PURNAMASARI, S.Pd.
NOPES. 18200715710001
TAHUN 2018
DAFTAR ISI
LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 7
1.2 Pertanyaan Penelitian 7
1.3 Tujuan 7
1.4 Manfaat 7
1.5 Hypotesis Penelitian 8
BAB II LANDASAN TEORI 9
2.1 Keterampilan Berbicara / Speaking skill 9
2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterampilan Berbicara 10
2.3 Meningkatkan Keterampilan Berbicara 11
2.4 Pendekatan Saintifik 12
2.5 Teks Monolog Dalam Decrtiptive Text 18
BAB III PENDEKATAN PENELITIAN 21
3.1 Desain 21
3.2 Setting 21
3.3 Subject 22
3.4 Teknik Pengumpulan Data 22
3.5 Analisa Data 23
DAFTAR PUSTAKA 24
LAMPIRAN
Lampiran 1 RPP Kurikulum 2013 Edisi Revisi 2017
Lampiran 2 Bahan Ajar
Lampiran 3 Worksheet/ Lembar Kerja Siswa
Lampiran 4 Lembar Penilaian
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa memberikan
rahmatnya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Penelitian Tindakan Kelas untuk
Penelitian Tindakan Kelas ini di tulis untuk memenuhi prasyarat dalam menyelesaikan
Program Pendidikan Profesi Guru oleh LPTK Universitas Haluoleo. Penulis menghaturkan
banyak terimakasih kepada pihak yang telah memberikan kontribusi dalam penyelesaian
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun Penelitian Tindakan Kelas ini masih jauh dari
kesempurnaan namun disisi lain , Penulis berharap pula Penelitian Tindakan Kelas ini dapat
Penulis
BAB I PENDAHULUAN
keahlian (skill) yaitu mendengarkan ( listening), menulis ( speaking), membaca ( reading) dan
menulis ( speaking). Menurut Brown ( 1980) buku text cenderung berfokus pada satu atau
dua keahlian.
masing satuan pendidikan berdasarkan kompetensi inti serta kompetensi dasar yang
dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Kurikulum 2013 adalah
penyempurnaan kurikulum sebelumnya yang lebih menekankan kepada standar Isi, Standar
kemampuan hidup sebagai pribadi dan warganegara yang produktif, kreatif, inovatif, dan
afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara dan
undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 54 tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan
Pendidikan Dasar dan Menengah. Selain itu, termuat pula dalam Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 65 tahun 2013 tentang Standar
kompetensi yang terdiri atas Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) pada setiap
tingkat dan/atau semester. SK-KD untuk setiap mata pelajaran pada setiap tingkat dan semester
peserta didik,serta merupakan penunjang keberhasilan dalam mempela-jari semua bidang studi.
Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan
budaya orang lain. Selain itu, pembelajaran bahasa juga membantu peserta didik mampu
mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat, dan bahkan mene-
mukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya.
berkomunikasi secara lisan dan tulis. Berkomunikasi adalah cara memahami dan
serta budaya. Kemampuan berkomunikasi dengan Bahasa Inggris dalam pengertian yang utuh
adalah kemam-puan berwacana, yakni kemampuan memahami dan menghasilkan teks lisan dan
tulis yang direalisasikan dalam keterampilan reseptif dan keterampilan produktif. Keterampilan
keterampilan produktif meliputi menulis (speaking) dan menulis (speaking). Oleh karena itu,
mata pelajaran Bahasa Inggris diarahkan untuk mengembangkan keterampilan tersebut agar
(lulusan) peserta didik mampu berkomunikasi dan berwacana dalam bahasa Inggris pada tingkat
literasi tertentu.
Pada tingkat performative, peserta didik mampu membaca, menulis, mendengarkan, dan menulis
dengan simbol-simbol yang digunakan. Pada tingkat functional, orang mampu menggunakan
bahasa untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari seperti membaca surat kabar, manual atau
petunjuk. Pada tingkat informational, orang mampu mengakses pengetahuan dengan kemampuan
berbahasa, sedang-kan pada tingkat epistemic orang mampu mengung-kapkan pengetahuan yang
functional, yaitu berkomuni-kasi secara lisan dan tulis untuk menyelesaikan masalah sehari-hari.
