Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN TUGAS GAMBAR

RUDDER ARRANGEMENT
“MT SAMUDERA ABADI”

Disusun Oleh :
Muhammad ilham a
NRP. 0219030011

Dosen Pembimbing :
1. Ir. Hariyanto Soeroso, MT.
2. Ir. Agus Wiyanto

PROGRAM STUDI TEKNIK BANGUNAN KAPAL


JURUSAN TEKNIK BANGUNAN KAPAL
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
2021
Laporan Tugas Gambar Rudder Muhammad ilham a
0219030016

LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Tugas Gambar Rudder Arrangement
General Cargo “MT SAMUDERA ABADI”
Disusun
oleh :
Nama : Muhammad ilham a
Nrp : 0219030016
Prodi : D3- SB IV
Jurusan : Teknik Bangunan Kapal

Surabaya, 10 Juni 2021


Mahasiswa,

Muhammad ilham a
NRP. 0219030016

Menyetujui,
Dosen Pembimbing,

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Ir. Hariyanto Soeroso, MT Ir. Agus Wiyanto


NIP.195709201987011001 NIP.-

ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya mata kuliah
Tugas Rudder Arrangement ini. Tanpa ada sedikitpun kendala yang menghadang,
berkat rahmat dan hidayah-Nya telah membimbing penyusun untuk terus berusaha
menyelesaikan salah satu mata kuliah di politeknik perkapalan negeri Surabaya.
Mata kuliah ini merupakan persyaratan untuk menyelesaikan studi tingkat
Ahli Madya pada program studi Teknik Bangunan Kapal.
Penyusun mengakui, bahwa laporan ini masih sangat jauh dari sempurna,
semua karena keterbatasan waktu dan pengetahuan serta kemampuan penyusun
sebagai seorang mahasiswa. Untuk itu penyusun mohon maaf atas semua
kekurangan dan kesalahan yang terjadi di dalam penyusunan laporan dan Tugas
Rudder Arrangement ini.
Namun penyusun tetap berharap, sekecil apapun semoga tugas ini dapat
bermanfaat khususnya bagi penyusun, dan bagi pembaca pada umumnya.

Surabaya, 10 Juni 2021


Penyusun,

(Muhammad ilham a)
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
1. DATA UKURAN UTAMA KAPAL.................................................................1
1.2 Definisi.........................................................................................................1
1.3 Langkah-langkah pelaksanaan rencana kemudi...........................................1
2. MENENTUKAN UKURAN DAUN KEMUDI..................................................3
2.1 Type Kemudi................................................................................................3
2.2 Menghitung L kontruksi...............................................................................3
2.3 Menentukan Luas Daun Kemudi...................................................................3
2.4 Menentukan Dimensi Utama Daun Kemudi.................................................4
2.5 Perencanaan Dimensi Utama Daun Kemudi.................................................5
2.6 Perencanaan lengkungan kemudi menurut tabel NACA 00-20 per section. 5
2.7 Gambar Persection.......................................Error! Bookmark not defined.
2.7 Perencanaan Jarak Antara Linggi, Propeller dan Rudder..............................6
3. PERHITUNGAN GAYA PADA DAUN KEMUDI...........................................6
4. MENENTUKAN TORQUE PADA TANGKAI DAUN KEMUDI....................9
5. MENENTUKAN DIAMETER TONGKAT (Rudder Stock)............................10
6. PERHITUNGAN RUDDER PLATING............................................................12
7. MENGHITUNG BEARING ( UPPER & LOWER BEARING )......................14
7.1 Merencanakan Upper Bearing....................................................................14
7.2 Merencanakan Lower Bearing...................................................................14
8. RUDDER COUPLING......................................................................................15
9. PERENCANAAN RUDDER CARRIER ( Product HI-SEA MARINE)..........17
10. PERENCANAAN TILLER.............................................................................17
11. PERHITUNGAN STEERING GEAR.............................................................20
Laporan Tugas Gambar Rudder Tito Ferian Jinata
0219030011

