Anda di halaman 1dari 8

Aprina Adha Widiastini, Fitria Saftarina | Penatalaksanaan Skabies Infeksi Sekunder Pada Anak Usia Sekolah Dengan Pendekatan

Kedokteran Keluarga Di Puskesmas Natar

Penatalaksanaan Skabies Infeksi Sekunder Pada Anak Usia Sekolah


Dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga Di Puskesmas Natar
Aprina Adha Widiastini1, Fitria Saftarina2
1
Mahasiswa, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung
2
Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung

Abstrak
Skabies merupakan infeksi parasit pada kulit yang disebabkan oleh Sarcoptes scabei var hominis. Sinonim atau nama lain
skabies adalah kudis, the itch, gudig, budukan, dan gatal agogo. Banyak faktor yang menunjang perkembangan penyakit ini,
antara lain keadaan sosial ekonomi rendah, personal higyene yang buruk, tingkat pengetahuan, usia dan kontak dengan
penderita baik langsung maupun tidak langsung. Keadaan tersebut memudahkan transmisi dan infestasi Sarcoptes scabei.
Studi ini merupakan laporan kasus. Data primer diperoleh melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan kunjungan rumah.
Penilaian dilakukan berdasarkan diagnosis holistik dari awal, proses, dan akhir studi secara kuantitatif dan kualitatif. Pada
hasil didapatkan seorang anak laki-laki usia 7 tahun dengan keluhan timbul bintil-bintil diserertai gatal terutama pada
malam hari sejak 11 bulan yang lalu. Pasien memiliki aspek risiko internal berupa personal hygiene yang kurang baik,
kebiasaan anak yang tidur sekamar dengan orang tuanya, sprei, sarung bantal, serta horden jarang dicuci, pemakaian
pakaian berulang sebelum dicuci dan menggunakan handuk bersamaan. Aspek risiko eksternal yaitu keluarga dengan
penghasilan rendah dengan lingkungan rumah yang cukup padat penduduk, kebersihan lingkungan rumah yang kurang,
serta pengetahuan pasien dan keluarga yang rendah mengenai penyakit skabies. Dilakukan kunjungan rumah sebanyak 3
kali untuk melakukan intervensi terhadap pasien dan keluarga. Penegakan diagnosis dan penatalaksanaan pada pasien ini
dilakukan secara holistik, patient centred, family approached dan berdasarkan beberapa teori dan penelitian terkini. Pada
proses perubahan perilaku, An. M sudah mencapai tahap trial. Proses perubahan perilaku pada An. M dan keluarga dalam
personal hygiene telah terlihat setelah diberikan intervensi.

Kata kunci : diagnostik holistik, faktor penyebab skabies, skabies

Management Of Secondary Infection Skabies In School Ages Children


With Family Medical Approach In Natar Puskesmas
Abstract
Scabies is a parasitic infection of the skin caused by Sarcoptes scabei var hominis. Synonyms or other names for scabies are
scabies, the itch, gudig, budukan, and agogo itching. Many factors support the development of this disease, including low
socioeconomic conditions, poor personal hygiene, level of knowledge, age and contact with sufferers both directly and
indirectly. This situation facilitates the transmission and infestation of Sarcoptes scabei. This study is a case report. Primary
data were obtained through history taking, physical examination and home visits. Assessment is based on a holistic
diagnosis from the beginning, process, and end of the study quantitatively and qualitatively. In the results obtained a 7-
year-old boy with complaints arise pimples accompanied by itching, especially at night since 11 months ago. Patients have
aspects of internal risk in the form of poor personal hygiene, habits of children who sleep in the same room with their
parents, bed linen, pillowcases, and curtains are rarely washed, repeated use of clothes before washing and use towels
together. The external risk aspects are low income family with a fairly dense home environment, lack of cleanliness of the
home environment, and low patient and family knowledge about scabies. Home visits were carried out 3 times to
intervene in patients and families. The diagnosis and management of these patients is done holistically, patient centered,
family approached and based on several theories and the latest research. In the process of behavior change, An. M has
reached the trial stage. The process of behavior change in An. M and family in personal hygiene have been seen after
intervention.

