Perkembangan Seni Rupa Nusantara
Perkembangan Seni Rupa Nusantara
A. Periode Prasejarah,
a. Seni Lukis
b. Bangunan Megalitik
c. Seni Patung/Arca
d. Seni Kriya
Patung prasejarah berasal dari Batu Gajah Replika seni rupa prasejarah, arca menhir ”Tadu Lako”
Sumatra Selatan dari Lembah Besoa, Kecamatan Poso
Karya seni lukis gua zaman prasejarah di Karya seni lukis gua zaman prasejarah di Indonesia
Indonesia dengan objek motif tangan manusia Di dengan objek motif manusia dan perahu erletak di
Gua Abba, Darembang, Irian Jaya Risatot, Pulau Arguni, Teluk MacCluer, Irian Jaya.
Nekara (kiri) dan moko (kanan) merupakan seni kriya zaman prasejarah
B. Periode Hindu - Buddha
Periode Hindu-Buddha pada perkembangan seni rupa di Nusantara sering pula disebut
sebagai era seni rupa Klasik. Pengaruh yang datang berangsur-angsur dari Persia, Cina dan
India secara perlahan diadaptasi oleh masyarakat di kepulauan Nusantara. Secara positif sekitar
abad V dapat dikatakan kebudayaan India telah masuk dan berasimilasi dengan kebudayaan
Nusantara. Pengaruh kebudayaan Hindu dan Buddha ini pengaruhnya meluas diseluruh
kepulauan Nusantara kecuali di sebagian wilayah Indonesia Timur. Periode ini berlangsung
antara abad V hingga abad XV Masehi. Benda-benda yang dukategorikan karya seni rupa
peninggalan dari zaman ini diantaranya seni arsitektur, seni patung/arca, seni relief dan benda-
banda kriya. Seni Arsitektur mendominasi karya seni rupa penninggalan zaman ini terutama
bangunan-bangunan sakral seperti candi. Baberapa diantaranya sangat terkenal seperti candi
Prambanan dan Borobudur di Jawa Tengah. Candi borobudur bahkan menjadi salah satu dari
“Tujuh Keajaiban Dunia”. Seperti halnya zaman presejarah, pola kehidupan dan sistem
kepercayaan masyarakat yang hidup pada masa itu sangat mempengaruhi bentuk-bentuk karya
seni yang dihasilkannya. Benda-benda prasejarah yang kemudian dikategorikan sebagai karya
seni ini umumnya memiliki nilai sakral atau dibuat dengan landasan keyakinan terhadap Hindu
dan Buddha atau penghormatan terhadap penguasa yang dianggap titisan atau keturunan dewa.
Berdasarkan jenisnya benda-benda (karya) seni rupa yang berkembang pada zaman Hindu-
Buddha ini dapat dikategorikan sebagai berikut:
a. Seni Arsitektur
b. Seni Relief
c. Seni Patung/Arca
d. Seni Kriya
Patung dari zaman Indonesia Hindu, Candi Prambanan, karya seni bangunan
menggambarkan tokoh Prabu Kertarajasa (kiri) dan zaman Indonesia Hindu
Ratu Kendedes (kanan)
Walaupun kebudayaan Islam telah masuk ke kepulauan Nusantara sejak abad VII,
tetapi kekuasaan politik yangdipengaruhi kebudayaan Islam baru muncul sekitar abad XIII.
Sesuai dengan sifatnya yang terbuka, jenis kesenian (seni rupa) yang) berkembang sejak
masuknya pengaruh kebudayaan Islam sangat dipengaruhi kebudayaan asal dari mana
penyebar agama Islam tersebut berasal. Pada perkembangannya di Nusantara, kebudayaan
Islam ini bahkan berasimilasi dengan kebudayaan masyarakat setempat yang sudah
dipengaruhi terlebih dahulu oleh kebudayaan Hindu dan Buddha. Proses asimilisi dan
akulturasi ini bahkan memperkaya khasanah seni budaya Nusantara.
Benda-benda yang dukategorikan karya seni rupa peninggalan dari zaman ini
diantaranya seni arsitektur, seni relief/hias ornamen kaligrafi dan benda-banda kriya. Seni
Arsitektur peninggalan zaman ini terutama diantaranya bangunan-bangunan sakral seperti
masjid dan makam serta bangunan profan seperti istana. Selain mengadaptasi kebudayaan
Hindu dan Buddha, seni bangunan pada masa ini dipengaruhi pula dengan bentuk-bentuk
bangunan asli daerah. Sifat dari kebudayaan Islam yang dibawa dan berkembang di kepulauan
Nusantara ini menyebabkan munculnya berbagai ragam bentuk mesjid diberbagai daerah di
Nusantara. Berdirinya mesjid agung dilingkungan pusat pemerintahan pada setiap daerah di
Indonesia merupakan pengaruh dari sistem pemerintahan yang di wariskan kebudayaan Islam
di Indonesia.
Seperti halnya zaman sebelumnya, pola kehidupan dan sistem kepercayaan masyarakat
yang hidup pada masa itu sangat mempengaruhi bentuk-bentuk karya seni yang dihasilkannya.
