kerucut tadi menghadap kekaliks yang terdiri dari
iubang-lubang kecil (papila renalis). tiara pyramid dipisahkan sate dengan lainnya oleh
kolumna renalis. Garis yang terlihat pada piramid disebut tubulus.
Pada pemeriksaan secara mikroskopis, terlihat ginjal berbentuk seperti corong dengan
batang yang panjang dan berkelok-kelok. Bagian corong tersebut dinamakan kapsula
Bowman yang terdiri atas dua lapis sel-sel gepeng. Ruangan kapsula Bowman dan
glomerolus disebut karpusguli renalis (korpuskulam malfigi).
Proses pembentukan urine diawali dengan masuknya darah melalui vas aferen ke dalam
glomerolus clan keluar melalui vas eferent. Bagian yang mer,yerupai bentuk batang yang
terdiri dari tubulus kontortus proksimal, ansa Henle, tubulus kontortus distal. tubulus
koligentes. Pada Bagian-Bagian batang ini terjadi proses: filtrasi, reabsopsi, dan sekresi.
Proses filtrasi terjadi pada glomerolus karena permukaan aferen lebih began daripada
permukaan eferen. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya penyaringan darah. Pada
proses ini yang tersaring adalah Bagian cair dari darah kecuali protein. Selanjutnya, cairan
tersebut, yaitu air, glukosa, natrium, klorida, sulfat, dan bikarbonat. Ditampung oleh
simpai Bowman yang selanjutnya diteruskan ke tubulus-tubulus ginjal.
Proses reabsorbsi terjadi pada tubulus-tubulus ginjal. Di sini terjadi penyerapan kembali
dari sebagian air, glokosa, atrium, klorida, sulfat, bikarbonat dan beberapa
ion bikarbonat. Pada tubulus ginjal bagian atas, terjadi proses pasif (reabsorpsi
obligatori). Sedangkan pada tubulus ginjal bawah terjadi proses aktif (fakultatif
reabsorpsi) yang menyerap kembali natrium dan ion bikarbonat bila diperlukan. Sisa hasil
reabsorpsi akan dialirkan ke papilla renalis.
Pelvis renalis (piala ginjal) merupakan bagian dari ginjal dengan duktus papillaris Bellini
bermuara pada renalis yang menyebabkan terbentuknya area kribiformis pada papilla
ginjal. Papilla renalis terlihat, menonjol ke dalam satu kaliks minor, bersatu menjadi
kaliks mayor, inipun menjadi pelvis renalis. Pelvis renalis ini berlanjut menjadi ureter.
Ureter
Air kemih disekresi oleh ginjal, dialirkan ke vesika urinairia (kandung kemih) melalui
ureter. Ureter berada pada kiri dan kanan kolumna vertebralis (tulang punggung) yang
menghubungkan pelvis renalis dengan kandung kemih. ,
Panjang ureter kurang lebih 30 cm dan berdiameter 0,5 cm. Uretra sebagian terletak
dalam rongga perut (pars abdominalis) dan selanjutnya berjalan di dalam rongga panggul
(pars pelvira). Otogenitis ureter termasuk berasal dari mesoderm, karena itu, ureter juga
terletak pada retroperitonialis. Dinding utera terdiri atas tiga lapisan, yaitu lapisan
mukosa, otot polos, dan jaringan fibrosa.
Vesika urinaria
Aliran urine dari ginjal akan bermuara ke dalam kandung kemih (vesika urinaria).
Kandung kemih merupakan kantong yang dapat menggelembung seperti balon karet,
terletak di belakang simfisis pubis, di dalam rongga panggul. Bila terisi penuh, kandung
kemih dapat terlihat sebagian ke luar dari rongga panggul. Bagian-bagiannya ialah
verteks, fundus, dan korpus. Bagian verteks adalah bagian yang meruncing ke arah depan
dan berhubungan dengan ligamentum vesiko umbilikale medius. Bagian fundus
merupakan bagian yang menghadap ke arah belakang dan bawah. Bagian korpus berada
di antara verteks dan fundus. Dinding kandung kemih terdiri dari tiga lapisan otot polos
dan selapis mukosa yang berlipat-lipat. pada diding belakang lapisan mukosa, terlihat
bagian yang tidak berlipat, daerah ini disebut trigonum liestaudi.
Uretra
Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang berfungsi
menyalurkan air kemih ke luar dan juga untuk menyalurkan semen. Pada laki-laki, uretra
berjalan berkelok-kelok, menembus prostat, kemudian melewati tulang pubis, selanjutnya
menuju ke penis. Oleh karera itu, pada laki-laki, uretra terbagi menjadi 3 bagian, yaitu
pars proetalika, pars membranosa, dan pars kavernosa. Muara uretra ke arah dunia luar
disebut meatus. Pada perempuan, uretra terletak di belakang simfisis pubis, berjalan
miring, sedikit ke atas, panjangnya kurang lebih 3-4 cm. Muara uretra pada perempuan
terletak di sebelah atas vagina, antara klitoris dan vagina. Uretra perempuan berfungsi
sebagai saluran ekskretori.
7. Sistem Integumen
Integumen mencakup struktur yang menutupi permukaan luar tubuh. Struktur utamanya
adalah kulit, yang mengandung kelenjar sebaceous dan keringat serta ujung saraf
sensorik. Integumen juga mencakup struktur aksesori seperti rambut dan kuku. Struktur
yang menyusun integumen melindungi tubuh dari cedera lingkungan, membantu
mengatur suhu tubuh, berfungsi sebagai organ sensorik, dan memfasilitasi sintesis
vitamin D.
Fungsi Integumen
Struktur Kulit
Kulit dapat dibedakan menjadi dua lapisan yaitu lapisan Epidermis dan Dermis. Tepat
dibawah dermis terdapat lapisan hipodermis yang banyak disusun oleh jaringan adiposa
(jaringan lemak).
Epidermis
Epidermis merupakan lapisan yang mengandung sel pigmen berfungsi memberi warna
pada kulit. Epidermis berfungsi melindungi kulit dari kerusakan oleh sinar matahari.
Epidermis tersusun atas 5 lapisan utama yaitu:
a. Stratum Germinativum
Lapisan ini merupakan lapisan epidermis yang paling bawah, berbatasan langsung
dengan dermis. Melekat pada jaringan ikat. Pada lapisan ini terjadi pembelahan sel
yang sangat cepat dimana sel yang baru dibentuk akan didorong masuk ke lapisan
berikutnya. Sel-sel yang dihasilkan dari pembelahan tersebut dapat mencapai berjuta-
juta sel setiap harinya.
b. Stratum Spinosum
Lapisan ini disatukan oleh tonjolan yang menyerupai spina. Spina ini merupakan
bagian penghubung intraseluler yang disebut desmosom.
c. Stratum Granulosum
Lapisan ini merupakan daerah sel-sel mulai mati karena akumulasi molekul bakal
keratin yang memisahkan sel-sel ini dari daerah dermal. Stratum ini merupakan
prekursor pembentukan keratin. Keratin adalah protein keras dan resilien, bersifat anti
air dan melindungi permukaan kulit yang terbuka. Namun keratin yang terdapat pada
epidermis merupakan keratin yang lunak yang berkadar sulfur rendah. Berbeda
dengan keratin yang ada pada kuku dan rambut.
d. Stratum Lusidum
Lapisan ini terdiri dari sel-sel berbentuk perisai yang jernih dan tembus cahaya.
e. Stratum Korneum
Lapisan ini merupakan lapisan terluar dari epidermis yang melindungi tubuh terhadap
lingkungan. Lapisan ini disebut lapisan bertanduk karena tersusun dari sel-sel
berkeratin yang merupakan sel mati. Keratin yang bersifat tahan air akan melindungi
jaringan lebih dalam terhadap kekurangan air. Lapisan ini terus-menerus mengalami
gesekan dan mengelupas, namun akan terus diganti oleh sel-sel yang lebih dalam
yaitu stratum germinativum.
Dermis merupakan lapisan kulit yang lebih sensitif. Mengandung pembuluh darah, limfa,
saraf, kelenjar, dan folikel rambut yang muncul ke permukaan dalam bentuk papillae.
Lapisan ini dipisahkan dari epidermis dengan adanya membran dasar atau lamina.
Membran ini terdiri dari dua jaringan ikat.
Mekanisme pengaturan suhu tubuh oleh pusat pengatur suhu dalam hipotalamus
Jika sebelumnya pendidikan kesehatan diartikan sebagai upaya yang terencana untuk
perubahan perilaku masyarakat sesuai dengan norma kesehatan, maka promosi kesehatan
tidak hanya mengupayakan perubahan perilaku, tetapi juga perubahan lingkungan yang
memfasilitasi perubahan perilaku tersebut. Berdasarkan Piagam Ottawa (Ottawa
Charter,1986) sebagai hasil rumusan Konferensi Internasional Promosi Kesehatan di
Ottawa, Canada, mengatakan bahwa promosi kesehatan adalah suatu proses untuk
memampukan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka.
Batasan promosi kesehatan ini mencakup 2 dimensi yakni “kemauan” dan “kemampuan”,
atau tidak sekedar meningkatnya kemauan masyarakat seperti dikonotasikan oleh
pendidikan kesehatan. Lebih lanjut dinyatakan, bahwa dalam mencapai derajat kesehatan
yang sempurna baik fisik, mental, maupun sosial, masyarakat harus mampu mengenal
dan mewujudkan aspirasinya, kebutuhannya, dan mampu mengubah atau mengatasi
lingkungannya. Lingkungan disini mencakup lingkungan fisik, lingkungan sosio budaya,
dan lingkungan ekonominya.
Upaya promosi kesehatan merupakan salah satu strategi atau langkah yang ditempuh
untuk meningkatkan kemampuan masyarakat khususnya pengetahuan, sikap dan praktek
untuk berperilaku sehat melalui proses pembelajaran dari-oleh- untuk dan bersama
masyarakat. Selain itu tujuan promosi kesehatan dimaksudkan supaya masyarakat dapat
dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya
masyarakat, sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan
publik yang berwawasan kesehatan. Menolong diri sendiri tersebut artinya bahwa
masyarakat mampu berperilaku mencegah timbulnya masalah-masalah dan gangguan
kesehatan, memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan serta mampu pula berperilaku
mengatasi apabila masalah gangguan kesehatan tersebut terlanjur terjadi di tengah-tengah
kehidupan masyarakat.
Media promosi kesehatan (Lunandi, 2003) dapat dibagi berdasarkan jenis perlakuan yang
diberikan:
1) Ceramah.
2) Diskusi
Media promosi kesehatan merupakan sarana atau upaya yang disampaikan oleh
komunikator untuk menampilkan informasi baik melalui media cetak, elektronika dan
media luar ruang sehingga pengetahuan dari sasaran dapat meningkat dan akhirnya terjadi
perubahan perilaku kesehatan ke arah positif. Promosi kesehatan tidak lepas dari media
karena melalui media, maka pesan-pesan yang disampaikan dapat lebih menarik dan
mudah dipahami sehingga sasaran dapat mempelajari pesan tersebut sampai memutuskan
untuk mengadopsi perilaku yang positif.
1) Media Cetak, yaitu suatu media statis dan mengutamakan pesan-pesan visual. Pada
umumnya media cetak terdiri dari gambar atau foto dalam tata warna. Adapun
macamnya adalah : Poster, Leaflet, Brosur
2) Media Elektronika, yaitu suatu media yang bergerak dinamis, dapat dilihat dan
didengar dalam menyampaikan pesannya melalui alat bantu elektronika. Adapun
macamnya adalah : TV, Radio, Film
3) Media luar ruang, yaitu media yang cara menyampaikan pesannya di luar ruang
secara umum melalui media cetak dan elektronik secara gratis, misalnya :
a) Papan reklame atau poster dalam ukuran besar yang dapat dilihat secara
umum
b) Spanduk yaitu suatu pesan dalam bentuk tulisan dan disertai gambar yang
dibuat di atas secarik kain dengan ukuran tergantung kebutuhan.
c) Pameran
d) Banner
e) TV layar lebar
Dalam pelaksanaan promosi kesehatan dikenal adanya 3 (tiga) jenis sasaran, yaitu (1)
sasaran primer, (2) sasaran sekunder dan (3) sasaran tersier.
Contoh Media Pendidikan Kesehatan
Keperawatan berkaitan dengan merawat individu, keluarga, atau kelompok. Perawat tidak
hanya merawat klien ketika mereka sakit, tetapi juga memainkan peran penting dalam
pendidikan kesehatan, pencegahan penyakit, dan promosi. Perawat memperhatikan
kebutuhan klien terkait kebersihan, aktivitas, pola makan, lingkungan, perawatan medis,
dan kenyamanan fisik, emosional, dan spiritual.
Penerapan proses keperawatan dalam asuhan keperawatan untuk klien merupakan salah
satu wujud tanggung jawab dan tanggung gugat perawat terhadap klien. Pada akhirnya,
penerapan proses keperawatan ini akan meningkatkan kualitas layanan keperawatan pada
klien. Proses keperawatan adalah suatu metode yang sistematis dan ilmiah yang
digunakan perawat untuk memenuhi kebutuhan klien dalam mencapai atau
mempertahankan keadaan biologis, psikologis, sosial dan spiritual yang optimal, melalui
tahap pengkajian, identifikasi diagnosis keperawatan, penentuan rencana keperawatan,
serta evaluasi tindakan keperawatan.
2. Proses Keperawatan
Proses asuhan keperawatan adalah suatu metode yang sistematis, dinamis, ilmiah, dan
terus-menerus serta berkesinambungan yang digunakan perawat
dalam rangka memenuhi kebutuhan klien dalam mencapai atau mempertahankan keadaan
biologis, psikologis, social dan spiritual yang optimal, dan untuk pemecahan masalah
kesehatan pasien/klien, melalui tahap pengkajian (pengumpulan data, analisis data dan
penentuan masalah), identifikasi diagnosis keperawatan, penentuan rencana keperawatan,
pelaksanaan dan penilaian tindakan keperawatan serta evaluasi tindakan keperawatan.
Proses keperawatan memiliki beberapa sifat yang membedakannya dengan metode lain,
yaitu:
(a) Dinamis, memiliki arti setiap langkah dalam proses keperawatan dapat kita perbaiki
jika situasi yang kita hadapi berubah. hal ini memungkinkan sebab proses
keperawatan diterapkan dengan memerhatikan kebutuhan keperawatan yang unik
yaitu tidak semua klien mempunyai perkembangan yang sama.
(b) Siklus. Proses keperawatan berjalan menurut alur (siklus) tertentu. Alur yakni
pengkajian, penetapan diagnosa,perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Jadi,
sebelum penetapan diagnosa maka dilakukan pengkajian terlebih dahulu, jika hasil
evaluasi menunjukkan bahwa tujuan belum dicapai, tentu kita harus kembali ke tahap
awal proses, yaitu pengkajian, begitu seterusnya.
(c) Saling ketergantungan, artinya masing-masing tahapan pada proses keperawatan
saling bergantung satu sama lain.pengkajian merupakan tahap pertama dalam
proses,diagnosa merupakan kelanjutan dari pengkajian begitupun seterusnya.jika
pengkajian tidak lengkap, maka proses selanjutnya diagnosa akan terhambat.
(d) Fleksibel, artinya urutan pelaksanaan proses keperawatan akan berubah- ubah
sewaktu-waktusesuai dengan situasi dan kondisi klien. Misal, saat klien datang
kerumah sakit dalam keadaan gawat, hal pertama yang kita lakuakan adalah
intervensi keperawatan untuk menolong jiwa pasien. Setelah hasil evaluasi
menunjukkan pengkajian guna mmelengkapi data keperawatan.
Proses keperawatan adalah sebuah metode ilmiah, maka dari itu proses keperawatan
harus mencakup langkah-langkah tertentu. Metode pemecahan masalah secara ilmiah
diawali dengan penemuan masalah. Masalah tersebut
kemudian dianalisis untuk diketahui penyebabnya. Setelah permasalahan yang
sebenarnya terungkap, disusunlah langkah-langkah atau strategi pemecahan masalah
untuk mengatasinya. Dengan demikian upaya intervensi dapat dilanjutkan dengan
evaluasi. Evaluasi sendiri memiliki tujuan untuk menilai keberhasilan intervensi dalam
mengatasi masalah tersebut. Jika berhasil maka proses itu dianggap selesai. Jika
sebaliknya, perlu dilakukan pengkajian ulang untuk mengetahui penyebab kegagalan
tersebut.
Pengkajian
Pengkajian adalah upaya mengumpulkan data secara lengkap dan sistematis untuk dikaji
dan dianalisis sehingga masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi pasien baiki
fisik, mental, sosial maupun spiritual dapat ditentukan. Data dikumpulkan dari klien,
keluarga, orang terdekat, masyarakat, grafik, dan rekam medik. Metode pengumpulan
data yang utama adalah observasi, wawancara, konsultasi, dan pemeriksaan. Pengkajian
meliputi pengumpulan data, analisis data untuk menentukan masalah keperawatan
sehingga terumuskan diagnosis keperawatan.
1) Pengumpulan data
Tujuannya setelah diperoleh data dan informasi mengenai masalah pada klien
sehingga dapat ditentukan tindakan yang harus diambil untuk mengatasi masalah
tersebut baik menyangkut aspek fisik, mental, sosial maupun spiritual serta faktor
lingkungan yang mempengaruhinya.
Jenis data antara lain: a) Data Objektif, yaitu data yang diperoleh melalui suatu
pengukuran, pemeriksaan, dan pengamatan, misalnya; Tanda-tanda vital,
pemeriksaan mata, pemeriksaan status neurologi, pemeriksaan laboratorium dan
radiologi; b) Data subjekif, yaitu data yang diperoleh dari keluhan yang dirasakan
klien secara langsung dengan autoanamnesa, atau dari keluarga pasien/saksi lain
dengan alloanamnesa. Contoh data subjektif misalnya; kepala pusing, nyeri dan mual.
2) Diagnosis keperawatan
Perencanaan
Semua tindakan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien beralih dari status
kesehatan saait ini ke status kesehatan yang diuraikan dalam hasil yang diharapkan.
Intervensi keperawatan adalah preskripsi untuk perilaku spesifik yang diharapkan dari
kloen atau tindankan yang harus dilakukan oleh perawat. Intervensi dilakukan untuk
membantu pasien dalam mencapai hasil yang diharapkan.
Intervensi keperawatan harus spesifik dan dinyatakan dengan jelas. Pengkualifikasian
seperti bagaimana, kapan, dimana, frekuensi, dan besarnya memberikan isi dari aktivitas
yang direncanakan. Intervensi keperawatan dapat dibagi menjadi dua yaitu mandiri yaitu
dilakukan oleh perawat dan kolaboratif yaitu yang dilakukan oleh pemberi perawatan
lainnya.
Implementasi
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah
disusun pada tahap perencanaan. Implementasi adalah tahap melakukan rencana yang
telah di buat pada klien. Adapun kegiatan yang ada dalam tahap Implementasi meliputi:
Pengkajian ulang, memperbaharui data dasar, meninjau dan merevisi rencana asuhan
yang telah dibuat dan melaksanakan Intervensi Keperawatan yang telah direncanakan.
Evaluasi
Evaluasi mengacu kepada penilaian, tahapan, dan perbaikan. Pada tahap ini perawat
menemukan penyebab mengapa suatu proses keperawatan dapat berhasil atau gagal.
Evaluasi adalah menentukan kemajuan pasien terhadap pencapaian hasil yang diharapkan
dan respon pasien terhadap keefektifan intervensi keperawatan. Kemudian mengganti
rencana perawatan yang diperlukan. Evaluasi berfokus pada individu klien dan kelompok
dari klien itu sendiri. Proses evaluasi memerlukan beberapa keterampilan dalam
menetapkan rencana asuhan keperawatan, termasuk pengetahuan mengenai standar
asuhan keperawatan, respon klien yang normal terhadap tindakan keperawatan, dan
pengetahuan konsep teladan dari keperawatan.
Pengertian
Pelayanan Prima di Rumah Sakit adalah pelayanan terbaik yang diberikan oleh karyawan
RS untuk memenuhi/bahkan melampaui harapan pengguna jasa rumah sakit. Dimana
harapan ini ditentukan oleh pengalaman masa lalu terhadap jasa atau produk yang pernah
digunakan, Informasi layanan yang diterima dari berbagai sumber atau janji-janji dan
faktor internal dari pengguna jasa yaitu dari pengguna jasa rumah sakit sendiri.
Unsur unsur melayani prima yaitu (1). Kesederhanaan, (2). Kejelasan dan Kepastian, (3).
Keamanan, (4). Keterbukaan, (5) Efisien, (6). Ekonomis, (7). Keadilan yang merata, (8).
Ketepatan waktu.
1. Kemampuan (Ability)
2. Sikap (Attitude)
Meliputi melayani pelanggan dengan berfikir positip sehat dan logis dan melayani
pelanggan dengan sikap selalu menghargai
3. Penampilan (Appearance)
Penampilan (appearance) adalah penampilan seseorang, baik yang bersifat fisik saja
maupun non fisik, yang mampu merefleksikan kepercayaan diri dan kredibilitas dari
pihak lain.
4. Perhatian (Attention)
Pehatian (attention) adalah kepedulian penuh terhadap pelanggan baik yang berkaitan
dengan perhatian akan kebutuhan dan keinginan pelanggan maupun pemahaman atas
saran dan kritiknya. Meliputi mengamati dan menghargai kepada para pelanggannya
an mencurahkan perhatian penuh kepada para pelanggan.
5. Tindakan (Action)
Tindakan (action) adalah berbagai kegiatan nyata yang harus di lakukan dalam
memberikan layanan kepada pelanggan. Meliputi mencatat kebutuhan pelayanan,
menegaskan kembali kebutuhan pelayanan, mewujudkan kebutuhan pelanggan,
menyatakan terima kasih dengan harapan pelanggan masih mau kembali setia untuk
memanfaatkan pelayanan.
6. Tanggung jawab (Accounttability)
1. Jumlah Petugas
Jumlah petugas merupakan salah satu aspek yang menunjang pelayanan kepada
pasien di rumah sakit. Keadaan petugas yang kurang menyebabkan penyelenggaraan
pelayanan dilaksanakan tidak maksimal dan kurang memenuhi kepuasan pasien atas
pelayanan yang diberikan. Selain itu, petugas sendiri akan mengalami kewalahan
dalam menjalankan tugasnya yang pada nantinya akan menurunkan tingkat
kemampuan kerja yang diberikan petugas kepada pasien di rumah sakit.
Fasilitas merupakan sarana bantu bagi instansi dan tenaga kesehatan dalam
menyelenggarakan pelayanan kepada pasien di rumah sakit. Keadaan fasilitas yang
memadai akan membantu terhadap penyelenggaraan pelayanan kepada pasien.
Pelayanan juga perlu dilihat sebagai sebuah system lunak (soft system), yaitu sebuah
tatanan yang mempertemukan manusia yang Satu dengan yang lain. Pertemuan itu
tentu melibatkan sentuhan-sentuhan emosi, perasaan, harapan, keinginan, harga diri,
nilai, sikap dan perilaku. Agar kita dapat merebut hati konsumen, proses pelayanan
sebagai “soft system” harus berjalan efektif, artinya mampu mengungkit munculnya
kebanggaan pada diri petugas dan membentuk citra positif di mata pelanggan.
Ketika melayani, kita harus memberikannya secara tulus. Jangan melayani karena ada
motif-motif tertentu. Memperoleh keuntungan materi, biar lebih dikenal orang atau
keinginan menonjolkan diri. Jadi, ketika ada orang yang sedang membutuhkan
sesuatu, kita berusaha melayani orang tersebut dengan penuh keikhlasan sebisa kita,
bukan semau kita.
