Anda di halaman 1dari 8

PENERAPAN PARADIGMA INTERPRETIF, KRITIS DAN

POSMPDERNIS PADA PROFESI AUDITOR EKSTERNAL

Eka Fitriyah Agustina


Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi – Universitas Internasional
Semen Indonesia
eka.agustina18@student.uisi.ac.id

ABSTRAK
Paradigma merupakan sebuah cara pandang yang digunakan seseorang dalam
melakukan upaya untuk melihat, mengetahui,mengenal dan lebih memahami suatu
realita atau sebuah fenomena yang ada di sekitar kehidupan. 3 paradigma yang
diterapkan pada penelitian ini adalah interpretif, kritis, postmodern.Tujuan
penelitian ini adalah untuk memperdalam pemahaman tentang paradigma
interpretif, kritis dan posmodern pada profesi auditor eksternal. Auditor eksternal
sangat berperan penting dalam tata kelola perusahaan dan dalam pengendalian
internal pada laporan keuangan perusahaan. Metode yang diterapkan pada
penilitian ini adalah menggunakan metode kualitatif.

Kata Kunci: Paradigma, Interpretif, Kritis, Posmodern, Auditor Eksternal

ABSTRACK

Paradigm is a perspective that is used by a person in making an effort to see, know,


know and better understand a reality or a phenomenon that is around life. The 3
paradigms applied in this research are interpretive, critical, and postmodern. The
purpose of this research is to deepen the understanding of interpretive, critical and
postmodern paradigms in the external auditor profession. External auditors play
an important role in corporate governance and internal control in the company's
financial statements. The method applied in this research is using qualitative
methods.

Keywords: Paradigm, Interpretive, Critical, Postmodern, External Auditor


Pendahuluan

Perkembangan ilmu pengetahuan terus terjadi seiring perkembangan zaman.


Tujuan dari berkembangnya ilmu pengetahuan adalah untuk mencari kebenaran
yang sesungguhnya mengenai ilmu pengetahuan itu sendiri. Ilmu merupakan
sekumpulan pengetahuan yang didapatkan oleh manusia melalui penelitian
penelitian yang dilakukan dan dikembangkan berdasarkan fakta fakta yang sudah
ada. Menurut Sutriono (2007) menyatakan bahwa ilmu adalah sebuah pengetahuan
akan tetapi tidak semua pengetahuan itu termasuk kedalam ilmu. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa pengetahuan merupakan bahan utama sebuah ilmu karna
pengetahuan muncul akibat adanya rasa keingintahuan manusia pada sebuah
fenomena fenomena yang muncul di lingkungan sekitarnya. Karna hal itu munculah
sebuah hipotesis yang berguna untuk memecahkan sebuah masalah yang ada
dengan melakukan sebuah pengamatan dan pengujian sehingga dapat ditarik
kesimpulan yang biasa disebut dengan teori. Perkembangan teori muncul karna
adanya sebuah penelitian. Karena adanya proses penelitian sehingga muncullah 2
metode yaitu metode penelitian kualitatif atau nonpositivistik atau naturalistic atau
etnography dan metode penelitian kuantitatif atau positivistik.

Pada metode kualitatif atau nonpositivistik biasanya menggunakan sebuah


paradigma. Pardigma merupakan cara pandang seseorang dalam berupaya untuk
meilihat, mengetahui, mengenal dan lebih memahami sebuah realita atau fenomena
yang terjadi pada kehidupan sekitar. Paradigma tidak bersifat abadi karna dapat
tergeser dengan paradigma lainnya. Munculnya paradigma paradigma lain karna
paradigma awal (positif) kurang detail dalam menggambarkan seluruh realitas baik
berupa fisik maupun non fisik yang coba diwakilkan. Paradigma paradigma lainnya
berupaya untuk memperbaiki dengan cara melengkapi kekurangan dari paradigma
yang sudah ada sebelumnya begitupun seterusnya (Subiyantoro dan Triyuwono,
2004). Paradigma paradigma lainnya yaitu paradigma interpretif, paradigma kritis
dan paradigma postmodern yang dimana paradigma paradigma tersebut diyakini
dapat berkembang menjadi bentuk paradigma lainnya. Penggunaan paradigma
harus tepat sesuai dengan penelitian karna apabila penggunaan paradigma tidak
tepat akan mempengaruhi hasil penelitian yang telah dilakukan.
Paradigma

