Anda di halaman 1dari 28

MENINGKATKAN KEAHLIAN MENULIS SISWA KELAS X TKJ

DI SMK NEGERI 02 BOMBANA MELALUI PEER FEEDBACK

( PENELITIAN TINDAKAN KELAS)

PURNAMASARI, S.Pd., M.Pd


SMK NEGERI 02 BOMBANA

DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

PROPINSI SULAWESI TENGGARA

2018
DAFTAR ISI

LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 7
1.2 Pertanyaan Penelitian 7
1.3 Tujuan 7
1.4 Manfaat 7
1.5 Hypotesis Penelitian 8
BAB II LANDASAN TEORI 9
2.1 Pengertian Menulis 9
2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterampilan Menulis 10
2.3 Meningkatkan Keterampilan Menulis 11
2.4 Langkah-Langkah Pembelajaran Menulis 12
2.5 Prosedur Feedback 18
BAB III METODE PENELITIAN 21
3.1 Desain 21
3.2 Setting 21
3.3 Subject 22
3.4 Teknik Pengumpulan Data 22
3.5 Analisa Data 23

DAFTAR PUSTAKA 24
LAMPIRAN
Lampiran 1 RPP Kurikulum 2013 Edisi Revisi 2017
Lampiran 2 Rubrik Observasi Terhadap Diskusi, Tanya Jawab Dan Percakapan
Lampiran 3 Lembar Penilaian Pengetahuan Penilaian Penugasan
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa memberikan

rahmatnya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Penelitian Tindakan Kelas yang

berjudul “MENINGKATKAN KEAHLIAN MENULIS SISWA KELAS X TKJ DI

SMK NEGERI 02 BOMBANA MELALUI PEER FEEDBACK“.

Penelitian Tindakan Kelas ini di tulis untuk memenuhi pesyaratan dalam mengikuti Program

Pendidikan Profesi Guru oleh LPTK Universitas Haluoleo. Penulis mengahaturkan banyak

terimakasih kepada pihak yang telah memberikan kontribusi dan semangat dalam

penyelesaian Penelitian Tindakan Kelas ini.

Penulis menyadari bahwa dalam menyusun Penelitian Tindakan Kelas ini masih jauh dari

kesempurnaan namun disisi lain , Penulis berharap pula Penelitian Tindakan Kelas ini dapat

memberikan sumbangsih bagi dunia pendidikan.

Kendari, Oktober 2018

Penulis
BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Penelitian dan praktik pembelajaran bahasa Inggris mengelompokan empat macam

keahlian (skill) yaitu mendengarkan ( listening), menulis ( writing), membaca ( reading) dan

menulis ( writing). Menurut Brown ( 1980) buku text cenderung berfokus pada satu atau dua

keahlian. Namun, berdasarkan pengamatan penulis, buku text sekarang khususnya untuk

buku Bahasa Inggris untuk Sekolah Menengah kurikulum 13 edisi Revisi 2017 memuat

keempat keahlian tersebut.

Kurikulum 2013 adalah kurikulum operasional yang dilaksanakan oleh masing-masing

satuan pendidikan berdasarkan kompetensi inti serta kompetensi dasar yang dikembangkan oleh

Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Kurikulum 2013 adalah penyempurnaan

kurikulum sebelumnya yang lebih menekankan kepada standar Isi, Standar Proses, Standar

Peniliaan dan Standar Pengelolaan.

Tujuan Kurikulum 2013 adalah mempersiapkan insan Indonesia untuk memiliki

kemampuan hidup sebagai pribadi dan warganegara yang produktif, kreatif, inovatif, dan

afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara dan

peradaban dunia. Landasan hukum penyelenggaraan Kurikulum 2013 adalah; Undang-undang

Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Peraturan Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 54 tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan

Pendidikan Dasar dan Menengah. Selain itu, termuat pula dalam Peraturan Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 65 tahun 2013 tentang Standar

Proses Pendidikan Dasar dan Menengah.

Kedalaman muatan kurikulum pada setiap satuan pendidikan dituangkan dalam

kompetensi yang terdiri atas Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) pada setiap
tingkat dan/atau semester. SK-KD untuk setiap mata pelajaran pada setiap tingkat dan semester

disajikan pada lampiran-lampiran Permen-diknas tersebut.

Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional

peserta didik,serta merupakan penunjang keberhasilan dalam mempela-jari semua bidang studi.

Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan

budaya orang lain. Selain itu, pembelajaran bahasa juga membantu peserta didik mampu

mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat, dan bahkan mene-

mukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya.

BSNP (2006:277) menyatakan bahwa Bahasa Inggris merupakan alat untuk

berkomunikasi secara lisan dan tulis. Berkomunikasi adalah cara memahami dan

mengungkapkan informasi, pikiran, perasaan, mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi,

serta budaya. Kemampuan berkomunikasi dengan Bahasa Inggris dalam pengertian yang utuh

adalah kemam-puan berwacana, yakni kemampuan memahami dan menghasilkan teks lisan dan

tulis yang direalisasikan dalam keterampilan reseptif dan keterampilan produktif. Keterampilan

reseptif meliputi menyimak/mendengarkan (listening) dan membaca (reading), sedangkan

keterampilan produktif meliputi menulis (writing) dan menulis (writing). Oleh karena itu, mata

pelajaran Bahasa Inggris diarahkan untuk mengembangkan keterampilan tersebut agar (lulusan)

peserta didik mampu berkomunikasi dan berwacana dalam bahasa Inggris pada tingkat literasi

tertentu.

Tingkat literasi tersebut mencakup performative, functional, informational, dan epistemic.

Pada tingkat performative, peserta didik mampu membaca, menulis, mendengarkan, dan menulis

dengan simbol-simbol yang digunakan. Pada tingkat functional, orang mampu menggunakan

bahasa untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari seperti membaca surat kabar, manual atau

petunjuk. Pada tingkat informational, orang mampu mengakses pengetahuan dengan kemampuan
berbahasa, sedang-kan pada tingkat epistemic orang mampu mengung-kapkan pengetahuan yang

dimilikinya ke dalam bahasa sasaran (Wells, 1987).