Pelayanan yang baik diberikan untuk semua orang tanpa memandang tingkat
ekonomi, jabatan, suku, agama atau jenis kelamin. Kita juga diharapkan tidak pilih-
pilih terhadap pelayanan yang kita lakukan. Meski pelayanan itu bukan yang disukai
tetapi kita tetap mengerjakannya dengan senang hati. Melayani berarti memberikan
sesuatu bukan mendapatkan sesuatu. Jangan pernah berpikir, kita akan mendapat apa
dari pelayanan yang kita berikan lebih-lebih berharap keuntungan. Sebab jika
demikian yang terjadi, kita hanyalah pedagang, yang selalu menghitung untung dan
rugi.
Perbaikan Berkelanjutan
Konsumen juga pada hakikatnya belajar mengenali kebutuhan dirinya dari proses
pelayanan petugas Rumah Sakit. Berdasarkan catatan petugas Rumah Sakit, semakin
baik mutu pelayanan yang diberikan, kadang-kadang akan menghasilkan konsumen
yang semakin sulit untuk dipuaskan, karena tuntutannya yang semakin tinggi dan
meluas.
Memberdayakan Pelanggan
Memberdayakan pelanggan berarti menawarkan jenis-jenis layanan yang dapat
digunakan sebagai sumber daya atau perangkat tambahan oleh pelanggan untuk
menyelesaikan persoalan hidupnya sehari-hari. Ketiga jenis pelayanan diatas
memiliki peran yang sama penting dalam menciptakan citra keprimaan dari seluruh
rangkaian proses pelayanan.
Para petugas Rumah Sakit semuanya sudah memahami bahwa memuaskan pelanggan
memang tidak mudah, dan untuk merebut hati pelanggan perlu melakukan
pengembangan dengan menambah beberapa jenis layanan baru yang lebih menarik.
Hanya saja pengembangan itu perlu terencana dengan baik agar diperoleh hasil yang
optimum. Pelayanan memiliki tingkat-tingkat prioritas pengembangan sebagai
berikut:
Perilaku Pelayanan Prima di Rumah Sakit
1. Seorang perawat sedang melatih ROM pasif pasien dengan melakukan Gerakan
memiringkan telapak kaki ke arah dalam tubuh pasien. Dalam istilah arah Gerakan
anatomi gerakan tersebut adalah
a. Rotasi
b. Eversi
c. Inversi
d. Supinasi
e. Pronasi
2. Dalam memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi dalam tubuh, jantung melakukan
pemompaan darah. Adapaun Urutan perjalanan peredaran darah besar atau sirkulasi
sistemik yaitu...
a. Ventrikel kanan – arteri pulmonalis –paru – vena pulmonalis – Atrium kiri.
b. Atrium kiri – vena pulmonalis – paru – vena cava superior – ventrikel kiri.
c. Ventrikel kiri – aorta – arteri – pembuluh kapiler – vena cava superior
dan vena cava inferior – atrium kanan.
d. Atrium kanan – arteri pulmonalis – paru – vena cava superior – ventrikel kiri
e. Ventrikel kiri – aorta – arteri coroner – kapiler – vena coroner – atrium kanan
3. Organ/kelenjar yang berperan dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh,
terutama haemoglobin (Hb) yang berasal dari penghancuran sel darah merah dan
kelebihan kolesterol adalah…
a. Parotis
b. Kandung empedu
c. Kelenjar esofagus
d. Pankreas
e. Ginjal
4. kemampuan atau perubahan perilaku dari subjek belajar. Merupakan tahapan dari
a. Input
b. Output
c. Proses
d. Input & proses
e. Input & output
5. Seorang laki-laki berusia 54 tahun dating ke IRD RS X dengan keluhan nyeri dada.
Untuk melengkapi rekam medik pasien tersebut melakukan anamnesa dan
pemeriksaan fisik. Apakah jenis data yang diperoleh perawat dari hasil anamnesa
kepada pasien tersebut?
a. Data subjektif
b. Data objektif
c. Data focus
d. Data penunjang
e. Data aktual
6. Seorang Laki – laki berusia 50 tahun mengeluh muntah, sesak, dan sulit tidur.
Apakah jenis jenis diagnosis keperawatan pada pasien tersebut?
a. Diagnosis actual
b. Diagnosis risiko
c. Diagnosis potensial
d. Diagnosis kemungkinan
e. Diagnosis promosi kesehatan
7. Masalah belum teratasi, teratasi sebagian, muncul masalah baru, teratasi. Dari
pernyataan di atas termasuk pada evaluasi di
a. Subjektif
b. Objektif
c. Planning
d. Assessment
e. Intervensi
8. Pedoman Penulisan Outcomes menggunakan metode SMART
a. Spesifik, means, akurat, terencana, time
b. Specific, Measurable, Achievable, Reasonable, Time
c. Subjective, Measurable, assessment, Reasonable, Time
d. Subjective, Measurable, Achievable, Reasonable, Time
e. Specific, Measurable, Assessment, Reassessment, Time
E. Rangkuman
Sumber:
● Modul Pendidikan Profesi Guru. Modul 3 Kebutuhan Dasar Manusia. Penulis: Zahid
Fikri, S,Kep., Ns., M. Kep. (2019)
● Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan. Kebutuhan Dasar Manusia I. Penulis: Kasiati
dan Ni Wayan Dwi Rosmalawati. (2016)
● Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan. Kebutuhan Dasar Manusia II. Penulis: Addi
Mardi Harnanto, MN dan Sunarsih Rahayu, S.Kep., Ns., M.Kep. (2016)
A. Kompetensi
Modul belajar mandiri Pembelajaran 3 tentang kebutuhan dasar manusia (KDM) ini
mempelajari tentang konsep KDM, gangguan pemenuhan KDM, pemenuhan kebutuhan
nutrisi dan eliminasi, serta pemenuhan kebutuhan mobilisasi dan istirahat tidur.
Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia dalam
mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologis, yang bertujuan untuk
mempertahankan kehidupan dan Kesehatan. Keadaan seimbang fisiologis dan psikologis
itulah yang akan kita capai dalam membantu memenuhi kebutuhan klien yang kita asuh.
Untuk itu teman-teman kami ajak untuk bersama-sama belajar tentang konsep kebutuhan
dasar manusia
Setelah mempelajari keseluruhan materi pada pembelajaran ini, Anda diharapkan dapat
Menganalisis prinsip Kebutuhan Dasar Manusia dan aplikasinya dalam keperawatan.
Keperawatan | 107
B. Indikator Pencapaian Kompetensi
Untuk mencapai kompetensi mampu menganalisis konsep dan prinsip Komunikasi
Keperawatan dan aplikasinya dalam keperawatan, maka indikator pencapaian
kompetensinya adalah:
C. Uraian Materi
Kebutuhan dasar manusia adalah segala sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia untuk
mempertahankan keseimbangan kondisi fisiologis dan psikologis, yang bertujuan untuk
mempertahankan kehidupan dan kesehatan (Kasiati & Rosmalawati, 2016). Ada juga
yang menyebutkan bahwa kebutuhan dasar manusia adalah keadaan dimana manusia
membutuhkan makanan dan minuman panas atau dingin, memiliki pendapatan yang
cukup untuk kebutuhan sehari – hari, dan tempat tinggal (perumahan) yang memadai
(McLeod, 2012). Jadi secara definisi, maka kebutuhan dasar manusia harus dipenuhi
untuk mempertahankan proses kehidupan manusia. Kebutuhan dasar manusia tentu
mempunyai urutan atau prioritas yang harus dipenuhi terlebih dahulu. Pemenuhan
kebutuhan dasar manusia mengandung beberapa unsur atau komponen.
Gambar 29. Piramida Kebutuhan Dasar Manusia Abraham Maslow (Cherry, 2019)
a. Kebutuhan fisiologis
Kebutuhan dasar fisiologis merujuk pada kebutuhan fisik dasar, seperti minum saat haus
atau makan ketika lapar. Menurut Maslow, beberapa kebutuhan ini melibatkan upaya
manusia untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan homeostasis; yaitu, mempertahankan
level yang konsisten dalam sistem tubuh yang berbeda (misalnya, mempertahankan suhu
tubuh 36,5 – 37,5 derajat). Maslow menganggap kebutuhan fisiologis sebagai kebutuhan
manusia yang paling esensial.
Keperawatan | 109
Maslow, kebutuhan berikutnya dalam hierarki melibatkan perasaan dicintai dan diterima.
Kebutuhan ini mencakup hubungan romantis serta ikatan dengan teman dan anggota
keluarga.
Kebutuhan Nutrisi
Nutrisi adalah proses di mana tubuh memetabolisme dan memanfaatkan nutrisi. Nutrisi
diklasifikasikan sebagai nutrisi energi, nutrisi organik, dan nutrisi anorganik; lihat
tampilan terlampir pada kelas nutrisi. Energi nutrisi melepaskan energi untuk
pemeliharaan homeostasis. Nutrisi organik membangun dan memelihara jaringan tubuh
dan mengatur proses tubuh. Nutrisi anorganik menyediakan media untuk reaksi kimia,
bahan transportasi, mempertahankan suhu tubuh, meningkatkan pembentukan tulang, dan
melakukan impuls saraf.
Di dalam tubuh, pada dasarnya semua karbohidrat diubah menjadi glukosa sebelum
mereka mencapai sel, protein diubah menjadi asam amino, dan lemak diubah menjadi
asam lemak. Nutrisi ini dicerna, diserap oleh darah atau sistem
limfatik, dan diangkut ke sel-sel tubuh. Di dalam mitokondria sel, nutrisi bereaksi secara
kimia dengan oksigen dan berbagai enzim untuk menghasilkan energi.
Rekomendasi Diet
Pengkajian Nutrisi
Sasaran dari penilaian keperawatan adalah untuk mengumpulkan data subjektif dan
objektif mengenai status gizi klien dan untuk menentukan jenis dukungan nutrisi yang
diperlukan.
Pengukuran Antropometri
Pengukuran antropometri (pengukuran ukuran, berat, dan proporsi tubuh) mengevaluasi
keseimbangan pengeluaran energi kalori, massa otot, lemak tubuh, dan cadangan protein
klien berdasarkan tinggi, berat badan, lipatan kulit, dan lingkar batang dan lingkar
pinggang. Indeks massa tubuh (IMT) menentukan apakah berat badan seseorang sesuai
untuk tinggi badan dan dihitung menggunakan rumus sederhana
Misalnya, seseorang yang memiliki berat 65 kg dan tinggi 1,6 m akan memiliki BMI= 65/
(1,6)2 hasilnya adalah 25,4. Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit, BMI
sehat untuk orang dewasa adalah antara 18,5 dan 24,9. Rentang spesifik telah ditetapkan
sebagai berikut: kurus berat badan — BMI kurang dari 18,5; kelebihan berat badan —
BMI 25 hingga 29; obesitas — BMI 30 atau lebih. Tabel tinggi dan berat badan tersedia
di sebagian besar pengaturan perawatan kesehatan.
1) Untuk mengukur lipatan trisep, cari titik tengah lengan atas. Pegang kulit di bagian
belakang lengan atas, tempatkan kaliper 1 cm di bawah jari dan ukur ketebalan ke
milimeter terdekat.
Gambar 31. skinfold pada lengan
2) Untuk pengukuran skinfold subscapular, pegang kulit di bawah skapula dengan tiga
jari, sudut lipatan sekitar 450 lateral ke scapula, tempatkan caliper 1 cm di atas jari,
dan baca pengukuran.
Lingkar lengan
Pengukuran lingkar lengan berfungsi sebagai indeks untuk massa otot skelet dan
cadangan protein. Instruksikan klien untuk rileks dan lentur lengan bawah; dengan pita
pengukur mengukur keliling pada titik tengah lengan.
Kebutuhan Eliminasi
Pengertian eliminasi
Eliminasi berarti proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupa urin atau bowel
(feses). Sistem saluran kemih menyaring dan mengeluarkan urin dari tubuh, untuk
menjaga keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam-basa. Proses pengeluaran atau
pembuangan urin dinamakan berkemih atau miksi atau buang air kecil/BAK, sedangkan
proses pengeluaran sisa pencernaan makanan disebut defekasi (buang air besar/BAB).
Pola eliminasi sangat penting untuk menjaga kesehatan dan keseimbangan sistem dalam
tubuh. Sistem saluran kemih dan gastrointestinal (GI= pencernaan) bersama-sama
mengeksresi atau mengeluarkan untuk membuang limbah tubuh sebagai sisa proses
metabolisme.
Eliminasi Urin
Definisi
Eliminasi atau pembuangan urine adalah suatu proses pengeluaran atau pembuangan sisa-
sisa metabolisme yang berupa cairan dan zat-zat terlarut lainnya melalui saluran
perkemihan. Atau juga definisi lain dari Eliminasi atau pembuangan urine adalah proses
pengosongan kandung kemih bila kandung kemih terisi. Eliminasi urine merupakan
kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi namun sering dianggap tidak penting oleh
kebanyakan orang.
Apabila sistem perkemihan tidak berfungsi dengan baik, maka dapat menyebabkan
gangguan terhadap sistem organ lainnya. Seseorang yang mengalami perubahan eliminasi
dapat menderita secara fisik dan psikologis. Oleh karenanya Anda sebagai seorang
perawat harus memahami dan menunjukkan sikap peka terhadap kebutuhan klien akan
eliminari urine, serta memahami penyebab terjadinya masalah dan berusaha memberikan
bantuan untuk penyelesaian masalah yang bisa diterima dan sesuai dengan konsep teori
yang benar.
Eliminasi Fekal
Proses eliminasi fekal normal sebenarnya tidak bisa dipahami secara lengkap, dimana
proses ini tergantung pada konsistensi feses (bahan feses), motilitas usus, kepatuhan dan
kontraktilitas rektum, serta fungsi sfingter anal.
1) Usia atau tingkat perkembangan klien akan memengaruhi kontrol pola saluran kemih
dan usus.
2) Diet, Asupan cairan dan serat yang cukup merupakan faktor penting untuk kesehatan
kencing dan usus klien. Asupan cairan yang tidak memadai adalah penyebab utama
konstipasi, seperti menelan makanan sembelit seperti produk susu tertentu.
3) Aktivitas, aktivitas meningkatkan tonus otot, yang memperkuat otot kandung kemih
dan sfingter yang lebih baik. Peristaltik juga dibantu oleh aktivitas, sehingga
mendukung pola eliminasi usus yang sehat.
4) Obat-obatan, Obat-obatan dapat berdampak pada kesehatan dan pola eliminasi klien
dan harus dinilai selama wawancara riwayat kesehatan.
Masalah-Masalah Eliminasi
Masalah atau keluhan yang terjadi pada pasien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan
eliminasi secara umum masalah yang terjadi adalah:
1) Tidak bisa berkemih, karena terjadinya penumpukan urine dalam bladder dan
ketidakmampuan untuk mengosongkannya, misalnya adalah retensi urine. Retensi
urin adalah terjadinya penumpukan urine di kandung kemih, sehingga menyebabkan
terjadinya distensi disebabkan karena jumlah urine yang terdapat dalam kandung
kemih melebihi 400 ml, dimana jumlah normalnya adalah 250 - 400 ml. Retensi urin
bisa disebabkan oleh dua kondisi: obstruksi saluran kemih dan kelemahan otot
detrusor. Untuk penatalaksanaan retensi urine ini dengan kateterisasi.
2) Tidak bisa defekasi, yaitu ketidakmampuan seseorang dalam mengosongkan kolon.
Yaitu konstipasi dan Fecal Impaction.
a) Konstipasi adalah BAB jarang dan sulit karena feses keras atau kering saat
melewati usus besar dan disertai upaya mengedan saat BAB.
b) Fecal impaction atau impaksi fekal adalah massa yang keras di rektum akibat
retensi dan akumulasi feses yang berkepanjangan.
e) Sakit atau nyeri ketika berkemih, disebut dysuria. Adalah rasa sakit atau tidak
nyaman saat BAK. Bisa disebabkan karena antara lain: infeksi saluran kemih,
trauma, dan striktur uretra.
1) Manajemen Inkontinensia
a) Mengajarkan klien untuk menahan buang air kecil sampai waktu dan
tempat yang tepat.
b) Selain itu beberapa latihan penguatan otot-otot panggul dan otot abdominal juga
dianjurkan seperti senam kegel, latihan pernafasan perut, dan lainnya.
2) Katerisasi
Pemenuhan kebutuhan eliminasi alvi di atas tempat tidur dengan penggunaan pispot
diatas tempat tidur pada pasien yang tidak mampu melakukannya secara mandiri.
4) Melakukan huknah rendah, huknah tinggi, pemberian gliserin per rektal, evakuasi
feses manual untuk mengatasi atau membantu eliminasi pada konstipasi dan fekal
impaction.
a) Pada klien konstipasi diberikan obat pencahar gologan laksatif untuk membantu
mengatasi masalah konstipasi dan melancarkan buang air besar. Obat pencahar
laksatif memiliki mekanisme kerja sesuai dengan jenisnya.
b) Pada klien diare. Pemberian obat yang bertujuan untuk menghentikan diare.
3.3 Pemenuhan Kebutuhan Mobilisasi dan Istirahat-Tidur
Mobilitas mengacu pada kemampuan untuk terlibat dalam aktivitas dan gerakan bebas
yang meliputi berjalan, berlari, duduk, berdiri, mengangkat, mendorong, menarik, dan
melakukan aktivitas sehari-hari (Activities of Daily Living= ADL) Mobilitas sering
dipertimbangkan indikator status kesehatan karena mempengaruhi fungsi yang tepat dari
banyak sistem tubuh, khususnya sistem pernapasan, gastrointestinal, dan saluran kencing.
Mobilitas meningkatkan tonus otot, meningkatkan tingkat energi, dan berhubungan
dengan manfaat psikologis seperti kebebasan dan kebebasan.
Sedangkan pengertian tidur adalah mengacu pada keadaan kesadaran yang berubah
dimana seorang individu mengalami aktivitas fisik minimal dan memperlambat proses
fisiologis tubuh secara umum Tidur umumnya terjadi dalam siklus periodik dan biasanya
berlangsung selama beberapa jam setiap kali; gangguan dalam rutinitas tidur yang biasa
dapat mengganggu klien dan kemungkinan besar akan mengganggu tidur lebih lanjut.
Sebagai fungsi restoratif (perbaikan), tidur diperlukan untuk penyembuhan fisiologis dan
psikologis (Yogisutanti, 2015). Penting bagi klien, orang-orang yang dekat dengan
mereka, dan penyedia layanan kesehatan untuk memahami siklus tidur-bangun yang
normal dan bagaimana tidur memengaruhi suasana hati dan penyembuhan .
Mobilisasi
1) Body Alignment
Keselarasan tubuh yang kita rasakan, mengacu pada posisi bagian tubuh yang
berhubungan antara satu dengan yang lainnya. Keselarasan tubuh yang tepat (juga disebut
postur) dapat menghasilkan keseimbangan. Ketika tubuh berada dalam postur yang baik,
maka pusat gravitasi (titik pusat massa suatu benda) didistribusikan secara merata di atas
titik-titik pondasi. Postur yang baik meningkatkan keseimbangan, mengurangi
ketegangan dan cedera pada bagian tubuh lainnya, dapat memfasilitasi upaya bernapas,
meningkatkan proses
pencernaan, dan membuat rasa percaya diri meningkat Posisi berdiri yang tepat ditandai
dengan hal-hal berikut:
Mobilisasi juga tidak terjadi begitu saja, tetapi merupakan sebuah proses terjadinya
mobilisasi. Mobilitas diatur oleh upaya terkoordinasi dari sistem muskuloskeletal dan
neurologis. Fungsi utama dari sistem muskuloskeletal adalah untuk menjaga kesejajaran
tubuh dan untuk memfasilitasi mobilitas. Sistem muskuloskeletal terdiri dari kerangka
tulang, otot, sendi, tendon, ligamen, bursae, dan tulang rawan (Lewandowski et al., 2015).
Organ penting dalam mendukung mobilisasi adalah sebagai berikut:
Otot bertindak berpasangan untuk melakukan pekerjaan. Satu otot dari pasangan
menghasilkan gerakan dalam satu arah. Otot lain dari pasangan menghasilkan
gerakan ke arah yang berlawanan. Ketika satu otot dari pasangan berkontraksi, maka
yang lainya rileks. Tindakan kontraksi dan relaksasi yang berlawanan memungkinkan
gerak. Posisi tendon pada tulang dan artikulasi tulang memungkinkan jenis gerakan
seperti fleksi, ekstensi, circumduction, dan rotasi. Otot-otot yang menjaga keselarasan
tubuh bekerja sama untuk menstabilkan bagian-bagian tubuh di sekitarnya dan untuk
mendukung berat badan. Postur dipertahankan terutama oleh otot-otot di belakang, leher,
tulang belakang, dan ekstremitas bawah (Snell, 2012).
(c) Propriosepsi
Propriosepsi adalah kesadaran postur, gerakan, dan perubahan keseimbangan dan
pengetahuan tentang posisi, berat, dan resistensi benda dalam kaitannya dengan tubuh.
Ujung saraf pada otot, tendon, dan sendi (proprioceptors) secara terus menerus
memberikan input ke otak, untuk selanjutnya akan mengatur kelancaran koordinasi
gerakan yang sifatnya tak terkendali.
a) Dengan latihan, maka akan menstimulus seseorang untuk menjadi lebih aktif bila
dibandingkan sebelumnya.
b) Aktivitas fisik tidak perlu berat untuk mencapai manfaat kesehatan.
c) Manfaat kesehatan yang lebih besar dapat dicapai dengan meningkatkan jumlah
(durasi, frekuensi, atau intensitas) dari aktivitas fisik.
3) Latihan Range-of-Motion
Aktivitas range-of-motion (ROM) aktif yang dilakukan secara mandiri, disebut latihan
ROM aktif, dimana klien menggerakkan berbagai kelompok otot. Sedangkan latihan
ROM pasif dilakukan oleh oleh orang lain dan bertujuan untuk membantu
mempertahankan atau mengembalikan mobilitas klien dengan mencapai beberapa hasil
(Mohr et al., 2014).
Mobilitas dan tingkat aktivitas dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, termasuk status
kesehatan secara keseluruhan, tahap perkembangan, lingkungan, sikap, keyakinan, dan
gaya hidup.
a. Status kesehatan
Status kesehatan umum seseorang akan mempengaruhi keinginan untuk latihan dan
aktivitas. Kondisi yang ditunjukkan dari salah satu sistem tubuh dapat mempengaruhi
mobilitas individu yang dipengaruhi oleh kurangnya aktivitas. Aktivitas fisik juga akan
mempengaruhi mobilitas dan stamina. Faktor fisik yang mengganggu mobilitas atau
olahraga termasuk kelelahan, kram otot, sesak napas, defisit neuromuskular atau
perseptual, dan nyeri dada.
b. Tahap perkembangan
c. Lingkungan
Faktor-faktor yang berpengaruh terkait dengan latihan adalah sikap dan keyakinan
seseorang, yang sangat dipengaruhi oleh budaya dan keluarga. Kegiatan rekreasi
memberikan petunjuk kepada sistem nilai orang tersebut. Individu yang melakukan
hiking, bersepeda, atau berenang untuk rekreasi adalah gaya hidup aktif. Di sisi lain,
individu yang menganggap bekerja sebagai bidang kehidupan yang dominan dapat
memandang olahraga sebagai “buang-buang waktu.” Apakah orang itu pergi ke mana saja
di dalam mobil, atau sedang berjalan sebagai bagian dari transportasi normal?
e. Gaya hidup
Gaya hidup yang berubah akan mempengaruhi aktivitas fisik dan kesehatan. Gaya hidup
mengakibatkan hilangnya kekuatan otot, penurunan daya tahan tubuh, tidak memadainya
fungsi jantung-paru, dan obesitas. Gaya hidup yang tidak aktif dapat menyebabkan atrofi
otot, tulang yang lemah, dan kurangnya motivasi dan energi untuk terlibat dalam aktivitas
fisik. Individu dengan latihan berikan dampak pada penggunaan energy dan berdampak
pada kesehatan nya lebih baik..
