Anda di halaman 1dari 20

KESEHATAN MENTAL ORANG USIA LANJUT DITENGAH PANDEMIC

COVID-19

DISUSUN OLEH
NAMA

MODUL
PROGRAM STUDI SARJANA KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah yang Maha
Kuasa, atas segala nikmat, rahmat, dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Kesehatan Mental Orang Usia Lanjut
Ditengah Pandemic Covid-19” dengan baik dan tepat waktu.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi Tugas Modul Fakultas
Kedokteran Universitas Trisakti. Di samping itu, makalah ini ditujukan untuk
menambah pengetahuan bagi kita semua tentang Kesehatan Mental Lansia.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna dan
tidak luput dari kesalahan. Oleh karena itu, penulis sangat berharap adanya
kritik maupun saran yang membangun. Akhir kata penulis ucapkan terima
kasih, semoga tugas ini dapat memberikan tambahan informasi bagi kita
semua.

Tempat, Agustus 2020

Penulis

2
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia
lebih dari 60 tahun.(1) Penduduk lanjut usia terus mengalami
peningkatan seiring kemajuan di bidang kesehatan yang ditandai
dengan meningkatnya angka harapan hidup dan menurunnya
angka kematian. Besarnya jumlah penduduk lansia membawa
dampak positif maupun negatif.(2) Berdampak positif, apabila
penduduk lansia berada dalam keadaan sehat, aktif dan produktif. 2
Penduduk lansia menjadi beban jika lansia memiliki masalah
penurunan kesehatan yang berakibat pada peningkatan biaya
pelayanan kesehatan, penurunan pendapatan/penghasilan,
peningkatan disabilitas, tidak adanya dukungan sosial dan
lingkungan yang tidak ramah terhadap penduduk lansia. (2)
Populasi lansia didunia dari tahun ke tahun semakin
meningkat, bahkan pertambahan lansia menjadi yang paling
mendominasi apabila dibandingkan dengan pertambahan populasi
penduduk pada kelompok usia lainnya. (3) Data Word Population
Prospect: the 2015 revison, pada tahun 2015 ada 901 juta orang
berusia 60 tahun atau lebih yang terdiri atas 12% dari jumlah
populasi global. Pada tahun 2015 dan 2030, jumlah orang berusia
60 tahun atau lebih diproyeksikan akan tumbuh sekitar 56%, dari
901 juta lebih menjadi 1,4 miliyar, dan pada tahun 2050 populasi
lansia diproyeksikan lebih dari 2 kali lipat di tahun 2015, yaitu
mencapai 2,1 miyar.(3)
Dalam waktu hampir lima decade (1971-2019), persentase
lansia Indonesia meningkat 9,6%, yaitu mencapai 25 juta. (2) Hal ini
menunjukkan bahwa Indonesia termasuk Negara dengan struktur
penduduk menuju tua (ageing population). (2) Jumlah penduduk

3
lansia diprediksi akan terus mengalami peningkatan, yaitu pada
tahun 2020 akan menjadi 27,08 juta jiwa, pada tahun 2025 sebesar
33,69 juta jiwa, pada tahun 2030 sebesar 40,95 juta jiwa dan 48,19
juta jiwa pada tahun 2035.(4)

Tiga bulan terakhir kita dihadapkan oleh masalah kesehatan


Global yaitu Penyakit Coronavirus 2019 (COVID-19), disebabkan
oleh SARS-CoV-2 telah melumpuhkan kesehatan masyarakat,
ekonomi dan kehidupan sehari-hari. Penyakit COVID-19 saat ini
telah ditetapkan menadi wabah dunia (pandemic). Pada era
pandemi saat ini, kelompok lansia merupakan kelompok yang
paling berisiko mengalami keparahan/morbiditas dan mortalitas
akibat penyakit Covid-19.(5)

