Tugassbb 150104070025 Conversion Gate02
Tugassbb 150104070025 Conversion Gate02
MATERI I
PENGERTIAN BETON BERTULANG
• Beton adalah campuran pasir, kerikil atau batu pecah,
semen, dan air.
• Bahan lain (admixtures) dapat ditambahkan pada
campuran beton untuk meningkatkan workability,
durability, dan waktu pengerasan.
• Beton mempunyai kekuatan tekan yang tinggi, dan
kekuatan tarik yang rendah.
• Beton dapat retak karena adanya tegangan tarik akibat
beban, susut yang tertahan, atau perubahan temperatur.
• Beton bertulang adalah kombinasi dari beton dan baja,
dimana baja tulangan memberikan kekuatan tarik yang
tidak dimiliki beton. Baja tulangan juga dapat memberikan
tambahan kekuatan tekan pada struktur beton.
KELEBIHAN BETON BERTULANG
SEBAGAI BAHAN STRUKTUR
• Memiliki kekuatan tekan yang relative lebih tinggi dari pada kebanyakan
bahan lainnya
• Struktur beton bertulang sangat kokoh. Tahan terhadap api dan air
• Tidak memerlukan biaya pemeliharaan yang tinggi.
• Dibanding dengan bahan lain, beton bertulang memiliki masa layan yang
sangat panjang. Sangat ekonomis untuk pondasi tapak, dinding basement,
tiang tumpuan jembatan, dsb.
• Salah satu ciri khas beton adalah kemampuannya untuk dicetak menjadi
bentuk yang sangat beragam, mulai dari plat, balok, kolom yang
sederhana sampai atap kubah dan cangkang besar.
• Di sebagian besar daerah, beton terbuat dari bahan local yang murah
(pasir, kerikil, air) dan relative membutuhkan sedikit semen dan baja yang
mungkin saja harus didatangkan dari tempat lain.
• Keahlian buruh yang dibutuhkan untuk membangun konstruksi beton
lebih rendah bila dibandingkan dengan bahan lain seperti baja struktur.
KELEMAHAN BETON BERTULANG
• Beton memiliki kekuatan tarik yang sangat rendah sehingga memerlukan
penggunaan tulangan tarik.
• Beton bertulang memerlukan bekisting untuk menahan beton tetap pada
tempatnyan sampai beton mengeras.
• Rendahnya kekuatan per satuan berat dari beton menyebabkan beton bertulang
menjadi berat. Ini akan berpengaruh terutama pada struktur dengan bentang-
bentang panjang dimana beban mati akibat berat sendiri yang sangat besar akan
mempengaruhi momen lentur.
• Rendahnya kekuatan per satuan volume mengakibatkan beton bertulang akan
berukuran relative besar. Hal penting yang harus dipertimbangkan untuk bangunan
tinggi dan struktur dengan bentang panjang.
• Sifat beton sangat bervariasi karena bervariasinya proporsi campuran dan
pengerjaannya. Penuangan dan perawatan beton umumnya tidak bisa ditangani
seteliti yang dilakukan pada proses produksi material lain seperti baja struktur.
• Sifat susut (shrinkage) dan rangkak (creep) pada beton bila tidak diperhatikan
dapat menimbulkan masalah yang berarti
Berikut adalah Diagram Tegangan-
Regangan Baja
• Daerah Elastis
adalah keadaan
dimana baja masih
bersifat elastis
artinya dapat
kembali ke posisi
semula.
• Titik Batas adalah
keadaan dimana
baja sudah dalam
kondisi batas atau
hampir putus.
FAKTOR KEAMANAN STRUKTUR
BERDASARKAN DESAIN KEKUATAN
A.KUAT PERLU (U)
• Strukur harus dirancang shg. setiap penampang
mempunyai kekuatan sama dengan kuat perlu yg
dihitung berdasarkan beban/gaya terfaktor.
