PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Selama ini masih banyak persoalan dalam pelaksanaan penilaian pada
pendidikan kesetaraan Program Paket A, Paket B, dan Paket C. Penilaian belum
dilaksanakan secara prosedural dan terukur sehingga diduga hasil penilaian belum
menghasilkan nilai yang valid dan reliabel sesuai dengan kompetensi peserta didik
sesungguhnya. Sementara itu ketertiban prosedur penilaian pada pendidikan
kesetaraan akan berdampak pada apresiasi positif masyarakat terhadap keberadaan
pendidikan kesetaraan serta lulusannya.
Ketiadaan pedoman tentang penilaian hasil pendidikan kesetaraan
menyebabkan kurang valid dan reliabel dalam mengukur, menilai dan melaporkan
kemajuan hasil belajar peserta didik. Oleh karena itu perlu disusun pedoman
penilaian pada pendidikan kesetaraan agar penilaian sebagai proses pengumpulan
dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik
dapat dilakukan dengan baik dan benar.
Penilaian pendidikan pada pendidikan kesetaraan terdiri atas penilaian hasil
belajar oleh pendidik (tutor pendidikan kesetaraan), penilaian hasil belajar oleh
satuan pendidikan, dan penilaian hasil belajar oleh pemerintah. Pedoman ini
membahas penilaian hasil belajar oleh pendidik dan satuan pendidikan. Penilaian
hasil belajar oleh pemerintah berupa uji penyetaraan dalam bentuk ujian nasional
diatur tersendiri oleh Badan Standar Nasional Pendidikan sebagai penyelenggara
ujian nasional.
Dalam melaksanakan penilaian hasil belajar tutor pendidikan kesetaraan dan
satuan pendidikan memerlukan referensi. Oleh karena itu perlu disusun rambu-rambu
sebagai acuan dalam melaksanakan penilaian hasil belajar. Pedoman ini diharapkan
dalam membantu tutor dan satuan pendidikan nonformal penyelenggara pendidikan
kesetaraan dalam merencanakan, melaksanakan, melaporkan dan memanfaatkan
hasil penilaian dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan kesetaraan.
B. Landasan Hukum
C. Tujuan
Pedoman Penilaian Pendidikan Kesetaraan ini disusun untuk membantu:
1. Tutor pendidikan kesetaraan dalam merencanakan, membuat, mengembangkan
instrumen, dan melaksanakan penilaian hasil belajar;
2. Tutor pendidikan kesetaraan dalam menganalisis dan menyusun laporan,
termasuk memanfaatkan hasil penilaian dan mengisi rapor;
3. Tutor pendidikan kesetaraan dalam menerapkan program remedial bagi peserta
didik yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM), dan program
pengayaan bagi peserta didik yang telah mencapai KKM;
4. Kepala SKB, Ketua PKBM atau pimpinan satuan pendidikan nonformal
penyelenggara pendidikan kesetaraan dan penilik dalam menyusun program dan
melaksanakan supervisi akademik bidang penilaian; dan
5. Orang tua dalam memahami sistem dan mekanisme penilaian serta laporan hasil
belajar peserta didik.
D. Sasaran Pengguna
Pedoman Penilaian Pendidikan Kesetaraan diperuntukkan bagi:
1. tutor pendidikan kesetaraan;
2. satuan pendidikan nonformal penyelenggara pendidikan kesetaraan;
3. Kepala SKB, Ketua PKBM atau pimpinan satuan pendidikan nonformal
penyelenggara pendidikan kesetaraan;
4. Penilik yang membidangi pendidikan kesetaraan; dan
5. orang tua peserta didik.
2
BAB II
A. Pengertian
Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk
mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik. Pelaksanaan penilaian peserta didik
pendidikan kesetaraan Program Paket A, Paket B, dan Paket C mengacu pada
standar penilaian pendidikan dan peraturan-peraturan penilaian lain yang relevan
yaitu kriteria mengenai lingkup, tujuan, manfaat, prinsip, mekanisme, prosedur, dan
instrumen penilaian hasil belajar peserta didik yang digunakan sebagai dasar dalam
penilaian hasil belajar peserta didik.
Berkaitan dengan penilaian terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan
antara lain sebagai berikut.
