Sistem Proteksi
Sistem Proteksi
VIERRY PANGARIBUAN
1805032032
EL 6C
MEDAN
2021
Konsep Dasar dan Ruang Lingkup Proteksi Sistem Distribusi
1. Konsep Dasar Proteksi
Kehandalan suatu sistem tenaga listrik antara lain ditentukan oleh
frekuensi pemadaman yang terjadi dalam sistem tersebut. Semakin sering frekuensi
pemadaman dan semakin lama waktu pemadaman, semakin rendah tingkat
kehandalan sistem tersebut. Pemadaman yang terjadi pada sistem tenaga listrik
biasanya disebabkan oleh gangguan, sehingga untuk mengatasi gangguan dan
meningkatkan kehandalan sistem diperlukan sebuah mekanisme yang dapat
menghindari frekuensi pemadaman yang terlalu sering dalam jangka waktu yang
lama. Mekanisme ini dalam sistem kelistrikan dikenal dengan istilah sistem proteksi
(pengaman sistem).
Gangguan Pada Sistem Distribusi
Gangguan yang terjadi pada sistem distribusi biasanya merupakan
gangguan – gangguan yang terkait dengan saluran penghantar dan peralatan –
peralatan gardu distribusi seperti trafo distribusi, kawat pentanahan dan sebagainya.
Seperti pada sistem tenaga umumnya, maka gangguan yang terjadi pada sistem
distribusi dapat dikategorikan sebagai berikut:
a. Gangguan hubung singkat
Gangguan hubung singkat dapat terjadi antar fase (3 fase atau 2 fase) atau 1 fase
ketanah dan sifatnya bisa temporer atau permanen.
Gangguan permanen : Hubung singkat pada kabel, belitan trafo, generator,
(tembusnya isolasi).
Gangguan temporer : Flashover karena sambaran petir, flashover dengan
pohon, tertiup angin.
b. Gangguan beban lebih
Gangguan beban lebih terjadi karena pembebanan sistem distribusi yang melebihi
kapasitas sistem terpasang. Gangguan ini sebenarnya bukan gangguan murni,
tetapi bila dibiarkan terus-menerus berlangsung dapat merusak peralatan.
c. Gangguan tegangan lebih
Gangguan tegangan lebih termasuk gangguan yang sering terjadi pada saluran
distribusi. Berdasarkan penyebabnya maka gangguan tegangan lebih ini dapat
dikelompokkan atas 2 hal:
- Tegangan lebih power frekwensi.
Pada sistem distribusi hal ini biasanya disebabkan oleh kesalahan pada AVR
atau pengatur tap pada trafo distribusi.
- Tegangan lebih surja
Gangguan ini biasanya disebabkan oleh surja hubung atau surja petir.
Dari ketiga jenis gangguan tersebut, gangguan yang lebih sering terjadi dan
berdampak sangat besar bagi sistem distribusi adalah gangguan hubung singkat.
Sehingga istilah gangguan pada sistem distribusi lazim mengacu kepada gangguan
hubung singkat dan peralatan proteksi yang dipasang cenderung mengatasi gangguan
hubung singkat ini.
Tujuan perlindungan sistem terhadap gangguan:
Menghindari penurunan tegangan pada sisi pelanggan
Menghindari hilangnya keuntungan perusahaan
Mencegah dan meminimalisir kerusakan pada komponen sistem
Menjaga kestabilan sistem tenaga
Melindungi keselamatan personil dan masyarakat umum.
Menghindari kecenderungan gangguan yang tidak dapat hilang dengan
sendirinya.
Fungsi proteksi
Mengurangi risiko yang ditimbulkan ke level yang aman dengan menghilangkan
gangguan atau abnormalitas sistem sesegera mungkin dan meminimalkan pemutusan
operasi pada sistem tenaga.
Karakteristik Sistem Proteksi
Beberapa karakteristik yang harus dimiliki oleh sebuah sistem proteksi yang baik dan
handal antara lain:
Reliabilitas (Reliability)
Relai dapat beroperasi seketika diperlukan dan tidak beroperasi jika tidak diperlukan.
Reliabilitas terbagi atas 2 karakteristik:
o Dependabilitas: Kemampuan beroperasi sesuai kebutuhan (tidak gagal beroperasi
jika terjadi gangguan).
o Security: Tetap dalam kondisi tidak beroperasi ketika tidak ada gangguan yang
terkait dengan sistem yang diproteksi (tidak salah kerja).
