Kata manajemen secara etimologi berasal dari bahasa Inggris “management” yang diambil dari kata “to manage” yang berarti mengurus, mengelola, mengendalikan, mengusahakan, memimpin.
Kata “to manage” ini berasal dari bahasa Italia yaitu
kata “managgio”. Kata “managgio” pun berasal dari bahasa latin “mannaggiare” yang diambil dari kata “manus” yang berarti hand (tangan). Secara ilmu bahasa (etimologi) kata “manage” dapat diartikan: 1. House Keeping yang berarti rumah tangga. 2. To train a horse yang berarti melatih kuda dengan menghentak- hentakkan kakinya. 3. To direct and control yang berarti memimpin dan mengawasi.
Dalam Oxford English Dictionary kata manajemen berasal
dari bahasa Prancis kuno, “ménagement” yang berarti seni melaksanakan dan mengatur. Definisi menurut para ahli 1. George R. Terry dalam bukunya “The Principles of Management” “Manajemen sebagai suatu proses atau kerangka kerja yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang ke arah tujuan-tujuan organisasional maksud yang nyata”
2. Henry Fayol dalam bukunya “General Industrial
Management” “Manajemen adalah proses tertentu yang terdiri atas kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, dan pengendalian dalam rangka mencapai tujuan” Definisi menurut para ahli 3. Harold Koontz dan Cyril O’Donnell dalam bukunya “ThePrinciples of Management”
“Manajemen adalah cara untuk mencapai tujuan
tertentu melalui kegiatan orang lain”
4. Menurut Ricky W. Griffin dalam bukunya “Business”
“Manajemen merupakan suatu proses perencanaan,
pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran secara efektif dan efisien.*) Definisi menurut para ahli 5. James A. F. Stoner dalam bukunya “Management・
“Manajemen adalah suatu proses perencanaan,
pengorganisasian, dan penggunaan sumber daya organisasi yang lain agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
*) Pengertian efektif adalah tujuan dapat dicapai sesuai
dengan perencanaan. Sedangkan efisien adalah tugas yang dilaksanakan secara benar, terorganisasi dan sesuai penjadwalan. Dari berbagai batasan/definisi di atas dapat disimpulkan bahwa:
Manajemen adalah ilmu dan seni perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan terhadap usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Jika menilik beberapa literatur, manajemen mengandung 3 pengertian, yaitu:
a. Manajemen sebagai suatu proses (di mana pelaksanaan
suatu tujuan tertentu dilaksanakan dan diawasi). b. Manajemen sebagai kolektifitas orang-orang yang melakukan aktifitas manajemen (merupakan kumpulan dari orang-orang yang bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan bersama). c. Manajemen sebagai suatu seni dalam menyelesaikan sesuatu (melihat bagaimana akifitas manajemen dihubungkan dengan prinsip-prinsip dari manajemen). Fungsi manajemen merupakan elemen-elemen dasar yang selalu melekat dalam proses manajemen dan dijadikan acuan manajer dalam melaksanakan kegiatan tersebut.
Fungsi manajemen disebut juga sebagai unsur-unsur dalam
manajemen. Secara umum fungsi-fungsi atau unsur-unsur manajemen adalah:
a. Perencanaan (Planning), yaitu proses yang menyangkut
upaya yang dilakukan untuk mengantisipasi kecenderungan di masa yang akan datang dan penentuan strategi dan taktik yang tepat untuk mewujudkan target dan tujuan organisasi. b. Pengorganisasian (Organizing), yaitu proses yang menyangkut bagaimana strategi dan taktik yang telah dirumuskan dalam perencanaan, didesain dalam sebuah struktur organisasi yang tepat dan tangguh, sistem dan lingkungan organisasi yang kondusif, dan dapat memastikan bahwa semua pihak dalam organisasi dapat bekerja secara efektif dan efisien guna pencapaian tujuan organisasi. c. Pengarahan dan pengimplementasian (Directing/Leading/Actuating), yaitu proses implementasi program agar dapat dijalankan oleh seluruh pihak dalam organisasi serta proses memotivasi agar semua pihak tersebut dapat menjalankan tanggung jawabnya dengan penuh kesadaran dan produktifitas yang tinggi.
d. Pengawasan dan Pengendalian (Controlling), yaitu
proses yang dilakukan untuk memastikan seluruh rangkaian kegiatan yang telah direncanakan, diorganisasikan dan diimplementasikan dapat berjalan sesuai dengan target yang diharapkan sekalipun berbagai perubahan terjadi dalam lingkungan dunia bisnis yang dihadapi. Pengertian Istilah manajemen dalam bahasa Arab disebut dengan istilah “idaarah” yang berasal dari kata kerja (fi’il) “adara” yang berarti memutar sesuatu.
