Northern Light
Northern Light
Minggu ke 2 Januari
Menempuh perjalanan 10 jam dari Seoul terbayar sudah dengan indahnya bentangan alam bersalju
dihadapanku. Ladang kosong yang diselimuti salju, lereng landai dengan hutan cemara yang menjulang
tinggi, dan danau beku yang maha luas. Aku berdiri tegak di atas kereta salju yang ditarik husky-husky
lucu, menghirup udara segar dan membiarkan mataku menikmati pemandangan yang memesona. Satu-
satunya suara yang terdengar adalah engahan husky dan derit kereta salju yang kutunggangi. Mereka bilang
momen-momen inilah yang membuat perjalanan menjadi spesial.
Brukkk!! “Ouch !” Kawanan husky yang mengendarai keretaku sukses membuatku terjatuh.
“ Astaga tangan kamu terluka!” ujarnya lagi. Ia melepaskan tutup kepala jaketnya. Perempuan ini begitu
sigap menolongku. Ia mengeluarkan syal kecil dari mantelnya dan membalut tanganku yang berdarah. Aku
kira aku sedang berhalusinasi, aku lihat lagi sekelilingku, tak ada orang kecuali dia. Dia benar-benar sendiri
di tengah hutan ini, hanya ada kereta salju yang terparkir di belakang kereta salju punyaku.
“Its okay!” Dengan piawainya ia membuat simpul terakhir di tanganku.”Ku ikat begini apa sakit?”
“Auch!”
”Bisa lanjut sendiri atau perlu ku telpon orang resort ?” Mengeluarkan ponselnya. “Aku baik-baik saja.
Terimakasih banyak nona” Kami berdiri
“Sama-sama!.” Dia tersenyum. Senyum basa basi normatif tapi aku suka. Ia memakai kembali tutup kepala
jaketnya. Beranjak menghampiri Husky-husky itu. “ Hei, be nice okay!” Ia mengusap-usap kepala husky
dan memeluknya. Husky-husky itu balik menciumi pipi nona ini, manis sekali.
Aku mengambil anjing-anjing itu dari pelukannya “Haish, hanya karena aku laki-laki, kalian begitu galak
padaku!” aku mengelus kepala anjing-anjing itu, entah mengapa nona ini menahan tawa
“ Aku Daniel dari Seoul Korea.” Mengulurkan tanganku yang baru diselamatkan olehnya.
“Shannon!” Ia menjabat tangaku “Korea?”
“Datanglah, aku berhutang padamu.” ujarku.
“Suatu hari nanti, semoga. Aku pergi duluan ya, Dan..niel!” Dia hati hati sekali menyebut namaku setengah
berbisik, lalu kembali ke kereta saljunya
“Shannon (aku memanggilnya, ia menoleh) I’ll remember the name!” Dia tersenyum lagi, cantik sekali,
kemudian berlalu, menjauh dan makin menjauh. Suasana menjadi kembali hening. Keheningan seakan
memiliki jantung. Denyutnya terasa satu-satu, membawa apa yang tak terucap. Sejenak berayun di udara,
lalu bagaikan gelombang air bisikan itu mengalir sampai akhirnya berlabuh di hati. Dia cantik sekali.
**
Rasa-rasanya, waktu di sini berjalan lebih pelan daripada di Seoul. Sebagai selebritas, alih-alih jalan
menunduk dengan mengenakan masker dan topi, kini aku bisa bebas menatap langit dan merasa semilir
angin menyapa wajahku. Tidak lagi berusaha untuk tak dikenali. Di sini, aku melihat bahwa bintangpun
bernyawa, hutan pun bernapas. Biasanya aku sibuk memerankan orang lain sampai kadang aku lupa jadi
diriku sendiri. Garis besarnya aku lupa cara jadi manusia. Ritme yang cepat membuat banyak hal
terlewatkan tanpa benar-benar aku lihat dan rasa.
“Ji-O, ini seperti surga!” aku menyapa managerku. Sejak aku anak satu-satunya dia lebih mirip teman
ceritaku.
“Kopi pertama pagi ini. Hangat, pekat, tenang. Seperti dua orang kesepian yang saling meramaikan”
“Hati tak perlu memilih, ia selalu tahu kemana harus berlabuh Ji-O!”
Aku sedang memegangi scarf yang semula melingkar ditanganku. Dia dimana ya? Sedang apa? Senyum itu
berkelibatan di kepalaku
**
Hari ke 2 jam 7 pagi, aku berada di utara Finlandia, bersiap mengendarai mobil salju Ivalo Trek berwarna
merah. Sekitar ada 5 mobil dan aku terbungkus pakaian hangat sambil mendengarkan Kari, instruktur
kami. Dia baru saja menjelaskan cara kerja perangkat dan aku tidak sabar untuk mulai mengemudi. Setelah
meter pertama berjalan, aku mulai rileks, sebelunya aku pikir ini agak menakutkan, tetapi sekarang aku
duduk di atasnya, dan menyadari betapa kerennya ini.