Keyword : causative factor of scabies, holistic diagnosis, scabies

Korespondensi : Aprina Adha Widiastini, Alamat Jl. Sagitarius No. 22 Rajabasa Bandar Lampung, HP 082179373145, Email
aprinaadhaw@gmail.com

Pendahuluan famili Sarcoptidae. Sinonim atau nama lain


Skabies merupakan infeksi parasit pada skabies adalah kudis, the itch, gudig, budukan,
kulit yang disebabkan oleh Sarcoptes scabei dan gatal agogo. Skabies dapat menyebar
var hominis. Sarcoptes scabei termasuk filum dengan cepat pada kondisi ramai dimana
Arthropoda, kelas Arachnida, ordo Acarina, sering terjadi kontak tubuh.2

Majority | Volume 9| Nomor 1 | Juli 2020 | 1


Aprina Adha Widiastini, Fitria Saftarina | Penatalaksanaan Skabies Infeksi Sekunder Pada Anak Usia Sekolah Dengan Pendekatan
Kedokteran Keluarga Di Puskesmas Natar

Menurut World Health Organization kontak interpersonal yang tinggi seperti


(WHO) terdapat sekitar 300 juta kasus skabies asrama, panti asuhan, dan penjara.4
di dunia setiap tahunnya. Skabies termasuk Infestasi tungau ini mudah menyebar
penyakit kulit yang endemis di wilayah beriklim dari orang ke orang melalui kontak fisik dan
tropis dan subtropis, seperti Afrika, Mesir, sering menyerang seluruh penghuni dalam
Amerika tengah, Amerika selatan, Australia satu rumah. Tungau betina membuat
utara, Australia tengah, Kepulauan karabia, terowongan di bawah lapisan kulit paling atas
India, dan Asia tenggara. WHO menyatakan dan menyimpan telurnya dalam lubang.
scabies merupakan salah satu dari enam Beberapa hari kemudian akan menetas tungau
penyakit parasit epidermal kulit yang terbesar muda (larva). Infeksi menyebabkan gatal-gatal
angka kejadiannya di dunia.5,12 hebat, kemungkinan merupakan suatu reaksi
Sebuah studi epidemiologi di United alergi terhadap tungau. Di beberapa negara
Kingdom (United Kingdom) menunjukkan termasuk Indonesia penyakit skabies yang
bahwa skabies lebih banyak terdapat di area hampir teratasi cenderung mulai bangkit dan
perkotaan dan lebih sering terjadi pada musim merebak kembali.13
dingin dibandingkan musim panas. Skabies Pendekatan keluarga dalam
masih menjadi maslah utama di banyak penatalaksanaan skabies membantu
komunitas Aborigin di Australia, dimana mengidentifikasi faktor faktor yang
berkaitan dengan tingkat kemiskinan dan berpengaruh baik secara klinis, personal, dan
kepadatan penduduk. Hasil survei didapatkan psikososial keluarga. Dengan pendekatan ini,
prevalensi skabies 25% pada orang dewasa, penatalaksanaan akan lebih komprehensif dan
sedangkan prevalenssi tertinggi terjadi pada diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup
anak sekolah yaitu 30-65%.3,16 pasien.
Menurut Depkes RI, berdasarkan data
dari puskesmas seluruh Indonesia pada tahun Ilustrasi Kasus
2008, angka kejadian skabies adalah 5,6%- An. M datang ke Puskesmas Natar
12,95%. Skabies di Indonesia menduduki diantar oleh ibunya dengan keluhan gatal-gatal
urutan ke tiga dari dua belas penyakit kulit hampir di seluruh tubuh sejak dua minggu
tersering.4 Berdasarkan data dari Dinas yang lalu. Gatal dirasakan terutama pada
Kesehatan Provinsi Lampung tahun 2011, malam hari di daerah sela-sela jari, tangan,
jumlah kasus baru pada penyakit skabies punggung, dada dan perut. Awalnya timbul
berjumlah 1135 orang, dan tahun 2012 bintil-bintil di sela-sela jari lalu menyebar ke
mengalami peningkatan lebih dari dua kali lipat tangan, punggung, dada serta perut. Pasien
menjadi 2941 orang. sering menggaruk bagian tubuh yang gatal
Lesi pada skabies menimbulkan rasa sehingga timbul koreng dan bekas luka.
tidak nyaman karena sangat gatal sehingga Keluhan lain seperti demam serta alergi
penderita seringkali menggaruk dan makanan atau obat-obatan disangkal.
mengakibatkan infeksi sekunder terutama oleh Pasien pernah berobat sebelumnya. Ibu
bakteri Grup A Streptococcus dan pasien mengaku bahwa pasien sering datang
Staphylococcus aureus. Banyak faktor yang ke Puskesmas Natar karena keluhan gatalnya.
menunjang perkembangan penyakit ini, antara Keluhan ini dirasakan sejak 11 bulan yang lalu
lain keadaan sosial ekonomi yang rendah, dan ibunya mengatakan jika salepnya habis
kebersihan yang buruk, hubungan seksual yang keluhan gatal akan timbul kembali. Selain
sifatnya promiskuitas, tingkat pengetahuan, pasien, anggota keluarga lainnya yang tinggal
usia dan kontak dengan penderita baik serumah juga memiliki keluhan yang serupa
langsung maupun tidak langsung. Keadaan seperti ayah dan ibu pasien. Pasien sering
tersebut memudahkan transmisi dan infestasi menggunakan pakaian yang sama berulang kali
Sarcoptes scabei. Oleh karena itu, prevalensi sebelum dicuci. Saat mandi pasien
skabies yang tinggi umumnya ditemukan di menggunakan handuk bergantian dengan
lingkungan dengan kepadatan penghuni dan anggota keluarganya. Dalam sehari pasien
mandi sebanyak dua kali. Aktivitas pasien

