Anda di halaman 1dari 8

PERTEMUAN IX TEORI AKUNTANSI

PENGAKUAN PENDAPATAN
(Revenue Recognition)

Pengakuan adalah proses pencatatan formal atau memasukkan pos tertentu kedalam laporan
keuangan apakah sebagai aktiva, kewajiban, pendapatan dan beban dari suatu entitas. Dalam
pengertian tersebut termasuk gambaran dari suatu pos yaitu uraian dari jumlahnya yang dalam hal
aktiva dan kewajiban tidak hanya terbatas pada nilai rupiah yang dicatat tetapi juga penjelasan atau
pengungkapan yang cukup memadai atas pos tersebut

Pendapatan (revenue) adalah aliran masuk harta (aktiva) yang timbul dari penyerahaan barang
atau jasa yang dilakukan oleh suatu badan usaha selama periode waktu tertentu (FASB). Istilah
pendapatan dalam prinsip ini adalah dalam pengertian luas dimana dalam pendapatan termasuk juga
pendapatan lain-lain seperti pendapatan bunga, sewa, laba jual aktiva selain barang dagangan.

Cash Basis dan Accrual Basis

Pada umumnya, terdapat dua jenis metode pengakuan pendapatan yaitu cash basis dan
accrual basis. Dengan cash basis, suatu transaksi diakui dan dicatat bilamana kas atau uang tunai
telah diterima atau dibayar dengan mengenyampingkan apakah kegiatan tersebut telah selesai atau
tidak, barang atau jasa telah berpindah tangan atau tidak. Kalau uang kas sudah diterima, pendapatan
sudah dapat diakui dan kalau sudah dibayar, biaya sudah dapat diakui. Dengan accrual basis, suatu
transaksi diakui dan dicatat saat terjadinya yaitu apabila suatu transaksi telah selesai
dilakukan/direalisasi. Artinya pendapatan sudah dapat diakui meskipun uangnya belum diterima.
Sedangkan biaya dapat diakui saat terhutang meskipun belum dibayarkan.

Saat Pengakuan Pendapatan

1. Ketentuan Umum

Menurut FASB, Pendapatan diakui saat pendapatan itu direalisasi atau dapat direalisasi dan saat
dihasilkan(diperoleh). Pendapatan dikatakan direalisasi bilamana produk telah ditukarkan dengan
sejumlah kas. Pendapatan dikatakan dapat direalisasi bila aktiva yang diterima dalam pertukaran siap
dirubah menjadi kas. Pendapatan dikatakan dihasilkan/diperoleh bilamana proses menghasilkan
pendapatan telah selesai. Berdasarkan prinsip itu :

a. Pendapatan dari penjualan barang diakui pada tanggal penjualan yang ditandai dengan
tanggal penyerahan barang dan pendapatan dari penjualan jasa yaitu pada tanggal jasa
diserahkan dan tanggal dapat ditagih uangnya kepada pelanggan
b. Pendapatan dari ijin pemakaian atau penggunaan aktiva seperti sewa, bunga, royalty adalah
saat berlalunya waktu atau tanggal pemakaian aktiva.
c. Pendapatan dari penjualan aktiva selain barang adalah pada tanggal penjualan atau
pertukaran dilakukan.

Tetapi ketentuan umum diatas tidak selalu dapat diterapkan sehingga timbul beberapa
ketentuan lain yaitu pengakuan pendapatan sebelum produksi, selama produksi, setelah
produksi selesai dan setelah kas diterima.
2. Pengakuan Pendapatan Selama Produksi (Perusahaan Kontraktor)

Bila produk dikontrakkan sebelum dikerjakan misalnya kontrak konstruksi jangka panjang
maka pendapatan diakui berdasarkan metode persentase penyelesaian (Percentage of
completion). Metode persentase penyelesaian digunakan bila :

a. Taksiran tingkat penyelesaian kemajuan konstruksi dapat diperkirakan dengan


pengukuran yang dapat dipertanggung jawabkan
b. Ada Law Enforcement (kekuatan hukum) bahwa baik pembeli maupun penjual
memenuhi kewajibannya seperti diatur dalam kontrak.
c. Kontrak kontruksi atau penyelesaian proyek adalah jangka panjang

3. Pengakuan Pendapatan Setelah Produksi Selesai (Tambang Mas,Perak dan Produk


PertanianTertentu

Apabila suatu produk sudah pasti dapat terjual dengan harga relatif pasti misalnya
perusahaan tambang emas, perak dan produk pertanian tertentu . Maka pendapatan dapat
diakui setelah produk selesai ditambang. Kriterianya adalah produk mempunyai pasaran yang
luas dan harga relatif stabil/pasti

