Anda di halaman 1dari 11

Makalah Pendidikan Kewarganeraan

Politik Liberalisme

Nama : Marcelino Oktaviansyah

NPM : 183112700650137 // 22

Program Studi : Sistem Informasi

Nama Dosen : Drs R. Iwan siswadijaya, M.Si


BAB I

PENDAHULUAN

1.Latarbelakang

Setiap negara pada hakikatnya memiliki bentuk Ideologinya masing masing


dalam menjalankan pemerintahan. Ada yang menganut demokrasi, liberal,
monarki dan lain sebagainya. Namun bukan berarti negara tersebut hanya
berpegang pada satu ideologi saja. Seperti negara Liberal, walu dikatakan
menganut Liberalisme, namun kenyataanya dalam sistem pemerintahannya
berpegang pada demokrasi, dan sistem ekonominya menggunakan sistem
Kapital. Sehingga disini, Liberalisme tidak berada pada posisi sebagai
ideologi, namun hanya sebagai pragmatisme, karena mengambil
keuntungan dari tiap-tiap paham yang ada. Seiring berkembangnya
peradaban manusia dan diiringi oleh kemajuan beberapa Negara dibelahan
dunia, kini paham liberalisme menjadi sebuah paham yang penting untuk
dipelajari dalam tahapan kajian perbandingan Ideologi yang didalamnya
membahas kelebihan dan kekurangan masing masing ideologi dari sebuah
Negara yang kemudian dijadian sebuah kajian dalam peningkatan ideology
ataupun percampuran ideology. Pada makalah ini penulis mencoba
memaparkan tentang materi ideologi liberalisme dalam matakuliah filsafat
pancasila dan perbandingan Ideologi sebagai bagian dari kegiatan
perkuliahan. Secara garis besar penulis akan memaparkan tentang
pengertian, sejarah, prinsip, macam, serta perkembangan paham
liberalisme dibeberapa Negara di dunia.

1.2.Rumusan Masalah

 Apa yang dimaksud dengan paham Liberalisme sebagai sebuah


idelogi ?
 Apa yang menjadi ciri khas dari paham Liberalisme yang
membedakan dengan ideologi lainnya?
 Bagaimana sejarah dan perkembangan Ideologi Liberalisme saat ini?
1.3 TUJUAN PENULISAN

 Untuk melengkapi tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganeraan


 Sebagai bahan pembelajaran sistem politik

BAB II

ISI

2.Liberalisme

Liberalisme adalah sebuah ideologi, pandangan filsafat, dan tradisi politik


yang didasarkan pada pemahaman bahwa kebebasan adalah nilai politik
yang utama. Liberalisme merupakan salah satu contoh ideologi pragmatis
karena ajaran-ajaran yang terkandung dalam ideologi tersebut tidak
dirumuskan secara sistematis dan terinci, melainkan dirumuskan secara
umum.

2.2 Sejarah munculnya Liberalisme

Liberalisme tumbuh dari konteks masyarakat Eropa pada abad


pertengahan. Ketika itu masyarakat ditandai dua garis besar yaitu kaum
aristokrat dan para petani. Kaum aristokrat diperkenankan untuk memiliki
tanah, golongan feodal ini pula yang menguasai proses politik dan
ekonomi, sedangkan para petani berkedudukan sebagai penggarap tanah
yang dimiliki oleh patronnya, yang harus membayar pajak dan
menyumbangkan tenaga bagi sang patron. Kegiatan itu dimonopoli oleh
kaum aristokrat. Maksudnya, pemilikan tanah oleh kaum bangsawan, hak-
hak istimewa gereja, peranan politik raja dan kaum bangsawan, dan
kekuasaan gilde-gilde dalam ekonomi merupakan bentuk-bentuk dominasi
yang melembaga atas individu. Liberalisme tidak diciptakan oleh golongan
pedagang dan industri, melainkan diciptakan oleh golongan intelektual
yang digerakkan oleh keresahan ilmiah dan artistik umum pada zaman itu.
Menurut asumsi liberalisme inilah, John Stuart Mill mengajukan argumen
yang lebih mendukung pemerintahan berdasarkan demokrasi liberal. Dia
mengemukakan tujuan utama politik ialah mendorong setiap anggota
masyarakat untuk bertanggung jawab dan menjadi dewasa. Hal ini hanya
dapat terjadi manakalah mereka ikut serta dalam pembuatan keputusan
yang menyangkut hidup mereka. Oleh karena itu, walaupun seorang raja
yang bijaksana dan baik hati, mungkin dapat membuat putusan yang lebih
baik atas nama rakyat dari pada rakyat itu sendiri, bagaimana pun juga
demokrasi jauh lebih baik karena dalam demokrasi rakyat membuat sendiri
keputusan bagi diri mereka, terlepas dari baik buruknya keputusan
tersebut.

