Pembimbing :
Dr. X
Disusun Oleh :
Y
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2011
SEORANG WANITA 64 TAHUN
DENGAN ODS KATARAK SENILIS IMATUR
I. PENDAHULUAN
Berdasarkan riset tahun 2007, prevalensi nasional kebutaan di
Indonesia sebesar 0,9%, dengan penyebab utama adalah katarak.
Prevalensi kasus katarak di Indonesia pada tahun 2007 sebesar 1,8%.
Angka ini mengalami peningkatan dibandingkan dengan data tahun
2001, yaitu 1,2%. Penelitian di Amerika Serikat mengidentifikasikan
adanya katarak pada 10% penduduk. Angka ini meningkat 50% untuk
mereka yang berusia 65 hingga 74 tahun. Untuk warga yang berusia lebih
dari 75 tahun, angka prevalensinya 70%.1
Sebagian besar katarak timbul pada usia senja sebagai akibat pajanan
secara terus menerus terhadap lingkungan dan pengaruh lainnya seperti
merokok, radiasi ultraviolet, dan peningkatan kadar gula darah. Katarak
ini disebut dengan katarak senilis (katarak terkait dengan usia). 1,2
2
III. ANAMNESIS
Autoanamnesis dilakukan pada tanggal 23 Maret 2011 pukul 11.00 WIB
di Poli Mata RSDK.
3
Tidak ada keluarga yang sakit seperti ini. Tidak ada keluarga yang
menderita penyakit kencing manis dan hipertensi.
RiwayatSosial Ekonomi
Penderita adalah seorang ibu rumah tangga dengan 3 orang anak yang
sudah mandiri. Biaya pengobatan ditanggung sendiri. Kesan: sosial
ekonomi cukup.
IV. PEMERIKSAAN
Status Praesen
Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
Tanda vital : tekanan darah : 130/80
Nadi : 88 kali/menit
Suhu : afebris
RR : 18 kali/ menit
Kepala : mesosefal
Thoraks : cor : tidak ada kelainan
Pulmo : tidak ada kelainan
Abdomen : tidak ada kelainan
Ekstremitas : tidak ada kelainan
Lensa keruh
tidak merata
Oculus Sinister
Oculus Dexter
4
2/60 Visus 2/60
S -4,00 4/60 nbc Koreksi S -4,50 6/20 nbc
Tidak dilakukan Sensus coloris Tidak dilakukan
Gerak bola mata bebas Gerak bola mata bebas
Paresis/ paralisis
ke segala arah ke segala arah
Tidak ada kelainan Supercilia Tidak ada kelainan
Oedem (-) spasme (-) Palpebra superior Oedem (-) spasme (-)
Oedem (-) Palpebra inferior Oedem (-)
Hiperemis (-), sekret (-) Konjungtiva palpebra Hiperemis (-), sekret (-)
Hiperemis (-), sekret (-) Konjungtiva fornices Hiperemis (-), sekret (-)
Injeksi (-), sekret (-) Konjungtiva bulbi Injeksi (-), sekret (-)
Putih Sklera Putih
Jernih, arkus senilis (+) Kornea Jernih, arkus senilis (+)
Kedalaman cukup, Kedalaman cukup,
Camera oculi anterior
tindal efek (-) tindal efek (-)
Kripte (+) Iris Kripte (+)
Bulat, central, reguleer, Bulat, central, reguleer,
Pupil
d: 3mm, RP (+) N d: 3mm, RP (+) N
Keruh tidak rata Keruh tidak rata
Lensa
iris shadow + iris shadow +
(+) kurang cemerlang, (+) kurang cemerlang,
Dengan gerakan bola Dengan gerakan bola
Fundus refleks
mata, kekeruhan media mata, kekeruhan media
refrakta tidak bergerak refrakta tidak bergerak
T dig (+) Normal Tensio occuli T dig (+) Normal
Sistema canalis
Tidak dilakukan Tidak dilakukan
lacrimalis
Tidak dilakukan Tes fluoresin Tidak dilakukan
V. RESUME
Seorang perempuan, 64 tahun, datang ke RSDK dengan keluhan
penglihatan kedua mata kabur. Mulai merasa kabur kurang lebih setahun
yang lalu. Perlahan-lahan makin kabur seperti melihat kabut. Mata tidak
merah, kotoran mata tidak ada, rasa cekot-cekot tidak ada. Mata
penderita sulit untuk melihat jarak jauh, namun bisa digunakan untuk
membaca. Sekitar sebulan yang lalu, mata menjadi makin kabur.