Istirahat dan tidur
Ada sebuah siklus dimana antara siklus terjaga dan tidur dikendalikan oleh pusat di otak
dan dipengaruhi oleh rutinitas dan faktor lingkungan. Jam biologis individu juga
membantu menentukan siklus spesifik yang akan diikuti oleh kondisi terjaga dan tidur.
Tahapan tidur
Diklasifikasikan dalam dua kategori: non-rapid eye movement (NREM) dan rapid eye
movement (REM) sleep.
1) Tidur NREM
Dengan terjadinya tidur, denyut jantung dan laju pernapasan sedikit lambat dan tetap
teratur. Fase tidur pertama ini disebut sebagai gerakan mata non-cepat, atau NREM,
tidur. Tidur NREM terdiri dari empat tahap yang berbeda. Saat klien memasuki tahap
1 tidur, ada perlambatan umum frekuensi EEG tetapi penampakan gelombang yang
tidak teratur dan rapat; mata cenderung bergeser perlahan dari sisi ke sisi, dan
ketegangan otot tetap tidak ada kecuali di wajah dan otot leher. Pada klien dewasa
dengan pola tidur normal, tidur tahap 1 biasanya berlangsung hanya 10 menit atau
lebih.
Tahap 1 tidur NREM adalah kualitas yang sangat rendah, yang berarti bahwa selama
tahap ini tidur dapat dengan mudah dibangunkan. Tidur tahap 2 masih cukup terang,
dengan semakin melambatnya pola EEG dan hilangnya gerakan mata yang lambat.
Lima puluh persen dari tidur orang dewasa normal mungkin dihabiskan di tahap 2.
Setelah 20 menit awal atau lebih dari tidur tahap 2, bentuk tidur yang mendalam yang
disebut tahap 3 sampai 4 dimasukkan. Tahap tidur 3 dan tahap 4 sering dibahas
bersama karena kesulitan mengidentifikasi dan memisahkan keduanya. Tahap 3
mengacu pada tidur menengah-mendalam, dan tahap 4 menandakan tidur terdalam.
Selama tahap-tahap ini, semua sel-sel otak kortikal tampak tertuju pada saat yang
bersamaan, menghasilkan gelombang besar yang lambat pada EEG. Ketika terbangun
dari tahap 3 sampai 4 tidur, orang dewasa dapat membutuhkan waktu 15 detik atau
lebih untuk menjadi terjaga sepenuhnya.
Kesulitan dalam kondisi terjaga ini bahkan lebih terasa pada anak-anak. Stadium
tidur 3 hingga 4 adalah tempat tidur nyenyak, sleep talking (ngelindur/ mengigau),
enuresis, dan teror malam terjadi. Tahap tidur 3 hingga 4 dirasakan memiliki nilai
restoratif (pemulihan), diperlukan untuk pemulihan fisik. Setelah studi tentang
kurangnya pemenuhan kebutuhan tidur, tahap tidur 3-4 adalah yang pertama untuk
kembali. Mayoritas hormon pertumbuhan disekresikan di malam hari, memuncak
selama tahap 3 sampai 4 tidur dekat awal periode tidur. Hormon pertumbuhan
diperlukan tidak hanya untuk pertumbuhan tetapi juga untuk perbaikan jaringan
normal pada klien dari segala usia. Tahap tidur 3 hingga 4 terhitung membutuhkan
waktu sekitar 25% dari tidur anak-anak, sedikit menurun di usia dewasa muda,
kemudian secara bertahap menurun di usia menengah dan mungkin tidak ada pada
klien lansia.
2) Tidur REM
Setelah 90 menit pertama tidur NREM pada orang dewasa, klien memasuki gerakan
mata cepat, atau tidur REM. Pola EEG menyerupai kondisi terjaga; ada gerakan mata
yang relatif cepat; denyut jantung dan laju pernapasan tidak teratur dan seringkali
lebih tinggi daripada saat bangun, dan otot-otot, termasuk wajah dan leher, lembek,
meninggalkan tubuh yang tidak bisa bergerak. Mimpi terjadi 80% waktu klien dalam
tidur REM. Tidak seperti tidur tahap 3 sampai 4, yang paling banyak terjadi selama
periode awal periode tidur, periode tidur REM menjadi lebih lama ketika malam
berlangsung dan individu menjadi lebih beristirahat. Orang dewasa biasanya memiliki
4-6 jam waktu tidur REM sepanjang malam, terhitung 20% hingga 25% dari tidur.
Tidur REM mencapai 50% dari tidur pada bayi baru lahir, kemudian secara bertahap
menurun menjadi 20% hingga 25% dari tidur pada anak usia dini dan tetap cukup
konstan sepanjang sisa masa hidup.
Siklus Tidur
Siklus tidur mengacu pada urutan tidur yang dimulai dengan empat tahap tidur NREM
secara berurutan, dengan kembali ke tahap 3, kemudian 2, lalu beralih ke tahap REM
pertama. Durasi siklus tidur umumnya antara 70 dan 90 menit, dan tipikal tidur akan
melewati empat hingga enam siklus tidur selama periode tidur rata-rata 7 hingga 8 jam.
Panjang periode tidur NREM dan REM akan berubah
seiring dengan berlangsungnya periode tidur secara keseluruhan dan orang menjadi lebih
santai dan kembali bersemangat. Kebutuhan tidur untuk 3 sampai 4 lebih sedikit dan lebih
banyak kebutuhan untuk tidur REM saat periode tidur berlangsung, dan mimpi selama
fase REM tidur nanti mungkin menjadi lebih jelas dan intens. Jika siklus tidur rusak pada
titik mana pun, siklus tidur baru akan mulai, dimulai lagi di tahap 1 tidur NREM dan
maju melalui semua tahapan untuk tidur REM.
b) Lingkungan Hidup
Faktor lingkungan dapat meningkatkan atau mengganggu tidur. Pencahayaan, suhu,
bau, ventilasi, dan tingkat kebisingan semua dapat mengganggu proses tidur ketika
mereka berbeda dari norma lingkungan tidur klien yang normal.
c) Diet
Jenis makanan yang dikonsumsi berdampak pada kuantitas tidur yang berkualitas.
Makanan tinggi kafein, seperti kopi, cola, dan coklat, berfungsi sebagai stimulan dan
sering mengganggu siklus tidur normal. Selain itu, mengonsumsi makanan besar,
berat, atau pedas sebelum tidur dapat menyebabkan gangguan pencernaan, yang
kemungkinan akan mengganggu tidur. Sebaliknya, pergi tidur ketika lapar juga dapat
menyebabkan masalah tidur karena individu mungkin sibuk dengan makanan dan rasa
lapar bukannya berkonsentrasi saat tidur.
e) Norma Budaya
Ekspektasi budaya dan masyarakat juga mempengaruhi tidur. Sebagian orang
menganggap tidur sebagai kemewahan untuk dinikmati ketika mereka tidak terlalu
sibuk dengan kegiatan "penting". Orang lain memandang tidur sebagai kebutuhan
mutlak. Jumlah tidur yang dianggap perlu oleh seseorang sebagian ditentukan oleh
sikap keluarga dan budaya.
Pengaruh Immobilitas
Bila tidak melakukan mobilisasi, aktivitas maka akan mempengaruhi berbagai sistem
tubuh. Beberapa masalah pada bagian tubuh yang dapat muncul adalah seperti berikut:
Status mental, mobilitas, dan aktivitas dapat meningkatkan tingkat energi dan rasa
nyaman seseorang. Aktivitas dan latihan adalah sarana yang sangat baik untuk meredakan
ketegangan dan mengurangi stres, yang berdampak pola tidur yang lebih baik dan
meningkatkan rasa nyaman.
b. Efek Kardiovaskular
Sistem kardiovaskular menuai banyak manfaat dari mobilitas dan olahraga. Jantung
menjadi lebih efisien karena menyesuaikan dengan kebutuhan oksigen yang meningkat,
dan output jantung meningkat. Otot jantung yang sehat menyebabkan penurunan denyut
jantung dan penurunan istirahat tekanan darah, yang berarti bahwa jantung tidak harus
bekerja keras pada individu yang berolahraga secara teratur seperti halnya pada individu
yang menjalani gaya hidup yang tidak aktif. Aktivitas meningkatkan suplai oksigen ke
jantung dan otot dan dengan demikian bermanfaat bagi kesehatan secara keseluruhan.
c. Efek pernapasan
Respons sistem pernapasan terhadap aktivitas dan mobilitas adalah peningkatan asupan
oksigen, yang menghasilkan peningkatan kapasitas pernafasan keseluruhan dan
berkurangnya kerja pernapasan. Efek oksigenasi pada jaringan ditingkatkan dan
pengumpulan sekresi pada bronkiolus kurang mungkin.
d. Efek muskuloskeletal
Respon muskuloskeletal terhadap aktivitas sangat banyak, termasuk otot yang lebih kuat
dan lebih baik, lebih kuat tulang, dan peningkatan mobilitas dan berbagai gerakan sendi.
Latihan dapat meningkatkan daya tahan dan toleransi dari kelompok otot. Latihan
menahan beban seperti berjalan (bukan berenang) adalah hal yang khusus bermanfaat
dalam mencegah osteoporosis, atau kehilangan kekuatan dan mineral di tulang.
e. Efek Pencernaan
Efek pencernaan terhadap aktivitas termasuk peningkatan nafsu makan dan kehausan,
yang menunjukkan bahwa laju tubuh pengolahan asupan gizi meningkat. Kehilangan
nafsu makan umumnya terkait dengan kurangnya aktivitas, keseimbangan nitrogen
negatif, dan eliminasi yang diubah pola. Keseimbangan nitrogen negatif terjadi ketika
output nitrogen melebihi asupan nitrogen. Penyebab keseimbangan nitrogen negatif
termasuk peningkatan kebutuhan protein dalam situasi kerusakan jaringan yang luas,
seperti setelah operasi, dan memperpanjang imobilitas. Periode imobilitas yang
diperpanjang menyebabkan atrofi otot atau pengecilan otot; dengan demikian ada
kebutuhan untuk protein ekstra asupan untuk menyediakan perbaikan otot.
f. Efek Eliminasi
Pola eliminasi difasilitasi oleh mobilitas dalam retensi limbah yang biasanya dicegah dan
risiko sembelit dikurangi atau dihindari. Otot menjadi lebih kuat dan lebih efisien,
sehingga meningkatkan efisiensi eliminasi keseluruhan. Konstipasi dan impaksi tinja
adalah komplikasi yang sering terjadi akibat imobilitas. Variabel yang berkontribusi
untuk masalah eliminasi adalah: 1) Kurangnya aktivitas, yang
menurunkan gerak peristaltik; 2) Kurangnya privasi; 3) Ketidakmampuan untuk duduk
tegak; 4) Diet yang tidak benar; 5) Asupan cairan yang tidak memadai; dan
6) Penggunaan beberapa obat, terutama narkotika.
Urin stasis dan infeksi saluran kencing berhubungan dengan posisi berbaring dari orang
yang tidak bergerak. Penurunan peristaltik ureter menyebabkan stasis urin, yang
merupakan etiologi batu saluran kemih (batu) dan infeksi. Distensi kandung kemih terjadi
karena sulitnya relaksasi sfingter eksternal dan menurun tekanan intraabdominal,
sehingga menyebabkan overflow inkontinensia (kehilangan kontrol kandung kemih) dan
infeksi. Kombinasi peningkatan kalsium kemih, stasis urin, dan infeksi saluran kencing
menyebabkan pembentukan batu.
g. Efek Integumen
Sistem yg menutupi manfaat dari aktivitas dan latihan dalam peningkatan sirkulasi dan
aliran darah meningkatkan oksigenasi jaringan, menjaga turgor dan kilau kulit dan
rambut. Ulkus tekanan adalah masalah serius yang terkait dengan imobilitas. Tekanan
berkepanjangan, gaya geser, gesekan (menggosok), dan uap air menyebabkan iskemia
jaringan (gangguan sirkulasi darah), menyebabkan kerusakan kulit dan dekubitus.
Kelembaban dalam bentuk urin, feses, keringat, dan drainase luka juga bisa menyebabkan
pelembutan kulit, yang meningkatkan risiko dekubitus. Faktor sekunder yang
berkontribusi terhadap pengembangan tekanan sakit adalah penurunan nutrisi,
menurunnya tekanan arteri, bertambahnya usia, dan edema.
Gangguan Istirahat-Tidur
Gangguan pola tidur didefinisikan sebagai keadaan di mana seorang individu mengalami
atau berisiko mengalami perubahan dalam kuantitas atau kualitas pola istirahatnya yang
terkait dengan biologis orang tersebut. dan kebutuhan emosional. Perubahan dalam pola
tidur umumnya dipandang sebagai gangguan tidur primer (gangguan tidur yang
merupakan masalah mendasar) atau gangguan tidur sekunder (mereka yang perubahannya
memiliki penyebab medis atau klinis yang menyebabkan atau berkontribusi pada
perubahan tidur).
Perubahan tidur yang paling umum termasuk insomnia, hipersomnia atau narkolepsi,
sleep apnea, kurang tidur, dan parasomnia. gangguan pola tidur adalah sebagai berikut:
a) Insomnia kronis
Insomnia mengacu pada ketidakmampuan kronis untuk tidur atau kualitas tidur yang
tidak memadai karena tidur sebelum waktunya berakhir atau terganggu oleh periode
terjaga. Insomnia bukan penyakit, tetapi mungkin merupakan manifestasi dari
banyak penyakit.
Gangguan tidur umum terjadi pada individu yang mengalami nyeri kronis. Gangguan
tidur dapat memperburuk rasa sakit, dan, dengan demikian, lingkaran setan
didirikan. “Tidur malam yang buruk berkontribusi pada depresi, nyeri otot, kesulitan
berpikir, dan penurunan motivasi” (McCaffery & Pasero, 1999, hal. 500). Perawatan
untuk insomnia paling baik diarahkan untuk memodifikasi faktor-faktor atau
perilaku yang ada menyebabkan itu. beberapa masalah yang muncul akibat insomnia
adalah sebagai berikut: 1) Produktivitas kerja yang menurun (lebih banyak hari kerja
yang terlewatkan);
2) Peningkatan pemanfaatan layanan perawatan kesehatan; 3) Risiko kecelakaan
yang lebih besar; 4) Masalah memori jangka pendek; dan 5) Gangguan kinerja
kognitif dan motorik.
c) Sleep Apnea
Sleep apnea mengacu pada periode tidur selama aliran udara berhenti selama 10
detik atau lebih. Sleep apnea menimbulkan komplikasi sebagai akibat dari desaturasi
oksigen dan retensi karbon dioksida. Konsekuensi jangka pendek mungkin termasuk
gangguan kognitif (termasuk memori perubahan), perubahan kepribadian, dan
impotensi. Masalah utama adalah kantuk di siang hari, yang dapat mengganggu
kemampuan fungsional seperti mengemudi dan bekerja. Jika tidak diobati, sleep
apnea dapat menyebabkan hal-hal berikut:
1) Hipertensi; 2) Aritmia jantung; 3) Gagal jantung kongestif sisi kanan; 4)
Kecelakaan pembuluh darah otak (stroke); 5) Disfungsi kognitif; dan 6) Kematian.
d) Kurang tidur
Kurang tidur adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan kualitas dan
kuantitas tidur yang tidak cukup panjang, baik dari REM atau tipe NREM. Kurang
tidur dapat disebabkan oleh usia, rawat inap yang lama, penggunaan narkoba dan zat,
penyakit, dan seringnya perubahan dalam pola gaya hidup. Kurang tidur dapat
menyebabkan gejala mulai dari iritabilitas, hipersensitivitas, dan kebingungan
terhadap apati, kantuk, dan refleks berkurang. Mengobati atau meminimalkan faktor-
faktor yang menyebabkan kurang tidur adalah resolusi yang paling efektif.
e) Parasomnia
Parasomnia adalah sekumpulan gangguan tidur yang menyebabkan suatu kejadian
atau pengalaman yang tidak diinginkan, yang terjadi saat kita baru tertidur, sudah
terlelap, atau saat terbangun dari tidur. Parasomnia juga bisa berupa beberapa
kejadian sebagai berikut:
Sumber:
A. Kompetensi
Setelah mempelajari keseluruhan materi pada pembelajaran ini, peserta diharapkan mampu:
1. Memahami konsep dan menganalisis asuhan keperawatan pada kasus
kegawatdaruratan trauma
2. Memahami konsep dan menganalisis asuhan keperawatan pada kasus
kegawatdaruratan trauma non-trauma
C. Uraian Materi
Fraktur dapat terjadi terbuka, yaitu pada saat ujung tulang yang patah keluar menembus
kulit atau mungkin tertutup. Ujung tulang yang retak sangat tajam dan sangat berbahaya
bagi semua jaringan yang mengelilingi tulang. Hal ini dikarenakan oleh saraf dan arteri
berada diarea tulang, disisi fleksor sendi, atau sangat dekat dengan kulit (tangan dan kaki)
(Smeltzer, Bare, Hinkle, & Cheever, 2015).
Keperawatan | 139
Cedera neurovaskular mungkin karena adanya laserasi dari fragmen tulang atau dari
tekanan karena pembengkakan atau hematoma. Fraktur tertutup bisa sama bahayanya
dengan fraktur terbuka karena jaringan lunak yang terluka sering mengeluarkan banyak
darah. Fraktur itu sendiri mempunyai banyak jenis, tergantung dari arah tumbukan dan
karakteristik patahan (Gambar 37) (Bishop, Palanca, Bellino, & Lowenberg, 2012;
Smeltzer et al., 2015)
Pasien mengeluh nyeri tekan di atas tempat cedera atau nyeri yang lebih parah ketika
menggerakkan bagian tubuh yang terkena. Pasien dengan patah tulang pinggul biasanya
mengeluh sakit, baik di daerah selangkangan (pinggul adalah sendi yang dalam) atau di
belakang lutut (Basavanthappa & Basavanthappa, 2011; Smeltzer et al., 2015).
Selain rasa nyeri, pasien dengan fraktur yang lebih kompleks mengalami rotasi anggota
gerak atau deformitas (perubahan bentuk) dan pemendekan anggota gerak (jika tulang
tungkai yang rusak), dan rentang gerak menjadi menurun. Jika bagian yang terkena
digerakkan, suara gemeretak (crepitation) dapat didengar dimana hal ini disebabkan oleh
fragmen tulang yang saling bergesekan. Anggota gerak tidak boleh digerakkan (untuk
mencoba dan reposisi tulang) jika terdengar suara krepitasi. Periksa integritas dari kulit.
Seorang pasien dengan fraktur tertutup
mungkin memiliki ecchymosis (memar) diatas tulang yang retak dari pendarahan ke
dalam jaringan lunak di bawahnya. Ecchymosis mungkin tidak muncul selama beberapa
hari setelah cedera. Pembengkakan juga dapat terjadi dan dapat mengganggu aliran darah,
menyebabkan kompromi neurovaskular. Pada fraktur terbuka, satu atau lebih ujung
tulang menembus kulit, menyebabkan luka, sehingga meningkatkan kemungkinan
timbulnya infeksi (Haughton, Jordan, Malahias, Hindocha, & Khan, 2012; Smeltzer et al.,
2015).
Penatalaksanaan Kedaruratan
Berikutnya kita perlu mengetahui apa saja tindakan awal/kedaruratan yang harus diambil
apabila menemukan kasus patah tulang (Basavanthappa & Basavanthappa, 2011;
Smeltzer et al., 2015). Tindakan-tindakan tersebut diantaranya:
Keperawatan | 141
Diagnosa keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya jaringan tulang, gerakan fragmen tulang,
edema dan cedera pada jaringan, alat traksi/ immobilisasi, stress, ansietas.
2) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri / ketidak nyamanan, kerusakan
musculoskeletal, terapi pembatasan aktifitas, penurunan kekuatan
/ tahanan.
3) Resiko disfungsi neurovascular perifer berhubungan dengan peningkatan volume
jaringan
Hemothoraks adalah kumpulan darah di dalam ruang antara dinding dada dan paru-paru
(rongga pleura). Penyebab paling umum dari homothoraks adalah trauma dada (Smeltzer
et al., 2015). Trauma misalnya:
a) Luka tembus paru-paru, jantung, pembuluh darah besar, atau dinding dada.
b) Trauma tumpul dada kadang-kadang dapat mengakibatkan lecet hemothorax oleh
pembuluh internal
c) Diathesis perdarahan seperti penyakit hemoragik bayi baru lahir atau purpura
Henoch-Schonlein dapat menyebabkan spontan hemothoraks.
Komplikasi
Apabila penanganan pada kasus hemothoraks tidak dilakukan dengan segera, maka
kondisi pasien dapat bertambah buruk karena akan terjadi akumulasi darah di rongga
thoraks yang nantinya dapat menyebabkan paru menjadi kolaps dan mendorong
mediastinum serta trakhea ke sisi yang sehat, sehingga terjadi gagal nafas dan meninggal,
fibrosis atau jaringan parut pada membrane pleura, atelektasis, shock, pneumothoraks,
pneumonia dan septisemia (Smeltzer et al., 2015).
Diagnosa keperawatan
Definisi
Trauma kepala adalah kerusakan pada kulit kepala, tengkorak atau otak yang disebabkan
oleh cedera. Cedera kepala dapat diklasifikasikan dalam berbagai cara yang berbeda
sesuai dengan jenis cedera, struktur di kepala yang rusak atau seberapa parah trauma.
Cedera kepala diklasifikasikan menjadi cedera kepala terbuka atau cedera kepala tertutup.
(Basavanthappa & Basavanthappa, 2011; Smeltzer et al., 2015).
Cedera kepala dapat disebabkan baik oleh trauma dengan kecepatan yang relatif kecil
maupun tinggi. Cedera otak primer terjadi pada saat terjadi benturan dan termasuk cedera
seperti hematomata subdural dan ekstradural, memar otak, dan cedera aksonal. Gangguan
pada otak ini berlanjut sehingga dapat berkembang dan mengakibatkan cedera otak
sekunder yang ditandai dengan gangguan regulasi aliran darah otak dan metabolisme.
Cedera ini bahkan diperburuk oleh faktor-faktor eksogen yang mengurangi suplai oksigen
otak dan meningkatkan tekanan intrakranial (TIK). TIK ini akan naik dengan peningkatan
volume salah satu isi kranial (darah, otak, cairan serebrospinal) sebagai kranium adalah
‘kotak yang kaku’ (hukum Monro-Kelly) (Basavanthappa & Basavanthappa, 2011;
Smeltzer et al., 2015).
Cedera kepala dapat menyebabkan pendarahan di jaringan otak dan lapisan yang
mengelilingi otak (subarachnoid hemorrhage, subdural hematoma, hematoma
epidural). Gejala cedera kepala dapat langsung terjadi atau dapat berkembang perlahan
selama beberapa jam atau beberapa hari. Bahkan jika tengkoraknya tidak retak, otak bisa
terkena dan mengalami memar. Kepala mungkin terlihat baik- baik saja, tetapi masalah
bisa terjadi akibat pendarahan atau pembengkakan di dalam tengkorak. Sumsum tulang
belakang juga mungkin juga akan terkena pada kasus trauma yang serius. Beberapa
cedera kepala dapat menyebabkan perubahan fungsi otak, dimana kondisi inilah yang
disebut cedera otak traumatis. Gegar otak adalah cedera otak traumatis ringan. Gejala
gegar otak dapat berkisar dari ringan hingga berat (Basavanthappa & Basavanthappa,
2011; Smeltzer et al., 2015).
