Anda di halaman 1dari 25

Kamu pasti pernah bertemu seseorang di tempat tak terduga.

Seseorang yang meskipun asing, tapi serta


merta mengalihkan duniamu. Ivalo, desa terbesar di utara Finlandia, dan di sinilah ceritaku berawal.

Minggu ke 2 Januari

Menempuh perjalanan 10 jam dari Seoul terbayar sudah dengan indahnya bentangan alam bersalju
dihadapanku. Ladang kosong yang diselimuti salju, lereng landai dengan hutan cemara yang menjulang
tinggi, dan danau beku yang maha luas. Aku berdiri tegak di atas kereta salju yang ditarik husky-husky
lucu, menghirup udara segar dan membiarkan mataku menikmati pemandangan yang memesona. Satu-
satunya suara yang terdengar adalah engahan husky dan derit kereta salju yang kutunggangi. Mereka bilang
momen-momen inilah yang membuat perjalanan menjadi spesial.

Brukkk!! “Ouch !” Kawanan husky yang mengendarai keretaku sukses membuatku terjatuh.

“Are you okay?” Seorang menghampiriku

“ Astaga tangan kamu terluka!” ujarnya lagi. Ia melepaskan tutup kepala jaketnya. Perempuan ini begitu
sigap menolongku. Ia mengeluarkan syal kecil dari mantelnya dan membalut tanganku yang berdarah. Aku
kira aku sedang berhalusinasi, aku lihat lagi sekelilingku, tak ada orang kecuali dia. Dia benar-benar sendiri
di tengah hutan ini, hanya ada kereta salju yang terparkir di belakang kereta salju punyaku.

“Haish! Maaf nona, aku menghalangi jalanmu.”

“Its okay!” Dengan piawainya ia membuat simpul terakhir di tanganku.”Ku ikat begini apa sakit?”

“Auch!”

“Maaf! Begini?” Ia merubah ikatannya

“Nah begitu saja.”

“Selesai!” Dia menepuk tanganku memastikan simpul scarfnya terikat kuat.

Aku memperhatikan tanganku, ya Tuhan bisa-bisanya aku terjatuh.


“Hati-hati, di sini jauh kemana-mana. Jangan sampai terluka lagi.” dia menatap mataku. Aku hanya
mengangguk dan masih terhanyut dengannya.

”Bisa lanjut sendiri atau perlu ku telpon orang resort ?” Mengeluarkan ponselnya. “Aku baik-baik saja.
Terimakasih banyak nona” Kami berdiri

“Sama-sama!.” Dia tersenyum. Senyum basa basi normatif tapi aku suka. Ia memakai kembali tutup kepala
jaketnya. Beranjak menghampiri Husky-husky itu. “ Hei, be nice okay!” Ia mengusap-usap kepala husky
dan memeluknya. Husky-husky itu balik menciumi pipi nona ini, manis sekali.

Aku mengambil anjing-anjing itu dari pelukannya “Haish, hanya karena aku laki-laki, kalian begitu galak
padaku!” aku mengelus kepala anjing-anjing itu, entah mengapa nona ini menahan tawa

“ Aku Daniel dari Seoul Korea.” Mengulurkan tanganku yang baru diselamatkan olehnya.
“Shannon!” Ia menjabat tangaku “Korea?”
“Datanglah, aku berhutang padamu.” ujarku.
“Suatu hari nanti, semoga. Aku pergi duluan ya, Dan..niel!” Dia hati hati sekali menyebut namaku setengah
berbisik, lalu kembali ke kereta saljunya
“Shannon (aku memanggilnya, ia menoleh) I’ll remember the name!” Dia tersenyum lagi, cantik sekali,
kemudian berlalu, menjauh dan makin menjauh. Suasana menjadi kembali hening. Keheningan seakan
memiliki jantung. Denyutnya terasa satu-satu, membawa apa yang tak terucap. Sejenak berayun di udara,
lalu bagaikan gelombang air bisikan itu mengalir sampai akhirnya berlabuh di hati. Dia cantik sekali.

**
Rasa-rasanya, waktu di sini berjalan lebih pelan daripada di Seoul. Sebagai selebritas, alih-alih jalan
menunduk dengan mengenakan masker dan topi, kini aku bisa bebas menatap langit dan merasa semilir
angin menyapa wajahku. Tidak lagi berusaha untuk tak dikenali. Di sini, aku melihat bahwa bintangpun
bernyawa, hutan pun bernapas. Biasanya aku sibuk memerankan orang lain sampai kadang aku lupa jadi
diriku sendiri. Garis besarnya aku lupa cara jadi manusia. Ritme yang cepat membuat banyak hal
terlewatkan tanpa benar-benar aku lihat dan rasa.

“Ji-O, ini seperti surga!” aku menyapa managerku. Sejak aku anak satu-satunya dia lebih mirip teman
ceritaku.

“Selamat menjadi manusia seutuhnya, Kim!”

“Kopi pertama pagi ini. Hangat, pekat, tenang. Seperti dua orang kesepian yang saling meramaikan”

“Sepi ? Di Korea banyak yang mengejarmu. Tinggal pilih satu.”

“Hati tak perlu memilih, ia selalu tahu kemana harus berlabuh Ji-O!”