Data mortalitas akibat Covid-19 di beberapa negara lain


menunjukkan peningkatan seiring dengan meningkatnya usia,
seperti di Tiongkok jumlah kematian pada populasi usia 60-69
tahun sebesar 3.6%, pada usia 70-79 tahun sebesar 8% dan pada
usia lebih dari 80 tahun sebanyak 14.8%. Hal ini dikarenakan
pasien lansia (geriatric) umumnya memiliki berbagai komorbiditas,
seperti penyakit kardiovaskular, penyakit kencing manis, penyakit
pernapasan kronik, hipertensi dan lain-lain. Hal ini senada dengan
Indonesia, dimana angka mortalitasnya meningkat seiring dengan
meningkatnya usia yaitu pada populasi usia 45-54 tahun adalah
8%, 55-64 tahun 14% dan 65 tahun ke atas 22%. Untuk itu
pencegahan penularan melalui upaya promotif dan preventif
kepada kelompok lansia sangat penting dilakukan, baik di tingkat
keluarga, masyarakat dan fasilitas Kesehatan.(6)

Selain pencegahan penularan corona virus kepada


kelompok lansia, perlu juga diantisipasi dampak dari kebijakan
pembatasan sosial terhadap kesehatan lansia, seperti kesehatan

4
mental dan kognitif lansia, meningkatnya jumlah lansia yang
menderita penyakit kronik serta meningkatnya angka komplikasi
penyakit kronik dan jumlah lansia yang mengalami ketergantungan
karena akses terhadap layanan kesehatan yang terhambat. (6)

Lansia sebagai kelompok rentan tentu saja sangat


membutuhkan dukungan dari keluarga dan masyarakat agar
kesehatan dan kualitas hidup lansia selama masa pandemi Covid-
19 dapat tetap terjaga seoptimal mungkin. Salah satu indikator
kualitias hidup pada lansia yang harus dijaga di masa pandemic ini
adalah kesehatan Mental para Lansia. Dari pernyataan diatas
penulis tertarik untuk mengangkat judul tentang “KESEHATAN
MENTAL ORANG USIA LANJUT DITENGAH PANDEMI COVID-
19”

1.2 Tujuan Penulisan


a) Untuk mengetahui Status Kesehatan Mental para Orang
Usia Lanjut di era Pandemi
b) Untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas hidup Para
Lanjut Usia
c) Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang
Kesehatan mental Orang Lanjut Usia.
d) Untuk meningkatkan peran dan kesadaran keluarga
terhadap kesehatan orang lanjut usia.

1.3 Manfaat Penulisan


a. Bagi Ilmu Pengetahuan
Memberikan sumbang saran terhadap pengembangan ilmu
pengetahuan dalam bidang kesehatan khususnya kedokteran.

5
b. Bagi Lulusan Dokter
Menambah pengetahuan dan wawasan dokter sehingga dapat
dijadikan acuan dalam memberikan pengetahuan tentang aspek
sosial dan kualitas hidup orang lanjut usia.
c. Bagi Institusi Pendidikan
Memberikan referensi baru kepada institusi pendidikan
kedokteran tetnag aspek sosial dan kualitas hidup orang lanjut
usia.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lanjut Usia


2.1.1 Pengertian Lanjut usia
Lansia adalah seseorang yang mengalami tahap akhir dalam
perkembangan kehidupan manusia. Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 67 Tahun 2015 Tentang
Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia di Pusat
Kesehatan Masyarakat disebutkan bahwa lanjut usia adalah
seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke
atas.(1)
Proses menua adalah proses alamiah kehidupan yang
terjadi mulai dari awal seseorang hidup, dan memiliki beberapa
fase yaitu anak, dewasa, dan tua. (9) Lansia adalah tahap akhir
dalam proses kehidupan yang terjadi banyak penurunan dan
perubahan fisik, psikologi, sosial yang saling berhubungan satu
sama lain, sehingga berpotensi menimbulkan masalah kesehatan
fisik maupun jiwa pada lansia.(7)
2.1.1.2 Batasan Usia Lanjut
Batasan usia pada lansia berbeda-beda. Menurut organisasi
kesehatan World Health Organization (WHO), ada empat tahap
yaitu:(8)
a. Usia pertengahan (middle age) : 45-49 tahun
b. Lanjut usia (elderly) : 60-74 tahun
c. Lanjut usia tua (old) : 75-90 tahun
d. Usia Sangat tua (very old) : diatas 90 tahun

