Anda di halaman 1dari 37

PROPOSAL PENELITIAN

PENGARUH BOKASHI KOTORAN SAPI TERHADAP SIFAT KIMIA


TANAH DAN PERTUMBUHAN TANAMAN BAWANG MERAH LOKAL
( Allium ascalonicum L.) PADA BEBERAPA KOMPOSISI MEDIA
TUMBUH

Oleh :

ARLANSYAH T
NIM. D1C1 17 115

JURUSAN/PRODI STUDI ILMU TANAH


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021
PENGARUH BOKASHI KOTORAN TERHADAP SIFAT KIMIA TANAH
PERTUMBUHAN TANAMAN BAWANG MERAH LOKAL (Allium
ascalonicum L.) PADA BEBERAPA KOMPOSISI MEDIA TUMBUH

Proposal
diajukan kepada Fakultas Pertanian untuk memenuhi salah satu syarat dalam
menyelesaikan studi pada Jurusan/programStudi Ilmu Tanah

Oleh :
ARLANSYAH T
NIM. D1C1 17 115

JURUSAN/PRODI STUDI ILMU TANAH


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2020
HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Pengaruh Bokashi Kotoran Sapi Terhadap Sifat Kimia


Tanah Dan Pertumbuhan Tanaman Bawang Merah
Lokal (allium ascalonicum l.) Pada Berbagai
Komposisi Media Tumbuh

Nama : Arlansyah T

NIM : D1C1 17 115

Jurusan/ Program Studi : Ilmu Tanah

Menyetujui;

Pembimbing I Pembimbing II

Prof.Ir.H.Sahta Ginting,M.Agr.Sc.,Ph.D Arsy Aysyah Anas,SP.,M.P


NIP: 195508011984031004 NIP: 198104122008012017

Mengetahui;

Ketua Jurusan/Program Studi Ilmu Tanah

Ir.Namriah,M.Sc
NIP: 196403091989032001

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang sudah

memberi rahmat, karunia Nya, kesehatan, kesempatan, serta umur yang panjang

kepada penulis sehingga penulis dapat menyusun proposal ini dan menyelesaikan

sesuai waktu yang ditentukan. Proposal penelitian ini berjudul “Pengaruh Bokashi

Kotoran Sapi Terhadap Sifat Kimia Tanah dan Pertumbuhan Tanaman Bawang

Merah Lokal (Allium ascalonicum l) Pada Berbagai Komposisi Media Tumbuh.

Terimakasih penulis sampaikan kepada Bapak Prof.Ir.Sahta Ginting,

M.Agr.Sc.,Ph.D sebagai Pembibing I dan Ibu Arsy Aysyah Anas,SP.,M.P sebagai

Pembibing II yang telah mengarahkan dan membimbing penulis dalam

penyusunan rencana penelitian ini. Terimakasih juga, penulis sampaikan kepada

pihak-pihak yang telah banyak memberikan bantuannya dalam peyusunan

proposal ini. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dari penyusunan

proposal ini, maka dari itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat

dibutuhkan penulis, agar proposal ini dapat sesuai dengan kaidah penulisan ilmiah

dan dapat memudahkan penulis dalam melaksanakan penelitian.

Kendari, April 2021

Arlansyah T
D1C1 17 115

iv
DAFTAR ISI

Halaman
Halaman Sampul ............................................................................................... i
Halaman Judul................................................................................................... ii
Halaman Pengesahan......................................................................................... iii
Kata Pengantar.................................................................................................. iv
Daftar Isi............................................................................................................. v
Daftar Tabel ………………………………………………………………....... vii
Daftar Gambar...................................................................................................viii
Daftar Lampiran................................................................................................ ix

I. PENDAHULUAN........................................................................................... 1
1.1. latar Belakang........................................................................................... 1
1.2. Perumusan Masalah.................................................................................. 5
1.3. Tujuan dan Kegunaan............................................................................... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA................................................................................ 6


2.1 Media Tumbuh.......................................................................................... 6
2.2. Karakteristik Tanah Masam..................................................................... 7
2.3. Karakteristik Tanah Pasir......................................................................... 8
2.4. Pupuk Bokashi.......................................................................................... 9
2.4.1. Pengaruh Pupuk Bokashi Terhadap Tanah.....................................11
2.4.2. Pengaruh Pupuk Bokashi Terhadap Tanaman.................................12
2.5. Tanaman Bawang Merah………………………………………………...13
2.6. Kerangka Pikir Penelitian.........................................................................16
2.7. Hipotesis...................................................................................................18