Aku sedang memegangi scarf yang semula melingkar ditanganku. Dia dimana ya? Sedang apa? Senyum itu
berkelibatan di kepalaku

**

Hari ke 2 jam 7 pagi, aku berada di utara Finlandia, bersiap mengendarai mobil salju Ivalo Trek berwarna
merah. Sekitar ada 5 mobil dan aku terbungkus pakaian hangat sambil mendengarkan Kari, instruktur
kami. Dia baru saja menjelaskan cara kerja perangkat dan aku tidak sabar untuk mulai mengemudi. Setelah
meter pertama berjalan, aku mulai rileks, sebelunya aku pikir ini agak menakutkan, tetapi sekarang aku
duduk di atasnya, dan menyadari betapa kerennya ini.
Danau dan sungai di Lapland membeku dari pertengahan Oktober hingga pertengahan April. Karenanya
suhu di malam hari terkadang -40, esnya tebal di beberapa tempat bahkan lebih dari satu meter. Selain itu,
ada lapisan salju yang bagus dan di sanalah pangkalan yang sempurna untuk berkeliling dengan mobil salju.
Bahkan rambu lalu lintas dan jalan setapak dibuat di atas es bersalju. Bagi penduduk lokal, bergerak di atas
es adalah salah satu hal paling normal di dunia. Ini gila

Kari yang antusias membawa kami ke tempat-tempat sepi di mana tak ada seorang pun yang bisa kami
jumpai. Seperti yang dia jelaskan: ini hutan belantara yang sesungguhnya ! Kami tak melihat apapun selain
salju dan hutan di kejauhan.

Sebentar,

Mobil salju di depanku ngebut sekali, kira-kira kecepatannya 80 kilometer per jam, aku mengikutinya
meluncur di atas es dan Kari berusaha menyusul kami. Ini memacu adrenalinku dan pada saat yang sama
aku merasa bebas seperti burung. Hanya ada kedamaian di sekitar kami.

Setelah beberapa saat, kami menurunkan kecepatan dan berkendara ke arah hutan. Di antara pinus gelap,
kami naik turun bukit dan terkadang terasa seperti roller coaster kecil. Meskipun suhunya 15 derajat di
bawah nol dan angin bertiup cukup dingin, aku sama sekali tidak merasa kedinginan. Jas tebal dan sarung
tangan khusus serta helm yang aku pakai melindungiku dari cuaca dingin. Dengan Go Pro, aku membuat
beberapa video. Kari memastikan kami berhenti cukup sering untuk mengambil gambar.
Di pemberhentian pertama, Kari memiliki mata yang bagus untuk memotret dan menunjukkan tempat foto.
Aku mulai memotret apa saja yang indah, dan kemudian lensaku mebidik dia ….astaga!! Ku zoom
wajahnya, ya … dia yang selama perjalanan ngebut di depanku, tak lain adalah perempuan yang 2 hari lalu
mengobati tanganku.

“Shannon!” Panggilku agak ragu sambil menghampirinya

“Hei, Daniel! ” Suara yang pernah aku dengar kini tertanam jelas dikepalaku

“Aku dari tadi di belakangmu, astaga ngebut sekali.!”

“Oia? Tanganmu?” dia menunjuk tanganku

“Sembuh, berkat pertolongan perempuan yang datang dari langit!” Ujarku sembil tersenyum

“Paris.” Jawabnya singkat

“ Paris kota yang romantis. Nona, You’re an army?”

“Aku?” dia melihat ke arahku dengan seksama

“Hmmm”

“No?” dia menggeleng

“Bener juga sih, kamu lebih mirip Lara Croft.”

“Tomb Rider?” Kali ini dia tertawa renyah, aku segera memotret tawa itu.

“Lantas apa?” aku berjalan menjauh, ada refleksi semburat sinar matahari terbit yang tertahan dihamparan
salju tepat dibelakangnya. Aku memotretnya lagi

“Aku baru pulang dari jalur Gaza, aku banyak berinteraksi dengan tentara di sana.”

“Gaza? Zona perang?” mataku terbelalak sambil menatapnya

“Hmmm”

“ Kau mengejutkanku. Ngapain?” aku yang jadi sangat tertarik segala tentangnya

“Misi kemanusiaan, aku dokter. Dokter anak.” ujarnya

“Wow”

“Hei!” Kari memanggil kami

“Tetap di situ.” Lalu dia memotret kami, itu lah foto pertamaku dengan wanita asing ini. Wanita luar biasa
yang penuh kejutan.
“Ayo!” Kari memberitahu kami bahwa perjalanan akan segera dilanjutkan. Shannon berjalan di depanku,
sesekali aku melihat matanya, benar.. ada sebuah kesedihan disana.

“Shannon, sekali lagi saja aku tebak!”

“Apa? Jangan salah lagi.” Katanya sambil terus berjalan menuju mobil-mobil salju yang menunggu kami.

“Bintangmu Aquarius kan?” Dia refleks berbalik dan aku hampir menabraknya

“Bagaimana bisa tau? Kamu peramal?” Matanya kami saling tatap begitu dekat. Jantungku berdebar

Aku tersenyum padanya “Yash! Aku benar! Nanti aku jawab.”, sambil kembali bersiap meneruskan
perjalanan

Perjumpaan ini begitu sederhana, tapi perempuan ini bagiku begitu istimewa. Bahkan aku yakin dia bukan
manusia biasa. Mungkin Shannon diturunkan dari langit bersama bom atom yang meluluh lantahkan
dimensiku. Dan aku hanya bisa pasrah membiarkan perkenalan itu dimulai.

**

Di pemberhentian ke dua, Shannon seketika jauh berjalan menuruni tangga yang tertutup salju. Diam-diam
aku mengikutinya dari kejauhan. Alih-alih tangguh, kali ini dia terlihat sepi, sunyi juga patah. Aku
memotretnya. Untuk kesekian kali.

Dia menghentikan langkah, lama sekali ia menatap hamparan salju yang tak berujung di sisi kirinya. Ia
memejamkan mata, merasakan hembusan udara yang menyentuh pipinya.

“Daniel” Tiba-tiba memanggilku. Ah aku ketahuan mengikutinya

“Ya, Shannon” aku maju 1-2 langkah lebih dekat.

“Jadi kenapa aku Aquarius?” menatapku penuh selidik.

“Tak ada wanita yang sendiran pergi ketempat jauh tanpa rasa takut dan menantang bahaya, kecuali dia
wanita yang tangguh, dan pembangkang” ujarku sambil mendekatinya ” Tapi seketika dia bisa begitu
sentimentil di sini. “ sambil menunjuk dadaku. Dia tersenyum getir, mengangguk.. membenarkan
perkataanku.