7
Berbeda dengan WHO, menurut Statistik Penduduk Lanjut Usia
2019, pengelompokkan lansia menjadi:(9)

a. Pralansia : 45-59 tahun


b. Lansia muda: 60-69 tahun
c. Lansia madya: 70-79 tahun
d. Lansia tua: diatas 80 tahun
2.2 Kualitas Hidup
Lansia merupakan salah satu kelompok yang rentan dalam
kesehatannnya.(10) Diperkirakan jumlah lansia akan terus meningkat
seiring bertambahnya tahun.(11) Meningkatnya jumlah lansia diikuti juga
dengan meningkatnya angka harapan hidup pada lansia ini
menimbulkan masalah masalah yang dirasakan oleh lansia seperti
masalah kesehatan, psikologi, dan sosial ekonomi. (12,13) Kualitas hidup
adalah sejauh mana seseorang dapat merasakan dan menikmati
terjadinya segala peristiwa penting dalam kehidupannya sehingga
kehidupannya menjadi sejahtera.(14,15) Kualitas hidup dipengaruhi oleh
kesehatan fisik, keadaan psikologis, tingkat kemandirian, hubungan
sosial, dan hubungan dengan aspek penting dalam lingkungan. Jenis
kelamin juga mempengaruhi kualitas hidup seseorang. Dikarenakan
perempuan lebih sering merasa kesepian, ekonomi yang rendah, dan
selalu khawatir terhadap masa depannya. Maka dari itu perempuan
memiliki kualitas hidup yag rendah dibandingkan dengan laki-laki.
Semua orang berharap akan menjalani hidup dengan tenang, damai,
serta menikmati masa pensiun bersama anak dan cucu tercinta
dengan penuh kasih sayang.(12,13,14,15)
Keempat aspek dalam kualitas hidup adalah kesehatan fisik,
kesehatan psikologi, hubungan sosial, dan aspek lingkungan. (15,16) Jika
4 aspek tersebut tidak terpenuhi, akan timbul masalah-masalah dalam
kehidupan lanjut usia yang akan menurunkan kualitas hidupnya. (15,16)
Usia tua, kesepian, sosial ekonomi yang kurang sejahtera, serta

8
munculnya penyakit-penyakit degeneratif menyebabkan produktivitas
menurun serta mempengaruhi kehidupan sosial. (17) Pada usia tersebut
terjadi perubahan perubahan baik psikososial, fisiologis, maupun
mental.(14,15,16) Ketidaksiapan lansia dikarenakan lansia menginginkan
kondisi yang mandiri, bisa beraktivitas sendiri, tetap sehat, akan tetapi
kondisi lansia yang mengalami penuaan membuat lansia menjadi
depresi. Bertambahnya usia, maka penurunan fungsi tubuh dan daya
tahan fisik akan menurun, sehingga menyebabkan lansia akan mudah
terserang penyakit yang dipengaruhi juga oleh perubahan dalam
struktur dan fungsi sel, jaringan, dan sistem organ. (18)

