Modul 2-Pengantar Ke Alam Filsafat 2
Modul 2-Pengantar Ke Alam Filsafat 2
Filsafat Umum
PENGANTAR KE ALAM
FILSAFAT 2
02
Psikologi Psikologi M-603 Ahmad Sabir, M.Phil
Abstract Kompetensi
Pengantar ke Alam Filsafat Mahasiswa dapat memahami Objek-
objek Filsafat, Azas dan ruang lingkup
Filsafat
Pengantar ke Alam Filsafat 2
B. Persoalan Filsafat
Timbulnya filsafat karena manusia merasa kagum, heran dan takjub terhadap
gejala yang dihadapi. Pada tahap awalnya kekaguman, keheranan dan ketakjuban
itu terarah pada gejala-gejala alam misalnya gempa bumi, gerhana matahari,
banjir, pelangi. Orang yang heran berarti ada sesuatu yang tidak diketahuinya, atau
dia menghadapi persoalan. Problim inilah yang ingin dipecahkan oleh para filsuf
sehingga diperoleh jawaban. Dari mana jawaban diperoleh? Kalau jaman sekarang
jawaban lebih mudah diperoleh misalnya dari orang lain, membaca buku, atau
mendengarkan ceramah. Pada waktu itu yaitu awal dari munculnya filsafat, banyak
orang yang tidak mengetahui, maka untuk memperoleh jawaban dilakukan dengan
mengadakan refleksi (berpikir tentang pikirannya sendiri) yaitu bertanya pada
dirinya sendiri, dipikirkan sendiri dan dijawab sendiri. Dalam hal ini tidak semua
problim itu mesti problim filsafat. Ada problim sehari-hari, problim ilmiah, problim
filsafat dan problim agama. Problim filsafat berbeda dengan problim yang bukan
flisafat terutama yang menyangkut materi dan cakupannya.
C. Pertanyaan Kefilsafatan
Menurut Plato, filsafat dimulai karena adanya rasa kekaguman, ketakjuban
(Ingg. Wonder; Yun. Thauma). Orang yang kagum atau heran berarti ia
menghadapi problim. Ada sesuatu yang tidak diketahui dan yang dihadapi,
misalnya dari mana asalnya dan bagaimana sifat-sifatnya. Pada jaman dahulu
sekitar 6 abad sebelum Masehi di Yunani, tempat munculnya filsafat, manusia
kagum terhadap kejadian-kejadian alam yang merusak misalnya gempa bumi,
banjir, badai, wabah penyakit, bencana kelaparan. Pada tahap awal kekaguman
manusia lebih terarah pada hal-hal yang bersangkutan dengan alam semesta, atau
hal-hal yang di luar diri manusia. Namun dalam perkembangan lebih lanjut manusia
juga kagum terhadap dirinya sendini, sehingga dia menanyakan “siapakah saya”,
“darimana asalnya saya”, “kemana pada akhimya saya “.
Hal yang tidak diketahui itu merupakan problim bagi manusia yang harus
diperoleh jawabannya. Untuk memenuhi ketidaktahuannya itu manusia mulai
mengajukan pertanyaan. Pada tahap awalnya, pertanyaan itu tidak ditujukan pada
orang lain karena orang lain yang ditanya itu juga tidak tahu. Berdasar pada
ketidaktahuan orang lain itulah maka pertanyaan itu ditujukan pada dirinya sendiri.
lnilah yang disebut berefleksi atau berfilsafat. Mereka berfilsafat hanya sekedar
memperoleh pengetahuan tanpa adanya dorongan (motif) untuk menggunakannya.
Akal manusia mempunyai dua fungsi. Manusia menggunakan akalnya dengan cara
deliberative (menurut Aristoteles praktikos, yaitu yang menyangkut perbuatan).
E. Prinsip-prinsip Pemikiran
Berpikir secara ilmiah dan berpikir secara kefilsafatan mempunyai tujuan yang
sama yaitu untuk memperoleh kebenaran. Proses berpikir yang khas disebut
penalaran (reasoning) yang tahap terakhir adalah memperoleh kesimpulan
(inference) yang benar dari segi isinya dan valid dari segi bentuknya. Penalaran
adalah suatu corak pemikiran yang khas yang dimiliki manusia untuk dari
pengetahuan yang ada kemudian memperoleh pengetahuan airnya terutama
sebagai sarana untuk memecahkan sesuatu masalah. Supaya kebenaran itu dapat
diperoleh maka dalam berpikir tersebut hams mengikuti prinsip-prinsip berpikir.
Istilah Prinsip-prinsip berpikir, disebut dengan nama yang berbeda. Misalnya
Ueberweg menyebutnya dengan Axioms of lnference, John Stuart Mill
menyebutnya denganUniversal Postulates of Inference. Istilah prinsip dapat
diartikan dengan kaidah atau hukum, yang inti artinya adalah suatu pernyataan
Wheelwright, Philip, 1960, The Way of Philosophy, Odyssey Press, New York