“Aku jadi begitu sentimentil sejak LDR-an” yah dia udah punya pacar

“Dimana dia?” percayalah ini hanya pertanyaan basa basiku


“Di surga!” Sedikit tersentak. Aku tak ingin bertanya lebih jauh dan jadi paham bahwa dia menghadapi hari
yang tak mudah. Kami berdua hening lama sekali.

“Maaf!” Cuma kata itu yang keluar memecah kecanggungan ini

“Kenapa minta maaf?”

“Aku pikir kau jatuh cinta pada hamparan salju. Kau menatapnya lama sekali”

“Ini seperti aku. Kosong”

“Shannon, kamu lihat itu (Aku menunjuk ke atas langit). Kadang juga langit nampak seperti lembar kosong,
padahal sebenarnya tidak. Bintang kamu tetap di sana, Bumi hanya sedang berputar.” Dia mengangguk

“Kau aquarius?”

“Aku taurus. Ibuku Aquarius.”

“Ayo kita minum cokelat setelah ini, tuan peramal” senyum itu kembali tersungging dari mulutnya. Senyum
basa-basi normatif tapi aku sangat menyukainya

**

Setelah dihangatkan oleh cokelat panas, kami melanjutkan perjalanan, menerobos hutan lagi. Shannon
mengajakku berhenti di puncak bukit menikmati beberapa detik pemandangan danau yang beku serta bukit
yang rimbun dari kejauhan. Lalu kami jalan lagi dengan menaikan kecepatan, menyalip kelompok lain dan
bergabung kembali dengan Kari. Kami berhenti lagi di atas jembatan, dibawahnya ada tumpukan salju
berbentuk bundar, seperti lusinan iglo mini. Aku tak tahu persis apa itu, tapi yang pasti ini indah. Aku
memasang drone untuk mengambil beberapa gambar.

Begitu keluar dari hutan, Kari mempercepat laju kendaraannya lagi. Kadang-kadang kami terpental di atas
tumpukan es, atau Kari menyimpang sedikit dari jalur yang ditunggangi. Mataku terus mengawasi Shannon,
kami meluncur melewati salju yang lembut. Setelah berhenti sebentar di sebuah pondok nelayan tua yang
lucu, kami perlahan-lahan kembali ke peradaban. Melewati beberapa bukit dan perjalanan benar-benar
selesai. Shannon dan aku saling memandang, sungguh pengalaman yang luar biasa. Kemarin aku pergi naik
husky, yang juga sangat menyenangkan, tapi ini melebihi itu! Apalagi jika kamu menyukai sedikit
tendangan adrenalin!

“Hari yang luar biasa” Kataku sambil membuka mantel dan kacamataku kami berjlaan menuju resto

“Seru! Gak kerasa besok hari terakhirku di sini” dia membuka mantelnya. Rambutnya panjang sepinggang,
baru kali ini aku melihatnya. Kami duduk dan memesan makanan.

“Ya, dan kita kembali pada rutinitas.”

“Di sini, arus waktu berjalan lebih lambat daripada di kota. Sepi, sunyi, hening, tempat yang sempurna
untuk sekedar diam.”

“Shannon, di Gaza berapa lama?” kami bercakap sambil menyantap hidangan makan siang
“3 bulan”

“Bertahan selama itu?”

“Aku bahkan melihat rekan ku ditembak, usianya baru 26 tahun.”

“Ironi sekali. Syukurlah kau tak kenapa-napa”

“Hatiku yang kenapa-napa. Anak-anak, ibu hamil hampir jadi korban setiap hari. Perasaanku campur aduk
sampai aku punya gangguan tidur. Akhirnya tugasku selesai dan langsung ke sini. Aku hanya ingin kembali
ke tempatku, menikmati apa yang kusanggup. Aku sampai pada batasku di sana. Payah ya aku !”

“No, you doing well! Aku iri padamu, aku bahkan tak bisa membayangkan jika aku sehari saja di sana. Di
perjalanan tadi, melihatmu ngebut malah aku yang ngeri. Aku lupa bahkan bom saja jinak padamu ”

“Daniel, kamu ini.” Dia tersenyum “Tapi di sana aku jadi punya alasan untuk menangis.” Sambungnya lagi

“Kenapa harus jauh-jauh ke Gaza hanya untuk menangis? Setangguh apapun manusia pasti bisa terluka..
Oia, scarf mu sudah aku cuci. Nanti malam aku kembalikan, pasti itu penting buatmu.”

**

Malam itu, aku mengunjungi iglo glassnya.

“Daniel, masuklah aku baru selesai packing.”

“Terimakasih, bawannmu banyak sekali.”

“Iya ini buku jurnalku selama di Gaza, alat medis dan kamera.”

“Daniel, duduk” Dia mempersilakanku duduk dan membuatkan aku segelas wine.

“Shannon, scarf mu. UNICEF?”

“Oh, itu! Aku aktivis di sana. Daniel, pekerjaanmu apa?”

“Di bidang penyiaran” ujarku


“Kalau ada waktu luang lebih panjang, coba pergi ke negara-negara pra sejatera. Banyak hal menarik
disana. Pemandangan alam yang luar biasa gak jadi jaminan anak-anak bisa hidup dengan layak. Kadang
terbatasnya ilmu pengetahuan membuat mereka jadi sulit, padahal banyak sumberdaya yang bisa
dimanfaatkan. Di situlah kita bisa berbagi. Aku menulis beberapa jurnal, (Menunjuk ke laptopnya yang
masih terbuka, aku mulai membaca halaman websitenya) kau bisa membacanya.

Seperti dugaanku, dia istimewa. Matanya yang sendu tadi siang, mendadak berbinar saat menceritakan ini.

“Ini kamu di Africa Selatan?”

“Iya, indah kan? Aku sangat ingin kembali, ada Nuha disana, anak asuhku. Sepertinya dia sudah besar
sekarang”

“Shannon, aku ralat ucapanku tadi siang.”