2.1.3 Kesehatan Mental lansia


kesehatan psikologis atau mental merupakan faktor paling penting
yang mempengaruhi kualitas hidup lansia. Lansia yang mempunyai
kemampuan dalam menerima kondisi dirinya secara psikologis dan
menikmati kehidupan di masa tua mempunyai kualitas hidup yang
lebih baik daripada lansia yang tidak mempunyai kemampuan tersebut.
Masalah kesehatan mental dapat menyebabkan dampak yang besar
bagi lansia, antara lain dapat menurunkan kemampuan lansia dalam
melakukan aktivitas sehari-hari, menurunkan kemandirian dan kualitas
hidup lansia.(19)
Depresi merupakan salah satu permasalahan kesehatan mental
atau psikologis yang sering dijumpai pada lansia. (19) Masalah psikologis
pada lansia biasanya terjadi karena transisi peran pada lingkungan
sosial.(14) Rendahnya tingkat kesehatan, ketidakmampuan lansia dalam
menjalani hidup, kehilangan pasangan, dan rendahnya dukungan
sosial menyebabkan lansia mengalami depresi.(14)
Kesehatan psikologis mengacu pada afek positif, spiritualitas,
berfikir, belajar, memori dan konsentrasi, gambaran diri dan
penampilan, harga diri, dan afek negative. (20) Faktor psikologis
merupakan faktor penting bagi individu untuk melakukan kontrol

9
terhadap semua kejadian yang dialaminya dalam hidup. (12) Perubahan
psikologis kekuatan, kecepatan, dan keterampilan. short term memory,
frustasi, kesepian, takut kehilangan kebebasan, takut menghadapi
kematian, perubahan keinginan, depresi, dan kecemasan. Gangguan
psikologis mengakibatkan lansia mudah terserang berbagai macam
penyakit. Oleh karena itu, tak jarang lansia akan mengalami masalah
psikologis maupun fisik, dan gangguan patologis yang mengakibatkan
lansia mudah terserang berbagai macam penyakit. (14,15,20)
Untuk meningkatkan kualitas hidup lansia dibutuhkan perawatan
dimana peran keluarga sangat dibututhkan karena merupakan unit
terkecil dari masyarakat.(16,20) Pelayanan kesehatan bagi penduduk
lansia sangat menuntut perhatian, agar kondisi mereka tidak sakit fisik
maupun mental dalam menghabiskan sisa usia.(21)

2.4 Kesehatan Mental Lansia Pada Masa Pandemi COVID-19


Lansia lebih rentan terhadap COVID-19 karena sumber informasi
yang terbatas, sistem imun yang lebih lemah, dan tingkat kematian
COVID-19 yang lebih tinggi di antara kelompok usia lanjut. (22)
Terdapat beberapa alasan mengapa orang dengan Usia lanjut
termasuk kelompok rentan di masa Pandemi ini. Pertama, Orang
dengan Usia lanjut adalah faktor Pra-disposisi untuk masalah
kesehatan fisik dan mental. Kehadiran kondisi komorbid membuat
lebih rentan terhadap infeksi baru dan tekanan psikologis yang
menyertainya.(23)
Kedua, Lansia sangat terpengaruh dengan kondisi isolasi sosial
bahkan dalam keadaan normal sekalipun, dan dan di masa pandemi
seperti ini mengharuskan semua orang untuk melakukan "Social
Disntancing". Lansia umumnya hanya memiliki sosialisasi dengan
teman dekat dan keluarga yang secara rutin berinteraksi dengan
mereka. Aspek sosial menjadi sebagian besar hidup mereka di masa
pensiun, dan di masa pandemi ini tampak gangguan yang drastis