1. Penilaian yang dilakukan oleh tutor pendidikan kesetaraan hendaknya tidak
hanya penilaian atas pembelajaran (assessment of learning), melainkan juga
penilaian untuk pembelajaran (assessment for learning) dan penilaian sebagai
pembelajaran (assessment as learning).
2. Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi dasar (KD)
pada Kompetensi Inti (KI), yaitu KI-1, KI-2, KI-3, dan KI-4.
3. Penilaian menggunakan acuan kriteria, yaitu penilaian yang membandingkan
capaian peserta didik dengan kriteria kompetensi yang ditetapkan. Hasil penilaian
seorang peserta didik, baik formatif maupun sumatif, tidak dibandingkan dengan
hasil peserta didik lainnya namun dibandingkan dengan penguasaan kompetensi
yang ditetapkan. Kompetensi yang ditetapkan merupakan ketuntasan belajar
minimal yang disebut juga dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM).
4. Penilaian dilakukan secara terencana dan berkelanjutan, artinya semua indikator
diukur, kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan KD yang telah dan yang
belum dikuasai peserta didik, serta untuk mengetahui kesulitan belajar peserta
didik.
5. Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut, berupa program
remedial bagi peserta didik dengan pencapaian kompetensi di bawah ketuntasan
dan program pengayaan bagi peserta didik yang telah memenuhi ketuntasan.
Hasil penilaian juga digunakan sebagai umpan balik bagi tutor pendidikan
kesetaraan untuk memperbaiki proses pembelajaran.
3
B. Pendekatan Penilaian Pendidikan Kesetaraan
Dalam perkembangannya penilaian tidak hanya mengukur hasil belajar,
namun yang lebih penting adalah bagaimana penilaian mampu meningkatkan
kompetensi peserta didik dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu penilaian perlu
dilaksanakan melalui melalui tiga pendekatan, yaitu penilaian atas pembelajaran
(assessment of learning), penilaian untuk pembelajaran (assessment for learning),
dan penilaian sebagai pembelajaran (assessment as learning). Penilaian atas
pembelajaran dilakukan untuk mengukur capaian peserta didik terhadap kompetensi
yang telah ditetapkan. Penilaian untuk pembelajaran memungkinkan tutor
pendidikan kesetaraan menggunakan informasi kondisi peserta didik untuk
memperbaiki pembelajaran, sedangkan penilaian sebagai pembelajaran
memungkinkan peserta didik melihat capaian dan kemajuan belajarnya untuk
menentukan target belajar.
Penilaian atas pembelajaran (assessment of learning) merupakan penilaian
yang dilaksanakan setelah proses pembelajaran selesai. Penilaian ini dimaksudkan
untuk mengetahui pencapaian hasil belajar setelah peserta didik selesai mengikuti
proses pembelajaran. Berbagai bentuk penilaian sumatif seperti ujian modul, Ujian
Sekolah Berstandar Nasional, dan ujian nasional merupakan contoh penilaian atas
pembelajaran (assessment of learning).
Penilaian untuk pembelajaran (assessment for learning) dilakukan selama
proses pembelajaran berlangsung dan digunakan sebagai dasar untuk melakukan
perbaikan proses pembelajaran. Dengan penilaian untuk pembelajaran (assessment
for learning) tutor pendidikan kesetaraan dapat memberikan umpan balik terhadap
proses belajar peserta didik, memantau kemajuan, dan menentukan kemajuan
belajarnya. Penilaian untuk pembelajaran (assessment for learning) merupakan
penilaian proses yang dapat dimanfaatkan oleh tutor pendidikan kesetaraan untuk
meningkatkan kinerjanya dalam memfasilitasi peserta didik. Berbagai bentuk
4
assessment) dan penilaian antarteman (peer assessment) merupakan contoh penilaian
sebagai pembelajaran (assessment as learning). Dalam penilaian sebagai
pembelajaran (assessment as learning) peserta didik juga dapat dilibatkan dalam
merumuskan prosedur penilaian, kriteria, maupun rubrik/pedoman penilaian
sehingga mereka mengetahui dengan pasti apa yang harus dilakukan agar
memperoleh capaian belajar yang maksimal.