Selectivitas ( Selectivity )
Kemampuan mengisolasi bagian sistem yang mengalami gangguan, yang tidak
mengalami gangguan tetap beroperasi. Mekanisme ini dicapai dengan pengaturan
daerah proteksi (zona proteksi).
Kecepatan operasi ( Speed of Operation )
Relai harus beroperasi secepat mungkin sehingga:
o Waktu penghilangan gangguan (fault clearance time) tidak berlebihan.
o Kerusakan peralatan sistem (akibat pemanasan berlebih/efek thermal
gangguan) dapat dihindari.
o Resiko penurunan tegangan dikurangi
o Risiko keselamatan berkurang
o Ketidakstabilan sistem berkurang.
Fleksibel ( Flexibility )
Kemampuan untuk mengakomodasi kondisi sistem yang berbeda dan kemungkinan
perluasan sistem yang ada.
Sensitivitas ( Sensitivity )
Sistem pengaman harus peka dan mampu beroperasi pada kondisi gangguan
minimum sekalipun.
Diskriminasi ( Discrimination )
Relai mampu membedakan kondisi operasi ketika gangguan minimal pada daerah
proteksinya dan tidak beroperasi ketika pembebanan maksimum dan gangguan diluar
daerahnya.
Dicapai melalui beberapa cara:
o Time grading: cepat untuk daerah dalam zona, lambat diluar zona
o Sensitivity grading: sensitif untuk daerah dalam zona, kurang sensitive
untuk luar zona
o Unit Protection: Zona didefinisikan per unit
o Kombinasi metoda diatas
Zona Proteksi
Untuk memperoleh tingkat selektifitas yang tinggi, dimana hanya bagian sistem yang
terganggu saja yang diisolasi (mengalami pemutusan), maka pada sistem proteksi
dibentuk daerah – daerah proteksi yang dinamakan zona proteksi. Zona – zona
proteksi ini biasanya dibatasi dengan PMT (CB) yang dapat memutuskan dan
menghubungkan antar zona proteksi yang mengalami ganguan jika menerima
instruksi dari relai.
ZONA PROTEKSI SISTEM TENAGA LISTRIK
ZONA PROTEKSI
GENERATOR
ZONA PROTEKSI
GENERATOR -TRAFO
ZONA PROTEKSI
BUSBAR
ZONA PROTEKSI
TRANSMISI
ZONA PROTEKSI
TRAFO TENAGA
ZONA PROTEKSI
BUSBAR
ZONA PROTEKSI
BUSBAR TM
ZONA PROTEKSI
JARINGAN TM
Zona Proteksi Utama (Main Protection)
o Zona utama yang terdiri atas peralatan pengaman utmana yang harus
beroperasi untuk zona yang diproteksinya.
Zona Proteksi Pendukung (Backup Protection)
o Zona pendukung (cadangan) yang diperlukan untuk mengantisipasi kegagalan
peralatan pada zona proteksi utama.
o Dipergunakan untuk meningkatkan kehandalan sistem proteksi
(dependabilitas).
o Terdiri atas:
- Lokal Backup, dimana peralatan pendukung berada pada zona yang sama
dengan peralatan proteksi utama.
- Remote Backup, dimana peralatan pendukung berada pada zona yang
bersebelahan dengan peralatan proteksi utama.
B
A
20 kV D E
150 kV
Kawasan Pengaman
Kawasan Pengaman Overlapping
UtamaCadangan
Gen.- Trafo Kawasan
Lokal Saluran A-B yang berfungsi pula Pengaman Utama (Diferensial
sebagai Cadangan
Kawasanjauh Trafo)
bagi Bus
Pengamanan 150 kV Bus 20 kV yang berfungsi pula sebagai pengaman cadang
Utama
Kawasan Pengaman Cadangan Lokal Trafo yang berfungsi pula sebagai Cadangan Jauh Bus 20 kV
a. rangkaian CT b. Simbol CT
Klasifikasi CT (Berdasarkan IEC 44-1):
Class 0.2 S and 0.2 digunakan untuk pengukuran dengan presisi tinggi
Class 0.5 and 0.5 S digunakan untuk pengukuran normal
Class 1.0 and 3 digunakan untuk pengukuran instrument dan statistik
Class 5P and 10P digunakan pada relai proteksi, contoh spesifikasi penulisan:
5P20 (20 menyatakan faktor limit akurasi terhadap arus rating)
Class TPX, TPY and TPZ digunakan untuk kondisi transient dimana TPY and
TPZ dilengkapi dengan celah udara dan inti yang besar.