4.`Saat Kas Diterima (Penjualan Cicilan Jangka panjang)

Apabila tingkat kolektibilitas piutang diragukan maka pendapatan dapat diakui atas dasar
cash basis. Penjualan cicilan digunakan oleh akuntan untuk atau pihak lainnya untuk
menyatakan suatu penjualan yang pembayarannya dilakukan secara mencicil (mengangsur)
selama periode waktu tertentu yang relatif lebih lama dibanding dengan penjualan kredit yang
reguler. Penjualan cicilan biasanya diterapkan perusahaan eceran (retailer) yang menjual
barang dagangan berupa perlengkapan dan alat-alat rumah tangga dan pertanian. Kadang
kala digunakan juga oleh perusahaan industri peralatan berat dimana instalasi mesin-mesin
dijual dengan pembayaran secara mencicil untuk periode waktu yang cukup panjang. Akhir-
akhir ini penjualan cicilan banyak diterapkan pada perusahaan real-estate yang menjual tanah
dan bangunan.

Pada penjualan cicilan jangka panjang, pembayaran produk yang dijual relatif cukup
lama, sehingga resiko kerugian tidak tertagihnya piutang cukup tinggi dibanding dengan
penjualan kredit yang biasa sehingga berbagai metode digunakan untuk melindungi penjual
dari resiko kerugian tersebut. Untuk menghindari resiko ini biasanya ada dua metode yang
dapat digunakan yaitu:

a. Menggunakan kontrak penjualan bersyarat, dimana hak pemilikan terhadap produk


yang dijual tetap berada di tangan penjual hingga semua pembayaran dilunasi
pembeli.
b. Mengharuskan pembeli mengeluarkan wesel atau hipotik.

Pada penjualan cicilan beberapa perkiraan khusus perlu digunakan untuk menyajikan
informasi yang diperlukan mengenai laba kotor yang direalisir dan belum direalisir pada setiap
periode operasi.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyajiannya sebagai berikut:
a. Perkiraan transaksi penjualan cicilan harus dipisah dari perkiraan penjualan kredit
yang reguler.
b. Laba kotor penjualan cicilan harus dapat ditentukan.
c. Jumlah kas yang ditagih dari piutang penjualan cicilan dapat diketahui dan total kas
yang ditagih tahun berjalan dan tahun sebelumnya juga harus dapat diketahui
d. .Cadangan harus dibuat untuk menampung laba kotor yang ditangguhkan setiap
tahun.

5. Penjualan Konsinyasi (Titipan)

Apabila perusahaan (consignor) menjual produknya secara konsinyasi atau titipan, maka
pendapatan diakui setelah diterima informasi dari Pengecer/komisioner (Consignee) bahwa
barang yang dititipkan telah terjual.

6. Cash On Delivery (COD)

Jika perusahaan menjual produknya dengan COD (cash on Delivery), maka perusahaan
harus mengakui pendapatan ketika mengirimkan barang dan menagih tunai dari pembeli.

7. Penjualan dan penerimaan kas mendahului produksi dan penyerahan barang

Apabila saat penjualan dan penerimaan kas mendahului produksi dan penyerahan
barangnya, maka pendapatan diakui setelah setelah selesai produksi dan barang diserahkan
Pembeli. Pembeli dapat melakukan pembayaran penuh atau uang muka kepada penjual
sebelum pengiriman barang karena Penjual belum memiliki barang karena harus
memproduksi dulu sesuai pesanan atau barang masih kosong belum datang dari pemasok.
Berdasarkan situasi ini penjual tidak boleh mengakui pendapatan sebelum barang dikirimkan
kepada pembeli. Atas uang muka yang diterima dijurnal Debet: Kas; Kredit: Pendapatan
Diterima Dimuka. Pendapatan diterma dimuka bukan pendapatan melainkan hutang, karena
jasa/pesanan pembeli belum dikirimkan.

