Anda di halaman 1dari 6

Pengungkapan

(Disclosure)

Secara konseptual pengungkapan merupakan bagian integral dari pelaporan keuangan. Secara
teknis, pengungkapan merupakan langkah akhir dalam proses akuntansi yaitu penyajian
informasi dalam bentuk seperangkat penuh laporan keuangan. Keberadaan dari pengungkapan
dalam perusahaan sangat penting karena pada kondisi ketidakpastian pasar, nilai informasi yang
relevan dan reliable tercermin di dalam pengungkapan laporan keuangan. Catatan atas laporan
keuangan merupakan media untuk pengungkapan yang diharuskan dalam standar akuntansi dan
yang tidak dapat disajikan dalam neraca, laporan laba rugi atau laporan arus kas. Sedangkan
transparansi dalam suatu perusahaan digunakan untuk membantu investor dalam pasar modal.

Pengungkapan laporan keuangan dalam arti luas berarti penyampaian (release) informasi.
Sedangkan menurut para akuntan pengungkapan laporan keuangan adalah penyampaian
informasi keuangan tentang suatu perusahaan di dalam laporan keuangan biasanya laporan
tahunan. pengungkapan yang dilakukan perusahaan pada dasarnya bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan informasi para pemangku kepentingan (stakeholders).

Menurut Chariri et al (2007:382), tujuan pengungkapan dalam laporan keuangan adalah:


• Memberikan informasi yang bermanfaat bagi investor, kreditor, dan pemakai lainnya
dalam mengambil keputusan secara rasional.
• Memberikan informasi untuk membantu investor, kreditor dan pemakai lainnya menilai
jumlah, pengakuan tentang penerimaan kas bersih.
• Memberikan informasi tentang sumber-sumber ekonomi suatu perusahaan.
• Menyediakan informasi tentang hasil usaha (performance keuangan) suatu perusahaan
selama 1 periode.
• Menyediakan informasi yang bermanfaat bagi manajer dan direktur sesuai kepentingan
pemilik.
• Untuk membandingkan antar perusahaan dan antar tahun.
• Untuk menyediakan informasi mengenai aliran kas masuk dan kas keluar dimasa
mendatang.
• Untuk membantu investor dalam menetapkan return dan investasinya.

Tiga konsep pengungkapan tersebut adalah:


• Adequate disclosure (Pengungkapan cukup) Konsep yang sering digunakan adalah
Adequate Disclosure, yaitu pengungkapan minimum yang dinyatakan oleh peraturan
yang berlaku, dimana angka-angka yang disajikan dapat diinterpretasikan dengan benar
oleh investor.
• Fair disclosure (Pengungkapan wajar) 10 Fair disclosure adalah pengungkapan yang
secara tidak langsung merupakan tujuan etis agar memberikan perlakuan yang sama
kepada semua pemakai laporan dengan menyediakan informasi yang layak terhadap
pembaca potensial.
• Full disclosure (Pengungkapan penuh) Full disclosure adalah pengungkapan yang
mengimplikasikan penyajian dari seluruh informasi yang relevan. Pengungkapan ini
sering dianggap berlebihan.
Prinsip Pengungkapan penuh Pada Laporan Keuangan adalah bahwa penyajian laporan
keuangan harus berdasarkan pertimbangan, bahwa laporan keuangan telah memberikan
informasi yang cukup bagi pemakainya dalam mengambil keputusan-keputusan. Catatan-
catatan atas laporan keuangan umumnya menjelaskan unsur-unsur laporan keuangan yang
disajikan pada laporan keuangan yang pokok. Informasi tambahan diperlukan untuk
penjelasan tambahan atas informasi pada laporan keuangan. Catatan-catatan dan informasi
tambahan atas laporan keuangan diperlukan untuk memberi pengungkapan yang penuh atas
laporan keuangan.

