Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN HASIL KEGIATAN DARING

PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN TAHUN 2018

NAMA
:
PURNAMASARI,S.PD
NUPTK : 1636766666220002
NOMOR PESERTA : 182000715710001
BIDANG STUDI : [ 157] BAHASA INGGRIS
ASAL SEKOLAH : SMK NEGERI 02 BOMBANA
ALAMAT : BOMBANA,
SULAWESI TENGGARA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS HALU OLEO
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa
memberikan rahmatnya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan laporan daring
dal-jab bagi guru pada prodi bahasa inggris di universitas Halu Oleo.
Laporan ini terdiri atas dua bagian yaitu, kompetensi pedagogik dan kompetensi
professional, kompetensi pedagogik meliputi pembelajaran abad 21, pengembangan
profesi guru, teori belajar dan pembelajaran, karakteristik peserta didik, strategi
pembelajaran dan penilaian hasil belajar. Sedang untuk kompetensi professional,
mencakup enam modul yaitu English for personal communication, English for social
communication, English for entertainment, English for the media, English for academic
interactions, dan english at work place.

Penulis menyadari bahwa dalam menyusun laporan ini masih jauh dari kesempurnaan
namun disisi lain , Penulis berharap pula laporan ini dapat memberikan sumbangsih
ataupun manfaat bagi pembaca pada umumnya dan pribadi penulis khususnya.

Kendari , September 2018

Penulis

MODUL 1 KARAKTERISTIK GURU DAN SISWA ABAD 21


A. Pembelajaran Abad 21

Dalam pandangan paradigma positivistik masyarakat berkembang secara linier

seiring dengan perkembangan peradaban manusia itu sendiri yang ditopang oleh

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Secara berturut-turut masyarakat

berkembang dari masyarakat primitif, masyarakat agraris, masyarakat industri, dan

kemudian pada perkembangan lanjut menjadi masyarakat informasi. Situasi abad 21

sering kali diidentikan dengan masyarakat informasi tersebut, yang ditandai oleh

munculnya fenomena masyarakat digital. Meneruskan perkembangan masyarakat

industri generasi pertama, sekarang ini, abad 21 dan masa mendatang, muncul apa

yang disebut sebagai revolusi industri 4.0.

Istilah industri 4.0 pertama kali diperkenalkan pada Hannover Fair 2011 yang ditandai

revolusi digital. Revolusi industri gelombang keempat, yang juga disebut industri 4.0,

kini telah tiba. Industry 4.0 adalah tren terbaru teknologi yang sedemikian rupa

canggihnya, yang berpengaruh besar terhadap proses produksi pada sektor

manufaktur. Teknologi canggih tersebut termasuk kecerdasan buatan (artificial

intelligent), perdagangan elektronik, data raksasa, teknologi finansial, ekonomi

berbagi, hingga penggunaan robot. Bob Gordon dari Universitas Northwestern,

seperti dikutip Paul Krugman (2013), mencatat, sebelumnya telah terjadi tiga revolusi

industri. Pertama, ditemukannya mesin uap dan kereta api (1750-1830). Kedua,

penemuan listrik, alat komunikasi, kimia, dan minyak (1870-1900). Ketiga, penemuan

komputer, internet, dan telepon genggam (1960-sampai sekarang). Versi lain

menyatakan, revolusi ketiga dimulai pada 1969 melalui kemunculan teknologi


informasi dan komunikasi, serta mesin otomasi (dikutip dari A. Tony Prasentiantono,

Kompas 10 April 2018, hal. 1).

Perkembangan masyarakat Indonesia faktanya tidak secara linier, tetapi lebih

berlangsung secara pararel. Artinya, ada masyarakat yang hingga fase

perkembangannya sekarang masih menunjukkan masyarakat primitif, ada yang

masih agraris, ada yang sudah menunjukkan karakter sebagai masyarakat industrial,

dan bahkan ada yang memang sudah masuk dalam era digital. Semuanya kategori

karakter masyarakat tersebut faktanya berkembang tidak secara linier, tetapi

berlangsung secara pararel.

Oleh karena itu, meskipun era digital sudah begitu marak yang ditandai oleh makin

luasnya jangkauan internet; namun demikian ada juga masyarakat yang masih belum

terjangkau internet, dan bahkan masih berupa wilayah blank spot. Kondisi seperti itu

juga berimplikasi terhadap perkembangan pelayanan pendidikan, sehingga juga

berkonsekuensi terhadap karaktiristik guru dan siswanya, meskipun sudah berada

dalam abad 21. Sekolah, guru, dan siswa di daerah perkotaan memang sudah

terkoneksi jaringan internet, tetapi untuk daerah pedesaan masih ada juga yang

belum terambah oleh fasilitas internet, dan bahkan ada pula wilayah yang sama sekali

belum terjangkau infrastruktur telekomunikasi. Akan tetapi pada abad 21 sekarang ini

masyarakat Indonesia memang sudah menjadi bagian tidak terpisahkan dengan era

digital. Karena itu apa pun harus menyesuaikan dengan kehadiran era baru berbasis

digital, sehingga bagaimana menjadi bagian dari era digital sekarang ini dengan

memanfaatkan teknologi digital dan berjejaring ini secara produktif.


