Anda di halaman 1dari 7

PEREMPUAN

LANGAKAH AWAL MENCERDASKAN BANGSA

(PENDIDIKAN)

LOMBA ESSAY NASIONAL

THE BIG EVENTS II OF PAMADIKSI 2016

Disusun oleh:

YUSRIANI (1365140008)

ACHMADI ABIDIN (1365140022)

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

KOTA MAKASSAR

2016
PEREMPUAN

LANGKAH AWAL MENCERDASKAN BANGSA

Pendahuluan

Abad ke 19 merupakan gerakan non domestic pertama kaum perempuan


yang dilakukan di Indonesia ketika Cut nyak dien membantu suaminya melawan
belanda. Setalah itu muncul kartini yang mempertanyakan masalah pendidikan
dan poligami, kesadaran akan hak-hak perempuan untuk memperoleh pendidikan.
Menurutnya sebagai penerus bangsa untuk mengembangakan wawasannya dengan
pendidikan yang cukup serta memiliki hak untuk mendapatkan posisi yang tinggi
dimasyarakat . keinginan Raden Adjeng Kartini yang kemudian ia suarakan lewat
surat-surat yang ditulis untuk sahabat penanya. Dalam versi aslinya, buku itu
ditulis Kartini dalam bahasa Belanda, yaitu Door Duistemis Tot Licht. Dalam
salah satu surat yang ia kirim ke sahabanya ia mengungkapkan keinginannya akan
kebebasan. Meskipun pada akhirnya ia tetap mengikuti adat yang berada
dikeluarganya namun pemikiran akan emansipasinya tetap disuarakan. Dan hari
dimana perempuan mengingat sosoknya bukan sekedar menggunakan baju kebaya
dan sanggul tapi semua akan hak perempuan khususnya pada bidang pendidikan.

Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam memajukan


kehidupan bangsa. Pendidikan dipercaya sebagai salah satu motor penggerak
perubahan sosial. Bagi perempuan, pendidikan adalah kunci menuju kehidupan
yang lebih baik. Namun sebenarnya pendidikan memiliki cakupan manfaat yang
lebih luas, bukan hanya pada diri perempuan itu sendiri melainkan pada keluarga,
komunitas, bahkan suatu negara.

Isu Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) kini menjadi perhatian dan


kajian para pelaku pendidikan, terutama di perguruan tinggi. Di tengah masalah
kesenjangan mutu pendidikan yang tajam di Indonesia, tentu muncul keraguan
mengenai kesiapan lulusan perguruan tinggi di Indonesia untuk sukses ambil
bagian dari terbukanya pasar tenaga kerja terampil diantara negara-negara
ASEAN. Dan salah satu hal yang penting adalah bagaimanakah eksistensi
perempuan untuk siap menghadapi MEA nantinya. Penulis sangat termotivasi
untuk mendukung perempuan menjadi sosok yang mampu memberikan kontribusi
lebih kepada Negara untuk Indonesia yang mandiri.