1. DATA UKURAN UTAMA KAPAL


Sebelum memulai menghitung daya mesin kemudi maka terlebih dahulu
adalah mengetahui data ukuran utama kapal. Adapun data ukuran utama
kapal yang dipakai adalah sebagai berikut :
Nama kapal : KM. MONA LISA
Type : Bulk Carrier
Lpp : 140,775 m
Lwl : 146,05 m
B : 23,58 m
H : 12,23 m
T : 7,8 m
Cb : 0,70
Vs : 16 knot
Type Rudder : Setengah Mengantung

1.2 Definisi
Gambar Rencana Kemudi merupakan gambar perencanaan type
kemudi serta konstruksinya dan bagian-bagian penunjang pada kemudi
yang berdasarkan pada bentuk badan kapal dengan tujuan medapatkan
kecepatan manuver seperti yang diharapkan dalam perencanaan.

1.3 Langkah-langkah pelaksanaan rencana kemudi


1. Perencanaan type kemudi
2. Perencanaan dan perhitungan rudder area
3. Perhitungan gaya dan daya torsi kemudi
4. Perencanaan dan perhitungan dimensi kemudi serta bagian-bagiannya.
5. Perencanaan jenis pengelasan yang digunakan

1
Berdasar pada data ukuran utama kapal di atas maka direncanakan sebagai
berikut:
a. Tipe baling-baling yang digunakan adalah jenis baling-baling
tunggal (single screw propeller)
b. Tipe kemudi yang dipilih adalah jenis Setengah Mengantung
Pemilihan tipe kemudi jenis Setengah Mengantung ini dengan
membuat bentuk persegi panjang. Ini dimaksudkan agar pada bagian daun
kemudi akan mendapatkan gaya tekan maksimum.
2. MENENTUKAN UKURAN DAUN KEMUDI
2.1 Tipe Kemudi
Kemudi yang digunakan pada kapal ini adalah Kemudi Setengah
Mengantung.

2.2 Menghitung L kontruksi


Menurut BKI Volume II, untuk panjang L konstruksi dapat dihitung
dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:
 96% LWL= 0.96 × 146,05 m
= 140,20 m (batas minimum)
 97% LWL= 0.97 × 146,05 m
= 141,66 m (batas

maximum) L konstruksi = 140,20 m

2.3 Menentukan Luas Daun Kemudi


Dalam perhitungan luas daun kemudi ini mengacu pada persyaratan
yang diberikan oleh BKI Vol. II section 14, Rule for Hull Construction,
yaitu tidak kurang dari nilai yang didapat dari hasil perhitungan dengan
menggunakan formula sebagai berikut :
1,75 . 𝐿 . 𝑇
𝐴 = 𝐶1 . 𝐶2. 𝐶3 . 𝐶4 ( m2 )
100

dimana:
c1 = faktor untuk Jenis Kapal
= 1,0 untuk kapal pada umumnya
= 0,9 untuk kapal muatan curah dan kapal tangki dengan displasemen>50.000 ton
= 1,7 untuk kapal tunda
Untuk nilai c1 yang diambil adalah 1 karena untuk kapal pada umumnya
c2 = faktor untuk Jenis Kemudi
= 1,0 untuk jenis umum
= 0,9 untuk jenis setengah menggantung (semi spade rudder)
= 0,8 untuk jenis double rudders
= 0,7 untuk jenis dengan daya angkat tinggi (high lift rudder)
Jenis kemudi yang direncanakan adalah jenis kemudi setengah
menggantung sehingga nilai c2 adalah 0,9.
c3 = Faktor untuk Bentuk Profil Kemudi
= 1,0 untuk profil NACA dan kemudi plat
= 0,8 untuk profil cekung dan profil campuran
(hollow and mixed profile)
Profil kemudi menggunakan profil NACA sehingga nilai c3 adalah
1,0. c4 = faktor untuk letak kemudi
= 1,0 untuk kemudi di belakang semburan baling-baling (propeller jet)
= 1,5 untuk kemudi di luar semburan baling-baling
Penempatan kemudi di belakang semburan baling-baling sehingga
nilai c4 adalah 1,0.
Sehingga dari nilai-nilai di atas dapat dicari luasan daun kemudi sebagai
berikut:
1,75 . 140,7 . 7,8 (m2)
𝐴 = 1 . 0,9 . 1 . 1 100