Oleh karena itu, pembelajaran Bahasa Inggris di SMP bertujuan agar peserta didik mampu: 1)
mengembangkan kompetensi berkomuni-kasi dalam bentuk lisan dan tulis untuk mencapai
tingkat literasi functional; 2) memiliki kesadaran tentang hakikat dan pentingnya bahasa Inggris
untuk meningkatkan daya saing bangsa dalam masyarakat global; serta 3) mengembangkan
pemahaman peserta didik tentang keterkaitan antara bahasa dengan budaya (BSNP, 2006:278).
kemampuan berwacana, yakni kemampuan memahami dan/atau menghasilkan teks lisan dan/atau
tulis yang direalisasikan dalam empat keterampilan berbahasa, yakni mendengarkan, berbi-cara,
membaca dan menulis secara terpadu untuk mencapai tingkat literasi functional; 2) kemampuan
memahami dan menciptakan berbagai teks fungsional pendek dan monolog serta esai berbentuk
Tingkat bahan ajar tampak dalam penggunaan kosakata, tata bahasa, dan langkah-langkah
retorika; 3) kompetensi pendukung, yakni kompetensi linguistik (mengguna-kan tata bahasa dan
kosakata, tata bunyi, tata tulis), kompetensi sosio-kultural (menggunakan ungkapan dan tindak
bahasa secara berterima dalam berbagai konteks komunikasi), kompetensi strategi (mengatasi
masalah yang timbul dalam proses komunikasi deng-an berbagai cara agar komunikasi tetap
penting karena untuk menguasai suatu bahasa, harus dimulai secara lisan atau ucapan karena
bahasa lisan merupakan dasar dari penguasaan bahasa. Keterampilan berbicara adalah suatu
keterampilan bahasa yang perlu dikuasai dengan baik. Keterampilan ini merupakan indikator
terpenting bagi keberhasilan siswa terutama dalam belajar Bahasa Inggris. Apabila Keterampilan
berbicara telah dikuasai, siswa cenderung dapat mengkomuni-kasikan ide-ide mereka, baik di
sekolah maupun di luar sekolah dengan penutur asing, serta menjaga hubungan baik dengan
orang lain. Ur (1996) menyata-kan bahwa apabila seseorang menguasai suatu bahasa, secara
intuitif ia mampu menulis dalam bahasa tersebut. Pendapat ini jelas mengindikasikan bahwa
keterampilan membaca dapat mencerminkan seseorang mengetahui suatu bahasa. Selain itu,
keterampilan membaca bisa juga digunakan sebagai suatu media untuk belajar.
Meski demikian, baik menggunakan patokan dalam KTSP ataupun patokan dalam
Bahasa Inggris di SMP sebenarnya menghadapi kendala-kendala klasik yang cenderung sama.
Kendala tersebut selalu bermuara pada faktor-faktor: 1) guru mata pelajaran sebagai pemateri dan
pengajar; 2) siswa sebagai yang diajar dan penerima materi; 3) kegiatan belajar mengajar sebagai
Bahasa Inggris sebagai alat komunikasi karena guru masih menekankan pembelajaran pada
kaidah-kaidah bahasa, padahal seharusnya lebih menekankan pada aspek Bahasa Inggris sebagai
alat komunikasi; 2) Guru miskin inovasi dan kreativitas, sehingga strategi pembelajaran yang
mengajarkan tentang Bahasa Inggris, bukan bagaimana menggunakan Bahasa Inggris, sehingga
para siswa tidak terlatih melafalkan vocabularies dengan benar; 5) Proses belajar mengajar
kurang menarik, membosankan dan menimbulkan kesan menakutkan bagi siswa; 6) Siswa
kurang mempersiap-kan diri dalam mengikuti pembelajaran; 7) Munculnya egoisme siswa yang
berkemampuan tinggi dan sifat tertutup siswa yang berkemampuan rendah, sehingga tidak terjadi
sharing antar siswa; 8) Siswa cenderung kurang berminat, kurang termotivasi dan malas dalam
berlatih speaking, sehingga aktivitas belajar mereka cenderung rendah; 9) Siswa dan sebagian
dari guru beranggapan bahwa kemampuan reading, listening dan speaking jauh lebih penting;
10) Ada beberapa guru yang beranggapan bahwa pembelajaran speaking dan speaking cenderung
lebih sulit dan kompleks karena mereka harus merancang rubrik penilaian.
meningkatkan speaking skill dan hasil belajar siswa Kelas X, khususnya materi recount text.
Berdasarkan program semester (promes) dan SK-KD Bahasa Inggris Kelas X, pada semester
genap terdapat beberapa Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang masih
recounttext. Secara spesifik, sinergi antara aspek menulis (speaking) dengan materi recount text
dengan teknik tertentu yang dapat memenuhi ekspektasi dan target, baik secara akademis maupun
dalam rangka melakspembelajaran penelitian tindakan kelas. Pendekatan yang dipilih tidak saja
memiliki relevansi dengan sistem yang berlaku di dalam , tetapi juga kompatibel dengan
pendekatan saintifik yang cocok dengan pembelajaran abad 21 sebab menekankan pada 4C
menggunakan text monolog sebagai optimalisasi tindakan kelas serta pendalaman terhadap
Monolog adalah adalah pembelajaran menunjuk pada kegiatan atau aktivitas siswa
pertama siswa diminta melihat gambar yang disertai teks, kemudian siswa mendengarkan
teks monolog tersebut, mengulang setelah guru mengucap, terakhir siswa melakukan
monolog sendiri di depan kelas. Disitulah guru mengambil peran dalam melakukan penilaian
satu wacana untuk kelas VIII adalah monolog descriptive sederhana. Berikut ini adalah salah
monolog pendek sangat sederhana dengan menggunakan ragam bahasa lisan secara akurat,
lancar, dan berterima untuk berinteraksi dengan lingkungan terdekat dalam teks berbentuk
descriptive dan procedure.” (Standar isi, 2006; 4). Terdapat dua monolog dalam standar
kompetensi pada keterampilan berbicara di atas, yaitu monolog descriptive dan procedure,
wacana yang dipilih oleh penulis adalah monolog descriptive karena monolog descriptive
struktur tatabahasa yang digunakan wacana ini lebih sederhana dalam melakukan monolog.
