Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

FISIOLOGI DAN PERUBAHAN KULIT


PADA GERIATRIC

ALIFA AMALIAH MALIK


PO714251201007
A/TK.1

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN FARMASI


JURUSAN FARMASI
POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR
2020/2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah swt ,karena rahmatn-Nya dan pertolongan-Nya sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Fisiologi dan Perubahan Kulit Pada Geriatric“ ini dengan
tepat waktu.Tanpa pertolongan-Nya mungkin saya sebagai penyusun tidak akan sanggup
menyelesaikannya dengan baik.
Makalah ini disusun dengan tujuan sebagai sarana pembelajaran terhadap masalah
anatomi dan fisiologi reproduksi pada pria sehingga kedepannya pembaca dapat mengetahui
organ reproduksi yang ada pada pria.
Makalah ini disusun sebagai pemenuhan tugas yang diberikan oleh Bapak Raimundus
Chaliks,S.Si.,M.Sc selaku guru pembimbing mata kuliah Anatomi Fisiologi Manusia II di
Poltekkes Kemenkes Makassar.Meskipun banyak rintangan baik itu yang datang dari diri saya
sendiri maupun dari luar.Namun,dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah
swt akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Selain itu,saya juga ingin menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada pihak-pihak
yang telah membantu dalam proses pembuatan makalah ini. Penulis menyadari dalam
penyusunan makalah ini masih banyak kekuranagan sehingga kritik dan saran yang
membangun sangat di harapkan demi kesempurnaan makalah untuk kedepannya.

Sinjai, 13 Maret 2021


Penulis,

Alifa Amaliah Malik


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang ..............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .........................................................................................................1
1.3 Tujuan............................................................................................................................2
BAB II TINJAU PUSTAKA.............................................................................................3
2.1 Anatomi Fisiologi Kulit.................................................................................................3
2.2 Perubahan Kulit Pada Geriatric....................................................................................6
2.3 Cara Menjaga Kesehatan Kulit Pada Geriatric..............................................................9
2.4 Masalah Kulit Pada Geriatric.......................................................................................10
BAB III PENUTUP..........................................................................................................13
3.1 Kesimpulan .................................................................................................................13
3.2 Saran ...........................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Istilah geriatri pertama kali digunakan oleh Ignas Leo Vascher pada tahun 1909. Namun ilmu
geriatri sendiri, baru berkembang pada tahun 1935. Pada saat itulah diterapkan penatalaksanaan
terpadu terhadap penderita-penderita lanjut usia (lansia) dilengkapi dengan latihan jasmani dan
rohani (Martono dan Pranarka, 2010).
Lansia atau lanjut usia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah memasuki tahapan
akhir dari fase kehidupannya. Pada Kelompok yang dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu
proses yang disebut Aging Process. Ilmu yang mempelajari fenomena penuaan meliputi proses
menua dan degenerasi sel termasuk masalah-masalah yang ditemui dan harapan lansia disebut
gerontology. Pengertian lain mengatakan bahwa gerontology adalah ilmu yang mempelajari ,
membahas, meneliti segala bidang yang terkait dengan lanjut usia, bukan saja mengenai
kesehatan namun juga mencakup soal kesejahteraan, pemukiman, lingkungan hidup, pendidikan,
perundang-undangan dan sebagainya. Lanjut usia adalah dimana individu yang berusia di atas 60
tahun yang pada umumnya memiliki tanda-tanda terjadinya penurunan fungsi-fungsi biologis,
psikologis, sosial, ekonomi.
Proses menjadi tua disebabkan oleh faktor biologik yang terdiri dari tiga fase yaitu fase
progresif, fase stabil dan fase regresif. Dalam fase regresif mekanisme lebih kearah kemunduran
yang dimulai dalam sel, komponen terkecil dalam tubuh manusia. Begitu pula pada tahap
perkembangan yang lain, maka pada lansia terjadi perubahan fungsi fisik, emosi, kognitif, sosial,
spiritual, dan ekonomi.
Seiring dengan memasuki fase lansia maka, fungsi organ tubuh juga akan menurun, hal ini akan
berdampak terhadap metabolisme dan kekebalan tubuh lansia, sehingga akan rentan terhadap
penyakit.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana anatomi fisiologi kulit?
1.2.2 Bagaimana proses perubahan kulit pada geriatric?
1.2.3 Bagaimana cara menjaga kesehatan kulit pada geriatric?
1.2.4 Apa saja masalah kulit yang terjadi pada geriatric?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui anatomi fisiologi kulit.
1.3.2 Untuk mengetahui proses perubahan kulit pada geriatric.
1.3.3 Untuk mengetahui cara menjaga kesehatan kulit pada geriatric.
1.3.4 Untuk mengetahui masalah kulit pada geriatric.
BAB II
TINJAU PUSTAKA