= 17,29 (m2) Jadi


luas daun kemudi adalah 17,29 m2

2.4 Menentukan Dimensi Utama Daun Kemudi


Untuk mempermudah dalam perencanaan dimensi utama daun
kemudi maka digunakan beberapa persamaan:
a) Lebar dari luasan daun kemudi
C = (x1 + x2) di rencanakan x1 = 2 m
2 di rencanakan x2 = 4,3 m
C = ( 2 + 4,33)
2
C = 2,24 m
b) Tinggi dari luasan daun
kemudi B = A / C
B = 17,29/3,16
B = 5,47 m

2.5 Perencanaan Dimensi Utama Daun Kemudi


Dalam menentukan Profil Rudder meletak biasa ini perencanaan
lengkungan daun kemudi menggunakan aturan NACA 00-20 dimana,
Rudder di bagi menjadi tiga potongan A, B, C, dan D.

2.6 Perencanaan lengkungan kemudi menurut tabel NACA 00-20 per


section
Untuk Potongan Rudder mengambil 4 potongan yaitu section A-A’, B-B’, C-
C’, dan D-D’
SECTION A-A’, Lebar = 2,6 m
SECTION B–B’, Lebar = 2.4
m SECTION C-C’, Lebar = 2.1
m
Perhitungan NACA 00-20
Pot. A-A 2690 Pot. B-B 2410 Pot. C-C 2180
NO x/c y/c
x (mm) y (mm) x (mm) y (mm) x (mm) y (mm)
1 0,00000 0,04420 0,000 118,898 0,000 106,522 0,000 96,356
2 0,01250 0,03156 33,625 84,896 30,125 76,060 27,250 68,801
3 0,02500 0,04356 67,250 117,176 60,250 104,980 54,500 94,961
4 0,05000 0,05924 134,500 159,356 120,500 142,768 109,000 129,143
5 0,10000 0,07804 269,000 209,928 241,000 188,076 218,000 170,127
6 0,15000 0,08910 403,500 239,679 361,500 214,731 327,000 194,238
7 0,20000 0,09562 538,000 257,218 482,000 230,444 436,000 208,452
8 0,25000 0,09902 672,500 266,364 602,500 238,638 545,000 215,864
9 0,30000 0,10000 807,000 269,000 723,000 241,000 654,000 218,000
10 0,40000 0,09672 1076,000 260,177 964,000 233,095 872,000 210,850
11 0,50000 0,08824 1345,000 237,366 1205,000 212,658 1090,000 192,363
12 0,60000 0,07606 1614,000 204,601 1446,000 183,305 1308,000 165,811
13 0,70000 0,06106 1883,000 164,251 1687,000 147,155 1526,000 133,111
14 0,80000 0,04372 2152,000 117,607 1928,000 105,365 1744,000 95,310
15 0,90000 0,02414 2421,000 64,937 2169,000 58,177 1962,000 52,625
16 1,00000 0,00210 2690,000 5,649 2410,000 5,061 2180,000 4,578