Penderita terdapat riwayat serangan jantung dan hipertensi. Riwayat
diabetes disangkal.
Pemeriksaan fisik : status praesens dalam batas normal
5
Status oftalmologis
Oculus Dexter Oculus Sinister
2/60 Visus 2/60
S -4,00 4/60 nbc Koreksi S -4,50 6/20 nbc
arkus senilis (+) Kornea arkus senilis (+)
Keruh tidak rata Keruh tidak rata
Lensa
iris shadow + iris shadow +
(+) kurang cemerlang, (+) kurang cemerlang,
Dengan gerakan bola Dengan gerakan bola
Fundus refleks
mata, kekeruhan media mata, kekeruhan media
refrakta tidak bergerak refrakta tidak bergerak
VI. DIAGNOSIS
OD katarak senilis immatur + anomali refraksi
OS katarak senilis immatur + anomali refraksi
VII. PENATALAKSANAAN
Terapi:
Cendo Catarlent
Becom C
Pemberian kacamata
Saran terapi faekoemulsifikasi
Edukasi:
• Menganjurkan pasien untuk memakai kaca mata agar meminimalkan
keluhan mata kabur.
• Menjelaskan kepada penderita dan keluarganya mengenai keadaan
mata penderita saat ini yang mengalami katarak, yaitu suatu
kekeruhan pada lensa, yang bisa mengakibatkan kebutaan.
• Menjelaskan bahwa terapi yang diberikan sifatnya hanya
memperlambat progresivitas penyakit, tidak mengobati secara
permanen.
• Menjelaskan kemungkinan timbulnya komplikasi pada pasien seperti
glaukoma dan uveitis selama terapi konservatif berlangsung.
6
• Menjelaskan pilihan terapi yang dilakukan selanjutnya adalah operasi.
• Menjelaskan perlunya pemeriksaan lebih lanjut untuk rencana terapi
selanjutnya
Saran:
Pemeriksaan funduskopi
Pemeriksaan USG B-scan
Pemeriksaan retinometri
VIII. PROGNOSIS
OD OS
Quo ad visam Dubia ad malam Dubia ad malam
Quo ad sanam Dubia ad malam Dubia ad malam
Quo ad vitam Dubia ad bonam
Quo ad comesticam Dubia ad bonam
IX. DISKUSI
Seorang perempuan, usia 64 tahun, datang dengan keluhan
penglihatan kedua mata kabur. Mulai merasa kabur setahun yang lalu (usia 63
tahun). Pandangan kabur seperti melihat kabut. Timbul secara perlahan-lahan.
Pada penderita tidak didapatkan tanda-tanda infeksi, mata tidak merah, tidak
nyeri, tidak keluar kotoran mata, dan tidak ada demam. Dari pemeriksaan
fisik ditemukan visus yang menurun dan tidak dapat dikoreksi secara
sempurna dengan pemberian lensa koreksi. Pada lensa penderita didapati
kekeruhan yang tidak merata dengan iris shadow yang positif. Fundus reflek
penderita tidak cemerlang. Dari data-data tersebut, pasien ini didiagnosis
sebagai katarak senilis immature pada mata kiri maupun kanan.