10
dengan adanya kebijakan distancing sosial. Pada masa ini, memang
menyedihkan tidak bisa mengunjungi keluarga. namun, tanpa disadari,
apabila tetap dialkukannya kunjungan kepadan oranglanjut usia hal ini
dapat menyebabkan penularan infeksi secara tidak sengaja dan dapat
membahayakan kesehatan lansia juga. Namun, kurangnya interaksi
sosial yang dapat dilakukan oleh lansia dapat memicu atau
memperburuk masalah dan suasana hati serta kecemasan pada
Lansia.(23)
Ketiga, adanya masalah dalam akses pengobatan dan Fasilitas
kesehatan, lansia mungkin memiliki masalah pada fisiknya yang
menimbulkan kesulitan untuk mengakses hal ini. Sebagian besar
negara telah melakukan pembatasan yang ketat unutk mencegah
penularan COVID-19 semakin luas. dan hal ini berdampak pada akses
pelayanan kesehatan rutin yang harus didapatkan oleh para Lansia.
Beberapa lansia yang memiliki masalah kesehatan khusus yang harus
mengkonsumsi obat secara rutin kesulitan dalam mendapatkan
obatnya. Jika lansia tersebut tidak dapat memperoleh pasokan obat
secara teratur dan berkelanjutan, mereka dapat menderita karena
penyakitnya yang kambuh dan memburuknya kondisi mentalnya. (23)
Keempat, sumber informasi yang mudah yang berkaitan dengan
pandemi dapat menjadi sumber kecemasan dan stres, terutama bagi
lansia. sebagian besar media menyoroti tingkat kematian karena
COVID-19 pada orang tua yang meningkat, dan paparan
meningkatnya jumlah kematian dapat memicu episode kecemasan,
suasana hati yang tidak baik dan gangguan tidur. hal ini dapat memiliki
efek merugikan secara keseluruhan pada kualitas hidup. (23)
Keempat alasan ini mejadi catatan penting agar kita memberi
perhatian yang lebih pada Kelompok yang rentan. Seperti lansia yang
hidup sendiri/tanpa keluarga dekat; dari status sosio-ekonomi rendah
dan/atau penyandang penyakit lainnya seperti penurunan
kognitif/demensia atau kondisi kesehatan jiwa lainnya. Lansia dengan

11
gangguan kognitif ringan atau demensia stadium awal perlu diberi tahu
apa yang terjadi sesuai kapasitasnya dan didukung untuk meringankan
kekhawatiran dan tekanan. Kebutuhan medis dan keseharian
penyandang demensia sedang dan berat perlu dipenuhi selama
karantina. Lansia, terutama yang di isolasi dan yang mengalami
penurunan kognitif/demensia bisa semakin resah, marah, tertekan,
gelisah, tertutup, terlalu curiga selama wabah/berada di karantina. (23)
Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menjaga kesehatan
(5,22)
mental Lansia di masa pandemic ini, yaitu:
- Beri lansia informasi akurat yang mudah dipahami dan fakta
tentang wabah, perkembangan, pengobatan , dan strategi efektif
mencegah infeksi COVID-19. Informasi harus mudah diakses
(bahasa jelas dan sederhana, huruf berukuran besar) dan dari
sumber (media) terpercaya (media masal, media sosial dan tenaga
kesehatan terpercaya) untuk mencegah perilaku tidak rasional
seperti menimbun jamu yang tidak efektif.
- Cara terbaik menghubungi warga lansia adalah melalui telepon
rumah atau kunjungan berkala (jika mungkin). Dorong keluarga
atau teman untuk menelpon anggota keluarganya yang lansia dan
ajari lansia menggunakan panggilan video.
- Beri dukungan emosional melalui jaringan informal (keluarga) dan
tenaga kesehatan jiwa. Sampaikan fakta-fakta sederhana tentang
yang sedang terjadi dan informasi yang jelas tentang cara
mengurangi risiko infeksi dengan bahasa yang dapat dimengerti
lansia dengan/tanpa gangguan kognitif. Sampaikan ulang jika perlu.
- Kebutuhan medis lansia dengan/tanpa COVID-19 perlu dipenuhi
selama wabah, termasuk akses obat-obatan penting (diabetes,
kanker, sakit ginjal, HIV) yang tidak terputus. Layanan medis
telemedicine atau online dapat digunakan untuk memberikan
layanan medis.

12
- Lansia terisolasi atau terinfeksi harus diberikan informasi yang
benar tentang faktor-faktor risiko dan kemungkinan kesembuhan
- Selama karantina, sesuaikan layanan rumah perawatan (respite
care service) atau perawatan di rumah agar menggunakan
teknologi (WeChat, WhatsApp) untuk memberikan
pelatihan/konseling bagi pelaku rawat keluarga di rumah, termasuk
pertolongan pertama psikologis.
- Beri lansia latihan fisik sederhana di rumah/dalam karantina agar
tetap aktif bergerak dan mengurangi kebosanan.
- Semangati lansia yang memiliki keahlian, pengalaman dan
kekuatan untuk menjadi sukarelawan dalam upaya masyarakat
menanggapi wabah COVID-10. Lansia dapat memberikan
dukungan, memantau lingkungan, dan menjaga anak-anak untuk
petugas yang harus berada di rumah sakit untuk melawan COVID-
19.