2.3 Prinsip-prinsip Liberalisme

Mementingkan Individu (the emphasis on the individual) Memperlakukan


pemikiran orang lain secara sama (treat the other ‘s reason

Equality) Percaya persamaan dasar semua manusia (hold the basic equality
of all human) Kebebasan berbicara (free of speackers) Pemerintah dilakukan
dengan persetujuan yang diperintah (government by the content of the
people or the governed) Pemerintah berdasarkan hukum (the rule of law)
Negara adalah alat (the state is instrument) Adanya pemisahan dan
pembagian kekuasaan pada lembaga negara (the separation and
distribution of state institution)

Percaya terhadap tuhan sebagi pencipta (truth in god as the creator)

Menolak dogmatis (refuse dogmatism)

2.4 Macam-macam Liberalisme

Ada dua macam Liberalisme, yakni Liberalisme Klasik dan Liberallisme


Modern. Liberalisme Klasik timbul pada awal abad ke 16. Sedangkan
Liberalisme Modern mulai muncul sejak abad ke-20. Namun, bukan berarti
setelah ada Liberalisme Modern, Liberalisme Klasik akan hilang begitu saja
atau tergantikan oleh Liberalisme Modern, karena hingga kini, nilai-nilai
dari Liberalisme Klasik itu masih ada.
a.Liberalisme klasik

Prinsip-prinsip dari liberalisme klasik terletak pada pemikiran Jhon Locke,


Hobbes, Adam Smith, dan Spencer yang menyatakan bahwa keberadaan
individu dan kebebasannya sangatlah diagungkan. Dan setiap individu
memiliki kebebasan berpikir masing-masing yang akan menghasilkan
paham baru. Ada dua paham yang menyangkut terhadap liberalisme klasik,
yakni paham Demokrasi Politik dan Kapitalisme Ekonomi.

b.Liberalisme Modern

Prinsip-prinsip liberalisme modern terletak pada pokok pikiran Keynes


(Tokoh Liberalisme Modern/Tokoh Abad Ke-20). Paham liberalisme modern
(baru) merupakan antitesa yang mengoreksi prinsip-prinsip fundamental
liberalisme klasik (lama) sebagaimana diuraikan Spencer yang sebagian
besar pijakan gagasan-gagasannya didasarkan pada pemikiran Adam Smith
(1723-1790). Prinsip membebaskan individu-individu dalam mengelola dan
menjalankan kehidupan ekonominya tanpa melibatkan pemerintah harus
dihentikan. Pemerintah harus melakukan campur tangan lebih banyak
dalam mengendalikan perekonomian nasional. Keynes mengatakan bahwa
kegiatan produksi dan pemilikan faktor-faktor produksi masih tetap bisa
dipegang oleh pihak swasta, tetapi pemerintah wajib mengambil langkah-
langkah kebijakan yang secara aktif akan dan harus mampu
mempengaruhi gerak perekonomian negaranya. Sebagai contoh, pada saat
terjadi depresi itu, pemerintah harus mengambil prakarsa melakukan
berbagai program atau kegiatan yang secara langsung dapat meyerap
tenaga kerja (yang tidak tertampung di sektor swasta), meskipun untuk itu
negara harus menggelontorkan anggaran (subsidi) yang sangat besar. Jika
tidak, maka pengangguran akan merebak dimana-mana, dan ini tentu
berdampak luas dalam kehidupan sosial. Pada kesempatan lain, Keynes
menyatakan bahwa permasalahan politik yang dihadapi oleh umat manusia
sesungguhnya terdiri dari kombinasi 3 (tiga) hal yaitu : efisiensi ekonomi,
keadilan sosial dan kebebasan individu. Dalam efisiensi ekonomi
dibutuhkan adanya sikap kritis, langkah-langkah penghematan dan
pengetahuan teknis yang memadai. Menyangkut masalah keadilan sosial,
dibutuhkan adanya sikap terbuka yang mengedepankan kepentingan
publik atau rakyat banyak. Dan berkenan kebebasan individu, masyarakat
manapun sesungguhnya memerlukan adanya sikap toleransi, kebesaran
hati dan apresiasi yang tinggi atas keragaman; dan yang paling penting
adalah pemberian kesempatan yang seluas-luasnya bagi keinginan dan
cita-cita yang tinggi dari setiap warga negara.