Kata “idaarah” ini menurut padanan katanya dalam bahasa Arab
semakna dengan kata tadbiir, siyaasah dan qiyaadah.
Dalam al-Qur’an dari beberapa term tersebut hanya kata tadbiir
yang sering dijumpai dengan berbagai kata turunannya seperti dabbara, yudabbiru dan tadbiiran. Kata tadbiir ini merupakan bentuk masdar (asal atau bentukan kata) yang secara umum diartikan sebagai penertiban, pengaturan, pengurusan, perencanaan, perencanaan dan persiapan. Dalam al-Qur’an dari beberapa term tersebut hanya kata tadbiir yang sering dijumpai dengan berbagai kata turunannya seperti dabbara, yudabbiru dan tadbiiran. Kata tadbiir ini merupakan bentuk masdar (asal atau bentukan kata) yang secara umum diartikan sebagai penertiban, pengaturan, pengurusan, perencanaan, perencanaan dan persiapan. Pengertian Terminologi Manajemen syariah adalah seni dalam mengelola semua sumber daya yang dimiliki dangan tambahan sumber daya dan metode syariah yang telah tercantum dalam kitab suci atau yang telah dajarkan oleh nabi Muhammad SAW sebagai perwujudan amal shaleh yang bertitik tolak dari niat baik yang akan memunculkan motivasi aktivitas untuk mencapai hasil yang terbaik untuk kesejahteraan bersama. Dasar Hukum Manajemen Syariah 1. Surat Al-Baqarah ayat 282 :
Dst.. 2. Surat as-Shaf ayat 4 : 3. Hadis riwayat at-Tirmidzi dari Abu Hurairah 4. Hadis riwayat Thabrani Urgensi Manajemen Syariah Dengan organisasi yang rapi, akan dicapai hasil yang lebih baik daripada yang dilakukan secara individual.
Pernyataan Ali bin Abi Thalib Ra.,
“Kebenaran yang tidak terorganisasi dengan rapi,
dapat dikalahkan oleh kebatilan yang diorganisasi dengan baik”. Falsafah Manajemen 1. Falsafah Perencanaan
Dasar dan tujuan manajemen haruslah terintegrasi, konsisten
dan saling menunjang satu sama lain. Untuk menjaga konsistensi ke arah pencapaian tujuan manajemen, maka setiap usaha itu harus didahului oleh proses perencanaan yang baik.
Hal ini ditegaskan dalam al-Qu’ran surat al-Hasyr ayat 18 : ”Hai
orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang Telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”. Kegiatan perencanaan dalam manajemen harus tetap mengacu pada rumusan (5W dan 1H) , yaitu: a) Tindakan apa yang harus dilakukan? What b) Apakah sebabnya dikerjakan ? Where c) Kapankah tindakan itu harus dikerjaktindakan itu harus dilakukan? Why d) Dimanakah tindakan itu harus an? When e) Siapakah yang akan mengerjakan tindakan itu? Who f) Bagaimanakah ara melaksanakan tindakan itu? How 2. Falsafah Pengorganisasian
Manusia sebagai khalifah (subjek) dalam menjalankan
fungsinya diharapkan dapat menciptakan suatu kemakmuran. Kemakmuran ini akan terwujud jika di antara manusia itu saling tolong menolong dan tidak berpecah belah sebagaimana ditegaskan dalam surat asy-Syuuraa ayat 13 yang artinya : “Berpegang teguhlah pada tali agama Allah dan jangan bercerai berai”. Dalam falsafah organisasi ini diharapkan elemen (subyek) organisasi mampu melaksanakan fungsi penting dalam membantu ketidakmampuan anggota sebagai individu dalam rangka mencapai tujuan yang sulit atau bahkan tidak mungkin dicapai secara individual. 3. Falsafah Pengawasan
Falsafah pengawasan ini meliputi segala kegiatan
penelitian, pengamatan, dan pengukuran terhadap jalannya operasi berdasarkan rencana yang telah ditetapkan, penafsiran dan perbandingan hasil yang dicapai dengan standar yang diminta, melakukan tindakan koreksi penyimpangan, dan perbandingan antara hasil (output) yang dicapai dengan masukan (input) yang digunakan. Pengawasan disebut juga dengan pengendalian, yaitu salah satu fungsi manajemen yang berupa mengadakan penilaian, bila perlu mengadakan koreksi sehingga apa yang dilakukan bawahan dapat diarahkan kejalan yang benar dengan maksud dan tujuan yang telah digariskan semula. Obyek Pembahasan 1. Perilaku yang terkait dengan nilai-nilai keimanan dan ketauhidan. 2. Struktur Organisasi. 3. Sistem. 1. Perilaku yang terkait dengan nilai-nilai keimanan dan ketauhidan.
