Segala puji bagi Allah swt ,karena rahmatn-Nya dan pertolongan-Nya sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Fisiologi dan Perubahan Kulit Pada Geriatric“ ini dengan
tepat waktu.Tanpa pertolongan-Nya mungkin saya sebagai penyusun tidak akan sanggup
menyelesaikannya dengan baik.
Makalah ini disusun dengan tujuan sebagai sarana pembelajaran terhadap masalah
anatomi dan fisiologi reproduksi pada pria sehingga kedepannya pembaca dapat mengetahui
organ reproduksi yang ada pada pria.
Makalah ini disusun sebagai pemenuhan tugas yang diberikan oleh Bapak Raimundus
Chaliks,S.Si.,M.Sc selaku guru pembimbing mata kuliah Anatomi Fisiologi Manusia II di
Poltekkes Kemenkes Makassar.Meskipun banyak rintangan baik itu yang datang dari diri saya
sendiri maupun dari luar.Namun,dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah
swt akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Selain itu,saya juga ingin menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada pihak-pihak
yang telah membantu dalam proses pembuatan makalah ini. Penulis menyadari dalam
penyusunan makalah ini masih banyak kekuranagan sehingga kritik dan saran yang
membangun sangat di harapkan demi kesempurnaan makalah untuk kedepannya.
KATA PENGANTAR.........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang ..............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .........................................................................................................1
1.3 Tujuan............................................................................................................................2
BAB II TINJAU PUSTAKA.............................................................................................3
2.1 Anatomi Fisiologi Kulit.................................................................................................3
2.2 Perubahan Kulit Pada Geriatric....................................................................................6
2.3 Cara Menjaga Kesehatan Kulit Pada Geriatric..............................................................9
2.4 Masalah Kulit Pada Geriatric.......................................................................................10
BAB III PENUTUP..........................................................................................................13
3.1 Kesimpulan .................................................................................................................13
3.2 Saran ...........................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN
Epidermis
Dermis
Dermis terletak dibawah lapisan epidermis. Dermis merupakan jaringan ikat longgar dan terdiri
atas sel-sel fibrinoplas yang mengeluarkan protein kolagen dan elastin. Serabut-serabut kolagen
dan elastin tersusun secara acak, dan menyebabkan dermis terenggang dan memiliki daya tahan.
Seluruh dermis terdapat pembuluh darah, saraf sensorik dan simpatis, pembuluh limfe, folikel
rambut, serta kelenjar keringat dan sebasea. Pada dermis terdapat sel mast yang berfungsi
mengeluarkan histamin selama cidera atau peradangan dan makrofag yang memililki fungsi
memfagositosis sel-sel mati dan mikroorganisme (Corwin, 2009). Dermis terdiri dari dua
lapisan; lapisan atas yaitu pars papilaris (stratum papilaris), dan bagian bawah yaitu pars
retikularis terdiri dari jaringan ikat longgar yang tersusun atas serabutserabut; serabut kolagen,
serabut elastic, dan serabut retikulus (Susanto dan Ari, 2013).
Subkutan
Subkutan mengikat kulit secara longgar dengan organ-organ yang berada di bawahnya. Lapisan
subkutan mengandung jumlah sel lemak yang beragam, bergantung pada area tubuh dan nutrisi
individu, serta berisi banyak pembuluh darah dan ujung saraf (Sloane, 1994). Sel lemak
berbentuk bulat dengan intinya berdesakan kepinggir, sehingga membentuk seperti cincin.
Lapisan lemak ini disebut penikulus adiposus yang tebalnya tidak sama pada setiap tempat dan
jumlah antara laki-laki dan perempuan. Fungsi penikulus adipose adalah sebagai shok breaker
atau pegas bila tekanan trauma mekanis yang menimpa pada kulit, isolator panas atau untuk
mempertahankan suhu. Di bawah subkutan terdapat selaput otot dan lapisan berikutnya yaitu otot
(Susanto dan Ari, 2013).
Hipodermis
Merupakan zona tradisional diantara kulit dan jaringan adipose dibawahnya. Mengandung lemak
demikian juga jaringan ikat putih dan kuning. Kumparan dari sejumlah gradual sebasea atau
porium tergantung vena dan limfatika. Baik saraf bermealin maupun tidak bermealin ditemukan
dalam kulit yang berisi organ akhir dan banyak serat saraf. Organ ini member respon sensasi
panas, dan dingin nyeri (Susanto dan Ari, 2013).
Kelenjar Keringat
Terdiri dari dua jenis kelenjar, yaitu ekrin dan apokrin. Kelenjar keringat ekrin menghasilkan
keringat encer yang keluar melalui duktus kelenjar keringat ke pori permukaan kulit dan
memiliki fungsi sebagai termolegulasi. Kelenjar keringat apokrin terletak di genitalia eksternal,
lipat paha, aksila, dan areola. Kelenjar keringat apokrin masih belum aktif hingga pubertas, saat
kelanjar aktif mulai mengeluatkan keringat yang lebih pekat dan jika terkena bakteri akan
menimbulkan bau khas (Brooker, 2005).