Pembelajaran pendidikan kesetaraan dapat dilaksanakan dengan cara tatap
muka, tutorial, mandiri terstruktur, atau dalam jaringan (online). Memperhatikan
bentuk pembelajaran pendidikan kesetaraan tersebut maka penilaian lebih ditekankan
pada penilaian atas pembelajaran (assessment of learning). Namun tidak menutup
kemungkinan dilaksanakan penilaian penilaian untuk pembelajaran (assessment for
learning) dan penilaian sebagai pembelajaran (assessment as learning).
C. Prinsip Penilaian
Penilaian hasil belajar peserta didik Paket A, Paket B, dan Paket C
didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut.
1. Sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan
yang diukur.
2. Reliabel, berarti penilaian didasarkan pada data yang konsisten.
3. Objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak
dipengaruhi subjektivitas penilai.
4. Adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik karena
berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat
istiadat, status sosial ekonomi, dan gender.
5. Terpadu, berarti penilaian merupakan salah satu komponen yang tak terpisahkan
dari kegiatan pembelajaran.
6. Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan
keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan.
7. Menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian mencakup semua aspek
kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai untuk
menilai perkembangan kemampuan peserta didik.
8. Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan
mengikuti langkah-langkah baku.
9. Beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian
kompetensi yang ditetapkan.
5
10. Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi
mekanisme, prosedur, teknik, maupun hasilnya.
menggambarkan mutu satuan pendidikan, oleh karena itu KKM setiap tahun perlu
dievaluasi dan diharapkan secara bertahap terjadi peningkatan KKM. Adapun untuk
menentukan KKM dipengaruhi oleh ketiga aspek berikut.
1. Aspek karakteristik materi/kompetensi yaitu memperhatikan kompleksitas KD
dengan mencermati kata kerja yang terdapat pada KD tersebut dan berdasarkan
data empiris dari pengalaman tutor pendidikan kesetaraan dalam membelajarkan
KD tersebut pada waktu sebelumnya. Semakin tinggi aspek kompleksitas
materi/kompetensi, semakin menantang tutor pendidikan kesetaraan untuk
meningkatkan kompetensinya.
2. Aspek intake yaitu memperhatikan kualitas peserta didik yang dapat
diidentifikasi antara lain berdasarkan hasil ujian nasional pada jenjang
pendidikan sebelumnya, hasil tes awal yang dilakukan oleh satuan pendidikan,
atau nilai rapor sebelumnya. Semakin tinggi aspek intake, semakin tinggi pula
nilai KKM-nya.
3. Aspek tutor pendidikan kesetaraan dan daya dukung antara lain memperhatikan
6
ketersediaan tutor pendidikan kesetaraan, kesesuaian latar belakang pendidikan
tutor pendidikan kesetaraan dengan mata pelajaran yang diampu, kompetensi
tutor pendidikan kesetaraan, rasio jumlah peserta didik dalam satu kelas, sarana
prasarana pembelajaran, dukungan dana, dan kebijakan satuan pendidikan.
Semakin tinggi aspek tutor pendidikan kesetaraan dan daya dukung, semakin
tinggi pula nilai KKM-nya.
KKM dibuat untuk semua mata pelajaran pada setiap paket kompetensi. Nilai
KKM ditulis dalam dokumen Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan
disosialisasikan kepada semua komponen satuan pendidikan.
Selanjutnya beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian pendidikan
kesetaraan mengacu pada kurikulum 2013 adalah sebagai berikut.
1. Penilaian yang dilakukan oleh tutor pendidikan kesetaraan hendaknya tidak
hanya penilaian atas pembelajaran (assessment of learning), melainkan juga
penilaian untuk pembelajaran (assessment for learning) dan penilaian sebagai
pembelajaran (assessment as learning).
7
BAB III
PENILAIAN SIKAP, PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN
A. Penilaian Sikap
Penilaian sikap dimaksudkan sebagai penilaian terhadap perilaku peserta didik
dalam proses pembelajaran kegiatan kurikuler maupun ekstrakurikuler, yang
meliputi sikap spiritual dan sosial. Penilaian sikap memiliki karakteristik yang
berbeda dari penilaian pengetahuan dan keterampilan, sehingga teknik penilaian
yang digunakan juga berbeda. Dalam hal ini, penilaian sikap lebih ditujukan untuk
mengetahui perilaku sesuai budi pekerti dalam rangka pembentukan karakter peserta
didik sesuai dengan tujuan pembelajaran.