Jika setiap perilaku orang yang terlibat dalam sebuah
kegiatan dilandasi dengan nilai tauhid, maka diharapkan perilakunya akan terkendali, tidak terjadi penyimpangan karena disadari adanya pengawasan dari Allah Swt., yang akan mencatat setiap amal perbuatan yang baik maupun yang buruk, dan bukan sematamata karena ada pengawasan dari pemimpin atau atasan. Pada setiap kegiatan dalam manajemen syariah, diupayakan menjadiamal saleh yang bernilai abadi. 2. Struktur Organisasi.
Struktur organisasi sangatlah perlu. Adanya struktur dan
stratifikasi dalam Islam dijelaskan dalam surah al-An’aam ayat 165 :
“Dan Dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di
bumi dan Dia meninggikan sebagian kamu atas sebagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” 3. Sistem.
Adanya sistem yang diatur sesuai syariah akan menjadikan
perilaku subyeknya berjalan dengan baik. Keberhasilan sistem ini dapat dilihat pada saat Umar bin Abdul Aziz menjadi khalifah dan dapat dijadikan salah satu contoh sistem yang baik. Telah ada sistem penggajian yang rapi. Pada zaman Umar bin Abdul Aziz juga telah ada sistem pengawasan sehingga di zaman beliau clear governance dan sistem yang berorientasi kepada rakyat dan masyarakat benar-benar tercipta, hanya saja saat itu belum dibakukan dalam bentuk aturan-aturan. Pengertian Investasi Kata investasi secara etimologi dari bahasa Latin di sebut dengan kata “investire” yang berarti memakai, yang dalam bahasa Inggris disebut dengan kata “investment”, yang berarti menanam. Definisi dari ahli Investasi adalah penanaman modal yan dilakukan oleh investor dalam berbagai bidang usaha yang terbuka untuk investasi dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan.
Investasi disebut juga dengan istilah “penanaman
modal”. Dasar Hukum Investasi Syariah Konsep investasi dalam bahasa Arab diistilahkan dengan kata istitsmar ( ” ) “رمثتسإyang berarti membuahkan.
Investasi dalam Islam merupakan bentuk aktif dari ekonomi
syari’ah. Pola sederhana dalam berinvestasi memberikan gambaran bahwa kegiatan investasi cukup efektif dalam mengembangkan modal agar dapat mengembangkan usaha maupun tingkat keamananannya.
Dalam konsep Islam, investasi bukan semata-mata
terkonsentrasi pada seberapa besar keuntungan materi yang bisa dihasilkan melalui aktifitas ekonomi saja, namun lebih dari itu kegiatan investasi dalam konsep Islam juga didorong oleh adanya faktor-faktor tertentu yang mendominasi. Faktor pendorong seseorang melakukan aktivitas investasi 1. Adanya implementasi mekanisme zakat terhadap jumlah dan nilai assetnya yang akan selalui dikenakan zakat.
Faktor ini akan mendorong pemilik (investor) untuk mengelola
asetnya melalui investasi agar jumlahnya terus bertambah meskipun telah dipotong zakat. Faktor ini lebih dekat kepada perilaku individu.