Katarak adalah perubahan lensa mata yang sebelumnya jernih dan
tembus cahaya menjadi keruh. Katarak menyebabkan penderita tidak bisa
melihat dengan jelas karena dengan lensa yang keruh cahaya sulit mencapai
retina dan akan menghasilkan bayangan yang kabur pada retina.2
Penyebab (etiologi) timbulnya katarak ada beberapa. Etiologi katarak
di antaranya adalah :
7
a. degeneratif (usia)
b. kongenital
c. penyakit sistemik (misal DM, hipertensi, hipoparatiroidisme)
d. penyakit lokal pada mata (misal uveitis, glaukoma dll)
e. trauma
f. bahan toksik (kimia & fisik)
g. keracunan obat-obat tertentu (kortikosteroid, ergot, dll)
Pada pasien ini, katarak paling mungkin terjadi karena proses
degeneratif atau bertambahnya usia seseorang, karena pada anamnesis
didapatkan bahwa pasien tidak memiliki riwayat trauma pada mata dan tidak
ada riwayat pemakaian obat-obatan seperti kortikosteroid.
Katarak kebanyakan muncul pada usia lanjut. Data statistik
menunjukkan bahwa lebih dari 90% orang berusia di atas 65 tahun menderita
katarak. Sekitar 55% orang berusia 75— 85 tahun daya penglihatannya
berkurang akibat katarak. Walaupun sebenarnya dapat diobati, katarak
merupakan penyebab utama kebutaan di dunia.2
Sedangkan berdasarkan usia pasien, katarak pada pasien ini dapat
digolongkan sebagai katarak senil. Katarak senil, katarak yang mulai terjadi
pada usia lebih dari 40 tahun.3
Katarak senil secara klinik dikenal dalam 4 stadium yaitu insipien,
imatur, intumesen, matur, hipermatur dan morgagni.4 Pada mata pasien,
didiagnosis sebagai katarak imatur karena kekeruhan lensa belum seluruhnya.
Katarak imatur belum mengenai seluruh lapis lensa. Pada katarak imatur akan
dapat bertambah volume lensa akibat meningkatnya tekanan osmotik bahan
lensa yang degeneratif. Pada keadaan lensa mencembung akan dapat
menimbulkan hambatan pupil, sehingga terjadi glaukoma sekunder.4
TERAPI
Sampai saat ini, pengobatan untuk katarak adalah pembedahan. Hingga
saat ini belum ada obat-obatan, makanan, atau kegiatan olah raga yang dapat
menghindari atau menyembuhkan seseorang dari gangguan katarak.
Penelitian meununjukan, penggunaan Aldose reductase inhibitors, yang
8
dipercaya dapat menghambat konversi glukosa mejadi sorbitol menujukkan
hasil yang memuaskan. Obat-obatan lain yang sedang diteliti yaitu sorbitol-
lowering agents, aspirin, glutathione-raising agents, dan anti oksidan
,vitamin C dan E. 5,6
Indikasi operasi pada katarak antara lain: 7
- Indikasi sosial → jika pasien mengeluh adanya gangguan penglihatan dalam
melakukan rutinitas pekerjaan (penurunan kualitas hidup).
- Indikasi medis → bila ada komplikasi seperti glaukoma.
- Indikasi optik → jika dari hasil pemeriksaan visus dengan hitung jari dari
jarak 3m didapatkan hasil visus 3/60.
Pembedahan katarak terdiri dari pengangkatan lensa dan penggantinya
dengan lensa buatan.
