Anda di halaman 1dari 12

PEMFORMATAN DATA DAN MODULASI BASEBAND

Langkah pertama dalam suatu sistem telekomunikasi, khususnya sistem komunikasi digital
adalah pemformatan data. Tahap ini bertujuan untuk merubah format sumber informasi ke
dalam suatu format lain yang kompatibel dengan perangkat komunikasi yang digunakan. Jika
menggunakan sistem komunikasi digital, maka jika sumber informasi berupa sinyal analog,
maka proses pemforamtan data bertujuan untuk merubah informasi dari sinyal analog menjadi
sinyal digital. Selain itu proses pemformatan dapat ditambahkan dengan berbagai macam proses
tambahan, misalnya seperti kompresi data yang bertujuan untuk mengurangi jumlah bit dalam
suatu informasi yang dikirimkan. Proses kompresi ini disebut juga dengan pengkodean sumber
(source coding).
Sistem Komunikasi Baseband
Pada dasarnya terdapat dua jenis sistem komunikasi digital jika dilihat dari bentuk dan frekuensi
sinyal yang dikirimkan, yaitu sistem komunikasi baseband dan sistem komunikasi bandpass.
Sistem komunikasi baseband adalah sistem komunikasi yang mengirimkan informasi dalam
bentuk sinyal dengan frekuensi yang sangat rendah (mendekati 0). Sedangkan komunikasi
bandpass mengirimkan informasi dalam bentuk sinyal dengan frekuensi yang sangat tinggi
(biasanya menggunakan frekuensi radio). Sinyal yang dikirimkan pada sistem komuniaksi
baseband disebut dengan sinyal baseband, sedangkan sinyal yang dikirimkan pada sistem
komunikasi bandpass disebut dengan sinyal bandpass. Pada dasarnya sinyal bandpass
merupakan sinyal baseband yang telah dimodulasi dengan gelombang carrier dengan frekuensi
yang sangat tinggi (frekuensi radio).
Pada modul ini kita akan membahas sistem komunikasi baseband terlebih dahulu.
Blog diagram sistem baseband dapat dilihat pada Gambar 1 berikut ini:
Gambar 1
Berdasarkan gambar 1, jika informasi yang ingin dikirimkan sudah dalam bentuk digital (deretan
bit), maka dapat melewati blok format, sehingga dapat langsung masuk ke blok modulasi pulsa.
Jika informasi yang dikirim berupa teks, maka teks yang diketik dikodekan menjadi deretan-
deretan bit melalui blok Encode.
Jika sumber informasi masih berupa sinyal analog (misalnya suara), maka harus melalui tiga
tahap yang ada pada blok format, yaitu: Sample, Quantize dan Encode. Jadi dapat disimpulkan
bahwa blok format berguna untuk merubah sumber informasi menjadi deretan-deretan bit (data
digital).
Pada sistem baseband, deretan-deretan bit ini dikirimkan melalui kanal baseband, misalnya kabel
coaxial, kabel UTP, dll. Namun untuk dapat dikirimkan melalui kanal baseband ini, setiap
deretan bit harus dirubah kedalam bentuk gelombang/sinyal yang sesuai dengan karakteristik
kanal yang akan digunakan. Untuk kanal baseband, bentuk gelombang yang sesuai adalah berupa
pulsa atau gelombang persegi. Perubahan deretan bit menjadi pulsa dilakukan pada blok Pulse
Modulate (modulasi pulsa). Setelah itu deretan-deretan pulsa ini ditransmisikan melalui kanal
baseband. Selama proses pengiriman, pulsa akan mengalami gangguan berupa noise dan
gangguan-gangguan lainnya. Setelah sampai pada receiver, pulsa yang diterima ini selanjutnya
dideteksi atau didemodulasi pada blok Demodulate/detect sehingga menghasilkan output berupa
deretan-deretan bit. Langkah terakhir adalah memformat deretan bit ini menjadi informasi
aslinya pada blok Format.
Dapat disimpulkan, dalam sistem baseband, informasi dikirimkan dalam bentuk deretan pulsa
(gelombang persegi) dimana gelombang persegi menepati frekuensi yang rendah (di sekitar nol
Hz)

Pemformatan Data Teks (Character Coding)


Jika data yang akan dikirimkan berupa teks, maka harus dikodekan terlebih dahulu menjadi
deretan bit. Terdapat berbagai macam standar yang dapat digunakan untuk melakukan ini, di
antaranya adalah ASCII dan EBCDIC. Format ASCII dapat dilihat pada Figure 2.3 pada buku
Bernard Sklar. Sedangkan standar EBCDIC dapat dilihat pada Figure 2.4. Dretan bit ini juga
dapat ditambah dengan beberapa bit tambahan yang berguna untuk membantu dalam mendeteksi
error.