Pembelajaran Bahasa Inggris di sekolah menengah diharapkan dapat mencapai tingkat

functional, yaitu berkomuni-kasi secara lisan dan tulis untuk menyelesaikan masalah sehari-hari.

Oleh karena itu, pembelajaran Bahasa Inggris di SMP bertujuan agar peserta didik mampu: 1)

mengembangkan kompetensi berkomuni-kasi dalam bentuk lisan dan tulis untuk mencapai

tingkat literasi functional; 2) memiliki kesadaran tentang hakikat dan pentingnya bahasa Inggris

untuk meningkatkan daya saing bangsa dalam masyarakat global; serta 3) mengembangkan

pemahaman peserta didik tentang keterkaitan antara bahasa dengan budaya (BSNP, 2006:278).

Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Inggris di Sekolah Menengah meliputi: 1)

kemampuan berwacana, yakni kemampuan memahami dan/atau menghasilkan teks lisan dan/atau

tulis yang direalisasikan dalam empat keterampilan berbahasa, yakni mendengarkan, berbi-cara,

membaca dan menulis secara terpadu untuk mencapai tingkat literasi functional; 2) kemampuan

memahami dan menciptakan berbagai teks fungsional pendek dan monolog serta esai berbentuk

procedure, descriptive, recount, narrative, dan recount.

Tingkat bahan ajar tampak dalam penggunaan kosakata, tata bahasa, dan langkah-langkah

retorika; 3) kompetensi pendukung, yakni kompetensi linguistik (mengguna-kan tata bahasa dan

kosakata, tata bunyi, tata tulis), kompetensi sosio-kultural (menggunakan ungkapan dan tindak

bahasa secara berterima dalam berbagai konteks komunikasi), kompetensi strategi (mengatasi

masalah yang timbul dalam proses komunikasi deng-an berbagai cara agar komunikasi tetap

berlangsung), dan kompetensi pembentuk wacana (menggunakan piranti pembentuk wacana).

Kemampuan menulis (writing skill) merupa-kan kemampuan dasar yang sangat penting

karena untuk menguasai suatu bahasa, harus dimulai secara lisan atau ucapan karena bahasa lisan

merupakan dasar dari penguasaan bahasa. Kemampuan menulis adalah suatu keterampilan

bahasa yang perlu dikuasai dengan baik. Kemampuan ini merupakan indikator terpenting bagi
keberhasilan siswa terutama dalam belajar Bahasa Inggris. Apabila kemampuan menulis telah

dikuasai, siswa cenderung dapat mengkomuni-kasikan ide-ide mereka, baik di sekolah maupun di

luar sekolah dengan penutur asing, serta menjaga hubungan baik dengan orang lain. Ur (1996)

menyata-kan bahwa apabila seseorang menguasai suatu bahasa, secara intuitif ia mampu menulis

dalam bahasa tersebut. Pendapat ini jelas mengindikasikan bahwa kemampuan menulis dapat

mencerminkan seseorang mengetahui suatu bahasa. Selain itu, kemampuan menulis bisa juga

digunakan sebagai suatu media untuk belajar.

Meski demikian, baik menggunakan patokan dalam KTSP ataupun patokan dalam

Kurikulum 2013, peningkatan kemampuan menulis (writing skill) dalam pembelajaran Bahasa

Inggris di SMP sebenarnya menghadapi kendala-kendala klasik yang cenderung sama. Kendala

tersebut selalu bermuara pada faktor-faktor: 1) guru mata pelajaran sebagai pemateri dan

pengajar; 2) siswa sebagai yang diajar dan penerima materi; 3) kegiatan belajar mengajar sebagai

wadah atau sarana berinteraksi antara guru dengan siswa.

Kendala-kendala tersebut diantaranya adalah: 1) Sebagian besar siswa sulit menggunakan

Bahasa Inggris sebagai alat komunikasi karena guru masih menekankan pembelajaran pada

kaidah-kaidah bahasa, padahal seharusnya lebih menekankan pada aspek Bahasa Inggris sebagai

alat komunikasi; 2) Guru miskin inovasi dan kreativitas, sehingga strategi pembelajaran yang

digunakan cenderung mengguna-kan pendekatan konvensional dan monoton; 3) Guru cenderung

mengajarkan tentang Bahasa Inggris, bukan bagaimana menggunakan Bahasa Inggris, sehingga

writing dianggap sebagai materi hafalan saja; 4) Kelemahan-kelemahan tersebut menyebabkan

para siswa tidak terlatih melafalkan vocabularies dengan benar; 5) Proses belajar mengajar

kurang menarik, membosankan dan menimbulkan kesan menakutkan bagi siswa; 6) Siswa

kurang mempersiap-kan diri dalam mengikuti pembelajaran; 7) Munculnya egoisme siswa yang

berkemampuan tinggi dan sifat tertutup siswa yang berkemampuan rendah, sehingga tidak terjadi

sharing antar siswa; 8) Siswa cenderung kurang berminat, kurang termotivasi dan malas dalam
berlatih writing, sehingga aktivitas belajar mereka cenderung rendah; 9) Siswa dan sebagian dari

guru beranggapan bahwa kemampuan reading, listening dan writing jauh lebih penting; 10) Ada

beberapa guru yang beranggapan bahwa pembelajaran writing dan writing cenderung lebih sulit

dan kompleks karena mereka harus merancang rubrik penilaian.

Peneliti berkomitmen untuk memperbaiki strategi pembelajaran Bahasa Inggris demi

meningkatkan writing skill dan hasil belajar siswa Kelas X, khususnya materi recount text.

Berdasarkan program semester (promes) dan SK-KD Bahasa Inggris Kelas X, pada semester

genap terdapat beberapa Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang masih

mengkorelasikan kemampuan listening, writing, reading serta writing, dengan materi

recounttext. Secara spesifik, sinergi antara aspek menulis (writing) dengan materi recount text

terdapat pada KD 3.7 dengan KD 4.7.