2. Adanya motif sosial, yaitu dengan membantu sebagian
masyarakat yang tidak memiliki modal.
Investasi berarti memberi modal kepada orang lain. Faktor ini
dijalankan dengan pola bersyarikat (musyarakah) maupun dengan berbagi hasil (mudharabah). Definisi Investasi Syariah Investasi Syariah :
Suatu kegiatan produktif yang menguntungkan bila
dilihat dari sudut pandang teologis, dan menjadi untung-rugi jika dipandang dari sisi ekonomi, karena tidak bisa terlepas dari adanya suatu ketidak-pastian (uncertainty of loss) dalam kehidupan manusia, serta harus dilakukan sesuai dengan kaidah-kaidah syar’i. Imam Al Ghazali mengatakan :
“Keuntungan merupakan kompensasi dari
kepayahan perjalanan, risiko usaha dan ancaman diri pengusaha” Dasar hukum anjuran berinvestasi dalam Islam 1. Hadist yang diriwayatkan oleh Umar bin Syu’aib yang artinya:
“Ketahuilah, Siapa yang memelihara anak yatim,
sedangkan anak yatim itu memiliki harta (uang warisan), maka hendaklah ia menginvestasikannya (membisniskannya), janganlah ia membiarkan harta itu idle, sehingga harta itu terus berkurang lantaran zakat”. 2. Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim yang artinya:
“Berikanlah kesempatan kepada mereka yang memiliki
tanah untuk memanfaatkannya dengan caranya sendiri, dan jika tidak dilakukannya hendaklah diberikan pula orang lain agar memanfaatkannya”. 3. Pernyataan Umar bin Khattab yang artinya:
“Siapa saja yang mempunyai uang hendaklah ia
mengivestasikannya, dan siapa saja yang mempunyai tanah hendaklah ia menanaminya”. Tujuan Investasi Syari’ah
Tujuan investasi secara umum antara lain adalah:
1. Terciptanya keberlanjutan (continuity) dalam investasi. 2. Terciptanya profit yang maksimum atau keuntungan yang diharapkan (actual profit). 3. Terciptanya kemakmuran pemegang bagi saham. 4. Turut memberikan andil bagi pembangunan bangsa. Maqosid Syari’ah (Tujuan syariah) Dalam konsep syari’ah tujuan investasi memiliki karakteristik tersendiri.
Hak ini tidak terlepas dari adanya tujuan syariat bagi
manusia yang dalam konsep Islam disebut dengan maqashid as-syari’ah yang tidak lain adalah untuk bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh manusia. Maqosid Syari’ah (Tujuan syariah) Tujuan syariat (maqashid as-syari’ah) tersebut mencakup lima aspek kehidupan, yaitu : 1. Menjaga agama (hifdzu al-diin). 2. Menjaga nyawa (hifdzu al-nafs). 3. Menjaga pikiran/akal (hifdzu al-‘aql). 4. Menjaga keturunan/generasi (hifdzu al-nasl). 5. Menjaga harta benda (hifdzu al-mal). Tujuan Investasi dalam Islam “Menanam modal dengan tujuan menambah keuntungan dan mencari kelebihan nikmat Allah, karena investasi ini akan merealisasikan tujuan permodalan yang seharusnya berkembang, sekaligus merealisasikan tujuan sosialnya”. Pengertian Manajemen Investasi Pengertian umum manajemen investasi adalah manajemen profesional yang mengelola beragam sekuritas atau surat berharga seperti saham, obligasi dan asset lainnya seperti properti dengan tujuan mencapai target investasi yang menguntungkan bagi investor (baik institusi maupun perorangan). Pengertian Manajemen Investasi Syariah Manajemen syariah adalah seni dalam mengelola semua sumber daya yang dimiliki dengan tambahan dan metode syari’ah yang tercantum dalam al- Qur’an dan Hadis.
