COVID-19
DISUSUN OLEH
NAMA
MODUL
PROGRAM STUDI SARJANA KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
2020
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah yang Maha
Kuasa, atas segala nikmat, rahmat, dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Kesehatan Mental Orang Usia Lanjut
Ditengah Pandemic Covid-19” dengan baik dan tepat waktu.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi Tugas Modul Fakultas
Kedokteran Universitas Trisakti. Di samping itu, makalah ini ditujukan untuk
menambah pengetahuan bagi kita semua tentang Kesehatan Mental Lansia.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna dan
tidak luput dari kesalahan. Oleh karena itu, penulis sangat berharap adanya
kritik maupun saran yang membangun. Akhir kata penulis ucapkan terima
kasih, semoga tugas ini dapat memberikan tambahan informasi bagi kita
semua.
Penulis
2
BAB 1
PENDAHULUAN
3
lansia diprediksi akan terus mengalami peningkatan, yaitu pada
tahun 2020 akan menjadi 27,08 juta jiwa, pada tahun 2025 sebesar
33,69 juta jiwa, pada tahun 2030 sebesar 40,95 juta jiwa dan 48,19
juta jiwa pada tahun 2035.(4)
4
mental dan kognitif lansia, meningkatnya jumlah lansia yang
menderita penyakit kronik serta meningkatnya angka komplikasi
penyakit kronik dan jumlah lansia yang mengalami ketergantungan
karena akses terhadap layanan kesehatan yang terhambat. (6)
5
b. Bagi Lulusan Dokter
Menambah pengetahuan dan wawasan dokter sehingga dapat
dijadikan acuan dalam memberikan pengetahuan tentang aspek
sosial dan kualitas hidup orang lanjut usia.
c. Bagi Institusi Pendidikan
Memberikan referensi baru kepada institusi pendidikan
kedokteran tetnag aspek sosial dan kualitas hidup orang lanjut
usia.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
7
Berbeda dengan WHO, menurut Statistik Penduduk Lanjut Usia
2019, pengelompokkan lansia menjadi:(9)
8
munculnya penyakit-penyakit degeneratif menyebabkan produktivitas
menurun serta mempengaruhi kehidupan sosial. (17) Pada usia tersebut
terjadi perubahan perubahan baik psikososial, fisiologis, maupun
mental.(14,15,16) Ketidaksiapan lansia dikarenakan lansia menginginkan
kondisi yang mandiri, bisa beraktivitas sendiri, tetap sehat, akan tetapi
kondisi lansia yang mengalami penuaan membuat lansia menjadi
depresi. Bertambahnya usia, maka penurunan fungsi tubuh dan daya
tahan fisik akan menurun, sehingga menyebabkan lansia akan mudah
terserang penyakit yang dipengaruhi juga oleh perubahan dalam
struktur dan fungsi sel, jaringan, dan sistem organ. (18)
9
terhadap semua kejadian yang dialaminya dalam hidup. (12) Perubahan
psikologis kekuatan, kecepatan, dan keterampilan. short term memory,
frustasi, kesepian, takut kehilangan kebebasan, takut menghadapi
kematian, perubahan keinginan, depresi, dan kecemasan. Gangguan
psikologis mengakibatkan lansia mudah terserang berbagai macam
penyakit. Oleh karena itu, tak jarang lansia akan mengalami masalah
psikologis maupun fisik, dan gangguan patologis yang mengakibatkan
lansia mudah terserang berbagai macam penyakit. (14,15,20)
Untuk meningkatkan kualitas hidup lansia dibutuhkan perawatan
dimana peran keluarga sangat dibututhkan karena merupakan unit
terkecil dari masyarakat.(16,20) Pelayanan kesehatan bagi penduduk
lansia sangat menuntut perhatian, agar kondisi mereka tidak sakit fisik
maupun mental dalam menghabiskan sisa usia.(21)
10
dengan adanya kebijakan distancing sosial. Pada masa ini, memang
menyedihkan tidak bisa mengunjungi keluarga. namun, tanpa disadari,
apabila tetap dialkukannya kunjungan kepadan oranglanjut usia hal ini
dapat menyebabkan penularan infeksi secara tidak sengaja dan dapat
membahayakan kesehatan lansia juga. Namun, kurangnya interaksi
sosial yang dapat dilakukan oleh lansia dapat memicu atau
memperburuk masalah dan suasana hati serta kecemasan pada
Lansia.(23)
Ketiga, adanya masalah dalam akses pengobatan dan Fasilitas
kesehatan, lansia mungkin memiliki masalah pada fisiknya yang
menimbulkan kesulitan untuk mengakses hal ini. Sebagian besar
negara telah melakukan pembatasan yang ketat unutk mencegah
penularan COVID-19 semakin luas. dan hal ini berdampak pada akses
pelayanan kesehatan rutin yang harus didapatkan oleh para Lansia.