“Tentang?”

“Lara Croft”

“Apa lagi sekarang?”

“Kamu malaikat yang menyamar”

“Haish! Kamu ini”

Wanita ini memang sangat cerdas, kami bicara banyak tentang kemanusiaan. Aku jadi sadar, hidup bukan
semata tentang diriku. Dia mengenalkan ku pada dimensi yang lebih luas. Di luar sana, ada mereka yang
menunggu kita untuk berbagi, demi dunia yang lebih baik.

“Shannon, hari hari berikutnya kamu harus lebih bahagia. Aku suka senyummu di setiap foto. Seperti
kembang api“

“Ya, aku sedang berusaha mencerna apa yang terjadi padaku. Seperti disambar petir rasanya.”

“Ibuku bilang, kalau merasa dalam bahaya, cari tempat untuk berlindung sejanak.”

“Ini beda, bahkan aku tak bisa tinggal ditempat yang sama barang semenitpun. Menyiksa sekali rasanya.
Kau? Begaimana keluargamu? Pacarmu?”

“Sudah 5 tahun aku sendiri”

“Wow”
“Bersyukurlah bagi mereka yang mudah jatuh cinta.” Aku meneguk wine yang ada ditanganku dan
membaca lagi tulisan tulisannya. Diam diam aku menyimpan alamat websitenya di ponselku dan aku
menutup laptopnya.

“Kamu sungguh melihatku tanpa rasa takut?”

“Hmmm”

“Padahal aku penakut sekali, pada awalnya. Takut gak ada teman buat tertawa. Daniel, sendirian di waktu
sedih itu hal terbaik, tapi awkwrd sekali kalo kita gak punya temen buat ketawa. Tapi setelah dipaksa
sendiri, aku mulai merasa baik-baik saja. Being alone is not too bad” tidak nona, kamu tidak baik-baik saja.
Di blog tadi aku melihat videomu dengan air muka yang riang bahagia. Senyummu memesona. Aku telah
sampai dititik dimana aku tertarik sebagai seorang laki-laki pada wanita, astaga, kenapa bisa? Dengannya
di tepat jauh nan asing bagiku.

“Shannon, suatu saat jika kau beruntung menemukan cinta sejatimu. Ketika kalian saling bertatap untuk
pertama kalinya, waktu akan berhenti. Seluruh semesta alam takzim menyampaikan salam. Ada cahaya
keindahan yang menyemburat di langit, meggetarkan jantung. Hanya orang - orang yang beruntung yang
bisa melihat cahaya itu, apalagi berkesempatan bisa merasakannya!”

Kami hening, dan tiba-tiba Aurora muncul, menari waltz diatas sana “Indah sekali” seraya kami
mengucapkan hal yang sama. Kami saling menatap tanpa suara

“Sahnnon. Pakai mnatelmu. Ayo foto di luar! Ini sempurna” ajakku. Kami keluar dari iglo dan mendapati
hamparan pemandangan langit yang sempurna. Aku setting tripod miliknya

“Dingin sekali” Ujarnya


“Pegang tanganku” Dia mentapku, dan mengulurkan tangannya. Aku menggenggamnya. Ckrek, aku pijit
tombol yang terhubung ke kamera. Jadilah photo kami di bawah Aurora Borelais yang maha indah.

Kami melihat hasil fotonya, ini menakjubkan.

“Terimakasih” Ujarku

“Untuk?”

“Hadir diperjalanannku kali ini”

“Harusnya kita bertemu lagi di tempat yang lebih indah.”

“Tak peduli dimana nanti kita bertemu, aku harap hari itu hati yang ini sudah sembuh (Menunjuk ke
hatinya). Kamu harus lebih kuat. Kamu percaya takdir?”

Shannon mengangguk. Aku mmeberikan pelukan perpisahan yang singkat sambil berbisik “Kamu adalah
wanita yang hebat dan kuat.”

**

Setelah perpisahan kami malam itu, aku kira segalanya akan kembali normal. Sudah 2 minggu lamanya, aku
tenggelam dalam rutinitas. Tapi, saat melihat potret kami di bawah Aurora, aku jadi mengidamkan
memegang tangan itu selamanya. Di Seoul, aku membuka kembali blognya. Adalah matanya yang pertama
kali bicara.

Aku melihat tulisan dan video-videonya, tak ada satu pun yang luput dari mataku. Ada beberapa yang
mungkin di ambil saat dia kuliah. Dia mahasiswa yang mewakili Prancis di Konferensi Internasional Youth
Summit PBB saat itu.
Dan 2021 ini dia sudah tumbuh jadi Dokter Anak yang luar biasa berdampak pada dunia. Sial! Semudah itu
ia menyeretku menjadi budaknya. Aku hanya jadi korban kerinduan yang mencekik. Senyumnya, suaranya,
segala tentangnya tersimpan baik di kepalaku.

Aku memberanikan diri menyapanya via whatsapp

Shannon..apa kabar? *Pesan itu hanya dibacanya

Dan sekarang aku adalah si bodoh yang menstalking perempuan yang disukai melalui sosial media. Tapi
sudah lama sekali sejak postingan terakhirnya diunggah. Astaga, dia seperti bom yang meledakkan
jantungku, dan membakar habis diriku menyisakan bayang-bayang.

Aku merindukanmu..

Dan lagi hanya dibacanya

**

Pagi datang lagi membangunkanku, diantara banyak pesan yang kuterima aku masih menunggu pesan
darinya. Pesan yang tak pernah muncul sejak 1 bulan lalu aku kembali dari Ivalo.

“Jio-aku mau lihat jadwalku” Dia memberikan email balasan

**

Bali,

Akhirnya aku punya waktu untuk diriku sendiri, setelah seharian disibukkan dengan jadwal shooting yang
padat.