Menurut Manuel Castell kemunculan masyarakat informasional itu ditandai dengan

lima karateristik dasar: Pertama, ada teknologi-teknologi yang bertindak berdasarkan

informasi. Kedua, karena informasi adalah bagian dari seluruh kegiatan manusia,

teknologi-teknologi itu mempunyai efek yang meresap. Ketiga, semua sistem yang

menggunakan teknologi informasi didefinisikan oleh ‘logika jaringan’ yang

memungkinkan mereka memengaruhi suatu varietas luas proses-proses dan

organisasi-organisasi. Keempat, teknologi-teknologi baru sangat fleksibel,

memungkinkan mereka beradaptasi dan berubah secara terus-menerus. Akhirnya,

teknologi-teknologi spesifik yang diasosiasikan dengan informasi sedang bergabung

menjadi suatu sistem yang sangat terintegrasi (dalam Ritzer, 2012: 969).

Menurut Castell sebenarnya sudah sejak dekade 1980-an muncul apa yang ia sebut

sebagai ekonomi informasional global baru yang semakin menguntungkan. “Ia

informasional karena produktivitas dan daya saing unit-unit atau agen-agen di dalam

ekonomi ini (entah itu firma-firma, region-region, atau wilayah-wilayah) yang

tergantung secara fundamental pada kapsitas mereka untuk menghasilkan,

memproses, dan menerapkan secara efisien informasi berbasis pengetahuan (Castell,

1996: 66). Ia global karena ia mempunyai “kapasitas untuk bekerja sebagai suatu unit

di dalam waktu nyata pada suatu skala planeter” (Castell, 1996: 92). Hal itu

dimungkinkan untuk pertama kalinya oleh kehadiran teknologi informasi dan

komunikasi yang baru.


Dalam bukunya Critique of Information (2002), Lash memului dengan sejumlah

pertanyaan mendasar, bagaimana ilmu sosial kritis, teori kritik atau kritik dapat

dimungkinkan dalam masyarakat informasi? Apa yang terjadi dalam suatu era ketika

kekuasaan tidak lagi sebuah ideologi sebagaimana era abad sembilanbelas, tetapi

sekarang kekuasaan adalah sebuah informasional dalam arti luas? Ketika era

sebelumnya ideologi diperluas oleh ruang dan waktu, mengklaim universalitas, dan

berbentuk ‘metanaratif’, merupakan sistem kepercayaan, dan menyediakan waktu

untuk refleksi; tetapi sekarang era informasional, ketika informasi itu berada dalam

kemampatan ruang dan waktu, tidak mengklaim universal, dan sekadar titik, sinyal,

dan bahkan sekadar peristiwa dalam waktu. Berlangsung sangat cepat, sekilas, hidup

dalam era informasi hampir tidak ada waktu untuk refleksi.

Meskipun Lash adakalanya merujuk pada Castells, tetapi dalam mendefinisikan

informasi sedikit berbeda. Ia mengaku: “saya akan memahami masyarakat informasi

berbeda dengan apa yang dirumuskan oleh Bell (1973), Touraine (1974), dan Castells

(1996) yang fokus pada kualitas karakter utama informasi itu sendiri. Tetapi Menurut

Lash informasi harus dipahami secara tajam dalam kontradiksinya dengan yang lain,

kategori sosiokultural awal, yaitu sebagai monumen naratif dan wacana (discourse)

atau institusi.

Istilah produksi pengetahuan-intensif dan postindustrial di mana barang dan layanan

diproduksi. Kunci untuk memahami ini adalah apa yang diproduksi dalam produksi

informasi bukanlah barang-barang dan layanan kekayaan informasi, tetapi lebih


kurang adalah potongan informasi di luar kontrol. Produksi informasi meliputi

terutama adalah pentingnya kemampatan.

B. Karakteristik guru dan siswa pada abad 21

Karakteristik guru :

 Menyediakan dan mendesain Rancangan Pembelajaran sesuai kondisi lingkungan

sekolah

 Melek informasi dan Media

 Mendesain rancangan pembelajaran

 Dalam proses pembelajaran berlangsung, guru mengamati sikap siswa dalam

pembelajaran yang meliputi sikap: disiplin, rasa percaya diri, berprilaku jujur,

tanggung jawab, rasa ingin tahu dan peduli lingkungan.

Karakteristik siswa :

 Melek informasi dan media

 Dalam kegiatan pembelajaran siswa siswa melihat, mengamati, membaca,

mendengar, menyimak, menanya, mengumpulkan informasi,

mengkomunikasikan dan mengasosisasi.

 Mandiri dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru baik dalam bentuk project,

laporan, dan produk.