Sifat atau jenis pengungkapan yang digunakan perusahaan untuk memberikan informasi kepada
pemakai laporan keuangan terbagi menjadi dua, yakni pengungkapan sukarela (voluntary
disclosure) dan pengungkapan wajib (discretionary disclosure).
• Pengungkapan Sukarela (Voluntary Disclosure). Pengungkapan sukarela adalah
pengungkapan informasi yang dilakukan secara sukarela oleh perusahaan tanpa
diharuskan oleh peraturan yang berlaku atau pengungkapan melebihi yang diwajibkan.
• Pengungkapan Wajib (Mandatory Disclosure). Pengungkapan wajib adalah
pengungkapan yang dilakukan perusahaan atas apa yang diwajibkan oleh standar
akuntansi atau peraturan badan pengawas.

Pengungkapan diwajibkan untuk tujuan melindungi, informatif, atau melayani kebutuhan khusus
(differential). Perusahaan akan melakukan pengungkapan melebihi kewajiban pengungkapan
minimal jika mereka merasa pengungkapan semacam itu akan menurunkan biaya modalnya atau
jika mereka tidak ingin ketinggalan praktik-praktik pengungkapan yang kompetitif. Sebaliknya,
perusahaan-perusahaan akan mengungkapkan lebih sedikit apabila mereka merasa
pengungkapan keuangan akan merugikan atau menampakkan rahasia kepada pesaing atau
menampakkan sisi buruk perusahaan di depan berbagai pihak.

Tingkat pengungkapan dalam laporan keuangan merupakan hal yang perlu diperhatikan dan
dipertimbangkan manajer. Tingkat pengungkapan yang makin mendekati pengungkapan penuh
(full disclosure) akan mengurangi asimetri informasi yang merupakan kondisi yang dibutuhkan
untuk dilakukannya manajemen laba. Karenanya tingkat pengungkapan memiliki hubungan
negatif dengan manajemen laba. Perusahaan dengan tingkat pengungkapan minimal cenderung
melakukan manajemen laba dan sebaliknya.

Manajemen laba (earning management) merupakan suatu intervensi (campur tangan) dari
manajemen dalam proses pelaporan keuangan eksternal dengan tujuan untuk memperoleh
keuntungan diri sendiri. Manajemen laba dapat mengurangi kredibilitas laporan keuangan.
Manajemen laba terjadi ketika manajemen menggunakan kebijakan (judgment) dalam pelaporan
keuangan dan penyusunan transaksi untuk merubah laporan keuangan sehingga menyesatkan
stakeholders. Manjemen Laba (Earning management) bisa disebabkan karena adanya informasi
lebih yang dimiliki manajemen dibanding pihak eksternal sehingga menyebabkan adanya
informasi yang tidak seimbang (asimetry). Keadaan ini memungkinkan manajemen berbuat
curang dengan manaikkan, menurunkan atau meratakan laba untuk kepentingan pribadi atau
untuk menaikkan nilai perusahaan, dengan cara:

a. Mengatur atau menggeser waktu terjadinya transaksi


b. Memilih metode atau prinsip akuntansi yang menaikkan, menurunkan atau meratakan
laba sesuai yang diinginkan (accounting method choice )
c. Perataan klasifikasi operating dan non operating (classifications)
Bentuk Pengungkapan
Apa saja yang perlu diungkapkan:

1) Penjelasan mengenai kebijakan akuntansi yang dianut perusahaan.


2) Informasi tambahan untuk membantu melakukan analisis investasi (misalnya, analisa-analisa
laporan keuangan)
3) Perubahan kebijakan akuntansi
4) Kontrak-kontrak atau negoisasi/komitmen
5) Transaksi yang berasal dari pihak yang mempunyai hubungan istimewa
6) Kontinjensi
7) Transaksi-transaksi yang terjadi setelah tanggal neraca (peristiwa kemudian)
8) Pelaporan segment usaha (segment reporting)
9) Pengungkapan karyawan,
10) Pendapat Akuntan Publik (auditor)