Gambar 39. Karakteristik cedera kepala (Smeltzer, et al, 2015)
Obstruksi jalan napas dan hipoventilasi sering terjadi pada pasien yang mengalami cedera
kepala. Hal ini dapat dengan cepat menyebabkan hipoksemia dan hiperkapnia, kedua hal
tersebut dapat berkontribusi pada pengembangan sekunder kerusakan otak. Manajemen
jalan nafas dasar (jaw thrust dan pemasangan orofaringeal tube) harus dilakukan
bersamaan dengan pemberian oksigen aliran tinggi pada pasien yang tidak stabil atau
memiliki SpO2 94%. Laryngeal mask airway (LMA) dapat dipasang pada pasien yang
tidak sadar. Petugas medis harus selalu mendokumentasikan GCS dan ukuran pupil
sebelum pemberian obat-obatan sedative. Kondisi hiperventilasi post intubasi harus
dicegah, karena kondisi tersebut akan menyebabkan vasokontriksi serebral dan iskemia.
Pasien dengan trauma kepala yang mengalami hiperventilasi kadang menunjukkan hasil
yang memburuk dibanding pasien yang mendapatkan ventilasi pada PaCO2 4.5 kPa
(Basavanthappa & Basavanthappa, 2011; Smeltzer et al., 2015).
Manajemen sirkulasi
Penanganan pertama
1. Periksa saluran napas, pernapasan, dan sirkulasi orang itu. Jika perlu, mulailah
melakukan RJP.
2. Jika pernapasan dan detak jantung pasien normal, tetapi dalam kondisi tidak sadar,
maka perlakukan pasien seolah-olah mengalami cedera tulang belakang. Stabilkan
kepala dan leher dengan meletakkan tangan di kedua sisi kepala orang tersebut. Jaga
kepala agar sejajar dengan tulang belakang dan mencegah gerakan.
3. Hentikan pendarahan dengan menekan kuat pada area yang mengalami perdarahan
dengan menggunakan kain bersih. Jika cedera serius, berhati- hatilah untuk tidak
menggerakkan kepala orang tersebut.
4. Jika pasien dicurigai mengalami patah tulang tengkorak, jangan berikan tekanan
langsung ke tempat perdarahan. Tutupi luka dengan kasa steril.
5. Jika orang tersebut muntah, untuk mencegah tersedak, miringkan kepala, leher, dan
tubuh seseorang menggunakan metode log roll. Tindakan ini digunakan untuk
melindungi tulang belakang. Pada pasien anak-anak, mungkin akan mengalami sering
muntah satu kali setelah terjadi cedera kepala (Basavanthappa & Basavanthappa,
2011; Smeltzer et al., 2015).
Diagnosa Keperawatan
1) Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan depresi pada pusat napas di otak.
2) Tidakefektifnya kebersihan jalan napas sehubungan dengan penumpukan sputum.
3) Gangguan perfusi jaringan otak sehubungan dengan edema otak
Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh transfer energi dari sumber panas ke tubuh
menyebabkan kerusakan pada jaringan. Secara lokal, panas mengubah sifat protein
seluler dan mengganggu suplai darah. Jumlah kerusakan kulit terkait dengan (1) suhu
agen yang terbakar, (2) bahan yang terbakar, (3) durasi paparan,
(4) konduktivitas jaringan, dan (5) ketebalan yang terlibat struktur dermal (Martin &
Silvain, 2018).
Gambar 40. Derajat luka bakar (Campbell, Alson, & Alabama, 2018)
Ukuran luka bakar diperkirakan berdasarkan bagian tubuh yang terkena. Metode yang
umum digunakan adalah Rule of Nines. Metode ini dilakukan dengan cara membagi
tubuh menjadi segmen-segmen yang areanya baik 9% atau kelipatan
9% dari total permukaan tubuh, dengan area perineum dihitung sebagai 1%
(Basavanthappa & Basavanthappa, 2011; Smeltzer et al., 2015).
Penatalaksanaan
Fase Krisis
Pada saat cedera, proses pembakaran harus dihentikan. Pakaian dilepaskan, dan lukanya
didinginkan dengan air bersuhu ruangan mengalir dan ditutup dengan kain bersih untuk
mengurangi menggigil dan kontaminasi. Pasien harus distabilkan dalam hal patah tulang,
perdarahan, imobilisasi tulang belakang, dan cedera lainnya. Cedera inhalasi dicurigai jika
pasien menderita luka bakar dari api di ruang tertutup atau terkena bahan membara, jika
wajah dan leher terkena, jika ada perubahan vokal, dan jika pasien batuk partikel karbon
(Martin & Silvain, 2018; Shank et al., 2018).
Cairan intravena dapat diberikan untuk mencegah dan mengatasi masalah syok
hipovolemik. Pasien dapat diberikan analgesik opioid untuk mengurangi nyerinya.
Riwayat cedera yang akurat diperoleh untuk menentukan tingkat keparahan,
kemungkinan komplikasi, dan trauma terkait (Smeltzer et al., 2015).
Fase akut
Jika pasien berada di rumah sakit yang mempunyai unit luka bakar khusus, perawatan
multidisipliner dari tim perawatan luka bakar diberikan selama fase akut. Tujuan
manajemen fase akut adalah termasuk menutup luka tanpa adanya infeksi, bekas luka
yang minimal, fungsi maksimal, pemeliharaan kenyamanan sebanyak mungkin, dukungan
nutrisi yang memadai, dan pemeliharaan cairan, elektrolit, dan mempertahankan
keseimbangan asam-basa (Martin & Silvain, 2018; Shank et al., 2018).
Pasien dapat terus diberi obat untuk nyeri yang diperlukan, terutama sebelum perawatan
yang biasanya menyakitkan. Luka dibersihkan dan disterilkan setiap hari untuk
mempercepat proses penyembuhan, dan mencegah infeksi (Basavanthappa &
Basavanthappa, 2011; Smeltzer et al., 2015).
Diagnosa Keperawatan
1) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan edema jalan nafas bagian atas,
edema di membrane kapiler alveoli
2) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan injuri thermal
3) Deficit volume cairan berhubungan dengan area luka bakar yang luas, cairan kapiler
yang merembes keluar, dan penurunan intake cairan
4) Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan kehilangan darah dan
penurunan cardiac output
Hipoglikemia (kadar glukosa darah rendah) terjadi ketika glukosa darah turun menjadi
kurang dari 50 hingga 60 mg / dL. Keadaan ini disebabkan oleh terlalu banyak insulin
atau agen hipoglikemik oral, terlalu sedikit makanan, atau aktivitas fisik yang berlebihan.
Hipoglikemia dapat terjadi kapan saja baik di siang atau malam hari, meskipun biasanya
sering terjadi pada saat sebelum makan, terutama saat pasien makan terlambat atau tidak
makan snack (Ortiz, 2017; Seaquist et al., 2013; Shafiee, Mohajeri-Tehrani, Pajouhi, &
Larijani, 2012).
Gejala hipoglikemik dapat terjadi secara tiba-tiba dan tidak terduga. Kombinasi gejala
bervariasi dari orang ke orang. Sebagai contoh, pasien yang biasanya memiliki tingkat
glukosa darah dalam kisaran hiperglikemik (misalnya, dalam 200 mg/dL atau lebih besar)
mungkin merasakan gejala hipoglikemik (adrenergik) ketika glukosa darah mereka
dengan cepat turun menjadi 120 mg / dL atau kurang (Cryer, 2013; Shafiee et al., 2012).
Sebaliknya, pasien yang sering memiliki kadar glukosa dalam kisaran rendah normal
mungkin asimtomatik ketika glukosa darah secara perlahan turun menjadi kurang dari 50
mg / dL. Faktor lain yang berkontribusi terhadap perubahan gejala hipoglikemik adalah
menurunnya respon hormonal (adrenergik) terhadap hipoglikemia. Ini terjadi pada
beberapa pasien yang telah menderita diabetes selama bertahun-tahun. Ini mungkin
terkait dengan salah satu komplikasi diabetes kronis, neuropati otonom (Basavanthappa &
Basavanthappa, 2011; Ortiz, 2017; Smeltzer, Bare, Hinkle, & Cheever, 2015).
Penatalaksanaan
Perawatan segera harus diberikan ketika hipoglikemia terjadi. Pada kasus hipoglikemia
dimana penderita tidak sadar, maka harus segera dibawa ke rumah sakit. Sementara pada
penderita yang masih sadar, maka penderita bisa diminta
untuk minum air gula hangat (Basavanthappa & Basavanthappa, 2011; Cryer, 2013;
Smeltzer et al., 2015).
Diagnosa Keperawatan
Definisi
Kejang adalah episode fungsi neurologis abnormal yang disebabkan oleh pelepasan
neuron otak yang tidak tepat. Beberapa pasien dengan "epileptic"
electroencephalographic (EEG) mungkin tidak mengalami gejala klinis yang jelas.
Beberapa episode klinis seperti kejang mungkin disebabkan oleh penyebab selain
aktivitas listrik otak yang abnormal, tetapi serangan seperti itu, bukanlah kejang yang
sebenarnya (Kwan & Brodie, 2000; Ulate-Campos et al., 2016).
Klasifikasi kejang
Anda perlu memeriksa kemungkinan adanya cedera, terutama pada kepala atau tulang
belakang. Kejang mungkin dapat menyebabkan patah tulang, keseleo, dan memar, aserasi
lidah dan mulut, fraktur gigi, dan aspirasi paru juga sering terjadi. Anda ukur juga tanda-
tanda vital, termasuk suhu dan saturasi oksigen, dan periksa glukosa serum. Anda juga
bisa melakukan pemeriksaan neurologis terarah dan pemeriksaan serial berikutnya.
Tingkat kesadaran harus diawasi dengan seksama. Penurunan kondisi secara progresif
membutuhkan intervensi cepat (Basavanthappa & Basavanthappa, 2011; Smeltzer et al.,
2015).
Fokus penatalaksanaan adalah untuk melindungi pasien dari cedera. Jika memungkinkan,
posisikan pasien ke samping untuk mengurangi risiko aspirasi. Pastikan bahwa lidah
pasien tidak tergigit oleh giginya sendiri saat terjadi serangan kejang. Amati aktivitas
kejang untuk menentukan apakah ada aktivitas fokal. Tidak ada indikasi untuk obat
antikonvulsan IV selama kejang tanpa komplikasi. Pemberian sedasi yang tidak perlu
pada titik ini akan mempersulit evaluasi dan menghasilkan penurunan tingkat kesadaran
yang berkepanjangan (Smeltzer et al., 2015; Ulate-Campos et al., 2016; Zaccara et al.,
2017).
Diagnosa keperawatan
Racun adalah zat apa pun yang, jika dicerna, dihirup, diserap, menempel pada kulit, atau
diproduksi di dalam tubuh dalam jumlah yang relatif kecil, namun melukai tubuh dengan
aksi kimianya. Keracunan dari inhalasi dan menelan bahan beracun, baik yang disengaja
maupun tidak disengaja, merupakan bahaya kesehatan utama dan situasi yang darurat
(Basavanthappa & Basavanthappa, 2011; Smeltzer et al., 2015; Young, 2014). Perawatan
kegawatdaruratan dimulai dengan tujuan sebagai berikut:
Racun yang ditelan dapat bersifat korosif. Racun korosif termasuk agen alkali dan asam
yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan setelah bersentuhan dengan membran
mukosa. Produk alkalin termasuk alkali, pembersih saluran, pembersih toilet, pemutih,
deterjen, pembersih oven, dan baterai (baterai yang digunakan untuk menyalakan jam
tangan, kalkulator, atau kamera). Produk asam termasuk pembersih toilet, pembersih
kolam, pembersih logam, penghilang karat, asam baterai (Smeltzer et al., 2015; Young,
2014).
Penatalaksanaan
Pengendalian jalan napas, ventilasi, dan oksigenasi sangat penting. Dengan tidak adanya
kerusakan otak atau ginjal, prognosis pasien sangat bergantung pada manajemen
pernapasan dan sirkulasi yang berhasil. Pengukuran dilakukan untuk menstabilkan fungsi
kardiovaskular dan fungsi tubuh lainnya. Rekaman jantung, tanda-tanda vital, dan status
neurologis dimonitor secara ketat untuk perubahan. Syok mungkin disebabkan oleh
tindakan cardiodepressant dari zat yang dicerna, atau dari berkurangnya volume darah
yang bersirkulasi akibat peningkatan permeabilitas kapiler (Kwan & Brodie, 2000; Ulate-
Campos et al., 2016; Zaccara et al., 2017).
Pemasangan kateter urin dilakukan untuk memantau fungsi ginjal. Spesimen darah
diambil untuk menguji konsentrasi obat atau racun. Upaya ini ditujukan untuk
menentukan substansi apa yang diambil; jumlah; waktu sejak konsumsi. Tanda dan gejala
seperti rasa sakit atau sensasi terbakar, kemerahan atau luka bakar di mulut atau
tenggorokan, nyeri saat menelan atau ketidakmampuan untuk menelan, muntah, atau
meneteskan air liur; usia dan berat pasien; dan riwayat kesehatan yang berkaitan (Kwan
& Brodie, 2000; Ulate-Campos et al., 2016; Zaccara et al., 2017).
Pasien yang telah menelan racun korosif diberikan antagonis kimiawi atau fisiologis
tertentu (penangkal) diberikan sedini mungkin, untuk menetralisir atau mengurangi efek
toksin. Jika langkah-langkah ini tidak efektif, prosedur dimulai untuk menghilangkan
substansi yang dicerna. Prosedur ini termasuk pemberian beberapa dosis arang aktif,
diuresis (untuk zat yang diekskresikan oleh ginjal), dialisis, dan hemoperfusi. Jika pasien
mengeluh sakit, analgesik diberikan dengan hati-hati. Nyeri yang parah akan
menghambat fungsi fisiologis normal. Jika keracunan ini dilatarbelakangi oleh suatu
upaya bunuh diri, konsultasi kejiwaan harus dilakukan sebelum pasien keluar dari rumah
sakit. Dalam kasus-kasus konsumsi racun yang tidak disengaja, pencegahan keracunan
beserta cara penanganan pertama dirumah harus diberikan kepada pasien dan keluarga
(Kwan & Brodie, 2000; Ulate-Campos et al., 2016; Zaccara et al., 2017).
Diagnosa keperawatan
D. Latihan Soal
1. Seorang laki laki usia 32 tahun datang ke IGD dengan kaki kanan yang masih
terpasang gips. Korban mengatakan, lima hari yang lalu mengalami KLL dan
mengalami patah tulang tertutup di tungkai kanan bawahnya. Keluhan korban
manakah yang harus diwaspadai oleh perawat dan harus dilaporkan kepada dokter?
a. Nadi perifer cepat
b. Kebas pada jari kaki
c. Jari kaki teraba hangat
d. Jari kaki berwarna kemerahan
e. Nyeri pada bagian yang mengalami patah tulang
2. Seorang laki-laki berusia 55 tahun dibawa ke IGD karena mengalami sesak nafas.
Pada pemeriksaan didapatkan orthopnea, tachypnea, crackles pada semua lapang
paru. Pasien memiliki riwayat hipertensi. Dari tanda gejala tersebut pasien tersebut
menunjukkan pasien mengalami:
a. Status asmatikus
b. Gagal jantung kiri
c. Gagal jantung kanan
d. Biventricular heart failure
e. Acute respiratory distress syndrome
3. Seorang laki-laki usia 54 tahun baru saja mengalami KLL. Saat dibawa masuk ke
IGD, Anda melihat adanya perbedaan kondisi pada kedua tungkai korban. Hasil
inspeksi didapati bahwa pada tungkai kanan korban tampak memendek,
membengkak, dan berwarna kemerahan. Saat dilakukan palpasi, korban mengeluh
nyeri hebat dan teraba krepitasi. Dari hasil pemeriksaan tersebut,
Anda menduga korban mengalami…
a. Strain
b. Sprain
c. Dislokasi
d. Open fracture
e. Closed fracture
4. Seorang perempuan berusia 20 tahun dibawa ke IGD setelah dipukul dengan sebilah
kayu. Kondisi saat ini tidak sadar, dan ketika dipalpasi didapatkan fraktur depresi
pada tulang tengkoraknya, wajahnya bengkak, echimosis, terdapat gurgling dan bekas
muntahan pada wajah dan pakaiannya. Dalam menangani pasien trauma kepala,
langkah pertama yang penting untuk dilakukan pada fase pre hospital adalah ….
a. Memasang infus
b. Patensi jalan nafas
c. Memasang cervical collar
d. Menentukan skor GCS pasien
e. Mengontrol perdarahan pada kulit kepala
5. Seorang laki laki usia 50 tahun datang ke IGD dengan luka bakar derajat tiga di area
kepala dan lehernya. Menurut saksi mata, korban adalah penjual nasi goreng yang
saat menyalakan kompor untuk memasak terkena ledakan tabung gas. Akibat apakah
yang bisa dihasilkan dari adanya luka bakar?
a. Hilangnya fungsi pelindung
b. Gangguan kemampuan untuk mengatur suhu
c. Peningkatan risiko infeksi
d. Perubahan fungsi sensorik
e. Benar Semua
6. Seorang perempuan berusia 67 tahun dibawa ke IGD karena mengalami sesak nafas.
Pada pemeriksaan didapatkan pasien sadar dalam posisi tripod, gurgling saat
ekshalasi, nampak cemas, pucat dan diaforesis, TD: 176/90 mmHg, nadi 117 x/menit
dan RR: 28 x/menit. Penanganan prioritas pada pasien tersebut yaitu:
a. Pemberian atorvastatin
b. Pemberian nitrogliserin
c. Pemasangan nasopharyngeal airway
d. Melakukan suction untuk patensi jalan nafas
e. Pemberian oksigen dengan menggunakan venturi mask
7. Seorang laki-laki berusia 60 tahun dirujuk ke IGD karena pasien mengalami
hipoventilasi. Pasien tersebut memiliki riwayat COPD. Saat pemeriksaan di IGD
didapatkan pasien tidak sadar, telah terpasang oropharyngeal airway, terpasang
oksigen dan infus, RR: 7x/menit, TD: 80/50 mmHg, nadi teraba lemah. Manajemen
prioritas pada pasien tersebut yaitu :
a. Melakukan pemeriksaan foto thorax
b. Melakukan pemeriksaan elektrokardiografi
c. Kolaborasi pemberian terapi antikolinergik
d. Memberikan bantuan ventilasi dengan BVM
e. Kolaborasi dalam koreksi kondisi ketidakseimbangan asam basa
8. Seorang laki-laki berusia 48 tahun dibawa ke IGD karena mengalami nyeri dada.
Nyeri dada dialami sejak 1 jam yang lalu (ketika sarapan pagi), seperti ditindih beban
berat, nyeri terasa di bagian substernal, menyebar ke kedua bahu, disertai dyspnea
dengan skala nyeri 8. Pasien mempunyai riwayat hipertensi, TD: 170/100 mmHg,
nadi 95 x/menit, RR 20 x/menit, Sat.O2 89%. Pasien nampak diaphoresis dan cemas.
Pada pemeriksaan EKG didapatkan ST elevasi di V3-V6, Lead I, AVL. Manajemen
pasien tersebut di IGD meliputi:
a. Kolaborasi pemberian nitrogliserin IV
b. Mulai memberikan oksigen aliran tinggi (>10 L/menit)
c. Kolaborasi pemberian aspirin dengan dosis 160-325 mg
d. Melakukan pemeriksaan cardiac marker dalam 1 jam pertama
e. Injeksi intravena morfin sesegera mungkin untuk menurunkan nyeri
9. Seorang laki laki usia 65 th dibawa ke RS karena mengalami lemah di anggota gerak
kanan, susah berbicara, dan mulut perot. Kurang lebih 4 jam sebelum masuk rumah
sakit, klien ditemukan oleh istri terjatuh dalam posisi terlentang di sawah. Klien
ditemukan dalam keadaan tidak sadarkan diri. Kurang lebih 1 jam SMRS dalam
perjalanan ke RS UMM, pasien sadarkan diri dan diakui mengalami muntah secara
tiba-tiba sebanyak satu kali. Apa gangguan yang dialami oleh klien?
a. Stroke
b. Trauma kepala
c. Epilepsy
d. Heart attack
e. Shock
10. Pasien mengalami cedera kepala tertutup akibat jatuh dari pohon sekitar 2 jam yang
lalu. Hasil CT scan menunjukan terdapat akumulasi perdarahan diantara tulang
tengkorak dan duramater. Dari pemeriksaan tersebut dapat dikategorikan mengalami:
a. Epidural hematoma
b. Subdural hematoma
c. Subgaleal hemorrhage
d. Perdarahan intrakranial
e. Subarachnoid hemorrhage
E. Rangkuman
1. Fraktur dapat terjadi terbuka, yaitu pada saat ujung tulang yang patah keluar
menembus kulit atau mungkin tertutup. Ujung tulang yang retak sangat tajam dan
sangat berbahaya bagi semua jaringan yang mengelilingi tulang. Hal ini dikarenakan
oleh saraf dan arteri berada diarea tulang, disisi fleksor sendi, atau sangat dekat
dengan kulit (tangan dan kaki).
2. Cedera thoraks ini mungkin melibatkan paru-paru, jantung, pembuluh darah besar
atau struktur tulang, dimana dapat disebabkan oleh trauma tumpul dan tembus.
Beberapa cedera thoraks akan menyebabkan kematian dengan segera, seperti diseksi
aorta traumatik. Cedera thoraks yang mengancam jiwa lainnya termasuk obstruksi
saluran napas, pneumothoraks, perdarahan mayor dan tamponade jantung
memerlukan penilaian dan intervensi yang tepat. Cedera thoraks difokuskan pada
penilaian yang cermat, pemeriksaan klinis dan pemeriksaan diagnostik.
3. Cedera kepala diklasifikasikan menjadi cedera kepala terbuka atau cedera kepala
tertutup. Pada cedera tertutup, terjadi kerusakan yang tidak merusak tengkorak kepala
ataupun menembus jaringan otak. Sementara itu, cedera terbuka mengacu pada
kerusakan yang menembus tulang tengkorak yang menyebabkan masalah seperti
pendarahan di otak, patah tulang tengkorak atau menekan tulang terhadap struktur di
otak.
4. Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh transfer energi dari sumber panas ke
tubuh menyebabkan kerusakan pada jaringan. Secara lokal, panas mengubah sifat
protein seluler dan mengganggu suplai darah.
5. Penderita diabetes dapat mengalami keadaan darurat yang mengancam jiwa dari
terlalu banyak atau terlalu sedikit insulin dalam tubuh mereka. Terlalu banyak insulin
dapat menyebabkan tingkat gula rendah (hipoglikemia), yang dapat menyebabkan
syok insulin. Tidak cukup insulin dapat menyebabkan kadar gula yang tinggi
(hiperglikemia), yang dapat menyebabkan koma diabetik.
6. Kejang adalah episode fungsi neurologis abnormal yang disebabkan oleh pelepasan
neuron otak yang tidak tepat. Beberapa pasien dengan "epileptic"
electroencephalographic (EEG) mungkin tidak mengalami gejala klinis yang jelas.
Beberapa episode klinis seperti kejang mungkin disebabkan oleh penyebab selain
aktivitas listrik otak yang abnormal, tetapi serangan seperti itu, bukanlah kejang yang
sebenarnya.
7. Perlu dipahami bahwa prinsip penatalaksanaan keracunan adalah untuk
menghilangkan atau menonaktifkan racun sebelum diserap, untuk memberikan
perawatan suportif dalam mempertahankan sistem organ vital, untuk mengelola obat
penawar khusus untuk menetralisir racun tertentu, dan untuk menerapkan pengobatan
yang mempercepat penghapusan racun yang diserap.