Pembelajaran abad 21 sudah sejalan dengan kurikulum K13. Kurikulum K13 ini memuat

beberapa unsur yang biasa dikenal dengan istilah 4C (Creative, Critical Thinking,

Communicative dan Collaborative) berikut :


1. Creative ; siswa mencipta cocok untuk tugas berupa project. Di kelas misalnya

untuk materi menulis ( Bahasa Inggris), siswa diminta untuk membuat tulisan

pendek mengenai pengalaman mereka yang telah lalu atau disebut dengan

recount text

2. Critical Thinking; siswa berfikir kritis atau dalam teori belajar lain disebut

menganalis. Misalnya dikelas guru memberikan text, kemudian siswa diminta

untuk menganalisis struktur textnya.

3. Communicative; yaitu guru menanya siswa merespon. Biasa juga dipakai dalam

pembelajaran tradisional (kurikulum lama).

4. Collaborative; siswa dikelas secara bersama-sama mengerjakan soal/ tugas/

project dan mendiskusikan atau sharring knowledge dengan sebayanya.


MODUL 2 MERANCANG DAN MENILAI PEMBELAJARAN ABAD 21

Rancangan Pembelajaran berdasarkan ter integrasi nilai 4 Cs [Creativity, Critical Thinking,


Collaborative dan Communicative]

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


(RPP)

A. Tujuan Pembelajaran -
B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi ( IPK) -
C. Materi Pembelajaran -
D. Metode Pembelajaran -
E. Media alat dan Bahan Pembelajaran -
F. Langkah-langkah Pembelajaran :

1. Pertemuan Ke-1 ( 2 x 45 menit ) Waktu

Kegiatan Inti 60
Sintak menit
Kegiatan Pembelajaran
Model Pembelajaran
Orientasi peserta didik Mengamati
kepada masalah Peserta didik diberi motivasi atau rangsangan untuk
memusatkan perhatian pada topic
Pemaparan jati diri
dengan cara :
 Melihat (tanpa atau dengan alat)
Menayangkan gambar/foto/tabel berikut ini
 Mengamati
lembar kerja, pemberian contoh-contoh
materi/soal untuk dapat dikembangkan peserta
1. Pertemuan Ke-1 ( 2 x 45 menit ) Waktu
didik, dari media interaktif, dsb yang berhubungan
dengan
 Membaca (dilakukan di rumah sebelum kegiatan
pembelajaran berlangsung),
materi dari buku paket atau buku-buku penunjang
lain, dari internet/materi yang berhubungan
dengan
 Teks pemaparan jati diri dengan memperhatikan
fungsi sosial, struktur teks, unsur kebahasaan,
maupun format penyampaian/penulisannya
 Mendengar
Pemaparan jati diri dengan memperhatikan fungsi
sosial, struktur teks, unsur kebahasaan, maupun
format penyampaian/penulisannya
 Menyimak,
 mencoba menirukan pengucapannya dan
menuliskan pemaparan jati diri yang digunakan
penjelasan pengantar kegiatan secara garis
besar/global tentang materi pelajaran mengenai :

 Teks lisan dan tulis sederhana, untuk


memaparkan, menanyakan, dan merespon
pemaparan jatidiri
untuk melatih kesungguhan, ketelitian, mencari
informasi.
Mengorganisasikan Menanya
peserta didik Guru memberikan kesempatan pada peserta didik
untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin pertanyaan
yang berkaitan dengan gambar yang disajikan dan
akan dijawab melalui kegiatan belajar, contohnya :
 Mengajukan pertanyaan tentang:
 Teks lisan dan tulis sederhana, untuk
1. Pertemuan Ke-1 ( 2 x 45 menit ) Waktu
memaparkan, menanyakan, dan merespon
pemaparan jatidiri
yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau
Creativity, Critical
thinking pertanyaan untuk mendapatkan informasi
tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari
pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang
bersifat hipotetik) untuk mengembangkan
kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan
merumuskan pertanyaan untuk membentuk
pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan
belajar sepanjang hayat. Misalnya :
 perbedaan antara berbagai pemaparan jati diri
dalam bahasa Inggris, perbedaannya dengan
yang ada dalam bahasa Indonesia.
 pengucapan dan isi teks yang memaparkan jati
diri
Membimbing Mengumpulkan informasi
penyelidikan individu Peserta didik mengumpulkan informasi yang relevan
dan kelompok untuk menjawab pertanyan yang telah diidentifikasi
melalui kegiatan:
 Mengamati obyek/kejadian,
 Membaca sumber lain selain buku teks,
diantaranta
mengunjungi laboratorium komputer perpustakaan
sekolah untuk mencari dan membaca artikel
tentang pemaparan jati diri
 Mengumpulkan informasi
Mengumpulkan data/informasi melalui diskusi
kelompok atau kegiatan lain guna menemukan
solusi masalah terkait
Ungkapan untuk memaparkan jati diri
1. Pertemuan Ke-1 ( 2 x 45 menit ) Waktu
 Aktivitas
 Peserta didik mengerjakan tugas pada kegiatan
membaca.
 Mempraktikan
 Mendiskusikan
 Saling tukar informasi tentang :
 Teks lisan dan tulis sederhana, untuk
memaparkan, menanyakan, dan merespon
pemaparan jatidiri
dengan ditanggapi aktif oleh peserta didik dari
kelompok lainnya sehingga diperoleh sebuah
pengetahuan baru yang dapat dijadikan sebagai
bahan diskusi kelompok kemudian, dengan
menggunakan metode ilmiah yang terdapat pada
buku pegangan peserta didik atau pada lembar
kerja yang disediakan dengan cermat untuk
mengembangkan sikap teliti, jujur, sopan,
menghargai pendapat orang lain, kemampuan
berkomunikasi, menerapkan kemampuan
mengumpulkan informasi melalui berbagai cara
yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan
belajar dan belajar sepanjang hayat.
Mengembangkan dan Mengkomunikasikan
menyajikan hasil karya
Peserta didik berdiskusi untuk menyimpulkan
 Menyampaikan hasil diskusi berupa kesimpulan
berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis,
atau media lainnya untuk mengembangkan sikap
jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir
sistematis, mengungkapkan pendapat dengan
sopan
 Mempresentasikan hasil diskusi kelompok secara