13
2.4 Kerangka Konsep

Pandemi
Covid-19

Kualitias Hidup
Lansia

Kesehatan Kesehatan
Mental Fisik

Lingkungan
Teman Sebaya Keluarga
Sekitar

14
BAB III
PEMBAHASAN MASALAH TERKAIT TOPIK

Pada Seorang lansia, terjadi perubahan perubahan baik


psikososial, fisiologis, maupun mental. Seringkali, lansia merasa dirinya
memiliki keterbatasan aktivitas tidak seperti saat usianya masih muda.
Keterbatasan tersebut akan menghambat pencapaian kesejahteraan fisik,
yang pada akhirnya akan berdampak pada kualitas hidup yang rendah.
(15,20)

Pandemik memiliki dampak psikososial yang signifikan. Masalah


kecemasan, panik, gangguan penyesuaian, depresi, stres kronis, dan
insomnia adalah masalah utama. Informasi yang keliru dan ketidakpastian
menimbulkan histeria masal. Diantara semua orang, lansia sangat rentan
mengalami masalah kesehatan mental. Sejauh ini menyebutkan isolasi
sosial Pada lansia sebagai "keprihatinan kesehatan masyarakat yang
serius" karena kerentanan Bio‐psikososial mereka. Sosial distancing,
meskipun merupakan strategi utama untuk memerangi covid ‐ 19, juga
merupakan penyebab utama kesepian, yang merupakan faktor risiko
terjadinya depresi, gangguan kecemasan, dan bunuh diri. (24)
Hubungan sosial sangat penting selama penurunan kualitas
kesehatan masyarakat, terlebih ketika "penuaan" menjadi faktor dalam
stigmatisasi dan terpinggrikan dalam populasi. Hal ini menyebabkan
kelalaian dan peniadaan terapi. Kebanyakan lansia tidak nyaman dengan
ponsel pintar atau media, maka tindakan pencegahan untuk pandemi
perlu dijelaskan kepada mereka dalam istilah sederhana. Lansia dengan
Kerusakan kognitif, dan masalah seperti berkeliaran, iritabilitas, dan
gejala psikotik dapat memperburuk kepanikan dan membuat sulit bagi
mereka untuk mengikuti tindakan pencegahan seperti menjaga
kebersihan tangan.(24)
Selanjutnya, orang dengan gangguan kesehatan mental (termasuk
lansia) lebih rentan terhadap diskriminasi selama pandemic ini.

15
.Diskriminasi dan kurangnya pemanfaatan perawatan kesehatan adalah
faktor lain yang berkontribusi terhadap perawatan lansia yang buruk
selama wabah COVID ‐ 19. Tekanan substansial yang dihasilkan oleh
"informasi yang berlebihan" dapat menyebabkan paranoid dan perawatan
kesehatan yang terkait dengan ketidakpercayaan yang mungkin
menyebabkan mereka untuk menghindari karantina. (24)
Kesehatan mental adalah landasan dalam kesehatan masyarakat,
begitupun pada orang denga usia lanjut. Pelajaran yang perlu dipelajari
dari pandemi sebelumnya seperti SARS telah membuktikan bahwa sesi
konseling telepon, melakukan kontak aman dengan keluarga, pemberian
informasi yang relevan dan diperbarui, perawatan kebutuhan medis dan
psikologis umum, dan menghormati ruang pribadi mereka adalah
komponen penting dari perawatan kesehatan mental pada lansia. Hal ini
ini dapat menjadi cara mendeteksi awal yang dibutuhkan oleh pelayanan
kesehatan sehingga dapat disiapkan rencana intervensi yang tepat,
terutama bagi penduduk berusia rentan. (22,23,24)