Beberapa lansia yang memiliki masalah kesehatan khusus yang harus
mengkonsumsi obat secara rutin kesulitan dalam mendapatkan
obatnya. Jika lansia tersebut tidak dapat memperoleh pasokan obat
secara teratur dan berkelanjutan, mereka dapat menderita karena
penyakitnya yang kambuh dan memburuknya kondisi mentalnya. (23)
Keempat, sumber informasi yang mudah yang berkaitan dengan
pandemi dapat menjadi sumber kecemasan dan stres, terutama bagi
lansia. sebagian besar media menyoroti tingkat kematian karena
COVID-19 pada orang tua yang meningkat, dan paparan
meningkatnya jumlah kematian dapat memicu episode kecemasan,
suasana hati yang tidak baik dan gangguan tidur. hal ini dapat memiliki
efek merugikan secara keseluruhan pada kualitas hidup. (23)
Keempat alasan ini mejadi catatan penting agar kita memberi
perhatian yang lebih pada Kelompok yang rentan. Seperti lansia yang
hidup sendiri/tanpa keluarga dekat; dari status sosio-ekonomi rendah
dan/atau penyandang penyakit lainnya seperti penurunan
kognitif/demensia atau kondisi kesehatan jiwa lainnya. Lansia dengan
11
gangguan kognitif ringan atau demensia stadium awal perlu diberi tahu
apa yang terjadi sesuai kapasitasnya dan didukung untuk meringankan
kekhawatiran dan tekanan. Kebutuhan medis dan keseharian
penyandang demensia sedang dan berat perlu dipenuhi selama
karantina. Lansia, terutama yang di isolasi dan yang mengalami
penurunan kognitif/demensia bisa semakin resah, marah, tertekan,
gelisah, tertutup, terlalu curiga selama wabah/berada di karantina. (23)
Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menjaga kesehatan
(5,22)
mental Lansia di masa pandemic ini, yaitu:
- Beri lansia informasi akurat yang mudah dipahami dan fakta
tentang wabah, perkembangan, pengobatan , dan strategi efektif
mencegah infeksi COVID-19. Informasi harus mudah diakses
(bahasa jelas dan sederhana, huruf berukuran besar) dan dari
sumber (media) terpercaya (media masal, media sosial dan tenaga
kesehatan terpercaya) untuk mencegah perilaku tidak rasional
seperti menimbun jamu yang tidak efektif.
- Cara terbaik menghubungi warga lansia adalah melalui telepon
rumah atau kunjungan berkala (jika mungkin). Dorong keluarga
atau teman untuk menelpon anggota keluarganya yang lansia dan
ajari lansia menggunakan panggilan video.
- Beri dukungan emosional melalui jaringan informal (keluarga) dan
tenaga kesehatan jiwa. Sampaikan fakta-fakta sederhana tentang
yang sedang terjadi dan informasi yang jelas tentang cara
mengurangi risiko infeksi dengan bahasa yang dapat dimengerti
lansia dengan/tanpa gangguan kognitif. Sampaikan ulang jika perlu.
- Kebutuhan medis lansia dengan/tanpa COVID-19 perlu dipenuhi
selama wabah, termasuk akses obat-obatan penting (diabetes,
kanker, sakit ginjal, HIV) yang tidak terputus. Layanan medis
telemedicine atau online dapat digunakan untuk memberikan
layanan medis.