Communicative
1. Pertemuan Ke-1 ( 2 x 45 menit ) Waktu
klasikal tentang :
Ungkapan pemaparan jati diri
 Mengemukakan pendapat atas presentasi yang
dilakukan dan ditanggapi oleh kelompok yang
mempresentasikan
 Bertanya atas presentasi yang dilakukan dan
peserta didik lain diberi kesempatan untuk
menjawabnya.
 Menyimpulkan tentang point-point penting yang
muncul dalam kegiatan pembelajaran yang baru
dilakukan berupa : Laporan hasil pengamatan
secara tertulis tentang
 Menjawab pertanyaan yang terdapat pada buku
pegangan peserta didik atau lembar kerja yang
telah disediakan.
 Bertanya tentang hal yang belum dipahami, atau
guru melemparkan beberapa pertanyaan kepada
siswa.
 Menyelesaikan uji kompetensi yang terdapat
pada buku pegangan peserta didik atau pada
lembar lerja yang telah disediakan secara individu
untuk mengecek penguasaan siswa terhadap
materi pelajaran
Menganalisa & Mengasosiasikan
mengevaluasi proses Peserta didik menganalisa masukan, tanggapan dan
pemecahan masalah koreksi dari guru terkait pembelajaran tentang:
 Mengolah informasi yang sudah dikumpulkan dari
hasil kegiatan/pertemuan sebelumnya maupun
hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan
mengumpulkan informasi yang sedang
berlangsung dengan bantuan pertanyaan-

Collaborative
1. Pertemuan Ke-1 ( 2 x 45 menit ) Waktu
pertanyaan pada lembar kerja.
 Peserta didik mengerjakan beberapa soal
mengenai
 Menambah keluasan dan kedalaman sampai
kepada pengolahan informasi yang bersifat
mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki
pendapat yang berbeda sampai kepada yang
bertentangan untuk mengembangkan sikap jujur,
teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan
menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir
induktif serta deduktif dalam membuktikan :
Teks lisan dan tulis sederhana, untuk memaparkan,
menanyakan, dan merespon pemaparan jatidiri
 menganalisis ungkapan memaparkan jati diri
dengan mengelompokannya berdasarkan
penggunaan
 Secara berkelompok siswa mendiskusikan
ungkapan memaparkan jati diri yang mereka
temukan dari sumber lain dan
membandingkannya dengan yang digunakan
guru
 memperoleh balikan (feedback) dari guru dan
teman tentang fungsi sosial dan unsur
kebahasaan yang sampaikan dalam kerja
kelompok

Catatan :
Selama pembelajaran berlangsung, guru mengamati sikap siswa dalam
pembelajaran yang meliputi sikap: disiplin, rasa percaya diri, berperilaku jujur,
tangguh menghadapi masalah tanggungjawab, rasa ingin tahu, peduli
lingkungan)
1. Pertemuan Ke-1 ( 2 x 45 menit ) Waktu
Kegiatan Penutup
Peserta didik :
 Membuat rangkuman/simpulan pelajaran.tentang point-point penting
yang muncul dalam kegiatan pembelajaran yang baru dilakukan.
 Melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan.
Guru :
 Memeriksa pekerjaan siswa yang selesai langsung diperiksa. Peserta didik
10
yang selesai mengerjakan projek dengan benar diberi paraf serta diberi
menit
nomor urut peringkat, untuk penilaian projek.
 Memberikan penghargaan kepada kelompok yang memiliki kinerja dan
kerjasama yang baik
 Merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk tugas kelompok/
perseorangan (jika diperlukan).
 Mengagendakan pekerjaan rumah.
 Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya
F. Penilaian, Pembelajaran Remedial dan Pengayaan ,
………........., 2018