Pembelajaran 5. Keperawatan Medikal Bedah
Sumber:
A. Kompetensi
Setelah mempelajari keseluruhan materi pada pembelajaran ini, peserta diharapkan mampu:
1. Memahami konsep dan menganalisis asuhan keperawatan pada kasus keperawatan
medikal
2. Memahami konsep dan menganalisis asuhan keperawatan pada kasus keperawatan
bedah
C. Uraian Materi
Definisi
HIV-AIDS merupakan kumpulan gejala yang ditandai dengan melemahnya kekebalan sel
secara progresif, AIDS meningkatkan kerentanan terhadap infeksi oportunistik dan
kanker yang tidak biasa. Diagnosis yang ditegakkan berasal dari
Keperawatan | 161
korelasi yang cermat dari riwayat pasien dan fitur klinis dengan jumlah jenis sel T tertentu
(Maartens, Celum, & Lewin, 2014).
Penyebab:
AIDS disebabkan oleh infeksi HIV, dimana retrovirus ini berada di cairan tubuh, seperti
darah dan sperma. Cara penularan HIV termasuk diantaranya adalah:
b. Kontak seksual, terutama yang berhubungan dengan trauma pada dubur atau
mukosa vagina
c. Transfusi darah atau produk darah yang terkontaminasi
d. Penggunaan jarum yang terkontaminasi
e. Penularan melalui plasenta dari ibu yang terinfeksi ke janin melalui kontak
serviks atau darah saat melahirkan
f. ASI dari wanita yang terinfeksi (Dheda et al., 2017; Maartens et al., 2014)
Faktor risiko untuk AIDS
a. Kontak seksual dengan seseorang yang menderita AIDS atau yang berisiko
menderita
b. Penyalahgunaan I.V. baik saat ini maupun sebelumnya.
c. Transfusi darah atau produk darah.
d. Ibu hamil dan menyusui
Tanda dan Gejala
gejala atau dapat berkembang sindrom retroviral akut dengan gejala kelelahan ekstreme,
sakit kepala, demam, limfadenopati (pembesaran kelenjar getah bening di dua tempat
selain nodul inguinalis), diare, atau sakit tenggorokan. Gejala biasanya berkembang 6
sampai 12 minggu setelah penularan HIV dan dapat berlangsung beberapa hari hingga
minggu. Gejala-gejala ini biasanya ringan dan tidak menyerang untuk infeksi HIV.
Setelah fase asimtomatik yang diperpanjang, infeksi HIV yang tidak diobati biasanya
berlanjut ke tahap gejala ketika itu virus telah sangat merusak sistem kekebalan tubuh.
Pasien dapat menunjukkan tanda gejala sesak napas, demam, penurunan berat badan,
kelelahan, malam keringat, diare yang persisten, ulkus kandidiasis oral atau vagina, kulit
kering, lesi kulit, neuropati perifer, herpes zoster (reaktifasi varisela virus zoster), kejang,
atau demensia. Pada tahap akhir infeksi HIV, AIDS didiagnosis ketika jumlah CD4 + T-
limfosit di bawah 200 atau infeksi dan penyakit oportunistik, dimana terjadi tanda dan
gejala spesifik (Maartens et al., 2014; Riza et al., 2014).
Fase-fase HIV
Fase-fase HIV dibagi menjadi beberapa tahap (Maartens et al., 2014; Wang et al., 2016),
diantaranya adalah:
a. Fase klinik 1
Tanpa gejala, limfadenopati (gangguan kelenjar /pembulu limfe) menetap dan
menyeluruh.
b. Fase klinik 2
Penurunan BB (<10%) tanpa sebab. Infeksi saluran pernapasan atas (sinusitis,
tonsilitis, otitis media, pharyngitis) herpes zoster, infeksi sudut bibir, ulkus mulut
berulang.
c. Fase klinik 3
Penurunan BB (10%) tanpa sebab. kronik tanpa sebab sampai >1 bulan. Demam
menetap (intermiten atau tetap >1 bulan), kandidiasis oral menetap, TB pulmonal
(baru), plak putih pada mulut, infeksi bakteri berat misalnya: pneunomia, emphyema
(nanah di rongga tubuh terutama pleura, abses pada otot sklet, infeksi sendi atau
tulang), meningitis, bakteremia, gangguan inflamasi berat pada pelvik, acute
nekrotizin ulcerative stomatitis, gingivitis atau periodontitis anemia yang
penyebabnya tidak diketahui.
d. Fase klinik 4
Penderita menjadi kurus (HIV wasting syndrome), pneumocytis pneunomia
(pneunomia karena pneumokitis karinil), pneunomia bakteri berulang, infeksi harpes
simplex kronik (orolabial, genetalia anorektal >1 bulan), oesophageal kandidiasis,
TBC ekstrapulmonal, citomegalovirus, toksoplasma di system saraf pusat, HIV
encephalopati, meningitis, infeksi progesif multi fokal, limpoma, cervical carsinoma,
leukoncephalopathy.
a. Diagnosa Keperawatan :
1) Ketidakefektifan proteksi diri berhubungan dengan gangguan imunitas,
ketidakadekuatan status nutrisi, terapi IV dan prosedur invasive.
2) Risiko cedera terkait dengan gangguan mobilitas, kelemahan, kelelahan,
kemungkinan ketidakseimbangan elektrolit, gangguan neurologis, dan obat
penenang efek rasa sakit obat-obatan.
3) Koping tidak efektif terkait dengan penyakit terminal berpotensi dan
kelemahan progresif
Keperawatan | 163
5.2 Asuhan keperawatan pada pasien Tuberculosis
Definisi
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium tuberculosis. TB utamanya mempengaruhi paru-paru, meskipun daerah
lain, seperti ginjal, hati, otak, dan tulang, mungkin terpengaruh juga. M. tuberculosis
adalah basil tahan asam, yang berarti kapan itu diwarnai di laboratorium dan kemudian
dicuci dengan asam, noda tetap, atau tetap "cepat."
M. tuberculosis dapat hidup tempat-tempat gelap di dahak kering selama berbulan-
bulan, tetapi beberapa jam di sinar matahari dapat langsung membunuhnya. Penyakit ini
dapat disebarkan melalui udara dari orang yang terinfeksi (Dheda et al., 2017; Sia &
Wieland, 2011).
Etiologi Tuberculosis
Kondisi tempat tinggal yang padat atau berventilasi buruk membuat pasien mudah
berisiko terinfeksi TB. Meskipun TBC dapat menginfeksi kelompok umur apa saja,
namun pada lansia mempunyai resiko lebih tinggi. Lansia mungkin telah tertular penyakit
cukup banyak pada tahun sebelumnya, tetapi dapat aktif kembali karena proses penuaan
mengurangi fungsi kekebalan tubuh. Pasien dengan AIDS dan penyalahgunaan alcohol
kronis punya risiko sangat tinggi karena mereka fungsi kekebalan tubuh mereka
terganggu (Dheda et al., 2017).
Tanda dan gejala
Tanda dan gejala TBC aktif ditandai dengan batuk produktif kronis, dahak bercampur
darah, dan keluar keringat di malamhari tanpa aktivitas. Pasien mungkin akan mengalami
demam ringan. Jika pengobatan yang efektif tidak dimulai, maka akan terjadi fibrosis
paru, hemoptisis, dan penurunan berat badan progresif (Smeltzer, Bare, Hinkle, &
Cheever, 2015).
Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul:
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan ventilasi atau perfusi
2. Bersihan jalan napas yang tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang
berlebihan
3. Pola pernapasan tidak efektif berhubungan dengan kecemasan atau nyeri
5.3 Asuhan keperawatan pada pasien Infark Miokard Akut (IMA)
Definisi
Penyakit aterosklerotik pada arteri koroner epikardial - disebut penyakit arteri koroner,
atau PAK - menyumbang sebagian besar pasien dengan penyakit jantung iskemik. Gejala
utama dari PAK adalah nyeri dada, dan perhatian terhadap potensi PAK dan iskemia
miokard berkontribusi pada > 8 juta kunjungan setiap tahun ke
U.S. Pada populasi dewasa dengan nyeri dada akut, sekitar 15% pasien akan mengalami
sindrom koroner akut (ACS). Pasien dengan ACS, sekitar sepertiga memiliki AMI, dan
sisanya memiliki angina yang tidak stabil (Smeltzer et al., 2015).
Gejala Klinis
Gejala utama penyakit jantung iskemik adalah nyeri dada, dan riwayat harus mencirikan
keparahannya, lokasi, radiasi, durasi, dan kualitas. Selain itu, adanya gejala yang terkait,
seperti mual, muntah, diaphoresis, dyspnea, pusing ringan, sinkop, dan palpitasi. Riwayat
mengenai onset dan durasi gejala, aktivitas yang memicu gejala, dan evaluasi sebelumnya
untuk gejala serupa harus dipastikan. Gejala iskemia miokard akut sering akan
digambarkan sebagai ketidaknyamanan daripada sebagai rasa sakit. Gejala anginal
termasuk tekanan dada, berat, sesak, kepenuhan, atau meremas. Kurang umum tetapi
tidak jarang, pasien akan menggambarkan gejala mereka seperti pisau, tajam, atau
menusuk. Lokasi klasik adalah substernal atau di dada kiri. Penjalaran ke lengan, leher,
atau rahang dapat terjadi. Nyeri di dinding dada yang dapat direproduksi tidak jarang,
mungkin karena perikardium bisa menjadi meradang, dan duduk di bawah dinding dada
(Smeltzer et al., 2015).
Latihan, stres, atau lingkungan dingin secara klasik mencetuskan angina pektoris. Angina
biasanya memiliki durasi gejala <10 menit, kadang-kadang berlangsung hingga 10 hingga
20 menit, dan biasanya membaik dalam waktu 2 hingga 5 menit setelah istirahat atau
nitrogliserin. Namun, deskripsi klasik awal angina menggambarkan episode sesingkat 2
menit. Sebaliknya, AMI biasanya disertai dengan ketidaknyamanan dada yang lebih lama
dan berat, gejala terkait yang lebih menonjol (mual, diaphoresis, sesak napas, dll), dan
sedikit, jika ada, respon awal terhadap nitrogliserin sublingual. Mudah lelah mungkin
menjadi gejala utama ACS, terutama pada wanita.
Penatalaksanaan
Tindakan Umum
Akses IV dan pemantauan elektrokardiografi lanjutan harus dilakukan pada semua pasien
dengan ACS (STEMI, NSTEMI, dan angina tidak stabil). Oksigen tambahan harus
diberikan kepada pasien dengan hipoksia (pulse oximetry <90%), dan pedoman
menyatakan bahwa adalah wajar untuk memberikan 2 L oksigen melalui kanula hidung
untuk pasien dengan saturasi oksigen normal (Smeltzer et al., 2015).
Diagnosa keperawatan
Definisi
Etiologi
Gejala klasik diabetes mellitus termasuk polydipsia (haus berlebihan), poliuria (buang air
kecil berlebihan), dan polifagia (kelaparan berlebihan). Glukosa tidak mampu untuk
memasuki sel, sehingga menyebabkan sel-sel menjadi kelaparan. Jumlah glukosa dalam
darah yang meningkat ini menyebabkan peningkatan serum konsentrasi, atau osmolalitas.
Tubulus ginjal tidak mampu menyerap kembali semua kelebihan glukosa yang disaring
oleh glomeruli, dan hasil glikosuria. Jumlah tubuh yang besar air diperlukan untuk
mengeluarkan glukosa ini, menyebabkan poliuria, nokturia, dan dehidrasi. Meningkatnya
osmolalitas dan dehidrasi menyebabkan polidipsia. Glukosa darah tinggi juga bisa
menyebabkan kelelahan, penglihatan kabur, sakit perut, dan sakit kepala. Keton dapat
menumpuk dalam darah dan urin penderita diabetes tipe 1 (ketoasidosis) (Basavanthappa
& Basavanthappa, 2011; Simons et al., 2018).
Penatalaksanaan
Diabetes mellitus adalah penyakit kronis yang membutuhkan seumur hidup perilaku
manajemen diri khusus. Karena diet, fisik aktivitas, dan stres fisik dan emosional
mempengaruhi kontrol diabetes, pasien harus belajar menyeimbangkan banyak faktor.
Mereka harus belajar keterampilan perawatan diri harian untuk mencegah fluktuasi akut
dalam darah glukosa, dan mereka juga harus memasukkan banyak gaya hidup mereka
perilaku preventif untuk menghindari diabetes jangka panjang komplikasi. Pasien
diabetes harus memiliki pengetahuan tentang nutrisi, efek obat dan efek samping,
olahraga, perkembangan penyakit, strategi pencegahan, teknik pemantauan glukosa
darah, dan penyesuaian obat. Selain itu, mereka harus mempelajari keterampilan terkait
dengan pemantauan dan pengelolaan diabetes dan harus memasukkan banyak kegiatan
baru ke dalam rutinitas harian mereka (“Updates to the Standards of Medical Care in
Diabetes-2018,” 2018).
Diagnosa keperawatan
Definisi Neoplasma
Kanker adalah penyakit genetik — yaitu, itu disebabkan oleh perubahan gen yang
mengendalikan cara sel kita berfungsi, terutama bagaimana mereka tumbuh dan
membelah. Perubahan genetik yang menyebabkan kanker dapat diwarisi dari orang tua
kita. Mereka juga dapat muncul selama masa hidup seseorang sebagai akibat dari
kesalahan yang terjadi ketika sel membelah atau karena kerusakan DNA yang disebabkan
oleh paparan lingkungan tertentu. Paparan lingkungan yang menyebabkan kanker
termasuk zat-zat, seperti bahan kimia dalam asap tembakau, dan radiasi, seperti sinar
ultraviolet dari matahari (Shang et al., 2013).
Tipe neoplasma
Ada lebih dari 100 jenis kanker, dimana jenis kanker biasanya dinamai organ atau
jaringan tempat kanker terbentuk. Sebagai contoh, kanker paru-paru dimulai pada sel-sel
paru-paru, dan kanker otak dimulai pada sel-sel otak. Kanker juga dapat digambarkan
oleh jenis sel yang membentuknya, seperti sel epitel atau sel skuamosa (American Cancer
Society, 2016; Basavanthappa & Basavanthappa, 2011; Smeltzer et al., 2015). Berikut
adalah beberapa kategori kanker yang dimulai pada jenis sel tertentu:
a. Karsinoma
b. Sarkoma
c. Leukemia
d. Limfoma
Ada dua jenis utama limfoma:
a. Limfoma Hodgkin -
b. Limfoma non-Hodgkin (American Cancer Society, 2017; Smeltzer et al., 2015)
1. Tanda dan Gejala
Kanker dapat menyebabkan banyak gejala, tetapi gejala-gejala ini paling sering
disebabkan oleh penyakit, cedera, tumor jinak, atau masalah lainnya. Jika Anda memiliki
gejala yang tidak membaik setelah beberapa minggu, kunjungi dokter Anda sehingga
masalah dapat didiagnosis dan diobati sedini mungkin. Seringkali, kanker tidak
menyebabkan rasa sakit, jadi jangan menunggu untuk merasakan sakit sebelum pergi ke
dokter (Basavanthappa & Basavanthappa, 2011; Smeltzer et al., 2015).
a. Perubahan payudara
b. Perubahan kandung kemih
c. Pendarahan atau memar, tanpa alasan yang diketahui
d. Perubahan usus
e. Batuk atau suara serak yang tidak kunjung hilang
f. Masalah nutrisi
g. Kelelahan yang parah dan berlangsung lama
h. Demam atau malam berkeringat tanpa alasan yang diketahui
i. Perubahan pada mulut
j. Masalah neurologis
k. Perubahan kulit
l. Pembengkakan atau benjolan di mana saja seperti di leher, ketiak, perut, dan
selangkangan
m. Pertambahan berat atau penurunan berat badan tanpa alasan yang diketahui
2. Stadium
Pada system TNM dapat dideskripsikan sebagai berikut:
a. T mengacu pada ukuran dan luas tumor utama. Tumor utama biasanya disebut
tumor primer.
b. N mengacu pada jumlah kelenjar getah bening di sekitarnya yang memiliki
kanker.
c. M mengacu pada apakah kanker telah menyebar. Ini berarti bahwa kanker telah
menyebar dari tumor primer ke bagian lain dari tubuh.
Ketika kanker dijelaskan oleh sistem TNM, akan ada angka setelah setiap huruf yang
memberikan rincian lebih lanjut tentang kanker — misalnya, T1N0MX atau T3N1M0.
Berikut ini menjelaskan apa arti huruf dan angka:
a. Tumor primer (T)
TX : Tumor utama tidak dapat diukur.
T0 : Tumor utama tidak dapat ditemukan.
T1, T2, T3, T4 : Mengacu pada ukuran dan / atau luas tumor utama. Semakin
tinggi angkanya setelah T, semakin besar tumor atau semakin banyak yang
tumbuh di jaringan terdekat. T's dapat dibagi lebih lanjut untuk memberikan lebih
banyak detail, seperti T3a dan T3b.
b. Kelenjar getah bening regional (N)
NX: Kanker di kelenjar getah bening di dekatnya tidak dapat diukur. N0:
Tidak ada kanker di kelenjar getah bening di dekatnya.
N1, N2, N3: Mengacu pada jumlah dan lokasi kelenjar getah bening yang
mengandung kanker. Semakin tinggi angkanya setelah N, semakin banyak
kelenjar getah bening yang mengandung kanker.
c. Metastasis jauh (M)
MX: Metastasis tidak dapat diukur.
M0: Kanker belum menyebar ke bagian lain dari tubuh. M1:
Kanker telah menyebar ke bagian lain dari tubuh.
Stadium Deskripsi
I, II, III Kanker positif. Semakin tinggi angkanya, semakin besar tumor
kanker dan semakin menyebar ke jaringan terdekat.
4. Asuhan Keperawatan
a. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul:
Penanganan Apendisitis
Pasien akan dipuasakan dan pembedahan harus dilakukan secepatnya kecuali ada tanda-
tanda perforasi atau peritonitis. Kompres dingin pada area yang nyeri dan
mempertahankan posisi semi-Fowler mungkin dapat mengurangi nyeri sementara
menunggu diagnosis ditegakkan. Bila apendiks pecah, maka pemberian terapi cairan
intravena dan antibiotik dimulai dan prosedur pembedahan mungkin akan ditunda
sementara waktu paling tidak 8 jam atau lebih. Pemberian agen laksatif dan enema tidak
disarankan karena akan memicu atau memperparah rupturnya. Penggunaan kompres
hangat pada bagian abdomen tidak disarankan karena suhu yang hangat mungkin akan
meningkatkan proses inflamasi dan resiko rupture atau pecah (Petroianu, 2012; Smeltzer
et al., 2015; Wray et al., 2013).
2. Gejala
Bila komplikasi belum muncul, kemungkinan hanya ada sedikit gejala yang muncul
terkait dengan hernia. Adanya tonjolan yang abnormal dapat dilihat di daerah perut yang
terkena, terutama saat mengejan atau batuk. Tonjolan ini mungkin hilang ketika pasien
berbaring (Smeltzer et al., 2015).
3. Intervensi terapeutik
Hernia dapat didiagnosis dengan melakukan pemeriksaan fisik. Pengobatan yang bisa
dilakukan meliputi: observasi hernia, dan menggunakan alat pendukung jangka pendek
atau pembedahan untuk menyembuhkan hernia. Sebuah penyangga atau celana dalam
khusus yang berfungsi untuk memberikan tekanan dapat dikenakan oleh pasien untuk
menjaga supaya hernia tetap di tempatnya. Operasi disarankan untuk pasien hernia
inguinalis dan apabila diindikasikan adanya trangulasi atau ancaman sumbatan usus.
Untuk hernia simptomatis, prosedur bedah termasuk pembedahan hernia (herniorrhaphy)
atau hernioplasty (bedah terbuka atau laparoskopi). Pada herniorrhaphy, biasanya
dilakukan dengan membuat sayatan di perut dinding, mengganti isi kantung hernia,
menjahit jaringan melemah, dan menutup lubangnya. Sementara itu pada hernioplasti,
dilakukan dengan mengembalikan hernia ke perut dan memperkuat dinding otot yang
melemah dengan menggunakan kawat, fasia, atau mesh (Simons et al., 2018).
Diagnosa keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan spasme bladder, obstruksi atau proses
pembedahan.
2) Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dan
ketidaknyamanan
Pembesaran kelenjar prostat merupakan proses yang normal terjadi pada pria lanjut usia.
Pembesaran kelenjar prostat ini dimulai pada sekitar usia 50 dan terjadi pada 75% dari
pria diatas 70 tahun. Benign prostatic hyperplasia (BPH) dapat dikatakan sebagai
pertumbuhan prostat yang tidak ganas yang secara bertahap menyebabkan obstruksi
kemih. Menurut penelitian, BPH tidak meningkatkan resiko seseorang mengalami kanker
prostat (Vuichoud & Loughlin, 2015).
Patofisiologi
Terjadi peningkatan yang lambat dalam jumlah sel di kelenjar prostat, dimana ini
umumnya merupakan hasil penuaan. Ketika ukuran kelenjar prostat meningkat, maka
akan mulai menekan atau mendesak lubang uretra. Penyempitan uretra ini berarti
kandung kemih harus bekerja lebih keras untuk mengeluarkan urin. Sehingga lebih
banyak usaha dan waktu yang lebih lama diperlukan untuk mengosongkan kandung
kemih. Akhirnya penyempitan ini menyebabkan obstruksi dan dapat menyebabkan retensi
urine atau pada akhirnya akan menyebabkan distensi pada ginjal (hidronefrosis).
Sebenarnya yang menjadi masalah adalah pada lokasi pembesaran, bukan jumlahnya,
yang menyebabkan masalah. Pertumbuhan pada kelenjar prostat yang paling dekat
dengan uretra dapat menyebabkan lebih banyak masalah pada kemampuan buang air kecil
dianding bila pertumbuhannya berada di luar bagian dari kelenjar prostat (Langan, 2019;
Smeltzer et al., 2015).
Gejala BPH biasanya dapat diketahui melalui dua cara yaitu diantaranya; masalah yang
berkaitan dengan obstruksi atau masalah yang berkaitan dengan iritasi. Gejala yang
terkait dengan obstruksi meliputi penurunan ukuran atau aliran urine, kesulitan memulai
BAK, menetes setelah urinasi, retensi urine dan adanya perasaan bahwa kandung kemih
masih terisi. Gejala yang berkaitan dengan iritasi meliputi nokturia, dysuria, dan urgensi
(Basavanthappa & Basavanthappa, 2011; Langan, 2019; Smeltzer et al., 2015).
Penatalaksanaan
Diagnosa keperawatan
1) Resiko injuri (perdarahan) berhubungan dengan intervensi pembedahan
2) Nyeri akut berhubungan dengan spasme bladder, obstruksi atau proses
pembedahan
D. Latihan Soal
1. Seorang laki laki usia 54 tahun dirawat di Ruang Rawat Inap setelah didiagnosa
infeksi HIV. Pasien menanyakan kepada perawat tentang kondisi penyakit yang
dideritanya. Respon perawat yang paling sesuai untuk menjawab pertanyaan pasien
adalah HIV-AIDS merupakan …
a. Penyakit akut
b. Penyakit terminal
c. Penyakit yang menular melalui udara
d. Penyakit kronis yang dapat disembuhkan
e. Penyakit yang mempunyai masa remisi dan eksaserbasi
2. Seorang laki-laki dirawat dengan keluhan sesak nafas disertai batuk. Hasil auskultasi
paru didapatkan sekret pada paru bagian kanan dan perawat akan melakukan
fisioterapi dada. Apakah posisi yang tepat untuk tindakan tersebut?
a. Posisi miring kanan
b. Posisi semi fowler
c. Posisi miring kiri
d. Posisi supinasi
e. Posisi fowler
3. Seorang wanita berusia 45 tahun dirawat di ruang penyakit dalam. Pasien mengeluh
batuk berdahak selama kurang lebih 4 minggu tidak sembuh, dalam 1 bulan nafsu
makan menurun dan BB turun 3 kg. Program hari ini pasien akan dilakukan Test
Mantoux oleh perawat untuk menegakkan diagnosa medis. Bagaimana rute injeksi
yang dilakukan untuk test tersebut?
a. Intrakutan
b. Subkutan
c. Intravena
d. Intramuscular
e. Supositoria
4. Seorang laki-laki berusia 40 tahun dirawat di ruang interna dengan keluhan sesak
nafas, batuk berdahak, dahak tidak bisa keluar. Pada pengkajian ditemukan pasien
merasa nyaman dengan posisi duduk, tidak ada nafsu makan dan cepat lelah. Dari
pemeriksaan fisik terdengar ronchi paru lobus kanan atas, pernafasan 28 kali
permenit, nadi 90 kali permenit, tekanan darah 130/80mm Hg. Hasil pemeriksaan
AGD : pH 7,40, pO2 80 mmHg, pCO2 35 mmHg, HCO3 26 mmol. Apakah masalah
keperawatan utama pada pasien?
a. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
b. Bersihan jalan nafas tidak efektif
c. Gangguan pertukaran gas
d. Pola nafas tidak efektif
e. Intoleransi aktivitas
5. Seorang ibu hamil usia 32 tahun datang ke IGD dengan keluhan badan lemas dan
pusing. Pasien berada di usia kehamilan 34 minggu. Saat dilakukan pemeriksaan
laboratorium, pasien mengalami peningkatan kadar glukosa dalam darahnya.