Majority | Volume 9| Nomor 1 | Juli 2020 | 2


Aprina Adha Widiastini, Fitria Saftarina | Penatalaksanaan Skabies Infeksi Sekunder Pada Anak Usia Sekolah Dengan Pendekatan
Kedokteran Keluarga Di Puskesmas Natar

setelah pulang sekolah bermain dengan teman penataan barang kurang terutama bagian
sebayanya di lingkungan rumah. Ibunya ruang keluarga.
mengatakan bahwa pasien sering bermain Kebersihan rumah kurang, lantai kotor,
pasir dengan teman sebayanya. banyak pakaian serta barang yang tidak
Ibu pasien mengaku bahwa sekitar 1 tersusun rapih berserakan di lantai dan kasur.
tahun yang lalu yang pertama kali mengalami Sprei, sarung bantal, serta horden jarang
gatal-gatal yaitu bibinya. Bibinya yang baru dicuci. Terdapat dua kamar mandi dengan wc
saja bebas dari penjara sempat tinggal jongkok. Fasilitas dapur menggunakan kompor
serumah. Beberapa hari kemudian ayah pasien gas. Air minum dan masak didapatkan dengan
lalu ibunya yang terkena. Ibu pasien memasak sendiri yang bersumber dari air
mengatakan bahwa di lingkungan sekitar sumur dan air untuk mandi didapatkan dari
rumah seperti tetangga-tetangganya memiliki pompa mesin. Saluran air dialirkan ke got
keluhan yang serupa. depan rumah yang mengalir. Tempat sampah
Pasien adalah anak pertama dan tidak berada di belakang rumah dan sampah selalu
memiliki saudara kandung. Bentuk keluarga dibakar diatas tanah jika merasa sudah penuh.
pasien adalah keluarga inti yaitu terdiri dari Tetapi keadaan rumah cukup banyak sampah
Ayah (29 tahun), Ibu (26 tahun), dan Anak berserakan di halaman depan rumah.
(pasien). Pasien masih sekolah dasar kelas 1
dan berumur 7 tahun. Hubungan antar Hasil
anggota keluarga baik, penyelesaian masalah Keluhan muncul bintil-bintil kemerahan
dengan diskusi keluarga. Setelah pulang sudah dirasakan sejak 11 bulan yang lalu. Gatal
sekolah biasanya pasien kembali kerumah dan dirasakan terutama pada malam hari. Selain
mengganti pakaian lalu main bersama teman- pasien, anggota keluarga lainnya seperti ayah
teman sebayanya. dan ibu pasien yang tinggal serumah juga
Untuk memenuhi kebutuhan keluarga, memiliki keluhan yang sama.
anak hanya mengandalkan Ayahnya yang Pada pemeriksaan fisik didapatkan
bekerja sebagai pemulung dimana keadaan umum tampak sakit ringan, kesadaran
pekerjaannya tidak menentu atau hanya compos mentis, berat badan 17 kg, tinggi
seminggu dua kali dengan gaji yang tidak badan 109 cm, nadi 88 x/menit, frekuensi
menentu sekitar Rp 1.000.000/bulan. nafas 20 x/menit, suhu 36,60C. Pada
Pekerjaan Ibu hanya sebagai ibu rumah tangga pemeriksaan dermatologis didapatkan pada
yang tidak memiliki pekerjaan tetap. regio manus dekstra et sinistra, antebrachii
Keluarga mendukung untuk segera dextra et sinistra, brachii sinistra terdapat
berobat jika terdapat salah satu dari anggota pustula dan krusta multipel ukuran lentikuler,
keluarga yang sakit. Selama ini, perilaku diskret-konfluens. Pada regio manus dekstra et
berobat keluarga untuk memeriksakan diri ke sinistra, trunkus anterior et posterior dan regio
layanan kesehatan jika keluhan sudah benar- abdomen terdapat makula hiperpigmentasi
benar mengganggu kegiatan sehari-hari. dan hipopigmentasi multipel ukuran milier-
Pasien berobat ke Puskesmas Natar jarak yang lentikuler, diskret-konfluens. manus dekstra et
ditempuh dari rumah ke puskesmas ± 3 KM. sinistra, antebrachii dextra et sinistra, brachii
Pasien tinggal di rumah dengan jumlah sinistra terdapat pustula dan krusta multipel
orang yang tinggal 3 orang. Rumah berukuran ukuran lentikuler, diskret-konfluens. Pada
13 x 8 meter berdinding batu bata di cat, lantai regio manus dekstra et sinistra, trunkus
semen dan keramik dengan jumlah kamar tiga, anterior et posterior dan regio abdomen
dua kamar mandi, 1 dapur dan 1 ruang terdapat makula hiperpigmentasi dan
keluarga. Sang anak tidur bersama kedua hipopigmentasi multipel ukuran milier-
orang tuanya di kamar pertama. Sinar lentikuler, diskret-konfluens.
matahari hanya sebagian kecil dapat masuk ke Pasien merupakan anak tunggal, saat ini
dalam rumah, penerangan dibantu lampu pasien tinggal di Natar bersama kedua orang
boklam. Ventilasi kurang, rumah terasa penuh, tuanya. Bentuk keluarga pasien adalah
keluarga inti. Hubungan antar anggota