Mengetahui
Kepala Sekolah. Guru Mata Pelajaran

…………………………………… …………………………………

MODUL 3 PENGEMBANGAN PROFESI GURU

A. Pengertian Pengembangan Profesi Keguruan


Sebelum menguraikan definisi Pengembangan profesi keguruan, terlebih dahulu kita

mengetahui apa sebenarnya definisi dari ketiga kata tersebut.Dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia (KBBI) Pengembangan bisa diartikan dengan proses atau perbuatan

mengembangkan.Sedangkan menurut UU no 18 tahun 2002, Pengembangan adalah

kegiatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bertujuan memanfaatkan kaidah dan

teori ilmu pengetahuan yang telah terbukti kebenarannya untuk meningkatkan fungsi,

manfaat, dan aplikasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada, atau menghasilkan

teknologi baru.

Profesional merujuk pada dua hal yaitu orang yang menyandang suatu profesi dan kinerja

dalam melakukan pekerjaan yang sesuai denga profesinya. Profesionalisme dapat

diartikan sebagai komitmen para anggota suatu profesi untuk meningkatkan

kemampuan profesionalnya dan terus menerus mengembangkan strategi yang

digunakannya dalam melakukan pekerjaan sesuai dengan profesinya itu. Sedangkan

profesionalisasi merupakan proses peningkatan kualifikasi atau kemampuan para

anggota penyandang suatu profesi untuk mencapai kriteria standar ideal dari penampilan

atau perbuatan yang diinginkan oleh profesinya itu. Keguruan sendiri dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia bisa diartikan perihal (yang menyangkut) pengajaran, pendidikan, dan

metode pengajaran. Dalam UU Nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, Profesi

keguruan adalah pendidikan profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,

melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada usia dini, jalur pendidikan formal,

pendidikan dasar dan pendidikan menengah.

Joan Dean mengemukakan bahwa, pengembangan profesionalitas guru (professional

development teacher) dimaknai sebagai a process wherebyteacher become more


professional, yakni suatu proses yang dilakukan untuk menjadikan guru dapat tampil

secara lebih profesional.

Dengan kata lain dapat diartikan bahwa, pengembangan profesi guru didefinisikan

sebagai upaya yang dilakukan untuk meningkatkan taraf atau derajat profesi seorang

guru yang menyangkut kemampuan guru, baik penguasaan materi ajar atau penguasaan

metodologi pengajaran, serta sikap keprofesionalan guru menyangkut motivasi dan

komitmen guru dalam menjalankan tugas sebagai guru.

Pengembangan dan peningkatan profesi guru juga dilakukan dalam rangka menjaga agar

kompetensi keprofesiannya tetap sesuai dengan perkembangan zaman yang semakin

modern. Pembinaan dan pengembangan profesi guru meliputi pembinaan kompetensi

pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial. Sedangkan pembinaan dan

pengembangan karier meliputi penugasan, kenaikan pangkat, dan promosi. Keduanya

disesuaikan dengan jabatan fungsional masing-masing.

Pemerintah idealnya berperan aktif dalam upaya pengembangan profesi guru seperti

dalam UU Nomor 14 tahun 2005 bahwasanya pemerintah berkewajiban untuk

memberikan dana dalam rangka membina dan mengembangkan kualifikasi akademik dan

kompetensi guru agar terbentuk guru yang profesional dan mumpuni dari segi

kompetensi. Secara umum, kegiatan pengembanagan profesi guru dimaksudkan untuk

merangsang, memelihara, dan meningkatkan kompetensi guru dalam memecahkan

masalah pendidkan dan pembelajaran yang berdampak pada peningkatan mutu belajar

siswa yang selanjutnya meningkatkan mutu pendidikan.


Profesi guru menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

harus memiliki prinsip-prinsip profesional seperti tercantum pada pasal 5 ayat 1, yaitu:

”Profesi guru dan dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang memerlukan prinsip-

prinsip profesional sebagai berikut:

a) Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa dan idealisme.

b) Memiliki kualifikasi pendidikan dan latar belakang pendidikan sesuai dengan

bidang tugasnya.

c) Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugasnya.

d) Mematuhi kode etik profesi.

e) Memiliki hak dan kewajiban dalam melaksanakan tugas.

f) Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerjanya.

g) Memiliki kesempatan untuk mengembangkan profesinya secara berkelanjutan.

h) Memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas profesionalnya.

i) Memiliki organisasi profesi yang berbadan hukum.

MODUL 4 TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

Teori belajar konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan

bahwa pengetahuan adalah bentukan (konstruksi) kita sendiri (Von Glaserfeld).


Pengetahuan bukan tiruan dari realitas, bukan juga gambaran dari dunia kenyataan yang

ada. Pengetahuan merupakan hasil dari konstruksi kognitif melalui kegiatan seseorang

dengan membuat struktur, kategori, konsep, dan skema yang diperlukan untuk

membentuk pengetahuan tersebut.