2.7 Perencanaan Jarak Antara Linggi, Propeller dan Rudder


Dpropeller = 0.6 x T
= 0.6 x 7,8
= 4,68 m

A (jarak propeller ke rudder) = 0.1 x Dpropeller


= 0.1 x 4,68
= 4,68 m
B (jarak propeller terhadap linggi buritan bagian depan yang diukur secara
horizontal). B = 0.27 x Dpropeller
= 0.27 x 4,68
= 1,263 m
C (jarak propeller dengan linggi buritan yang diukur secara
miring) C = 0.20 x DPropeller
= 0.20 x 4,68
= 0,93 m
3. PERHITUNGAN GAYA PADA DAUN KEMUDI
Untuk menentukan gaya pada daun kemudi maka perlu juga diketahui
terlebih dahulu beberapa koefisien-koefisien yang nantinya akan digunakan
dalam perhitungan gaya pada daun kemudi Perhitungan gaya kemudi menurut
BKI 2006 vol. II section 14 B 1.1 sebesar :
Cr = 132 x A x V2 x k1 x k2 x k3 x kt (N)
dimana :
A = Luas total bagian bergerak dari daun kemudi
= 5,92 m2
V = V0 = kecepatan kondisi maju kapal [knot]
= 16 knot
Va = Kecepatan kondisi mundur kapal [knot]
= V x 0,4
= 16 x 0,4
= 6,4 knot
K1 = koefisien, tergantung pada “aspek rasio ”
Dimana :
A = rasio aspek dari daun kemudi At
= b2 / At
= 5,4662 / 6,94
= 4,308
At = A + Luas tanduk kemudi jika ada
K1 = ( + 2)/3, dimana  tidak boleh lebih dari 2
= (4,308 + 2)/3
= 2,1
K2 = koefisien, tergantung pada jenis kemudi dan profil dari kemudi
Profil/jenis kemudi maju mundur Seri NACA-0020 adalah 1,1 untuk
kondisi Maju dan 0,8 untuk kondisi Mundur.
K3 = koefisien, tergantung dari letak kemudi
= 0.8 untuk kemudi di luar semburan baling-baling
= 1.15 untuk kemudi di belakang nosel baling-baling
= 1 untuk kemudi dimanapun termasuk di belakang semburan baling-baling
Untuk letak kemudi diambil di belakang semburan baling-baling
sehingga nilai K3 adalah 1.15
Maka :
Kt = koefisien, tergantung dari thrust coefficient
= 1.0 pada umunya
Maka :
CR = 132 x A x V2 x K1 x K2 x K3 x Kt (N)
CR = 132 x 4,308 x (16)2 x 1,1 x 1,1 x 1,15 x 1,0
= 532605,13N (Kondisi maju)
CR = 132 x 9,54 x (4,8)2 x 1,1 x 0,8 x 115 x 1,0
= 61975,87 N (Kondisi mundur)
4. MENENTUKAN TORQUE PADA TANGKAI DAUN KEMUDI
Dalam perhitungan torsi pada tangkai daun kemudi (Rudder Stock) Biro
Klasifikasi Indonesia Vol. II, 2006 Bab 14 B.2, memberikan acuan yang
ditentukan berdasarkan rumusan sebagai berikut :
QR = CR x r [Nm]
Dimana :
r = c (  - kb ) [m]
kb = 0,084
c = 2,171 m untuk kondisi maju (secara umum)
= 2,312 m untuk kondisi mundur (secara umum)
 = 0,25 untuk kondisi maju (secara umum)
= 0,55 untuk kondisi mundur (secara umum)
maka :
r = c ( - kb) [m]
r = 1,706 (0,25 – 0,084)
= 0,2175 m (untuk kondisi maju)
r = 1,621 (0,55 – 0,084)
= 0,3387 m (untuk kondisi mundur)
Sehingga,
QR = CR x r [Nm]
QR = 76163,03 x 0,2175
= 16564,6 Nm (untuk kondisi maju)
QR = 72344,1 x 0,3387
= 24503,16Nm (untuk kondisi mundur)
5. MENENTUKAN DIAMETER TONGKAT (Rudder Stock)

 Menurut Biro Klasifikasi Indonesia Vol. II, 2001, bahwa diameter tangkai
daun kemudi (Rudder Stock) untuk mentransmisikan momen torque tidak
boleh kurang dari rumusan berikut :