1. Pengangkatan lensa
Ada 2 macam pembedahan yang bisa digunakan untuk mengangkat lensa:
a) ECCE (Extra Capsular Cataract Extraction) atau EKEK
Insisi limbus superior, bagian anterior kapsul dipotong dan
diangkat, nukleus distraksi, dan korteks lensa dibuang dari mata dengan
irigasi engan atau tanpa aspirasi sehingga meyisakan kapsul posterior
diikuti oleh pengambilan lensa dengan meninggalkan kapsulnya. Untuk
memperlunak lensa sehingga mempermudah pengambilan lensa melalui
sayatan yang kecil, digunakan gelombang suara berfrekuensi tinggi
(fakoemulsifikasi). Termasuk kedalam golongan ini ekstraksi linear,
aspirasi dan irigasi. Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak
muda, pasien dengan kelainan endotel, bersama-sama keratoplasti,
implantasi lensa intra okular, kemungkinan akan dilakukan bedah
gloukoma, mata dengan presdiposisi untuk terjadinya prolaps badan
kaca. Penyulit yang dapat timbul pada pembedahan ini yaitu dapat
terjadinya katarak sekunder. Keuntungan cara ini adalah dengan masih
utuhnya kapsula posterior, maka badan kaca terlindung dan dapat
menurunkan insiden edem macula kistoid. 7,8,9
b) ICCE (Intra Capsular Cataract Extraction) atau EKIK:
9
Ekstraksi jenis ini merupakan tindakan bedah yang umum
dilakukan pada katarak senil. Lensa beserta kapsulnya dikeluarkan
dengan memutus zonula Zinnii yang telah mengalami degenerasi. Pada
saat ini pembedahan intrakapsuler sudah jarang dilakukan olehkarena
bisa terjadi prolaps badan kaca kedalam bilik mata depan, atau melekat
pada luka pembedahan yang berakibat degenerasi endotel kornea secara
langung ataupun tidak langsung. 7,3,5
Fakoemulsifikasi
Adalah likuifikasi (fragmentasi dan diaspirasi) lensa menggunakan
probe ultrasonografi yang dimasukkan melalui insisi yang lebih kecil di
kornea atau sklera anterior. Sekarang merupakan metode pilihan di negara
Barat. 3
Untuk mencegah astigmatisme pasca bedah EKEK, maka luka dapat
diperkecil dengan tindakan bedah fakoemulsifikasi. Tindakan operasi katarak
dengan teknik Fakoemulsifikasi memiliki banyak keunggulan diantaranya :
▪ Luka operasi sangat pendek (3 ml).
▪ Dengan alat fako seluruh lensa dapat dihancurkan dan kemudian disedot
keluar.
▪ Penggunaan lensa tanam hanya cukup ditutup dengan 1/2 jahitan, atau pada
kondisi tertentu tidak memerlukan jahitan sama sekali.
▪ Masa penyembuhan lebih singkat.3
2. Penanaman lensa baru
Penderita yang telah menjalani pembedahan katarak biasanya akan
mendapatkan lensa buatan sebagai pengganti lensa yang telah diangkat.
Lensa buatan ini merupakan lempengan plastik yang disebut lensa
intraokular, biasanya lensa intraokular dimasukkan ke dalam kapsul lensa
di dalam mata. 7,8,9
Terapi yang diberikan pada pasien ini berupa promotif yaitu edukasi pada
pasien untuk menjaga kesehatan tubuh, menghindari paparan asap rokok,
paparan sinar yang berlebihan, banyak makan sayur dan buah-buahan. Upaya
10
preventif dengan memeriksakan mata secara teratur. Terapi kuratif adalah
dengan pemberian Cendo Catarlent dan antioksidan seperti Becom-C. Untuk
rehabilitatif yaitu dengan tidak menggosok mata, memakai pelindung mata
dan banyak istirahat.
Untuk katarak yang masih ringan, dengan harapan proses pengeruhan
dapat dihentikan atau diperlambat, diberikan pula pengobatan
medikamentosa. Obat yang dikenal dipasaran antara lain Catalin atau
Catarlent (Wijana, 1993).
Menurut EyeCare America (2007), disebutkan bahwa antioksidan
menetralisir kerusakan yang terjadi pada sel yang disebabkan oleh radikal
bebas dan berhubungan dengan katarak jika kerusakan oksidatif yang terjadi
pada lensa akan memicu terjadinya formasi pembentukan katarak.
11
Daftar Pustaka
12