1. Sikap Spiritual
Penilaian sikap spiritual (KI-1), antara lain: (1) ketaatan beribadah; (2)
berperilaku syukur; (3) berdoa sebelum dan sesudah melakukan kegiatan; dan (4)
toleransi antar umat beragama. Sikap spiritual tersebut dapat ditambah sesuai
karakteristik satuan pendidikan.
2. Sikap Sosial
Penilaian sikap sosial (KI-2) meliputi: (1) jujur yaitu perilaku yang didasarkan
pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam
perkataan, tindakan, dan pekerjaan; (2) disiplin yaitu tindakan yang menunjukkan
perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan; (3) tanggung
jawab yaitu sikap dan perilaku peserta didik untuk melaksanakan tugas dan
kewajibannya, yang seharusnya dilakukan terhadap diri sendiri, masyarakat,
lingkungan, negara, dan Tuhan Yang Maha Esa; (4) santun yaitu perilaku hormat
pada orang lain dengan bahasa yang baik; (5) peduli yaitu sikap dan tindakan
yang selalu ingin memberi bantuan kepada orang lain atau masyarakat yang
membutuhkan; dan (6) percaya diri yaitu suatu keyakinan atas kemampuannya
sendiri untuk melakukan kegiatan atau tindakan. Sikap sosial tersebut dapat
ditambah oleh satuan pendidikan sesuai kebutuhan.
3. Teknik Penilaian Sikap
Penilaian sikap di satuan pendidikan nonformal dilakukan oleh tutor kelas,
tutor pendidikan kesetaraan mata pelajaran agama, dan tutor Pendidkan
8
(incidental record) sebagai unsur penilaian utama. Sedangkan teknik penilaian
diri dan penilaian antar-teman dapat dilakukan dalam rangka pembinaan dan
pembentukan karakter peserta didik, sehingga hasilnya dapat dijadikan sebagai
salah satu alat konfirmasi dari hasil penilaian sikap oleh pendidik.
1. Dalam penilaian sikap, diasumsikan setiap peserta didik memiliki karakter dan
perilaku yang baik, sehingga jika tidak dijumpai perilaku yang menonjol maka nilai
sikap peserta didik tersebut adalah baik, dan sesuai dengan indikator yang
diharapkan. Perilaku menonjol (sangat baik/kurang baik) yang dijumpai selama
proses pembelajaran dimasukkan ke dalam catatan pendidik. Selanjutnya, untuk
menambah informasi, tutor pendidikan kesetaraan kelas mengumpulkan data dari
hasil penilaian sikap yang dilakukan oleh tutor pendidikan kesetaraan muatan
pelajaran lainnya, kemudian merangkum menjadi deskripsi (bukan angka atau skala).
Penilaian yang utama dilakukan oleh tutor pendidikan kesetaraan kelas melalui
observasi selama periode tertentu dan penilaian sikap tidak dilaksanakan pada setiap
kompetensi dasar (KD). Sikap spiritual dan sikap sosial diisi dengan predikat (Sangat
Baik, Baik, Cukup, atau Kurang) dan dilengkapi dengan deskripsi berdasarkan
rangkuman hasil penilaian sikap dari tutor mata pelajaran Agama dan PKn.
Penilaian sikap dapat dilakukan melalui teknik observasi, wawancara,
penilaian diri, dan penilaian antarteman, selama proses pembelajaran berlangsung,
dan tidak hanya di dalam kelas. Hasil penilaian sikap berupa deskripsi yang
menggambarkan perilaku peserta didik. Hasil akhir penilaian sikap diolah menjadi
deskripsi sikap yang dituliskan di dalam rapor peserta didik. Penilaian sikap spiritual
dan sosial dilaporkan kepada orangtua dan pelaku kepentingan sekurang-kurangnya
dua kali dalam satu paket kompetensi. Laporan berdasarkan catatan pendidik hasil
musyawarah tutor, tutor pendidikan kesetaraan mata pelajaran, dan tutor pendidikan
kesetaraan Pendidikan Agama Budi Pekerti serta Pendidikan Kewarganegaraan.