Menurut Neuuman (2000) menyatakan bahwa paradigma adalah sekumpulan


asumsi, konsep, preposisi yang logis sehingga dianut oleh seseorang atau
sekelompok orang dalam mengarahkan pola berpikirnya. Selain itu paradigma
merupakan suatu dasar dari kepercayaan dan keyakinan seseorang sehingga
dijadikan sebagai penuntun prilaku seseorang baik dalam prilaku sehari hari
ataupun pada saat melakukan sebuah penelitian ilmiah. Pada penilitian paradigma
berfungsi untuk menuntun seseorang dalam menentukan pokok masalah apa yang
alan diteliti, merumuskan pertanyaan pertantaan yang digunakan dalam penelitian,
car acara dalam memperoleh sebuah informasi dan menjadi arah dalam
menerjemahka informasi yang diperoleh untuk perumusan kesimpulan dari hasil
penelitian. Penentuan dalam penggunaan paradigma sangat berpengaruh pdaa hasil
penelitian yang sudah dilakukan karna apabila salah menentukan penggunaan
paradigma maka masalah menjadi semakin rumit sehingga dapat mengakibatkan
masalah tersebut tidak terselesaikan. Karna itu penggunaan paradigma yang tepat
dapat memperlancar dan mempercepayt dalam proses menyelesaikan masalah. Dari
paradigm aini ada 4 dimensi yaitu :

1. Dimensi Ontologisme yaitu bagaimana cara pandang peneliti terhadap


realitas dari sebuah hal yang akan diteliti.
2. Dimensi Epistemologis yaitu bagaimana cara pandang hubungan antara
peneliti dengan yang diteliti.
3. Dimesi aksiologis yaoti cara pandang terhadap peranan nilai nilai.
4. Dimensi Etnodologis yaitu cara pandang terhadap proses penelitian.

Paradigma Positif

Paradigma Positivisme mulai berkembang pada abad ke 19 di Negara Perancis.


Tokoh yang merintis paradigm aini adalah Auguste Comte (1798-1857)
menyatakan bahwa untuk menciptakan masyarakat baru yang teratur maka perlu
ada perbaikan jiwa atau budi luhur terlebih dahulu. Prinsip pada paradigma ini
adalah untuk melacak segala sesuatu dengan latar belakang sesuatu tersebut.
Paradigma postif adalah paradigma yang sudah berkembang sebagai sebuah cabang
ilmu alam bahkan hingga pada disiplin disiplin pada ilmu sosiologi, psikologi,
antropologi bahkan pada ilmu ekonomi juga dan ilmu lainnya. Menurut Hardiman
(2002) meyantakan bahwa paradigma ini merupakan puncak pembersihan
pengetahuan dari kepentingan kepentingan dan merupakan sebagai awal
pencapaian cita cita agar dapat memperoleh pengetahuan demi pengetahuan, yaitu
teori yang telah dipisahkan dari praxis hidup manusia dan dianggap sebagai ilmu
pengetahuan yang mengenai sebuah fakta objektif sebagai pengetahuan yang sahih.

Paradigma Intepretif

Paradigma intepretif merupakan suatu paradigma atau cara pandang yang berkaitan
dengan filosofi serta pemikiran sosiologis yang luas akan tetapi merupakan bentuk
upaya untuk memahami dan menjelaskan berbagai prilaku pada dunia sosial dari
sudut pandang pelaku prses sosial itu sendiri. Selain itu paradigma intepretif lebih
menekankan pada makna atau interpretasi seseorang terhadap sebuah simbol. Teori
ini bertugas untuk memaknai bukan untuk memberikan penjelasan dan untuk
memberikan prediksi sebagaimana pada paradigma positivism. Kualitas teori ini
dapat diukur dari kemampuan dalam memaknai tidak dari kemampuannya dalam
menjelaslan dan meramalkan. Penelitian yang menggunakan paradigma ini
memiliki tujuan untuk menerjemahkan dunia, memahami tentang kehidupan sosial,
dan menekankan pada makna dan pemahaman. Karakter pada paradigm ini adalah
untuk memahami bentuk fundamental dari dunia sosial pada banyaknya
pengalaman subjektif yang dimiliki seseorang.