Danau dan sungai di Lapland membeku dari pertengahan Oktober hingga pertengahan April. Karenanya
suhu di malam hari terkadang -40, esnya tebal di beberapa tempat bahkan lebih dari satu meter. Selain itu,
ada lapisan salju yang bagus dan di sanalah pangkalan yang sempurna untuk berkeliling dengan mobil salju.
Bahkan rambu lalu lintas dan jalan setapak dibuat di atas es bersalju. Bagi penduduk lokal, bergerak di atas
es adalah salah satu hal paling normal di dunia. Ini gila
Kari yang antusias membawa kami ke tempat-tempat sepi di mana tak ada seorang pun yang bisa kami
jumpai. Seperti yang dia jelaskan: ini hutan belantara yang sesungguhnya ! Kami tak melihat apapun selain
salju dan hutan di kejauhan.
Sebentar,
Mobil salju di depanku ngebut sekali, kira-kira kecepatannya 80 kilometer per jam, aku mengikutinya
meluncur di atas es dan Kari berusaha menyusul kami. Ini memacu adrenalinku dan pada saat yang sama
aku merasa bebas seperti burung. Hanya ada kedamaian di sekitar kami.
Setelah beberapa saat, kami menurunkan kecepatan dan berkendara ke arah hutan. Di antara pinus gelap,
kami naik turun bukit dan terkadang terasa seperti roller coaster kecil. Meskipun suhunya 15 derajat di
bawah nol dan angin bertiup cukup dingin, aku sama sekali tidak merasa kedinginan. Jas tebal dan sarung
tangan khusus serta helm yang aku pakai melindungiku dari cuaca dingin. Dengan Go Pro, aku membuat
beberapa video. Kari memastikan kami berhenti cukup sering untuk mengambil gambar.
Di pemberhentian pertama, Kari memiliki mata yang bagus untuk memotret dan menunjukkan tempat foto.
Aku mulai memotret apa saja yang indah, dan kemudian lensaku mebidik dia ….astaga!! Ku zoom
wajahnya, ya … dia yang selama perjalanan ngebut di depanku, tak lain adalah perempuan yang 2 hari lalu
mengobati tanganku.
“Hei, Daniel! ” Suara yang pernah aku dengar kini tertanam jelas dikepalaku
“Sembuh, berkat pertolongan perempuan yang datang dari langit!” Ujarku sembil tersenyum
“Hmmm”
“Tomb Rider?” Kali ini dia tertawa renyah, aku segera memotret tawa itu.
“Lantas apa?” aku berjalan menjauh, ada refleksi semburat sinar matahari terbit yang tertahan dihamparan
salju tepat dibelakangnya. Aku memotretnya lagi
“Aku baru pulang dari jalur Gaza, aku banyak berinteraksi dengan tentara di sana.”
“Hmmm”
“ Kau mengejutkanku. Ngapain?” aku yang jadi sangat tertarik segala tentangnya
“Wow”
“Tetap di situ.” Lalu dia memotret kami, itu lah foto pertamaku dengan wanita asing ini. Wanita luar biasa
yang penuh kejutan.
“Ayo!” Kari memberitahu kami bahwa perjalanan akan segera dilanjutkan. Shannon berjalan di depanku,
sesekali aku melihat matanya, benar.. ada sebuah kesedihan disana.
“Apa? Jangan salah lagi.” Katanya sambil terus berjalan menuju mobil-mobil salju yang menunggu kami.
“Bintangmu Aquarius kan?” Dia refleks berbalik dan aku hampir menabraknya
“Bagaimana bisa tau? Kamu peramal?” Matanya kami saling tatap begitu dekat. Jantungku berdebar
Aku tersenyum padanya “Yash! Aku benar! Nanti aku jawab.”, sambil kembali bersiap meneruskan
perjalanan
Perjumpaan ini begitu sederhana, tapi perempuan ini bagiku begitu istimewa. Bahkan aku yakin dia bukan
manusia biasa. Mungkin Shannon diturunkan dari langit bersama bom atom yang meluluh lantahkan
dimensiku. Dan aku hanya bisa pasrah membiarkan perkenalan itu dimulai.
**
Di pemberhentian ke dua, Shannon seketika jauh berjalan menuruni tangga yang tertutup salju. Diam-diam
aku mengikutinya dari kejauhan. Alih-alih tangguh, kali ini dia terlihat sepi, sunyi juga patah. Aku
memotretnya. Untuk kesekian kali.