Kesenjangan gender

Pendidikan Indonesia sejak kemerdekaan 1945 terus mengalami


perkembangan yaitu dengan mengembangkan sistem pendidikannya dan wajib
belajar 9 tahun telah dicangkan sebagai kebijakan nasional pada 1994. Hampir
semua anak, baik laki-laki maupun perempuan, masuk sekolah dasar (SD), dan
Angka Partisipasi Murni (APM) mencapai 93 persen pada tahun 2002, dan belum
terlihat jelas adanya kesenjangan gender. Di tingkat sekolah lanjutan tingkat
pertama (SLTP), APM turun menjadi 61,6 persen, dan rasio untuk anak
perempuan sedikit lebih tinggi (62,4 persen) daripada untuk anak laki-laki (60,9
persen). Anak yang tinggal di daerah perkotaan (71,9 persen) lebih banyak yang
belajar di SLTP dibandingkan dengan yang tinggal di daerah pedesaan (54,1
persen). Jika dilihat dari pendapatan keluarga, jumlah anak bersekolah dari setiap
kelompok keluarga terpaut jauh. Penduduk dengan pendapatan terendah yang
jumlahnya 20 persen dari seluruh penduduk memiliki APM yang jauh lebih
rendah (49,9 persen) dibandingkan dengan 20 persen penduduk berpendapatan
tertinggi (72,2 persen). Data Departemen Pendidikan memperlihatkan adanya
kesenjangan gender yang signifikan antara jumlah anak laki-laki dan anak
perempuan yang putus sekolah di tingkat SD maupun SLTP. Kemungkinan anak
perempuan untuk putus sekolah lebih besar dibandingkan anak laki-laki. Di SD,
dari 10 anak yang putus sekolah, 6 di antaranya anak perempuan dan 4 lainnya
anak laki-laki. Demikian halnya di SLTP. Kesenjangan gender antara murid laki-
laki dan perempuan yang putus sekolah sedikit lebih tinggi di sekolah lanjutan
atas, yaitu 7 anak perempuan dibandingkan 3 anak laki-laki (Departemen
Pendidikan Nasional, 2002). Sekitar 1,8 juta anak SD berusia 7 – 12 tahun, dan
4,8 juta anak usia 13 – 15 tahun, tidak bersekolah (SUSENAS, 2002). Dari data
angka pindah sekolah bisa dilihat bahwa anak laki-laki maupun perempuan sama-
sama berpeluang meneruskan pendidikan mereka dari SD ke SLTP. Jumlah anak
laki-laki yang melanjutkan dari SD ke SLTP (83 persen) sedikit lebih tinggi -
meskipun tidak mencolok - dibandingkan anak perempuan (81 persen). Perbedaan
jumlah anak laki-laki dan perempuan yang meneruskan pendidikan ke tingkat
selanjutnya, yaitu dari SLTP ke sekolah menengah umum (SMU), sedikit lebih
besar – walaupun tetap tidak signifikan (73 persen untuk anak laki-laki dan 69
persen untuk anak perempuan). Jumlah mereka di kelompok usia 15 – 24 tahun
yang bisa baca-tulis selama sepuluh tahun terakhir masih tetap tinggi: 96,6 persen
pada tahun 1992 dan 98,8 persen pada 2002. Perbedaan angka pria dan wanita
yang bisa membaca dan menulis seperti yang terlihat dalam indeks kesetaraan
jender (gender parity index) sebesar 97,9 persen pada tahun 1992 dan 99,8 persen
pada tahun 2002.

Langkah Awal Untuk MEA

Bisa kita lihat bahwa peluang anak anak melanjutakan sekolah menjadi
semakin terbatas begitu berada pada tahap yang lebih tinggi. Secarah keseluruhan
dari data diatas menjukkan bahwa Indonesia telah mencapai kemajuan yang
berarti dalam hal kesetaraan gender , laki laki dan perempuan telah memiliki
kesempatan yang sama dalam hal pendidikan.

Setelah hak mendapatkan pendidikan telah diperoleh kaum perempuan


ternyata kebebasan untuk mengembangkan wawasan tidak langsung bisa
didapatkan, masih ada faktor lainnya, sebut saja budaya dan pemikiran primitive
orang tua yang selalu menghubungkan kalimat perempuan sebagai manusia
pekerja dalam rumah. Namun perlu dipahami bahwa apapun pekerjaan perempuan
nantinya ia haruslah berpendidkan . menjadi ibu rumah tangga yang mengurusi
anak- anak dan suamipun butuh pendidikan.

Perempuan yang dulunya berkesan manusia domestic, manusia dengan


tiga kata paling terkenal, “sumur, dapur dan kamar”. hanya diberikan kesempatan
untuk menjalankan kewajibannya namun melupakan haknya. Tapi seiring dengan
perkembangan zaman, dan beberapa tahap telah dilalui untuk sampai pada level
perempuan diberikan kebebasan, kebebasan dalam mengembangkan dirinya,
berilmu dan berkarakter serta ikut bersaing dengan yang lainnya.