b. Trafo Tegangan (VT)
Trafo tegangan dalam sistem tiga fasa mengukur tegangan antara dua
konduktor atau tegangan antara satu konduktor dengan tanah. Menurut
standar, trafo tegangan mensuplai tegangan 100 V, atau juga 100 V/ 3 pada
sisi sekunder dalam kondisi operasi teraan (rating operation). Rasio
transformasi teraan KN = U1N / U2N diberikan dalam bentuk fraksi (misalnya
200000 V / 100 V), seperti pada trafo arus. Trafo tegangan didesain untuk
pemakaian pada beban resistansi tinggi karena itu tidak pernah dihubung
singkat pada sisi sekundernya. Tidak seperti pada trafo arus, sisi sekunder
trafo tegangan dapat diproteksi dengan fuse.
Trafo tegangan terdiri dari dua type yaitu magnetik dan kapasitor yang
masing-masingnya punya karakteristik yang berbeda. Magnetik PT dibedakan
dari trafo daya dalam pendinginan dan ukuran konduktor, outputnya
ditetapkan dengan ketepatan peralatan yang lebih baik dari pada dengan limit
pengoperasian temprature. Sejak isolasi peralatan disamakan untuk power
trafo harga magnetik PT untuk circuit 100 KV menjadi dilarang. Sekarang
dalam prakteknya untuk menurunkan VL , tegangan kapasitansi dibagi
sebelum digunakan untuk trafo tegangan . Rating tegangan bagan primer PT
bisa demikian setelah diturunkan menjadi 110 VL . Kapasitor PT biasanya
dipilih untuk stasiun indoor untuk menghindari bahaya api. Berikut gambar
rangkaian magnetik dan kapasitor PT:
a. Magnetik PT b. Kapasitor PT
1.2. Peralatan Pemutus Rangkaian
a. Relai
Relai adalah alat yang memproteksi sistem tenaga listrik dengan cara
mendeteksi gangguan yang terjadi pada saluran, jika terjadi gangguan maka
relai akan memberikan suplay daya kepada rangkaian proteksi untuk
memutuskan arus yang menyebabkan gangguan tersebut.
Klasifikasi relai
Berdasarkan besaran input:
1. Arus [ I ] : Relai Arus lebih [ OCR ], Relai Arus kurang [UCR]
2. Tegangan [V] : Relai tegangan lebih [OVR], Relai tegangan kurang
[UVR]
3. Frekuensi [f] : Relai frekuensi lebih {OFR], Relai frekuensi kurang
[UFR]
4. Daya [P;Q] : Relai daya Max / Min, Relai arah / Directional, Relai
Daya balik.
5. Impedansi [Z] : Relai jarak [Distance]
6. Beda arus : Relai diferensial
Berdasarkan karakteristik waktu kerja:
1. Seketika [Relai instant / Moment /high speed ]
2. Penundaan waktu [ time delay ]
Definite time relai
Inverse time relai
3. Kombinasi instant dengan tundaan waktu
Berdasarkan jenis kontak:
1 Relai dengan kontak dalam keadaan normal terbuka [ normally open
contact]
2. Relai dengan kontak dalam keadaan normal tertutup [ normally close
contact]
Berdasarkan fungsi:
1. Relai Proteksi
2. Relai Monitor
3. Relai programming ; Reclosing relai, synchro check relai
4. Relai pengaturan {regulating relai}
5. Relai bantu: sealing unit, lock out relai, closing relai dan tripping relai
Berdasarkan prinsip kerja:
1. Tipe Elektromekanis
a. Tarikan magnit ; tipe plunger, tipe hinged armature, tipe tuas
seimbang
b. Induksi : tipe shaded pole, tipe KWH, tipe mangkok { Cup }
2. Tipe Thermis
3. Tipe gas ; relai buccholz
4. Tipe Tekanan ; pressure relai
5. Tipe Statik (Elektronik)
b. Circuit Breaker (CB)
Circuit breaker merupakan perangkat pengaman arus lebih yang
bekerja membuka dan memutus rangkaian secara non-otomatis dan memutus
rangkaian secara otomatis ketika arus yang mengalir dirangkaian melebihi
rating arus yang telah ditentukan tanpa menimbulkan kerusakan pada
peralatan (CB dan rangkaian) pada saat terjadi gangguan.