• Faktor Beban(lihat SNI-03-2002)
• U= 1,4 D (D = beban mati0
• U= 1,2 D + 1,6 L (L = beban hidup)
• U= 1,2 D + L ±E , dll (E= beban gempa)
B. FAKTOR REDUKSI KEKUATAN (Φ)
Tujuan :
• memperhitungkan penurunan kekuatan akibat
kesalahan dlm pelaksanaan, kwalitas material yg tidak
sesuai, dll
BALOK BADAN
Luas tulangan tarik badan –> Asw = As – Asf
Gaya tekan , Cw = 0,85. fc’. bw. a
Syarat keseimbangan –> Cw = Tw = Asw . fy
sehingga, a = Asw.fy / 0,85. fc’. bw
Lengan momennya adalah (d-a/2), sehingga :
Mnw = 0,85. fc’. bw. a (d-a/2), atau
Mnw = Asw. fy (d-a/2)
Maka ,Momen pada balok T adalah = Momen pada balok sayap + Momen pada
balok badan
Momen balok T = Mnf + Mnw
BATASAN TULANGAN MAXIMUM UNTUK BALOK T
Untuk menjamin perilaku yang daktail, SNI 2002 pasal
12.3 butir 3 mensyaratkan :
ρ ≤ 0,75 ρb
∅ 𝑓′𝑐 𝐴2 𝑐𝑝
• Tu <
12 𝑝𝑐𝑝
∅ 𝑓′𝑐 𝐴2 𝑐𝑝 3𝑁𝑢
• Tu < 1+ (apabila ada gaya
12 𝑝𝑐𝑝 𝐴𝑔 𝑓′𝑐
normal)
2𝐴𝑜 𝐴𝑡 𝑓𝑦𝑣
Tn = cotѲ
𝑠
∅Tn ≥ Tu
Ao = 0,85 Aoh
1
Vc = 𝑓′𝑐 𝑏𝑤 𝑑
6
1
Vc = 20 .300.360= 80498,447 N
6
𝑉𝑢 150000
Vn = = = 200000 N
∅ 0,75
Vs = Vn – Vc
Vs = 200000 – 80498,447 = 119501 N
𝐴𝑣 𝑉𝑠
=
𝑠 𝑓𝑦. 𝑑
𝐴𝑣 119501
= = 0,8298
𝑠 400.360
𝐴𝑣𝑡 𝐴𝑣 2𝐴𝑡
= +
𝑠 𝑠 𝑠
𝐴𝑣𝑡
= 0,8298 + 2. 0,417 = 1,6638
𝑠
Pakai D10 → Avt = 2.0,25. 3,14. 102 = 150,72 mm2
150,72
s = 1,6638 = 90,58 mm
75 20
Av + 2At = 1200.400 300. 90,58 = 18,98 mm2
Av + 2At = 150,72 + 150,72 = 301,44 mm2
301,44 mm2 > 18,98 mm2 ok
1 𝑏𝑤 𝑠
Av + 2At =
3 𝑓𝑦𝑣
1 300.90,58
Av + 2At = = 22,645 mm2
3 400
𝐴𝑡 𝑓𝑦𝑣
Al = 𝑝ℎ 𝑐𝑜𝑡 2 𝜃
𝑠 𝑓𝑦𝑙
400
Al = 0,417.1080 . 1 = 450,36 mm2
400
450,36
Ambil D13 maka jumlah tulangan memanjang = = 3,39 ( 4
0,25.3,14.132
batang)
5 𝑓′𝑐 𝐴𝑡 𝑓𝑦𝑣
Al minimum = 𝐴 - 𝑝ℎ
12𝑓𝑦𝑣 𝑐𝑝 𝑠 𝑓𝑦𝑙
5 20 400
Al minimum = 300.400- 0,417 . 1080 = 108,65 mm2
12.400 400
Dimana ∑Pu adalah beban vertikal trfaktor pada suatu tingkat dan
∑Pc adalah kapasitas tekan total kolom-kolom pada suatu tingkat.