Konstruktivisme adalah sebuah hasil pemikiran dari para ahli yang berpendapat bahwa

manusia tidak akan lepas dari belajar. Manusiapun bisa belajar tanpa harus dituntun oleh

orang lain, melainkan bisa belajar sendiri dan mengkontruksi pengetahuan sendiri. Hal

tersebut bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya sosial maupun pengalaman

pribadinya. Manusia akan semakin berkembang seiring berjalannya waktu.

Pengetahuan itu bisa diperoleh dari pengalaman pribadi ataupun dari hasil pengamatan

Konstruktivisme adalah sebuah hasil pemikiran dari para ahli yang berpendapat bahwa

manusia tidak akan lepas dari belajar. Manusiapun bisa belajar tanpa harus dituntun oleh

orang lain, melainkan bisa belajar sendiri dan mengkontruksi pengetahuan sendiri. Hal

tersebut bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya sosial maupun pengalaman

pribadinya.

Konstruktivisme merupakan salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa

pengetahuan kita adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri. Pengetahuan itu bisa

diperoleh dari pengalaman pribadi ataupun dari hasil pengamatan. Jika behaviorisme

menekankan ketrampilan atau tingkah laku sebagai tujuan pendidikan, sementara

konstruktivisme menekankan perkembangan konsep, pengetahuan sebagai konstruksi

aktif yang dibuat siswa.


Pengetahuan tidak bisa ditransfer begitu saja, melainkan harus diinterpretasikan sendiri

oleh masing-masing orang. Pengetahuan juga bukan sesuatu yang sudah ada, melainkan

suatu proses yang berkembang terus-menerus. Dalam proses itu keaktivan seseorang

sangat menentukan dalam mengembangkan pengetahuannya.

Jean Piaget adalah psikolog pertama yang menggunakan filsafat konstruktivisme,

sedangkan teori pengetahuannya dikenal dengan teori adaptasi kognitif. Sama halnya

dengan setiap organisme harus beradaptasi secara fisik dengan lingkungan untuk dapat

bertahan hidup, demikian juga struktur pemikiran manusia. Manusia berhadapan dengan

tantangan, pengalaman, gejala baru, dan persoalan yang harus ditanggapinya secaca

kognitif (mental). Untuk itu, manusia harus mengembangkan skema pikiran lebih umum

atau rinci, atau perlu perubahan, menjawab dan menginterpretasikan pengalaman-

pengalaman tersebut.

MODUL 5 STRATEGI PEMBELAJARAN

Teori belajar penemuan (discovery) dari Bruner mengasumsikan bahwa belajar paling

baik apabila siswa menemukan sendiri informasi dan konsepkonsep. Dalam belajar
penemuan, siswa menggunakan penalaran induktif untuk mendapatkan prinsip-prinsip,

contoh-contoh. Misalnya, guru menjelaskan kepada siswa tentang penemuan sinar lampu

pijar, kamera, dan CD, serta perbandingan antara invention dengan discovery (misalnya,

listrik, nuklir, dan gravitasi). Siswa, kemudian menjabarkan sendiri apakah yang dimaksud

dengan invention dan bagaimana perbedaannya dengan discovery.

Dalam belajar penemuan, siswa “menemukan” konsep dasar atau prinsip-prinsip dengan

melakukan kegiatan-kegiatan yang mendemonstrasikan konsep tersebut. Bruner yakin

bahwa siswa “memiliki” pengetahuan apabila menemukan sendiri dan bertanggung

jawab atas kegiatan belajarnya sendiri, yang memotivasinya untuk belajar. Gagne (dalam

Gagne & Driscoll, 1988) mengembangkan suatu model berdasarkan teori pemrosesan

informasi yang memandang pembelajaran dari segi 9 urutan peristiwa sebagai berikut.

a. Menarik perhatian siswa.

b. Mengemukakan tujuan pembelajaran.

c. Memunculkan pengetahuan awal.

d. Menyajikan bahan stimulasi.

e. Membimbing belajar.

f. Menerima respons siswa.

g. Memberikan balikan.

h. Menilai unjuk kerja.

i. Meningkatkan retensi dan transfer.

Ada beberapa dasar yang dapat digunakan untuk mengklasifikasi strategi pembelajaran.

Berikut ini akan dikemukakan beberapa di antaranya untuk dipahami dan pada saatnya
dapat dipilih serta digunakan secara efektif. Berdasarkan bentuk pendekatannya,

dibedakan:

1. Expository dan Discovery/Inquiry

Dengan diagram tersebut dapat dilihat bahwa ujung paling kiri adalah “Expotition”

(ekspositori), yang berarti guru hanya memberikan informasi yang berupa teori,

generalisasi, hukum atau dalil beserta bukti-bukti yang mendukung. Siswa hanya

menerima saja informasi yang diberikan oleh guru. Pembelajaran telah diorganisasikan

oleh guru sehingga siap disampaikan kepada siswa dan siswa diharapkan belajar dari

informasi yang diterimanya itu, pembelajaran itu disebut ekspositori.