Sesuai dengan ilustrasi diatas, maka pasien termasuk dalam klasifikasi…
a. Diabetes tipe 1
b. Diabetes tipe 2
c. Diabetes gestasional
d. Diabetes insipidus
e. Diabetes lainnya
6. Seorang laki laki usia 32 tahun datang ke IGD dengan keluhan nyeri perut
kuadran kanan bawah. Sejak kemarin, pasien juga mengatakan muntah,
penurunan nafsu makan dan demam ringan. Nyeri yang dirasakan pasien
memiliki skala 7. Dari hasil pemeriksaan fisik, didapatkan nyeri tekan pada titik
McBurney dan tanda Rovsing (+). Dokter mendiagnosa dengan apendisitis akut
dan harus dilakukan pembedahan. Apakah masalah keperawatan utama yang
paling tepat ditegakkan pada kasus diatas?
a. Hipertermi
b. Nyeri akut
c. Gangguan rasa nyaman
d. Resiko kekurangan volume cairan
e. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
7. Seorang laki laki usia 3 tahun dirawat di ruang rawat inap setelah dilakukan
appendiktomi. Pagi ini pasien mengeluh nyeri di area bekas operasi. Nyeri yang
datang hilang timbul dengan skala nyeri 5. Apakah masalah utama yang dialami oleh
pasien?
a. Nyeri akut
b. Defisit pengetahuan
c. Resiko defisit volume cairan
d. Nutrisi kurang dari kebutuhan
e. Resiko kelebihan volume cairan
8. Seorang laki laki usia 65 tahun dirawat di ruang rawat bedah setelah operasi
apendiktomi hari kedua. Perawat bermaksud untuk melakukan rawat luka. Saat
balutan dibuka, luka tampak bersih, kering dan jahitan ututh, tidak ada tanda
pembengkakan dan tidak ada pus/nanah. Apakah cairan yang sebaiknya digunakan
untuk luka tersebut?
a. NaCL 09%
b. Cairan savlon
c. Larutan klorine
d. Mercurochrome
e. Providone iodine
9. Seorang wanita usia 65 tahun mengeluh nyeri perut dan susah buang air besar selama
3 minggu terakhir. Hasil pemeriksaan dengan USG, didapatkan adanya massa
abnormal pada colon dan ada indikasi keganasan. Saat
perawat sedang berada di ruang, pasien bertanya tentang hasil pemeriksaan kepada
perawat. Bagaimanakah perawat sebaiknya merespon pertanyaan dari pasien?
a. “Maaf, saya tidak tahu hasilnya”
b. “Tampaknya perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan”
c. “Maaf, saya rasa sekarang bukan saat yang baik untuk
membicarakannya”
d. “Maaf, saya tidak berwenang menjelaskannya, silahkan
bertanya kepada dokter”
e. “Hasil USG ada pembesaran pada usus halus, dan perlu pemeriksaan lain
untuk memastikan”
10. Seorang wanita usia 32 tahun dirawat di ruang bedah post apendiktomi. Pasien
mendapatkan terapi NaCl 0,9%. Perawat memeriksa daerah pemasangan dan
terlihat berwarna merah, bengkak, hangat dan nyeri saat dipalpasi. Manakah
intervensi keperawatan yang harus dilakukan pertama kali?
a. Menghentikan infus
b. Mengganti posisi infus
c. Mengubah posisi tangan
d. Memperlambat tetesan infus
e. Memberikan kompres dingin
E. Rangkuman
5. Kanker adalah penyakit genetik — yaitu, itu disebabkan oleh perubahan gen yang
mengendalikan cara sel kita berfungsi, terutama bagaimana mereka
tumbuh dan membelah. Perubahan genetik yang menyebabkan kanker dapat diwarisi
dari orang tua kita. Mereka juga dapat muncul selama masa hidup seseorang sebagai
akibat dari kesalahan yang terjadi ketika sel membelah atau karena kerusakan DNA
yang disebabkan oleh paparan lingkungan tertentu.
6. Apendisitis adalah peradangan atau inflamasi yang terjadi di apendiks. Karena ukuran
apendiks yang kecil, obstruksi mungkin terjadi terjadi, membuatnya rentan terhadap
infeksi. Itu mengakibatkan proses inflamasi menyebabkan peningkatan tekanan
intraluminal.
7. Hernia merupakan tonjolan organ atau struktur yang abnormal melalui kelemahan
atau robekan pada dinding rongga abdomen. Hernia dapat disebabkan oleh
kelemahan pada dinding perut yang terjadi seiring dengan peningkatan tekanan intra
abdomen, seperti tekanan akibat dari batuk, mengejan, dan mengangkat benda berat.
Obesitas, kehamilan, dan penyembuhan luka yang buruk juga merupakan faktor
resiko yang bisa menyebabkan hernia.
8. Pembesaran kelenjar prostat merupakan proses yang normal terjadi pada pria lanjut
usia. Pembesaran kelenjar prostat ini dimulai pada sekitar usia 50 dan terjadi pada
75% dari pria diatas 70 tahun. Benign prostatic hyperplasia (BPH) dapat dikatakan
sebagai pertumbuhan prostat yang tidak ganas yang secara bertahap menyebabkan
obstruksi kemih.
Pembelajaran 6. Kesehatan Masyarakat, Keluarga,
Jiwa Ibu Dan Anak
Sumber:
Modul Pendidikan Profesi Guru. Modul 1 Konsep dan Prinsip dasar Komunikasi.
Penulis: Faqih Ruhyanudin, M. Kep., Sp.Kep.MB (2019)
A. Kompetensi
Setelah mempelajari keseluruhan materi pada pembelajaran ini, Anda diharapkan dapat
menganalisis prinsip ilmu kesehatan masyarakat (Keperawatan Jiwa, Keperawatan
Keluarga, Keperawatan Geriatrik dan Komunitas, Keperawatan Maternitas) dan
aplikasinya dalam keperawatan.
Keperawatan | 183
C. Uraian Materi
Kesehatan menurut WHO (1947) adalah suatu keadaan yang sempurna baik
secara fisik, mental dan sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan.
Sehat menurut UU 23 tahun 1992 tentang kesehatan menyatakan bahwa kesehatan adalah
keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang mungkin hidup produktif secara sosial
dan ekonomis.
Tujuan Kesehatan masyarakat baik dalam bidang promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif adalah tiap warga masyarakat dapat mencapai derajat kesehatan yang
setinggi-tinggi baik fisik, mental, sosial serta diharapkan berumur panjang. Adapun tujuan
umum dan tujuan khusus kesehatan masyarakat adalah sebagai berikut:
Umum
Khusus
a. Epidemiologi
b. Biostatistik/statistik kesehatan
c. Kesehatan lingkungan
d. Pendidikan kesehatan/ilmu Prilaku
e. Administrasi Kesehatan masyarakat
f. Gizi masyarakat
g. Kesehatan kerja
a. Individu
Individu adalah bagian dari anggota keluarga, apabila individu tersebut
mempunyai masalah kesehatan karena ketidak mampuan merawat dirinya sendiri oleh
sesuatu hal dan sebab maka akan dapat mempengaruhi anggota keluarga lainnya baik
secara fisik, mental, spiritual dan sosial
b. Keluarga
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat, terdiri atas kepala keluarga,
anggota keluarga lainnya, yang berkumpul dan tinggal dalam suatu rumah tangga karena
pertalian darah dan ikatan perkawinan atau adopsi, satu dengan lainnya saling tergantung
dan interaksi, bila salah satu atau beberapa keluarga mempunyai masalah kesehatan maka
akan berpengaruh terhadap anggota dan keluarga yang lain.
Keperawatan | 185
c. Kelompok khusus
Kelompok khusus adalah kumpulan individu yang mempunyai kesamaan jenis
kelamin, umur, permasalahan, kegiatan yang terorganisasai yang sangat rawan terhadap
masalah kesehatan, dan termasuk di antaranya adalah:
Agar usaha kesehatan masyarakat dapat terlaksana dengan baik ada beberapa
prinsip pokok yang harus diperhatikan, yaitu:
Konsep dasar paradigma kesehatan lingkungan adalah, bahwa terjadinya derajat status
kesehatan karena interaksi antara agen, pejamu dan lingkungan
1) Interaksi agen dan lingkungan: Ketahanan bakteri terhadap sinar matahari
Stabilitas vitamin di dalam lemari pendingin
2) Interaksi agen dan pejamu: Timbulnya gejala dan tanda penyakit
3) Interaksi pejamu dan lingkungan: Ketersediaan fasilitas kesehatan Kebiasaan
penyiapan makanan Keadaan ruangan (panas, dingin)
Pemerintah mencanangkan 5 pilar dalamprogram Sanitasi Total Berbasis
Lingkungan (STBM) untuk mengurangi penyakit tersebut.5 pilaritu, yakni berhenti
buang air besar sembarangan, cuci tangan pakai sabun,pengelolaan air minum dan
makanan rumah tangga, pengelolaan sampah rumah tangga,dan pengelolaan limbah
cair rumah tangga. (Astorina, 2011)
6.3 Keperawatan Geriatrik
Definisi Lansia
Berdasarkan definisi secara umum, seseorang dikatakan lansia apabila usia lebih dari
60 tahun, baik pria maupun wanita. Sedangkan Departeman kesehatan RI menyebutkan
seseorang dikatakan berusia lanjut usia dimulai dari usia 55 tahun keatas. Menurut
Badan Kesehatan Dunia (WHO) usia lanjut dimulai dari usia 60 tahun. Depkes RI
(2005) menjelaskan bahwa batasan lansia dibagi menjadi tiga katagori, yaitu:
Berdasarkan konsep lansia dan proses penuaan yang telah dijabarkan, maka lansia
rentan sekali menghadapi berbagai permasalahan baik secara fisik maupun psikologis.
Kane, Ouslander, dan Abrass (1999) menjabarkan permasalahan yang sering dihadapi
lansia ke dalam 14 masalah atau yang sering disebut 14i Sindrom Geriatri (Geriatric
Syndrome). Keempat belas masalah tersebut adalah: 1) Immobility
(penurunan/ketidakmampuan mobilisasi); 2) Instability (ketidakseimbangan, risiko
jatuh); 3) Incontinence (inkontinensia urin/alvi, tidak mampu menahan buang air
kecil/besar); 4) Intelectual Impairment (penurunan fungsi kognitif, demensia); 5)
Infection (rentan mengalami infeksi); 6) Impairment of Sensory/Vision (penurunan
penglihatan, pendengaran); 7) Impaction (sulit buang air besar); 8) Isolation (rentan
depresi/stres sehingga lebih sering menyendiri); 9) Inanition (kurang gizi); 10)
Impecunity (penurunan penghasilan);
11) Iatrogenesis (efek samping obat-obatan); 12) Insomnia (sulit tidur); 13)
Immunedeficiency (penurunan daya tahan tubu); 14) Impotence (impotensi).
Pelayanan kesehatan secara umum pada lansia
Posyandu Lansia
Menurut Undang-undang Nomor 52 tahun 2009, keluarga adalah unit terkecil dalam
masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami, istri dan anaknya, atau ayah dan
anaknya, atau ibu dan anaknya. Sementara itu, menurut teori secara tradisional pengertian
keluarga adalah kelompok beberapa orang yang berkumpul dalam ikatan pernikahan,
darah atau adopsi yang hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi dan berkomunikasi
satu dengan lainnya di dalam peran sosial sebagai suami dan istri, kakak dan adik, serta
membentuk dan mempertahankan budaya yang umum (Kaakinen, Coelho, Steele,
Tabcco, & Hanson, 2015).
2. Peranan Keluarga
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat,
kegiatan, yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu.Peranan
individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok
dan masyarakat.
Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut:
a. Peranan ayah
Ayah sebagai suami dari istri, berperanan sebagai pencari nafkah, pendidik,
pelindung, dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari
kelompok sosialnya, serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya
b. Peranan ibu
Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus
rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan
sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya, serta sebagai anggota
masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga dapat berperan sebagai pencari
nafkah tambahan dalam keluarganya.
c. Peranan anak
Anak-anak melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai dengan tingkat
perkembangannya, baik fisik, mental, sosial dan spiritual.
3. Fungsi Keluarga
1) Fungsi Afektif
2) Fungsi Sosialisasi dan Tempat Bersosialisasi
3) Fungsi Reproduksi
4) Fungsi Ekonomi
5) Fungsi Perawatan / Pemeliharaan Kesehatan
4. Tahap-Tahap Kehidupan / Perkembangan Keluarga
1) Pasangan baru (keluarga baru)
2) Keluarga child-bearing (kelahiran anak pertama)
3) Keluarga dengan anak pra-sekolah
4) Keluarga dengan anak sekolah
5) Keluarga dengan anak remaja
6) Keluarga dengan anak dewasa (pelepasan)
7) Keluarga usia pertengahan
8) Keluarga usia lanjut
5. Tugas-tugas keluarga
Ada 8 (delapan) tugas pokok keluarga, yaitu:
1) Pemeliharaan fisik keluarga dan anggota-anggotanya.
2) Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga
3) Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan
kedudukannnya masing-masing.
4) Sosialisasi antar anggota keluarga
5) Pengaturan jumlah anggota keluarga
6) Pemeliharaan ketertiban anggota-anggota keluarga
7) Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas.
8) Membangkitkan dorongan dan semangat para anggota keluarganya.
1. Kesehatan Jiwa
Kesehatan jiwa menurut UU No 3 tahun 1966 tentang kesehatan jiwa
didefinisikan sebagai suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik,
intelektual, dan emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu
berjalan secara selaras dengan keadaan orang lain.
2. Masalah-masalah Kesehatan Jiwa
Secara umum gangguan fungsi jiwa yang dialami seorang individu dapat terlihat
dari penampilan, komunikasi, proses berfikir, interaksi dan aktivitas sehari- hari
(Budi, Keliat, dkk, 2012).
1. Psikotik
a) Gangguan Psikotik Akut.
b) Gangguan Psikotik Kronik.
2. Depresi
3. Panik
6.6 Community Mental Health Nursing (CMHN)
Fokus utama dalam CMHN adalah pentingnya menjalin kerjasama dengan keluarga,
orang yang bearti bagi pasien dan kerjasama dalam berbagai setting di komunitas.
Tujuan dari CMHN yaitu memberikan pelayanan, konsultasi dan edukasi, atau
memberikan informasi mengenai prinsip-prinsip kesehatan jiwa kepada para agen
komunitas lainnya. Tujuan lainnya adalah menurunkan angka resiko terjadinya gangguan
jiwa dan meningkatkan penerimaan komunitas terhadap praktek kesehatan jiwa melalui
edukasi. Konsep CMHN yang paling penting adalah pemberian asuhan keperawatan
kepada pasien, keluarga, kelompok dan masyarakat dalam kondisi sehta mental, beresiko
gangguan jiwa dan mengalami gangguan jiwa tanpa melibatkan rumah sakit (Yosep,
Iyus, dkk, 2014).
Model Community Mental Health Nursing (CMHN)
Secara umum model konsep CMHN adalah memberikan asuhan kepada pasien
sepanjang hayat termasuk semua aspek kehidupan manusia, termasuk kebutuhan dasar,
kebutuhan kesehatan fisik dan pasien yang membutuhkan treatment psikiatri dan
rehabilitasi. Model lain dalam CMHN adalah Case Management. Model ini adalah
cara memberikan pelayanan kepada pasien secara multidisiplin. Pada model ini selain
mengkaji support system dari komunitas, juga melakukan identifikasi dari pasien,
treatment yang dilakukan, resopon krisis, dental care, kondisi perumahan, pendapatan
dan perlindungan hak serta advokasi. Semua kegiatan tersebut dilakukan bersama-sama
terhadap pasien yang mengalami gangguan jiwa maupun yang beresiko terkena
gangguan jiwa (Yosep, Iyus, dkk, 2014).
1. Kesehatan masyarakat adalah kombinasi antara teori (ilmu) dan Praktek (seni) yang
bertujuan untuk mencegah penyakit, memperpanjang hidup, dan meningkatkan
kesehatan penduduk (masyarakat). Kesehatan masyarakat adalah sebagai aplikasi
keterpaduan antara ilmu kedokteran, sanitasi, dan ilmu sosial dalam mencegah
penyakit yang terjadi di masyarakat.
2. Ruang lingkup kesehatan masyarakat: Epidemiologi, Biostatistik/statistik kesehatan,
Kesehatan lingkungan, Pendidikan kesehatan/ilmu Prilaku, Administrasi Kesehatan
masyarakat, Gizi masyarakat, Kesehatan kerja
3. Indikator derajat kesehatan meliputi: Lingkungan, Perilaku, Pelayanan Kesehatan.
4. Keluarga adalah dua atau lebih individu yang bergabung karena hubungan darah,
perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga,
berinteraksi satu sama lain, dan di dalam peranannya masing-masing menciptakan
serta mempertahankan kebudayaan.
5. Fungsi keluarga meliputi fungsi afektif, Fungsi Sosialisasi dan Tempat Bersosialisasi,
Fungsi Reproduksi, Fungsi Ekonomi dan Fungsi Perawatan / Pemeliharaan Kesehatan
6. Tugas Pelaksanaan Perawatan Kesehatan Keluarga meliputi: Mengenal masalah
kesehatan keluarga, Mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat,
Merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan, Modifikasi
lingkungan fisik dan psikologis, Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di sekitar
keluarga.
7. Pendekatan keperatana keluarga ada 4, meliputi: Keluarga sebagai kontek (Family as
Context), Keluarga sebagai klien (Family as Client), Keluarga sebagai sistem (Family
as System), Keluarga sebagai komponen sosial (Family as Component of Society).
8. Kriteria sehat jiwa meliputi Sikap positif terhadap diri sendiri, Tumbuh kembang dan
beraktualisasi diri, Integrasi, Persepsi sesuai dengan kenyataan, Otonomi, dan
Kecakapan dalam beradaptasi dengan lingkungan
9. Masalah-Masalah Gangguan Jiwa terdiri dari gangguan psikotik akut, psikotik kronis
depresi, panik maupun gangguan penyesuaian
Pembelajaran 7. Infeksi Nosokomial dan Patient
Safety
Sumber:
A. Kompetensi
Setelah mempelajari keseluruhan materi pada pembelajaran ini, Anda diharapkan dapat
mengalisis Konsep Infeksi dan Keamanan Pasien (Patient Safety)
C. Uraian Materi
7.1 Infeksi
Infeksi adalah proses invasif oleh mikroorganisme dan berpoliferasi di dalam tubuh
yang menyebabkan sakit (Potter & Perry, 2005). Infeksi merupakan akibat dari invasi
mikroorganisme pathogen kedalam tubuh dan jaringan yang terjadi pada penjamu
terhadap organisme dan toksinya.
Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan (Health Care Associated Infections/HAIs)
merupakan infeksi yang terjadi pada pasien selama perawatan di rumah sakit dan
fasilitas pelayanan kesehatan lainnya dimana ketika masuk tidak ada
Keperawatan | 199
infeksi dan tidak dalam masa inkubasi, termasuk infeksi dalam rumah sakit tapi
muncul setelah pasien pulang, juga infeksi karena pekerjaan pada petugas rumah sakit
dan tenaga kesehatan terkait proses pelayanan kesehatan di fasilitas pelayanan
kesehatan.
Ada beberapa mikroorganisme yang menyebabkan infeksi nosocomial antara lain:
a) Conventional pathogens
b) Conditional pathogens
c) Opportunistic pathogens
Menurut Supari, patient safety adalah bebas dari cidera aksidental atau
menghindarkan cidera pada pasien akibat perawatan medis dan kesalahan
pengobatan. Vincent juga mengemukakan bahwa keselamatan pasien didefinisikan
sebagai penghindaran, pencegahan dan perbaikan dari hasil tindakan yang buruk
atau injuri yang berasal dari proses perawatan kesehatan. Begitupun Emanuel
menyatakan bahwa keselamatan pasien adalah disiplin ilmu di sektor perawatan
kesehatan yang menerapkan metode ilmu keselamatan menuju tujuan mencapai
sistem penyampaian layanan kesehatan yang dapat dipercaya. Keselamatan pasien
juga merupakan atribut sistem perawatan kesehatan; Ini meminimalkan kejadian dan
dampak, dan memaksimalkan pemulihan dari efek samping.
Keperawatan | 201
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2016 Tentang
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit menjelaskan beberapa istilah
sebagai berikut:
a) Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi asesmen risiko, identifikasi
dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan
analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta
implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah
terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu
tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
b) Insiden keselamatan pasien yang selanjutnya disebut insiden adalah setiap
kejadian yang tidak disengaja dan kondisi yang mengakibatkan atau berpotensi
mengakibatkan cedera yang dapat dicegah pada pasien, terdiri dari Kejadian
Tidak Diharapkan, Kejadian Nyaris Cedera, Kejadian Tidak Cedera dan Kejadian
Potensial Cedera.
c) Kejadian Tidak Diharapkan, selanjutnya disingkat KTD adalah insiden yang
mengakibatkan cedera pada pasien.
d) Kejadian Nyaris Cedera, selanjutnya disingkat KNC adalah terjadinya insiden
yang belum sampai terpapar ke pasien.
e) Kejadian Tidak Cedera, selanjutnya disingkat KTC adalah insiden yang sudah
terpapar ke pasien, tetapi tidak timbul cedera.
f) Kondisi Potensial Cedera, selanjutnya disingkat KPC adalah kondisi yang sangat
berpotensi untuk menimbulkan cedera, tetapi belum terjadi insiden.
g) Kejadian sentinel adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera
yang serius.
h) Pelaporan insiden keselamatan pasien yang selanjutnya disebut pelaporan insiden
adalah suatu sistem untuk mendokumentasikan laporan insiden keselamatan
pasien, analisis dan solusi untuk pembelajaran.
Tujuan keselamatan pasien
Tujuan dari keselamatan pasien (patient safety) adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi pasien dengan benar (Identify patients correctly)
2. Meningkatkan komunikasi yang efektif (Improve effective communication)
3. Meminalkan kesalahan penempatan, kesalahan pasien, kesalahan prosedur
(Eliminate wrong-site, wrong-patient, wrong procedure surgery)
4. Meningkatkan keamanan dari resiko pengobatan (Improve the safety of
high-alert medications)
5. Menurunkan resiko infeksi yang berhubungan dengan pelayan kesehatan
(Reduce the risk of health care-associated infections)
6. Menurunkan resiko pasien terjatuh (Reduce the risk of patient harm from
falls).