Kelenjar Sebasea
Kelenjar sebasea disebut juga kelenjar holokrin (sel-sel sekretori selama sekresi sebum. Kelenjar
sebasea mengeluarkan sebum yang biasanya dialirkan ke folikel rambut. Sebum adalah
campuran lemak, zat lilin, minyak dan pecahanpecahan sel yang berfungsi sebagai emoliens atau
pelembut kulit dan merupakan suatu barier terhadap evaporasi serta memiliki aktivitas
bakterisida (Sloane, 1995).
Appendises (meliputi rambut dan kuku)
a.Rambut
Rambut adalah keratin mengeras yang tumbuh dengan kecepatan yang berbeda di bagian tubuh
yang berlainan. Rambut tumbuh sebagai suhu folikel di sebuah saluran, yang dimulai di bagian
dalam lapisan dermis. Setiap folikel rambut saling berhubungan dalam saluran tersebut dengan
sebuah kelenjar sebasea dan serabut otot polos, ysng disebut otot erector pili. Apabila sel otot
erector pili terangsang oleh saraf simpatis, maka rambut akan berdiri tegak. Rambut di kepala
berfungsi sebagai proteksi untuk menghindari kulit kepala terbakar sinar matahari.
b. Kuku
Kuku merupakan suatu bentuk kulit khusus yang dibentuk oleh bagian kulit yaitu akar kuku (nail
root) yang letaknya di jari tangan dan kaki. Kuku utamanya terdiri dari lapisan corneum (lapisan
tanduk) dan berfungsi untuk melindungi jari yang kulitnya tergolong sensitive (Corwin, 2009).
Fungsi Absorpsi
Kulit tidak dapat menyerap air, tetapi dapat menyerap larut-lipid seperti vitamin A, D, E, dan K,
oksigen, karbondioksida. Kemampuan absorpsi kulit dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit,
hidrasi, kelembaban, dan metabolism. Penyerapan dapat berlangsung melalui celah antar sel atau
melalui muara saluran kelenjar, tetapi lebih banyak yang melalui sel-sel epidermis daripada
melalui muara kelenjar (Watson, 2002).
Fungsi Ekskresi
Kulit berfungsi sebagai tempat pembuangan suatu cairan yang keluar dari dalam tubuh dengan
perantara 2 kelenjar keringan, yakni kelenjar keringat sebaseae dan kelenjar keringat (Watson,
2002).
Sistem pengaturan suhu dilakukan dengan melebarkan pembuluh darah. Kulit akan
mengeluarkan sejumlah keringat dalam keadaan panas melalui pori-pori, panas dalam tubuh
dibawa keluar bersama keringat. Sebaliknya, jika kondisi udara dingin, pembuluh darah akan
mengecil. Pengecilan pembuluh darah ini bertujuan untuk menahan panas keluar dari tubuh yang
berlebihan. Dengan adanya sistem pengaturan ini, maka suhu tubuh akan selalu dalam kondisi
stabil (Anderson, 1996).
Fungsi Pelindung
Kulit dapat melindungi tubuh dari gangguan fisik berupa tekanan dan gangguan yang bersifat
kimiawi. Selain itu, kulit juga dapat melindungi kita dari gangguan biologis seperti halnya
serangan bakteri dan jamur. Kulit juga menjaga tubuh agar tidak kehilangan banyak cairan dan
melindungi tubuh dari sinar UV (Gibson, 2002).
Fungsi Peraba
Pada lapisan dermis terdapat kumpulan saraf yang bisa menangkap rangsangan beruupa suhu,
nyeri dan tekanan. Rangsangan tersebut akan disampaikan ke otak sebagai pusat informasi
sehingga dapat mengetahui apa yang dirasakan (Gibson, 2002).
Terbentuknya protein abnormal akibat gangguan mekanisme sintesa protein yang dipengaruhi
perubahan aktivitas enzim dan proses glikosilasi mendasari proses penuaan.
Fragmen molekul radikal bebas yang bereaksi dengan asam lemak tidak jenuh pada membran sel
membentuk produk peroksidasi sehingga dapat menghalangi jalur keluar masuknya makanan
melalui membran sel yang mengakibatkan percepatan kematian sel.
Teori imunologi
Proses penuaan didasari oleh kerusakan perlahan proses imunologis yang ditandai dengan
penurunan sintesa antibody.
Teori genetika
Kegagalan regulasi genetik akibat tidak cukupnya perbaikan DNA rusak yang terjadi secara
spontan, karena mutasi sel somatik atau karena besarnya kesalahan dari DNA sendiri (error
catastrophe) menyebabkan proses penuaan.