Penerapan paradigma interpretif pada profesi auditor eksternal yang berikaitan


dengan para pengguna laporan keuangan perusahaan dan para investor. Karna pada
saat ini kredibilitas seorang auditor eksternal sedang dipertanyakan, hal ini terjadi
karna banyak nya kasus seorang auditor eksternal melakukan kecurangan dengan
memanipulasi laporan keuangan, karna laporan keuangan dapat menunjukkan
kinerja dari perusahaan tersebut, bagaimana perusahaan dapat mengelola uangnya
secara efektif dan efisien sehingga dari laporan keuangan tersebut dapat dijadikan
sebagai salah satu pertimbangan investor untuk melakukan investasi dan dapat
digunakan pihak bank untuk meminjamkan dana kepada sebuah perusahaan.
Paradigma Kritis

Paradigma kritis ini memperlakukan sebuah realitas sosial berada di antara


objektivisme dan subjektivisme yang rumit karna dibuat oleh manusia dalam
ketegangan dan kontradiksi, tekanan dan eksploitasi. Paradigma ini memahami sifat
alamiah manusia yang dinamis. Bentuk paradigma ini kurang lebih sama dengan
penjelasan akan tetapi pada paradigma ini lebih bersifat kritis yang nantinya dapat
dijadikan sebagai bahan evaluasi. Teori kritis sendiri adalah sebuah teori yang
berbeda dengan pemikiran filsafat dan sosiologi tradisional. Pendekatan yang
digunakan dalam teori kritis tidak bersifat kontlempatif melainkan berupa
spektulatif murni. Selain itu teori kritis tidak hanya menjelaskan, merefleksikan,
menjadi sebuah pertimbangkan dan menata realita sosial akan tetapi teori ini dapat
diubah karna pada dasarnya teori ini bersifat praktis. Menurut Muhadjir (2000:191-
192) teori kritis merupakan sebuah prilaku manusia yang akan mengubah makna
konteks dengan kata lain teori ini dapat secara aktif menciptakan makna baru tetapi
bukan hanya sekedar bersifat pasif hanya menerima makna atas perannya. Tujuan
dari paradigma kritis adalahh membebaskan individu untuk mengkritisi segala
sesuatu dari berbagai aspek dan dari segala jenis eksploitasi, dominasi dan sumber
tekanan yang berasal dari tatanan sosial yang ada. Paradigma kritis ini merupakan
sebuah paradigma yang mencoba untuk memperbaiki kelemahan dari paradigma
interpretif yang bersifar menjelaskan saja dengan cara melakukan perubahan dan
melakukan pembebasan karna tanpa adanya unsur pembebasan maka sebuah teori
tidak termasuk sebagai teori kritis. Kelemahan paradigma kritis adalah dalam
mengupayakan pembebasan dan perubahan yang dipahami hanya sebatas pada
tingkatan fisik dalam sebuah realita dan pada materi saja, paradigma kritis masih
mengandung unsur dari paradigma positif sehingga kelemahannya hampir sama.

Peranan paradigma kritis pada profesi auditir eksternal adalah para auditor eksternal
harus memiliki pola berpikir yang kritis karena tugas dari auditor sendiri selain
melakukan audit pada laporan keuangan juga bertugas untuk mengungkap hal hal
yang tersembunyi, merangkai sebuah informasi menjadi utuh, mendiskrisikan
masalah yang dialami perusahaan, melakukan analisis, dan melakukan evaluasi
dengan berbagai prespektid dan sudut pandang yang berbeda sehingga dapay
menyusun sebuah rekomendasi secara logis. Pola berpikir seorang auditor dapat
dilihat melalui bahasan tulisan yang secara sistematis dan menarik ola berpikir kritis
auditor yang disajikan melalui bahasa tulis yang sistematis dan menarik. Apabila
porsi laporan audit lebih banyak menjelaskan tentang uraian kondisi masalah yang
nampak di permukaan saja, maka itu bisa jadi mencerminkan sebuah indikasi
lemahnya kemampuan berpikir kritis seorang auditor.