Indonesia, negara yang telah memberikan kesempatan perempuan untuk


berpartisifasi dalam pembangunan ekonomi. seperti pada peraturan undang-
undang no 76 tentang ketenagakerjaan dan pasal 49 ayat 1 undang undang HAM
disebutkan bahwa, wanita berhak untuk memilih, dipilih diangkat dalam jabatan
atau profesi sesuai dengan persyaratan dan petaturan perundang-undangan.

kata kartini, perempuan adalah soko guru peradaban yang artinya


perempuan sebagai guru pertama anak anak, tempat belajar merasakan, belajar
berpikir dan belajar berkata kata. Perempuan memiliki beban dan tanggung jawab
yang besar, mereka haruslah berpendidikan dan haruslah memilki karakter,
dengan modal itulah yang bisa diturunkan kepada anak anaknya, sebagai suara
pertama yang didengarkan suaranya mestinya merdu dengan kalimat kalimat yang
berintelektual, sebagai sentuhan pertama yang dirasakan semestinya menenangkan
dengan sopan satun dan moral.

Anak-anak butuh lingkungan yang berintelektual dan mendukung masa


perkembangannya serta ada fakta yang menekankan pengaruh dan peran seorang
ibu dalam membentuk kecerdasan anaknya, Menurut beberapa penelitian
menyebutkan bahwa ibu yang cerdas berpotensi melahirkan anak yang cerdas.

Dengan anak yang diasuh oleh ibu yang cerdas atau berpendidkan
memiliki peluang untuk menciptakan lingkungan yang menunjang dalam
perkembangan intelektual dan karaketer sang anak. Tidak dipungkiri masih
banyak faktor lain yang menunjang kecerdasan suatu bangsa namun tidak salah
jika, penulis mengatakan perempuan adalah langkah awal mencerdaskan
kehidupan bangsa. anak yang cerdas berarti bangsa yang cerdas, bangsa yang
cerdas berarti sumber daya yang mumpuni.

Dengan anak anak dan perempuan Indonesia yang cerdas atau sumber
daya manusia yang mumpuni akan mampu ikut bersaing serta bahkan akan
menang dalam persaingan MEA.
Indonesia Untuk MEA

Kualitas Perempuan sangat berpengaruh terhadap kemajuan sumber daya


manusia. Jika, perempuan tidak diberikan hak serta tanggung jawabnya secara
penuh maka Indonesia sulit bersaing di MEA. Saat perempuan dan laki-laki
memiliki hak yang sama dalam pendidikan, perempuan justru lebih cenderung
untuk terus berpartisipasi dalam bisnis dan kegiatan ekonomi. Kemajuan dan
keberlangsungan suatu bangsa tergantung partisipasi perempuan dalam
pendidikan dan ekonomi. Hilangakan diskriminasi dan berikan kesempatan untuk
perempuan melakukan tugasnya memajukan negeri yang mandiri. Dan melalui
pendidikan perempuan, Indonesia untuk MEA sangat menjanjikan guna
mensejahtrakan rakyat.

Daftar Pustaka

http://aeccenter.kemendag.go.id/

www.unicef.org
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS

THE BIG EVENTS II OF PAMADIKSI 2016

Judul Essay : Perempuan Langkah Awal Mencerdaskan Bangsa

Nama Ketua : Yusriani

Nama Anggota : Achmadi Abidin

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya ilmiah yang berjudul


“Perempuan Langkah Awal Mencerdaskan Bangsa” benar merupakan karya
orisinal yang dibuat oleh penulis dan belum pernah dan tidak sedang diikut
sertakan dalam kompetisi yang lain maupun pernah memenangkan perlombaan
sejenis serta telah memenuhi kaidah tata cara maupun norma penulisan yang
berlaku, dan semua sumber baik yang dikutip maupun yang dirujuk telah
saya/kami nyatakan dengan benar. Demikian pernyataan ini kami buat dengan
sebenarnya, dan apabila terbukti terdapat pelanggaran di dalamnya, maka kami
siap untuk didiskualifikasi dari kompetisi ini sebagai bentuk pertanggung jawaban
kami.

Makassar,25 September 2016

Ketua Tim

YUSRIANI

Anda mungkin juga menyukai