16
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dijambarkan diatas, dapat
ditarik kesimpulan seperti berikut:
A. Lansia adalah tahap akhir dalam proses kehidupan yang terjadi
banyak penurunan dan perubahan fisik, psikologi, sosial yang
saling berhubungan satu sama lain, sehingga berpotensi
menimbulkan masalah kesehatan fisik maupun jiwa pada lansia.
B. Lansia lebih rentan terhadap COVID-19 karena sumber informasi
yang terbatas, sistem imun yang lebih lemah, dan tingkat kematian
COVID-19 yang lebih tinggi di antara kelompok usia lanjut
C. Lansia sangat rentan mengalami masalah kesehatan mental.
Apalagi dimasa pandemic, kurangnya informasi, serta semakin
terbatasnya interakksi sosial para lansia dapat memicu terjadinya
depresi pada lansia.
D. Dukungan dari berbagai pihak seperti keluarga, dan lingkungan
sangat dibutuhkan dalam menjaga kesehatan mental Para lansia
selama masa pandemic COVID-19. Protokol kehsehatan harus
tetap dilakukan dan dijelaskan dengan baik kepada para Lansia
agar mereka pun bisa menjaga diri dan tidak terkena penyakit ini.

4.2 Saran
Untuk menjaga kesehatan mental lansia selama masa pandemic
COVID-19 ini perlu diperhatikan sarana dan pelayanan kesehatan
khusus pelayanan lansia agar tetap bisa memantau kesehatan lansia.
Serta dibutuhkan peran keluarga ataupun pengasuh lansi untuk selalu
memantau dan memberikan informas-informasi mengenai COVID-19
termasuk protokol kesehatan yang ada serta pencegahan-
pencegahan agar terhindar dari COVID-19.

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesa Nomor 67 Tahun 2015.


Tentang Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia di Pusat
Kesehatan Masyarakat. 2015
2. Kementerian Kesehatan RI. Analisis Lansia di Indonesia. Jakarta Selatan.
2018.
3. United Nations Department of Economic and Social Affairs/Population
Division 1 World Population Prospects: The 2015 Revision, Key Findings
and Advance Tables[Internet]. 2015 [Cited on june 2020]. Available From:
https://population.un.org/wpp/publications/files/key_findings_wpp_2015.pdf
4. Sari RA, Yulianti A. Mindfullness Dengan Kualitas Hidup Pada Lanjut Usia.
Jurnal Psikologi. 2017;13(1):48–51.
5. Banerjee D. 'Age and ageism in COVID-19': Elderly mental health-care
vulnerabilities and needs. Asian J Psychiatr. 2020;51:102154.
doi:10.1016/j.ajp.2020.102154
6. Direktorat Kesehatan Keluarga. Panduan Pelayanana Kesehatan lanjut
Usia Pada Era Pandemi COVID-19. Jakarta, Indonesia: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia. 2020.
7. Rc ÁJ. Theories of Human Aging of Molecules to Society. MOJ
Immunology. 2015;2(2). DOI: 10.15406/moji.2015.02.00041
8. Naftali AR, Ranimpi YY, Anwar MA. Kesehatan Spiritual dan Kesiapan
Lansia dalam Menghadapi Kematian. Buletin Psikologi. 2017;25:124–35.
Doi:10.22146/buletinpsikologi.28992
9. Subdirektorat Statistik Pendidikan dan Kesejahteraan Sosial. Statistik
Penduduk Lanjut Usia 2019. Jakarta, Indonesia: Badan Pusat Statistik;
2019.
10. Bahramnezhad F, Chalik R, Bastani F, Taherpour M, Navab E. The social
network among the elderly and its relationship with quality of life. Electron
Physician. 2017;9(5):4306-4311. doi:10.19082/4306