Sehubungan dengan itu, peneliti memformu-lasikan suatu metode pembelajaran aktif dengan

teknik tertentu yang dapat memenuhi ekspektasi dan target, baik secara akademis maupun dalam

rangka melaksanakan penelitian tindakan kelas. Metode yang dipilih tidak saja memiliki

relevansi dengan sistem yang berlaku di dalam , tetapi juga kompatibel dengan peningkatan

kemampuan menulis (writing skill). Metode yang dimaksud adalah Peer feedback atau disebut

dengan metode pembelajaran menggunakan text structure. Demi kepentingan optimalisasi

tindakan kelas serta pendalaman terhadap karakteristik pembelajaran writing.

Peer Feedback adalah metode pembelajaran menunjuk pada kegiatan atau aktivitas

siswa dalam membaca tulisan temannya kemudian membuat respon (berupa koreksi) dalam

posisinya sebagai pembaca. Lebih lanjut, Walz (1982:27- 32) menyebutkan berbagai bentuk

pelaksanaan teknik

Peer -correctionsebagai berikut: (a) menggunakan media proyeksi, (b) membahas secara

berkelompok,(c) tukar-menukar tulisan teman sebaya, dan (d) menulis secara berkelompok.

Pada penelitian ini, teknik


Peer-correction yang disarankan peneliti untuk diterapkan oleh guru dalam

pembelajaran menulis karya ilmiah adalah teknik ketiga, yaitu tukar menukar tulisan teman

sebaya. Prosesnya berupa tukar - menukar tulisan misalnya dengan teman sebangku untuk

dikoreksi. Jadi, antara siswa yang satu dengan yang lain saling mengoreksi hasil tulisan yang

telah dibuat oleh temannya. Proses ini tetap harus berada dalam bimbingan guru. Guru perlu

menegaskan kepada siswa bahwa mereka harus bersungguh- sungguh dalam mengoreksi

berdasarkan tipe-tipe kesalahan yang telah ditentukan.

Disamping mengemukakan bentuk-bentuk pelaksanaan peer -correction, Walz

(1982:17) juga menyebutkan beberapa manfaat yang bisa didapat dari penerapann peer –

correction antara lain : (a) akan dapat memperkuat motivasi siswa dalam proses

pembelajaran bahasa, (b) akan mampu melibatkan siswa secara lebih aktif dalam proses

belajar mengajar, (c) koreksi yang diberikan akan lebih mudah dipahami oleh siswa - siswa

lainnya, dan (d) dengan diterapkannya teknik koreksi teman sebaya maka siswa akan lebih

banyak berperan untuk lebih aktif dalam pembelajaran.

Khamkien (2012:95) mengidentifikasi beberapa kelebihan Metode Peer Feedback, antara

lain: 1) fun: memberikan rasa senang dalam belajar; 2) responsibility: memberikan kesempatan

kepada siswa untuk bertanggungjawab atas penguasaan materi-materi; 3) active: siswa berperan

aktif di setiap kegiatan; 4) communicative: banyak hal imajinatif yang menurut siswa sulit untuk

dipresentasikan dapat dilakukan melalui simulasi komputer, sehingga akan lebih

menyederhanakan jalan pikiran siswa dalam memahami Bahasa Inggris.

Penelitian tindakan kelas dengan metode pembelajaran peer feedback akan menjadi

tantangan sekaligus peluang bagi peneliti untuk membuktikan efektivitasnya dalam

meningkatkan writing skill, aktivitas dan motivasi, serta hasil belajar siswa saat mempelajari dan

menda-lami materi recount text. Sejalan dengan itu, guru juga dapat membuktikan diri (self

improvement) bahwa mereka dapat berkreasi dan berinovasi demi memenuhi tujuan
pembelajaran yang ditargetkan kurikulum 2013, serta meningkatkan kualitas dan professional-

isme guru.

1.2 PERTANYAAN PENELITIAN

Dapatkah Peer Feedback meningkatkan keahlian menulis dengan materi ajar

Teks recount siswa kelas X TKJ?

1.3 TUJUAN

Peer Feedback dapat meningkatkan keahlian menulis dengan topik pembelajaran

Teks recount siswa kelas X TKJ SMKN 02 Bombana.

1.4 MANFAAT

Untuk Pihak Sekolah:

1. Dapat memberikan dukungan dan kontribusi nyata terhadap berbagai upaya pengembangan

lebih lanjut.

2. Dapat memberikan solusi dan bantuan teknis saat guru terbentur masalah keterbatasan sumber-

daya dan waktu.

3. Dapat meningkatkan KKM

Untuk Guru Mata Pelajaran Bahasa Inggris:

1. Dapat bersinergi dengan pihak sekolah dalam memberikan dukungan dan kontribusi nyata

terhadap berbagai upaya pengembangan lebih lanjut.

3. Dapat bereksperimen lebih mendalam dengan teknik Peer-corecction, khususnya berhubungan

dengan keterampilan reseptif dan produktif.


4. Guru mitra yang dapat menggunakan perangkat dan metode pembelajaran ini, sebaiknya

sebelum menggunakannya, terlebih dahulu melakukan simulasi dan selalu berkonsultasi dengan

peneliti, sehingga kekurangan yang terjadi dapat teratasi sebelum menerapkannya di kelas.

Untuk Siswa:

1. Dapat lebih terbuka dalam mengapresiasi metode pembelajaran yang terkesan baru, serta

berkontribusi positif dalam penerapannya.

2. Dapat mencoba hal-hal baru demi mening-katkan kualitas belajar.

3. Dapat terus mengasah kemampuan berbicara (speaking skill).

4. Dapat menggunakan teknik peer teching dalam mengasah kemampuan menulis.

1.5 HYPOTESIS PENELITIAN

Dengan menggunakan peer feefdback dapat meningkatkan minat siswa pada pelajaran

bahasa inggris skill menulis kelas X TKJ.