2.1 Anatomi fisiologi kulit


2.1.1. Definisi Kulit
Kulit adalah organ tubuh terluas yang menutupi otot dan mempunyai peranan dalam homeostatis.
Kulit mempunyai fungsi sebagai pelindung tubuh dari berbagai trauma dan penahan terhadap
bakteri, virus, dan jamur. Kehilangan panas dan penyimpanan panas diatur oleh vasodilatasi atau
sekresi kelenjar-kelenjar keringat. Kulit terdiri dari tiga lapisan, yaitu epidermis, dermis dan
jaringan subkutan.

 Epidermis

Epidermis merupakan lapisan terluar kulit, yang terdiri dari :


1. Stratum korneum, yaitu sel yang telah mati, selnya tipis, datar, tidak mempunyai inti sel dan
mengandung zat keratin.
2. Stratum lusidum, yaitu sel bentuk pipih, mempunyai batas tegas, tetapi tidak ada inti. Lapisan
ini terdapat pada telapak kaki. Dalam lapisan ini terlihat seperti pita yang bening, batas-batas
sudah tidak begitu terlihat.
3. Stratum glanulosum, sel ini berisi inti dan glanulosum.
4. Zona germinalis, terletak dibawah lapisan tanduk dan terdiri atas dua lapisan epitel yang tidak
tegas.
5. Sel berduri, yaitu sel dengan fibril halus yang menyambung sel satu dengan yang lainnya,
sehingga setiap sel seakan-akan tampak berduri.
6. Sel basale, sel ini secara terus-menerus memproduksi sel epidermis baru. Sel ini disusun
dengan teratur, berurutan dan rapat sehingga membentuk lapisan pertama atau lapisan dua sel
pertama dari sel basal yang posisinya diatas papilla dermis.

 Dermis

Dermis terletak dibawah lapisan epidermis. Dermis merupakan jaringan ikat longgar dan terdiri
atas sel-sel fibrinoplas yang mengeluarkan protein kolagen dan elastin. Serabut-serabut kolagen
dan elastin tersusun secara acak, dan menyebabkan dermis terenggang dan memiliki daya tahan.
Seluruh dermis terdapat pembuluh darah, saraf sensorik dan simpatis, pembuluh limfe, folikel
rambut, serta kelenjar keringat dan sebasea. Pada dermis terdapat sel mast yang berfungsi
mengeluarkan histamin selama cidera atau peradangan dan makrofag yang memililki fungsi
memfagositosis sel-sel mati dan mikroorganisme (Corwin, 2009). Dermis terdiri dari dua
lapisan; lapisan atas yaitu pars papilaris (stratum papilaris), dan bagian bawah yaitu pars
retikularis terdiri dari jaringan ikat longgar yang tersusun atas serabutserabut; serabut kolagen,
serabut elastic, dan serabut retikulus (Susanto dan Ari, 2013).

 Subkutan

Subkutan mengikat kulit secara longgar dengan organ-organ yang berada di bawahnya. Lapisan
subkutan mengandung jumlah sel lemak yang beragam, bergantung pada area tubuh dan nutrisi
individu, serta berisi banyak pembuluh darah dan ujung saraf (Sloane, 1994). Sel lemak
berbentuk bulat dengan intinya berdesakan kepinggir, sehingga membentuk seperti cincin.
Lapisan lemak ini disebut penikulus adiposus yang tebalnya tidak sama pada setiap tempat dan
jumlah antara laki-laki dan perempuan. Fungsi penikulus adipose adalah sebagai shok breaker
atau pegas bila tekanan trauma mekanis yang menimpa pada kulit, isolator panas atau untuk
mempertahankan suhu. Di bawah subkutan terdapat selaput otot dan lapisan berikutnya yaitu otot
(Susanto dan Ari, 2013).

