Anda di halaman 1dari 1

GUS OJO GEMAGUS

Begitu pula dengan seorang gus, jangan menyombongkan diri karena seorang anak orang
terhormat dan orang pintar, yang pintar itu ayahmu bukan kamu, kamu bukanlah siapa-
siapa dan juga bukan orang terhormat, jadi jangan congkak, melakukan apapun semaunya
sendiri, memerintah apapun semaunya, membenarkan segala tindakannya, celaka orang
yang sombong dan congkak!, siapa kamu dengan sombongnya bertingkah semaumu,
kamu orang alim? Bukan, yang alim itu ayah kamu, hargailah orang lain, jika kamu
sudah alim dan pintar maka silahkan mau melakukan apapun, karna orang alim pasti
melakukan hal baik tidak sombong dan tawadu’. “Wafillaldzuni laduni qolla wafi”

siapa yang meragukan kewalian syaikhona cholil bangkalan , beliau orang alim, gurunya
para ulama, ulama yang melahirkan banyak ulama besar seorang yang luar biasa, akan
tetapi apakan putra dan cucu cicitnya akan ikut alim juga? Belum tentu, karena
“Wafillaldzuni laduni qolla wafi” masih ingatkah kejadian ketika KPK menangkap
tangan Kh. Fuad Amin Imron mantan bupati, dan ketua DPRD Bangkalan pada
bulandesember lalu, siapa beliu? Beliau adalah cucu dari syaikhona cholil bangkalan ,
cucu dari seorang ulama besar ulamanya para ulama, menjadi tersangka korupsi itu
seorang cucu ulama besar, lalu siapa kita siapa kamu? Jadi jangan sombong.

“Gus ojo gemagus lek pengen dadi wong bagus”, itu menjadi pelajaran besar bagi kita
bahwaNasab tidak menentikan nasib, nasab bukan sebuah jaminan akan sebuah masa
depan yang sama dengan pendahulunya, belum tentu masa depan seorang gus lebih baik
dari pada santrinya atau murid ayahnya, karena saatini masih berproses bukan sebuah
final atau puncak dari proses, bisa jadi Nasab meperburuk nasib karena rasa congkak,
sombong dan Gemagus, menganggap dirinya akan seperti ayahnya kelak. Bisa jadi
karena nasab dan kesombongannya dia menjadi lebih buruk dan generasi payah di masa
depan kelak. Itu saja.

Anda mungkin juga menyukai