2.5 Perkembangan Liberalisme di Negara- Negara Maju dan Berkembang

Paham liberalisme menolak adanya pembatasan, khususnya dari


pemerintah dan agama. Liberalisme menghendaki adanya, pertukaran
gagasan yang bebas, ekonomi pasar yang mendukung usaha pribadi
(Private enterprise) yang relatif bebas, dan suatu sistem pemerintahan yang
transparan, dan menolak adanya pembatasan terhadap pemilikan individu.
Di zaman pencerahan, kaum intelektual dan politisi Eropa menggunakan
istilah liberal untuk membedakan diri mereka dari kelompok lain. sebagai
adjektif kata liberal dipakai untuk menunjuk sikap anti feodal, anti
kemapanan, rasional, bebas merdeka (independent), berpikiran luas lagi
terbuka (open-minded), dan oleh karena itu hebat (magnanimous). Dalam
politik, liberalisme dimaknai sebagai sistem dan kecenderungan yang
berlawanan dengan dan menentang sentralisasi dan absolutisme
kekuasaan. Dibidang ekonomi, liberalisme merujuk pada sistem pasar
bebas dimana intervensi pemerintah dalam perekonomian dibatasi atau
bahkan tidak diperbolehkan sama sekali. Dalam hal ini dan pada batasan
tertentu liberalisme identik dengan kapitalisme. Di wilayah sosial,
liberalisme berarti kebebasan menganut, meyakini, dan megamalkan apa
saja sesuai kecenderungan, kehendak dan selera masing-masing. Bahkan
lebih jauh dari itu liberalisme mereduksi agama menjadi menjadi urusan
privat. Sebagaimana diungkapan oleh H. Gruber, prinsip liberalisme yang
paling mendasar ialah pernyataan bahwa tunduk kepada otoritas apapun
namanya adalah bertentangan dengan hak asasi, kebebasan dan harga diri
manusia, yakni otoritas yang akarnya, aturannya, ukurannya, dan
ketetapan ada diluar dirinya.
Pada awalnya liberalisme berkembang di kalangan Protestan saja. Namun
belakangan wabah liberalisme menyebar di kalangan Khatolik juga. Tokoh-
tokoh liberal seperti Benjamin Constant anatar lain menginginkan agar pola
hubungan antara institusi gereja, pemerintah, dan masyarakat ditinjau
ulang dan diatur lagi. Mereka juga menuntut reformasi terhadap doktrin-
doktrin dan disiplin yang dibuat oleh gereja katholik di roma, agar
disesuaikan dengan semangat zaman yang sedang dan terus berubah, agar
sejalan dengan prinsip-prinsip liberal dan tidak bertentangan dengan sains
yang meskipun anti Tuhan namun dianggap benar. Dalam liberalisme tidak
dapat menerima ajaran dogmatisme (Refuse Dogatism). Hal ini disebabkan
karena pandangan filsafat dari John Locke (1632– 1704) yang menyatakan
bahwa semua pengetahuan itu didasarkan pada pengalaman. Dalam
pandangan ini, kebenaran itu adalah berubah.