Aku dan pantai , begitu dingin air itu ketika aku memasukkan kedua kakiku. Begitu jelas kedua kakiku
tampak di sana, dan betapa hal semacam itu memberikan kedamaian.
Tapi mengapa begitu sulit manusia menemukan kedamaian?
Aku menatap debur ombak berlarian ke tepi dan diam-diam menyentuh kakiku. Dan langit yang tampak
kosong membuatku semakin merindunya. Perempuan yang ku genggam di bawah indahnya Aurora.
Seandainya kamu ada di sampingku, betapa kedamaian ini sungguh sangat sederhana. Harusnya engkau
melihatnya.

Aku berjalan menyusuri pantai, dan kudapati punggung itu, punggung yang selama ini aku tatap setiap hari
melalui layar ponselku.

Shannon!

Daniel

Kaukah itu?

*Memgangguk sambil tersenyum, senyum yang selalu membuatku jatuh hati*


Kami berdua mematung begitu lama, saling menatap tanpa suara. Hanya debur ombak dan cahaya senja
menyelinap di diantara kami berdua

Apa kabar? *Tanyaku canggung

Baik. Sedang liburan? *Dia balik bertanya

Aku baru menyelesaikan pekerjaanku, dari tadi siang aku sangat ingin ke sini. Lihat siapa yang kutemui?

Dunia sempit ya. Ivalo, Paris, Seoul dan kebetulan sekali kita bertemu lagi di Bali. Ini bahkan hari
terakhirku sebelum besok kembali ke Paris

Jika di Ivalo kita kebetulan bertemu, rasa-rasanya mustahil ini sebuah kebetulan lagi. Seringkali kebetulan
adalah takdir yang menyamar.

Daniel,

Ya Shannon

Aku bahkan bingung memanggilmu apa sekarang. Kim?

Apapun yang kau suka

Ya, Kim…dia pria menyebalkan

Kenapa?

Aku tak mengenalnya *membuang pandangannya kembali ke lautan lepas, aku mendekat padanya. Tepat 1
langkah di hadapannya*

Ayo mulai dari awal lagi, aku ingin mengenalmu lebih dari apa yang kamu tulis, lebih dari apa yang kamu
rekam di setiap vlogmu. *menatapnya lekat*

Aku ingin mengenalmu lebih dari apa yang orang tau di Internet. *Dan kami saling melempar senyum*

Aku suka, senyum ini lebih bernyawa. Shannon

**
Rock Bar Jimbaran

Shannon, kenapa kau bisa sampai di sini?

Aku menonton Eat Pray Love

Julia Robert?

Ya. Aku menemukan Fivelements Bali dan beberapa tempat untuk meditasi. Ini minggu ketigaku di sini.

Meditasi?

Semacam self healing. Berbagai macam treatment untuk menghadapi diriku sendiri, kemarahanku, rasa
traumaku, kekecewaanku dan luka batinku, Kim.

Semua berjalan lancar?

Rasanya lebih baik dari hari ke hari.

Itulah alasan kenapa senyummu yang di vlog perlahan kembali? Aku bahagia melihatnya

Kau menontonnya?

Ya. Tak satu pun aku lewatkan.

Usiaku 16 tahun saat memulainya

Gadis 16 tahun yang memesona. Suaramu indah sekali. Aku pikir jika tidak jadi dokter anak, kau sudah
punya banyak album. Pasti banyak pria mengejarmu.

Tapi tak sampai 5 juta orang sepertimu, Tuan Celebrity!

Kau ini, sepulang dari Ivalo aku terus mengingatmu. Kau masih punya gangguan tidur?

Tak sesering dulu, sekarang, jarang sekali terbangun tengah malam. Aku sudah menerimanya, Kim. Segala
hal di dunia ini fana, Kim. Segalanya akan berlalu, yang abadi hanyalah waktu.
*Aku mengangguk, mata itu mulai berbinar lagi

Kim, beberapa staff ku di rumah sakit keranjingan melihat film mu, lalu aku mulai menontonnya. Setiap
minggu pagi aku melihatmu. Korea Selatan juga tak kalah indah ya.

Tentu, kau akan betah tinggal di sana. Minggu pagi ya di sana? Waktu kita beda berapa jam?

Mungkin sekitar 8 jam..

Jadi kapan datang? Aku menunggumu.

Kau dulu saja yang ke Paris

J'y pense depuis que tu m'as manqué. Je veux vraiment y aller.

je vous attends

**

Aku mengantarnya ke penginapan, .

Shannon, kenapa kau tak membalas pesanku? Terakhir kali kita bertemu, apa ada hal yang membuatmu
marah? *kami hening dan terus berjalan

Sesampainya di Paris, aku sempat ingin menelponmu.

Lalu?

Lalu sejak kutau kamu itu bukan kamu. Aku urung melakukannya.

Setiap malam mau tidur, setiap kali melihat ini (memperlihatkan wallpaper di ponselku, foto di bawah
Aurora) isi kepalaku jadi kacau balau.

Kenapa bisa?

Entahlah

Kau merindukanku?

Hmmm

Jika setelah ini kamu merasa hal yang sama, datanglah ke Paris. Aku akan jawab semua hal yang kau tanya.

**

Dr. Shannon, jam berapa kau selesai?

Ya, Kim. Aku sedang beres-beres pulang.

Aku diluar, menunggumu.


Di luar?

Jangan bercanda. Katamu hari ini kamu ada jadwal penting dan gak boleh terlambat. Kau memintaku
mengingatkanmu kemarin.

Ke Paris adalah hal terpenting dari sekian banyak jadwalku di Korea.

Haish, serius Kim kamu dimana?

Aku mengirimnya sebuah swa foto di depan gedung Rumah Sakit tempat dia bekerja captionnya *Aku
menunggumu, Nona!

Shannon mengambil tas dan segera beranjak dari ruang kerjanya.

Dimana? *dia menelponku

Mobil disebrang RS membuka jendelanya, aku melambaikan tangan sambil tersenyum. *Ayo

**

6 New York, France


Malam itu..