Alat pelindung diri adalah peralatan yang di gunakan untuk meminimalisir dan
mencegah terjadinya kecelakaan akibat kerja serta penyakit akibat tidak
menggunakannya. Kontak yang salah dengan bahan dan mesin ditempat kerja
dapat mengakibatkan suatu cidera dan penyakit yang cukup serius
(Kuswana,2015).
Berasarkan peraturan menteri tenagakerja dan transmigrasi Republik
Indonesi nomor PER.08/MEN/V11 2010 tentang alat pelindung diri, APD adalah
suatu alat yang mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang yang
fungsinya mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya ditempat
kerja.
Menurut Occupatioonal Safety and Health Addministration (OSHA)
alat pelinudng diri, didefinisikan sebagai alat yang digunakan untuk melindungi
pekerja dari penyakit akibat kerja baik bersifat biologis, radiasi, kimia, elektrik,
fisik, mekanik, dan lainnya. APD digunakan sebagai upaya terakhir untuk
melindungi tenaga kerja saat melakukan pekerjaan agar tidak terjadi kecelakaan
kerja serta penyakit berahaya (Sholihah,2014).
b) Jenis-jenis Alat Pelindung Diri (APD)
c) Pelindung Tangan
Alat pelindung tangan adalah berfungsi sebgai pelindung tangan saat bekerja di
tempat atau situasi yang dapat mengakibatkan cidera tangan (Kuswana,2015).
Sarung tangan adalah perlengkapan yang digunakan untuk melindungi tangan
dari kontak bahan kimia, tergores, atau luka akibat sentuhan dengan benda
runcing dan tajam (Listiyarini, 2016). Alat pelindung tangan terbuat dari berbagai
macam bahan sesuai kebutuhan perkerja (Irzal,2016).
Gloves
Mitts Mittens
5. Pelindung Kaki
Menurut peraturan menteri tenanga kerja dan transmigrasi Republik
Indonesia PER.08/MEN/VII/2010 tentang alat pelindung diri, alat pelindung kaki
berfungsi melinungi kaki dari tertimpa atau berbenturan dengan benda-benda
berat, tertusuk benda tajam, terkena cairan panas atau dingin, uap panas,
terpajang suhu yang ekstrim, terkena bahan kimia berbahaya serta tergelincir
(Sholihah, 2014). Alat pelindung kaki perlengkapan untuk melindungi kaki dari
benda-benda seperti kaca, atau potongan baja, dan aliran listrik (Listiyarini,
2018).
Menurut Buntarto (2015), hal-hal yang perlu di perhatikan dalam pemilihan APD,
antara lain :
1. Dapat memberikan pelindung yang cukup terhadap bahaya yang
dihadapi oleh pekerja.
2. Harus seringan mungkin dan tidak menyebabkan rasa
ketidaknyamanan yang berlebihan.
3. Tidak mudah rusak.
4. Suku cadang mudah di peroleh.
5. Harus memnuhi ketentuan standart yang telah ada.
6. Dapat dioakai secara fleksibel.
7. Tidak menimbulkan bahaya-bahaya tambahan bagi penggunanya
misalnya karena bentuk dan bahan dari alat pelindung diri yang
digunakan tidak tepat.
8. Tidsak membatasi gerakan dan persepsi sesori pemakainya.
Gambar 48. Standar Operasional Prosedur (SOP) penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
Fokus utama pencegahan infeksi (PI) pada masa lalu adalah mencegah infeksi serius
pasca bedah saat melakukan tindakan operasi. Meskipun infeksi serius pasca-bedah
masih merupakan masalah di beberapa negara, munculnya AIDS (Acquired
Immunodeficiency Syndrome) dan Hepatitis B yang belum tertanggulangi, telah
merubah fokus Pencegahan Infeksi secara dramatis. Saat ini, perhatian harus
ditujukan untuk mengurangi resiko perpindahan penyakit tidak hanya terhadap klien,
tetapi juga kepada pemberi pelayanan dan karyawan, termasuk pekarya, mereka yang
bertugas untuk membersihkan dan merawat ruang operasi. Sehingga sejak tahun
1990-an dan selanjutnya, pencegahan infeksi mempunyai dua tujuan: mencegah
terjadinya infeksi dan memberikan perlindungan baik terhadap klien maupun
terhadap tenaga pelayan kesehatan.
a) Cuci Tangan
Mencuci tangan secara benar dan menggunakan sarung tangan pelindung, baik di
saat melakukan operasi maupun di saat memegang alat atau bahan yang
terkontaminasi, merupakan faktor kunci untuk mengurangi penyebaran penyakit
dan menjaga lingkungan bebas dari infeksi. Secara praktis, cuci tangan
merupakan salah satu tindakan paling penting. Meskipun indikasi mutlak cuci
tangan tidak diketahui karena kurangnya penelitian kasus-kontrol, pedoman
berikut ini dapat membantu untuk menentukan bilamana cuci tangan dianggap
diperlukan (Lynn, n.d.).
5 momen cuci tangan sekarang coba kita bahas tentang bagaimana cuci tangan
dengan antiseptik (handrub) yang benar menurut WHO (World Health
Organization, 2010). Higiene tangan baik dilakukan dalam 5 momen/saat:
1. Sebelum kontak dengan pasien,
2. Sebelum tindakan aseptik,
3. Setelah terkena cairan tubuh pasien,
4. Setelah kontak dengan pasien,
5. Setelah kontak dengan linkungan di sekitar pasien
Gambar 50. Langkah Cuci Tangan (World Health Organization, 2010)
Menggunakan alat atau selang yang menempel pada tubuh seperti alat bantu
napas atau kateter urine, serta melakukan tindakan medis lainnya sesuai dengan
indikasi (tepat guna). Indikasi pemasangan kateter urin menetap antara lain:
1) Retensi urin akut atau obstruksi
2) Tindakan operasi tertentu
3) Membantu penyembuhan perinium dan luka sakral pada pasien
inkontinensia
4) Pasien bedrest dengan perawatan paliatif
5) Pasien immobilisasi dengan trauma atau operasi
6) Pengukuran urine out put pada pasien kritis
d) Penempatan pasien di ruang isolasi.
Pasien dengan daya tahan tubuh yang rendah atau pasien yang berpotensi untuk
menularkan penyakit diharuskan untuk ditempatkan di ruang isolasi. Ruang
isolasi adalah ruangan untuk penempatan bagi pasien dengan penyakit infeksi
yang menular agar tidak menular kepada pasien lain, petugas, dan pengunjung.
Dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, Rumah Sakit harus
menerapkan Kewaspadaan Isolasi yang terdiri dari Kewaspadaan Standar dan
Kewaspadaan berbasis transmisi. Rumah Sakit harus mampu memisahkan pasien
yang mengidap penyakit infeksi dan menular, dengan pasien yang mengidap
penyakit tidak menular. Berdasarkan cara transmisi/penularan infeksi maka
penularan penyakit dapat dibedakan menjadi penularan kontak, dan penularan
droplet (H5N1, H1N1, MERS CoV) atau udara (tuberculosis).
7.5 Isolasi
a) Definisi
n) Kategori Isolasi
Kategori isolasi yang dilakukan sesuai dengan patogenesis dancara penularan /
penyebaran kuman terdiri dari isolasi ketat, isolasi kontak, isolasi saluran
pernafasan, tindakan pencegahan enterik dan tindakan pencegahan sekresi.Secara
umum, kategori isolasi membutuhkan kamar terpisah, sedangkan kategori
tindakan pencegahan tidak memerlukan kamar terpisah.
1. Isolasi Ketat
2. Isolasi Kontak
3. Isolasi Saluran Pernafasan
4. Isolasi Protektif
Lama Isolasi
Lama isolasi tergantung pada jenis penyakit, kuman penyebab dan fasilitas
laboratorium, yaitu :
a) Sampai biakan kuman negative (misalnya pada difteri, antraks)
b) Sampai penyakit sembuh (misalnya herpes, limfogranuloma venerum,
khusus untuk luka atau penyakit kulit sampai tidak mengeluarkan bahan
menular)
c) Selama pasien dirawat di ruang rawat (misalnya hepatitis virusadan b,
leptospirosis)
d) Sampai 24 jam setelah dimulainya pemberian antibiotika yang efektif
(misalnya pada sifilis, konjungtivitis gonore pada neonatus).
o) Prosedur keluar Ruang Perawatan isolasi
a) Perlu disediakan ruang ganti khusus untuk melepaskan Alat
Perlindungan Diri (APD).
b) Pakaian bedah / masker masih tetap dipakai.
c) Lepaskan pakaian bedah dan masker di ruang ganti pakaianumum,
masukkan dalam kantung binatu berlabel infeksius.
d) Mandi dan cuci rambut (keramas)
e) Sesudah mandi, kenakan pakaian biasa.
f) Pintu keluar dari Ruang Perawatan isolasi harus terpisah daripintu
masuk.
1. Seorang perempuan (52 tahun) dirawat di bangsal bedah RS. Perawat sedang
melakukan perawatan kolostomi pada pasien dan saat ini perawat membuka kantong
kolostomi dan menutup stoma dengan kassa. Apakah tindakan yang tepat dilakukan
oleh perawat untuk mengurangi resiko penyebaran infeksi?
a. Menggunakan handscoon
b. Membersihkan area kulit di sekitar stoma
c. Mengkaji stoma
d. Mengoleskan salf
e. Membersihkan stoma
2. Seorang perempuan (54 tahun) dirawat di RS dengan Diabetes Mellitus. Perawat
ruangan berencana akan melakukan pemberian injeksi insulin. Sebelum dilakukan
injeksi insulin, apa yang seharusnya dilakukan oleh perawat?
a. Melakukan penusukan jarum dengan cepat dan tegas
b. Melakukan aspirasi
c. Perawat melakukan desinfeksi pada area injeksi.
d. Menginjeksikan insulin secara perlahan
e. Mengobservasi adanya darah dalam spuit
3. Risiko medis karena pembedahan di negara-negara berkembang lebih tinggi
dibandingan dengan negara-negara maju dengan kisaran persentase19%
dibandingakn dengan 31% pada rumah sakit di negara yang berbeda. Penyebab utama
timbulnya penyebaran infeksi di Rumah Sakit adalah karena kegagalan petugas
kesehatan dalam
a. Hand Hygiene
b. Penggunaan APD
c. Desinfeksi alat
d. Sterilitas alat
e. Lemahnya regulasi di rumah sakit
4. Seorang perawat akan akan visite ke seorang perempuan (54 tahun) dirawat di RS
dengan Diabetes Mellitus. Perawat berencana akan melakukan rawat luka. Sebelum
dilakukan rawat luka, apa yang seharusnya dilakukan oleh perawat?
a. Cuci tangan hanya saat melakukan tindakan aseptic
b. Cuci tangan hanya setelah menyentuh cairan tubuh pasien
c. Cuci tangan cukup setelah kontak dengan pasien dan setelah kontak dengan
lingkungan pasien
d. Cuci tangan sebelum kontak dengan pasien
e. Cuci tangan setelah melakukan tindakan aseptic
5. Seorang laki-laki (40 tahun) dirawat di RS dengan combustio grade IIa dengan luas
36%. Hasil pengkajian : Pasien tampak lemah dan mengeluh nyeri pada luka, luka
warna merah dan terdapat puss. Nadi 100 x/mnt, Suhu 40 C. Apakah tindakan
keperawatan yang tepat dilakukan?
a) Mengajarkan pasien teknik relaksasi napas dalam
b) Memonitor asupan dan haluaran cairan tiap 4 jam
c) Memberikan terapi antibiotik sesuai indikasi
d) Mengkaji tanda-tanda infeksi
e) Membatasi jumlah pengunjung
6. Seorang perawat melakukan kunjungan ke rumah. Dalam keluarga yang didatangi,
ada salah satu anggota kelurga yang menderita TBC. Keluarga tersebut
mengatakan bingung dan takut tertular. Selama ini, yang menggunakan masker
hanya penderita saja. Apa intervensi yang tepat pada kasus di atas?
a. Memberikan penkes tentang cara menjaga lingkungan yang bersih.
b. Mernberikan penkes tentang perawatan klien dengan infeksi
menular.
c. Mernberikan penkes tentang pengobatan yang tepat.
d. Pencegahan keluarga terhadap penyakit infeksi.
e. Menganjurkan klien agar minum obat teratur.
7. Seorang perempuan usia 40 tahun dengan TBC. Keluarga tersebut mengatakan
bingung dan takut tertular. Bagaimanakan proses penyebaran infeksi pada kasus di
atas?
a. Vehicle Borne
b. Vektor Borne
c. Food Borne
d. Water Borne
e. Air Borne
8. Dilaporkan di suatu sekolah bahwa ada 60 kasus hepatitis B diwaktu yang hampir
bersamaan. Kepala sekolah melaporkan kejadian tersebut ke Dinas Kesehatan. Para
siswa yang lain kwatir jika tertular oleh peyakit tersebut. Bagaimanakan proses
penyebaran infeksi pada kasus di atas?
a. Vehicle Borne
b. Vektor Borne
c. Food Borne
d. Water Borne
e. Air Borne
9. Seorang anak usia 15 tahun lagi terkena flu. Kemudian adiknya usia 10 tahun juga
terkena flu. 3 kemudian ayahnya juga terkena flu juga. Hampir semua anggota
keluarga terkena flu, kecuali ibunya yang tidak terkena flu. Kenapa semua anggota
keluarga tertular flu tetapi ada yang tidak terkena flu. Factor apakah yang
menyebabkan infeksi pada kasus tersebut?
a. Nyamuk
b. Jumlah dari vektor
c. Kotoran
d. Jenis vector
e. Kerentanan dari host/penjamu
10. Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan (Health Care Associated Infections/HAIs)
merupakan infeksi yang terjadi pada pasien selama perawatan di rumah sakit dan
fasilitas pelayanan kesehatan lainnya dimana ketika masuk tidak ada infeksi dan
tidak dalam masa inkubasi. Ada beberapa mikroorganisme yang menyebabkan infeksi
nosocomial, yang termasuk opportunistic pathogen adalah…
a. Salmonella
b. Shigella
c. Pseudomonas
d. Proteus
e. Pneumocystis
E. Rangkuman
Dari uraian diatas dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Infeksi merupakan akibat dari invasi mikroorganisme pathogen kedalam tubuh dan
jaringan yang terjadi pada penjamu terhadap organisme dan toksinya. Infeksi
merupakan suatu keadaan yang disebabkan oleh mikroorganisme patogen, dengan
/tanpa disertai gejala klinik.
2. Mekanisme transmisi mikroba patogen ke pejamu yang rentan melalui dua cara yaitu
secara langsung dan tidak langsung.
3. Tanda tanda atau respon peradagan/inflamasi dibagi menjadi peradangan local dan
peradangan sistemik. Respon peradangan local diantaranya adalah Calor, Dolor,
Rubor, Tumor, Functiolaesa. Dan tanda peradangan sistemik yaitu demam dan
leukositosis.
4. Pencegahan infeksi mempunyai dua tujuan mencegah terjadinya infeksi dan
memberikan perlindungan baik terhadap klien maupun terhadap tenaga pelayan
kesehatan. Dengan mengetahui 5 moment dan 6 langkah dalam mencuci tangan dapat
mencegah terjadinya infeksi nosokomial.
5. Keselamatan pasien (patient safety) adalah keselamatan pasien didefinisikan
sebagai penghindaran, pencegahan dan perbaikan dari hasil tindakan yang buruk
atau injuri yang berasal dari proses perawatan kesehatan.
Pembelajaran 8. Prosedur Tindakan Keperawatan
Sumber:
Modul Pendidikan Profesi Guru. Modul 6: Keterampilan Dasar Tindakan
Keperawatan. Penulis: Edi Purwanto (2019)
A. Kompetensi
Setelah mempelajari keseluruhan materi pada pembelajaran ini, Anda diharapkan dapat
menganalisis prinsip ketrampilan tindakan keperawatan dan aplikasinya dalam
keperawatan
C. Uraian Materi
Tanda – tanda vital adalah sebuah keadaan atau tanda objektif dari manusia yang
menggambarkan kondisi diri seseorang yang terdiri dari nadi per menit, tekanan
darah, frekuensi pernapasan per menit, dan suhu tubuh (Patricia, 2005).
Alat dan bahan yang dipakai dalam pengukuran tanda-tanda vital
Para peserta didik sekalian beberapa alat yang harus kita siapkan dalam
melakukan pemeriksaan tanda – tanda vital adalah sebagai berikut:
a. Alat dan bahan untuk pemeriksaan tekanan darah:
1) Stetoskop
2) Spigmomanometer atau tensimeter.
Keperawatan | 221
b. Alat dan bahan untuk pemeriksaan denyut nadi. Alat yang digunakan untuk
pemeriksaan nadi adalah jam tangan atau stopwatch.
c. Alat dan bahan untuk pemeriksaan pernafasan. Jam tangan atau
stopwatch dan Stetoskop
d. Alat dan bahan untuk pemeriksaan suhu
1) Termometer
2) Tissue
3) kassa
Keperawatan | 223
13 menelaskan pada klien bahwa pengukuran akan berlangsung selama 5
menit atau sampai alarm berbunyi pada thermometer elektrik
14 Ambil thermometer dan baca hasilnya
15 Bersihkan termometer dengan kapas alkohol atau dengan menggunakan
sabun-savlon-air bersih lalu keringkan dengan kasa
16 Perawat Mengucapkan “Hamdallah” kemudian Menyampaikan informasi hasil
pemeriksaan kepada Klien/keluarga dan mengkomunikasikan
tindakan sudah selesai.
17 Perawat melepas handscoen dan mencuci tangan
18 MencatatHasilPemeriksaan di status KliendanmerapikanbajuKlien
19 Evaluasi :
1) Klien Bersih, rapi dan nyaman
2) Tempat tidur rapi
Perawat mampu menyimpulkan hasil dari pemeriksaan apakah Klien
Hipotermia, Normal, Pireksia/febris atau Hipertermia.
b) Pengukuran Temperatur Oral
20 Mengucapkan Basmallah
21 Perawat mencuci tangan
22 Meletakkan alat di dekat klien
23 Memakai handscoen bersih
24 Meminta klien untuk duduk atau berbaring, pastikan klien merasa nyaman
25 Siapkan thermometer atau turn on pada thermometer elektrik
26 Tempatkan ujung thermometer dibawah lidah klien pada sublingual
76 Lepaskan tombol SCAN, angkat thermometer dari dahi klien (Termometer akan
secara otomatis mati dalam 30 detik, untuk mematikannya segera,
tekan dan lepaskan tombolSCAN dengan cepat)
77 Perawat Mengucapkan “Hamdallah” kemudian Menyampaikan informasi hasil
pemeriksaan kepada Klien/keluarga dan mengkomunikasikan
tindakan sudah selesai.
78 Perawat melepaskan handscoen dan mencuci tangan
79 Mencatat Hasil Pemeriksaan di status Klien. Rapikan baju Klien
80 Evaluasi :
1) Klien Bersih, rapi dan nyaman
2) Tempat tidur rapi
Perawat mampu menyimpulkan hasil dari pemeriksaan apakah Klien
Hipotermia, Normal, Pireksia/febris atau Hipertermia.
B. Pemeriksaan frekuensi nafas
81 Mengucapkan Basmallah
82 Perawat mencuci tangan
83 Memakai handscoen bersih
84 Menjelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan pada klien
85 Bantu klien membuka baju, jaga privasi klien
86 Memposisikan Klien untuk berbaring/duduk, pastikan klien merasa nyaman
87 Lakukan inspeksi atau palpasi dengan kedua tangan pada punggung /
dada untuk menghitung gerakan pernapasan selama minimal 1 menit
88 Dokumentasikan hasil pemeriksaan (frekuensi nafas, irama nafas
reguler/ireguler, dan tarikan otot bantu pernafasan)
89 Perawat Mengucapkan “Hamdallah” kemudian Menyampaikan informasi hasil
pemeriksaan kepada Klien/keluarga dan mengkomunikasikan
tindakan sudah selesai.
90 Perawat melepaskan handscoen dan mencuci tangan
91 MenDokumentasikan hasil pemeriksaan (frekuensi nafas, irama nafas
reguler/ireguler, dan tarikan otot bantu pernafasan)di status Klien. Rapikan
baju Klien
92 Evaluasi :
1) Klien Bersih, rapi dan nyaman
2) Tempat tidur rapi
3) Perawat mampu menyimpulkan hasil dari pemeriksaan apakah Klien
Takipnea atau Bradipnea
C. Pemeriksaan nadi
93 Mengucapkan Basmallah
94 Perawat mencuci tangan
95 Memakai handscoen bersih
96 menjelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan pada klien
97 Bantu Klien untuk duduk atau berbaring, pastikan Klien merasa nyaman.
98 Gunakan ujung dua atau tiga jari (jari telunjuk, jari tengah dan jari manis )
untuk meraba salah satu dari 9 arteri.
99 Tekan arteri radialis untuk merasakan denyutan
Pengertian
● Injeksi insulin adalah penyuntikan hormon insulin ke dalam jaringan subkutan.
Injeksi hormon insulin ini sebagai pengganti insulin endogen yang secara normal
diproduksi oleh kelenjar pankreas. Hormon insulin berfungsi untuk memobilisasi
glukosa dari darah menuju organ untuk dijadikan energi.
● Terdapat dua macam terapi insulin sebagai pilihan dan pertimbangan sebagai terapi
untuk pengelolaan kontrol glikemik yakni, terapi insulin basal dan bolus, pada
umumnya dikombinasi dengan koreksi insulin scale. Basal insulin terdiri dari insulin
kerja menengah (intermediate) dan kerja panjang (long-acting) yang diberikan
satu kali atau dua kali sehari, sedangkan insulin bolus atau prandial terdiri dari insulin
kerja singkat (short-acting) dan kerja cepat (rapid-acting) yang diberikan sesuai
dengan waktu makan. Insulin koreksi adalah pemberian dosis insulin kerja singkat
(short-acting) atau kerja
cepat (rapid-acting) tambahan bersamaan dengan dosis insulin bolus yang sudah
lazim diberikan jika kadar glukosa darah klien masih di atas target glikemik
(Guillermo E. Umpierrez et al., 2012).
Tabel 4. farmakokinetik
● Pemberian insulin dapat dilakukan perhitungan sebagai berikut, dosis insulin dapat
dimulai dengan rumus 0.2 sampai 0.3 U/kg berat badan pasien jika usia klien ≥70
tahun dan atau laju filtrasi glomerulus kurang dari 60 ml/min. Dosis insulin dapat
dimulai dengan rumus 0.4 U/kg berat badan klien per-hari jika kadar glukosa darah
pasien di atas rentang target glikemik yakni, 7.8–11.1 mmol/liter (140–200 mg/dl).
Dosis insulin dapat dimulai dengan rumus 0.5 U/kg berat badan klien per-hari jika
kadar glukosa darah pasien di atas rentang target glikemik 11.2–22.2 mmol/liter
(201–400 mg/dl). Kemudian, jumlah total dosis insulin tersebut dibagi menjadi 50%
dosis insulin basal dan 50% dosis insulin prandial. Selanjutnya, total dosis insulin
prandial dibagi menjadi tiga di sesuaikan dengan jadwal makan. Pemberian insulin
basal diberikan sekali sehari, sedangkan insulin prandial diberikan sebelum makan,
akan tetapi jika pasien belum makan maka jangan diberikan dahulu (Clement et al.,
2004; G.