𝐷𝑡 = 4,233√𝑄𝑟. 𝐾𝑟 (mm)
Material secara umum memiliki nilai minimum dari titik yield teratas ReH
kurang dari 200 N/mm2 dan nilai minimum tegangan tarik kurang dari 400
N/mm2 atau yang lebih dari 900 N/mm 2 tidak boleh digunakan untuk rudder
stock, pintles, key dan baut pengikat. Menurut ketentuan BKI bahwa nilai
minimum dari titik yield teratas ReH adalah 235 N/mm 2. Jika material yang
digunakan memiliki nilai ReH tidak sama dengan 235 N/mm 2 maka factor
kr material ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
235
𝐾𝑟 = ( )𝑒
𝑅𝑒 𝐻
dimana :
e = 0.75 untuk ReH ≥ 235 [N/mm2]
e = 1.00 untuk ReH ≤ 235 [N/mm2]
ReH = nilai minimum dari titik yield teratas (N/mm2)
tidak boleh lebih besar dari 0.7 Rm atau 450 N/mm2 diambil yang
terkecil.
Dimana Rm adalah nilai tegangan tarik / tensile strength dari material yang
digunakan. Dengan mengasumsikan bahwa material yang digunakan
memiliki tegangan tarik (Rm) 588 N/mm 2 (material st. 60), maka akan
didapat harga ReH.
ReH = 0,7 x 588 = 411,6 N/mm2
Maka diperoleh nilai kr
Jadi diameter rudder stock adalah

= 125,9596 Mm
Diameter Rudder Stock ditambah 10% 138,5555

Maka diambil 138,5555 mm


 Diameter Rudder Stock digunakan untuk menentukan dimensi dari
Steering Gear, Stopper, Locking Device dan bagian pendukung lainnya.
 Menghitung Diameter baut Coupling

𝐷𝑡 3 𝑥𝐾𝑏
𝐷𝑏 = 0,62 𝑥 √ [𝑚𝑚]
𝐾𝑟 𝑥 𝑛 𝑥 𝑒

Dimana : Material baut St 60


Dt = 243 mm
Kb = 0,657 (faktor material baut)
Kf = 0,89 (faktor material flens)
N = 6 (jumlah baut)
e = 180 mm
Kr = 0,89
𝐷𝑏 = 61,4 𝑚𝑚 → 𝟔𝟐 𝐦𝐦
Tebal Flange Coupling

𝐷𝑡 3 𝑥𝐾𝑓
𝑇𝑓 = 0,62 𝑥 √ [𝑚𝑚]
𝐾𝑟 𝑥 𝑛 𝑥 𝑒

3
𝑇𝑓 = 0,62 𝑥 √ 243 𝑥 0,89
0,89 𝑥 6 𝑥 180

Tf = 72 mm
Tebal Flange Coupling di luar lubang baut tidak boleh lebih dari:
6. PERHITUNGAN RUDDER PLATING

 Side Plate (Plat Sisi)


Tebal Side Plate berdasarkan BKI 2000 Vol II sec. 14 . E 2.1.1,

𝑡 = 1,74 𝑥 𝑎√Pr 𝑥 𝐾 + 2,5


Dimana :
a = 0,6 (Jarak tidak ditumpu lebar terkecil dari satu panel)
k = 0,91 (Faktor Material)
T = 7,8 m
A = 17,2 m2 (Rudder Area)
Pr = 10 x T + ( Cr/103 x A)
= 108,97 Kn/m2
t = 1,74 x 0,6√ (92,75 x 0,91) + 3,1
t = 7,6 = 8 mm
 Stiffener Plate (Plat Penegar)
Tebal plat penegar horizontal dan vertikal minimal sama dengan tebal
plat sisi. Direncanakan 12 mm.
 Nose Plate
BKI 1996 section 14.E.3.1. tebal Nose Plate harus lebih tebal 25% dari
plate sisi.
T = (25% x Ts) + Ts
= (25% x 12) + 12
= 15 mm
 Top Plate & Bottom Plate
Menurut LR 1975 D 2217 tebal top plat dan bottom minimal sama
dengan plat sisi. t = 12 mm direncanakan 12 mm
 Face Plate
Menurut NV section 18 C 600 lebar face minimal 50 mm.
Direncanakan : Lebar = 50 mm , Tebal = 12 mm
 Main Plate
Tebal Main plate menurut LR 1975 D2218 tebal main plate tidak boleh
kurang dari :

𝑇 = 8,5 + 0,56 √𝐷𝑡


T = 8,5 + 0,56√243
T = 15,2 = 16 mm
 Slot Welding
Menurut LR d 2220
1) Panjang slot welding
Panjang slot welding minimal (Lw) = 75 mm
Direncanakan : Lw = 75 mm
2) Lebar slot welding
Direncanakan : bw = 25 mm
3) Jarak maksimum antara slot welding (r1 = 200 mm)
Direncanakan : r1 = 200 mm
Laporan Tugas Gambar Rudder Tito Ferian Jinata
0219030011