1. Kebijakan akuntansi
Kebijakan akuntansi meliputi pilihan prinsip-prinsip, dasar-dasar, prosedur-prosedur dan metode-
metode yang digunakan manajemen dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan. Ada
tiga faktor yang dipertimbangkan dalam pemilihan kebijakan akuntansi yang diterapkan :
• Pertimbangan: Kebijakan yang dipilih disesuaikan dengan kondisi perusahaan.
• Substansi mengungguli bentuk: Artinya bahwa transaksi dan kejadian lainnya harus
dipertanggungjawabkan sesuai dengan hakekat transaksi dan realitas kejadian, tidak
semata-mata mengacu pada bentuk hukum transaksi
• Materialitas: Laporan keuangan harus mengungkapkan komponen yang cukup material
yang mempengaruhi evaluasi atau keputusan.
Pengungkapan kebijakan akuntansi sangat membantu pemakai laporan membuat
penilaian/keputusan. Kebijakan akuntansi yang dianut perusahaan dijelaskan sebagai catatan
atas laporan keuangan. Perubahan kebijakan/metode akuntansi diperkenankan asalkan alasan,
sifat dan pengaruh perubahan dijelaskan (disclosure) dalam laporan keuangan.

2. Informasi tambahan untuk membantu melakukan analisis investasi (misalnya, analisa-analisa


laporan keuangan)
Akuntan harus menyajikan informasi historis dan kini yang memungkinkan investor
membuat prediksi tentang masa depan.

3. Perubahan kebijakan akuntansi


Perubahan kebijakan/metode akuntansi yang dianut perusahaan diperkenankan, asalkan alasan,
sifat dan dampak perubahan dijelaskan (disclosure) dalam laporan keuangan.

4. Kontrak-kontrak dan Negosiasi/komitmen


Kontrak-kontrak dan negosiasi yang jumlahnya berarti perlu dijelaskan sebagai catatan tambahan
atas laporan keuangan. Misalnya, kesepakatan atau kontrak-kontrak sewa guna usaha, pembelian
barang dimasa depan, dana pensiun dan sebagainya.

5. Transaksi yang berasal dari pihak yang mempunyai hubungan istimewa


Misalnya transaksi antara perusahaan induk dengan anak perusahaan (hubungan afiliasi)

6. Kontinjensi
Kontinjensi adalah suatu situasi atau kondisi atau sekumpulan keadaan yang masih diliputi
ketidakpastian yang keberadaannya tergantung pada terjadi atau tidak terjadinya suatu peristiwa
atau lebih di masa yang akan datang.
Dengan kata lain, adanya suatu kewajiban atau tanggungan belum pasti /bersyarat tergantung
pada hasil kejadian tertentu.
Contoh kontinjensi yang diperkirakan mengakibatkan kerugian, misalnya:

1) Aksi/tuntutan karyawan.
2) Resiko kerugian akibat bencana alam, banjir, gempa, kebakaran, dan sebagainya.
3) Perkara pengadilan, misalnya pelanggaran paten/merk dagang.
4) Perselisihan pajak
5) Tuntutan /klaim asuransi
6) Tuntutan masyarakat akibat pencemaran lingkungan hidup,dsb
.
7. Peristiwa-peristiwa Setelah Tanggal Neraca
Peristiwa setelah tanggal neraca adalah peristiwa yang terjadi beberapa hari atau beberapa bulan
setelah tanggal neraca tetapi sebelum laporan keuangan tersebut diterbitkan (peristiwa yang
terjadi antara tanggal neraca dengan tanggal penerbitan laporan keuangan tersebut). Peristiwa
yang terjadi setelah tanggal neraca ada yang memerlukan jurnal penyesuaian dan ada yang tidak
memerlukan penyesuaian. Misalnya, kerugian piutang dagang setelah adanya konfirmasi
mengenai bangkrutnya langganan yang terjadi setelah tanggal neraca, merupakan peristiwa yang
memerlukan penyesuaian. Peristiwa setelah tanggal neraca yang tidak memerlukan penyesuaian
misalnya, penurunan harga pasar investasi setelah tanggal neraca, pergantian pengurus
perusahaan, rugi bencana alam, pembelian atau penjualan asset perusahaan yang cukup besar,
penjualan saham/obligasi yang cukup besar dan pengajuan/ penyelesaian perkara dipengadilan.
Meskipun peristiwa ini tidak memerlukan penyesuaian tetapi perlu dijelaskan sebagai catatan
tambahan pada laporan keuangan.