Dia menghentikan langkah, lama sekali ia menatap hamparan salju yang tak berujung di sisi kirinya. Ia
memejamkan mata, merasakan hembusan udara yang menyentuh pipinya.
“Tak ada wanita yang sendiran pergi ketempat jauh tanpa rasa takut dan menantang bahaya, kecuali dia
wanita yang tangguh, dan pembangkang” ujarku sambil mendekatinya ” Tapi seketika dia bisa begitu
sentimentil di sini. “ sambil menunjuk dadaku. Dia tersenyum getir, mengangguk.. membenarkan
perkataanku.
“Aku jadi begitu sentimentil sejak LDR-an” yah dia udah punya pacar
“Aku pikir kau jatuh cinta pada hamparan salju. Kau menatapnya lama sekali”
“Shannon, kamu lihat itu (Aku menunjuk ke atas langit). Kadang juga langit nampak seperti lembar kosong,
padahal sebenarnya tidak. Bintang kamu tetap di sana, Bumi hanya sedang berputar.” Dia mengangguk
“Kau aquarius?”
“Ayo kita minum cokelat setelah ini, tuan peramal” senyum itu kembali tersungging dari mulutnya. Senyum
basa-basi normatif tapi aku sangat menyukainya
**
Setelah dihangatkan oleh cokelat panas, kami melanjutkan perjalanan, menerobos hutan lagi. Shannon
mengajakku berhenti di puncak bukit menikmati beberapa detik pemandangan danau yang beku serta bukit
yang rimbun dari kejauhan. Lalu kami jalan lagi dengan menaikan kecepatan, menyalip kelompok lain dan
bergabung kembali dengan Kari. Kami berhenti lagi di atas jembatan, dibawahnya ada tumpukan salju
berbentuk bundar, seperti lusinan iglo mini. Aku tak tahu persis apa itu, tapi yang pasti ini indah. Aku
memasang drone untuk mengambil beberapa gambar.
Begitu keluar dari hutan, Kari mempercepat laju kendaraannya lagi. Kadang-kadang kami terpental di atas
tumpukan es, atau Kari menyimpang sedikit dari jalur yang ditunggangi. Mataku terus mengawasi Shannon,
kami meluncur melewati salju yang lembut. Setelah berhenti sebentar di sebuah pondok nelayan tua yang
lucu, kami perlahan-lahan kembali ke peradaban. Melewati beberapa bukit dan perjalanan benar-benar
selesai. Shannon dan aku saling memandang, sungguh pengalaman yang luar biasa. Kemarin aku pergi naik
husky, yang juga sangat menyenangkan, tapi ini melebihi itu! Apalagi jika kamu menyukai sedikit
tendangan adrenalin!
“Hari yang luar biasa” Kataku sambil membuka mantel dan kacamataku kami berjlaan menuju resto
“Seru! Gak kerasa besok hari terakhirku di sini” dia membuka mantelnya. Rambutnya panjang sepinggang,
baru kali ini aku melihatnya. Kami duduk dan memesan makanan.
“Di sini, arus waktu berjalan lebih lambat daripada di kota. Sepi, sunyi, hening, tempat yang sempurna
untuk sekedar diam.”
“Shannon, di Gaza berapa lama?” kami bercakap sambil menyantap hidangan makan siang
“3 bulan”
“Hatiku yang kenapa-napa. Anak-anak, ibu hamil hampir jadi korban setiap hari. Perasaanku campur aduk
sampai aku punya gangguan tidur. Akhirnya tugasku selesai dan langsung ke sini. Aku hanya ingin kembali
ke tempatku, menikmati apa yang kusanggup. Aku sampai pada batasku di sana. Payah ya aku !”
“No, you doing well! Aku iri padamu, aku bahkan tak bisa membayangkan jika aku sehari saja di sana. Di
perjalanan tadi, melihatmu ngebut malah aku yang ngeri. Aku lupa bahkan bom saja jinak padamu ”
“Daniel, kamu ini.” Dia tersenyum “Tapi di sana aku jadi punya alasan untuk menangis.” Sambungnya lagi
“Kenapa harus jauh-jauh ke Gaza hanya untuk menangis? Setangguh apapun manusia pasti bisa terluka..
Oia, scarf mu sudah aku cuci. Nanti malam aku kembalikan, pasti itu penting buatmu.”
**
“Iya ini buku jurnalku selama di Gaza, alat medis dan kamera.”
“Daniel, duduk” Dia mempersilakanku duduk dan membuatkan aku segelas wine.
Seperti dugaanku, dia istimewa. Matanya yang sendu tadi siang, mendadak berbinar saat menceritakan ini.
“Iya, indah kan? Aku sangat ingin kembali, ada Nuha disana, anak asuhku. Sepertinya dia sudah besar
sekarang”
“Tentang?”