III. METODOLOGI PENELITIAN................................................................19


3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian....................................................................19
3.2. Alat dan Bahan.........................................................................................19
3.3. Prosedur Penelitian...................................................................................19
3.3.1. Penyiapan Bahan Media Tumbuh...................................................19
3.3.2. Penyiapan Bibit Tanaman Bawang merah......................................20
3.3.3. Aplikasi Perlakuan..........................................................................21
3.3.4. Penanaman.......................................................................................22
3.3.5. Pemeliharaan...................................................................................22
3.4. Rancangan Penelitian...............................................................................23
3.5. Variabel Penelitian...................................................................................23
3.5.1. Media Tanam...................................................................................23
3.5.2. Pertumbuhan Tanaman Bawang Merah..........................................24
3.6. Analisis Media Tumbuh dan Bokashi......................................................24

v
3.7. Analisis Data............................................................................................ 24
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vi
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1. Takaran Masing-Masing Peralakuan..........................................................11


3.2. Jenis dan Metode Analisis Bokhasi dan Tanah...........................................24

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1. Bagan kerangka pemikiran penelitian........................................................ 18

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Denah Penelitian………………………………………………………………28

ix
I. PENDAHULUAN

1.1. LatarBelakang

Tanaman bawang merah merupakan salah satu komoditas hortikultura

yang masuk dalam prioritas pengembangan tanaman sayuran dataran rendah di

Indonesia. Selain digunakan sebagai bahan pelengkap atau bumbu masakan dan

rempah-rempah, bawang merah juga digunakan sebagai bahan obat tradisional.

Menurut Jaelani (2017) dan Kuswardhani (2016), kandungan zat gizi dalam umbi

bawang merah dapat membantu sistem peredaran darah dan sistem pencernaan

tubuh, sehingga memungkinkan organ-organ dan jaringan tubuh dapat berfungsi

dengan baik. Senyawa aktif dalam umbi bawang merah turut berperan dalam

menetralkan zat zat toksik yang berbahaya, dan membantu mengeluarkannya dari

dalam tubuh. Dalam hal ini, manfaat yang cukup penting dari umbi bawang merah

adalah peranannya sebagai antioksi dan alami, yang mampu menekan efek

karsinogenik dari senyawa radikal bebas.

Potensi usaha tanaman bawang merah cukup menguntungkan karena

memiliki pasar yang cukup luas. Hal ini ditunjukkan dari data Di retkorat Jenderal

Hortikultural (2012) bahwa tingkat konsumsi bawang merah penduduk Indonesia

rata-rata mencapai 2,76 kg/kapita/tahun. Artinya Permintaan bawang merah akan

terus meningkat seiring dengan kebutuhan masyarakat yang terus meningkat

karena adanya pertambahan jumlah penduduk dan semakin berkembangnya

industri makanan siap saji dan pengembangan pasar. Meskipun demikian, untuk

memenuhi kebutuhan masyarakat akan bawang merah diperhadapkan pada

1
2

masalah semakin menurunnya jumlah lahan pertanian potensial serta besarnya alih

fungsi lahan pertanian ke non pertanian. Selain itu, lahan-lahan pertanian terus

mengalami penurunan kesuburan, dan lahan yang tersedia untuk budidaya

tanaman tergolong dalam kategori lahan marginal. Sehingga dibutuhkan solusi

alternative dalam pembudidayaan bawang merah yang ditujukan untuk memenuhi

kebutuhan bawang merah masyarakat.

Pembudidayaan bawang merah skala kecil menggunakan polybag

merupakan salah satu alternative untuk memecahkan masalah pemenuhan

kebutuhan bawang merah masyarakat. Melalui cara ini, masyarakat dapat secara

mandiri memenuhi kebutuhan bawang merah dosmetik rumah tangganya, dan

mampu mengurangi biaya pengeluaran rumah tangga untuk penyediaan bawang

merah. Untuk mendukung hal tersebut, penentuan komposisi media tumbuh

secara tepat menjadi syarat utama agar tanaman bawang merah dapat tumbuh,

berkembang serta berproduksi secara maksimal dalam polybag. Menurut Putri dan

Nurhasybi (2011), media tumbuh mempunyai peranan penting dalam memenuhi

berbagai perlakuan kebutuhan hidup tanamanya itu memberi dukungan mekanik

dengan menjadi tempat berjangkarnya akar, menyediakan ruang untuk

pertumbuhan dan perkembangan akar, serta menyediakan unsur hara untuk

respirasi, air dan hara. Komponen media tumbuh yang baik bagi pertumbuhan

tanaman terdiri dari tanah, bahan organik, air dan udara. Buckman dan Brady

(2015) menjelaskan bahwa komponen utama tanah untuk kehidupan tumbuhan

yang optimal terdiri dari 50% ruang pori, 45% bahan mineral (anorganik) dan 5%

bahan organik.
3

Tanah yang umum digunakan sebagai komponen media tumbuh adalah

tanah masam yang dikategorikan sebagai tanah marginal. Menurut (Soil Survey

Staff, 1999), tanah masam adalah tanah yang pada keseluruhan penampang

kontrolnya mempunyai pH H2O kurang dari 5,5 atau pH-CaCl2 kurang dari 5,0. Di

Indonesia, tanah masam mempunyai penyebaran sangat luas mulai dari dataran

rendah sampai dataran tinggi dengan bentuk wilayah datar sampai bergunung,

umumnya beriklim basah (curah hujan tinggi >2.000 mm tahun-1) dan dapat

terbentuk dari berbagai macam bahan induk tanah. Kendala utama yang sering

dijumpai pada tanah masam di lahan kering beriklim basah adalah selain reaksi

tanah yang masam, juga miskin hara, kandungan bahan organik rendah,

kandungan besi dan aluminium tinggi melebihi batas toleransi tanaman serta peka

erosi sehingga tingkat produktivitasnya rendah (Hidayat et al., 2011).