Pelaksanaan penilaian sikap spiritual dan sosial dilakukan setiap hari pada saat
pembelajaran dan di luar pembelajaran dengan menggunakan stimulus yang
disiapkan tutor pendidikan kesetaraan. Respon atau jawaban yang diberikan peserta
didik dicatat dalam lembar observasi disiapkan oleh tutor pendidikan kesetaraan.
Penilaian sikap spiritual dan sosial juga dapat dilakukan dengan menggunakan
penilaian diri dan penilaian antarteman. Hasil penilaian diri dan penilaian antarteman
digunakan tutor pendidikan kesetaraan sebagai penguat atau konfirmasi hasil catatan
observasi yang dilakukan oleh tutor pendidikan kesetaraan.
Stimulus atau lontaran kasus yang diberikan tutor pendidikan kesetaraan
9
hendaknya dalam rangka pembentukan sikap dan perilaku baik sesuai agama peserta
didik, hubungan dengan Tuhan (akhlak mulia), hubungan dengan sesama serta
hubungan dengan lingkungan. Melalui aspek tersebut diharapkan peserta didik
memiliki sikap budi pekerti luhur, sikap sosial yang baik, toleransi beragama, dan
peduli lingkungan.
B. Penilaian Pengetahuan
Penilaian pengetahuan (KI-3) dilakukan dengan cara mengukur penguasaan
peserta didik yang mencakup pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural dalam
berbagai tingkatan proses berpikir. Penilaian dalam proses pembelajaran berfungsi
sebagai alat untuk mendeteksi kesulitan belajar (assesment as learning), penilaian
sebagai proses pembelajaran (assessment for learning), dan penilaian sebagai alat
untuk mengukur pencapaian dalam proses pembelajaran (assessment of learning).
Melalui penilaian tersebut diharapkan peserta didik dapat menguasai kompetensi
yang diharapkan. Untuk itu, digunakan teknik penilaian yang bervariasi sesuai
dengan kompetensi yang akan dinilai, yaitu tes tulis, lisan, dan penugasan. Prosedur
penilaian pengetahuan dimulai dari penyusunan perencanaan, pengembangan
instrumen penilaian, pelaksanaan penilaian, pengolahan, dan pelaporan, serta
pemanfaatan hasil penilaian.
Untuk mengetahui ketuntasan belajar (mastery learning), penilaian ditujukan
untuk mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan (diagnostic) proses pembelajaran.
Hasil tes diagnostik, ditindaklanjuti dengan pemberian umpan balik (feedback)
kepada peserta didik, sehingga hasil penilaian dapat segera digunakan untuk
perbaikan mutu pembelajaran.
Penilaian capaian pengetahuan menggunakan angka dengan rentang
capaian/nilai 0 sampai dengan 100 disertai predikat (Baik Sekali, Baik, Cukup dan
Kurang).
10
instrumen yang akan disusun.
b. Menyusun kisi-kisi yang akan menjadi pedoman dalam penulisan soal. Kisi-
kisi yang lengkap memiliki KD, materi, indikator soal, bentuk soal, jumlah
soal, dan semua kriteria lain yang diperlukan dalam penyusunan soalnya.
Kisi-kisi ini berbentuk format yang disesuaikan dengan kebutuhan. Kisi-kisi
untuk penilaian harian bisa lebih sederhana daripada kisi-kisi untuk penilaian
tengah paket kompetensi atau penilaian akhir paket kompetensi.
c. Menulis soal berdasarkan kisi-kisi dan mengacu pada kaidah-kaidah
penulisan soal. Soal-soal yang telah disusun kemudian dirakit untuk menjadi
perangkat tes. Soal dapat dikelompokkan sesuai muatan pelajaran dalam satu
perangkat terdapat juga disajikan secara terintegrasi sesuai dengan situasi
dan kondisi satuan pendidikan nonformal.
d. Melakukan penskoran berdasarkan pedoman penskoran, hasil penskoran
dianalisis tutor pendidikan kesetaraan dipergunakan sesuai dengan bentuk
penilaian. Misalnya, hasil analisis penilaian hariandigunakan untuk
mengetahui kekuatan dan kelemahan peserta didik. Melalui analisis ini
pendidik akan mendapatkan informasi yang digunakan untuk menentukan
perlu tidaknya remedial atau pengayaan.