I. Amerika
Negara-negara yang menganut paham liberal di benua Amerika
adalah Amerika Serikat, Argentina, Bolivia, Brasil, Chili,
Kuba,Kolombia, Ekuador, Honduras, Kanada, Meksiko,
Nikaragua, Panama, Paraguay, Peru, Uruguay, dan Venezuela.
Sekarang ini Kurang lebih paham Liberalisme dianut oleh
sebagian besar wilayah negara di Amerika.
II. Amerika Serikat

Paham liberal di Amerika Serikat (AS) disebut liberalisme modern atau


liberalisme baru. Sekarang para politis di AS mengakui, bahwa paham
liberalisme klasik ada kaitannya dengan kebebasan individu yang
bersifat luas. Tetapi mereka menolak ekonomi yang bersifat laissez faire
atau liberalisme klasik yang menuju ke pemerintahan interventionism
yang berupa penyatuan persamaan sosial danekonomi. Umumnya, hal
tersebut disepakati pada dekade pertama abad ke-20 yang tujuannya
menuju keberhasilan suatu hegemoni para politis dalam negeri.Tapi,
kesuksesan tersebut mulai merosot dan menghilang pada sekitar
tahun1970-an. Pada saat itu konsensus liberal telah dihadapkan suatu
death-blow atau yang berupa robohnya pemerintahan Bretton Woods
System yang dikarenakan kemenangan Ronald Reagan dalam pemilihan
presiden tahun 1980, yang menjadikan liberalisme suatu arus kuat
dalampolitik AS pada tahun tersebut. Liberalisme AS mulai bangkit pada
awal abad ke-20 sebagai suatu alternatif ke politik nyata yang
merupakan interaksi internasionalyang dominan pada waktu itu.
Presiden Franklin Roosevelt yang pada saat itu adalah seorang yang
berpaham liberal self- proclaimed, menawarkan bangsa itu menuju ke
suatu kesuksesan baru dengan cara membangun institusi kolaboratif
yang berpendukungan orang-orang Amerika sendiri dan berjanji akan
menarik AS keluar dari tekanan yang besar tersebut. Untuk
mengantisipasi akhir Perang Dunia II, Roosevelt merancang Perserikatan
Bangsa-bangsa (PBB) sebagai suatu alat berupa harapan akan kerja
sama timbal balik daripada membuat ancaman dan penggunaan
kekuatan perang untuk memecahkan permasalahan politis internasional
tersebut. Roosevelt juga menggunakan badan tersebut (PBB) untuk
memasukan orang-orang Afrika yang tinggal di Amerika ke dalam militer
AS serta membuat badan pendukungan hak dan kebenaran para
wanita-wanita, sebagai penekanan atas kebebasan individu yang
selanjutnya dilanjutkan oleh Presiden John F Kennedy dengan
pembangunan Patung Liberty (1964) sebagai simbol kebebasan individu
untuk hidup. Sebenarnya, liberalisme yang dianut oleh AS, sebagaimana
yang ditekankan oleh Wilson dan Roosevelt adalah dengan menekankan
kerja sama serta kolaborasi timbal balik dan usaha individu, bukan
dengan membuat ancaman dan pemaksaan sebagai untuk pemecahan
permasalahan politis baik di dalam maupun luar, sepertinya dianut oleh
Presiden AS saat ini,George W Bush. Suatu paham liberal di AS itu
mungkin seperti institusi dan prosedur politis yang mendorong
kebebasan ekonomi, perlindungan yang lemah dari agresi oleh yang
kuat, dan kebebasan dari norma-norma sosial bersifat membatasi.
Karena sejak Perang Dunia II, liberalisme di AS telah dihubungkan
dengan liberalisme modern, pengganti paham ideologi liberalisme klasik.
III. Eropa
Sebagai aksi dan reaksi penentangan komunisme, Eropa membuat
suatu paham yang berterminologi politis (termasuk "sosialisme" dan "
demokrasi sosial"). Tapi, mereka tidak bisa memilih AS dengan
pahamnya tersebut, dikarenakan pada saat itu Eropa belum begitu
mengenal liberalisme yang dianut oleh AS. Tapi beberapa tahun
kemudian barulah Eropa menyadari bahwa liberalisme yang dianut
oleh AS. Hal itu mendorong Eropa ke suatu kebebasan individu
tersendiri yang akhirnya memperbaiki keadaan ekonomi mereka
tersendiri. Liberalisme di Eropa mempunyai suatu tradisi yang kuat.
Di negara-negara Eropa, kaum liberal cenderung menyebut diri
mereka sendiri sebagai kaum liberal, atau sebagai radical
centristsyang democratic.
IV. ASIA
Negara-negara yang menganut paham liberal di Asia antara lain
adalah India, Iran, Israel, Jepang, Korea Selatan, Filipina, Taiwan,
Thailand, dan Turki. Saat ini banyak negara-negara di Asia yang
mulai berpaham liberal, antara lain adalah Myanmar, Kamboja, Hong
Kong, Malaysia dan Singapura.
V. Afrika