Paradigma Postmodernisme

Menurut Rosenau (1992) menyatakan bahwa postmodernisme adalah bentuk kritik


terhadap masyarakat modern dan pemenuhan atas janji. Postmodernisme meyakini
bahwa sebuah realitas bukan hanya dapat dipandang secara objektif akan tetapi
realistis juga setara, yaitu realitas subjektif. Postmodernisme meyakini bahwa
sebuah realitas itu macamnya beragam baik secara sudut pandang subjektif maupun
secara sudut pandang objektif bahkan dapat melampaui keduanya. Paradigma
postmodernisme dikembangkan atas dasar ketidak percayaan terhadap segala sesuat
dalam bentuk sistem dan keperacyaan yang superior dan mendominasi. Paradigma
postmodernisme merupakan bentu penentangan terhadap paradigma modernism
yang selanjutnya tidak menyepakati adanya pola berpikir yang mendikotomi antara
sesuatu hal (oposisi binner – Triyuwono, 2006b). Paradigma postmodernisme
merupakan paradigma sebagai bentuk akhir dari pergerakan dari upaya perbaikan
paradigma untuk masa sekarang. Karena paradigma ini merupakan bentuk upaya
akhir dari proses perbaikan maka tentunya secara logika paradigma ini merupakan
paradigma yang terbaik dari paradigma lainnya dan sebelum adanya paradigma ini
ada paradigma interpretif dan paradigma kritis. Kelamahan dari paradigm aini
adalah terletak pada pendekatan yang tidak terstruktur dan penggunaannya tidak
baku dan tidak formal.

Penerapan ostmodernisme pada profesi auditor eksternal adalah dengan


berkembangnya teknologi dari masa ke masa yang dampaknya dapat memudahkan
manusia dalam melakukan semua hal, dampak berkembangnya teknologi ini juga
dirasakan oleh seorang auditor eksternal. Dulunya teknik dalam mengaudit masih
menggunakan cara yang tradisonal yaitu secara manual karna berkembangnya
teknologi maka teknik dalam mengaudit salah satunya dengan teknik audit
berbantuan komputer. Keunggulan dari menggunakan teknik audit berbantuan
komputer adalah auditor dapat melakukan pengujian data dengan jumlah yang
banyak dapat dilakukan dengan waktu yang singkat hal itu tidak dapat dilakukan
dengan teknik audit yang tradisional karna dalam teknik ini membutuhkan waktu
yang cukup lama. Akan tetapi pasti ada kelemahan dari teknik audit berbantuan
komputer. Menurut Superninoca, Makarenko, dan Litvinova (2019) menyatakan
bahwa kelemahan dari teknik audit berbantuan komputer sebagai berikut:

1. Biaya yang dibutuhkan dalam instalasi cukup tinggi.


2. Tidak memadainya software akuntansi yang disederhanakan.
3. Mahalnya biaya yang dikeluarkan dalam melakukan pembeharuan software.
4. Kebutuhan investigasi mendalam membutuhkan program yang biayanya
terlalu mahal.
5. Kemungkinan masalah yang akan dihadapi adalah masalah database klien.

Dari pernyataan diatas maka dapat disimpulkan bahwa teknik audit manual masih
dapat diterapkan dengan baik karna dengan menggunakan teknik audit manual
anggaran dana yang akan dikeluarkan tidak terlalu mahal selain itu pengungkapan
masalah lebih akurat jika dilakukan oleh auditor eksternal dengan cara manual.
Selain itu resiko kebocoran database klien dapat diminimalisir karna ketika
menggunakan teknik audit berbantuan komputer dapat terjadi kebocaran dan
software juga bisa mengalami gangguan.

Daftar Pustaka

Andrayani, Anisa Rahma Dani, Beta Gubinata T, Fitri Purnamasari. (2021). Teknik
Audit Di Era Digital: Computer Assisted Audit Techniques (Studi Kajian
Teoritis). Universitas Negri Malang, 1(2), 99-106.

Anggraini, Rosalina Yuri. (2017). Masuknya Paradigma Interpretif Pada Kajian


Ilmu Akuntansi. Jurnal Analisa Akuntansi Dan Perpajakan, 1(1), 51-62.

Hariyadi, Bambang. (2008). Posmodernisme: Sebuah Keutuhan Dari Paradigma.


Jurnal Akuntansi, Manajemen Bisnis Dan Sektor Publik (JAMBSP), 4(2),
149-166.
Paranoan, Natalia. (2015). Riset Non Positivistik Akuntansi Dalam Tiga
Paradigma: Interpretif, Kritis Dan Posmodernisme. Jurnal Ilmiah Akuntansi
Dan Bisnis, 10(1), 8-18.

Sriwinarti, Ni Ketut. (2020). Dialetika Pada Laporan Keuangan: Analisa Kinerja


Laporan Keuangan Perusahaan Sektor Farmasi Yang Terdaftar Di Bursa
Efek Indonesia. Universitas Bumigora, 1(2), 19-28.

Anda mungkin juga menyukai