Teori stochastic
Proses penuaan disebabkan oleh penimbunan produk sisa lingkungan (radiasi dan bahan
radioakif) sehingga timbul mutasi somatik. Akumulasi perubahan molekul protein fungsional
akibat kesalahan mekanisme sintesa protein merusak kapasitas fisiologik dari sel.
Makro molekul kolagenelastin yang saling bertautan akan meningkat dengan bertambahnya
umur. Tautan kolagen menjadi jalinan elastin merupakan proses maturitas alamiah matriks
molekul dengan tujuan pada tempat-tempat tertentu berperan memperbaiki fungsi jaringan dan di
sebagian tempat lain dapat mengurangi fungsi jaringan. Proses penuaan disebabkan cross linking
kolagen-elastin yang berlebihan. Degenerasi kolagen yang terjadi setiap waktu oleh proses diatas
menyebabkan serabut kolagen menjadi kurang lentur, lebih rapuh, dan mudah terkoyak.
Penjelasan penuaan kulit
1. Perubahan sel
Sel menjadi lebih sedikit jumlahnya, lebih besar ukurannya, berkurang jumlah cairan
intraseluler, dan mengalami gangguan dan penurunan mekanisme perbaikan sel.
Pada kulit akan mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak, permukaan kulit
lebih kasar dan bersisik karena penurunan kemampuan regenerasi yang ditandai dengan
penurunan epidermal turnover rate hingga 30%. Perubahan bentuk dan ukuran sel epidermis
diikuti dengan penipisan retraksi rete pegs. Penurunan respon imun kutan dan respon inflamasi
oleh karena penurunan jumlah sel Langerhans hingga 20% selaku penyaji antigen yang diikuti
dengan berkurangnya produksi sitokin dan mediator inflamasi lainnya oleh keratinosit dan
limfosit, serta adanya gangguan migrasi sistem limfatik. Jumlah sel mast di dermis berkurang
hingga 50% karena penurunan aliran darah kulit.
2.Struktur lipid
Perubahan struktur lipid interselular masih normal, namun mengalami penurunan komponen
lipid secara total, sedangkan distribusi kolesterol, ceramide, dan asam lemak bebas normal.
Kelenjar sebasea mengalami hipertrofi dan produksi sebum mengalami penurunan progesif,
meskipun tidak mengalami perubahan jumlah kelenjar. Filagrin yang mengikat filament keratin
ke dalam mikrofibril juga mengalami penurunan.
3.Struktur kimiawi
Derajat keasaman kulit masih tetap. Fungsi endrokin kulit sebagai produsen vitamin D
menurun sejalan dengan bertambahnya umur dan kecenderungan kurangnya paparan sinar
matahari.5 Perubahan permeabilitas kutan terhadap bahan-bahan kimia mempengaruhi fungsi
absorpsi kulit. Bahan hidrofilik seperti hidrokortison dan asam bensoat lebih sulit diabsopsi.
4.Matriks
Peningkatan ekspresi enzim metalloproteinase disertai penurunan inhibitornya
mengakibatkan penurunan matriks kulit sehingga kulit makin menipis. Produksi kolagen baru
menurun, reduksi glikosaminoglikan, terutama asam hialuronat dan dermatan sulfat
menyebabkan turgor kulit menurun dan kulit tampak kendur. Pendataran dermo-epidermal
junction menyebabkan penurunan jumlah folikel rambut, meskipun strukturnya tidak mengalami
perubahan. Keadaan ini diikuti dengan menghilangnya melanosit yang menyebabkan perubahan
warna rambut. Penurunan jumlah dan fungsi kelenjar apokrin yang terjadi secara spontan hingga
70%.Perubahan pada cutaneous nerve ending turut menurunkan ambang rasa nyeri kulit.
Lemak subkutan yang berfungsi sebagai insulator dan shock absorber dalam proses penuaan
mengalami penurunan fungsi termoregulasi dan perubahan distribusi. Perubahan kontur fasial
dan ektremitas tampak lebih jelas disertai peningkatan akumulasi pada daerah abdomen.
Pertumbuhan kuku melambat hingga 30%, perubahan warna dan struktur juga terjadi.
Penurunan fungsi kulit pada lansia meliputi proses keratinisasi, fungsi imunitas,
penyembuhan luka, reaktivasi vaskular, produksi sebum, produksi keringat, fungsi barier,
persepsi sensoris, dan produksi vitamin D. Memahami proses penuaan kulit akan membantu
menjelaskan problematika yang timbul pada aging skin sehingga penanganan yang tepat dapat
diberikan.