“Lara Croft”
Wanita ini memang sangat cerdas, kami bicara banyak tentang kemanusiaan. Aku jadi sadar, hidup bukan
semata tentang diriku. Dia mengenalkan ku pada dimensi yang lebih luas. Di luar sana, ada mereka yang
menunggu kita untuk berbagi, demi dunia yang lebih baik.
“Shannon, hari hari berikutnya kamu harus lebih bahagia. Aku suka senyummu di setiap foto. Seperti
kembang api“
“Ya, aku sedang berusaha mencerna apa yang terjadi padaku. Seperti disambar petir rasanya.”
“Ibuku bilang, kalau merasa dalam bahaya, cari tempat untuk berlindung sejanak.”
“Ini beda, bahkan aku tak bisa tinggal ditempat yang sama barang semenitpun. Menyiksa sekali rasanya.
Kau? Begaimana keluargamu? Pacarmu?”
“Wow”
“Bersyukurlah bagi mereka yang mudah jatuh cinta.” Aku meneguk wine yang ada ditanganku dan
membaca lagi tulisan tulisannya. Diam diam aku menyimpan alamat websitenya di ponselku dan aku
menutup laptopnya.
“Hmmm”
“Padahal aku penakut sekali, pada awalnya. Takut gak ada teman buat tertawa. Daniel, sendirian di waktu
sedih itu hal terbaik, tapi awkwrd sekali kalo kita gak punya temen buat ketawa. Tapi setelah dipaksa
sendiri, aku mulai merasa baik-baik saja. Being alone is not too bad” tidak nona, kamu tidak baik-baik saja.
Di blog tadi aku melihat videomu dengan air muka yang riang bahagia. Senyummu memesona. Aku telah
sampai dititik dimana aku tertarik sebagai seorang laki-laki pada wanita, astaga, kenapa bisa? Dengannya
di tepat jauh nan asing bagiku.
“Shannon, suatu saat jika kau beruntung menemukan cinta sejatimu. Ketika kalian saling bertatap untuk
pertama kalinya, waktu akan berhenti. Seluruh semesta alam takzim menyampaikan salam. Ada cahaya
keindahan yang menyemburat di langit, meggetarkan jantung. Hanya orang - orang yang beruntung yang
bisa melihat cahaya itu, apalagi berkesempatan bisa merasakannya!”
Kami hening, dan tiba-tiba Aurora muncul, menari waltz diatas sana “Indah sekali” seraya kami
mengucapkan hal yang sama. Kami saling menatap tanpa suara
“Sahnnon. Pakai mnatelmu. Ayo foto di luar! Ini sempurna” ajakku. Kami keluar dari iglo dan mendapati
hamparan pemandangan langit yang sempurna. Aku setting tripod miliknya
“Terimakasih” Ujarku
“Untuk?”
“Tak peduli dimana nanti kita bertemu, aku harap hari itu hati yang ini sudah sembuh (Menunjuk ke
hatinya). Kamu harus lebih kuat. Kamu percaya takdir?”
Shannon mengangguk. Aku mmeberikan pelukan perpisahan yang singkat sambil berbisik “Kamu adalah
wanita yang hebat dan kuat.”
**
Setelah perpisahan kami malam itu, aku kira segalanya akan kembali normal. Sudah 2 minggu lamanya, aku
tenggelam dalam rutinitas. Tapi, saat melihat potret kami di bawah Aurora, aku jadi mengidamkan
memegang tangan itu selamanya. Di Seoul, aku membuka kembali blognya. Adalah matanya yang pertama
kali bicara.
Aku melihat tulisan dan video-videonya, tak ada satu pun yang luput dari mataku. Ada beberapa yang
mungkin di ambil saat dia kuliah. Dia mahasiswa yang mewakili Prancis di Konferensi Internasional Youth
Summit PBB saat itu.
Dan 2021 ini dia sudah tumbuh jadi Dokter Anak yang luar biasa berdampak pada dunia. Sial! Semudah itu
ia menyeretku menjadi budaknya. Aku hanya jadi korban kerinduan yang mencekik. Senyumnya, suaranya,
segala tentangnya tersimpan baik di kepalaku.
Dan sekarang aku adalah si bodoh yang menstalking perempuan yang disukai melalui sosial media. Tapi
sudah lama sekali sejak postingan terakhirnya diunggah. Astaga, dia seperti bom yang meledakkan
jantungku, dan membakar habis diriku menyisakan bayang-bayang.
Aku merindukanmu..
**
Pagi datang lagi membangunkanku, diantara banyak pesan yang kuterima aku masih menunggu pesan
darinya. Pesan yang tak pernah muncul sejak 1 bulan lalu aku kembali dari Ivalo.