Kolom Langsing
4. Kuat geser
a. Perencanaan kolom harus
mempertimbangkan gaya geser yang bekerja
antara lain :
• Komponen struktur yang menerima beban
aksial tekan :
Kolom Langsing
b. Kuat geser boleh dihitung dengan perhitungan yang lebih
rinci yaitu :
Tetapi dalam hal ini Vc tidak boleh diambil lebih besar dari
pada :
Kolom Langsing
CONTOH PERHITUNGAN DAN
PEMBAHASAN
A. Contoh Hitungan Kolom berpenampang
Persegi
• Perancangan kolom berpenampang persegi
dengan cara hitungan manual biasa dan cara
grafis Interaksi M-N.
MATERI IV
CONTOH SOAL PERANCANGAN
DESAIN PELAT LANTAI
• Pembebanan Pelat Lantai
• Beban-beban yang bekeja pada pelat berdasarkan pada Peraturan
Pembebanan Indonesia Untuk Gedung Tahun 1983.
• Adapun ketentuan dari pelat lantai adalah :
• Tebal pelat lantai, t = 12 cm =120 mm
• Tebal spesi, t = 3 cm = 30 mm
• Tebal tegel, t = 2 cm = 20 mm
• Diameter tulangan utama ϕ d = 10 mm
• Tebal selimut beton untuk beton yang tidak langsung berhubungan
dengan tanah sesuai SNI 03-2847-2002 pasal 9.7 butir 1.c pelat
dinding, pelat berusuk seperti batang D-36 dan yang lebih kecil
dipakai p = 20 mm
• Gamma beton, γb = 2400 Kg/m3
• Gamma spesi γs = 2100 Kg/m3
• Beban mati (WD), ditinjau per meter lebar pias
– Berat sendiri pelat (0.12 × 2400 Kg/m3) = 288 Kg/m2
– Berat spesi (0.03 × 2100 Kg/m3) = 63 Kg/m2
– Berat tegel, t = 2 cm (0.02 × 2400 Kg/m3) = 48 Kg/m2
– Berat plafond = 11 Kg/m2
– Berat penggantung = 7 Kg/m2
Total beban mati (WD) = 417 Kg/m2
• WU = 1.2 q D 1.6 q L
= 1.2 417 1.6 250
= 900.4 Kg/m2
= 9.004 KN/m2
Berdasarkan peraturan SNI 03-2847-2002 pasal 12.5.3 sebagai alternatif, untuk
komponen struktur yang besar dan masif, luas tulangan yang diperlukan pada setiap
penampang, positif atau negatif, paling sedikit harus sepertiga lebih besar dari yang
diperlukan berdasarkan analisis, sehingga :
Berdasarkan peraturan SNI 03-2847-2002 pasal 12.5.3 sebagai alternatif, untuk
komponen struktur yang besar dan masif, luas tulangan yang diperlukan pada setiap
penampang, positif atau negatif, paling sedikit harus sepertiga lebih besar dari yang
diperlukan berdasarkan analisis, sehingga :
Berdasarkan peraturan SNI 03-2847-2002 pasal 12.5.3 sebagai alternatif, untuk
komponen struktur yang besar dan masif, luas tulangan yang diperlukan pada setiap
penampang, positif atau negatif, paling sedikit harus sepertiga lebih besar dari yang
diperlukan berdasarkan analisis, sehingga :
Berdasarkan peraturan SNI 03-2847-2002 pasal 12.5.3 sebagai alternatif, untuk
komponen struktur yang besar dan masif, luas tulangan yang diperlukan pada setiap
penampang, positif atau negatif, paling sedikit harus sepertiga lebih besar dari yang
diperlukan berdasarkan analisis, sehingga :
SEKIAN DAN TERIMAKASIH