Benda-benda budaya yang kemudian dikategorikan sebagai karya seni yang berkembang pada
zaman ini tidak hanya yang memiliki nilai sakral atau dibuat dengan landasan keyakinan
terhadap agama atau penghormatan terhadap penguasa. Banyak benda-benda profan di buat
untuk keperluan sehari-hari. Keyakinan untuk tidak menggambarkan mahluk hidup pada
kebudayaan Islam menyebabkan seni lukis dan patung tidak terlalu berkembang. Kondisi ini
justru menyebabkan seni relief dan ukir serta seni ornamentik yang berlandaskan tulisan
kaligrafi berkembang pesat. Benda-benda kriya seperti Batik, wayang, dan benda-benda
pusaka berkembang pada masa ini merupakan perpaduan antara kebudayaan Islam dengan
kebudayaan sebelumnya (Hindu-Buddha) dan dengan kepercayaan masyarakat setempat.
Berdasarkan jenisnya benda-benda (karya) seni rupa yang berkembang pada zaman
Islam ini dapat dikategorikan sebagai berikut:
a. Seni Arsitektur (seni bangunan)
b. Seni Kriya
c. Seni Kaligrafi
Lukisan kaligrafi dengan objek Lukisan kaca dengan objek Seni bangunan masjid kuno di
tokoh pewayangan “Semar” kaligrafi Aceh
Karya seni rupa zaman Islam di Indonesia nisan putri raja Pasai
(kanan) dan Maulana malik Ibrahim di Gresik (kiri)
Karya Jim Supangkat yang diatampilkan pada Seni rupa kontemporer tiga dimensi dari bahan batu
pameran Gerakan Seni Rupa Baru dan komputer yang dimanfaatkan sebagai tiang
antene parabola
Karya seni rupa yang ditampilkan pada pameran Gerakan Seni Rupa Baru
Rangkuman
Perkembangan tema dan gaya pada karya seni rupa Nusantara telah mencapai periode
seni klasik yang dapat kita saksikan pada berbagai macam benda kerajinan dan bangunan
tradisional. Seni klasik di sini artinya seni yang dianggap telah mencapai mutu tinggi (puncak).
Zaman seni rupa Indonesia-Hindu seringkali disebut oleh para ahli sejarah seni rupa sebagai
masa seni rupa Klasik di Indonesia. Perhatikan bagaimana mutu bangunan-bangunan
bersejarah berikut hiasannya di Nusantara. Karya seni rupa Nusantara klasik lainnya yang juga
dianggap bernilai tinggi adalah seni wayang (wayang kulit, wayang golek). Perhatikan, di mana
letak perbedaan gaya wayang golek dengan wayang kulit. Perhatikan juga bagaimana kekhasan
watak-watak tokoh digambarkan secara mengagumkan. Amatilah tema apa yang ada pada
ukiran Toraja, patung Asmat, Tanimbar atau Bali. Masih banyak peninggalan karya seni
Nusantara yang dapat dijelaskan.
Pada zaman yang lebih kemudian. gaya dan aliran dalam seni rupa Nusantara
dipengaruhi perkembangan seni di Eropa. Contoh, karya senirupawan Raden Saleh menganut
aliran Romantisme, karena ia berguru ke Eropa yang pada waktu itu aliran Romantisme di sana
sedang populer. Setelah masa kekosongan perkembangan (Raden Saleh tidak mempunyai
murid yang dapat melanjutkan perkembangan seni), muncullah para pelukis pribumi seperti
Pringadie, Abdoellah Sr., Basoeki Bdullah, yang menganut aliran Naturalisme, Sudjojono,
tokoh yang tergolong beraliran Realisme, dan Affandi yang beraliran Ekspresionisme.
Selanjutnya berbagai aliran bermunculan sebagai akibat pengaruh perkembangan seni modem
di Barat. Seniman modern Indonesia antara lain: A. Sadali, But Mukhtar, Sunaryo, Amri
Yahya, Rusli, Hardi, Jeihan, Pirous, dan sebagainya.
Perkembangan paling akhir dalam dunia seni rupa di Indonesia adalah munculnya
gerakan seni rupa Kontemporer. Gerakan yang diawali sejak kemunculan “Gerakan Seni Rupa
Baru” pada pertengahan tujuhpuluhan ini kerap menggunakan/memadukan berbagai medium
dalam berkarya, memadukan berbagai cabang seni (musik dan gerak) serta menggunakan pula
teknologi 2.22
informasi/komunikasi seperti televisi, video dan komputer (web art) sebagai basis karya-
karyanya. Penganut gerakan ini tidak lagi menggunakan batasan-batasan (penggolongan) seni
seperti seni lukis, patung, grafis atau pembagian seni murni dan seni pakai. Pembagian yang
dikenal atau lazim digunakan kelompok ini hanyalah seni rupa dua dimensi dan tiga dimensi.
Gerakan seni rupa Kontemporer di Indonesia umumnya dikenali dengan karya-karya instalasi,
performen dan video art.