**
Bali,
Akhirnya aku punya waktu untuk diriku sendiri, setelah seharian disibukkan dengan jadwal shooting yang
padat.
Aku dan pantai , begitu dingin air itu ketika aku memasukkan kedua kakiku. Begitu jelas kedua kakiku
tampak di sana, dan betapa hal semacam itu memberikan kedamaian.
Tapi mengapa begitu sulit manusia menemukan kedamaian?
Aku menatap debur ombak berlarian ke tepi dan diam-diam menyentuh kakiku. Dan langit yang tampak
kosong membuatku semakin merindunya. Perempuan yang ku genggam di bawah indahnya Aurora.
Seandainya kamu ada di sampingku, betapa kedamaian ini sungguh sangat sederhana. Harusnya engkau
melihatnya.
Aku berjalan menyusuri pantai, dan kudapati punggung itu, punggung yang selama ini aku tatap setiap hari
melalui layar ponselku.
Shannon!
Daniel
Kaukah itu?
Aku baru menyelesaikan pekerjaanku, dari tadi siang aku sangat ingin ke sini. Lihat siapa yang kutemui?
Dunia sempit ya. Ivalo, Paris, Seoul dan kebetulan sekali kita bertemu lagi di Bali. Ini bahkan hari
terakhirku sebelum besok kembali ke Paris
Jika di Ivalo kita kebetulan bertemu, rasa-rasanya mustahil ini sebuah kebetulan lagi. Seringkali kebetulan
adalah takdir yang menyamar.
Daniel,
Ya Shannon
Kenapa?
Aku tak mengenalnya *membuang pandangannya kembali ke lautan lepas, aku mendekat padanya. Tepat 1
langkah di hadapannya*
Ayo mulai dari awal lagi, aku ingin mengenalmu lebih dari apa yang kamu tulis, lebih dari apa yang kamu
rekam di setiap vlogmu. *menatapnya lekat*
Aku ingin mengenalmu lebih dari apa yang orang tau di Internet. *Dan kami saling melempar senyum*
**
Rock Bar Jimbaran
Julia Robert?
Ya. Aku menemukan Fivelements Bali dan beberapa tempat untuk meditasi. Ini minggu ketigaku di sini.
Meditasi?
Semacam self healing. Berbagai macam treatment untuk menghadapi diriku sendiri, kemarahanku, rasa
traumaku, kekecewaanku dan luka batinku, Kim.
Itulah alasan kenapa senyummu yang di vlog perlahan kembali? Aku bahagia melihatnya
Kau menontonnya?
Gadis 16 tahun yang memesona. Suaramu indah sekali. Aku pikir jika tidak jadi dokter anak, kau sudah
punya banyak album. Pasti banyak pria mengejarmu.
Kau ini, sepulang dari Ivalo aku terus mengingatmu. Kau masih punya gangguan tidur?
Tak sesering dulu, sekarang, jarang sekali terbangun tengah malam. Aku sudah menerimanya, Kim. Segala
hal di dunia ini fana, Kim. Segalanya akan berlalu, yang abadi hanyalah waktu.
*Aku mengangguk, mata itu mulai berbinar lagi
Kim, beberapa staff ku di rumah sakit keranjingan melihat film mu, lalu aku mulai menontonnya. Setiap
minggu pagi aku melihatmu. Korea Selatan juga tak kalah indah ya.
Tentu, kau akan betah tinggal di sana. Minggu pagi ya di sana? Waktu kita beda berapa jam?
je vous attends
**
Shannon, kenapa kau tak membalas pesanku? Terakhir kali kita bertemu, apa ada hal yang membuatmu
marah? *kami hening dan terus berjalan
Lalu?
Lalu sejak kutau kamu itu bukan kamu. Aku urung melakukannya.
Setiap malam mau tidur, setiap kali melihat ini (memperlihatkan wallpaper di ponselku, foto di bawah
Aurora) isi kepalaku jadi kacau balau.
Kenapa bisa?
Entahlah
Kau merindukanku?
Hmmm
Jika setelah ini kamu merasa hal yang sama, datanglah ke Paris. Aku akan jawab semua hal yang kau tanya.
**
Jangan bercanda. Katamu hari ini kamu ada jadwal penting dan gak boleh terlambat. Kau memintaku
mengingatkanmu kemarin.
Aku mengirimnya sebuah swa foto di depan gedung Rumah Sakit tempat dia bekerja captionnya *Aku
menunggumu, Nona!
Mobil disebrang RS membuka jendelanya, aku melambaikan tangan sambil tersenyum. *Ayo
**
Aku baik-baik saja sampai ketika ada gadis Prancis yang gak suka di telpon dan di kirimi pesan sampai aku
jadi kacau balau.