2. Tes Lisan
Tes lisan berupa pertanyaan-pertanyaan, perintah, kuis yang diberikan pendidik
secara lisan dan peserta didik merespon pertanyaan tersebut secara lisan.
Jawaban tes lisan dapat berupa kata, frase, kalimat maupun paragraf. Tes lisan
bertujuan menumbuhkan sikap berani berpendapat, mengecek penguasaan
pengetahuan untuk perbaikan pembelajaran, percaya diri, kemampuan
berkomunikasi secara efektif dan atau digunakan untuk mengukur capaian hasil
pembelajaran. Dengan demikian, tes lisan dilakukan pada saat proses
pembelajaran berlangsung. Tes lisan juga dapat digunakan untuk melihat
ketertarikan peserta didik terhadap materi yang diajarkan dan motivasi peserta
didik dalam belajar. Langkah-langkah pelaksanaan tes lisan sebagai berikut:
a. Melakukan analisis KD sesuai dengan muatan pelajaran. Analisis KD
dilakukan pada tema, subtema, dan pembelajaran. Hal ini dilakukan agar
semua kompetensi yang ingin dicapai dalam KD dapat terwakili dalam
instrumen yang akan disusun.
b. Menyusun kisi-kisi yang akan menjadi pedoman dalam pembuatan
pertanyaan, perintah yang harus dijawab peserta didik secara lisan.
11
c. Menyiapkan pertanyaan, perintah yang akan disampaikan secara lisan.
d. Melakukan tes dan analisis untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan
peserta didik. Melalui analisis ini tutor pendidikan kesetaraan akan
mendapatkan informasi yang digunakan untuk menentukan perlu tidaknya
remedial atau pengayaan.
3. Penugasan
Penugasan adalah pemberian tugas kepada peserta didik untuk mengukur
dan/atau memfasilitasi peserta didik memperoleh atau meningkatkan
pengetahuan. Penugasan yang berfungsi untuk penilaian dilakukan setelah
proses pembelajaran (assessment of learning). Sedangkan penugasan sebagai
metode penugasan bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan yang diberikan
sebelum dan/atau selama proses pembelajaran (assessment for learning). Tugas
dapat dikerjakan baik secara individu maupun kelompok sesuai karakteristik
tugas yang diberikan, yang dilakukan di SKB/PKBM, di rumah, dan di luar
SKB/PKBM.
C. Penilaian Keterampilan
Penilaian keterampilan dilakukan dengan mengidentifikasi karateristik
kompetensi dasar aspek keterampilan untuk menentukan teknik penilaian yang
sesuai. Tidak semua kompetensi dasar dapat diukur dengan penilaian kinerja,
penilaian proyek, atau portofolio. Penentuan teknik penilaian didasarkan pada
14
yang lebih baik. Tutor pendidikan kesetaraan dapat memanfaatkan portofolio
untuk mendorong peserta didik mencapai sukses dan membangun harga dirinya.
Secara tak langsung, hal ini mengakibatkan peserta didik dapat membuat
kemajuan lebih cepat untuk mencapai tujuan individualnya. Dengan demikian
tutor pendidikan kesetaraan akan merasa lebih puas dalam mengambil keputusan
penilaian karena didukung oleh bukti-bukti autentik yang telah dicapai dan
dikumpulkan para peserta didiknya.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dan dijadikan panduan dalam penggunaan
penilaian portofolio di satuan pendidikan nonformal adalah sebagai berikut:
16
BAB IV
PELAKSANAAN PENILAIAN
OLEH PENDIDIK DAN SATUAN PENDIDIKAN
2. Pelaksanaan Penilaian
a. Penilaian Sikap Spritual
17
Pelaksanaan penilaian sikap spiritual dilakukan selama proses pembelajaran
satu paket kompetensi. Penilaian terutama dilakukan oleh tutor kelas, tutor
mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti serta Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan. Di samping itu dapat meminta masukan dari
tutor mata pelajaran lainnya serta peserta didik. Penilaian sikap spiritual di
dalam kelas dilakukan oleh tutor pendidikan kesetaraan mata pelajaran. Sikap
peserta didik di luar jam pelajaran diamati/dicatat tutor pendidikan kesetaraan
kelas dan tutor mata pelajaran lainnya. Tutor pendidikan kesetaraan mata
pelajaran dan tutor pendidikan kesetaraan muatan khusus, dan tutor kelas
mencatat perilaku peserta didik yang sangat baik atau kurang baik dalam
jurnal segera setelah perilaku tersebut teramati atau menerima laporan tentang
perilaku tersebut.