2.1.2 Bagian-bagian Kulit


Kulit pada manusia mempunyai bagian-bagian yang terdiri dari:

 Hipodermis

Merupakan zona tradisional diantara kulit dan jaringan adipose dibawahnya. Mengandung lemak
demikian juga jaringan ikat putih dan kuning. Kumparan dari sejumlah gradual sebasea atau
porium tergantung vena dan limfatika. Baik saraf bermealin maupun tidak bermealin ditemukan
dalam kulit yang berisi organ akhir dan banyak serat saraf. Organ ini member respon sensasi
panas, dan dingin nyeri (Susanto dan Ari, 2013).

 Kelenjar Keringat

Terdiri dari dua jenis kelenjar, yaitu ekrin dan apokrin. Kelenjar keringat ekrin menghasilkan
keringat encer yang keluar melalui duktus kelenjar keringat ke pori permukaan kulit dan
memiliki fungsi sebagai termolegulasi. Kelenjar keringat apokrin terletak di genitalia eksternal,
lipat paha, aksila, dan areola. Kelenjar keringat apokrin masih belum aktif hingga pubertas, saat
kelanjar aktif mulai mengeluatkan keringat yang lebih pekat dan jika terkena bakteri akan
menimbulkan bau khas (Brooker, 2005).

 Kelenjar Sebasea

Kelenjar sebasea disebut juga kelenjar holokrin (sel-sel sekretori selama sekresi sebum. Kelenjar
sebasea mengeluarkan sebum yang biasanya dialirkan ke folikel rambut. Sebum adalah
campuran lemak, zat lilin, minyak dan pecahanpecahan sel yang berfungsi sebagai emoliens atau
pelembut kulit dan merupakan suatu barier terhadap evaporasi serta memiliki aktivitas
bakterisida (Sloane, 1995).
 Appendises (meliputi rambut dan kuku)

a.Rambut
Rambut adalah keratin mengeras yang tumbuh dengan kecepatan yang berbeda di bagian tubuh
yang berlainan. Rambut tumbuh sebagai suhu folikel di sebuah saluran, yang dimulai di bagian
dalam lapisan dermis. Setiap folikel rambut saling berhubungan dalam saluran tersebut dengan
sebuah kelenjar sebasea dan serabut otot polos, ysng disebut otot erector pili. Apabila sel otot
erector pili terangsang oleh saraf simpatis, maka rambut akan berdiri tegak. Rambut di kepala
berfungsi sebagai proteksi untuk menghindari kulit kepala terbakar sinar matahari.
b. Kuku
Kuku merupakan suatu bentuk kulit khusus yang dibentuk oleh bagian kulit yaitu akar kuku (nail
root) yang letaknya di jari tangan dan kaki. Kuku utamanya terdiri dari lapisan corneum (lapisan
tanduk) dan berfungsi untuk melindungi jari yang kulitnya tergolong sensitive (Corwin, 2009).

2.1.3 Fungsi kulit


Kulit pada manusia mempunyai banyak fungsi yang berguna dalam menjaga homeostatis tubuh :

 Fungsi Absorpsi

Kulit tidak dapat menyerap air, tetapi dapat menyerap larut-lipid seperti vitamin A, D, E, dan K,
oksigen, karbondioksida. Kemampuan absorpsi kulit dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit,
hidrasi, kelembaban, dan metabolism. Penyerapan dapat berlangsung melalui celah antar sel atau
melalui muara saluran kelenjar, tetapi lebih banyak yang melalui sel-sel epidermis daripada
melalui muara kelenjar (Watson, 2002).

 Fungsi Ekskresi

Kulit berfungsi sebagai tempat pembuangan suatu cairan yang keluar dari dalam tubuh dengan
perantara 2 kelenjar keringan, yakni kelenjar keringat sebaseae dan kelenjar keringat (Watson,
2002).