Apa kabar Kim?

Aku baik-baik saja sampai ketika ada gadis Prancis yang gak suka di telpon dan di kirimi pesan sampai aku
jadi kacau balau.

Menyerah?

Sedang megujiku?

Aku memang tak suka bicara banyak melalui gadget. Kolot, tapi aku senang becakap langsung, Kim.

Aku paham, kau bilang di blogmu. Ingin menatap lawan bicaramu langsung.

Ya, seperti ini. Terlalu banyak bicara di telpon juga gak bikin bingung kita mau bicara apa hari ini.

Tenang nona, aku punya banyak hal yang mau aku tanyakan. Seperti janjimu.

Dua minggu ini, apa yang bikin kamu beneran pergi ke Paris?

Masih ditanya? Ya Tuhan

Ya apa? Aku mau denger.

Kamu tak lelah berlarian di kepalaku? Aku di Korea, tapi isi kepalaku ada di Paris. Semakin kau diam,
semakin kau berkata-kata.

Apa?
Kim, kalau kau serius, cari aku ke Paris. Sambil cek deh apa yang kamu rasa, benran apa cuma perasaan
sekilas saja?. Itu kan yang mau kamu bilang? *Dia tersenyum

Jadi, sepulang dari Ivalo, apa yang membuatmu urung menghubungiku ?

Hari itu di Ivalo, tak tau kenapa jantungku berdebar waktu kau mengenggam tanganku. Waktu seketika
berhenti. Kilatan cahaya Aurora seolah hadir buatku dan kamu. Tak ada yang lebih membingungkan
bagiku, selain perasaan aneh pada orang asing yang bahkan aku tak mengenalnya. Aku jadi ingin tau, siapa
manusia ini? Shannon hari-hari berikutnya kau harus lebih bahagia, Shannon saat kita kita bertemu lagi,
hati ini harus sudah sembuh. Shannon you doing well. Saat itu, kata-kata itu yang paling ingin aku dengar.
Dan Tuhan mengirim Daniel. Orang biasa yang begitu mudah membuatku bercerita apa saja. Lalu..

Lalu?

Aku tak sengaja melihat staffku, membicarakan nama yang tak aku kenal, dan itu kamu. Daniel adalah Kim,
dan Kim adalah Daniel. Aku cari tau, dan sejak kau dikenal begitu baik, aku simpulkan, mungkin kau biasa
melakukan itu pada siapa saja yang kau temui. Aku urung membalas pesanmu. Urung menelponmu, tapi tak
sedetikpun aku lupa.

Sejak hari itu aku harus puas hanya dengan menatap punggungmu saja, itu pun hanya lewat sebuah potret.
Aku tak pernah sekacau itu, menunggu sebuah pesan yang tak pernah berbalas. Tega !

Aku jadi sering melihat apapun tentangmu. Aku jadi sadar satu hal, siapapun yang jadi pendampingmu
kelak, dia adalah wanita hebat. Wanita yang berhati besar.

Aku pikir, kau cukup tangguh untuk berada di sampingku

Kau salah, Kim. Aku ini pecemburu

Hah!? Bagaimana?

Kim menyebalkan bagiku.

Okay aku paham

Apa?

Paling tidak, aku tau kau cemburu

Bukan itu poinnya

Ya okay, aku tak banyak paham, tapi poin-nya adalah kau cemburu.. *Ujarku sambil tersenyum, dia jadi
salting

Kim, kau benar-benar menyebalkan.

Lalu apa? Apa yang bikin kamu cemburu? Coba jelaskan, aku mau dengar biar aku luruskan

Bisa gak dibahas ga?


Ngga! Aku harus tau. Serius, beri tau aku.

Ga mau! *Ujarnya salting

Semua yang kamu lihat di media itu sebatas pekerjaanku. Sekarang atau nanti jangan percaya apapun selain
yang kau dengar langsung dariku.

Aku tau

Shannon, aku tak tau seperti apa lengkapnya hal yang melukaimu. Aku tak akan pernah bertanya kecuali
kau yang cerita. Tapi apa kau tau? Hal yang sanggup mengubah gumpal luka menjadi intan? yang
membekukan air mata menjadi kristal garam? Jawabannya: waktu. Hanya waktu yang mampu,
menyembuhkanmu. Aku ini, belum lama mengenalmu tapi sejak bertemu denganmu, aku punya seseorang
yang aku rindu.

Aku juga, merindukanmu dengan sangat tapi aku hanya bisa menyangkalnya. Selain karena kau seperti
Bintang yang tak bisa aku jangkau, juga ini terlalu cepat bagiku. Baru 7 bulan lalu aku kehilangan
tunanganku. Dia pergi tepat 1 bulan sebelum rencana pernikahan kami berlangsung. Alih-alih hidup
bahagia disampingku, dia malah bahagia di sisi Tuhan. Aku nyaris mati dimakan kesedihan, Kim. Tapi
sejak ada kamu, aku punya hal lain yang aku pikirkan. Aku punya seseorang yang membuat jantungku
meledak bahkan hanya karena tanganku digenggam. Daniel yang orang biasa, Bukan Kim yang begitu
bercahaya. Au silau, Kim. Memandang saja rasanya tak sanggup.

Kenapa kau senang menyimpulkan semuanya sendiri? Pekerjaan ini membawaku kemana-mana tapi ya itu
hanya sebatas pekerjaan, Shannon. Di luar itu aku juga manusia biasa yang punya mimpi lain yang ingin ku
kejar. Aku tak pernah keberatan hidup sendiri selama 5 tahun ini, tapi setelah bertemu denganmu. Banyak
hal yang muncul dikepalaku. Tiba-tiba butuh kamu, tiba-tiba merasa sepi. Banyak orang disekitarku, tapi
memang jawabannya jauh sekali sampai aku harus ke Paris.