BAB II LANDASAN TEORI

2.1 PENGERTIAN MENULIS

Menulis adalah salah satu kegiatan, dengan menuangkan ide dari pikiran yang

merupakan reaksi dari mengamati, merasakan dan merenung, kemudian menuangkan dalam

sebuah tulisan. Proses interaksi dan komunikasi antara guru dan siswa tidak berjalan dengan

baik. Untuk itu perlunya konsep dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang dapat

meningkatkan kualitas guru dalam mengajar dan kemampuan siswa dalam menangkap materi

pelajaran. Guru harus mampu melihat siswa yang belum begitu pahamn dengan materi yang

diajarkan agar tercipta suasana belajar yang baik. Dan siswa tidak akan mengoceh dalam hati

mereka bahwa mereka tidak mengerti dengan materi tersebut. Intinya ‘komunikasi’ antara

guru dan siswa harus terjalin dengan baik, agar siswa tidak canggung untuk bertanya seputar

materi pelajaran tersebut dan guru harus mampu melakukan pendekatan kepada siswa, agar

siswa merasa diperhatikan dan dipentingkan serta mampu memberikan metode pembelajaran

yang dapat menarik minat siswa dan terus memotivasi siswa. Dengan demikian akan terjalin

suasana yang baik antara guru dan siswa.

Metode yang digunakan dalam penelitiannya adalah penelitian tindakan kelas.Data

kualitatif dikumpulkan yang berasal dari koleksi dokumen seperti silabus guru dan

perencanaan pembelajaran guru, serta kumpulan hasil dari tulisan siswa. Dalam studi ini,

penelitian tindakan kelas dilakukan untuk mengatasi masalah siswa dalam menulis dengan

cara meningkatkan kosa kata siswa dan pengetahuan struktur tulisan. Penelitian tindakan

kelas ini dilakukan oleh peneliti bersamasama dengan guru bahasa Inggris sebagai

kolaborator nya. Berdasarkan model,nada empat langkah yang dilakukan dalam

melaksanakan penelitian tersebut: 1) perencanaan; 2) bertindak; 3) mengamati; dan 4)

mencerminkan.
2.2 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERAMPILAN MENULIS

Macam-macam faktor internal yang mempengaruhi keterampilan menulis yaitu:

1. Kurangnya minat menulis para pelajar.

2. Siswa kesulitan dalam menemukan ide dan mengekspresikan ide yang ada

dipikirannya atau yang sedang dirasakannya.

3. Malas membaca, jika seseorang sudah tidak tertarik untuk membaca maka

akan sulit dalam menulis.

Faktor Eksternal (dari luar) yaitu, faktor yang berasal dari luar atau lingkungan sekitar. Kita

sebagai makhluk sosial tidak akan lepas dari interaksi dengan sesama,baik langsung maupun

dengan alat komunikasi lainnya seperti: handphone,surat, dan sebagainya.

Faktor guru Guru adalah komponen yang berpengaruh dalam suatu proses pembelajaran.

Bagaimana pemanfaatan media dalam proses pembelajaran, akan dipengaruhi oleh persepsi

guru itu sendiri tentang hakikat pembelajaran. Guru yang akan menganggap mengajar hanya

sebatas menyampaikan materi pelajaran, akan berbeda dengan guru yang

menganggapmengajar adalah suatu proses pemberian bantuan kepada peserta didik. Dalam

proses pembelajaran guru bukanlah hanya berperan sebagai model atau pengelola

pembelajaran ( manager of learning ). Dengan demikian efektifitas proses pembelajaran

terletak di pundak guru. Oleh karenanya. Keberhasilan suatu proses pembelajaran sangat

ditentukan oleh kualitas atau kemampuan guru.

Faktor siswa .Siswa adalah organisme yang unik yang berkembang sesuai dengan tahap

perkembanganya. Perkembangan anak adalah perkembangan seluruh aspek kepribadiannya,

akan tetapi tempo dan irama perkembangan masing-masing anak pada setiap aspek tidak
selalu sama. Proses pembelajaran dapat dipengaruhi oleh perkembangan anak yang tidak

sama itu, disamping karakteristik lain melekat pada diri anak. Oleh sebab itu, sistem

komunikasi yang bagaimana yang dapat dimanfaatkan guru.

Faktor sarana dan prasarana. Sarana adalah segala sesuatu yang mendukung secara

langsung terhadap kelancaran proses pembelajaran, misalnya media pembelajaran, alat - alat

pelajaran, perlengkapan dan lain sebagainya. Sedangkan prasarana adalah segala sesuatu

yang secara tidak langsung dapat mendukung keberhasilan proses pembelajaran misalnya,

jalan menuju sekolah, penerangan sekolah, kamar kecil dan lain sebagainya. Dari faktor

tersebut adapun beberapa upaya yang dapat dilakukan dalam meningkatkan kemampuan

siswa dala menulis.

2.3 MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS

Untuk meningkatkan keterampilan menulis sebenarnya tidak sulit, tetapi hanya

membutuhkan ketelatenan dan kiat-kiat, diantaranya :

membaca kita dapat menuangkan ide-ide yang kita miliki ke dalam sebuah karya.

1. Melatih kemampuan menulis agar dapat menghasilkan karya yang baik

dan benar.

2. Mempelajari kaidah-kaidah penulisan bahasa Indonesia yang baik dan

benar

3. Mempublikasikan hasil tulisan yang kita buat, seperti media elektronik dan

cetak. Agar kita dapat mengetahui seberapa besar kemampuan kita.