 Fungsi Pengaturan Suhu Tubuh

Sistem pengaturan suhu dilakukan dengan melebarkan pembuluh darah. Kulit akan
mengeluarkan sejumlah keringat dalam keadaan panas melalui pori-pori, panas dalam tubuh
dibawa keluar bersama keringat. Sebaliknya, jika kondisi udara dingin, pembuluh darah akan
mengecil. Pengecilan pembuluh darah ini bertujuan untuk menahan panas keluar dari tubuh yang
berlebihan. Dengan adanya sistem pengaturan ini, maka suhu tubuh akan selalu dalam kondisi
stabil (Anderson, 1996).
 Fungsi Pelindung

Kulit dapat melindungi tubuh dari gangguan fisik berupa tekanan dan gangguan yang bersifat
kimiawi. Selain itu, kulit juga dapat melindungi kita dari gangguan biologis seperti halnya
serangan bakteri dan jamur. Kulit juga menjaga tubuh agar tidak kehilangan banyak cairan dan
melindungi tubuh dari sinar UV (Gibson, 2002).

 Fungsi Peraba

Pada lapisan dermis terdapat kumpulan saraf yang bisa menangkap rangsangan beruupa suhu,
nyeri dan tekanan. Rangsangan tersebut akan disampaikan ke otak sebagai pusat informasi
sehingga dapat mengetahui apa yang dirasakan (Gibson, 2002).

2.2 Perubahan kulit pada geriatric


Proses penuaan menyebabkan penurunan fungsi organ, termasuk kulit, dan menyebabkan
berbagai masalah kesehatan pada usia lanjut. Pruritus adalah keluhan yang sering ditemukan
pada usia lanjut. Pada suatu studi terhadap 4099 pasien geriatri di Turki, pruritus termasuk dalam
lima penyakit kulit terbanyak dan sering dihubungkan dengan kulit kering.
Insidens dan keparahan kulit kering meningkat dengan bertambahnya usia. Predileksi
tersering adalah di ekstremitas, tetapi juga dapat ditemukan di batang tubuh dan wajah.
Gambaran klinisnya adalah kulit tampak kasar dengan tekstur kulit lebih jelas serta tampak
bersisik, disertai keluhan gatal. Jika memberat, dapat pula tampak kemerahan dan terjadi
fisura.Sebagai respons terhadap gatal, pasien melakukan garukan yang dapat menyebabkan
komplikasi berupa infeksi sekunder, ulserasi, dan luka kronik.Pruritus kronik juga menyebabkan
gangguan tidur yang dapat menyebabkan depresi dan penurunan kualitas hidup.
Dalam beberapa dekade terakhir telah terjadi peningkatan jumlah populasi orangorang yang
berumur lebih dari 45 tahun. Meskipun penyakit kulit tidak berperan penting dalam angka
kematian pada lansia, namun permasalahan kulit yang dihadapi kelompok umur ini cukup
banyak.
Perubahan struktur, fisiologik, dan penurunan fungsi pada kulit lansia mendasari berbagai
kelainan kulit geriatrik. Penuaan kulit harus dibedakan dengan kulit pada lansia dan penuaan
kulit dini (premature aging) yang dapat disebabkan berbagai faktor yang berasal dari dalam
maupun dari luar seperti lingkungan (sinar matahari), pengaruh hormonal, genetik, proses
metabolisme dan penyebab lainnya. Beberapa faktor dapat dihindari atau dikurangi, sedangkan
beberapa tidak.
Penanganan kelainan kulit geriatrik memerlukan perhatian khusus. Kulit kering adalah
kelainan kulit yang paling sering dijumpai pada lansia. Pengetahuan terhadap patogenesis
terutama pada perubahan struktur dan fungsi pada kulit geriatrik akan mengarahkan pada
pemilihan terapi atau perawatan yang tepat dan sesuai.