Aku dititik

Shannon, acting adalah duniaku, dan setelah bertemu denganmu aku punya mimpi lain yang ingin aku kejar.
Jika kau keberatan, aku bisa tinggal disini, jadi orang biasa saja sambil remote bisnis propertiku di Korea.

No ! Aku tak pernah membuat deal yang sepicik itu. Jangan pernah menyimpulkan sendiri. Aku tak pernah
ingin kamu merasa dibatasi apa lagi dengan pekerjaanmu.

Aku gak mau kamu merasa gak nyaman.

Gak gitu konsepnya.

Ok! Jelaskan padaku biar aku paham. *Aku memegang tangannya

Kalau kau benar untukku, aku yang harus belajar menerimamu dan semua hal tentang kamu. Aku jatuh hati
pada Daniel, laki-laki biasa yang katanya bekerja di bidang penyiaran. Aku jatuh hati karena apa yang dia
katakan pada akhirnya membuatku sadar kalau aku gak bisa diam di tempat yang sama. Aku sedih, aku
terluka tapi dunia tak akan ikut berhenti karena itu. Setibanya di Paris saat itu aku sangat ingin
menghubunginya. Tapi apa? Laki-laki itu ternyata dimiliki oleh segala penjuru. Daniel adalah Kim yang
begitu mudah dicintai 5 juta wanita. Tapi sulit sekali rasanya dicintai hanya oleh 1 orang. Aku bisa berbagi
apa saja di dunia ini tapi tidak dengan orang yang aku cintai.
Belum apa-apa aku sudah membuatmu terluka.Maaf

Aku berulang-ulang lihat semua tentangmu. Drama, Iklan, Film, semuanya. Berharap aku bisa mencintaimu
dengan waras. Lelakiku akan dipegang tangannya, dicum, dipeluk oleh orang selain aku. Lelakiku akan
memberi banyak senyuman dan fingerheart pada banyak orang selain aku dan aku tau itu hanya sekedar
pekerjaanmu. Ini kenyataan-kenyataan baru yang nanti akan kuhadapi saat hidup bersamamu.

Di Ivalo, kita mungkin saling jatuh hati, tapi setelah banyak hal yang aku lalui, aku jadi berfikir, aku ingin
mencintaimu dengan benar, Kim. Aku tak mau kehilangan lagi.

*Mataku berair* 5 Tahun sendiri, aku sampai lupa bagian ini adalah bagian tersulit untuk hidup bersamaku.
Aku bahkan tak memikirkan ini sebelumnya. Kamu mungkin tak membalas pesanku, tapi ternyata kau
berpikir banyak tentang kita.

Tak masalah bagiku selama aku mencintaimu. Aku akan belajar memahami semampuku.

Lelakiku.. itu kata terindah hari ini. Tidak, itu bahkan paling indah di sepanjang hidupku.

Kim, LDR-an itu akan banyak hak kecil yang jadi triger perang dunia ke III. Kenapa tak balas pesanku,
kenapa gak angkat telponku. Cukup hal hal demikian yang membuat kita bertengkar. Jangan ditambah hal
berat lain

Aku gak mau LDR-an. Aku bisa gila. Kau mau ikut aku ke Korea?

Pertanyaanmu.. apa secepat itu?

Ya aku tau, kau pasti berpikir banyak hal. Pekerjaannmu, kehidupanmu di sana. Tapi kalau mau, nanti kita
sama-sama cari jalan keluarnya. Bagaimana biar kamu bisa praktek di Seoul. Kalaupun belum bisa, kamu
bisa urus bisnis-bisnisku. Pokoknya asal kau mau, nanti aku pikirkan caranya agar kau nyaman di Seoul

Sebetulnya kalaupun tidak bekerja lagi, aku suka anak-anak tapi entahlah bagaimana cara kamu berpikir.
Apa merepotkan bagimu atau tidak?

Tentang?

Anak-anak

Kamu lihat ini *aku googling anak blesteran Korea-Prancis* betapa cantik dan tampannya seperti aku dan
kamu. Tentu saja aku mau, kau ini. Kita punya tugas membuat generasi unggul. Tidaklah, tidak merepotkan
yang benar saja. Justru PR aku berkurang, aku tak perlu membujuk istriku agar melahirkan anak-anak
untukku.

Kebanyakan manusia modern berpikir demikian, Kim. Merka ingin kebebasan. Tapi sejak jadi dokter anak
aku sering berpikir , bagaimana ya kelak aku merawat anakku sendiri. Kayaknya seru.

Kau sangat cantik ketika bahagia. Jadi lakukan apa saja yang bisa bikin kamu bahagia. Asal tetap di
sampingku. *Aku menepuk nepuk punggung tangannya

Jadi?
Jadi.. Will you? *Aku mengeluarkan kotak cincin dan melamarnya

Dia mengangguk *Dan kami adalah pasangan paling bahagia di dunia

Kami menghabiskan waktu disekitaran Eiffel yang indah.

**

Sabar, yang terbaik gak datang terburu-buru

Dia menyamping memgusap wajahku dan kami sekarang berhadapan. Aku meraih tangannya dan mencium
tangan itu.

Jantungku mau meledak rasanya

Bohong!

Serius?

Mana? * Dia mendekatkan telinganya ke dadaku dan aku mengusap rambutnya.

Tidurlah di sini, aku akan menjagamu semalam suntuk *Dia menyandarkan kepelanya di dadaku dan aku
memeluknya. Canggung tapi tak lama, dia tertidur pulas.

Kau yang kelelahan *Aku mencium keningnya dan ikut tertidur.

**

Dia sedang memelukku ketika bangun.

Sayang ini jam berapa? *Tanyanya.. ya baru saja dia memanggilku sayang*

Jam 8! *Ujarku sambil tersenyum

Astaga kau tak membangunkanku?