7. MENGHITUNG BEARING ( UPPER & LOWER BEARING )


7.1 Merencanakan Upper Bearing
Berdasarkan BKI 2006 Vol II Section 14, Tenaga  B = Cr x
(b/c) Dimana : B = 285956 Nm
 Tebal liner
t = 0,01 𝑥 √𝐵
= 0,01 x (285956)^0,5
= 5,34 mm ~ 5 mm
T Bantalan minimum = 8 mm untuk logam & 22 mm untuk kayu
 Tinggi bearing
Diameter Luar= 2 x T House Bearing + 2 x linner + Dt
= 2 x 20 + 2 x 5 +188,14
= 200 mm
Tinggi H bearing = 1 * Diameter Luar
= 1 x 200
= 200 mm
Tinggi bantalan = 1,2 * Diameter Luar
= 1,2 x 200
= 240 mm  Diambil 240 mm

7.2 Merencanakan Lower Bearing


Tebal House bearing = ¼ . Dt
= ¼ x 240
= 60 mm
Tinggi Bearing = 2 x Tbearing + 2 x linner + Dt
= 2 x 60 + 2 x 5 + 200
= 330 mm
Tinggi Lower bearing = 1,2 x Upper Bearing
= 2 x 240
= 480 mm

14
Laporan Tugas Gambar Rudder Tito Ferian Jinata
0219030011

8. RUDDER COUPLING
Berdasarkan BKI 1996 Vol II Section 14.D.1, ada beberapa aturan untuk
perencanaan rudder couplings :
a. Couplings di design untuk memungkinkan agar torsi dapat di teruskan
secara maximal dari rudder.
b. Jarak antara sumbu baut dari sisi flange tidak boleh kurang dari 1,2
diameter baut pada couplings horizontal ,setindaknya di pasang di
depan sumbu rudder stock.
c. Baut couplings di pasang dengan murnya secara efektif untuk mengunci

 Horizontal Coupling
Berdasarkan BKI 1996 Vol II Section 14.D.1, besarnya diameter baut
coplings tidak boleh kurang dari:

𝐷𝑡 𝑥 𝐾𝑏
Db = 0,62 𝑥 √ 3
𝐾𝑟 𝑥 𝑛 𝑥 𝑒

Dimana :
Dt = Diameter rudder stock = 188 mm
n = jumblah total baut direncanakan 6 buah
e = jarak rata-rata dari sumbu baut terhadap sumbu dari system baut atau
rludder stock direncanakan 180 mm.
Kr = factor material dari rudder stock = 0,89
Kb = material factor direncanakan 0,59
𝐷𝑏 = 61,4 𝑚𝑚 → 𝟔𝟐 𝐦𝐦
Tebal Flange di luar lubang baut tidak boleh lebih dari
T = 0,65 x Db
= 0,65 x 62
= 56 mm
Jarak dari sumbu baut dari pinggir flens tidak boleh kurang dari :
= 1,2 x Db
= 74,4 mm  75 mm

15
Maka diameter Coupling
Diameter Coupling = Dt + (2e – Dt) + (2 x 1.2Db)
= 188 + (360 – 188) + (150)
= 510 mm
9. PERENCANAAN RUDDER CARRIER (Product Hi-Sea Marine)

Sesuai Catalog Rudder Carrier Hi Sea Marine , direncanakan dimensi – dimensi


Rudder Carrier sesuai Diameter Tongkat (Rudder Stock).
Untuk Dt = 243 mm direncanakan menggunakan Type 240 CB*789-87
10. PERENCANAAN TILLER

𝑀𝑜𝑚𝑒𝑛 𝑘𝑒𝑚𝑢𝑑𝑖
Gaya total = 𝑙𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙

= 221844 Nm/ 0,9 m


F = 246493 N
Dimana : Momen Kemudi = 221844 Nm
Lengan Torsi = 900 mm = 0,9 m
Moment di Pot. A = F total . Lengan A
= 246493 N x 0,6 m = 147895 Nm
 = 235 N/mm2 (Faktor Bahan)
Modulus Penampang di A (WA) = Moment di A /

= 147895 / 235
= 629,3 mm3
Perencanaan Profil
Dari Perencanaan Profil di atas, didapatkan Area untuk masing – masing daerah
(F, Fs, dan f)
Untuk Profil A :
Area F = 14 . 280 = 3920 mm2 = 39,2 cm2
Area Fs = 14 . 150 = 2100 mm2 = 21 cm2
Area f = 14 . 280 = 3920 mm2 = 39,2 cm2
Perbandingan :
1. F/Fs = 39,2 /21
= 1,867
2. f/F = 39,2/39,2
=1
Didapatkan : w = 1,17
Maka;
W=w.F.h
Dimana :
F = Luas Daerah F = 3920 mm2 = 39,2 cm2
h = Tinggi Fs = 150 mm = 15 cm
W = 1,17 x 15 x 39,2
= 687,96 mm3

Hasil W dari grafik harus lebih besar dari W perhitungan awal, untuk perencanaan
di atas sudah sesuai dan baru bisa direncanakan bentuk Tiller.
Menggunakan Profil H, dengan Ukuran Profil seperti gambar berikut:
 Perencanaan Pasak
Panjang Pasak (L) = 1,5 x Dt
= 1,5 x 243
= 365 mm
Area Pasak (A) = 0,25 x Dt²
= 0,25 x 243²
= 14762,25 mm²
Lebar Pasak (B) = Area / Panjang
= 14762,25 / 365
= 40,44 mm  diambil 41 mm
Tebal Pasak = 1/8 * Dt
= 1/8 * 243
= 30,38 mm

11. PERHITUNGAN STEERING GEAR


Sebelum menghitung Daya Mesin Kemudi terlebih dahulu menghitung
daya pada tongkat kemudi. Berdasarkan rumusan dalam buku “Marine
Auxiliary Machinary and system” oleh M. Khetagurov daya yang
dibutuhkan untuk memutar tangkai daun kemudi adalah sebagai berikut :
𝑄𝑟 𝑥 𝑊𝑟𝑠
𝑁𝑟𝑠 = 75
2𝑎 𝜋
Dimana : 𝑊𝑟𝑠 = 𝑥
𝜏 180
𝑄𝑟.2.𝑎.𝜋
Sehingga : 𝑁𝑟𝑠 =
𝑡.180°.75

Dimana :
Qr = 54181,26 Nm
α = Sudut putar kemudi (maksimum 35°)
= 35°
t = Waktu putar kemudi (maksimum 28 detik)
= 28 detik
Maka yang di butuhkan adalah :
𝑄𝑟 𝑥 𝑊𝑟𝑠
𝑁𝑟𝑠 =
75
𝑄𝑟. 2. 𝑎. 𝜋
𝑁𝑟𝑠 =
𝑡. 180°. 75
54181,26 . 2 . 35 . 3,14
𝑁𝑟𝑠 =
28 . 180° . 75
11909040,95
𝑁𝑟𝑠 =
378000
𝑁𝑟𝑠 = 31,5 32 HP

Setelah diketahui harga dari daya pada tongkat kemudi maka untuk
selanjutnya daya kemudi dapat dicari. Adapun daya mesin kemudi dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut :
𝑁𝑟𝑠
𝑁𝑠𝑔 =
𝑁𝑠𝑔

Dimana :
Nsg = Efisiensi Mesin Kemudi (0,1 – 0,35)
= Diambil 0,35
Sehingga yang harus dihasilkan oleh kemudi adalah
𝑁𝑟𝑠
𝑁𝑠𝑔 =
𝑁𝑠𝑔
32
𝑁𝑠𝑔 =
0,35
𝑁𝑠𝑔 = 91,43 𝐻𝑃 = 68,23 KW
Jadi Daya mesin kemudi adalah 91,43 HP atau 68,23 KW

Anda mungkin juga menyukai