8. Segment Reporting

Pada akhir ini, semakin banyak perusahaan yang mengadakan diversifikasi usaha yang membuat
para analist keuangan dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya, mengalami kesulitan dalam
menganalisa dan menafsirkan laporan keuangan. Alasan kesulitan ini dapat dipahami karena
dengan makin meluasnya kegiatan perusahaan akan menimbulkan segmen-segmen yang
memiliki profitabilitas, kesempatan untuk berkembang, derajat dan type resiko, yang berbeda-
beda antara segmen yang satu dengan yang lain. Dengan pelaporan informasi segmen, laporan
keuangan yang disajikan memiliki nilai tambah dalam kegunaannya, karena adanya tambahan
informasi yang memang benar-benar diperlukan untuk mengidentifikasi elemen atau segmen
perusahaan yang operasinya cukup berarti (significant). Dengan demikian pemakai laporan
keuangan dapat menganalisa dan menafsirkan prestasi masa lalu perusahaan serta membuat
prediksi mengenai prospek perusahaan di masa yang akan datang, dengan lebih baik. Dengan
demikian pelaporan informasi segmen dimaksudkan untuk meningkatkan kegunaan laporan
keuangan yang disajikan kepada pembacanya.

Aspek kegiatan yang dilaporkan


SFAS 14 sangat berperanan penting dalam proses pelaporan informasi segmen. SFAS 14
mengharuskan perusahaan untuk melaporkan informasi keuangan sebanyak empat aspek
kegiatan perusahaan. Kegiatan yang perlu dilaporkan menurut SFAS 14 terdiri dari empat aspek:

1. Segmen industri

Informasi berikut ini, harus diungkapkan perusahaan untuk tiap-tiap segmen industri yang
berarti (reportable):
a. Penghasilan
b. Laba atau rugi operasi
c. Aktiva yang dapat diidentifikasi
d. Jumlah total biaya depresiasi, deplesi dan amortisasi.
e. Pengeluaran modal
f. Ekuitas atas laba dari investasi.

2. Kegiatan domestik dan luar negeri


Informasi berikut ini harus diungkapkan perusahaan untuk tiap-tiap kegiatan domestik dan
luar negeri yang daerah geografisnya berarti (reportable):
a. Penghasilan
b. Laba atau rugi operasi
c. Aktiva yang dapat diidentifikasi.
3. Penjualan ekspor

Perusahaan harus melaporkan untuk kegiatan domestik:


Jumlah penghasilan yang berasal dari hasil ekspor kepada langganan (bukan afiliasi) di luar
negeri.

4. Pelanggan utama
Perusahaan harus mengungkapkan jumlah penghasilan yang berasal dari penjualan untuk
setiap pelanggan utama perusahaan.

Contoh pelaporan segmen industri

PTCitata
Hasil Operasi tahun 2010
(dalam milyar rupiah)
SEGMEN INDUSTRI PENGHASILAN BIAYA LABA RUGI
OPERASI OPERASI OPERASI
Taman Hiburan 83,2 43,8 39,4
Kontraktor 18,0 9,2 8,8
Asuransi 13, 6 14,6 - 1,0
Perhotelan 45,6 48,0 - 2,4
Restoran 10, 6 4,8 5,8
Angkutan 24,6 3,4 18,4
TOTAL 195,6 123,8 72,4 3,4
Sumber : Enggler & Bernstein
9. Pengungkapan karyawan,
Segala sesuatu yang menyangkut tenaga kerja/personalia misalnya, rata-rata tenaga kerja,
kategori personalia, pengeluaran untuk karyawan bantuan kesehatan dan keselamatan kerja dan
sebagainya. Dalam akuntansi perusahaan diharapkan juga membuat laporan penting mengenai
sikap dan perlakuannya terhadap karyawan. Misalnya tingkat gaji, hak cuti, hak pensiun, gaji
tertinggi/terendah, hak minoritas dan sebagainya.

10. Pendapat Akuntan Publik (auditor)


Pendapat akuntan publik atas kewajaran laporan keuangan perusahaan yang diaudit perlu
disajikan sebagai catatan tambahan atas laporan keuangan. Jenis pendapat atau opini auditor:
a. Wajar tanpa pengecualian(unqualified opinion)
b. Wajar dengan pengecualian (qualified opinion)
c. Tidak wajar (Adverse opinion)
d. Menolak memberi pendapat (disclaimer opinion)

Anda mungkin juga menyukai