Nyenyak sekali, aku gak tega membangunkanmu

Aku malu sekali, jangan lihat mukaku

Ini kali pertama melihatmu bangun tidur , cantik yang effortless

Aku malu, aku mandi dl *Dia loncat ke kamar mandi*

Aku menikmati kopi pagiku. Pagi terbaik sepanjang masa

Kami sarapan dilanjutkan packing dan melihat keindahan Karma Masyura di balik balkon kamar yang
menghadap sungai
Aku tak sabar berangkat ke Paris, kalau akhir minggu ini tak ada hal yang serius aku ingin pulang ke Paris
saja hari ini

Bukankah kita baru bisa bergerak jika ada jarak? Dan saling menyayang bila ada ruang? Sabar!

Ya, aku sabar. Shannon, tidurmu pulas kalau aku peluk. *Aku memeluknya dari belakang*

Aku cepat sekali tidur. I just feel safe. Kamu orang pertama yang ku ijinkan naik ke tempat tidurku. Aku tau
kamu orang baik.

No, aku juga laki-laki normal. Kadang-kadang kau harus waspada. Mungkin kamu satu-satunya yang bisa
bikin aku jadi bad boy *Godaku, dia melepaskan pelukanku dan langsung jadi galak*

Lihat saja, aku tendang *Ekspresinya gemas sekali*

Hahah kau menggemaskan jika lagi kesal *Aku memeluknya lagi, erat didadaku*

Kenapakau senang sekali membuat aku kesal

Maaf. Shannon lihat aku… *kami saling menatap*

Ya!
Sejak aku tau semua hal pahit yang menimpamu, aku tak bisa berkata banyak hal. Dan yang paling aku
takuti adalah berjanji. Tapi cinta itu perbuatan, kirimkan aku nomer ibu atau ayahmu. Ada hal yang mau aku
bicarakan.

Iya. Nanti aku kirim nomer ibu dan ayahku.

Aku akan sangat merindukanmu. *Aku mencium keningnya di tengah pagi yang indah. Hanya ada suara
aliran sungai, damai.

**

Bandara

Kim, jaga diri baik-baik. Jaga kesehatan.

Aku tak pernah membiarkan ibuku pergi jauh sendiri. Aku tak ingin membiarkan wanitaku pergi jauh
sendiri. Aku khawatir sekali rasanya.

Gak apa-apa. Kamu percaya aku kan. Aku bisa.

Iya, hati-hati ya *Aku memeluknya erat. Tak mau berpisah rasanya*

Kalau sudah sampai Seoul kabari aku..

Iya.

Kim aku harus pergi sekarang. *Dia melepaskan pelukanku dan aku menarik tangannya dan menciumnya.
Dia terkejut dan membalasnya.
Je veux que vous sachiez que je vous adore. Chaque moment passe avec toi me pait tomber plus
profodément en amour avec vous. Shanon *Dia pun pergi,

Blip, pesan masuk: Kim sejak jadi dokter, dinding rumah sakit mendengar doa yang lebih jujur daripada
rumah ibadah manapun dan hari ini aku tau kalau bandara melihat ciuman yang lebih tulus daripada
pernikahan manapun.

Ngurah Rai Airport I’m in love

**

Mom, Kim mau bicara,

Ya nak, ini ibunya Shannon

Ibu, aku Kim dari Seoul

Ya, Shannon sudah banyak cerita. Bagaimana, nak?

Doakan aku, sedang mendekati anakmu. Kau begitu hebat, membesarkan dia sebegitu
istimewanya. Aku jatuh hati padanya bu

Ya, sini main ke Paris. Ibu bisa sedkit masak masakan Asia. Nanti makan di rumah ya.

Ya, bantu aku bilang ke anaknya. Aku ingin menikahinya. Boleh kubawa ke Korea Bu?

Kalau ibu gimana anaknya. Nanti bicara saja sama ayahnya ya. Asal kalau sudah dibawa,
sering-sering main ke Paris.

Tentu bu, nanti aku kesana. Nanti Kim telpon ke nomor ibu atau ayah saja ya. Biar Shannon gak
dengar kita ngobrol apa, Haha

Haha. Iya

Kim kau menyebalkan *Ujar Shannon

**
Dr Aimee Shanon Nicolette, jadilah teman ganjil dan genapku. Will you marry me?

**

Pesan masuk : Jagiya

-Aku ada Simposium di Singapura 19-21 Maret

+Simposium? Sebentar kulihat jadwalku.

-Ya, seperti seminar. Ada beberapa ahli disana

+Kamu percaya takdir, Shannon?

-Ya?

+ 21 Maret sampai 24 jadwalku kosong. Flight ke Singapura hanya 6 jam. Tunggu aku, 21 malam aku tiba
disana. Bagaimana?

-Aku extend sampai 24 Maret di sana.

+Ingin kubawakan apa?

-Tak usah. Cukup kamu

+❤

**

“Dr Shannon, where are you?” tanyaku

“Berbalik, aku dibelakangmu. “


“Kau mengenaliku? “ sementara aku jadi ninja. Masker , topi dan jalan nunduk

“Ya, that’s why aku ga samperin kamu” dan aku berjalan ke arahnya. Menggenggam tanganbya

“Kenapa menghindar, aku rindu” memperlihatkan telponnya

“Jagiya? Apa itu?” aku mematikan telpon.

“ Apa coba? Cari tau ya! Aku simpan semua ini dulu, dikamarku. “

“Lantai berapa?”

“14”

“Paling atas? “

“Hmmm”

**

“Best view here! “ ujarku saat membuka pintu

“It will be nice when the night is falling down! “ dia membuka tirainya

“Ini”

“Apa? “

“Bukalah, kau pasti suka”

“Ya ampun lucunya, banyak sekali! “ aku jatuh cinta lagi dan lagi. Senyumnya seperti kembang api

“Suka? “ dia mengangguk, matanya berbinar. Sederhana sekali membuatnya bahagia.

“Boleh buat pasienku? “

“Tentu saja! “

**
Kami duduk saling berhadapan dekat jendela, dari sini seluruh pemandangan kota terlihat megah diantara
pendar lampu-lampu yang menyala.

Anda mungkin juga menyukai