Majority | Volume 9| Nomor 1 | Juli 2020 | 3


Aprina Adha Widiastini, Fitria Saftarina | Penatalaksanaan Skabies Infeksi Sekunder Pada Anak Usia Sekolah Dengan Pendekatan
Kedokteran Keluarga Di Puskesmas Natar

keluarga baik, penyelesaian masalah dengan tersusun dengan rapih yang berserakan di
diskusi keluarga. Setelah pulang sekolah lantai dan kasur. Sprei, sarung bantal, serta
biasanya pasien kembali kerumah dan horden jarang dicuci. Terdapat dua kamar
mengganti pakaian lalu main bersama teman- mandi dengan wc jongkok. Fasilitas dapur
teman sebayanya. menggunakan kompor gas. Air minum dan
Keluarga mendukung untuk segera makanan didapatkan dengan memasak sendiri
berobat jika terdapat salah satu anggota yang bersumber dari air sumur dan air untuk
keluarga yang sakit. Selama ini, perilaku mandi didapatkan dari pompa mesin. Saluran
berobat keluarga memeriksakan diri ke air dialirkan ke got depan rumah yang
layanan kesehatan jika keluhan sudah benar- mengalir. Tempat sampah berada di belakang
benar mengganggu kegiatan sehari-hari. rumah dan sampah selalu dibakar diatas tanah
Pasien berobat ke Puskesmas Natar jarak yang jika merasa sudah penuh. Tetapi keadaan
ditempuh dari rumah ke puskesmas ± 3 KM. rumah terlihat cukup banyak sampah yang
Kebersihan rumah kurang, lantai terlihat berserakan di halaman depan rumah.
kotor, banyak pakaian serta barang yang tidak

Genogram

Gambar 1. Genogram An. M

Family Map
Diagnosis pada pasien ini adalah
skabies. Penatalaksanaan yang diberikan pada
pasien ini berupa tatalaksana farmakologi dan
non farmakologi. Adapun tatalaksana
farmakologi yang diberikan adalah permetrin
cream 5%, antibiotik amoxicilin dan
antihistamin cetirizin 5 mg. Pasien diberi
Gambar 2. Hubungan keluarga An. M edukasi mengenai cara pemakaian krim yaitu
dioles tipis ke seluruh badan pada malam hari
Keterangan : dan baru dibersihkan keesokan harinya
: Hubungan erat setelah 8 jam. Selain itu pasien diberikan
edukasi mengenai penyebab skabies, faktor
risiko, gejala klinis, tatalaksana dan
pencegahan skabies, serta edukasi mengenai
komplikasi yang akan terjadi jika penyakit
tidak diobati, edukasi agar berobat ke
puskesmas atau pelayanan kesehatan lain jika
keluhan tidak membaik, edukasi tentang
pentingnya menjaga personal hygiene pada
Gambar 3. Denah Rumah pasien dan anggota keluarga.
Keterangan :
: Jendela
: Ventilasi

Majority | Volume 9| Nomor 1 | Juli 2020 | 4


Aprina Adha Widiastini, Fitria Saftarina | Penatalaksanaan Skabies Infeksi Sekunder Pada Anak Usia Sekolah Dengan Pendekatan
Kedokteran Keluarga Di Puskesmas Natar