Pemberian bahan organik berupa pupuk bokashi memiliki potensi untuk

memperbaiki kualitas media tumbuh yang menggunakan tanah masam. Bokashi

adalah salah satu jenis pupuk yang dapat menggantikan kehadiran pupuk kimia

buatan untuk meningkatkan kesuburan pada tanah serta memperbaiki kerusakan

sifat fisik pada tanah akibat pemakaian pupuk anorganik (kimia) secara

berlebihan. Salah satu jenis pupuk bokashi yang dapat digunakan adalah bokashi

kotoran sapi. Nguyen dan Shindo (2011) dalam Hakim dan Anandari (2019),

menjelaskan bahwa bokashi kotoran sapi yang ditambahkan kedalam tanah dapat

menyumbangkan unsur hara berupa N, P dan K sehingga dapat meningkatkan

ketersediaan unsur hara di dalam tanah. Disamping itu, Pupuk bokashi

mengandung mikroorganisme tanah efektif sebagai dekomposer yang dapat


4

mempercepat proses dekomposisi bahan organik dalam tanah sehingga dapat

meningkatkan ketersediaan unsur hara N 21,5%, P 1,02% dan K 1,44 % bagi

tanaman.

Penambahan tanah pasir sebagai komponen media tumbuh diharapkan

mampu mengoptimalkan fungsi media tumbuh secara fisik yaitu terciptanya

sirkulasi udara dan air yang lebih baik, utamanya pada tanah masam yang

mempunyai tekstur halus. Tekstur tanah masam dari jenis Ultisol bervariasi dan

dipengaruhi oleh bahan induknahnya. Tanah Ultisol dari granit yang kaya akan

mineral kuarsa umumnya mempunyai tekstur yang kasar seperti liat berpasir,

sedangkan tanah Ultisol dari batu kapur, batuan andesit, dan tufa cenderung

mempunyai tekstur yang halus seperti liat dan liat halus. Ultisol umumnya

mempunyai struktur sedang hingga kuat, dengan bentuk gumpal bersudut

(Prasetsyo dan Suriadikarta, 2015).

Kombinasi antara tanah masam, bokashi kotoran sapi, dan tanah pasir

sebagai media tumbuh tanaman bawang merah diharapkan mampu mendukung

pertumbuhan dan produksi tanaman bawang merah dalam polybag. Untuk

mendapatkan perbandingan ideal, maka penelitian tentang pengaruh bokashi

kotoran sapi terhadap sifat kimia tanah dan pertumbuhan tanaman bawang merah

pada beberapa komposisi media tumbuh penting untuk dilaksanakan.


5

1.2. PerumusanMasalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah ada pengaruh pupuk bokashi kotoran sapi terhadap sifat kimia tanah

dan pertumbuhan tanaman bawang merah pada beberapa komposisi media

tumbuh ?

2. Jika ada, komposisi media tumbuh manakah yang menunjukkan pengaruh

lebih baik terhadap sifat kimia tanah dan pertumbuhan tanaman bawang

merah ?

1.3. Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

1. Untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk bokashi kotoran sapi terhadap

sifat kimia tanah dan pertumbuhan tanaman bawang merah pada beberapa

media tumbuh.

2. Untuk mendapatkan komposisi media tumbuh yang memberikan pengaruh

lebih baik terhadap sifat kimia tanah dan pertumbuhan tanaman bawang

merah.

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu rujukan atau acuan

media tumbuh tanaman bawang merah dalam polybag serta menjadi tambahan

informasi dan rekomendasi dalam pengembangan/budidaya tanaman bawang

merah skala kecil.


II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Media Tumbuh

Media tumbuh merupakan salah satu unsur penting dalam menunjang

pertumbuhan tanaman, karena sebagian besar unsur hara yang dibutuhkan

tanaman, dipasok melalui media tumbuh, selanjutnya diserap oleh akar dan

digunakan untuk pertumbuhan tanaman. Menurut Soetomo (2012) media tumbuh

adalah tempat akar tanaman tumbuh dan mengisap zat makanan untuk

pertumbuhannya serta tempat memperkokoh berdirinya tanaman, sehingga

didalam media tumbuh harus tersedai unsur hara yang dibutuhkan tanaman.