2.2.1 Penuaan kulit


Proses penuaan kulit terjadi secara alami sesuai penambahan umur secara internal dan eksternal,
yang banyak dipengaruhi oleh lingkungan. Penuaan internal seperti chronological-aging,
biological-aging (genetik), catabolic-aging (penyakit kronis, karsinoma), dan hormonal-aging.
Penuaan eksternal seperti photoaging (radiasi UV), environmental-aging, mechanical-aging,
behavioural-aging, dan gravitational-aging.
Proses penuaan melibatkan berbagai sistem di dalam tubuh yang akan mengakibatkan
menurunnya fungsi sistem-sistem tersebut.
Hal ini dijelaskan dalam beberapa teori meliputi:

 Teori nutritional component

Makanan merupakan faktor terpenting dalam proses penuaan. Kekurangan makanan


menyebabkan kerusakan dan terbatasnya regenerasi sel. Diet berperan penting dalam beberapa
penyakit degeneratif yang menyertai proses penuaan.

 Teori sintesa protein

Terbentuknya protein abnormal akibat gangguan mekanisme sintesa protein yang dipengaruhi
perubahan aktivitas enzim dan proses glikosilasi mendasari proses penuaan.

 Teori molekul radikal bebas

Fragmen molekul radikal bebas yang bereaksi dengan asam lemak tidak jenuh pada membran sel
membentuk produk peroksidasi sehingga dapat menghalangi jalur keluar masuknya makanan
melalui membran sel yang mengakibatkan percepatan kematian sel.

 Teori imunologi

Proses penuaan didasari oleh kerusakan perlahan proses imunologis yang ditandai dengan
penurunan sintesa antibody.

 Teori genetika

Kegagalan regulasi genetik akibat tidak cukupnya perbaikan DNA rusak yang terjadi secara
spontan, karena mutasi sel somatik atau karena besarnya kesalahan dari DNA sendiri (error
catastrophe) menyebabkan proses penuaan.
 Teori stochastic

Proses penuaan disebabkan oleh penimbunan produk sisa lingkungan (radiasi dan bahan
radioakif) sehingga timbul mutasi somatik. Akumulasi perubahan molekul protein fungsional
akibat kesalahan mekanisme sintesa protein merusak kapasitas fisiologik dari sel.