1.3 TUJUAN
Teks monolog meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas VIII SMP Negeri
10 Kendari
1.4 MANFAAT
1. Dapat bersinergi dengan pihak sekolah dalam memberikan dukungan dan kontribusi
4. Guru mitra yang dapat menggunakan perangkat dan pendekatan pembelajaran ini,
berkonsultasi dengan peneliti, sehingga kekurangan yang terjadi dapat teratasi sebelum
menerapkannya di kelas.
Untuk Siswa:
1. Dapat lebih terbuka dalam mengapresiasi pendekatan pembelajaran yang terkesan baru,
pelajaran bahasa inggris kelas VIII SMPN 10 Kendari melalui pendekatan saintifik.
BAB II LANDASAN TEORI
perasaan, mereflesikan pengalaman, dan berbagi informasi (Ellis, 1989). Ide merupakan
esensi dari apa yang kita bicarakan dan kata-kata merupakan untuk mengekspresikannya.
Berbicara merupakan proses yang kompleks karena melibatkan berpikir, bahasa, dan
keterampiulan sosial.
Oleh karena itu, kemampuan berbahasa lisan merupakandasar utama dari pengajaran
bahasa karena kemampuan berbahasa lisan (1) merupakan mode ekspresi yang digunakan, (2)
merupakan tipe kemampuan berbahasa yang paling umum dipakai. Dari 2796 bahasa didunia,
semuanya memiliki bentuk bahasa lisan, tetapi hanya 153 yang mengembangkan bahasa
perasaan. Batasan ini diperluas sehingga berbicara merupakan sistem tanda-tanda yang dapat
memeanfaatkan faktor fisik, yaitu alat ucap untuk menghasilkan bunyi bahasa. Bahkan organ
tubuh lain seperti kepala, tangan dan roman muka pun dimanfaatkan dalam berbicara.
Stabilitas emosi, misalnya tidak hanya berpengaruh terhadap kualitas suara yang dihasilkan
oleh alat ucap tetapi juga berpengaruh terhadap keruntutan bahan pembicaraan.
Berbicara juga tidak terlepas dari faktor neurologis, yaitu jaringan saraf yang
menghubungkan ottak kecil dengan mulut, telinga, dan organ tubuh lain yang ikut dalam
aktivitas berbicara. Begitu pula faktor semantik yang berhubungan dengan makna, dan faktor
linguistik yang berkaitan dengan struktur bahasa selalu berperan dalan kegiatan berbicara.
Bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap dan kata-kata harus disususn menurut aturan tertentu
agar bermakna.
1984/85:8) memandang kebutuhan akan komunikasi yang efektif dianggap sebagai suatu
yang esensial untuk mencapai keberhasilan dalam setiap individu, baik aktifitas individu
keseharian kita. Oleh karena itu, kemampuanini perlu dilatihkan secara rekursif sejak jenjang
Proses berbicara
kemampuan secara vertikal tidak hanya horizontal. Maksudnya, mereka sudah dapat
mengungkapkan pesan secara lengkap meskipun belum lengkap secara strukturnya menjadi
sebagainya. Dengan kata lain, perkembangan tersebut tidak secara horizontal mulai dari
fonem, kata, frase, kalimat, dan wacana seperti halnya jenis tataran linguistik.
kemampuan berbahasa lisan siswa antara lain : memberikan pendapat atau tanggapan pribadi,
guru dalam keefektifan berbicara menurut Arsyad ada dua aspek, yakni : aspek kebahasaan
mencakup : (a) lafal, (b) intonasi, tekanan, dan ritme, dan (c) penggunaan kata dan kalimat,
dan aspek non-kebahasaan yang mencakup : (a) kenyaringan suara, (b) kelancaran, (c) sikap
berbicara, (d) gerak dan mimik, (e) penalaran, (f) santun berbicara.
Jalongo (1992) menyatakan pendapatnya bahwa dalam praktek berbahsa baik dalam
Komponen kebahasaan tersebut adalah : (a) fonologi, (b) sintaksis, (c) semantik, ddan (d0
pragmatik.
bunyi. Tingkah laku yang tampak pada pembelajar adalah pemahaman serta pemproduksian
bunyi-bunyi lingual, seperti tekanan, nada, kesenyapan, atau ciri-ciri prosodi yang lain.