Menurut Hajrah (2015), bahwa bahan-bahan untuk media tumbuh dapat

dibuat dari bahan tunggal ataupun kombinasi dari beberapa bahan, asalkan tetap

berfungsi sebagai media tumbuh yang baik. Jenis media tumbuh akan

memberikan pengaruh yang berbeda terhadap pertumbuhan tanaman.

Media tumbuh adalah substrat dimana tanaman akan tumbuh, mereka

menyediakan panjangkaran untuk akar tanaman, ruang udara untuk

memungkinkan respirasi dan mempertahankan air yang cukup tersedia untuk

memungkinkan pertumbuhan tanaman. Media tanam diketahui mempengaruhi

kinerja tanaman dalam produksi dan pertumbuhan tanaman. Berbagai media

tanam yang dapat digunakan adalah tanah masam dan tanah pasir (Okunlola,

2016). Bahan organik yang dapat digunakan sebagai pencampuran media tanah

bisa berasal dari limbah organik pertanian seperti sekam padi, limbah hewan,

arang sekam dan kompos. Bahan organik memiliki kemampuan dalam membantu

6
7

mengikat butiran liat membentuk ikatan butiran yang lebih besar, sehingga dapat

memperbesar ruang-ruang udara diantara ikatan butiran sehiingga sirkulasi udara

lancar (Rosman et al., 2019).

2.2 Karakteristik Tanah Masam

Tanah masam adalah tanah yang pada keselurahan penampang kontolnya

mempunyai pH – H2O kurang dari 5,5 atau pH – CaCl2 kurang dari 5,0. Indonesia

memiliki tanah masam yang sangat luas penyebarannya mulai dari dataran rendah

sampai dataran tinggi dengan bentuk wilayah datar sampai bergunung, umumnya

beriklim basah (curah hujan tinggi >2.000mm tahun -1) dan dapat terbentuk dari

berbagai macam bahan induk tanah. Kendala utama yang sering dijumpai pada

tanah masam di lahan kering beriklim basah adalah selain reaksi tanah masam,

juga miskin hara, kandungan bahan organik rendah, kandungan besi dan

aluminium tinggi melebihi batas toleransi tanaman serta peka erosi sehingga

tingkat produktivitasnya rendah (Subardja, 2017).

Kemasaman tanah terjadi karena proses pelapukan mineral dan bantuan

serta pencucian yang sangat cepat. Proses pelapukan yang intensifakan

melepaskan unsur-unsur hara yang akhir-nya hilang tercuci dan hanya menyisakan

produk akhir pelapukan dan mineral-mineral tahan lapuk, yang pada umumnya

kurang menyumbangkan unsur hara bagi tanaman. Sumber kemasaman tanah

dapat berasal dari Al dan Fe oksida, Al-dd, liat alumino silikat dan dekomposisi

bahan organik. Al, Fe oksida serta Al-dd akan melepaskan ion H+ ke larutan

tanah apabila unsur-unsur tersebut mengalami hidrolisis. Makin banyak unsur-

unsur tersebut dalam tanah maka H+ yang dilepaskan ke larutan tanah juga makin
8

banyak sehingga tanah akan menjadi lebih masam. Dekomposisi bahan organik

akan menghasilkan gugus-gugus karboksil dan fenolik yang apabila terdisosiasi

akan melepaskan H+ kelarutan tanah (Wijanarko dan Abdullah, 2014).

Tanah masam didefinisikan sebagai tanah yang mengandung konsentrasi

relative H + yang tinggi. Pada pH di bawah tiga, H menjadi toksik sedangkan

pada pH di bawah lima terjadi toksisitas Al, defisiensi Ca, Mg, dan K (Marschner,

2014).

2.3 Karakteristik Tanah Pasir

Tanah pasir merupakan salah satu substrat bagi pertumbuhan tanaman.

Tanaman memerlukan kondisi tanah tertentu untuk menunjang pertumbuhannya

yang optimum. Kondisi tanah tersebut meliputi faktor kandungan air, udara, unsur

hara dan penyakit. Apabila salah satu faktor tersebut berada dalam kondisi kurang

menguntungkan maka akan mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan tanaman.

Sifat fisik tanah bergantung pada ukuran partikel-partikelnya yaitu kerikil, pasir,

geluh atau silt dan lempung atau clay . Partikel tanah pasir sendiri yaitu antara

0,05 mm dan 2,0 mm (Sinulingga dan Darmanti, 2013).

Lahan pasir pantai sangat berpotensi untuk dikembangkan menjadi lahan

pertanian. Mengingat luas lahan pantai sangat lus dan belum termanfaatkan secara

optimal. Lahan pasir atau tanah pasir merupakan lahan marjinal yang memiliki

produktivitas rendah. Produktivitas tanah pasir yang rendah disebabkan oleh

faktor pembatas yang berupa kemampuan memegang dan menyimpan air rendah,

infiltrasi dan evaporasi tinggi, kesuburan dan bahan organik sangat rendah dan

efisiensi penggunaan air rendah (Hasibuan, 2015).