A. Contoh Pengakuan Pendapatan Selama Produksi (Kontrak konstruksi Jangka


Panjang)
1. PT Gardena pada awal tahun 2016 menandatangani suatu kontrak membangun
sebuah Jembatan dengan harga kontrak Rp 900.000.000,- yang berdasarkan
kontrak jembatan akan selesai dibangun pada akhir tahun 2018 (3 tahun) dengan
taksiran total biaya konstruksi Rp 800.000.000,- Pada akhir tahun 2016 taksiran total
biaya konstruksi naik dari Rp 800.000.000 menjadi 810.000.000,- Berikut ini
disajikan data tahun 2016 s.d 2018:

KETERANGAN 2016 2017 2018

Harga kontrak 900.000.000 900.000.000 900.000.000


Biaya dikeluarkan hingga tahun 200.000.000 583.200.000 810.000.000
Taksiran biaya menyelesaikan 600.000.000 226.800.000 -
Taksiran total biaya konstruksi 800.000.000 810.000.000 810.000.000

Instruksi :

a. Hitung Persentase Penyelesaian proyek (Percentage of completion)


b. Hitung berapa bagian dari harga kontrak yang diakui sebagai laba kotor untuk
tahun 2016, 2017 dan 2018
Penyelesaian soal nomor 1:

a. Persentase penyelesaian

2016 2017 2018


Harga kontrak 900.000.000 900.000.000 900.000.000
Biaya dikeluarkan hingga tahun 200.000.000 583.200.000 810.000.000
Taksiran biaya menyelesaikan 600.000.000 226.800.000 -
Taksiran total biaya konstruksi 800.000.000 810.000.000 810.000.000

Biaya dikeluarkan hingga tahun 2016


Tahun 2016 = --------------------------------------------------- x 100%
Taksiran Total Biaya Konstruksi

= 200.000.000/800.000.000 x100 % = 25%

Tahun 2017 = 583.200.000/810.000.0000x 100% = 72 %

Tahun 2018 = 810.000.000/810.000.000 x 100 % =100%

b. Laba kotor diakui


2016 2017 2018
Harga kontrak 900.000.000 900.000.000 900.000.000
Biaya dikeluarkan hingga tahun 200.000.000 583.200.000 810.000.000
Taksiran biaya menyelesaikan 600.000.000 226.800.000 -
Taksiran total biaya konstruksi 800.000.000 810.000.000 810.000.000
Taksiran Laba Kotor 100.000.000 90.000.000 90.000.000
Persentase Penyelesaian 25% 72% 100%
Laba kotor diakui 2016=25%x 100.000.000 25.000.000
Laba kotor diperhitungkan tahun 2017 =72 %x 90.000.000 64.800.000
Dikurang laba kotor diakui tahun 2016 (25.000.000)
Laba kotor yang diakui tahun 2017 39.800.000
Laba kotor diperhungkan tahun 2018=100%x90.000.00 90.000.000
Dikurang laba kotor diakui tahun 2016 (25.000.000)
Dikurang Laba kotor diakui tahun 2017 (39.800.000)
Laba kotor diakui tahun 2018 25.200.000
Laba kotor diakui – biaya operasi +/- pendapatan/beban lain-lain= laba sebelum PPh

2. PT BSA Siantar Construction menyetujui sebuah kontrak konstruksi jangka panjang untuk membuat
sebuah jembatan di pinggiran kota Siantar dengan harga kontrak Rp 8.700.000.000,- Taksiran Total
Biaya konstruksi untuk proyek tersebut Rp 7.650.000.000,- Proyek dikerjakan 3 tahun mulai awal tahun
2018 dan selesai akhir tahun 2020. Pada akhir tahun pertama terdapat revisi kontrak dengan adanya
penambahan kualitas bangunan jembatan sehingga perusahaan merevisi total taksiran biaya
konstruksinya naik RP 375.000.000 membuat taksiran total biaya konstruksi tahun kedua menjadi Rp
8.025.000.000,- Dengan revisi tersebut menyebabkan penambahan harga kontrak sebesar Rp
450.000.000 sehingga harga kontrak menjadi Rp 9.150.000.000,-. Jumlah biaya konstruksi yang
sesungguhnya sudah dikeluarkan hingga:

Tahun 2018 Rp 2.677.500.000


Tahun 2019 Rp 6.019.500.000
Tahun 2020 Rp 8.025.000.000

Dengan menggunakan metode persentase penyelesaian hitung:


a. Persentase penyelesaian setiap tahun
b. Berapa laba kotor yang diakui setiap tahun
Penyelesaian:

KETERANGAN TAHUN 2018 TAHUN 2019 Tahun 2020


Harga kontrak 8. 700.000.000 8.700.000.000 8.700.000.000
Penambahan harga kontrak 450.000.000 450.000.000
Total Harga kontrak 8.700.000.000 9.150.000.000 9.150.000.000
Biaya konstruksi hingga tahun 2.677.500.000 6.019.500.000 8.025.000.000
Taksiran biaya menyelesaikan proyek 4.972.500.000 2.005.500.000 -
Taksiran Total Biaya Konstruksi 7.650.000.000 8.025.000.000 8.025.000.000
Laba kotor diperhitungkan 1.050.000.000 1.125.000.000 1.125.000.000
Persentase penyelesaian *)
2.677.500.000 35% 75 % 100 %
-------------------- x100 %
7.650.000.000:

Laba kotor diakui tahun 2018


2018= 35%x 1.050.000.000 367.500.000
Laba kotor diperhitungkan 2019 = 75 %x 1.125.000.000 843.750.000
Dikurang Laba kotor diakui tahun 2018 367.500.000
Laba kotor diakui tahun 2019 476.250.000
Laba kotor diperhitungkan tahun 2020=100% x 1.125.000.0000 1.125.000.000
Laba kotor diakui tahun 2018 (367.500.000)
Laba kotor diakui tahun 2019 (476.250.000)
Laba kotor diakui tahun 2020 281.250.000

B. Pengakuan Pendapatan ( Penjualan Cicilan Jangka Panjang)

Pada penjualan cicilan jangka panjang, apakah lunas dulu cicilan baru diakui pendapatan?, tentu jawabannya
tidak. Setiap tahun dapat dihitung pendapatan berdasarkan persentase laba kotor dan dikalikan dengan uang
kas yang diterima dari cicilan/angsuran. Kalau sudah diketahui laba kotor yang direalisir tahun itu lalu dikurang
dengan biaya tahun itu maka sudah dapat dihitung laba bersih

Sifat Penjualan Cicilan

Penjualan cicilan digunakan oleh akuntan untuk atau pihak lainnya untuk menyatakan suatu penjualan yang
pembayarannya dilakukan secara mencicil (mengangsur) selama periode waktu tertentu yang relatif lebih lama
dibanding dengan penjualan kredit yang reguler. Penjualan cicilan biasanya diterapkan perusahaan eceran
(retailer) yang menjual barang dagangan berupa perlengkapan dan alat-alat rumah tangga dan pertanian. Kadang
kala digunakan juga oleh perusahaan industri peralatan berat dimana instalasi mesin-mesin dijual dengan
pembayaran secara mencicil untuk periode waktu yang cukup panjang

Pada penjualan cicilan beberapa perkiraan khusus perlu digunakan untuk menyajikan informasi yang
diperlukan mengenai laba kotor yang direalisir dan belum direalisir pada setiap periode operasi.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyajiannya sebagai berikut:
(1) Perkiraan transaksi penjualan cicilan harus dipisah dari perkiraan penjualan kredit yang reguler.
(2) Laba kotor penjualan cicilan harus dapat ditentukan.
(3) Jumlah kas yang ditagih dari piutang penjualan cicilan dapat diketahui dan total kas yang ditagih tahun
berjalan dan tahun sebelumnya juga harus dapat diketahui.
(4) Cadangan harus dibuat untuk menampung laba kotor yang ditangguhkan setiap tahun.
Sebagai ilustrasi, diumpamakan PT XYZ menyajikan data sebagai berikut:

2013 2014 2015


Penjualan cicilan 1.000.000 1.250.000 1.200.000
Harga pokok Penjualan cicilan 750.000 950.000 840.000
Laba kotor 250.000 300.000 360.000
% Laba kotor 25% *) 24% 30%
Kas Diterima dari Cicilan:
Dari penjualan 2013 300.000 500.000 200.000
Dari penjualan 2014 - 500.000 625.000
Dari penjualan 2015 - - 400.000
*) % Laba Kotor tahun 2013: 250.000/1.000.000x100% =25%

Ringkasan jurnal yang dilakukan selama tahun 2013 sebagai berikut:

1. Mencatat penjualan cicilan tahun 2013

Piutang penjualan cicilan, 2013 Rp 1.000.000


Penjualan cicilan Rp 1.000.000

2. Mencatat kas diterima dari piutang atas penjualan tahun 2013:


Kas Rp 300.000
Piutang penjualan cicilan, 2013 Rp 300.000

3. Mencatat harga pokok penjualan cicilan tahun 2013 (Perpetual atau periodik):
Harga pokok penjualan cicilan Rp 750.000
Persediaan (atau pembelian) Rp 750.000
4 Menutup penjualan dan harga pokok penjualan cicilan:

Penjualan cicilan Rp 1.000.000


Harga pokok penjualan cicilan Rp 750.000
Laba kotor ditangguhkan, 2013 Rp 250.000

5. Mencatat laba kotor direalisir berdasarkan penerimaan kas tahun 2013 yaitu persentase laba kotor x
kas diterima tahun 2013 (25% x Rp 300.000) = Rp 75.000.