Menyerah?
Sedang megujiku?
Aku memang tak suka bicara banyak melalui gadget. Kolot, tapi aku senang becakap langsung, Kim.
Aku paham, kau bilang di blogmu. Ingin menatap lawan bicaramu langsung.
Ya, seperti ini. Terlalu banyak bicara di telpon juga gak bikin bingung kita mau bicara apa hari ini.
Tenang nona, aku punya banyak hal yang mau aku tanyakan. Seperti janjimu.
Dua minggu ini, apa yang bikin kamu beneran pergi ke Paris?
Kamu tak lelah berlarian di kepalaku? Aku di Korea, tapi isi kepalaku ada di Paris. Semakin kau diam,
semakin kau berkata-kata.
Apa?
Kim, kalau kau serius, cari aku ke Paris. Sambil cek deh apa yang kamu rasa, benran apa cuma perasaan
sekilas saja?. Itu kan yang mau kamu bilang? *Dia tersenyum
Hari itu di Ivalo, tak tau kenapa jantungku berdebar waktu kau mengenggam tanganku. Waktu seketika
berhenti. Kilatan cahaya Aurora seolah hadir buatku dan kamu. Tak ada yang lebih membingungkan
bagiku, selain perasaan aneh pada orang asing yang bahkan aku tak mengenalnya. Aku jadi ingin tau, siapa
manusia ini? Shannon hari-hari berikutnya kau harus lebih bahagia, Shannon saat kita kita bertemu lagi,
hati ini harus sudah sembuh. Shannon you doing well. Saat itu, kata-kata itu yang paling ingin aku dengar.
Dan Tuhan mengirim Daniel. Orang biasa yang begitu mudah membuatku bercerita apa saja. Lalu..
Lalu?
Aku tak sengaja melihat staffku, membicarakan nama yang tak aku kenal, dan itu kamu. Daniel adalah Kim,
dan Kim adalah Daniel. Aku cari tau, dan sejak kau dikenal begitu baik, aku simpulkan, mungkin kau biasa
melakukan itu pada siapa saja yang kau temui. Aku urung membalas pesanmu. Urung menelponmu, tapi tak
sedetikpun aku lupa.
Sejak hari itu aku harus puas hanya dengan menatap punggungmu saja, itu pun hanya lewat sebuah potret.
Aku tak pernah sekacau itu, menunggu sebuah pesan yang tak pernah berbalas. Tega !
Aku jadi sering melihat apapun tentangmu. Aku jadi sadar satu hal, siapapun yang jadi pendampingmu
kelak, dia adalah wanita hebat. Wanita yang berhati besar.
Hah!? Bagaimana?
Apa?
Ya okay, aku tak banyak paham, tapi poin-nya adalah kau cemburu.. *Ujarku sambil tersenyum, dia jadi
salting
Lalu apa? Apa yang bikin kamu cemburu? Coba jelaskan, aku mau dengar biar aku luruskan
Semua yang kamu lihat di media itu sebatas pekerjaanku. Sekarang atau nanti jangan percaya apapun selain
yang kau dengar langsung dariku.
Aku tau
Shannon, aku tak tau seperti apa lengkapnya hal yang melukaimu. Aku tak akan pernah bertanya kecuali
kau yang cerita. Tapi apa kau tau? Hal yang sanggup mengubah gumpal luka menjadi intan? yang
membekukan air mata menjadi kristal garam? Jawabannya: waktu. Hanya waktu yang mampu,
menyembuhkanmu. Aku ini, belum lama mengenalmu tapi sejak bertemu denganmu, aku punya seseorang
yang aku rindu.
Aku juga, merindukanmu dengan sangat tapi aku hanya bisa menyangkalnya. Selain karena kau seperti
Bintang yang tak bisa aku jangkau, juga ini terlalu cepat bagiku. Baru 7 bulan lalu aku kehilangan
tunanganku. Dia pergi tepat 1 bulan sebelum rencana pernikahan kami berlangsung. Alih-alih hidup
bahagia disampingku, dia malah bahagia di sisi Tuhan. Aku nyaris mati dimakan kesedihan, Kim. Tapi
sejak ada kamu, aku punya hal lain yang aku pikirkan. Aku punya seseorang yang membuat jantungku
meledak bahkan hanya karena tanganku digenggam. Daniel yang orang biasa, Bukan Kim yang begitu
bercahaya. Au silau, Kim. Memandang saja rasanya tak sanggup.