9

Tanah pasir dicirikan bertekstur pasir, struktur berbutir, konsistensi lepas,

sangat poros, sehingga daya sangga air dan hara sangat rendah (Pusat Penelitian

Tanah dan Agroklimat,1994), miskin hara dan kurang mendukung pertumbuhan

tanaman. Tekstur tanah pasir ini sangat berpengaruh pada status dan distribusi air,

sehingga berpengaruh pada sistem perakaran, kedalaman akar, hara dan pH

(Syukur, 2015).

Secara fisik, tanah yang didominasi pasir akan banyak mempunyai pori

makro sehingga akar mudah untuk berpenetrasi, namun semakin mudah pula air

yang hilang dari tanah. Kondisi ini menjadikan tanah pasir merupakan tanah yang

tidak subur, kandungan unsur hara rendah dan tidak produktif untuk pertumbuhan

tanaman (Hanafiah, 2015).

Kandungan tanah pasir yang tinggi di lahan pantai merupakan kendala

utama pengembangan budidaya tanaman di kawasan tersebut. Kondisi tersebut

akan menyebabkan munculnya persoalan cekaman kekeringan pada tanaman

akibat terbatasnya kemampuan tanah menahan air (Darlita, 2017).

2.4 Pupuk Bokashi

Bokashi adalah suatu kata dari bahasa jepang “Bahan organik yang telah

difermentasi”, pupuk bokashi dibuat dengan cara fermentasi dan menggunakan

activator bakteri pengurai atau EM (Efektif Microorganisme). Bokashi sudah

digunakan petani jepang dalam perbaikan tanah secara tradisional dalam upaya

meningkatkan keragaman mikroba dalam tanah dan meningkatkan unsur hara

dalam tanah (Nasir, 2014).


10

Pupuk bokashi merupakan salah satu alternative dalam penerapan

teknologi pertanian organik berwawasan lingkungan yang berkelanjutan. Bokashi

memiliki prospek yang bagus untuk dijadikan pupuk organik karena memiliki

kandungan hara yang cukup tinggi. Penggunaan bahan organik pada tumbuhan

tetapi juga dapat memperbaiki struktur tanah baik sifat fisik tanah maupun sifat

biologi tanah (Barus et al., 2018).

Salah satu bahan organik yang dapat dimanfaatkan untuk pembuatan

bokashi adalah kotoran sapi. Kotoran sapi dapat dijadikan bahan baku untuk

pembuatan bokashi kotoran sapi yang akan menjadi sumber unsur hara.

Penggunaan bokashi kotoran sapi maupun mikroorganisme efektif telah banyak

diteliti dan pada umumnya hasilnya positif. Pupuk bokashi kotoran sapi

merupakan salah satu alternatif dalam penerapan teknologi pertanian organik yang

berwawasan lingkungan dan berkelanjutan. Kotoran sapi merupakan bahan

organik yang mempunyai prospek yang baik dijadikan pupuk organik (bokashi),

karena mempunyai kandungan unsur hara yang cukup tinggi (Tola et al., 2017).

Bokashi kotoran sapi merupakan pupuk lengkap, yang mengandung unsur

hara makro dan mikro. Kandungan unsur hara bokashi kotoran sapi adalah

Nitrogen (N) sebesar 0,92 %, Posfor (P) 0,23 %, Kalium (K) 1,03 %, serta

mengandung Ca, Mg, dan sejumlah unsur mikro lainnya seperti Fe, Cu, Mn, Zn,

Bo, dan Mo, yang berfungsi sebagai bahan makanan bagi pertumbuhan dan

perkembangan tanaman (Sadjadi et al., 2017).

2.4.1 Pengaruh Pupuk Bokashi Terhadap Tanah


11

Pupuk bokashi dapat memperbaiki sifat fisika, kimia dan biologi tanah,

meningkatkan produksi tanaman dan menjaga kestabilan produksi tanaman,

meningkatkan kuantitas dan kualitas yang berwawasan lingkungan, serta dapat

meningkatkan kandungan material organik tanah sehingga mengurangi kepadatan

tanah dan dapat mempermudah masuknya air ke dalam tanah (Safriati, 2019).

Menurut Adiarti et al. (2019) menyatakan bahwa penggunaan pupuk

organik membantu meningkatkan atau mempertahankan bahan organik di dalam

tanah, bertindak sebagai pelepasan yang lambat hara bagi tanaman, sehingga

meningkatkan atau mempertahankan hasil tanaman. Pengaplikasian pupuk

bokashi pada tanaman bawang merah mampu meningkatkan pertumbuhan dan

produksi tanaman tersebut.