4. Selalu percaya diri dengan apa yang kita tulis. Jika kita tidak percaya

dengan apa yang kita tulis maka kita tidak akan puas dengan hasilnya.
2.4 LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN MENULIS

Ada sepuluh langkah dalam perencanaan pembelajaran menulis dan dalam membantu guru

untuk merencanakan pembelajaran menulis yaitu :

Tujuan dan Sasaran

Di dalam merencanakan pelatihan menulis hendaknya guru dapat memastikan tujuan-tujuan

yang akan dicapai. Hal ini agar pembahasan tidak terlalu luas sehingga siswa dapat

memahami dan menerima pembelajaran menulis dengan baik.Dalam pembelajaran menulis

kreatif, maka guru harus menentukan tujuan bahwa dalam pembelajaran tersebut siswa dapat

mengetahui dan dapat menulis jenis-jenis tulisan. Dengan tujuan tersebut maka guru dalam

membelajarkan menulis kreatif dapat menjelaskan dan mengarahkan siswa agar paham dan

dapat menulis kreatif misalnya menulis surat pribadi, menulis buku harian, atau dalam

menarasikan teks wawancara. Dengan kata lain, langkah pertama dalam pembelajaran

menulis adalah menentukan tujuan pembelajaran dan indikator-indikatornya.

Prinsip-Prinsip Teori

Setelah merumuskan tujuan pembelajaran, langkah selanjutnya adalah memilih teori yang

akan digunakan. Pemilihan teori ini tentu saja yang berkaitan dengan materi pelajaran. Dalam

pembelajaran menulis kreatif teori yang digunakan dan harus dikuasai siswa antara lain

tentang menulis kreatif, jenis-jenis tulisan, dan langkah-langkah menulis. Guru harus

memberi pemahaman siswa tentang teori-teori tersebut dengan jelas sehingga siswa dapat

memahami dengan baik.

Perencanaan Konten
Langkah ketiga dalam perencanaan dan pembelajaran menulis adalah perencanaan konten.

Maksud perencanaan konten tersebut yaitu dalam pembelajaran menulis di kelas guru

menggunakan pengalaman pribadi, isu-isusosial dan budaya, sastra, atau isi dari bidang studi

lain sebagai tema atau topik tulisan. Di dalam pembelajaran bahasa terutama pembelajaran

menulis yangmerupakan salah satu keterampilan berbahasa, guru harus aktif memberikan

informasi-informasi lain baik dari bidang bahasa maupun dari bidang kajian ilmu lain. Hal ini

agar siswa lebih banyak mendapat informasi, gagasan, dan ide.Jadi,agar siswa dapat menulis

maka, siswa perlu topik yang memungkinkan mereka untuk menghasilkan ide-ide,

menemukan bentuk-bentuk agar sesuai dengan ide-ide,dan berani mengambil resiko.Artinya

bahwa sebelum menulis siswa harus mempunyai ide yang kemudian dituangkan dalam

bentuk tulisan.

Elemen

Langkah keempat adalah menimbang elemen. Menulis terdiri dari banyakbagian sehingga

perlu mempertimbangkan mana yang akan menjadi yang paling penting seperti konten,

organisasi, orisinalitas, gaya, kelancaran, akurasi, atau bentuk tulisan yang digunakan.

Elemen yang dimaksud adalah bagian-bagian dari yang akan ditulis baik itu topik, tema,

diksi, gaya bahasa, dan lain sebagainya. Tema yang dapat diambil bisa tentang sosial, budaya,

pendidikan, atau tema-tema umum lainnya.Dalam pembelajaran menulis kreatif guru boleh

saja menentukan tema, tetapi siswa juga bisa mencari tema bebas sesuai yang diinginkan.

ema- tema bebas tersebut misalnya tentang keluarga, pendidikan, sosial, alam, budaya,

kesehatan, politik, dan tema-tema lainnya sesuai dengan perkembangan dan usia siswa.

Silabus

Setelah memutuskan konten dan bobot elemen adalah bagaimana akan mengatur isi dan

pengalaman belajar di dalam kelas. Isi dan pengalaman belajar tersebut menjadi dasar

organisasi silabus dalam pembelajaran menulis dari tradisional ke modern dan inovatif, yaitu
struktural (pada tingkat awal), fungsional, topikal, situasional, keterampilan dan proses, serta

tugas.Oleh karena itu, langkah selanjutnya adalah mengembangkan silabus. Dengan adanya

silabus dalam praktik pembelajaran, Richards menunjukkan sebuah “kombinasi pendekatan

yang sering digunakan” (1990, hlm 9-10); apa yang mereka gunakan dan dalam proporsi apa

tergantung pada siswa, tujuan, prinsip-prinsip teoritis, dan kendala kelembagaan. Dalam

mengembangkan silabus guru hendaknya mengacu pada kurikulum yang berlaku.Silabus

digunakan sebagai acuan guru dalam membelajarkan pembelajaran menulis di kelas.Silabus

disusun sesuai dengan kelas dan tingkat perkembangan siswa yang berisi standar kompetensi

dan kompetensi dasar.

Bahan

Langkah yang keenam adalah pemilihan bahan.Guru, dalam memilih bahan atau topik belajar

dapat melalui video, perangkat lunak, dan buku.Bahan-bahan tersebut harus sesuai dengan

tujuan, prinsip, isi, dan bobot yang telah diputuskan agar tidak terjadi penyimpangan atau

kesalahan. Jika akan menggunakan buku, teks, atau artikel sebagai bahan belajar maka harus

memperhatikan topik, jenis penulisan, peluang, dan instruksi dalam metode menghasilkan

ide, instruksi pada prinsip-prinsip organisasi tulisan, kesempatan untuk kolaborasi, hal-hal

yang harus direvisi, dan dalam mengoreksi dan mengedit. Selain melalui hal-hal tersebut,

guru atau siswa juga dapat mencari bahan dari internet, berita, koran, majalah, atau media

lainnya.

Seperti yang sudah dijelaskan bahwa dalam menulis mempunyai langkah - langkah

yang harus diperhatikan. Namun lebih lengkapnya akan diuraikan lagi agar lebih dapat

dipahami dan dipraktekkan yaitu :

Perencanaan (Pramenulis)
Pramenulis adalah setiap kegiatan di kelas yang mendorong siswa untuk menulis.Pada tahap

ini siswa mengumpulkan ide-ide tentatif (belum pasti dan dapat berubah) dan mengumpulkan

informasi untuk menulis.Untuk memberikan pengalaman belajar maka siswa melakukan

tahap-tahap berikut ini.