Komponen sintaksis menurut penguasaan gramatikal. Tingkah laku sintatik padda diri
ujaran.
semantik pada diri pembelajar adalah pemahaman akan makna, sedangkan produksinyaa
sistem interaksi sosial makna. Tingkah laku pragmatik yang tampak paada diri pembelajar
adalah pemahaman terhadap implikasi sosial dari suatu ujaran. Produksinya berupaa ujaran-
ujaran yang sesuai denagn situasi sosial, situasi sosial itu berhubungan dengan : (a) siapa
yang berbicara, (b) dengan siapa berbiccara, (c) apa yang dibicarakan, (d) bagaimana
membicarakan, (e) kapan dan dimana dibicarakan, (f) menggunakan media apa dalam
membicarakan (Hymes,1971).
Dari aspek kebahasaan dan non-kebahasaan yang telah disebutkan diatas, guru dapat
merupakan komunikasi tatap muka (Brooks, 1964:134). Keterkaitan antara berbicara dan
a. Ujaran (speech) biasanya dipelajari dari menyimak dan meniru (imitasi0; oleh karena iitu,
model atau contoh yang di simak atau di rekam oleh sang pembelajar penting dalam
b. Kata-kata yang akan dipakai dan dipelajjari oleh sang pembelajar biasanya ditentukan
c. Ujaran sang pembelajar mencermikan pemakaian bahasa di rumah dan dalam masyarakat
tempatnya hidup; hal ini terlihat nyata dalam ucapan, intonasi, kosa kata, penggunaan
d. Pembelajar yang masih kecil lebih dapat memahami kalimat-kalimat yang jauh lebih
BERBICARA
Bahasa adalah suatu sistem yang mengutarakan dan melaporkan apa yang terjadi pada
sistem saraf. Bahasa adalah satu sistem dari lambang bunyi aribiter (tidak ada hubungan
antara lambang bunyi dengan bendanya) yang dihasilkan oleh alat ucap manusia dan dipakai
Bahasa lisan merupakan bahasa primer sedangkan bahasa tulisan adalah bahasa
sekunder. Bahasa lisan lebih mampu memberikan gambaran dan perasaan yang dimaksud
karena dalam bahasa lisan ketepatan penggunaan tinggi rendahnya nada, bahasa wajah, dan
gerak tubuh bersatu untuk mendukung komunikasi yang dilakukan (Shufiyah, 2015). Bahasa
merupakan suatu ungkapan yang mengandung maksud untuk menyampaikan sesuatu kepada
orang lain. Sesuatu yang dimaksudkan oleh pembicara bisa dipahami dan dimengerti oleh
pendengar atau lawan bicara melalui bahasa yang diungkapkan (Rizky, 2012). Sedangkan
Chaer dan Agustina (dalam Rizky, 2012) fungsi utama bahasa adalah sebagai alat
komunikasi. Hal ini sejalan dengan Soeparno (dalam Rizky, 2012) yang menyatakan bahwa
Berdasarkan pengertian bahasa menurut para ahli di atas, maka bahasa merupakan
segala bentuk komunikasi di mana pikiran dan perasaan scseorang disimbolisasikan agar
dapat mcnyampaikan arti kepada orang lain. B. Berbicara Menurut Tarigan (Ahmad, 2014)
dalam kegiatan berbicara terdapat lima unsur yang terlibat yaitu: Pembicara, Isi pembicaraan,
Saluran, Penyimak (pendengar), dan Tanggapan dari penyimak. Menurut Hurlock (dalam
terpisah, tetapi saling berhubungan satu sama lain, yaitu mengucapkan kata, membangun
kosakata, dan membentuk kalimat. Sedangkan Aini, 2013 mengatakan Berbicara merupakan
ketrampilan berbahasa yang bertujuan untuk mengungkapkan ide, gagasan, serta perasaan
secara lisan sebagai proses komunikasi kepada orang lain. Menurut Sabarti Akhadiah, dkk
berbicara menunjang keterampilan menulis dan kegiatan berbicara juga berhubungan erat
dengan kegiatan membaca. Seseorang yang memiliki keterampilan menyimak dengan baik
biasanya akan menjadi pembicara yang baik pula. Pembicara yang baik akan berusaha agar
Kesembilan bagian tersebut sebagai berikut: 1. Berbicara dan menyimak adalah dua kegiatan
ekspresi kreatif 4. Berbicara adalah tingkah laku 5. Berbicara adalah tingkah laku yang
adalah pancaran pribadi Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, dapat ditarik kesimpulan
bahwa berbicara adalah proses penyampaian informasi, pikiran, gagasan dan perasaan secara
(dalam Azizah, 2013) yaitu unsur kebahasaan, unsur nonkebahasaan, dan unsur isi.