Gerlach & Ely (1980) mengatakan bahwa kontinum tersebut di atas berguna bagi guru

dalam memilih metode pembelajaran. Titik-titik yang bergerak dari ujung kiri sampai ke

ujung kanan mengandung unsur-unsur ekspositori dengan berbagai metode yang

bergerak sedikit demi sedikit sampai pada unsur discovery (penemuan). Dalam kenyataan

hampir tidak ada discovery murni, pada umumnya guru menggunakan dua kutub

strategi serta metode pembelajaran yang lebih dari dua macam, bahkan menggunakan

metode campuran.

Suatu saat guru dapat menggunakan strategi ekspositori dengan metode ekspositori

pula. Begitu pula dengan discovery/inquiry sehingga suatu ketika ekspositori-

discovery/inquiry dapat berfungsi sebagai strategi pembelajaran, tetapi suatu ketika juga

berfungsi sebagai metode pembelajaran.

2. Discovery dan Inquiry


Discovery (penemuan) sering dipertukarkan pemakaiannya dengan inquiry (penyelidikan)

penemuan adalah proses mental yang mengharapkan siswa mengasimilasikan suatu

konsep atau suatu prinsip. Proses mental, misalnya mengamati, menjelaskan,

mengelompokkan, dan membuat kesimpulan. Konsep, misalnya bundar, segitiga,

demokrasi, dan energi. Prinsip, misalnya “setiap logam apabila dipanaskan memuai”.

Inquiry, merupakan perluasan dari discovery (discovery yang digunakan lebih mendalam).

Artinya, inquiry mengandung proses mental yang lebih tinggi tingkatannya. Misalnya,

merumuskan masalah, merancang eksperimen, melaksanakan eksperimen,

mengumpulkan data, menganalisis data, dan membuat kesimpulan.

Salah satu bentuk discovery yang disebut Guided Discovery (discovery terbimbing), guru

memberi beberapa petunjuk kepada siswa untuk membantu siswa menghindari jalan

buntu. Guru memberi pertanyaan atau mengungkapkan dilema yang membutuhkan

pemecahan-pemecahan, menyediakan materi-materi yang sesuai dan menarik, serta

meningkatkan kemampuan siswa untuk mengemukakan dan menguji hipotesis. Secara

berturut-turut langkah discovery terbimbing sebagai berikut.

a. Adanya problema yang akan dipecahkan, yang dinyatakan dalam pertanyaan atau

pernyataan.

b. Jelas tingkat/kelasnya (misalnya SMP kelas III).

c. Konsep atau prinsip yang harus ditemukan siswa melalui kegiatan

tersebut perlu ditulis dengan jelas.

d. Alat/bahan perlu disediakan sesuai dengan kebutuhan siswa dalam melaksanakan

kegiatan.

e. Diskusi sebagai pengarahan sebelum siswa melaksanakan kegiatan.


f. Kegiatan metode penemuan oleh siswa berupa penyelidikan/percobaan untuk

menemukan konsep-konsep atau prinsip-prinsip yang telah ditetapkan.

g. Proses berpikir kritis perlu dijelaskan untuk menunjukkan adanya mental

operasional siswa, yang diharapkan dalam kegiatan.

h. Perlu dikembangkan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat terbuka, yang mengarah

pada kegiatan yang dilakukan siswa.

i. Ada catatan guru yang meliputi penjelasan tentang hal-hal yang sulit dan faktor-faktor

yang dapat mempengaruhi hasil terutama kalau penyelidikan mengalami kegagalan atau

tak berjalan sebagaimana mestinya.

MODUL 6 PENELITIAN HASIL BELAJAR

A. Penilaian (Assessment) dalam Pembelajaran


Dalam kegiatan pembelajaran, seorang guru harus menguasai beberapa pengetahuan

terkait dengan penilaian pendidikan, diantaranya:

(1) Mampu memilih prosedur-prosedur penilaian yang tepat untuk membuat keputusan

pembelajaran, (2) Mampu mengembangkan prosedur penilaian yang tepat untuk

membuat keputusan pembelajaran, (3) Mampu dalam melaksanakan, melakukan

penskoran, serta menafsirkan hasil penilaian yang telah dibuat, (4) Mampu menggunakan

hasil-hasil penilaian untuk membuat keputusan-keputusan di bidang pendidikan, (5)

Mampu mengembangkan prosedur penilaian yang valid dan menggunakan informasi

penilaian, dan (6) Mampu dalam mengkomunikasikan hasilhasil penilaian.

“Evaluation is a systematic process determining the extent to which instructional objectives

are achieved by pupils”. Kalimat tersebut menjelaskan bahwa penilaian adalah suatu

proses dalam mengumpulkan informasi dan membuat keputusan berdasarkan informasi

tersebut. proses mengumpulkan informasi, tentunya tidak semua informasi bisa

digunakan untuk membuat sebuah keputusan. Informasi-informasi yang relevan dengan

apa yang dinilai akan mempermudah dalam melakukansebuah penilaian dalam kegiatan

pembelajaran.