Kenapa kau senang menyimpulkan semuanya sendiri? Pekerjaan ini membawaku kemana-mana tapi ya itu
hanya sebatas pekerjaan, Shannon. Di luar itu aku juga manusia biasa yang punya mimpi lain yang ingin ku
kejar. Aku tak pernah keberatan hidup sendiri selama 5 tahun ini, tapi setelah bertemu denganmu. Banyak
hal yang muncul dikepalaku. Tiba-tiba butuh kamu, tiba-tiba merasa sepi. Banyak orang disekitarku, tapi
memang jawabannya jauh sekali sampai aku harus ke Paris.
Aku dititik
Shannon, acting adalah duniaku, dan setelah bertemu denganmu aku punya mimpi lain yang ingin aku kejar.
Jika kau keberatan, aku bisa tinggal disini, jadi orang biasa saja sambil remote bisnis propertiku di Korea.
No ! Aku tak pernah membuat deal yang sepicik itu. Jangan pernah menyimpulkan sendiri. Aku tak pernah
ingin kamu merasa dibatasi apa lagi dengan pekerjaanmu.
Kalau kau benar untukku, aku yang harus belajar menerimamu dan semua hal tentang kamu. Aku jatuh hati
pada Daniel, laki-laki biasa yang katanya bekerja di bidang penyiaran. Aku jatuh hati karena apa yang dia
katakan pada akhirnya membuatku sadar kalau aku gak bisa diam di tempat yang sama. Aku sedih, aku
terluka tapi dunia tak akan ikut berhenti karena itu. Setibanya di Paris saat itu aku sangat ingin
menghubunginya. Tapi apa? Laki-laki itu ternyata dimiliki oleh segala penjuru. Daniel adalah Kim yang
begitu mudah dicintai 5 juta wanita. Tapi sulit sekali rasanya dicintai hanya oleh 1 orang. Aku bisa berbagi
apa saja di dunia ini tapi tidak dengan orang yang aku cintai.
Belum apa-apa aku sudah membuatmu terluka.Maaf
Aku berulang-ulang lihat semua tentangmu. Drama, Iklan, Film, semuanya. Berharap aku bisa mencintaimu
dengan waras. Lelakiku akan dipegang tangannya, dicum, dipeluk oleh orang selain aku. Lelakiku akan
memberi banyak senyuman dan fingerheart pada banyak orang selain aku dan aku tau itu hanya sekedar
pekerjaanmu. Ini kenyataan-kenyataan baru yang nanti akan kuhadapi saat hidup bersamamu.
Di Ivalo, kita mungkin saling jatuh hati, tapi setelah banyak hal yang aku lalui, aku jadi berfikir, aku ingin
mencintaimu dengan benar, Kim. Aku tak mau kehilangan lagi.
*Mataku berair* 5 Tahun sendiri, aku sampai lupa bagian ini adalah bagian tersulit untuk hidup bersamaku.
Aku bahkan tak memikirkan ini sebelumnya. Kamu mungkin tak membalas pesanku, tapi ternyata kau
berpikir banyak tentang kita.
Tak masalah bagiku selama aku mencintaimu. Aku akan belajar memahami semampuku.
Lelakiku.. itu kata terindah hari ini. Tidak, itu bahkan paling indah di sepanjang hidupku.
Kim, LDR-an itu akan banyak hak kecil yang jadi triger perang dunia ke III. Kenapa tak balas pesanku,
kenapa gak angkat telponku. Cukup hal hal demikian yang membuat kita bertengkar. Jangan ditambah hal
berat lain
Aku gak mau LDR-an. Aku bisa gila. Kau mau ikut aku ke Korea?
Ya aku tau, kau pasti berpikir banyak hal. Pekerjaannmu, kehidupanmu di sana. Tapi kalau mau, nanti kita
sama-sama cari jalan keluarnya. Bagaimana biar kamu bisa praktek di Seoul. Kalaupun belum bisa, kamu
bisa urus bisnis-bisnisku. Pokoknya asal kau mau, nanti aku pikirkan caranya agar kau nyaman di Seoul
Sebetulnya kalaupun tidak bekerja lagi, aku suka anak-anak tapi entahlah bagaimana cara kamu berpikir.
Apa merepotkan bagimu atau tidak?
Tentang?
Anak-anak
Kamu lihat ini *aku googling anak blesteran Korea-Prancis* betapa cantik dan tampannya seperti aku dan
kamu. Tentu saja aku mau, kau ini. Kita punya tugas membuat generasi unggul. Tidaklah, tidak merepotkan
yang benar saja. Justru PR aku berkurang, aku tak perlu membujuk istriku agar melahirkan anak-anak
untukku.
Kebanyakan manusia modern berpikir demikian, Kim. Merka ingin kebebasan. Tapi sejak jadi dokter anak
aku sering berpikir , bagaimana ya kelak aku merawat anakku sendiri. Kayaknya seru.
Kau sangat cantik ketika bahagia. Jadi lakukan apa saja yang bisa bikin kamu bahagia. Asal tetap di
sampingku. *Aku menepuk nepuk punggung tangannya
Jadi?