 Teori cross linking collagen-elastin

Makro molekul kolagenelastin yang saling bertautan akan meningkat dengan bertambahnya
umur. Tautan kolagen menjadi jalinan elastin merupakan proses maturitas alamiah matriks
molekul dengan tujuan pada tempat-tempat tertentu berperan memperbaiki fungsi jaringan dan di
sebagian tempat lain dapat mengurangi fungsi jaringan. Proses penuaan disebabkan cross linking
kolagen-elastin yang berlebihan. Degenerasi kolagen yang terjadi setiap waktu oleh proses diatas
menyebabkan serabut kolagen menjadi kurang lentur, lebih rapuh, dan mudah terkoyak.
 Penjelasan penuaan kulit
1. Perubahan sel
Sel menjadi lebih sedikit jumlahnya, lebih besar ukurannya, berkurang jumlah cairan
intraseluler, dan mengalami gangguan dan penurunan mekanisme perbaikan sel.
Pada kulit akan mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak, permukaan kulit
lebih kasar dan bersisik karena penurunan kemampuan regenerasi yang ditandai dengan
penurunan epidermal turnover rate hingga 30%. Perubahan bentuk dan ukuran sel epidermis
diikuti dengan penipisan retraksi rete pegs. Penurunan respon imun kutan dan respon inflamasi
oleh karena penurunan jumlah sel Langerhans hingga 20% selaku penyaji antigen yang diikuti
dengan berkurangnya produksi sitokin dan mediator inflamasi lainnya oleh keratinosit dan
limfosit, serta adanya gangguan migrasi sistem limfatik. Jumlah sel mast di dermis berkurang
hingga 50% karena penurunan aliran darah kulit.
2.Struktur lipid
Perubahan struktur lipid interselular masih normal, namun mengalami penurunan komponen
lipid secara total, sedangkan distribusi kolesterol, ceramide, dan asam lemak bebas normal.
Kelenjar sebasea mengalami hipertrofi dan produksi sebum mengalami penurunan progesif,
meskipun tidak mengalami perubahan jumlah kelenjar. Filagrin yang mengikat filament keratin
ke dalam mikrofibril juga mengalami penurunan.
3.Struktur kimiawi
Derajat keasaman kulit masih tetap. Fungsi endrokin kulit sebagai produsen vitamin D
menurun sejalan dengan bertambahnya umur dan kecenderungan kurangnya paparan sinar
matahari.5 Perubahan permeabilitas kutan terhadap bahan-bahan kimia mempengaruhi fungsi
absorpsi kulit. Bahan hidrofilik seperti hidrokortison dan asam bensoat lebih sulit diabsopsi.
4.Matriks
Peningkatan ekspresi enzim metalloproteinase disertai penurunan inhibitornya
mengakibatkan penurunan matriks kulit sehingga kulit makin menipis. Produksi kolagen baru
menurun, reduksi glikosaminoglikan, terutama asam hialuronat dan dermatan sulfat
menyebabkan turgor kulit menurun dan kulit tampak kendur. Pendataran dermo-epidermal
junction menyebabkan penurunan jumlah folikel rambut, meskipun strukturnya tidak mengalami
perubahan. Keadaan ini diikuti dengan menghilangnya melanosit yang menyebabkan perubahan
warna rambut. Penurunan jumlah dan fungsi kelenjar apokrin yang terjadi secara spontan hingga
70%.Perubahan pada cutaneous nerve ending turut menurunkan ambang rasa nyeri kulit.
Lemak subkutan yang berfungsi sebagai insulator dan shock absorber dalam proses penuaan
mengalami penurunan fungsi termoregulasi dan perubahan distribusi. Perubahan kontur fasial
dan ektremitas tampak lebih jelas disertai peningkatan akumulasi pada daerah abdomen.
Pertumbuhan kuku melambat hingga 30%, perubahan warna dan struktur juga terjadi.
Penurunan fungsi kulit pada lansia meliputi proses keratinisasi, fungsi imunitas,
penyembuhan luka, reaktivasi vaskular, produksi sebum, produksi keringat, fungsi barier,
persepsi sensoris, dan produksi vitamin D. Memahami proses penuaan kulit akan membantu
menjelaskan problematika yang timbul pada aging skin sehingga penanganan yang tepat dapat
diberikan.
2.2.2 Kulit kering (xerotic skin)
Kulit kering adalah kelainan kulit yang paling sering dijumpai pada lansia. Kulit kering
terjadi karena penurunan aktifitas kelenjar keringat dan kelenjar sebasea sehingga produksi
keringat maupun sebum berkurang. Penurunan kadar estersterol dan trigliserida makin
memperburuk keadaan. Keluhan terutama adalah rasa gatal, akibat garukan berulang dapat
terjadi erosi, ekskoriasi sehingga patogen atau bahan kimia yang terpapar dapat mudah masuk
kedalam kulit, dan keadaan ini meningkatkan resiko infeksi dan reaksi peradangan kulit.
Faktor lingkungan seperti kelembaban yang rendah, paparan sinar matahari, dan pemakaian
sabun mandi tanpa pelembab dapat memicu terjadinya xerosis. Penyakit-penyakit yang sering
dijumpai pada lansia, seperti penyakit ginjal, diabetes melitus, penyakit tiroid, atau mereka yang
mendapatkan terapi antidiuretika, antiandrogen, defisiensi zinc dan asam lemak esensial dapat
pula menimbulkan xerosis.

2.3 Cara menjaga kesehatan kulit pada geriatric


Semakin meningkatnya angka harapan hidup dalam beberapa dekade terakhir menyebabkan
populasi usia lebih dari 60 tahun akan meningkat 2–3 kali lipat pada 2050. Hal ini menyebabkan
masalah penuaan kulit akan semakin banyak dijumpai.
Kulit merupakan organ kompleks dan dinamis yang dapat menunjukkan berbagai macam tanda
penuaan. Penuaan kulit terjadi akibat menurunnya struktur dan fungsi kulit, yang terbagi atas
penuaan intrinsik yang terjadi secara alami akibat perubahan fisiologis penambahan usia dan
penuaan ekstrinsik  yang  disebabkan oleh  gaya hidup  dan  faktor   lingkungan terutama sinar
ultraviolet.
Perubahan kulit pada usia lanjut meliputi kulit menjadi kering, kasar dan terasa gatal. Kulit juga
tampak menipis, keriput, kulit wajah mengendur, muncul  bercak-bercak kecokelatan  (age
spots)  dan  bercak keunguan seperti memar. Pertumbuhan tumor jinak kulit ataupun kanker
kulit.
Usia lanjut memerlukan perawatan kulit yang khusus, yakni:

 Jangan mandi terlalu sering.