Penilaian merupakan suatu proses atau kegiatan yang sistematis dan berkesinambungan

untuk mengumpulkan informasi tentang proses dan hasil belajar peserta didik dalam

rangka membuat keputusan-keputusan berdasarkan kriteria dan pertimbanagan

tertentu. Definisi dari penilaian juga disampaikan oleh Ralph Tyler yang mengungkapkan

bahwa penilaian merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh

mana, dalam hal apa, dan bagaimana tujuan pendidikan sudah tercapai.
Salah satu elemen yang penting dalam pembelajaran, dimana merupakan komponen

yang tidak kalah pentingnya dengan model atau metode pembelajaran. Penilaian

digunakan untuk mengetahui kemampuan serta keberhasilan siswa, dalam pencapaian

tujuan-tujuan pembelajaran.

Dengan demikian tujuan penilaian hendaknya diarahkan pada empat hal berikut: (1)

Penelusuran (keeping track), yaitu untuk menelusuri agar proses pembelajaran tetap

sesuai dengan rencana, (2) Pengecekan (cheking-up), yaitu untuk mengecek adakah

kelemahan-kelemahan yang dialami oleh siswa selama proses pembelajaran, (3)

Pencarian (findingout), yaitu mencari dan menemukan hal-hal yang menyebabkan

terjadinya kelemahan dan kesalahan dalam proses pembelajaran, dan (4)Penyimpulan

(summing-up), yaitu untuk menyimpulkan apakah siswa telah meguasai seluruh

kompetensi yang ditetapkan dalam kurikulum atau belum.

Fungsi evaluasi hasil belajar secara menyeluruh adalah (a) Secara psikologis, dapat

membantu peserta didik untuk menentukan sikap dan tingkah lakunya. Dengan

mengetahui prestasi belajarnya, maka peserta didik akan mendapatkan kepuasan dan

ketenangan. (b) Secara sosiologis, untuk mengetahui apakah peserta didik sudah cukup

mampu terjun ke masyarakat. Implikasinya adalah bahwa kurikulum dan pembelajaran

harus sesuai dengan kebutuhan. (c) Secara didaktis-metodis, untuk membantu guru

dalam menempatkan peserta didik pada kelompok tertentu sesuai dengan kemampuan

dan kecakapanya masing – masing. (d) Secara administratif, untuk memberikan laporan
tentang kemajuan peserta didik kepada orang tua, pemerintah, sekolah, dan peserta

didik itu sendiri.

4. Prinsip – Prinsip Penilaian dalam Pembelajaran

Penilaian hasil belajar siswa dalam pembelajaran bukanlah pekerjaan yang mudah karena

harus membutuhkan latihan serta penguasaan teoriteori tentang penilaian yang terkait

dengan hal apa yang akan dinilai. Untuk dapat melakukan penilaian yang efektif, maka

perlu diperhatikan beberapa prinsip penilaian sebagai dasar dalam melaksanakan

penilaian hasil belajar siswa.

Beberapa hal yang menjadi prinsip dalam penilaian adalah:

(1)Proses penilaian harus merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses

pembelajaran, bukan bagian terpisah dari proses pembelajaran (part of, not a part from

instruction); (2) Penilaian harus mencerminkan masalah dunia nyata (real world problem),

bukan dunia sekolah (school work-kind problems); (3) Penilaian harus menggunakan

berbagai ukuran,metode, dan kriteria yang sesuai dengan karakteristik dan esensi

pengalaman belajar; dan (4) Penilaian harus bersifat holistik yang mencakup semua

aspek dari tujuan pembelajaran (kognitif, afektif, dan sensori-motorik).

Prinsip-prinsip penilaian yang disampaikan Purwanto, diantaranya adalah sebagai berikut:

(a) Penilaian hendaknya didasarkan atas hasil pengukuran yang komperhensif. (b)

Penilaian hendakya merupakan bagian integral dari proses belajar mengajar. (c)Penilaian

yang digunakan hendaknya jelas bagi siswa dan bagi pengajar. (d) Penilaian harus

bersifat komparabel. (e) Penilaian hendaknya diperhatikan adanya dua macam orientasi
penilaian, yaitu penilaian yang norm-referenced dan yang criterion-referenced. (f) Harus

dibedakan antara penskoran (skoring) dan penilaian.

Penilaian Kinerja (Performace Assessment)

Pada proses belajar mengajar, seringkali guru hanya memperhatikan nilai akhir yang

dicapai siswa. Guru seolah-olah mengabaikan sikap, tingkah laku, serta keterampilan atau

kinerja siswa dalam melakukan proses pembelajaran. Sistem penilaian yang digunakan

juga masih banyak yang menggunakan tes tertulis (paper and pencil test),dimana

penilaian tersebut hanya mengukur ingatan siswa terhadap informasi-informasi faktual

dan prosedur-prosedur.

Anda mungkin juga menyukai