Pembahasan hiperpigmentasi dan hipopigmentasi multipel


An. M umur 7 tahun datang ke ukuran milier-lentikuler, diskret-konfluens.
Puskesmas Natar dibawa oleh ibunya dengan Penegakkan diagnosis klinik skabies
keluhan gatal-gatal hampir di seluruh tubuh pada pasien ini sudah tepat, berdasarkan
sejak dua minggu yang lalu. Gatal dirasakan anamnesis dari pasien dan keluarga,
terutama pada malam hari di daerah sela-sela didapatkan keluhan berupa gatal-gatal di
jari, tangan, punggung, dada dan perut. seluruh tubuh terutama di sela-sela jari
Awalnya timbul bintil-bintil di sela-sela jari tangan yang dirasakan meningkat pada malam
lalu menyebar ke tangan, punggung, dada hari. Selain pasien, ayah dan ibu pasien juga
serta perut. Pasien sering menggaruk bagian merasakan keluhan yang sama. Berdasarkan
tubuh yang gatal sehingga timbul koreng dan pemeriksaan fisik, status generalis tidak
bekas luka. Keluhan lain seperti demam serta ditemukan adanya kelainan. Dari pemeriksaan
alergi makanan atau obat-obatan disangkal. status dermatologis, didapatkan pada regio
Pasien pernah berobat sebelumnya. Ibu manus dekstra et sinistra, antebrachii dextra
pasien mengaku bahwa pasien sering datang et sinistra, brachii sinistra terdapat pustula
ke Puskesmas Natar karena keluhan gatalnya. dan krusta multipel ukuran lentikuler, diskret-
Keluhan ini dirasakan sejak 11 bulan yang lalu konfluens. Pada regio manus dekstra et
dan ibunya mengatakan jika salepnya habis sinistra, trunkus anterior et posterior dan
keluhan gatal timbul kembali. Selain pasien, regio abdomen terdapat makula
anggota keluarga lainnya yang tinggal hiperpigmentasi dan hipopigmentasi multipel
serumah juga memiliki keluhan yang serupa. ukuran milier-lentikuler, diskret-konfluens.
Pasien sering menggunakan pakaian Sesuai dengan teori yang ada bahwa untuk
yang sama berulang kali sebelum dicuci. Saat menegakkan diagnosis skabies harus memiliki
mandi pasien menggunakan handuk minimal dua dari empat kriteria diagnosis
bergantian dengan anggota keluarganya. skabies sendiri. Adapun kriteria skabies antara
Dalam sehari pasien mandi sebanyak dua kali. lain gatal pada malam hari, mengenai secara
Aktifitas pasien setelah pulang sekolah berkelompok, adanya terowongan di tempat-
bermain dengan teman sebayanya di tempat predileksi dan ditemukannya tungau.
lingkungan rumah. Ibunya mengatakan bahwa Untuk memastikan diagnosis skabies adalah
pasien sering bermain pasir dengan teman dengan pemeriksaan laboratorium dengan
sebayanya. mikroskop untuk melihat ada tidaknya kutu
Ibu pasien mengaku bahwa sekitar 1 Sarcoptes scabiei atau telurnya. 7
tahun yang lalu yang pertama kali mengalami Menurut Sudirman (2006),
gatal-gatal yaitu bibinya. Bibinya yang baru penatalaksanaan skabies dibagi menjadi dua
saja bebas dari penjara sempat tinggal bagian, yaitu penatalaksanaan umum dan
serumah. Beberapa hari kemudian ayah penatalaksanaan khusus. Pada
pasien lalu ibunya yang terkena. Ibu pasien penatalaksanaan umum pasien dianjurkan
mengatakan bahwa di lingkungan sekitar untuk menjaga kebersihan dan mandi secara
rumah seperti tetangga-tetangganya memiliki teratur setiap hari. Semua pakaian, sprei, dan
keluhan yang serupa. handuk yang telah digunakan harus dicuci
Pada pemeriksaan fisik didapatkan secara teratur dan direndam dengan air
penampilan sesuai usia, berat badan 17 kg, panas.14
tinggi badan 109 cm, HR : 88x/m, RR : 20x/m, Beberapa syarat pengobatan yang
BMI : kesan dalam batas normal. Pada status harus diperhatikan:
dermatologis, didapatkan pada regio manus 1. Semua anggota keluarga harus diperiksa
dekstra et sinistra, antebrachii dextra et dan semua harus diberi pengobatan secara
sinistra, brachii sinistra terdapat pustula dan serentak.
krusta multipel ukuran lentikuler, diskret- 2. Personal Hygiene: penderita harus mandi
konfluens. Pada regio manus dekstra et bersih, bila perlu menggunakan sikat untuk
sinistra, trunkus anterior et posterior dan menyikat badan. Sesudah mandi pakaian
regio abdomen terdapat makula yang akan dipakai harus disetrika. Semua