Unsur kebahasaan meliputi: (1) Pengucapan lafal yang jelas, (2) Penerapan
nonkebahasaan meliputi: kebenaran, kelancaran, dan ekspresi. Sedangkan unsur isi yaitu
Unsur yang dalam pembicaraan merupakan bagian yang lebih penting. Tanpa isi yang
diidentifikasi secara jelas, pesan yang ingin disampaikan melalui kegiatan berbicara tidak
akan tersampaikan secara jelas pula, dalam aspek isi dari berbicara terdiri dari kerincian dan
kejelasan dalam menyampaikan isi dari pembicaraan. Pendapat lain menjelaskan tentang
aspek-aspek yang dinilai dalam keterampilan berbicara yaitu, (1) vocal; (2) lafal; (3) intonasi;
(4) diksi; (5) keefektifan kalimat; (6) keruntutan cerita; (7) kepadatan cerita; (8) kelancaran;
dan (9) penampilan. Berdasarkan pendapat para ahli tersebut maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa dalam aspek-aspek berbicara terdapat vocal, intonasi yang jelas, pemilihan kata yang
sesuai, keberanian dalam berbicara dan isi dari apa yang disampaikan pembicara harus rinci
dan jelas.
Ellis, Standal, pennau dan Rummel (1989) kegiatan yang dapat memberiakan
kesempatan kepada pembelajar untuk berlatih menggunakan bahasa lisan antara lain
Tompkins dan Hoskisson (1991) membagi kegiatan berbahasa lisan sebagai berikut :
siswa, guru harus mengusahakan kelas yang interaktif. Dalam kelas interaktif tersebut
Pelaporan
Laporan lisan merupakan suatu cara untuk mendorong pembelajar supaya mampu
mengungkapkan apa yang ingin disampaikan kepada orang lain. Wujud laporan itu dapat
dalam pelaporan berupa informasi, yaitu dengan menceritakan kembali pengalaman pribadi.
Wujud laporan yang berupa deskripsi ia sarankan dengan mendeskripsikan orang atau barang
serta posisinya, misalnya denga permainan haling rintang. Wujud pelaporan yang berupa
argumentasi. Hal itu dapat dilakukan dengan mengadakan aktivitas permainan pulau terpencil
atau permainan hadiah. Sedangkan yang berupa penjelasan ia menyarankan adanya aktivitas
permainan kelompok.
Diskusi
Diskusi kelas atau kelompok kecil dapat dilakukan setiap hari. Diskusi dapat
mengenbangkan ekpresi verbal. Dalam diskusi yang anggotanya kecil sangat efektif untuk
mendorong kemampuan berbicara siswa. Siswa secara bebas dapat mengungkapkan gagsan
serta mereka berani mengambil resiko kesalahan untuk mengemukakan pendapat walaupun
tidak lengkap. Mereka dapat memainkan peran yang beragam dalam diskusi yang anggotanya
kecil. Hal tersebut disebabkan bahasa yang digunakan informal, dan anggotanya hanya 3-5
orang.
Diskusi kelompok kecil dapat diorganisasikan untuk membicarakan berbagai topik.
Moffect (1968) mengajukan tiga jenis topic diskusi, yakni : topic bilangan, kronologi, dan
topic perbandingan.
1) Topik bilangan, baik untuk memperkenalkan pembelajar pada butir-butir dan
dan sebagainya.
2) Topik kronologi, memperkenalkan pembelajar pada urutan kejadian atau peristiwa.
Perbandingan tersebut menyangkut persamaan dan perbedaan benda, barang atau hal.
Untuk pertama kalinya pembelajar dapat melakukan diskusi, guru memandu. Mereka perlu
keterampilan diskusi. Coody mengemukakan garis besar panduan diskusi untuk pembelajar-
pembelajar.
2) Guru atau siswa membuka topic dengan membuat pertanyaan pembukaan.
3) Tanggung jawab guru untuk mengelola diskusi dengan cara mengatur pertanyaan dan
mendorong partisipasi.
4) Pada waktu tertentu guru dapat menyuruh siswa menjelaskan dan memperluas gagasan.
5) Guru perlu menggambarkan pemikiran dan informasi semua segi persoalan melalui
9) Pada awal simpulan butir-butir utama dilakukan oleh guru, tetapi selanjutnya dilakukan
siswa.
Reproduksi cerita dapat dimulai dari guru atau menunjuk salah satu siswa untuk
membacakan suatu cerita di depan kelas. Siswa yang ada di dalam kelas disuruh menyimak,
dan setelah selesai dibacakan siswa yang lain disuruh menceritakan kembali dengan
menggunakan bahasanya sendiri. Tujuan aktivitas ini untuk melatih siswa menggunakan
Apabila cara tersebut masih mengalami hambatan, maka guru dapat memberikan
Dengan pertanyaan-pertanyaan iti kemungkinan siswa kan teringat kembali sesuatu yang
trasa hilang. Hal ini akan membuat senang siswa karena mendapat bibmbingan dari guru
Paduan suara mengacu pada sekelompok pembelajar yang menyuarakan suatu bagian
dari karya sastra secara bersama-sama. Keuntungan dari paduan suara ini adalah
meningkatkan efektivitas ungkapan lisan, menambah minat pembelajar pada sastra, dan
tidak merasa takut atau rendah diri, bahkan mereka mungkin akan merasa senang.