Nilai capaian sikap spritual disajikan di rapor untuk setiap paket kompetensi.
Hasil penilaian capaian sikap spiritual di dalam rapor disampaikan dalam
bentuk predikat dan deskripsi.
b. Penilaian Sikap Sosial
Pelaksanaan penilaian sikap sosial dilakukan selama proses pembelajaran
satu paket kompetensi. Penilaian terutama dilakukan oleh tutor kelas, tutor
mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti serta Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan. Di samping itu dapat meminta masukan dari
tutor mata pelajaran lainnya, sedangkan penilaian diri dan penilaian
antarpeserta didik dilakukan sebagai penunjang. Penilaian sikap sosial
dilakukan secara terus-menerus selama satu paket kompetensi.
Tutor pendidikan kesetaraan mata pelajaran, dan tutor kelas mencatat perilaku
peserta didik yang sangat baik atau kurang baik dalam jurnal segera setelah
perilaku tersebut teramati atau menerima laporan tentang perilaku tersebut.
Nilai capaian sikap sosial disajikan di rapor untuk setiap paket kompetensi.
Hasil penilaian capaian sikap sosial di dalam rapor disampaikan dalam bentuk
predikat dan deskripsi.
c. Penilaian Pengetahuan
Pelaksanaan penilaian pengetahuan dilakukan untuk menilai proses dan hasil
belajar peserta didik. Penilaian proses dilakukan dalam bentuk penilaian
penugasan. Cakupan penilaian penugasan disesuaikan dengan karakteristik
kompetensi dasar. Di akhir modul tutor melaksanakan ujian modul untuk
mengetahui capaian pengatahuan. Ujian modul dilaksanakan dalam bentuk
tes.
18
Nilai capaian pengetahuan disajikan di rapor untuk setiap modul. Nilai modul
pengetahuan merupakan nilai gabungan antara nilai penugasan dan nilai ujian
modul. Tutor menetapkan bobot (persentase) nilai penugasan dan nilai ujian
modul. Nilai ujian modul memiliki bobot lebih besar dibandingkan dengan
nilai penugasan. Misalnya satu modul terdapat dua penugasan, maka bobot
nilai dapat ditetapkan 20% nilai penugasan I, 20% nilai penugasan II dan ujian
modul 60%.
Hasil penilaian capaian pengetahuan di dalam rapor disampaikan dalam
bentuk angka dalam skala 0-100 dan predikat.
d. Penilaian Keterampilan
Pelaksanaan penilaian keterampilan dilakukan untuk menilai proses dan hasil
belajar peserta didik. Penilaian proses dilakukan melalui penilaian praktik
selama proses pembelajaran. Sedangkan penilaian hasil dilakukan melalui
penilaian produk, penilaian proyek, dan penilaian portofolio yang diberikan
setelah pembelajaran.
Nilai capaian pengetahuan disajikan di rapor untuk setiap modul. Nilai modul
keterampilan merupakan nilai rerata penugasan jika dalam satu modul
terdapat lebih dari satu penugasan keterampilan. Tidak ada ujian modul untuk
penilaian keterampilan.
Hasil penilaian capaian keterampilan di dalam rapor disampaikan dalam
bentuk angka dalam skala 0-100 dan predikat.
1) Penilaian kinerja
Pelaksanaan penilaian kinerja ditentukan tutor pendidikan kesetaraan
berdasarkan tuntutan KD dan dapat dilakukan untuk satu atau beberapa
KD. Beberapa langkah dalam melaksanakan penilaian kinerja meliputi:
a) menjelaskan rubrik penilaian kepada peserta didik sebelum
pelaksanaan penilaian.
b) memberikan tugas secara rinci kepada peserta didik.
c) memastikan ketersediaan dan kelengkapan alat serta bahan yang
digunakan.
d) melaksanakan penilaian selama rentang waktu yang direncanakan.
e) membandingkan kinerja peserta didik dengan rubrik penilaian.
f) melakukan penilaian secara individual.
g) mencatat hasil penilaian. dan
h) mendokumentasikan hasil penilaian.