Majority | Volume 9| Nomor 1 | Juli 2020 | 5


Aprina Adha Widiastini, Fitria Saftarina | Penatalaksanaan Skabies Infeksi Sekunder Pada Anak Usia Sekolah Dengan Pendekatan
Kedokteran Keluarga Di Puskesmas Natar

perlengkapan rumah tangga seperti juga lebih poten dan aman pada bayi dan
bangku, sofa, sprei, bantal, kasur, selimut anak. Obat ini efektif untuk kasus skabies
harus dibersihkan dan dijemur di bawah yang gagal dengan pengobatan skabies. Maka
sinar matahari selama beberapa jam.14 untuk keberhasilan terapi seluruh keluarga
Pada penatalaksanaan secara khusus yang tinggal dalam 1 rumah harus diobati
biasanya menggunakan obat-obatan. Obat- dengan anti skabies secara serentak.11
obat antiskabies yang tersedia dalam bentuk Pelaksanaan pembinaan pada pasien ini
topikal antara lain: dilakukan dengan mengintervensi pasien
1. Belerang endap (sulfur presipitatum), beserta keluarga sebanyak 3 kali, dimana
dengan kadar 4-20% dalam bentuk salep kunjungan pertama kali ke rumah pasien
atau krim. Kekurangannya adalah berbau dilakukan perkenalan dengan keluarga pasien
dan mengotori pakaian dan kadang- serta diberikan penjelasan mengenai
kadang menimbulkan iritasi. Dapat dipakai pembinaan keluarga. Setelah itu dilakukan
pada bayi berumur kurang dari 2 tahun, anamnesis yang lebih mendalam mengenai
ibu hamil dan ibu menyusui. keadaan pasien, keluarga, perilaku, dan
2. Emulsi benzil-benzoat (20-25%), efektif keadaan yang dapat menjadi faktor risiko
terhadap semua stadium, diberikan setiap terjadinya penyakit skabies berulang pada
malam selama tiga hari. Obat ini sulit pasien. Dari hasil kunjungan tersebut, sesuai
diperoleh, sering memberi iritasi, dan konsep mandala of health, pasien memiliki
kadang-kadang makin gatal setelah kesadaran yang cukup tentang penyakit yang
dipakai. Efek samping obat ini adalah diare di deritanya.
pada menit pertama saat pengolesan. Dilihat dari fungsi biologis, terdapat
3. Gama benzena heksa klorida (gameksan = keluhan yang sama pada ayah dan ibu pasien.
gammexane) kadarnya 1% dalam krim Keluhan ini semula diderita oleh bibi pasien
atau losio, termasuk obat pilihan karena yang tinggal serumah selepas dari penjara,
efektif terhadap semua stadium, mudah lalu keluhan ini mengenai ayah dan ibu pasien
digunakan, dan jarang memberi iritasi. serta pasien sendiri. Hal ini dapat diketahui
Pemberiannya cukup sekali, kecuali jika bahwa penularan ini melalui kontak tidak
masih ada gejala diulangi seminggu langsung seperti melalui perlengkapan tidur,
kemudian. pakaian, atau handuk memegang peranan
4. Krotamiton 10% dalam krim atau losio penting, maka dilakukan edukasi kepada
juga merupakan obat pilihan yang keluarga pasien untuk merendam pakaian,
mempunyai dua efek sebagai antiskabies sprei, handuk, horden dengan air panas dan
dan anti gatal. Harus dijauhkan dari mata, menjemur sofa dan tempat tidur dibawah
mulut, dan uretra. sinar matahari. Hal ini dilakukan untuk
5. Permetrin dengan kadar 5% dalam krim mematikan semua tungau dewasa dan telur
kurang toksik dibandingkan gameksan, sehingga tidak terjadi kekambuhan.1
efektifitasnya sama, aplikasi hanya sekali Masalah psikososial keluarga yaitu
dan dihapus setelah 10 jam. Bila belum pasien dan ibu pasien merasa tidak nyaman
sembuh diulangi setelah seminggu. Tidak dan tidak percaya diri di lingkungan sekitar
anjurkan pada bayi di bawah umur 12 karena memiliki penyakit kulit. Selain itu,
bulan.7 keadaan ekonomi keluarga juga ikut
Medikamentosa yang diberikan adalah mempengaruhi kondisi kesehatan pasien.
Permetrin krim 5% yang dioleskan pada Ayah pasien yang bekerja sebagai pemulung
seluruh tubuh kecuali bagian wajah. Hal ini merasa pendapatan yang diperoleh hanya
sesuai dengan tatalaksana skabies. Pasien cukup untuk kebutuhan makan sehari-hari.
juga diberikan antihistamin untuk Personal hygiene juga menjadi salah
mengurangi rasa gatal yaitu cetirizine sekali satu faktor pemicu timbulnya penyakit
sehari pada malam hari. Permetrin sebagai skabies. Hal ini sesuai dengan literatur yang
anti skabies lebih poten jika dibandingkan meyebutkan bahwa skabies disebabkan oleh
dengan lindan (gameksan) atau krotamiton, rendahnya faktor personal hygiene yang