Improvisasi
menentukan makna. Karena improvisasi adalah permainan tanpa naskah, dari hal yang
sederhana, diberi konflik, perwatakan, suasan dan emosi. Misalnya improvisasi orang yang
senang.
Kegiatan komunikasi yang lain dapat mendorong aktivitas berbicara siswa, yaitu
dengan lingkungannya. Karena bila tidak, ia akan meras terkucil dari lingkungannya. Begitu
pentingnya peranan berbicara secara eqfektif maka siswa perlu mendapat pembinaan.
tersebut memungkinkan adanya interaksi yang terjadi antara guru-siswa, siswa-guru, dan
siswa-siswa. Respon guru dibutuhkan dalam interaksi ini, sehingga timbul dorongan percaya
Selain kegiatan pelaporan, diskusi, reproduksi cerita, paduan suara, improvisasi, dan
komunikasi lisan yang lain, interaksi yang dapat mendukung kemahiran berbicara antara lain
kegiatan berikut. Adapun strategi lain yang dapat dilakukan dalam upaya meningkatkan
Model ucapan adalah suara guru atau rekaman suara guru. Model ucapan yang
diperdengarkan kepada siswa harus dipersiapkan dengan teliti. Suara guru harus jelas,
Guru memperlihatkan kepada siswa benda tertentu kemudian siswa menyebutkan nama
benda tersebut. Benda-benda yang diperlihatkan dipilih dengan cermat oleh guru disesuaikan
dengan lingkungan siswa. Bila bendanya tidak ada atau tidak memungkinkan dibawa ke
3) Memerikan
Siswa disuruh memperhatikan sesuatu benda atau gambar benda, kesibukan lalu lintas,
melihat pemandangan atau gambarnya dengan teliti. Kemudian siswa diminta menjelaskan
Siswa yang susah atau malu berbicara, dapat dipancing untuk berbicara dengan menjawab
sejumlah pertanyaan mengenai dirinya misalnya mengenai nama, usia, tempat tinggal,
5) Bertanya
Melalui pertanyaan, siswa dapat menyatakan keingintahuannya terhadap sesuatu hal. Tingkat
atau jenjang pertanyaan yang diutarakan melambangkan tingkat kedewasaan siswa. Melalui
menggali juga dapat digunakan untuk menilai kedalaman dankeluasan pemahaman sisewa
Dua, tiga, empat orang siswa bersama-sama menyusun cerita secara spontan. Kadang-kadang
guru boleh juga terlibat dalam kegiatan ini, misalnya guru mengawali cerita, dan cerita itu
Guru mempersiapkan bahan bacaan, siswa membaca bahan itu dengan seksama. Kemudian
guru meminta siswa menceritakan kembali isi cerita dengan kata-katanya sendiri.
9) Percakapan
Percakapan adalah pertukaran pikiran atau pendapat mengenai suatu topic antara dua atau
lebih pembicara. Dalam percakapan ada dua kegiatan, yakni menyimak dan berbicara silih
Prafase berarti alih bentuk, misalnya memprosakan puisi atau sebaliknya mempuisikan prosa.
Sebuah gambar atau rangkaian beberapa gambar merupakan sarana ampuh untuk memancing,
mendorong atau memotivasi seorang siswa berbicara. Penghayatan atau pemahaman terhadap
suatu gambar atau seri gambar akan berbeda antara satu siswa dengan siswa yang lainnya.
12) Bercerita
Kegiatan bercerita menuntun siswa kearah pembicaraan siswa yang lebih baik. Lancar
bercerita berarti lancer berbicara. Dalam bercerita siswa dilatih berbicara jelas, intonasi yang
tepat, urutan kata sistematis, menguasai masa mendengarkan dan berperilaku menarik.
Memberi petunjuk mengerjakan sesuatu, petunjuk mengenai arah atau letak sesuatu tempat
menuntut sejumlah persyaratan. Petunjuk harus jelas, singkat dan tepat. Siswa yang sering
berlatih member petunjuk secara lisan, akan mendapat keuntungan keterampilan berbicara.
14) Melaporkan
Melaporkan berarti menyampaikan gambaran, lukisan atau peristiwa terjadinya sesuatu hal.
Dalam bermain peran, siswa bertindak, berlaku dan berbahasa seperti orang yang
diperankannya. Dari segi bahasa, berarti siswa harus mengenal dan dapat menggunakan
ragam-ragam bahasa.
16) Wawancara
Wawancara adalah percakapan dalam bentuk Tanya jawab, pewawancara biasanya wartawan
atau penyiar radio atau televise. Orang yang diwawancara adalah orang yang berprestasi, ahli
keterampilan berbicaranya.
17) Diskusi
Diskusi adalah proses perlibatan dua atau lebih individu yang berinteraksi secara verbal dan
tatap muka, mengenai tujuan yang sudah dicapai melalui tukar pendapat. Diskusi merupakan
sarana yang ampuh bagi pengembanagan keterampilan berbicara. Berlatih didkusi berarti
berlatih berbicara.