12
- Lansia terisolasi atau terinfeksi harus diberikan informasi yang
benar tentang faktor-faktor risiko dan kemungkinan kesembuhan
- Selama karantina, sesuaikan layanan rumah perawatan (respite
care service) atau perawatan di rumah agar menggunakan
teknologi (WeChat, WhatsApp) untuk memberikan
pelatihan/konseling bagi pelaku rawat keluarga di rumah, termasuk
pertolongan pertama psikologis.
- Beri lansia latihan fisik sederhana di rumah/dalam karantina agar
tetap aktif bergerak dan mengurangi kebosanan.
- Semangati lansia yang memiliki keahlian, pengalaman dan
kekuatan untuk menjadi sukarelawan dalam upaya masyarakat
menanggapi wabah COVID-10. Lansia dapat memberikan
dukungan, memantau lingkungan, dan menjaga anak-anak untuk
petugas yang harus berada di rumah sakit untuk melawan COVID-
19.
13
2.4 Kerangka Konsep
Pandemi
Covid-19
Kualitias Hidup
Lansia
Kesehatan Kesehatan
Mental Fisik
Lingkungan
Teman Sebaya Keluarga
Sekitar
14
BAB III
PEMBAHASAN MASALAH TERKAIT TOPIK
15
.Diskriminasi dan kurangnya pemanfaatan perawatan kesehatan adalah
faktor lain yang berkontribusi terhadap perawatan lansia yang buruk
selama wabah COVID ‐ 19. Tekanan substansial yang dihasilkan oleh
"informasi yang berlebihan" dapat menyebabkan paranoid dan perawatan
kesehatan yang terkait dengan ketidakpercayaan yang mungkin
menyebabkan mereka untuk menghindari karantina. (24)
Kesehatan mental adalah landasan dalam kesehatan masyarakat,
begitupun pada orang denga usia lanjut. Pelajaran yang perlu dipelajari
dari pandemi sebelumnya seperti SARS telah membuktikan bahwa sesi
konseling telepon, melakukan kontak aman dengan keluarga, pemberian
informasi yang relevan dan diperbarui, perawatan kebutuhan medis dan
psikologis umum, dan menghormati ruang pribadi mereka adalah
komponen penting dari perawatan kesehatan mental pada lansia. Hal ini
ini dapat menjadi cara mendeteksi awal yang dibutuhkan oleh pelayanan
kesehatan sehingga dapat disiapkan rencana intervensi yang tepat,
terutama bagi penduduk berusia rentan. (22,23,24)
16
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dijambarkan diatas, dapat
ditarik kesimpulan seperti berikut:
A. Lansia adalah tahap akhir dalam proses kehidupan yang terjadi
banyak penurunan dan perubahan fisik, psikologi, sosial yang
saling berhubungan satu sama lain, sehingga berpotensi
menimbulkan masalah kesehatan fisik maupun jiwa pada lansia.
B. Lansia lebih rentan terhadap COVID-19 karena sumber informasi
yang terbatas, sistem imun yang lebih lemah, dan tingkat kematian
COVID-19 yang lebih tinggi di antara kelompok usia lanjut
C. Lansia sangat rentan mengalami masalah kesehatan mental.
Apalagi dimasa pandemic, kurangnya informasi, serta semakin
terbatasnya interakksi sosial para lansia dapat memicu terjadinya
depresi pada lansia.
D. Dukungan dari berbagai pihak seperti keluarga, dan lingkungan
sangat dibutuhkan dalam menjaga kesehatan mental Para lansia
selama masa pandemic COVID-19. Protokol kehsehatan harus
tetap dilakukan dan dijelaskan dengan baik kepada para Lansia
agar mereka pun bisa menjaga diri dan tidak terkena penyakit ini.
4.2 Saran
Untuk menjaga kesehatan mental lansia selama masa pandemic
COVID-19 ini perlu diperhatikan sarana dan pelayanan kesehatan
khusus pelayanan lansia agar tetap bisa memantau kesehatan lansia.
Serta dibutuhkan peran keluarga ataupun pengasuh lansi untuk selalu
memantau dan memberikan informas-informasi mengenai COVID-19
termasuk protokol kesehatan yang ada serta pencegahan-
pencegahan agar terhindar dari COVID-19.