Klasifikasi circuit breaker
Berdasarkan Pemakaian:
1. LVCB (Low Voltage Circuit Breaker, < 600 V)
2. MVCB (Medium Voltage Circuit Breaker, 600 V – 1000 V)
3. HVCB (High Voltage Circuit Breaker, > 1000 V )
Berdasarkan Konstruksi:
1. MCCB (Molded Case Circuit Breaker)
2. ICCB (Insulated Case Circuit Breaker)
Berdasarkan Medium:
1. Air : Medium pemutus udara.
2. Oil : Medium pemutus minyak
3. Gas : Medium pemutus gas (SF6)
4. Vacuum : Medium pemutus hampa udara.
c. Fuse ( Pelebur )
Fuse adalah alat yang memproteksi sistem tenaga listrik dengan cara
mendeteksi gangguan yang terjadi pada saluran berdasarkan seting nilai
tertentu, jika terjadi gangguan yang melewati batas seting yang ditentukan
maka fuse akan secara langsung memutuskan arus yang menyebabkan
gangguan tersebut dengan mekanisme meleburnya elemen fuse yang
menghubungkan sistem tersebut.
Klasifikasi Fuse
Berdasarkan konstruksi:
Klasifikasi fuse menurut konstruksi fisiknya diperlihatkan pada gambar
berikut:
b. semi-enclosed fuse
a. cartridge fuse
c. Expulsion fuse
d. Liquid fuse
Pada saat memasang trafo arus, harus memperhatikan arah arus. Untuk
maksud ini, terminal sisi primer yang ditandai “K” (ke sisi pusat pembangkit)
dan yang ditandai dengan “L” (ke sisi saluran). Berkaitan dengan sisi primer,
terminal pada sisi sekunder ditandai “k” dan “l”.
Trafo arus didesain untuk pemakaian pada beban dengan resistansi yang
sangat rendah, dan tidak pernah dioperasikan dengan kondisi rangkaian terbuka
pada sisi sekundernya. Dalam pemakaiannya, dikenal trafo arus untuk instrumen/
pengukuran (dilabelkan dengan M) dan trafo arus untuk keperluan proteksi
(diberi label P).
Deviasi arus sekunder CT dari nilai setnya dalam persen disebut
kesalahan arus
FI , yang didefinisikan sebagai berikut:
I2 .KN I1
F 100%
I I1
I1 arus primer dalam A,
I2 arus sekunder dalam A,
Sebagai catatan yaitu, karena hambatan ammeter sangat rendah, maka trafo arus
secara normalnya bekerja short circuit. Jadi perlu diingat bahwa trafo arus tidak
boleh dioperasikan dalam kondisi rangkaian terbuka (open circuit) pada sisi
sekundernya. Jika ini terjadi, maka akan terjadi fluks abnormal yang sangat besar
pada si si primer yang menghasilkan rugi inti yang berlebihan yang diikuti
dengan pemanasan dan tegangan yang tinggi melewati terminal sekunder.
Spesifikasi CT:
Rating arus primer
Rating arus sekunder
o 5A: biasanya digunakan pada relai elektromekanis.
o 1A: digunakan pada relai statis yang lebih sensitif terhadap arus kecil.
Rasio transformasi, eg 400/200/1 or 800/5
Kelas akurasi
Berdasarkan spesifikasi diatas, terdapat 2 tipe CT:
P class CT: biasanya digunakan pada peralatan proteksi dengan respon
waktu tidak terlalu kritikal .
Contoh spesifikasi CT: 5P 100 F20
Maksudnya untuk 20 kali arus nominal output ke beban, menghasilkan
100V, pada sisi sekunder trafo , error yang dihasilkan tidak lebih dari 5%.
PL class CT: digunakan untuk peralatan proteksi dengan kecepatan operasi
tinggi dengan memperhitungkan aspek transient. :
Contoh spesifikasi : 0.1PL200R3.0:
Tahanan sekunder kurang dari 3.0 ohms pada 75°C, tegangan knee point
200V dan arus magnetisasi pada tegangan knee point voltage adalah 0.1 A.
Tegangan knee point adalah tegangan dimana kenaikan 10% pada tegangan
magnetisasi menyebabkan kenaikan 50% pada arus magnetisasi.