Hasil peruraian bahan organik yang ditambahkan ke dalam tanah dapat

mempengaruhi pertumbuhan tanaman melalui pengaruhnya pada sifat fisika,

kimia dan biologi tanah. Pada penyediaan unsur hara bagi tumbuhan, bahan

organik yang di tambahkan ke dalam tanah merupakan sumber hara N, P dan S

(Raksun, 2013).

Penambahan bahan organik (Bokashi) kedalam tanah dapat meningkatkan

kandungan bahan organik dan unsur hara tanah. Hal ini karena semakin banyak

dosis pupuk bokashi yang diberikan maka N yang terkandung dalam pupuk

bokashi juga semakin banyak yang diterima oleh tanah (Djunaedi, 2013).

Fungsi biologis bahan organik tanah sangat nyata mempengaruhi kegiatan

mikroflora dan mikrofauna tanah sebagai sumber karbon untuk memperoleh

energi. Fungsi fisika bahan organik terhadap tanah teramati pada perbaikan
12

struktur, perbaikan aerasi dan daya menyimpan air oleh tanah. Sedangkan fungsi

kimia bahan organik tanah yaitu meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK),

meningkatkan daya buffer tanah, membentuk khelat sehingga meningkatkan

ketersediaan unsur mikro untuk tanaman (Raksun, 2013).

Pemanfaatan bokashi atau pupuk organik pada lahan pertanian berdampak

positif terhadap ketersedian hara, pertumbuhan dan produksi tanaman.

Menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik pada lahan pertanian dapat

meningkatkan ketersediaan hara nitrat, sulfat dan pertumbuhan (Darmanto, 2012).

2.4.2 Pengaruh Pupuk Bokashi Terhadap Tanaman

Bokashi mempunyai kandungangan hara mikro dalam tanah yang cukup

dan sangat diperlukan untuk pertumbuhan tanaman dengan karakteristik yaitu hara

yang berasal dari bahan organik memerlukan kegiatan mikroba untuk merubah

bentuk ikatan kompleks organik yang tidak dapat dimanfaatkan oleh tanaman dan

akan dibentuk menjadi senyawa organik dan anorganik sederhana yang dapat

diserap oleh tanaman (Saraswaty dan Hariyono, 2019).

Pemanfaatannya bokashi dapat meningkatkan konsentrasi hara dalam

tanah, selain itu, bokashi juga dapat, memperbaiki tata udara dan air tanah.

Dengan demikian, perakaran tanaman akan berkembang dengan baik dan akar

dapat menyerap unsur hara yang lebih banyak, terutama unsur hara N yang akan

meningkatkan pertukaran klorofil, sehingga aktivitas fotosintesis lebih meningkat

dan dapat menjadikan jumlah dan luas daun. Hal tersebut berkaitan dengan

kemampuan bahan organik dalam memperbaiki sifat (tekstur dan struktur) tanah
13

dan biologi tanah tercipta lingkungan yang lebih baik bagi perakaran tanaman,

(Pangribuan et al., 2017).

Pemanfaatan bokashi atau pupuk organik pada lahan pertanian berdampak

positif terhadap ketersedian hara, pertumbuhan dan produksi tanaman.

Menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik pada lahan pertanian dapat

meningkatkan ketersediaan hara nitrat, sulfat dan pertumbuhan (Darmanto, 2012).

2.5 Tanaman Bawang Merah

Bawang merah (Allium Ascalonicum) merupakan salah satu dari sekian

banyak jenis bawang yang ada didunia. Bawang merah merupakan tanaman

semusim yang membentuk rumpun dan tumbuh tegak dengan tinggi mencapai 15-

40 cm. Tanaman yang jarang diperbanyak dengan biji melainkan umbinya

(bulbus), pangkal batang umbi membentuk cakram yang merupakanbatang pokok

yang tidak sempurna (Rahayu dan Berlian, 2014)

Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal

dan bercabang terpencar, pada kedalaman antara 15-20 cm di dalam tanah. Jumlah

Perakaran tanaman bawang merah dapat mencapai 20-200 akar. Diameter

bervariasi antara 0,5-2 mm. Akar cabang tumbuh dan terbentuk antara 3-5 akar

(Sunarjono, 2014).

Batang tanaman merupakan batang semu yang berasal dari modifikasi

pangkal daun bawang merah. Di bawah batang semu tersebut terdapat tangkai

daun yang menebal, lunak, dan berdaging yang berfungsi sebagai tempat

penyimpanan cadangan maka daun bawang merah bertangkai relatif pendek,


14

berbentuk bulat mirip pipa, berlubang, memiliki panjang 15 - 40 cm, dan

meruncing pada bagian ujung. Daun berwarna hijau tua atau hijau muda. Setelah

tua, daun menguning, tidak lagi setegak daun yang masih muda dan akhirnya

mengering dimulai dari bagian ujung tanaman (Sumarni dan Hidayat, 2014).