Pesan, Karakter dan Simbol


Pesan teks terdiri dari beberapa karakter alphanumeric. Jika dikirim melalui kanal baseband,
maka tiap karakter dikodekan menjadi deretan bit (bit stream) atau sinyal baseband. Gabungan
dari k bit dapat dikombinasikan menjadi symbol, dimana terdapat sebanyak 2k kemungkinan
symbol yang dikirimkan. Dapat dituliskan:
M =2k
M = Jumlah kemungkinan symbol
k = jumlah bit per symbol
Jika terdapat 1 bit per symbol, maka disebut dengan sistem biner, dan terdapat 2 kemungkinan
symbol yang dikirimkan yaitu 0 dan 1. Pada modulasi baseband , sistem biner menggunakan dua
bentuk pulsa. Jika terdapat 2 bit per symbol, maka terdapat 4 kemungkinan symbol yaitu 00 01
10 dan 11, sistem ini disebut dengan 4-ary dan direpresentasikan oleh 4 macam pulsa.
Contoh teks, bit dan symbol dapat dilihat pada gambar 2 berikut ini:

Gambar 2. Contoh Pesan, bit dan symbol (a) sistem 8-ary/3 bit per simbol (b) sistem 32-
ary/5 bit per symbol
Pemformatan Informasi Analog
Jika informasi berupa sinyal analog, maka sebelum dikodekan menjadi deretan bit harus dirubah
dulu ke dalam bentuk digital melalui proses sampling dan kuantisasi.

Teorema Sampling
Proses sampling dilakukan untuk mengambil beberapa nilai analog saja sebelum dikonversi
menjadi sinyal digital. Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan untuk menyampling
suatu sinyal analog. Di antaranya adalah Impulse sampling, Natural sampling dan sample and
hold operation. Output dari proses sampling disebut dengan Pulse Amplitude Modulation
(PAM).
Untuk mengembalikan sinyal PAM menjadi sinyal analog dapat dilakukan dengan menggunakan
LPF (Low Pass Filter). Ada syarat tertentu yang harus dipenuhi dalam proses sampling agar
ketika sampai di penerima, sinyal PAM ini dapat dirubah kembali menjadi sinyal analog. Syarat
ini dinyatakan dalam bentuk teorema sampling yaitu:
Jika suatu sinyal memiliki batas frekuensi maksimum f m maka periode sampling maksimum
dinyatkaan dengan:

T s = Periode sampling, yaitu selisih waktu antara satu sampel dengan sampel berikutnya

f m = batas frekuensi maksimum

Persamaan di atas disebut juga dengan teorema sampling uniform. Dari periode sampling, dapat
kita tentukan juga frekuensi sampling f s , yaitu jumlah sampel yang dihasilkan dalam satu detik
dan dapat dihitung dengan persamaan:
1
f s=
Ts

Berdasarkan nilai periode sampling maksimum, maka dapat ditentukan frekuensi sampling
minimum dengan persamaan berikut ini:
f s ≥2 f m
Syarat di atas disbut juga dengan Nyquist criterion . Jika sampling dilakukan sebanyak 2 f m (
f s=2 f m ¿ maka ini disebut dengan Nyquist rate.

Jadi dapat disimpulkan, untuk melakukan sampling terhadap suatu sinyal analog, maka frekuensi
sampling minimum yang harus digunakan adalah dua kali frekuensi maksimum sinyal analog
tersebut.
Berikut ini dibahas beberapa metode sampling yang dpaat digunakan:
Impulse Sampling
Perhatikan gambar 3 berikut ini:

Gambar 3
Berdasarkan gambar 3: misalkan sinyal analog x(t) memiliki transformasi fourier X(f) dengan
interval frekuensi (−f m < f <f m). Sinyal x(t) dapat disampling dengan metode impuls sampling,
yaitu dengan mengalikan x(t) dengan deretan fungsi impuls periodic x δ (t) seperti gambar 3c.
Deretan fungsi impuls periodic ini secara matematis dapat diyatakan dalam bentuk matematis:
Dimana T s adalah periode sampling. Dapat dilihat bahwa jarak antar fungsi impuls yang
digunakan sesuai dengan periode sampling yang digunakan. Misalkan periode sampling yang
digunakan: T s=1/2 f m sehingga memenuhi Nyquist criterion. Berdasarkan sifat perkalian antar
dua sinyal, maka didapatkan hasil sampling pada Gambar 3e, yang secara matematis dinyatakan
dengan:

Proses sampling dalam domain frekuensi dapat dilihat pada gambar 3 bagian kanan. Deretan
fungsi impuls periodic dalam domain frekuensi dapat dilihat pada gambar 3d (merupakan
transformasi fourier dari deretan impuls dalam gambar 3c). Karena pada domain waktu
dilakukan perkalian antara sinyal x(t) dengan fungsi impuls periodic , maka dalam domain
frekuensi dilakukan konvolusi (Ingat: Jika dalam domain waktu dilakukan konvolusi maka
dalam domain frekuensi dilakukan perkalian, sebaliknya jika dalam domain waktu
dilakukan perkalian, maka dalam domain frekuensi dilakukan konvolusi). Sehingga
didapatkan hasil sampling dalam domain frekuensi seperti pada Gambar 3f. (Ingat: domain
waktu dan domain frekuensi membentuk pasangan transformasi fourier)
Fungsi impuls periodic dalam domain frekuensi dapat dinyatakan dengan:

Sehingga hasil sampling dalam domain frekuensi dapat dinyatakan dengan persamaan:

Berdasarkan gambar 3 dapat dilihat bahwa fungsi impuls periodic dalam domain frekuensi
memiliki jarak sebesar f s atau sesuai dengan frekuensi sampling yang digunakan, sehingga
menghasilkan hasil sampling yang masing-masing komponennya juga berjarak f s
Ketika sampai di penerima, hasil sampling ini nantinya akan di filter menggunakan LPF (Low
Pass Filter). Hal ini diilustrasikan dalam Gambar 4 beikut ini:
Gambar 4
Kotak putus-putus pada gambar di atas menunjukkan bagian sinyal yang diteruskan filter LPF,
sedangkan yang diluar dibuang, sehingga output filter kembali menjadi bentuk sinyal analog.
Bayangkan jika frekuensi sampling lebih kecil dari pada Nyquist rate, hal ini akan
mengakibatkan semua komponen hasil sampling dalam domain frekuensi saling overlap. Hal ini
diilustrasikan pada gambar 5 berikut:

Gambar 5
Karena saling overlap, hal ini akan mempersulit proses filter, karena ketika dilakukan filter pada
satu komponen sampel, maka akan membawa sebagian komponen sampel di sebelahnya.
Akibatnya bentuk sinyal analog yang dihasilkan akan berubah dari bentuk aslinya. Iulah
sebabnya mengapa frekuensi sampling minimum harus memenuhi Nyquist rate.

Natural Sampling
Metode sampling berikutnya adalah natural sampling. Metode ini dilakukan dengan cara
mengalikan sinyal analog x(t) dengan deretan pulsa x p (t ). Hal ini diilustrasikan pada gambar 6.
Sehingga sinyal hasil sampling dapat dinyatakan dengan:

Dimana:
Misalkan digunakan frekuensi sampling f s=1 /T s sebesar 2 f m sehingga memenuhi Nyquist
1 nT
( )
criterion. Dan c n=
Ts
sinc( ) dimana T menyatakan lebar pulsa
Ts

Hasil samping dalam domain waktu menghasilkan pulsa dengan amplitude yang sesuai dengan
amplitude sinyal analog. Dalam domain frekuensi deretan pulsa memiliki bentuk seperti deretan
fungsi impuls dengan amplitude yang semakin mengecil di frekuensi yang tinggi, sehingga
menghasilkan hasil sampling dalam domain frekuensi dengan amplitude yang mengecil pada
frekueni yang leboh tinggi (dapat dilihat pada gambar 6).

Gambar 6

Sample and Hold Operation


Metode ini dilakukan dengan cara melakukan konvolusi hasil impuls sampling (Gambar 3e)
dengan suatu pulsa p(t) dengan lebar sama dengan periode sampling yang digunakan (T s ¿
Proses konvolusi ini akan menghasilkan hasil sampling dalam bentuk deretan pulsa dengan
amplitude yang rata. Contohnya dapat dilihat pada Gambar 7 berikut:

Gambar 7

Secara matematis hasil sampling sampel and hold dapat dinyatakan dengan:

Dalam domain frekuensi dinyatakan dengan:

Mengatasi Aliasing
Aliasing adalah overlap pada tiap komponen hasil sampling dalam domain frekuensi akibat
pemilihan freuensi sampling yang terlalu rendah. Aliasing dapat diatasi dengan menggunakan
frekuensi sampling yang memenuhi Nyquist criterion. Hal ini diilustrasikan dalam gambar 7 dan
Gambar 8 berikut:
Gambar 7

Gambar 8
Selain itu juga dapat digunakan filter anti-aliasing. Hal ini dilakukan dengan cara memfilter
sinyal analog terlebih dahulu sehingga frekuensi maksimum sinyal tersebut berkurang menjadi
f ' m dengan nilai yang ≤ f s /2. Sehingga dapat menghilangkan over lap antar hasil sampling. Hal
ini dapat dilihat pada Gambar 9 berikut:
Gambar 9
Hasil sampling masih memiliki amplitude yang kontinu. Sehingga setelah disampling , maka
perlu dilakukan kuantisasi, yaitu membulatkan amplitude sampel ke bilangan tertentu, sesuai
dengan yang diinginkan. Biasanya jumlah tingkat pembulatan dibuat mengikuti aturan:

M =2k
M = Jumlah tingkat pembulatan
k = jumlag bit per sampel
Contohnya jika kita ingin menjadikan tiap hasil sampel menjadi 3 bit, maka tiap hasil sampel
dibulatkan menjadi 8 kelompok pembulatan. Dapat diilustrasikan pada gambar 8 berikut ini:
Gambar 10

Note: Lanjutkan dengan membaca sub bab 2.5 pada buku Bernard sklar (tentang source of
corruption)

Anda mungkin juga menyukai