18) Bertelepon
Bertelepon adalah percakapan anatara pribadi dalam jarak jauh. Komunikasi ini sejenis
komunikasi lisan jarak jauh. Ciri khas bertelepon ialah berbicara jelas, singkat dan lugas.
19) Dramatisasi
Dramatisasi atau bermain drama adalah mementaskan lakon atau cerita. Biasanya cerita yang
dilakonkan sudah dalam bentuk drama. Melalui dramatisasi siswa dilatih mengekspresikan
dasar sebagaimana ditetapkan dalam kurikulum. Adapun bentuk evaluasi yang dilakukan
sebaiknya lebih kontekstual melalui pemberian tes. Bentuk tes yang tepat dipilih guru antara
sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruk konsep, hukum atau prinsip
informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada infromasi searah
guru. Oleh karena itu kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk
mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber melalui observasi dan
prinsip;
tersebut. Beberapa tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah sebagai berikut.
tinggi siswa;
sistematik;
3. Terciptanya kondisi pembelajaran dimana siswa merasa bahwa belajar itu merupakan
suatu kebutuhan;
artikel ilmiah;
Beberapa prinsip pendekatan saintifik dalam kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut.
8. Adanya proses validasi terhadap konsep, hukum, dan prinsip yang dikonstruksi siswa
Dalam bahasa Inggris terdapat beberapa types of text atau yang biasa disebut
dengan Genre. Klasifikasi Genre dalam bahasa Inggris dipengaruhi oleh beberapa hal,
diantaranya: tujuan penulis menuliskan teks tersebut, fungsi dari teks tersebut, struktur
kebahasaan (Generic Structure) yang dipakai, ciri-ciri bahasa apa yang digunakan dalam
English Types of Text dipelajari sebagai materi pembelajaran utama dalam mata
English Types of Text dihabiskan untuk membahas Generic Structure dan Language
Features yang digunakan sebagai bahan menyusun sebuah teks. Generic structure dan
Language Features inilah yang menjadi pembeda di setiap jenis teks bahasa Inggris yang
ada. Terdapat 13 jenis teks dalam bahasa Inggris yaitu dimulai dari Narrative Text,
Recount Text, Procedure Text, Report Text, Analyticl Exposition Text, Hortatory
Exposition Text, Explanation Text, Descriptive Text, Discussion Text, News Item Text,
Review Text, Anecdote Text, Spoof Text. Tetapi pada dasarnya teks dalam bahasa Inggris
1. Narration
Jenis teks yang termasuk kedalam kelompok Narrative Text adalah Narrative Text,
Recount Text, Anecdote Text dan News Items Text. Semua jenis tersebut di atas tergolong
ke dalam narrative text yang mana berfungsi untuk menceritakan sebuah peristiwa dan
2. Description
Jenis teks yang termasuk ke dalam kelompok Descriptive Text adalah Report Text,
Descriptive Text dan Explanation Text. Jenis teks ini lebih menekankan pada
mendeskripsikan.
3. Argumentation
Jenis teks yang termasuk ke dalam kelompok Argumentative Text adalah Analytical
Exposition Text, Hortatory Exposition Text, dan Discussion Text. Jenis teks ini
menekankan kepada alasan untuk mendukung atau mematahkan anggapan atau fenomena
yang terjadi.
Seperti yang telah disebutkan di atas, decriptive text adalah salah satu dari 13 jenis
teks bahasa Inggris (genre). Pada SK Berbicara poin 4, teks ini merupakan salah satu teks
yang digunakan untuk mengungkapkan makna teks fungsional pendek dan teks monolog
sederhana dalam konteks kehidupan sehari-hari. Jenis teks ini menggunakan descriptive text
ini adalah suatu teks yang menjelaskan atau mendeskripsikan orang orang, binatang atau
suatu benda baik bentuknya, sifat-sifatnya, jumlahnya dan lain-lain. Tujuan dari descriptive
text adalah untuk menjelaskan, menggambarkan atau mengungkapkan seseorang atau suatu
benda.
Adapun ciri-ciri teks ini adalah kata kerja yang digunakan yaitu attribute verb, seperti be (am,
is, are). Tense yang digunakan yaitu simple present tense dan hanya fokus pada satu objek
tersebut. Sedangkan generic strukture yang digunakan test ini terdiri atas 1) Identification
Description (deskripsi) adalah berisi ciri-ciri khusus yang dimiliki benda, tempat, atau orang
yang dideskripsikan. Misalnya sifat-sifat, tsmpilan fisik, dan hal lain yang dituliskan dengan
spesifik.