Brainstorming

Dalam kegiatan ini siswa berkelompok dan saling menuangkan ide-ide tentang topik yang

dibahas.Ide yang dituangkan siswa secara spontan sehingga ide-ide tersebut asli atau murni

dari siswa.

Clustering

Pada tahap ini siswa membentuk kata-kata yang terkait dengan stimulus yang diberikan oleh

guru.Kata-kata dilingkari dan kemudian dihubungkan dengan garis-garis untuk menunjukkan

kelompok jelas.Clustering adalah strategi yang sederhana namun kuat: “karakter visual

tampaknya dapat merangsang otak siswa untuk berpikir lebih baik dan sangat baik bagi siswa

yang tahu apa yang ingin mereka katakan tetapi tidak bisa mengatakan itu. Setelah siswa

menuangkan ideidenya, selanjutnya siswa merangkai kata-kata yang sesuai dengan tema atau

ide yang akan ditulis.

Menulis Bebas Secara Cepat

Dalam waktu terbatas satu atau dua menit masing-masing siswa secara bebas dan cepat

menuliskan kata-kata tunggal dan frasa tentang topik. Batas waktu membuat pikiran para

penulis berdetak dan berpikir cepat. Kata-kata yang akan digunakan dalam bidang pertanian

tersebut kemudian dijadikan frasa untuk membantu siswa dalam mengembangkan topik

tersebut menjadi sebuah karangan atau tulisan. Setelah itu siswa menulis sebisanya dari frasa-

frasa yang telah disusun menjadi kalimat-kalimat.Dalam tahap ini, dalam menulis siswa

belum dituntut tentang organisasi isi, diksi, sistematika tulisan, keruntutan kalimat, dan
lain-lain.Pada intinya siswa menulis sebisanya dari kata atau frasa yang telah disusun

sebelumnya.

Pertanyaan-Pertanyaan

Pada tahap ini siswa membuat pertanyaan mengapa, apa, dimana, kapan, dan bagaimana

tentang topik. Selain itu, ide untuk menulis dapat diperoleh dari sumber multimedia

(misalnya, bahan cetak, video, film), serta dari wawancara langsung, diskusi, survei, dan

kuesioner. Siswa akan lebih termotivasi untuk menulis ketika diberi berbagai cara untuk

mengumpulkan informasi selama pramenulis. Pada tahap ini siswa harus sudah paham

terhadap apa yang akan mereka tulis. Pertanyaan-pertanyaan tersebut dibuat secara urut agar

tulisan yang akan dibuat sistematis dan runtut.

Drafting

Setelah cukup mengumpulkan ide-ide pada tahap perencanaan usaha pertama dalam menulis,

yaitu menyusun draft atau kerangka tulisan. Penyusunan draft ini untuk memudahkan penulis

(siswa) menuangkan ide-idenya yang lebih sistematis sehingga tulisan yang dihasilkan akan

lebih mudah dipahami.

Responding

Menanggapi tulisan siswa baik oleh guru maupun oleh teman memiliki peran sentral dalam

keberhasilan pelaksanaan proses penulisan. Tanggapan dapat lisan atau tertulis setelah siswa

menyusun draft pertama dan sebelum mereka melanjutkan untuk merevisi. Kegagalan dalam

pembelajaran menulis di sekolah disebabkan karena tahap menanggapi dilakukan di tahap

akhir ketika guru secara bersamaan merespon dan mengevaluasi dan bahkan mengedit tulisan

siswa, sehingga memberikan kesan tidak ada lagi yang harus dilakukan.
Revising

Ketika siswa merevisi, mereka meninjau teks-teks mereka berdasarkan umpan balik yang

diberikan dalam tahap menanggapi. Mereka menguji kembali apa yang ditulis untuk melihat

seberapa efektif mereka telah berkomunikasi (menyampaikan pesan kepada pembaca).

Merevisi, tidak hanya memeriksa kesalahan bahasa (pengeditan).Hal ini dilakukan untuk

meningkatkan isi secara umum dan organisasi gagasan sehingga maksud penulis dapat

disampaikan ke pembaca.

Editing

Pada tahap ini siswa memperbaiki teks atau tulisan mereka saat mereka mempersiapkan draft

akhir untuk dievaluasi oleh guru. Mereka mengedit karya mereka sendiri atau rekan mereka

seperti tata bahasa, ejaan, tanda baca, diksi, struktur kalimat, dan akurasi dari materi tekstual

pendukung seperti kutipan, contoh, dan sejenisnya.Tahap ini harus dilakukan dengan teliti

agar kesalahan yang dilakukan dapat diperbaiki sehingga tulisan yang dihasilkan dapat lebih

optimal.

Evaluating

Hubungan penting antara penyusunan dan revisi yaitu menanggapi yang sering menjadi

perbedaan besar untuk jenis tulisan yang akan diproduksi. Dalam mengevaluasi harus

berdasarkan aspek analitis (berdasarkan aspek tertentu dari kemampuan menulis) atau holistik

(berdasarkan pada penafsiran efektivitas umum).Agar efektif, kriteria evaluasi harus dibuat

dan diketahui siswa sebelumnya.Mereka harus memperhatikan interpretasi keseluruhan tugas,

pengembangan relevansi, organisasi ide, format atau tata letak, tata bahasa dan struktur, ejaan

dan tanda baca, kesesuaian kosa kata, dan kejelasan komunikasi.


Pascamenulis

Pascamenulis merupakan kegiatan kelas antara guru dan siswa setelah selesai menulis.

Pascamenulis meliputi penerbitan, berbagi, membaca di depan kelas, mengubah tulisan untuk

pertunjukan panggung atau menampilkan tulisan pada majalah dinding sekolah atau bahkan

pada majalah atau surat kabar. Bagi guru atau siswa yang suka menulis dan tulisannya

berhasil diterbitkan adalah suatu kebanggaan. Dengan diterbitkannya tulisan tersebut maka

orang lain menjadi tahu.