300
250
+10%
200
Voltage (V)
150
100
50
0
0.00 0.10 +50% 0.20 0.30 0.40 0.50 0.60
Magnetising Current (Amps)
3. Relai
Fungsi Relai
Secara umum relai berfungsi memberikan instruksi kepada rangkaian pemutus
(circuit breaker/CB) untuk mengisolasi sistem yang mengalami gangguan.
Secara khusus, fungsi masing – masing relai tergantung kepada karakteristik
dan besaran input yang mempengaruhi kerja relai misalnya:
- Relai arus lebih (Over Current Relai/OCR) berfungsi melindungi sistem dari
gangguan arus lebih.
- Relai impedansi berfungsi melindungi sistem dari gangguan yang terkait
dengan perubahan impedansi saluran.
- Relai jarak berfungsi melindungi sistem dari gangguan berdasarkan besaran
jarak tertentu yang disetting pada relay.
- dsb.
Prinsip Kerja Relai Elektro mekanik
Prinsip Kerja Relai Statik / Elektronik
Relai jenis ini bekerja dengan menggunakan prinsip dasar rangkaian elektronik
tertentu yang dapat dipergunakan sebagai penghasil sinyal yang mentriger bagian
elektronik relai bekerja. Komponen dasar rangkaian elektronik (unit dasar) dari relai
statik ini adalah:
1. Sirkuit input [ biasanya intermediate ct ]
2. Rectifier / penyearah
3. Level detector
4. Timer / integrator
5. Polarity detector
6. Comparator
Prinsip Kerja Relai Arus Lebih (OCR)
Relai arus lebih ( over current relay / OCR ) adalah relai yang melindungi sistem
dari gangguan arus lebih. Relai ini bekerja berdasarkan perbandingan arus seting
pada relai terhadap arus primer pada saluran. Jika I primer < I set maka relai
tidak beroperasi, jika I primer > I set barulah relai beroperasi. Berdasarkan
karakteristiknya relai arus lebih terdiri atas beberapa jenis sebagai berikut:
a. Instantaneous Overcurrent Relay ( rele arus lebih tanpa waktu tunda )
adalah rele arus lebih yang bekerja tanpa seting waktu tunda, waktu
operasinya tetap yaitu sekitar 0,1 detik.
b. Time Delay Overcurrent Relay
Rele ini terbagi atas :
1. Definite Time Delay Relay
Rele ini mempunyai tundaan waktu tertentu tanpa dipengaruhi oleh
besarnya nilai dari besaran penggerak rele tersebut atau dengan kata lain
tanpa tergantung dari seting arus yang menggerakkan relai tersebut.
2. Inverse Time Relay
Pada rele ini karakteristik waktu operasi berbanding terbalik dengan
besaran penggerak ( seting arus ). Berdasarkan kecuraman
karakteristiknya, secara garis besar dibagi atas:
standard inverse
very inverse
extremely inverse
Directional Overcurrent Relays (Relay Arus Lebih Berarah)
Overview:
Terdiri atas 2 unit; directional unit dan non-directional atau IDMT unit.
Directional unit terdiri atas empat kutub induction cup, dua kutub yang
berlawanan disuplai oleh tegangan (polarizing quantity = reference quantity),
kutub yang lain disuplai dengan arus.
Non directional unit tidak akan bekerja (energised) jika kontak directional unit
tidak menutup (closed).
Torka yang menggerakan relay dinyatakan:
T = VI cos (-) – K
dimana phi : sudut antara tegangan dan arus,
K : torka lawan (pegas dan gesekan).
Reaktansi
K2 = 0, sehingga T = K1I2 + K3VIcos(-), abaikan K
Torka bekerja berdasarkan arus, dengan daya lawan (restraint) bekerja
berdasarkan arah arus-tegangan. Max restraint pada 90 deg.
relay beroperasi jika: K1I2 > K3VIsin(), sehingga Vsin()/I < K1/K3 atau X <
K1/K3
Merupakan Overcurrent relay dengan directional restraint.
Mho
K1 = 0, K2 negatif, sehingga T = K3VIcos(-) - K2V2 , K diabaikan
Torka kerja didasarkan kepada elemen V-I, daya lawan dipengaruhi oleh
tegangan.