Majority | Volume 9| Nomor 1 | Juli 2020 | 6


Aprina Adha Widiastini, Fitria Saftarina | Penatalaksanaan Skabies Infeksi Sekunder Pada Anak Usia Sekolah Dengan Pendekatan
Kedokteran Keluarga Di Puskesmas Natar

buruk. Melakukan kebiasaan seperti dengan menggunakan media leaflet.


kebiasaan mencuci tangan, mandi Intervensi ini terutama ditujukan untuk
menggunakan sabun, mengganti pakaian dan pasien dan keluarga. Hal ini dilakukan dengan
pakaian dalam, tidak saling bertukar pakaian, tujuan untuk merubah perilaku hidup pasien
kebiasaan keramas menggunakan shampo, serta keluarga agar menjalani perilaku hidup
tidak saling bertukar handuk dan kebiasaan bersih dan sehat, mengetahui penyebab
memotong kuku, dapat mengurangi risiko skabies, tanda dan gejala skabies, cara
terkena skabies.8,9 penularan skabies, mengetahui pencegahan
Selain itu, kondisi fisik lingkungan dan penatalaksanaan skabies. Intervensi ini
rumah pasien juga ikut mempengaruhi tidak hanya ditujukan pada pasien saja, tetapi
terjadinya penyakit skabies berulang pada juga pada ibu dan ayah pasien karena mereka
pasien. Kondisi fisik lingkungan meliputi juga menderita penyakit skabies yang diduga
banyak sampah berserakan di lingkungan ditularkan dari bibi pasien.
depan rumah, banyak barang dan pakaian Kunjungan ketiga dilakukan lima hari
yang tidak tertata rapih di ruang keluarga, setelah kunjungan kedua dan dari hasil
pencahayaan matahari yang kurang dan anamnesis lanjut didapatkan bahwa menurut
lembab. Berdasarkan pengamatan pada orangtua pasien, kondisi pasien semakin baik.
rumah pasien, diketahui ventilasi rumah Gatal-gatal yang dirasakan sudah tidak ada
pasien kurang pencahayaan sinar matahari lagi, luka yang lecet sudah mengering yang
baik di bagian ruang tamu maupun di ruang tersisa berupa bercak-bercak kehitaman dan
keluarga. Akibat kurangnya pencahayaan putih pada kulit pasien akibat bintil yang
sinar matahari akan mengakibatkan ruangan digaruk karena gatal sehingga menimbulkan
menjadi gelap dan terkesan lembab. Menurut bekas luka. Selain itu, sudah terjadi
Notoatmojo (2011) Ruangan yang sehat perubahan dalam pola hidup pasien seperti
memerlukan cahaya yang cukup, tidak kurang jendela serta hordeng sudah dibuka sehingga
dan tidak terlalu lebih, jika kekurangan cahaya matahari dapat masuk, sudah mulai
cahaya, khususnya cahaya matahari akan membersihkan rumah khususnya di ruang
berakibat kurang nyaman, rumah yang keluarga dan halaman depan rumah, seluruh
kekurangan cahaya matahari merupakan pakaian, handuk, horden dan sprei sudah
media atau tempat yang baik untuk hidup direndam menggunakan air panas kemudian
dan berkembangnya bibit penyakit, termasuk dijemur dibawah sinar matahari langsung,
skabies.10,15 sofa serta kasur sudah dijemur dibawah sinar
Masuknya cahaya matahari juga matahari, sudah tidak menggunakan pakaian
mempengaruhi kelembapan ruangan, jika berulang kali yang belum dicuci dan sudah
matahari tidak masuk maka kelembapan tidak menggunakan handuk secara
ruangan tersebut cenderung akan lebih tinggi bersamaan, serta anak dan orang tua tidur
daripada ruangan dengan cahaya matahari.6 sudah terpisah kamar.
Selanjutnya dilakukan kunjungan kedua untuk Faktor pendukung dalam penyelesaian
melakukan intervensi terhadap pasien masalah pasien dan keluarga adalah seluruh
anggota keluarga yang menerapkan perilaku Simpulan yang didapat adalah
hidup bersih dan sehat, dan penerapan penegakan diagnosis skabies pada pasien
pencegahan penularan skabies. Sedangkan didapatkan dari anamnesis dan pemeriksaan
faktor penghambatnya adalah faktor fisik pasien, serta telah sesuai dengan
ekonomi, yaitu pendapatan ayah pasien yang beberapa teori dan telaah kritis dari penelitian
tidak menentu sebagai pemulung. Hal lain terkini. Pada kasus telah diberikan terapi
yang mempengaruhi faktor penyediaan farmakologi berupa permetrin cream 5%,
sarana dan prasarana kesehatan. antibiotik amoxicilin dan antihistamin
cetirizine 5 mg serta non farmakologi berupa
edukasi tentang pentingnya menjaga personal
Simpulan hygiene pada pasien dan anggota keluarga,
mengenai penyebab skabies, faktor risiko,