2.2.2 Kulit kering (xerotic skin)
Kulit kering adalah kelainan kulit yang paling sering dijumpai pada lansia. Kulit kering
terjadi karena penurunan aktifitas kelenjar keringat dan kelenjar sebasea sehingga produksi
keringat maupun sebum berkurang. Penurunan kadar estersterol dan trigliserida makin
memperburuk keadaan. Keluhan terutama adalah rasa gatal, akibat garukan berulang dapat
terjadi erosi, ekskoriasi sehingga patogen atau bahan kimia yang terpapar dapat mudah masuk
kedalam kulit, dan keadaan ini meningkatkan resiko infeksi dan reaksi peradangan kulit.
Faktor lingkungan seperti kelembaban yang rendah, paparan sinar matahari, dan pemakaian
sabun mandi tanpa pelembab dapat memicu terjadinya xerosis. Penyakit-penyakit yang sering
dijumpai pada lansia, seperti penyakit ginjal, diabetes melitus, penyakit tiroid, atau mereka yang
mendapatkan terapi antidiuretika, antiandrogen, defisiensi zinc dan asam lemak esensial dapat
pula menimbulkan xerosis.
Sebaiknya menggunakan air biasa, apabila menggunakan air hangat cukup mandi hanya
10 menit.
Gunakan tabir surya dengan SPF 30 atau lebih dan gunakan 30 menit sebelum aktivitas
keluar rumah.
Gunakan topi, payung, lengan panjang dan kaca mata hitam saat aktivitas di luar ruangan
pada siang hari.
Hindari rokok.
Pada usia lanjut yang lebih banyak tirah baring membutuhkan perubahan posisi (miring
kanan-kiri) setiap 2 jam untuk menghindari luka/infeksi pada daerah bokong.
Lakukan pemeriksaan ke dokter kulit bila mendapatkan bercak kulit atau tahi lalat yang
berubah bentuk, membesar, mudah luka atau berdarah
3.1 Kesimpulan
Proses menua disebabkan oleh faktor intrinsik, yang berarti terjadi perubahan struktur
anatomik dan fungsi sel maupun jaringan disebabkan oleh penyimpangan didalam sel/jaringan
dan bukan oleh faktor luar (penyakit) di mana hal tersebut terjadi secara alami dan tidak dapat
dihindari. Terjadinya perubahan anatomik pada sel maupun jaringan tiap saat dalam tahapan
kehidupan menjadi ilmu yang bermanfaat untuk menangani pasien geriatri. Dengan mengetahui
adanya penurunan struktur anatomi dan fungsi tubuh pada lansia atau geriatri, maka akan
disesuaikanlah segala macam peawatan dan pengobatan maupun perilaku sesuai dengan
proporsinya.
Proses penuaan menyebabkan penurunan fungsi organ, termasuk kulit, dan menyebabkan
berbagai masalah kesehatan pada usia lanjut. Pruritus adalah keluhan yang sering ditemukan
pada usia lanjut. Insidens dan keparahan kulit kering meningkat dengan bertambahnya usia.
Predileksi tersering adalah di ekstremitas, tetapi juga dapat ditemukan di batang tubuh dan
wajah.
Perubahan struktur, fisiologik, dan penurunan fungsi pada kulit lansia mendasari berbagai
kelainan kulit geriatrik. Penuaan kulit harus dibedakan dengan kulit pada lansia dan penuaan
kulit dini (premature aging) yang dapat disebabkan berbagai faktor yang berasal dari dalam
maupun dari luar seperti lingkungan (sinar matahari), pengaruh hormonal, genetik, proses
metabolisme dan penyebab lainnya. Beberapa faktor dapat dihindari atau dikurangi, sedangkan
beberapa tidak.
Penanganan kelainan kulit geriatrik memerlukan perhatian khusus. Kulit kering adalah
kelainan kulit yang paling sering dijumpai pada lansia. Pengetahuan terhadap patogenesis
terutama pada perubahan struktur dan fungsi pada kulit geriatrik akan mengarahkan pada
pemilihan terapi atau perawatan yang tepat dan sesuai.
3.2 Saran
Dalam pembuatan makalah ini sebaiknya digunakan beberapa sumber literature agar materi yang
didapatkan lebih jelas dan juga dapat dijadikan sebagai sumber pembelajaran yang efektif.
DAFTAR PUSTAKA
https://fk.unbrah.ac.id/wp-content/uploads/2018/09/Kulit-Kering-pada-Usia-Lanjut.pdf
https://www.scribd.com/doc/253830563/Penurunan-Anatomi-Dan-Fungsi-Organ-Pada-Geriatri
file:///C:/Users/User/Downloads/253830563-Penurunan-Anatomi-Dan-Fungsi-Organ-Pada-
Geriatri.pdf
http://eprints.umm.ac.id/45567/3/BAB%20II.pdf
http://repository.wima.ac.id/18127/1/1-Aspek_Fisiologi_Penuaan_.pdf