Relay beroperasi jika: K2V2 < K3VIcos(-), sehingga Z < K3 cos(-)/K2
Differential Relays
Bekerja jika perbedaan vektor antara 2 atau lebih besaran elektrik yang sama
melebihi nilai yang telah ditentukan (misalnya dua besaran dengan pergeseran
fasa)
Current Differential type (current balance)
I1-I2
Operation
No operation
(I1+I2)/2
4. Circuit Breaker
Fungsi:
Memutus rangkaian jika terjadi gangguan pada saluran yang diproteksi
Mencegah terjadinya busur api atau flashover pada saat pemutusan rangkaian
Dapat berfungsi sebagai sakelar sekaligus pengaman arus lebih dan overload
Prinsip Kerja:
Prinsip kerja dari circuit breaker tergantung kepada jenis penggerak yang mengatur
membuka dan menutupnya kontak. Pada dasarnya terdapat dua tipe kontak yaitu
thermal dan magnetik kontak.
Thermal kontak digerakkan oleh bimetal yang sensitif terhadap panas. Pada saat
arus gangguan yang melewati kontak melebihi arus rating CB maka bimetal akan
memuai dan melengkung sehingga menggerakan trip bar dan menarik tuas
pengunci (latch) pada kontak. Dengan demikian kontak akan terlepas dan saluran
yang terganggu akan diputus dari jaringan. Thermal kontak biasanya bekerja jika
terjadi gangguan overload, karena karakteristiknya yang membutuhkan waktu
tunda untuk bekerja.
Magnetik kontak digerakkan oleh elemen magnetis yang dipengaruhi besar arus
yang mengalir. Pada saat besar arus yang mengalir pada CB melebihi arus rating
maka elemen magnetik akan terinduksi dan menghasilkan gaya magnetik yang
menggerakkan trip bar dan menarik tuas pengunci pada kontak dan saluran akan
terputus. Magnetik kontak bekerja jika terjadi gangguan hubungan singkat,
disebabkan oleh responnya yang cepat dan instantenous.
Kelemahan dari CB adalah kemungkinan terjadinya bunga api saat kontak
melepaskan saluran yang terganggu. Untuk meghindari hal ini maka CB dirancang
dengan menggunakan medium pemutus dari bahan isolator yang memiliki
kemampuan pemutusan berbeda – beda. Kemampuan pemutusan medium pemutus
akan semakin tinggi jika bahan isolatornya semakin baik. Bahan isolator yang
digunakan mulai dari kemampun rendah ke tinggi antara lain: medium udara (air),
minyak (oil), gas SF6 dan vakum.
Karakteristik Kerja CB
Karakteristik kerja CB digambarkan dengan kurva arus dan response waktu. Sesuai
dengan fungsinya maka karakteristik CB ini dapat dinyatakan sebagai karakteristik
overload dan hubung singkat. Untuk karakteristik overload maka CB akan bekerja
pada tundaan waktu tertentu untuk rating arus overload. Untuk arus gangguan
hubung singkat yang biasanya lebih besar beberapa kali dari arus overload maka
karakteristik CB harus dapat merespon dengan waktu tunda yang lebih singkat
daripada kondisi overload bahkan instantenous untuk arus yang sangat besar.
Karakteristik ini diperlihatkan pada gambar berikut:
5. Fuse
Fungsi
Memutus rangkaian jika terjadi gangguan hubung singkat pada saluran yang
diproteksi.
Mengisolasi saluran yang mengalami gangguan dari saluran yang beroperasi
normal.
Tidak dapat berfungsi sebagai sakelar maupun pengaman overload kecuali
didesain khusus (tipe dual element).
DAFTAR PUSTAKA
[1] M. Pujiantara, "Kuliah Desain Sistem Tenaga
Listrik," Teknik Elektro ITS, Surabaya, 2016.
[2] T. guide, Feeders management relay, Alstom, 2002.
[3] G. Turan, Modern Power System Analysis,
Canada: The Permissions Departement John
Wiley and Sons, 1988.
[4] D. F. Edmund O. Schweitzer, Applying Radio
communication in Distribution Generation
Teleprotection Schemes, Schweitzer
Engineering Laboratories, 2011.
[5] R. M. a. K. Fodero, High-Speed Distribution
Protection Made Easy: Communications-
Assisted Protection Schemes for Distribution
Applications”, Proceedings of The 31st
Annual Western Protective Relay Conference,
Spokane, October 2004..