3.6 PROSEDUR FFEDBACK

Menurut Oshima, A & Hogue (1991), kalimat terbagi atas empat jenis. Pertama

adalah kalimat sederhana, simple sentence. Kalimat ini berasal dari satu klausa independen

yang terbentuk dari antara lain : subjek tunggal dan predikat tunggal, subjek tunggal (noun

dan modifier) dan predikat tunggal (verb dan the other elements), subjek gabungan dan

predikat tunggal, subjek tunggal dan predikat gabungan, serta subjek gabungan dan predikat

gabungan. Selanjutnya adalah kalimat gabungan, compound sentence. Kalimat ini berasal

dari dua klausa independen yang terbagi menjadi kalimat yang digabung dengan

coordinating conjunction, semicolon, dan conjunctive adverb. Jenis kalimat yang lain adalah

kalimat komplek, complex sentence. Kalimat tersebut berasal dari satu klausa independen dan

satu atau lebih KHAZANAH PENDIDIKAN Jurnal Ilmiah Kependidikan, Vol. IX, No. 2

(Maret 2016).

Klausa dependen yang dibentuk dengan bantuan subordinating conjunction. Terakhir

adalah kalimat gabungan dan complex, compound-complex sentence. Kalimat ini dibentuk

dari dua atau lebih klausa independen dan satu atau lebih klausa dependen.

Peer Review
Dalam proses pembelajaran, penggunaan ragam tehnik mengajar dan segala upaya yang

dilakukan pengajar dalam pembelajaran sangat diperlukan. Keberagaman tersebut

memotivasi para peserta didik untuk ikut berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.

Keaktifan peserta didik tersebut bisa menjadi landasan pengajar akan ketertarikan, focus

perhatian, dan pemahaman mereka terhadap materi yang disampaikan.

Peer Review merupakan salah satu upaya pengajar dalam peningkatan kualitas

pengajaran. Peer Review sebagaimana didefinisikan sebagai berikut: Peer Review is the

evaluation of creative work or performance by other people in the same field in order to

maintain or enhance the quality of the work or performance in that field (LINFO, 2005).

Melalui Peer Review para peserta didik diharapkan dapat berpartisipasi aktif dalam proses

pembelajaran dengan cara meninjau hasil pekerjaan berupa hasil menulis kalimat teman

sekelas dan sekaligus meningkatkan kemampuan mereka dalam pencapaian tujuan

pembelajaran karena saran yang diberikan terhadap pekerjaan teman sekelas menuntut

mereka menguasai materi pembelajaran. Seperti yang disampaikan oleh Mittan (1989) dalam

Gousseva (1998), peer reviews provide students with an authentic audience, increase

students' motivation for writing, enable students to receive different views on their writing;

help students learn to read critically their own writing, and assist students in gaining

confidence in their writing.

Peer Review dalam Pengajaran Ketrampilan Menulis Kalimat

Penerapan Peer Review yang diadopsi dari LINFO (2005) dalam pengajaran menulis kalimat

adalah sebagai berikut: KHAZANAH PENDIDIKAN Jurnal Ilmiah Kependidikan, Vol. IX,

No. 2 (Maret 2016).

1. Mahasiswa mengetahui konsep Peer review.

2. Mahasiswa A menulis beberapa kalimat;

3. Mahasiswa B mereview hasil tugas menulis kalimat mahasiswa A;


4. Mahasiswa B memberikan umpan balik dengan memberi saran perbaikan (bukan memberi

komentar atau menulis kalimat yang benar) hasil tugas menulis kalimat mahasiswa A;

5. Mahasiswa B melaporkan tanggapan tersebut ke mahasiswa A dan ke pengajar;

6. Mahasiswa A menerima saran dan memperbaiki kalimat;

Penerapan tehnik peer review ini dilakukan baik dalam kerja berpasangan maupun dalam

kelompok kecil yang terdiri dari tiga hingga empat anggota kelompok.

Berdasarkan penjelasan tersebut diatas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan

tehnik Peer Review untuk pengajaran ketrampilan menulis kalimat. Dengan mengetahui

efektif maupun tidaknya tehnik tersebut pada pengajaran ketrampilan menulis kalimat dapat

menjadi satu bahan pertimbangan pemilihan tehnik pembelajaran pada mata kuliah menulis

kalimat.
BAB III METODE PENELITIAN

3.1 DESAIN

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yang

dilaksana-kan sesuai dengan prinsip prosedur penelitian dari Kemmis & Taggart (1988), yaitu: kegiatan

perencanaan (planning), tindakan (action), observasi (observation), refleksi (reflection) atau evaluasi.

Keempatnya berlangsung secara berulang dalam bentuk siklus. Peneliti melakukan kegiatan penelitian

sebanyak dua siklus, dengan opsi menambah satu siklus lagi apabila hasil yang dicapai belum

memenuhi KKM dengan score 70 dan rata-rata pencapaian kelas atau penguasaan amateri sebanyak 78

% dengan distribusi kelas yang heterogen di mana di dalam kelas baik gender dan latar balakang sosial

yang variatif memungkinkan penerimaan siswa berbeda-beda.