E. Umpierrez et al., 2009; G. E. Umpierrez et al., 2011).
● Tempat injeksi insulin dapat dilakukan di area seperti gambar di bawah ini
Sumber: http://www.diabetesforecast.org/2016/sep-oct/injection-site-rotation.html
Tujuan Praktikum
1. Menguasai teknik, prinsip, dan prosedur pelaksanaan asuhan/praktik keperawatan
yang dilakukan secara mandiri atau per kelompok (CP.P-7)
2. Mampu memberikan askep kepada individu, keluarga dan kelompok baik sehat, sakit,
dan kegawatdaruratan dengan memperhatikan aspek bio, psiko, sosial tandard dan
spiritual yang menjamin keselamatan pasien (Patient safety), sesuai standar askep dan
berdasarkan perencanaan keperawatan yang telah tersedia (CP.KK-1)
3. Mampu memilih dan menggunakan peralatan dalam memberikan askep sesuai dengan
standar askep (CP.KK-4)
4. Mampu mengumpulkan data, menganalisa dan merumuskan masalah, merencanakan,
mendokumentasikan dan menyajikan informasi asuhan keperawatan (CP.KK-5)
5. Mampu memberikan pendidikan kesehatan untuk meningkatkan pola hidup sehat dan
menurunkan angka kesakitan (CP.KK-7)
Prosedur
Persiapan alat :
1. Bak instrumen
2. Kapas alkohol
3. Insulin pen
4. Jarum pen insulin
Persiapan Perawat:
1. Ucapkan salam (Assalamu’alaikum wrwb/ selamat pagi/ selamat siang)
2. Perkenalkan diri
3. Jelaskan pada pasien tentang maksud dan tujuan tindakan, berikan informed consent/
kesediaan pelaksanaan tindakan
Persiapan Pasien:
Atur posisi pasien senyaman mungkin dan sesuai kebutuhan tindakan
Persiapan Lingkungan:
1. Jaga privasi pasien, tutup sketsel, ciptakan lingkungan yang tenang
2. Bawa alat ke dekat pasien
Pelaksanaan Tindakan
Awali tindakan dengan mengucapkan Basmallah (bismillahirrahmnirrahim)
A. Tahap prainteraksi:
1. Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada;
2. Mencuci tangan;
3. Menempatkan alat di dekat pasien dengan benar.
B. Tahap orientasi:
1. Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik;
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada keluarga/pasien;
3. Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan.
C. Tahap kerja:
1. Menjaga privasi pasien;
2. Lepaskan tutup pena.
3. Masukkan kartrid insulin ke dalam pena, mengikuti petunjuk pabriknya.
4. Bersihkan ujung pen insulin dengan alkohol.
5. Balikkan pena 20 kali untuk mencampur jika menggunakan suspensi insulin.
6. Lepaskan tab pelindung dari jarum.
7. Pasang jarum ke reservoir dari pen insulin
8. Lepaskan tutup jarum luar dan dalam.
9. Tahan pena tegak lurus dan tekan untuk mendorong gelembung udara ke atas.
10. Putar pengatur dosis ke 2 unit untuk melakukan "tembakan udara" untuk
menghilangkan gelembung.
11. Tahan pena tegak lurus dan tekan plunger dengan kuat. Perhatikan setetes insulin
di ujung jarum.
12. Periksa reservoir obat untuk memastikan cukup insulin yang tersedia untuk dosis.
13. Periksa apakah pengaturan dosis berada di "0," lalu putar dosis unit insulin sesuai
dengan dosis yang ditentukan
14. Pakai sarung tangan.
15. Bersihkan tempat suntikan dan lakukan injeksi subkutan, tahan pena seperti anak
panah. Tekan tombol pen insulin
16. Jaga agar tombol tertekan dan berhitung sampai 6 sebelum mengeluarkan dari
kulit.
17. Lepaskan jarum dari pen insulin dan buang dalam wadah benda tajam.
18. Lepaskan sarung tangan dan tambahan APD, jika digunakan
Evaluasi Tindakan
1. Mengevaluasi hasil tindakan; apakah ada tanda-tanda alergi
2. Berpamitan dengan pasien;
3. Membereskan dan kembalikan alat ke tempat semula;
4. Mencuci tangan;
5. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan (Jenis cairan,
jumlah/tetesan, tanggal dan waktu pemasangan infus serta catat ukuran jarum).
Dokumentasi Tindakan
1. Pada hari ini ... (tgl/jam) telah dilakukan tindakan spooling kateter/ irigasi
bladder pada pasien (Tn/Ny), usia.....No. RM..............oleh perawat (nama terang
& tanda tangan)
2. Mencatat semua tindakan yang dilakukan dan respon pasien selama tindakan dan
kondisi setelah tindakan
3. Catat dengan jelas, mudah dibaca, ditandatangani disertai nama jelas
8.3 Pemasangan Kateter Urin
Pengertian
Pemasangan kateter urine adalah melakukan insersi kateter
Folley/Nelaton melalui uretra ke muara kandung kemih untuk mengeluarkan urine.
Indikasi
1. Pasien tidak sadar
2. Pasien dengan tindakan operasi besar
3. Pasien dengan retensio urine
4. Pasien dengan inkontenesia urine
5. Pasien dengan cidera medula spinalis
Tujuan Praktikum
1. Menyebutkan tujuan dari pemasangan kateter urine dengan tepat
2. Menyebutkan indikasi pemasangan keteter urine dengan tepat
3. Menyebutkan alat-alat yang diperlukan dalam pemasangan kateter urine
4. Mendemonstrasikan pemasangan kateter urine dengan benar
5. Prosedur ini bertujuan untuk memulihkan/ mengatasi retensi urine akut atau kronis,
pengaliran urine untuk persiapan operasi atau pasca operasi, dan menentukan jumlah
urine sisa sesudah miksi.
Persiapan alat :
a. Alat Steril :
1. Kateter steril, ukuran disesuaikan dengan pasien
2. Kakapas savlon steril dalam tempatnya
3. Kasa steril (bila perlu)
4. Korentang steril
5. Duk steril
6. Sarung tangan steril (2 pasang)
Persiapan Perawat:
a. Ucapkan salam (Assalamu’alaikum wrwb/ selamat pagi/ selamat siang)
b. Perkenalkan diri
c. Jelaskan pada pasien tentang maksud dan tujuan tindakan, berikan
informed consent/ kesediaan pelaksanaan tindakan
Persiapan Pasien:
a. Atur posisi pasien senyaman mungkin dan sesuai kebutuhan tindakan
Persiapan Lingkungan:
a. Jaga privasi pasien, tutup sketsel, ciptakan lingkungan yang tenang
b. Bawa alat ke dekat pasien
Pelaksanaan Tindakan
Awali tindakan dengan mengucapkan Basmallah (bismillahirrahmnirrahim)
Pada Klien Laki-laki
1. Bantu / meminta pasien untuk membuka area sekitar genitalia eksterna yang akan
dilakukan pemeriksaan. Gunakan selimut untuk menutupi area di atas simpisis pubis
2. Mengatur posisi klien supine dan kedua kaki dilebarkan Memasang perlak dan
alas
3. Siapkan Jelly pada kasa teril yang di letakkan di bak instrumen
20. Lakukan fiksasi kateter atau penggembungan balon kateter dengan menggunakan
spuit berisi air steril/NaCI steril sebanyak yang ditentukan oleh pabrik kateter
21. Tarik kateter memastikan apakah sudah benar – benar terkunci
22. Kemudian ambil duk bolong
23. Menyambungkan kateter dengan urobag atau penampung urine
24. Memfiksasi kateter dengan plester pada paha
25. Rapikan alat-alat yang telah digunakan
26. Rapikan dan berikan posisi yang nyaman pada Pasien
27. Akhiri tindakan dengan membaca Hamdallah (Alhamdulillahirabbil’alamin)
28. Sampaikan informasi hasil tindakan kepada Pasien/keluarga dan
komunikasikan bahwa tindakan telah selesai.
29. Lepaskan sarung tangan kemudian cuci tangan
30. Dokumentasikan tindakan di status Pasien
Evaluasi Tindakan
1. Klien Bersih, rapi dan nyaman
2. Tempat tidur rapi
3. Pemasangan kateter urinenya tepat
Dokumentasi Tindakan
Pada hari ini ... (tgl/jam) telah dilakukan tindakan pemasangan kateter pada
pasien (Tn/Ny), usia.....no. RM...........oleh perawat (nama terang & tanda tangan)
1. Mencatat semua tindakan yang dilakukan dan respon pasien selama tindakan dan
kondisi setelah tindakan
2. Catat dengan jelas, mudah dibaca, ditandatangani disertai nama jelas
8.4 Perawatan Luka Gangren
Pengertian
● Perawatan luka gangren adalah membersihkan luka kronis, mengangkat jaringan
yang mati dan mengaplikasikan dressing yang tepat untuk mencegah atau mengatasi
infeksi dengan teknik aseptik.
● Berdasarkan proses penyembuhan, dapat
dikategorikan menjadi tiga, yaitu:
1. Healing by primary intention
Tepi luka bisa menyatu kembali, permukan bersih, biasanya terjadi karena suatu
insisi, tidak ada jaringan yang hilang. Penyembuhan luka berlangsung dari bagian
internal ke ekseternal.
2. Healing by secondary intention
Terdapat sebagian jaringan yang hilang, proses penyembuhan akan berlangsung
mulai dari pembentukan jaringan granulasi pada dasar luka dan sekitarnya.
3. Delayed primary healing (tertiary healing)
Penyembuhan luka berlangsung lambat, biasanya sering disertai dengan infeksi,
diperlukan penutupan luka secara manual.
● Berdasarkan lama penyembuhan bisa dibedakan menjadi akut dan kronis. Luka
dikatakan akut jika penyembuhan terjadi dalam 2-3 minggu. Sedangkan luka kronis
adalah segala jenis luka yang tidak ada tanda-tanda sembuh dalam jangka lebih dari
4-6 minggu. Luka insisi bisa dikategorikan luka akut jika proses penyembuhan
berlangsung sesuai dengan proses penyembuhan normal, tetapi bisa juga dikatakan
luka kronis jika penyembuhan terlambat (delayed healing) atau jika menunjukkan
tanda-tanda infeksi.
● Proses Penyembuhan Luka
Luka akan sembuh sesuai tahapan spesifik yang dapat terjadi tumpang tindih. Fase
penyembuhan luka dibagi menjadi tiga fase, yaitu:
A. Fase inlfamasi:
a. Hari ke-0 sampai 5.
b. Respons segera setelah terjadi injuri berupa pembekuan darah untuk
mencegah kehilangan darah.
c. Karakteristik: tumor, rubor, dolor, color, functio laesa.
d. Fase awal terjadi hemostasis.
e. Fase akhir terjadi fagositosis.
f. Lama fase ini bisa singkat jika tidak terjadi infeksi.
Metode T.I.M.E memiliki berbagai tujuan yang dapat dirincikan satu persatu. Tissue
management bertujuan untuk (1) mengangkat jaringan mati antara lain dapat
menggunakan metode kimia/kimia debridemen (sodium hypochlorite atau enzimatik
seperti, enzim papain, bromelain), mekanik debridemen (kasa, pinset atau wet-dry
dressing), autolysis (mempertahankan kelembaban pada luka) dan surgical debridemen
(pembedahan di ruang operasi), (2) membersihkan dari benda asing, (3) mempersiapkan
luka dengan dasar luka kuning atau hitam menjadi merah. Inflammation and
infection control bertujuan untuk mengontrol inflamasi, mencegah dan mengurangi
pertumbuhan mikro-organisme pathogen, mencegah dan mengatasi infeksi pada luka.
Moisture balance bertujuan untuk mempertahankan keseimbangan kelembaban,
melindungi luka dari injuri atau trauma pada saat penggantian dressing, melindungi area
sekitar luka dan mengabsorbsi cairan luka atau eksudat. Epithelial or Edge
advancement bertujuan untuk meningkatkan dan mempercepat proses epitelisasi dan
menjaga kelembaban luka.
● Pengkajian Luka
1) Status nutrisi pasien: BMI (body mass index), kadar albumin
2) Status vaskuler: Hb, TcO2
3) Status imunitas: terapi kortikosteroid atau obat-obatan imunosupresan yang
lain
4) Penyakit yang mendasari: diabetes atau kelainan vaskulerisasi lainnya
5) Kondisi luka:
Tujuan Praktikum
1. Menguasai teknik, prinsip, dan prosedur pelaksanaan asuhan/praktik keperawatan
yang dilakukan secara mandiri atau per kelompok (CP.P-7)
2. Mampu memberikan askep kepada individu, keluarga dan kelompok baik sehat, sakit,
dan kegawatdaruratan dengan memperhatikan aspek bio, psiko, sosial tandard dan
spiritual yang menjamin keselamatan pasien (Patient safety), sesuai standar askep dan
berdasarkan perencanaan keperawatan yang telah tersedia (CP.KK-1)
3. Mampu memilih dan menggunakan peralatan dalam memberikan askep sesuai dengan
standar askep (CP.KK-4)
4. Mampu mengumpulkan data, menganalisa dan merumuskan masalah, merencanakan,
mendokumentasikan dan menyajikan informasi asuhan keperawatan (CP.KK-5)
5. Mampu memberikan pendidikan kesehatan untuk meningkatkan pola hidup sehat dan
menurunkan angka kesakitan (CP.KK-7)
6. Melindungi luka dari kotaminasi mikroorganisme
7. Merangsang granulasi dan penyembuhna luka
8. Menjaga kelembaban luka
9. Memberikan kenyamanan secara fisik, psikis dan aestetik
Persiapan alat :
1. Pinset anatomis 2 buah
2. Pinset cirurgis 1 buah
3. Sarung tangan steril & non steril
4. Cucing 2 buah
5. Korentang dan tempatnya
6. Gunting nekrotomi/jaringan
7. Kassa steril
8. Gown plastik/ anti air
9. Cap
10. Kapas
11. Cairan NaCl 0,9%
12. Bengkok 2 buah
13. Lidi watten
14. Gunting kassa dan perban
Persiapan Perawat:
a. Ucapkan salam (Assalamu’alaikum wrwb/ selamat pagi/ selamat siang)
b. Perkenalkan diri
c. Jelaskan pada pasien tentang maksud dan tujuan tindakan, berikan informed consent/
kesediaan pelaksanaan tindakan
Persiapan Pasien:
a. Atur posisi pasien senyaman mungkin dan sesuai kebutuhan tindakan
Persiapan Lingkungan:
a. Jaga privasi pasien, tutup sketsel, ciptakan lingkungan yang tenang
b. Bawa alat ke dekat pasien
Pelaksanaan Tindakan
Awali tindakan dengan mengucapkan Basmallah (bismillahirrahmnirrahim)
1. Cuci tangan 7 langkah
5. Buka balutan, lakukan dengan hati-hati dan pastikan dressing tidak lengket
8. Keluarkan 2 buah cucing dari bak instrument dengan menggunakan korentang dan
isi salah satu dengan NaCl
10. Bersihkan luka dari dalam keluar menggunakan kapas yang diberi NaCl
13. Letakkan kasa di pinggir luka untuk menampung jaringan nekrotomi yang
digunting, Gunting jaringan nekrosis dengan gunting nekrotomi dan letakkan pada
kasa
15. Ambillah spesimen dengan lidi waten jika dibutuhkan untuk pemeriksaan kultur
bakteri atau jamur
16. Beri primary dressing (modern dressing) ±1cm di tepi luka disesuai dengan kondisi
luka.
17. Tutup luka 1-2 cm dari tepi luka dengan menggunakan sekunder dressing (kassa
steril) tanpa di plester.
18. Jika menggunakan modern dressing maka luka ditutup kassa kering, namun jika tidak
menggunakan modern dressing maka luka ditutup dengan kassa lembab kemudian
ditutup kassa kering tanpa diplester
19. Jika luka terdapat di bagian jari-jari, pisahkan balutan pada masing-masing jari- jari
20. Balut dengan kassa gulung, fiksasi di tempat yang tidak mengganggu pasien
21. Perawat Mengucapkan “Hamdallah” kemudian mengkomunikasikan tindakan sudah
selesai kepada Klien/keluarga
22. Rapikan Alat, lepaskan sarung tangan dan perawat cuci tangan 7 langkah
Evaluasi Tindakan
● Klien merasa nyaman
● Dokumentasi dan Evaluasi Obat diberikan sesuai prosedur dan dosis ( Benar 6 B)
● Dokumentasikan kondisi luka, luas luka, warna dasar luka dan tanda – tanda infeksi
● Komunikasi dengan pasien selama Tindakan
● Pasien besih dan merasanyaman (tidak ada keluhan)
Dokumentasi Tindakan
Pada hari ini ... (tgl/jam) telah dilakukan tindakan spooling kateter/ irigasi bladder pada
pasien (Tn/Ny), usia.....no. RM...... oleh perawat (nama terang & tanda tangan). Mencatat
semua tindakan yang dilakukan dan respon pasien selama tindakan dan kondisi setelah
tindakan. Catat dengan jelas, mudah dibaca, ditandatangani disertai nama jelas
D. Latihan Soal
1. Perempuan usia 50 tahun mengeluh mual muntah, badan lemas, dada berdebar –
debar, nyeri kepala bagian belakang, dan pandangan mata kabur. Apa pemeriksaan
yang harus dilakukan pada pasien?
a. Pemeriksaan abdomen
b. Pemeriksaan nadi
c. Pemeriksaan suhu
d. Pemeriksaan tekanan darah
e. Pemeriksaan pernapasan
2. Laki – laki usia 36 tahun sedang diperiksa suhunya oleh perawat. Perawat
melakukan cuci tangan, menggunakan handscoen, kemudian memasang
thermometer raksa ke ketiak (aksila) pasien. Apa tindakan yang harus dilakukan
sebelum perawat memasang ke ketiak pasien?
a. Membuka bungkus termometer
b. Menjelaskan kepada pasien
c. Menurunkan raksa sampai di bawah suhu 350 C
d. Memeriksa suhu pada dahi pasien
e. Membasuh tangan dengan menggunakan alkohol
3. Seorang perawat sedang mempersiapkan alat untuk tindakan injeksi insulin. Perawat
mempersiapkan bak instrument, pen insulin, dan jarum pen insulin. Apakah
persiapan alat yang perlu dilengkapi oleh perawat?
a. Plester
b. Torniquete
c. Kasa steril
d. Aquabidest
e. Kapas alkohol
4. Perempuan berusia 58 tahun baru saja selesai memberikan injeksi insulin 3
U. Perawat telah mendokumentasikan tindakan, dan melakukan evaluasi tindakan
beserta respon pasien. Apakah tindakan selanjutnya yang wajib dilakukan perawat
pada kasus di atas?
a. Menjaga privasi pasien
b. Memastikan pasien menjaga dietnya
c. Memastikan pasien makan 10 menit setelah injeksi
d. Memberitahu pasien bahwa tindakan sudah selesai
e. Menanyakan kepada pasien apakah ada yang bisa dibantu
5. Laki-laki berusia 45 tahun baru saja selesai diinjeksi insulin. Perawat melepaskan
jarum dari pen insulin. Kemana perawat harus membuangnya?
a. Kontainer tajam
b. Sampah medis
c. Kresek kuning
d. Kresek hitam
e. Kresek putih
6. Seorang perawat memasang kateter urin pada pasien laki-laki. Ketika memasukkan
selang kateter urin kurang lebih 8 cm pada saluran kemih pasien, kateter sulit masuk
dan urin belum terlihat keluar. Apakah yang selanjutnya dilakukan perawat?
a. Memasukkan NaCl untuk menggembungkan balon kateter
b. Melepas kateter dan mengganti ukuran dengan yang lebih besar
c. Melepaas kateter dan menambah gel untuk melumasi kateter urin
d. Menarik penis sedikit kebawah kemudian masukkan kateter Kembali
e. Melepas kateter dan menghentikan pemasangan kateter urin
7. Seorang perawat akan melakukan pemasangan kateter urin pada pasien perempuan.
Posisi pasien yang paling tepat adalah?
a. Dorsal recumbent
b. Supine kedua kaki dilebarkan
c. Lateral
d. Semi fowler
e. Trendelenburg
8. Seorang pasien usia 56 tahun dirawat di IPD karena luka diabetes di kaki sebelah
kana. Perawat akan melakukan perawatan luka, setelah membuka balutan, perawat
mengkakukan pengakajian, apa yang harus dikaji oleh perawat?
a. Jumlah eksudat
b. Warna eksudat
c. Terkhir glukosa darah
d. Terakhir suntik insulin
e. Terkahir makan
9. Seorang pasien usia 53 tahun dirawat diruang IPD karena DM dan luka di punggung.
Menurut keluarga luka pasien sudah 4 bulan tidak sembuh- sembuh pada glukosa
darah pasien sangat terkontrol namun pasien tidak mau makan daging-dagingan, telur
dan ikan karena takut lukanya basah terus. Eksudat luka putih jernih dan tidak ada
tanda2 infeksi. Kemungkinan penyebab luka pasien tidak sembuh-sembuh adalah?
a. Infeksi
b. Glukosa darah tinggi
c. DM
d. Nutrisi kurang
e. Banyak bergerak
10. Klien wanita usia 45 tahun dirawat ruang penyakit dengan diabetes melitus dan luka
di tungkai kaki kanan. Kondisi luka bau, cairan purulen, terdapat slough, lebar 5 cm
dan panjang 6 cm. Perawat melakukan Cuci tangan 7 langkah, kemudian,
mendekatkan alat dan buka semua peralatan
Serta mengatur posisi pasien. Apakah prosedur selanjutnya yang harus dilakukan
perawat?
a. Memakai sarung tangan steril
b. Menilai bau, sekret dan warna luka
c. Memakai sarung tangan bersih
d. Pasang kasa steril
e. Cuci tangan
E. Rangkuman
Pemeriksaan tanda – tanda vital merupakan tindakan yang penting dilakukan pada
pasien. Pemeriksaan tanda – tanda vital memberikan gambaran kondisi klinis pada pasien
terkait penyakit yang diderita pasien. Tindakan dalam pemeriksaan tanda – tanda vital
adalah pemeriksaan tekanan darah dan nadi per menit untuk mengetahui kondisi jantung,
pemeriksaan suhu tubuh untuk mengetahui kejadian infeksi, dan pemeriksaan pernapasan/
respiration rate (RR) untuk mengetahui kondisi paru – paru.
Penutup
Modul belajar mandiri yang telah dikembangkan diharapkan dapat menjadi referensi bagi
Anda dalam mengembangkan dan me-refresh pengetahuan dan keletarampilan.
Selanjutnya, Anda dapat menggunakan modul belajar mandiri sebagai salah satu bahan
belajar mandiri untuk menghadapi seleksi Guru P3K.
Anda perlu memahami substansi materi dalam modul dengan baik. Oleh karena itu,
modul perlu dipelajari dan dikaji lebih lanjut bersama rekan sejawat baik dalam
komunitas pembelajaran secara daring maupun komunitas praktisi (MGMP) masing-
masing. Kajian semua substansi materi yang disajikan perlu dilakukan, sehingga Anda
mendapatkan gambaran teknis mengenai rincian materi substansi. Selain itu, Anda juga
diharapkan dapat mengantisipasi kesulitan-kesulitan dalam materi substansi yang
mungkin akan dihadapi saat proses seleksi Guru P3K.
Dalam melaksanakan kegiatan belajar mandiri Anda dapat menyesuaikan waktu dan
tempat sesuai dengan lingkungan masing-masing (sesuai kondisi demografi). Harapan
dari penulis/kurator, Anda dapat mempelajari substansi materi bidang studi pada setiap
pembelajaran yang disajikan dalam modul untuk mengembangkan pengetahuan dan
keterampilan sehingga siap melaksanakan seleksi Guru P3K.
Kami menyadari bahwa modul yang dikembangkan masih jauh dari kesempurnaan.
Saran, masukan, dan usulan penyempurnaan dapat disampaikan kepada tim
penulis/kurator melalui surat elektronik (e-mail) sangat kami harapkan dalam upaya
perbaikan dan pengembangan modul-modul lainnya.
Daftar Pustaka
Pembelajaran 1 - 4
Pembelajaran 5 - 8