BAB III PENDEKATAN PENELITIAN
3.1 DESAIN
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yang
dilaksana-kan sesuai dengan prinsip prosedur penelitian dari Kemmis & Taggart (1988), yaitu:
atau evaluasi. Keempatnya berlangsung secara berulang dalam bentuk siklus. Peneliti melakukan
kegiatan penelitian sebanyak dua siklus, dengan opsi menambah satu siklus lagi apabila hasil
yang dicapai belum memenuhi KKM dengan score 70 dan rata-rata pencapaian kelas atau
penguasaan materi sebanyak 78 % dengan distribusi kelas yang heterogen di mana di dalam
kelas baik gender dan latar balakang sosial yang variatif memungkinkan penerimaan siswa
berbeda-beda.
3.2 SETTING
Kendari siswa-siswi kelas VIII.4 pada bulan Oktober - Desember tahun 2018/ 2019. Jadwal
tanggal
Oktober 2018 Observasi SMPN 10
Kendari
Cycle I November 2018 Planning, action, refleksi SMPN 10
Kendari
Cycle II Desember 2018 Planning, action, assesment SMPN 10
Kendari
3.3. SUBJECT
Adapun yang menjadi populasi penelitian ini adalah siswa siswi kelas VIII.4
sebanyak 30 orang, yang terdiri dari 20 siswa laki-laki dan 11 siswi perempuan. Peneliti
memilih kelas tersebut karena berdasarkan hasil pengamatan di dalam kelas tersebut siswa-
siswinya memiliki antusias dan motivasi yang tinggi dalam belajar Bahasa Inggris, namun di
sisi lain mereka takut untuk berbicara, maka peneliti mencoba menerapkan monolog.
Peneliti akan memilih text decriptive sebagai materi penelitian, jika pada cycle I, penulis
melatih keterampilan berbicara siswa dengan topik “ describing people” dan tidak memenuhi
kriteria KKM 70 dan tingkat ketercapain 78 persent, maka akan dilanjutkan pada Cycle 2,
dengan monolog berbeda, misalnya “ describing things ”. Terakhir akan dilakukan refleksi
Dalam studi ini peneliti akan menggunakan tes tertulis, melakukan observasi dan
dokumentasi untuk mengumpulkan data. Teks monolog akan digunakan untuk mengetahui
persentase keterampilan berbicara siswa. Selain itu, peneliti akan mengobservasi kelas agar
mengetahui situasi proses belajar mengajar ketika pendekatan saintifik nantinya digunakan
1)Studi Kepustakaan dan Dokumentasi. Cara ini digunakan untuk mendapatkan dokumen, buku-
buku, peraturan-peraturan, arsip, literatur dan laporan-laporan yang berkaitan dengan materi yang
diteliti, di samping sumber tertulis lainnya.. Tindakan Kelas merupakan cara terpenting bagi
peneliti untuk mendapatkan data yang valid (data primer), karena merupakan representasi dari
hasil penelitian diklasifikasikan menjadi data kualitatif dan kuantitatif. Data kuantitatif diolah
dengan teknik yang sesuai dalam RPP. Data kualitatif diolah dengan cara: 1) mengklasifikasikan
seluruh materi-materi data berdasarkan sumber-sumber data yang diperoleh; 2) editing, yakni
penelaahan terhadap data untuk diklasifikasikan berdasarkan satuan gejala yang diteliti; 3)
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan model analisis interaktif Miles dan
Huberman (1996:60), sebagai berikut: 1) peringkasan data (data reduction), dimana data mentah
diseleksi, disederhpembelajaran dan diambil intinya; 2) data ringkas disajikan secara tertulis
(data display), berdasarkan kasus-kasus faktual yang berkaitan, sementara tampilan data
digunakan untuk memahami apa yang sebenarnya terjadi dalam organisasi / kelas; dan 3)
menarik kesimpulan atau verifikasi (conclusion drawing) atas pola kecenderungan dan
penyimpangan yang ada dalam fenomena itu, kemudian membuat prediksi atas kemungkinan
selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Aeni, Noor. 2013. Upaya Peningkatan Keterampilan Berbicara Teks Report Siswa Kelas IX-F
SMP Negeri 6 Cirebon melalui Think Pair Share. Penelitian Tindakan Kelas. Tidak
Dipublikasikan.
Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Brown, H. Douglas, (1941) Principles of language learning and teaching. Englewood Cliffs,
Efendi, dkk. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif TipeThink Pair Share
Kemmis, S., and Mc Taggart, R. 1988. The Action Research Planner. Victoria: Deakin
University.
Listening and Speaking Class. Computer Assisted Foreign Language Education. 14(2): 54-
58.
Miles, M.B., and Huberman, A.M. 1996. Qualitative Data Analysis: A Sourcebook of New
Wells, M.A.1987. College English. New York: Harcourt: Brace and World, Inc.
Widiawati, D.N., dkk. 2013. Penerapan Computer Assisted Language Learning Berbantuan
Companics Inc.
Harmer, Jeremy. 1983. The Practice of English Language Teaching: Longman Handbooks for
Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif – Progresif. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.
Ur, Penny. 1996. A Course in Language Teaching Practice and Theory. Melbourne: Cambridge
University Press.