Laba kotor ditangguhkan, 2013 Rp 75.000


Laba kotor direalisir tahun 2013 Rp 75.000

6. Menutup laba kotor direalisir ke Ihtisar L/R


Laba kotor direalisir tahun 2013 Rp 75.000
Ikhtisar R/L Rp 75.000

Ringkasan jurnal tahun 2014:


1.Mencatat penjualan cicilan 2014

Piutang penjualan cicilan, 2014 Rp 1.250.000


Penjualan cicilan Rp 1.250.000

2.Mencatat kas diterima dari piutang atas penjualan tahun 2013 & 2014:

Kas Rp 1.000.000
Piutang penjualan cicilan, 2013 Rp 500.000
Piutang penjualan cicilan, 2014 Rp 500.000
3.Mencatat harga pokok penjualan tahun 2014:
Harga pokok penjualan cicilan Rp 950.000
Persediaan (atau pembelian) Rp 950.000
4.Menutup penjualan dan harga pokok penjualan cicilan 2014
Penjualan cicilan Rp 1.250.000
Harga pokok penjualan cicilan Rp 950.000
Laba kotor ditangguhkan, 2014 Rp 300.000

5.Mencatat laba kotor direalisir berdasarkan penerimaan kas tahun 2014:

Laba kotor ditangguhkan, 2013 (Rp 500.000 x 25%) Rp 125.000


Laba kotor ditangguhkan, 2014 (Rp 500.000 c 24%) Rp120.000
Laba kotor direalisir tahun 2014 Rp 245.000

6.Menutup laba kotor direalisir tahun 2014 :


Laba kotor direalisir 2014 245,000
Ikhtisar L/R 245,000
:
Ringkasan jurnal tahun 2015:
1. Mencatat penjualan cicilan 2015
Piutang penjualan cicilan 2015 Rp 1.200.000
Penjualan cicilan Rp 1.200.000

2. Mencatat kas diterima dari piutang atas penjualan tahun 2013, 2014 dan 2015
Kas Rp 1.225.000
Piutang penjualan cicilan, 2013 Rp 200.000
Piutang penjualan cicilan, 2014 Rp 625.000
Piutang penjualan cicilan, 2015 Rp 400.000

3. Mencatat harga pokok penjualan 2015:


Harga pokok penjualan cicilan Rp 840.000
Persediaan (pembelian) Rp 840.000

4. Menutup penjualan dan harga pokok penjualan cicilan:2015


Penjualan cicilan Rp 1.200.000
Harga pokok penjualan cicilan Rp 840,000
Laba kotor ditangguhkan, 2015 Rp 360.000

5. Mencatat laba kotor direalisir berdasarkan penerimaan kas tahun 1995:

Laba kotor ditangguhkan, 2013(25% x Rp 200.000) Rp 50.000


Laba kotor ditangguhkan, 2014(24% x Rp 625.000) Rp 150.000
Laba kotor ditangguhkan, 2015(30% x Rp 400.000) Rp 120.000
Laba kotor direalisir tahun 2015 Rp 320.000

6. Laba kotor direalisir tahun 2015 Rp 320.000


Ikhtisar R/L Rp 320.000
SOAL

1. PT Corona pada awal tahun 2006 menandatangani suatu kontrak membangun


sebuah gedung dengan harga kontrak Rp 900.000.000,- Berikut ini disajikan data
biaya tahun 2006 dan 2007

KETERANGAN TAHUN 2006 TAHUN 2007


(000) (000)
Harga kontrak 900.000,- 900.000,-
Biaya konstruksi hingga tahun 172. 800 385.450.-
Taksiran Biaya menyelesaikan proyek 547.200,- 166. 750,-

Instruksi : Hitung berapa bagian dari harga kontrak yang diakui sebagai laba kotor
untuk tahun 2006 dan 2007

2. PT Jordan menyajikan data penjualan cicilan sebagai berikut :


KETERANGAN TAHUN 2006 TAHUN 2007
Penjualan Cicilan Rp 3.750.000 Rp 4.200.000
HPP Cicilan 2.925.000 3. 150.000
Penerimaan kas:
Penjualan Tahun 2006 1.550.000 1. 500.000
Ppppppppp Penjualan Tahun 2007 - 2. 000.000
Instruksi : Anda hanya diminta menghitung laba kotor diakui tahun 2006 dan 2007

3 Pertanyaan:
a. Kapan pendapatan diakui pada penjual konsinyasi/.titipan
b. Bagaiamana pengakuan pendapatan apabila penjualan dan penerimaan kas
mendahului produksi dan pengiriman barang
c. Bagaimana pengakuan pendapatan perusahaan yang menjual produknya dengan
Cash On Delivery (COD).
d. Bedakan antara cash basis dengan accrual basis

Anda mungkin juga menyukai