 Sebaiknya menggunakan air biasa, apabila menggunakan air hangat cukup mandi hanya
10 menit.

 Gunakan sabun berpelembab.

 Selalu menggunakan pelembab kulit.

 Gunakan tabir surya dengan SPF 30 atau lebih dan gunakan 30 menit sebelum aktivitas
keluar rumah.

  Gunakan topi, payung, lengan panjang dan kaca mata hitam saat aktivitas di luar ruangan
pada siang hari.

 Hindari pajanan matahari pada pukul 11.00–15.00.

 Perbanyak konsumsi air putih buah dan sayuran.

 Hindari rokok.

 Pada usia lanjut yang lebih banyak tirah baring membutuhkan perubahan posisi (miring
kanan-kiri) setiap 2 jam untuk menghindari luka/infeksi pada daerah bokong.

 Lakukan pemeriksaan ke dokter kulit bila mendapatkan bercak kulit atau tahi lalat yang
berubah bentuk, membesar, mudah luka atau berdarah

2.4 Masalah kulit pada geriatric


Seiring bertambahnya usia, kulit mengalami sejumlah perubahan.  Adapun kondisi kesehatan
kulit akan tergantung pada beberapa faktor, di antaranya gaya hidup, pola makan, keturunan, dan
kebiasaan lainnya (seperti merokok).
Paparan sinar matahari adalah penyebab utama kerusakan kulit. Kerusakan kulit akibat sinar
matahari disebabkan oleh sinar ultraviolet matahari (UV), yang memecah jaringan elastis
(elastin) di kulit dan menyebabkan kulit melar, kendur, berkerut, dan menjadi bernoda, kadang-
kadang terjadi pertumbuhan pra-kanker dan bahkan kanker kulit.
Faktor-faktor lain yang berkontribusi terhadap penuaan kulit termasuk hilangnya jaringan lemak
antara kulit dan otot, stres, gravitasi, gerakan wajah sehari-hari (tersenyum dan mengerutkan
kening, misalnya) dan obesitas.
Adapun masalah kulit pada lansia yaitu :
1. Kerutan merupakan tanda penuaan kulit yang paling terlihat.  Kulit terkena paparan sinar
matahari dan kulit kehilangan kelenturannya. Perokok cenderung memiliki lebih banyak
kerutan daripada bukan perokok.
2. Garis-garis pada wajah menjadi lebih terlihat ketika kulit kehilangan elastisitasnya (pada
usia 40-an atau 50-an). Garis-garis tersebut bisa berupa horizontal pada dahi, vertikal di
atas hidung, atau melengkung di pelipis, pipi atas, dan di sekitar mulut dan mata.
3. Kulit kering dan gatal adalah masalah umum di kalangan orang dewasa, terutama seiring
bertambahnya usia. Hilangnya kelenjar minyak (yang membantu menjaga kulit tetap
lembut) adalah penyebab utama kulit kering. Kulit kering dan gatal mungkin merupakan
tanda diabetes, penyakit ginjal, atau penyakit hati.
4. Kanker kulit: Paparan sinar matahari (radiasi UV) adalah penyebab paling umum dari
pra-kanker dan kanker kulit, baik karsinoma sel basal atau karsinoma sel skuamosa.
Banyak orang Amerika (satu juta setiap tahun)  mengalami kanker kulit pada usia 65
tahun.
5. Bintik-bintik penuaan: "Bintik-bintik penuaan" adalah bercak coklat yang muncul pada
bagian kulit yang terpapar sinar matahari (wajah, tangan, dan lengan bawah).
6. Luka baring: Luka baring  adalah borok kulit yang timbul karena tekanan ketika orang
berbaring di tempat tidur atau duduk di kursi untuk waktu yang lama. Luka baring adalah
masalah yang cukup umum pada orang yang kesulitan bergerak. Penderita diabetes lebih
rentan terhadap luka baring karena sirkulasi yang buruk. Rotasi atau pemosisian ulang