Bunga bawang merah merupakan bunga sempurna, memiliki benang sari

dan kepala putik.Tiap kuntum bunga terdiri atas enam daun bunga yang berwarna

putih, enam benang sari yang berwarna hijau kekuning-kuningan, dan sebuah

putik. Kadang-kadang, di antara kuntum bunga bawang merah ditemukan bunga

yang memiliki putik sangat kecil dan pendek atau rudimenter. Meskipun kuntum

bunga banyak, namun bunga yang berhasil mengadakan persarian relatif sedikit

(Prabowo, 2012).

Buah berbentuk bulat dengan ujungnya tumpul membungkus biji

berjumlah 2-3 butir. Bentuk biji pipih, sewaktu masih muda berwarna bening atau

putih, tetapi setelah tua menjadi hitam. Biji-biji berwarna merah dapat

dipergunakan sebagai bahan perbanyakan tenaman secara generatif (Rukmana,

2013).

Untuk keberhasilan budidaya bawang merah selain menggunakan varietas

unggul, perlu dipenuhi persyaratan tumbuhnya yang pokok dan teknik budidaya

yang baik.

a. Iklim

Tanaman bawang merah lebih senang tumbuh di daerah beriklim

kering.Tanaman bawang merah peka terhadap curah hujan dan intensitas hujan

yang tinggi, serta cuaca berkabut. Tanaman ini membutuhkan penyinaran cahaya
15

matahari yang maksimal (minimal 70% penyinaran), suhu udara 25-32°C, dan

kelembaban nisbi 50-70% (Nazarudin, 2013).

Tanaman bawang merah dapat membentuk umbi di daerah yang suhu

udaranya rata-rata 22°C, tetapi hasil umbinya tidak sebaik di daerah yang suhu

udara lebih panas. Bawang merah akan membentuk umbi lebih besar bilamana

ditanam di daerah dengan penyinaran lebih dari 12 jam. Di bawah suhu udara

22°C tanaman bawang merah tidak akan berumbi. Oleh karena itu, tanaman

bawang merah lebih menyukai tumbuh di dataran rendah dengan iklim yang cerah

(Rismunandar, 2015).

Di Indonesia bawang merah dapat ditanam di dataran rendah sampai

ketinggian 1000 m di atas permukaan laut. Ketinggian tempat yang optimal untuk

pertumbuhan dan perkembangan bawang merah adalah 0-450 m di atas

permukaan laut (Sutarya dan Grubben, 2012). Tanaman bawang merah masih

dapat tumbuh dan berumbi di dataran tinggi, tetapi umur tanamnya menjadi lebih

panjang 0,5-1 bulan dan hasil umbinya lebih rendah.

b. Tanah

Tanaman bawang merah memerlukan tanah berstruktur remah,tekstur

sedang sampai liat, drainase/aerasi baik, mengandung bahan organik yang cukup,

dan reaksi tanah tidak masam (pH tanah : 5,6 – 6,5). Tanah yang paling cocok

untuk tanaman bawang merah adalah tanah Aluvial atau kombinasinya dengan

tanah Glei-Humus atau Latosol (Sutarya dan Grubben 2012). Tanah yang cukup

lembab dan air tidak menggenang disukai oleh tanaman bawang merah

(Rismunandar, 2015).
16

c. Waktu

Waktu tanam bawang merah yang baik adalah pada musim kemarau

dengan ketersediaan air pengairan yang cukup, yaitu pada bulan April/Mei setelah

panen padi dan pada bulan Juli/Agustus. Penanaman bawang merah di musim

kemarau biasanya dilaksanakan pada lahan bekas padi sawah atau tebu, sedangkan

penanaman dimusim hujan dilakukan pada lahan tegalan. Bawang merah dapat

ditanam secara tumpangsari, seperti dengan tanaman cabai merah (Sutarya dan

Grubben, 2012).

2.5. Kerangka Pikir Penelitian

Tingkat konsumsi bawang merah penduduk Indonesia rata-rata mencapai

2,76 kg/kapita/tahun. Artinya permintaan bawang merah akan terus meningkat

seiring dengan kebutuhan masyarakat yang terus meningkat karena adanya

pertambahan jumlah penduduk dan semakin berkembangnya industri makanan

jadi dan pengembangan pasar. Meskipun demikian, untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat akan bawang merah diperhadapkan pada masalah semakin

menurunnya jumlah lahan pertanian potensial serta besarnya alih fungsi lahan

pertanian ke non pertanian.

Pembudidayaan bawang merah skala kecil menggunakan polybag

merupakan salah satu alternative untuk memecahkan masalah pemenuhan

kebutuhan bawang merah masyarakat. Melalui cara ini, masyarakat dapat secara

mandiri memenuhi kebutuhan bawang merah dosmetik rumah tangganya, dan

mampu mengurangi biaya pengeluaran rumah tangga untuk penyediaan bawang

merah. Penentuan komposisi media tumbuh secara tepat menjadi syarat utama
17

agar tanaman bawang merah dapat tumbuh, berkembang serta berproduksi secara

maksimal dalam polybag. Bagan alur kerangka pikir dalam penelitian ini dapat

dilihat pada gambar berikut.