18
11. Garc´ ıa LMR, Navarrro JMR. The Impact of Quality of Life on the Health
of Older People from a Multidimensional Perspective. Journal of Aging
Research. 2018;16:1–6. doi:10.1155/2018/4086294
12. Rohman AIN, Purwaningsih, Khoridatul Bariyah. Kualitas Hidup Lanjuut
Usia. Jurnal Keperawatan. 2012;3:120–30. Doi:10.22219/jk.v3i2.2589
13. Newall NEG, Menec VH. Loneliness and social isolation of older adults:
Why it is important to examine these social aspects together. Journal of
Social and Personal Relationships. 2019;36(3):925–39.
Doi:10.1177%2F0265407517749045
14. Hajek A, Brettschneider C, Mallon T, et al. The impact of social
engagement on health-related quality of life and depressive symptoms in
old age - evidence from a multicenter prospective cohort study in
Germany. Health Qual Life Outcomes. 2017;15(1):140.
doi:10.1186/s12955-017-0715-8
15. Mulyati M, Rasha R, Martiatuti K. Pengaruh Dukungan Sosial Keluarga
Terhadap Kualitas Hidup Dan Kesejahteraan Lansia. JKKP (Jurnal
Kesejahteraan Keluarga dan Pendidikan). 2018;5(1):1–8.
Doi:10.21009/JKKP.051.01
16. Labra CD, Maseda A, Lorenzo-López L, López-López R, Buján A,
Rodríguez-Villamil JL, et al. Social factors and quality of life aspects on
frailty syndrome in community-dwelling older adults: the VERISAÚDE study.
BMC Geriatrics. 2018;18:2–9. Doi:10.1186/s12877-018-0757-8
17. Kiik SM, Sahar J, Permatasari H. Peningkatan Kualitas Hidup Lanjut Usia
(Lansia) Di Kota Depok Dengan Latihan Keseimbangan. Jurnal
Keperawatan Indonesia. 2018;21(2):109–16. Doi:10.7454/jki.v21i2.584
18. Antari BR, Saktika T, Ferianto. Hubungan Antara Dukungan Sosial
Dengan Kualitas Hidup Lansia Di Desa Cebongan Sleman Yogyakarta
Tahun 2015. Media Ilmu Kesehatan. 2016;5(1):53–9.
Doi:10.30989/mik.v5i1.145.

19
19. Sutikno E. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Gangguan
Kesehatan Mental Pada Lansia: Studi Cross Sectional Pada Kelompok
Jantung Sehat Surya Group Kediri. Jurnal WIyata. 2015; 2(1): 1-8.
20. Andesty D, Syahrul F. Hubungan Interaksi Sosial Dengan Kualitas Hidup
Lansia Di Unit Pelayanan Terpadu (Uptd) Griya Werdha Kota Surabaya
Tahun 2017. The Indonesian Journal of Public Health. 2018;13(2):170–8.
Doi:10.20473/ijph.v13i2.2018.171-182
21. Indrayani, Ronoatmodjo S. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Kualitas Hidup Lansia di Desa Cipasung Kabupaten Kuningan tahun 2017.
Jurnal Kesehatan Reproduksi. 2018;9:70–6.
doi:10.22435/kespro.v9i1.892.69-78
22. Inter-Agency Standing Committee. Catatan tentang aspek kesehatan jiwa
dan psikososial wabah COVID-19 [Internet]. 2020. Cited on 05 Agustus
2020. Available from: https://www.who.int/docs/default-
source/searo/indonesia/covid19/catatan-tentang-aspek-kesehatan-jiwa-dan-
psikososial-wabah-covid-19-feb-2020-indonesian.pdf?sfvrsn=ebae5645_2
23. Philip J. Impact of COVID-19 on mental health of the elderly. Int J
Community Med Public Health. 2020;7(6):2435-2436. Doi:10.18203/2394-
6040.ijcmph20202513
24. Banerjee D. The Impact of Covid-19 pandemic on elderly mental health.
International J Geriatric Psychiatry. 2020;10. doi:10.1002/gps.5320

20

Anda mungkin juga menyukai