Majority | Volume 9| Nomor 1 | Juli 2020 | 7


Aprina Adha Widiastini, Fitria Saftarina | Penatalaksanaan Skabies Infeksi Sekunder Pada Anak Usia Sekolah Dengan Pendekatan
Kedokteran Keluarga Di Puskesmas Natar

gejala klinis, tatalaksana dan pencegahan Yogyakarta: Fakultas Kedokteran,


skabies, serta edukasi mengenai komplikasi Universitas Islam Indonesia; 2014.
yang akan terjadi jika penyakit tidak diobati. 7. Menaldi SLS, Bramono K, Indriatmi W.
Perubahan perilaku pada pasien dan Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta:
keluarganya tentang pola hidup yang sehat Fakultas Kedokteran Universitas
terlihat setelah dilakukan intervensi. Indonesia; 2015.
8. Desmawati. Hubungan Personal Hygiene
Daftar Pustaka
dan Sanitasi Lingkungan dengan Kejadian
1. Ibadurrahmi, Veronica S, Nugrohowati N.
Skabies di Pondok Pesantren Al-Kautsar
Faktor-Faktor Yang Berpengaruh
Pekanbaru [Skripsi]. Pekanbaru:
Terhadap Kejadian Penyakit Skabies Pada
Universitas Riau; 2015.
Santri Di Pondok Pesantren Qotrun Nada
9. Putri A. Hubungan Higiene Perseorangan,
Cipayung Depok Februari Tahun 2016
Sanitasi Lingkungan Dan Status Gizi
[Skripsi]. Jakarta: Fakultas Kedokteran,
Terhadap Kejadian Skabies Pada Anak
Universitas Pembangunan Nasional
[Artikel Penelitian]. Semarang: Fakultas
Veteran; 2016.
Kedokteran, Universitas Diponegoro;
2. Akmal K, Semiarty R, Gayatri. Hubungan
2011.
Personal Hygiene Dengan Kejadian
10. Mansyur M. Pendekatan Kedokteran
Skabies Di Pondok Pendidikan Islam Darul
Keluarga pada Penatalaksanaan Skabies
Ulum, Palarik Air Pacah, Kecamatan Koto
Anak Usia Pra-Sekolah [Laporan Kasus].
Tangah Padang Tahun 2013 [Skripsi].
Jakarta: Fakultas Kedokteran, Universitas
Padang: Fakultas Kedokteran, Universitas
Indonesia; 2007.
Andalas; 2013.
11. Chandra N. Penyebaran Penyakit Skabies.
3. Yunita S, Gustia R, Anas E. Faktor-faktor
Jakarta : Bina Pustaka; 2006.
yang Berhubungan dengan Kejadian
12. Ratnasari AF, Sungkar S. Prevalensi
Skabies di Wilayah Kerja Puskesmas
Skabies dan Faktor-faktor yang
Lubuk Buaya Kota Padang Tahun 2015.
berhubungan di Pesantren X, Jakarta
Padang: Fakultas Kedokteran, Universitas
Timur. Jakarta: Fakultas Kedokteran,
Andalas; 2018.
Universitas Indonesia; 2014.
4. Mutiara H, Syailindra F. Scabies. Majority.
13. Chandra E. Uji Banding Efektifitas Krim
2016; 5(2): 37-42.
Permetrin 5% dan Salep 2-4 Pada
5. Griana P. Scabies : Penyebab, Penanganan
Pengobatan Skabies [Thesis]. Semarang:
Dan Pencegahannya. Malang: Fakultas Program Pendidikan Dokter Spesialis
Sains dan Teknologi, Universitas Islam Fakultas Kedokteran, Universitas
Negeri Maulana Malik Ibrahim; 2013. Diponegoro; 2004.
6. Hilma UD, Ghazali L. Faktor-Faktor Yang 14. World Health Organization (WHO). Water
Mempengaruhi Kejadian Skabies Di Releated disease; 2009.
Pondok Pesantren Mlangi Nogotirto 15. Mading M, Indriaty I. Kajian Aspek
Gamping Sleman Yogyakarta [Skripsi]. Epidemiologi Skabies Pada Manusia.
Jurnal Penyakit Bersumber Binatang.
2015; 2(2): 9-17.

Majority | Volume 9| Nomor 1 | Juli 2020 | 8

Anda mungkin juga menyukai