Definisi manajemen investasi syariah adalah “suatu
kegiatan atau seni mengelola modal dan sumber-sumber penghidupan ekonomi maupun sumber daya secara profesional untuk masa depan, baik di dunia maupun di akhirat sesuai dengan syari’at dan prinsip-prinsip yang diajarkan Rasulullah Saw”. Azas yang mendasari manajemen investasi syari’ah, seperti perencanaan matang dalam mengarungi kehidupan dunia adalah bekal (investasi) pada kehidupan yang abadi di akhirat, sebagaimana dinyatakan dalam Hadits Rasulullah Saw., yang artinya:
“Berusaha keraslah untuk sukses di dunia seakan-
akan kamu hidup selamanya, dan beribadahlah untuk akhiratmu seakanakan kamu mati esok harinya”. Landasan Filosofis Kegiatan muamalah termasuk investasi dalam konsep Islam adalah boleh hukumnya, terkecuali ada ketentuan (aturan) lain yang bersifat normatif (al- Qur’an maupun Hadist Rasulullah Saw.) yang secara eksplisit maupun implisit melarangnya, sebagaimana terlihat pada bagan berikut: Hukum Asal dalam Islam Kegiatan investasi dalam konsep Islam dapat dilihat dari 2 aspek, yaitu:
a) Aspek non ekonomis, yaitu bernilai amal shaleh
sebagai bekal (investasi) manusia pada hari akhir kelak.
a) Aspek ekonomis, yaitu pengorbanan dana dalan
jumlah tertentu (pasti) pada saat sekarang untuk mendapatkan keuntungan di masa mendatang. Islam dalam melihat dua aspek tersebut sangat menganjurkan untuk mengembangkan keduanya, bukan dalam konteks menumpuk-numpuk harta.
Hal ini secara tegas dinyatakan sahabat Umar bin
Khattab sebagai berikut: “Siapa saja yang memiliki uang, hendaklah ia menginvestasikannya, dan siapa saja yang memiliki tanah hendaklah ia menanamnya”. Berdasarkan Dengan melihat apa yang disampaikan Umar bin Khattab ini, maka investasi dalam konsep Islam dapat dilakukan dalam 2 bentuk sektor, yaitu: a) Sektor riil berupa tanah. b) Sektor keuangan berupa modal.
Namun kedua bentuk investasi ini tentunya diatur
dengan batasan-batasan syar’i seperti tidak boleh mengandung unsur : riba, gharar, maysir, tadlis, ataupun unsur lain yang menimbulkan kebatilan dan ketidakadilan. Secara umum dapat dikatakan bahwa dalam konteks syariah adanya penekanan yang kuat bahwa segala kegiatan ekonomi harus terikat dengan prinsip yang halal, baik produk yang menjadi objek, cara perolehannya, maupun cara penggunaannya.
Selain itu, prinsip investasi syariah juga harus dilakukan
tanpa paksaan, adil dan transaksinya berpijak pada kegiatan produksi dan jasa yang tidak dilarang oleh Islam, di antaranya bebas manipulasi dan spekulasi. Landasan Hukum Investasi Syariah Peraturan Perundangan-undangan Landasan Hukum Investasi Syariah Yang berkaitan dengan perbankan Yang berkaitan dengan Pasar Modal Yang berkaitan dengan Investasi dalam Asuransi Syariah Prinsip-prinsip utama investasi syari’ah menurut Ahmad Ghazali sesuai konsep Islam Berdasarkan Aset Berdasarkan Pengaruh Berdasarkan Sumber Pembiayaan Berdasarkan Bentuk Skema Investasi Syariah Bentuk Investasi sesuai Skema Investasi Syariah Resiko Investasi Manfaat Investasi Dalam Islam resiko disebut dengan istilah gharar yang berarti ketidakpastian (uncertainty). Ibnu Qayyim menjelaskan bahwa gharar adalah kemungkinan ada dan tidak ada.
Menurut Van Deer Heidjen, kategorisasi ketidakpastian
(uncertainty) dapat digolongkan menjadi tiga. Kategorisasi ketidakpastian (uncertainty) menurut Van Deer Heidjen : Resiko investasi secara umum : Manfaat investasi secara umum : Pengertian Pasar Uang Syariah Ciri-ciri Pasar Uang Definisi Landasan Hukum Pasar Uang Syariah Fungsi Keberadaan Pasar Uang Syariah Perbedaan Pasar Uang Syariah (PUAS) dan Pasar Uang Konvensional (PUAK)