2) Penilaian proyek
19
Penilaian proyek dilakukan untuk satu atau beberapa KD pada satu mata
pelajaran atau lintas mata pelajaran. Beberapa langkah dalam
melaksanakan penilaian proyek:
a) menjelaskan rubrik penilaian kepada peserta didik sebelum
pelaksanaan penilaian;
b) memberikan tugas kepada peserta didik;
c) memberikan pemahaman yang sama kepada peserta didik tentang
tugas yang harus dikerjakan;
d) melakukan penilaian selama perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan
proyek;
e) memonitor pengerjaan proyek peserta didik dan memberikan umpan
balik pada setiap tahapan pengerjaan proyek;
f) membandingkan kinerja peserta didik dengan rubrik penilaian;
g) memetakan kemampuan peserta didik terhadap pencapaian
kompetensi minimal;
h) memberikan umpan balik terhadap laporan yang disusun peserta
didik; dan
3. Ketuntasan Modul
Pembelajaran pendidikan kesetaraan diselenggarakan dengan
menggunakan modul, baik melalui belajar mandiri terstruktur maupun
pembelajaran daring (online). Modul untuk setiap mata pelajaran dikembangkan
oleh Direktorat Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan bekerjasama
dengan Puskurbel. Pada setiap modul sudah disediakan penilaian untuk
mengukur pencapaian kompetensi peserta didik baik pengetahuan dan
keterampilan termasuk sikap spiritual dan sikap sosial untuk mata pelajaran
Pendidikan Agama dan Budi Pekerti serta Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan.
Penentuan ketuntasan modul dilakukan dengan cara dibandingkan nilai
modul dengan nilai KKM. Nilai modul yang dibandingkan adalah nilai capaian
pengetahuan dan capaian keterampilan. Ketentuan ketuntasan modul diatur
sebagai berikut.
a. Kriteria modul tuntas adalah nilai capaian pengetahuan dan nilai capaian
keterampilan sama atau lebih dengan nilai KKM.
b. Jika nilai capaian pengetahuan dinyatakan tuntas artinya sama atau lebih dari
nilai KKM sedangkan nilai capaian keterampilan belum mencapai nilai
KKM, maka dinyatakan belum tuntas untuk modul tersebut. Tutor bisa
21
melakukan remedial dengan memberikan penugasan.
c. Jika nilai capaian keterampilan dinyatakan tuntas artinya sama atau lebih dari
nilai KKM sedangkan nilai capaian pengetahuan belum mencapai nilai KKM,
maka dinyatakan belum tuntas untuk modul tersebut. Tutor bisa memberikan
remidial dengan memberikan penugasan dan atau melakukan ujian modul
ulang.
24
BAB V
PEMANFAATAN DAN TINDAK LANJUT HASIL PENILAIAN
25
tutorial kepada rekan atau adik kelas yang mengalami kesulitan belajar.
Melalui tutor pendidikan kesetaraan sebaya diharapkan peserta didik yang
mengalami kesulitan belajar akan lebih terbuka dan akrab.
e. Memberi motivasi pada peserta didik untuk dalam mengikuti setara daring.
3. Hasil Penilaian
a. Nilai remedial yang diperoleh diolah menjadi nilai modul.
b. Nilai modul setelah remedial untuk aspek pengetahuan dihitung dengan
mengganti nilai penugasan atau nilai ujian modul.
c. Penilaian hasil belajar kegiatan pengayaan tidak sama dengan kegiatan
pembelajaran biasa, tetapi cukup dalam bentuk portofolio, dan harus dihargai
sebagai nilai tambah (lebih) dari peserta didik yang normal.
B. Rapor
Penilaian oleh pendidik digunakan untuk mengetahui pencapaian kompetensi
peserta didik sebagai dasar untuk memperbaiki proses pembelajaran dan bahan
penyusunan laporan kemajuan hasil belajar (rapor) peserta didik. Hasil pencapaian
kompetensi peserta didik tersebut disimpan dalam bentuk portofolio perkembangan
27
BAB VI
PENUTUP
Mengetahui
Kepala PKBM NURUL HUDA
A M R A N, S.Pd
28