Sistem ekonomi liberal terbilang masih baru di Afrika. Pada dasarnya,


liberalisme hanya dianut oleh mereka yang tinggal di Mesir,Senegal dan
Afrika Selatan. Sekarang ini, kurang lebih liberalisme sudah dipahami oleh
negara Aljazair, Angola, Benin, Burkina, Faso, Mantol Verde, Cote D’lvoire,
Equatorial, Guinea, Gambia, Ghana, Kenya, Malawi, Maroko, Mozambik,
Seychelles, Tanzania, Tunisia, Zambia Zimbabwe dan Republik Kongo.
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Liberalisme adalah sebuah ideologi, pandangan filsafat, dan tradisi politik


yang didasarkan pada pemahaman bahwa kebebasan adalah nilai politik
yang utama. Liberalisme tumbuh dari konteks masyarakat Eropa pada abad
pertengahan. Ketika itu masyarakat ditandai dua garis besar yaitu kaum
aristokrat dan para petani. Ada dua macam Liberalisme, yakni Liberalisme
Klasik dan Liberallisme Modern. Liberalisme Klasik timbul pada awal abad
ke 16. Sedangkan Liberalisme Modern mulai muncul sejak abad ke-20.
Liberalisme klasik Prinsip-prinsip dari liberalisme klasik terletak pada
pemikiran Jhon Locke, Hobbes, Adam Smith, dan Spencer yang
menyatakan bahwa keberadaan individu dan kebebasannya sangatlah
diagungkan.Sedangkan Liberalisme modern Prinsip-prinsip liberalisme
modern terletak pada pokok pikiran Keynes (Tokoh Liberalisme
Modern/Tokoh Abad Ke-20). Paham liberalisme modern (baru) merupakan
antitesa yang mengoreksi prinsip-prinsip fundamental liberalisme klasik
(lama) Liberalisme modern prinsipnya membebaskan individu-individu
dalam mengelola dan menjalankan kehidupan ekonominya tanpa
melibatkan pemerintah harus dihentikan. Pemerintah harus melakukan
campur tangan lebih banyak dalam mengendalikan perekonomian nasional.
Referensi

 Adams, Ian. 2004. Ideologi Politik Mutakhir (Political Ideology Today),


Penerjemah Ali Noerzaman. Yogyakarta : Penerbit Qalam
 Anshar, Endang Saifuddin. 1997. Piagam Jakarta Juni 1945 Sebuah
Konsesus Nasional Tentang Dasar Negara Republik Indonesiai (1945-
1949). Jakarta: Gema Insani Press
 Budiardjo, Miriam.1992. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta : PT
Gramedia Pustaka Utama Ensiklopedia Bebas
 Husaini, Adian & Hidayat, Nuim. 2002. Islam Liberal : Sejarah,
Konsepsi, Penyimpangan, dan Jawabannya. Jakarta: Gema Insani
Press)
 Idris, Ahmad. 1991. Sejarah Injil dan Gereja (Tarikh Al-Injil wa Al-
Kanisah), Penerjemah H. Salim Basyarahil. Jakarta : Gema Insani
Press

Anda mungkin juga menyukai