17
DAFTAR PUSTAKA
18
11. Garc´ ıa LMR, Navarrro JMR. The Impact of Quality of Life on the Health
of Older People from a Multidimensional Perspective. Journal of Aging
Research. 2018;16:1–6. doi:10.1155/2018/4086294
12. Rohman AIN, Purwaningsih, Khoridatul Bariyah. Kualitas Hidup Lanjuut
Usia. Jurnal Keperawatan. 2012;3:120–30. Doi:10.22219/jk.v3i2.2589
13. Newall NEG, Menec VH. Loneliness and social isolation of older adults:
Why it is important to examine these social aspects together. Journal of
Social and Personal Relationships. 2019;36(3):925–39.
Doi:10.1177%2F0265407517749045
14. Hajek A, Brettschneider C, Mallon T, et al. The impact of social
engagement on health-related quality of life and depressive symptoms in
old age - evidence from a multicenter prospective cohort study in
Germany. Health Qual Life Outcomes. 2017;15(1):140.
doi:10.1186/s12955-017-0715-8
15. Mulyati M, Rasha R, Martiatuti K. Pengaruh Dukungan Sosial Keluarga
Terhadap Kualitas Hidup Dan Kesejahteraan Lansia. JKKP (Jurnal
Kesejahteraan Keluarga dan Pendidikan). 2018;5(1):1–8.
Doi:10.21009/JKKP.051.01
16. Labra CD, Maseda A, Lorenzo-López L, López-López R, Buján A,
Rodríguez-Villamil JL, et al. Social factors and quality of life aspects on
frailty syndrome in community-dwelling older adults: the VERISAÚDE study.
BMC Geriatrics. 2018;18:2–9. Doi:10.1186/s12877-018-0757-8
17. Kiik SM, Sahar J, Permatasari H. Peningkatan Kualitas Hidup Lanjut Usia
(Lansia) Di Kota Depok Dengan Latihan Keseimbangan. Jurnal
Keperawatan Indonesia. 2018;21(2):109–16. Doi:10.7454/jki.v21i2.584
18. Antari BR, Saktika T, Ferianto. Hubungan Antara Dukungan Sosial
Dengan Kualitas Hidup Lansia Di Desa Cebongan Sleman Yogyakarta
Tahun 2015. Media Ilmu Kesehatan. 2016;5(1):53–9.
Doi:10.30989/mik.v5i1.145.
19
19. Sutikno E. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Gangguan
Kesehatan Mental Pada Lansia: Studi Cross Sectional Pada Kelompok
Jantung Sehat Surya Group Kediri. Jurnal WIyata. 2015; 2(1): 1-8.
20. Andesty D, Syahrul F. Hubungan Interaksi Sosial Dengan Kualitas Hidup
Lansia Di Unit Pelayanan Terpadu (Uptd) Griya Werdha Kota Surabaya
Tahun 2017. The Indonesian Journal of Public Health. 2018;13(2):170–8.
Doi:10.20473/ijph.v13i2.2018.171-182
21. Indrayani, Ronoatmodjo S. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Kualitas Hidup Lansia di Desa Cipasung Kabupaten Kuningan tahun 2017.
Jurnal Kesehatan Reproduksi. 2018;9:70–6.
doi:10.22435/kespro.v9i1.892.69-78
22. Inter-Agency Standing Committee. Catatan tentang aspek kesehatan jiwa
dan psikososial wabah COVID-19 [Internet]. 2020. Cited on 05 Agustus
2020. Available from: https://www.who.int/docs/default-
source/searo/indonesia/covid19/catatan-tentang-aspek-kesehatan-jiwa-dan-
psikososial-wabah-covid-19-feb-2020-indonesian.pdf?sfvrsn=ebae5645_2
23. Philip J. Impact of COVID-19 on mental health of the elderly. Int J
Community Med Public Health. 2020;7(6):2435-2436. Doi:10.18203/2394-
6040.ijcmph20202513
24. Banerjee D. The Impact of Covid-19 pandemic on elderly mental health.
International J Geriatric Psychiatry. 2020;10. doi:10.1002/gps.5320
20