3.2 SETTING

Penelitian ini rencananya akan diadakan di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 02

Bombana siswa-siswa kelas X jurusan Teknik Komputer dan Jaringan pada bulan April –

Mei tahun 2018/ 2019. Jadwal pelaksanaanya dapat di lihat pada tabel di bawah ini :

Langkah / step Waktu dan Aktivitas Tempat

tanggal
Februari 2018 Observasi SMKN 02

Bombana
Cycle I Maret 2018 Planning, action, refleksi SMKN 02

Pukul Bombana
Cycle II April 2018 Palnning, action SMKN 02

Pukul Bombana

3.3. SUBJECT
Adapun yang menjadi populasi penelitian ini adalah siswa siswi kelas X jurusan

Teknik Komputer dan Jaringan sebanyak 31 orang, yang terdiri dari 20 siswa laki-laki dan 11

siswi perempuan. Peneliti memilih kelas tersebut karena berdasarkan hasil pengamatan di

dalam kelas tersebut siswa-siswinya memiliki antusias dan motivasi yang tinggi dalam

belajar Bahasa Inggris, namun di sisi lain mereka juga kurang dan kemungkinan takut

mengekspolrasi pikiran mereka untuk di tuangkan dalam tulisan apalagi yang berkaitan

dengan text structure. Contoh kasus yang peneliti pretest kan adalah materi teks recount

yang topiknya tentang “Holiday”. Peneliti berencana akan memilih text recount sebagai

materi penelitian tetapi dengan topik yang berbeda.

3.4 TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Dalam studi ini peneliti akan menggunakan tes tertulis, melakukan obseravasi dan

dokumentasi untuk mengumpulkan data. Tes tertulis akan digunakan untuk mengetahui

persentase kemampuan menulis siswa. Selain itu, peneliti akan mengobservasi kelas agar

mengetahui situasi proses belajar mengajar ketika metode peer teaching nantinya digunakan

untuk meningkatkan kemampuan menulis siswa. Hal ini sangat penting tidak hanya untuk

mengetahui perasaan siswa tetapi juga untuk mengetahui fikiran mereka tentang gurunya.

Terakhir, peneliti akan mendokumentasikan data yang berkaitan dengan penelitian untuk

mengetahui kondisi guru, staf, siswa. Pengumpulan data dilakukan dengan: 1)Studi Kepustakaan dan

Dokumentasi. Cara ini digunakan untuk mendapatkan dokumen, buku-buku, peraturan-peraturan, arsip,

literatur dan laporan-laporan yang berkaitan dengan materi yang diteliti, di samping sumber tertulis

lainnya. 2) Tindakan Kelas. Pada dasarnya, tindakan kelas merupakan cara terpenting bagi peneliti untuk

mendapatkan data yang valid (data primer), karena merupakan representasi dari penelitian lapangan (field

research).

3.5 ANALISIS DATA


Setelah mengumpulkan data, langkah selanjutnya adalah menaganalisis data. Data hasil

penelitian diklasifikasikan menjadi data kualitatif dan kuantitatif. Data kuantitatif diolah dengan teknik

yang sesuai dalam RPP. Data kualitatif diolah dengan cara: 1) mengklasifikasikan seluruh materi-materi

data berdasarkan sumber-sumber data yang diperoleh; 2) editing, yakni penelaahan terhadap data untuk

diklasifikasikan berdasarkan satuan gejala yang diteliti; 3) melakukan pengkodean (coding) untuk

diklasifikasikan sesuai dengan kebutuhan; dan 4) melakukan presentasi data untuk keperluan analisis.

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan model analisis interaktif Miles dan Huberman

(1996:60), sebagai berikut: 1) peringkasan data (data reduction), dimana data mentah diseleksi,

disederhanakan dan diambil intinya; 2) data ringkas disajikan secara tertulis (data display), berdasarkan

kasus-kasus faktual yang berkaitan, sementara tampilan data digunakan untuk memahami apa yang

sebenarnya terjadi dalam organisasi / kelas; dan 3) menarik kesimpulan atau verifikasi (conclusion

drawing) atas pola kecenderungan dan penyimpangan yang ada dalam fenomena itu, kemudian membuat

prediksi atas kemungkinan selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA
Aeni, Noor. 2013. Upaya Peningkatan Keterampilan Berbicara Teks Report Siswa Kelas IX-F SMP

Negeri 6 Cirebon melalui Think Pair Share. Penelitian Tindakan Kelas. Tidak Dipublikasikan.

Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat

SMP/MTs dan SMPLB. Jakarta: BSNP.

Bancheri, S. 2006. Computer Assisted Language Learning: Context and Conceptualization. Oxford:

Oxford University Press.

Brown, H. Douglas, (1941) Principles of language learning and teaching. Englewood Cliffs,

N.J. : Prentice-Hall, ©1980

Efendi, dkk. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif TipeThink Pair Share terhadap

Kemampuan Berbicara Bahasa Inggris Ditinjau dari Tingkat Kreativitas Siswa. e-Journal

Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia, Volume 2.

Kemmis, S., and Mc Taggart, R. 1988. The Action Research Planner. Victoria: Deakin University.

Khamkien, A. 2012. Computer Assisted Language Teaching in Thailand. Mediterranean Journal of Social

Science. 3(1): Faasapk@ku.ac.th.

Kunlun, Z. 2007. The Application of Student-Centered Interactive Teaching in English Video, Listening

and Speaking Class. Computer Assisted Foreign Language Education. 14(2): 54-58.

Miles, M.B., and Huberman, A.M. 1996. Qualitative Data Analysis: A Sourcebook of New Methods.

California: Sage.

Wells, M.A.1987. College English. New York: Harcourt: Brace and World, Inc.

Widiawati, D.N., dkk. 2013. Penerapan Computer Assisted Language Learning Berbantuan Media

Video untuk Meningkatkan Hasil Belajar Berbicara. e-Journal Program Pascasarjana Universitas

Pendidikan Ganesha, Prodi Teknologi Pembelajaran, 3(1): 1-10.

Arends, R.I. 1997. Classroom Intruction and Manage-ment.New York: Mc Grow-Hill Companics Inc.

Harmer, Jeremy. 1983. The Practice of English Language Teaching: Longman Handbooks for Language

Teaching. USA: Longman Inc.


Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif – Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media

Group.

Ur, Penny. 1996. A Course in Language Teaching Practice and Theory. Melbourne: Cambridge University

Press.

Widiati, Utami. ( 2016) . Bahasa Inggris SMA/MA/SMK/MAK Kelas X - Kurikulum 2013 -

Edisi revisi 2017 Buku Sekolah Elektronik (BSE

Anda mungkin juga menyukai