dapat membantu mencegah luka baring.
7. Keriput: Kerutan tidak bisa "disembuhkan," tetapi penampilannya bisa "dilunakkan"
melalui penggunaan tretinoin (Renova), terutama pada keriput yang disebabkan oleh
kerusakan akibat sinar matahari.
8.  Kulit kering: Perawatan terbaik untuk kulit kering adalah melumasi, melalui penggunaan
lotion bebas resep secara teratur. Pelembap membantu melembapkan kulit. Pelembap
juga membantu melembpbkan kulit. Sering mandi bisa memperparah kulit kering.
9. Kanker kulit: "tahi lalat yang berubah" atau pertumbuhan kulit baru perlu dievaluasi oleh
dokter kulit, mungkin perlu dilakukan biopsi jika diduga mengalami kanker kulit .
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Proses menua disebabkan oleh faktor intrinsik, yang berarti terjadi perubahan struktur
anatomik dan fungsi sel maupun jaringan disebabkan oleh penyimpangan didalam sel/jaringan
dan bukan oleh faktor luar (penyakit) di mana hal tersebut terjadi secara alami dan tidak dapat
dihindari. Terjadinya perubahan anatomik pada sel maupun jaringan tiap saat dalam tahapan
kehidupan menjadi ilmu yang bermanfaat untuk menangani pasien geriatri. Dengan mengetahui
adanya penurunan struktur anatomi dan fungsi tubuh pada lansia atau geriatri, maka akan
disesuaikanlah segala macam peawatan dan pengobatan maupun perilaku sesuai dengan
proporsinya.
Proses penuaan menyebabkan penurunan fungsi organ, termasuk kulit, dan menyebabkan
berbagai masalah kesehatan pada usia lanjut. Pruritus adalah keluhan yang sering ditemukan
pada usia lanjut. Insidens dan keparahan kulit kering meningkat dengan bertambahnya usia.
Predileksi tersering adalah di ekstremitas, tetapi juga dapat ditemukan di batang tubuh dan
wajah.
Perubahan struktur, fisiologik, dan penurunan fungsi pada kulit lansia mendasari berbagai
kelainan kulit geriatrik. Penuaan kulit harus dibedakan dengan kulit pada lansia dan penuaan
kulit dini (premature aging) yang dapat disebabkan berbagai faktor yang berasal dari dalam
maupun dari luar seperti lingkungan (sinar matahari), pengaruh hormonal, genetik, proses
metabolisme dan penyebab lainnya. Beberapa faktor dapat dihindari atau dikurangi, sedangkan
beberapa tidak.
Penanganan kelainan kulit geriatrik memerlukan perhatian khusus. Kulit kering adalah
kelainan kulit yang paling sering dijumpai pada lansia. Pengetahuan terhadap patogenesis
terutama pada perubahan struktur dan fungsi pada kulit geriatrik akan mengarahkan pada
pemilihan terapi atau perawatan yang tepat dan sesuai.
3.2 Saran
Dalam pembuatan makalah ini sebaiknya digunakan beberapa sumber literature agar materi yang
didapatkan lebih jelas dan juga dapat dijadikan sebagai sumber pembelajaran yang efektif.
DAFTAR PUSTAKA

https://fk.unbrah.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/Kulit-Kering-pada-Usia-Lanjut.pdf
https://www.scribd.com/doc/253830563/Penurunan-Anatomi-Dan-Fungsi-Organ-Pada-Geriatri
file:///C:/Users/User/Downloads/253830563-Penurunan-Anatomi-Dan-Fungsi-Organ-Pada-
Geriatri.pdf
http://eprints.umm.ac.id/45567/3/BAB%20II.pdf
http://repository.wima.ac.id/18127/1/1-Aspek_Fisiologi_Penuaan_.pdf

Anda mungkin juga menyukai