Jadi.. Will you? *Aku mengeluarkan kotak cincin dan melamarnya
**
Dia menyamping memgusap wajahku dan kami sekarang berhadapan. Aku meraih tangannya dan mencium
tangan itu.
Bohong!
Serius?
Tidurlah di sini, aku akan menjagamu semalam suntuk *Dia menyandarkan kepelanya di dadaku dan aku
memeluknya. Canggung tapi tak lama, dia tertidur pulas.
**
Sayang ini jam berapa? *Tanyanya.. ya baru saja dia memanggilku sayang*
Kami sarapan dilanjutkan packing dan melihat keindahan Karma Masyura di balik balkon kamar yang
menghadap sungai
Aku tak sabar berangkat ke Paris, kalau akhir minggu ini tak ada hal yang serius aku ingin pulang ke Paris
saja hari ini
Bukankah kita baru bisa bergerak jika ada jarak? Dan saling menyayang bila ada ruang? Sabar!
Ya, aku sabar. Shannon, tidurmu pulas kalau aku peluk. *Aku memeluknya dari belakang*
Aku cepat sekali tidur. I just feel safe. Kamu orang pertama yang ku ijinkan naik ke tempat tidurku. Aku tau
kamu orang baik.
No, aku juga laki-laki normal. Kadang-kadang kau harus waspada. Mungkin kamu satu-satunya yang bisa
bikin aku jadi bad boy *Godaku, dia melepaskan pelukanku dan langsung jadi galak*
Hahah kau menggemaskan jika lagi kesal *Aku memeluknya lagi, erat didadaku*
Ya!
Sejak aku tau semua hal pahit yang menimpamu, aku tak bisa berkata banyak hal. Dan yang paling aku
takuti adalah berjanji. Tapi cinta itu perbuatan, kirimkan aku nomer ibu atau ayahmu. Ada hal yang mau aku
bicarakan.
Aku akan sangat merindukanmu. *Aku mencium keningnya di tengah pagi yang indah. Hanya ada suara
aliran sungai, damai.
**
Bandara
Aku tak pernah membiarkan ibuku pergi jauh sendiri. Aku tak ingin membiarkan wanitaku pergi jauh
sendiri. Aku khawatir sekali rasanya.
Iya.
Kim aku harus pergi sekarang. *Dia melepaskan pelukanku dan aku menarik tangannya dan menciumnya.
Dia terkejut dan membalasnya.
Je veux que vous sachiez que je vous adore. Chaque moment passe avec toi me pait tomber plus
profodément en amour avec vous. Shanon *Dia pun pergi,
Blip, pesan masuk: Kim sejak jadi dokter, dinding rumah sakit mendengar doa yang lebih jujur daripada
rumah ibadah manapun dan hari ini aku tau kalau bandara melihat ciuman yang lebih tulus daripada
pernikahan manapun.
**
Doakan aku, sedang mendekati anakmu. Kau begitu hebat, membesarkan dia sebegitu
istimewanya. Aku jatuh hati padanya bu
Ya, sini main ke Paris. Ibu bisa sedkit masak masakan Asia. Nanti makan di rumah ya.
Ya, bantu aku bilang ke anaknya. Aku ingin menikahinya. Boleh kubawa ke Korea Bu?
Kalau ibu gimana anaknya. Nanti bicara saja sama ayahnya ya. Asal kalau sudah dibawa,
sering-sering main ke Paris.
Tentu bu, nanti aku kesana. Nanti Kim telpon ke nomor ibu atau ayah saja ya. Biar Shannon gak
dengar kita ngobrol apa, Haha
Haha. Iya
**
Dr Aimee Shanon Nicolette, jadilah teman ganjil dan genapku. Will you marry me?
**
-Ya?
+ 21 Maret sampai 24 jadwalku kosong. Flight ke Singapura hanya 6 jam. Tunggu aku, 21 malam aku tiba
disana. Bagaimana?
+❤
**
“Ya, that’s why aku ga samperin kamu” dan aku berjalan ke arahnya. Menggenggam tanganbya
“ Apa coba? Cari tau ya! Aku simpan semua ini dulu, dikamarku. “
“Lantai berapa?”
“14”
“Paling atas? “
“Hmmm”
**
“It will be nice when the night is falling down! “ dia membuka tirainya
“Ini”
“Apa? “
“Ya ampun lucunya, banyak sekali! “ aku jatuh cinta lagi dan lagi. Senyumnya seperti kembang api
“Tentu saja! “
**
Kami duduk saling berhadapan dekat jendela, dari sini seluruh pemandangan kota terlihat megah diantara
pendar lampu-lampu yang menyala.