Pertumbuhan Bawang
Merah Rendah

Kurangnya ketersediaan
lahan pertanian

Media Tumbuh Skala


Kecil (Polybag)

Tanah Masam Tanah Pasir Bokhasi Kotoran Sapi

Meningkatkan Pertumbuhan Tanaman


Bawang Merah Pada Media Tumbuh

Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian

2.7. Hipotesis

1. Terdapat pengaruh pupuk bokashi kotoran sapi terhadap sifat kimia tanah

dan pertumbuhan tanaman bawang merah pada beberapa komposisi media

tumbuh.

2. Didapatkan komposisi media tumbuh yang memberikan pengaruh lebih baik

terhadap sifat kimia tanah dan pertumbuhan tanaman bawang merah.


III. METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapangan

Lahan I Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo. Waktu penelitian direncanakan

pada bulan April – Juli 2021.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dilapangan pada penelitian ini adalah pacul, parang,

skop, pisau, meteran, kamera dan alat tulis menulis. Bahan yang digunakan

dilapangan pada penelitian ini adalah bibit bawang merah, polybag, dedak,

kotoran sapi, gula pasir, EM4, terpal, kantong kresek dan tali rafia.

3.3 Prosedur Penelitian

3.3.1. Penyiapan Bahan Media Tumbuh

Prosedur penelitian dalam penyiapan bahan media tumbu meliputi sebagai

berikut:

a. Tanah Pasir

Tanah pasir di ambil dari kelurahan Talia (wilayah pesisir). Selanjutnya

tanah tersebut dicuci untuk menurunkan salinitas atau mengurangi kadar garam

lalu dibersihkan dari berbagai kotoran, sisa kerang atau kerikil, dan dikering

anginkan.

b. Tanah Masam

Tanah mineral yang digunakan adalah tanah timbunan atau sub soil yang

dicirikan berwarna tanah terang atau kekuningan, dengan pH tanah sekitar 4,5-5.

18
19

c. Pembuatan Pupuk Bokhasi

Pembuatan pupuk bokhasi diawali dengan menyiapkan bahan berupa 100

kg kotoran sapi; 60 kg komba-komba, yang telah dipotong-potong berukuran 5-10

cm, dan dedak sebanyak 3 kg, selanjutnya bahan di hamparkan di atas tarpal lalu

disiram larutan yang terdiri atas campuran 60 ml (12 sdm) EM-4, 3 sdm

molase/gula dan 60 liter air. Bahan selanjutnya dibolak-balik hingga merata dan

kandungan air mencapai ± 40 %. Kandungan air 40 % diuji dengan cara

mengambil bahan sebanyak kepala tangan, kemudian digenggam. Jika genggaman

dilepas, bahan mekar dan tidak terdapat air yang menetes dari bahan, artinya

kadar air bahan 40 % telah tercapai. Dan proses pemberian larutan dihentikan.

Selanjutnya, bahan ditumpuk membentuk gundukan dengan ketinggian 15-20 cm

dan selanjutnya ditutup dengan terpal selama ± 7 hari (proses fermentasi). Selama

proses berlangsung, suhu tumpukan harus terus dikontrol dan dipertahankan

antara 40-50º C. Penutup bahan dibuka dan dilakukan pembolak balikan dan

selanjutnya bahan ditutup kembali dengan terpal. Setelah masa fermentasi selesai,

penutup bahan dapat dibuka. Proses fermentasi berhasil dicirikan dengan fisik asli

bahan sudah tidak tampak, berwarna hitam, tidak berbau menyengat (busuk),

gembur, dan tidak panas. Bokhasi selanjutnya dikeringanginkan dan dapat di

gunakan.

3.3.2. Penyiapan Bibit Tanaman Bawang Merah

Bibit bawang merah yang diambil adalah bibit yang sudah disimpan

(pengusangan) minimal selama 40 hari, jika umbi dibelah sudah terlihat bakal

daun. Setelah itu bibit yang seragam dan tidak terserang hama dan penyakit,
20

dibersihkan dari kulit bibit yang paling luar. Bagian ujung umbi dipotong dengan

pisau bersih untuk memudahkan pertumbuhan tunas, setelah dipotong sebagian

ujungnya, lalu ditunggu sampai bekas potongan menjadi kering untuk

menghindari dari pembusukan pada bekas potongan. Selanjutnya bibit siap

ditanam.

3.3.3 Aplikasi Perlakuan

Aplikasi perlakuan dilakukan dengan cara mengkombinasikan masing-

masing perlakuan. Secara jelas, kombinasi perlakuan yang terdiri atas : tanah

masam, pasir dan bokashi, ditampilkan pada. Tabel 3.1

Tabel 3.1 Takaran masing-masing perlakuan


Perlakuan Bokhasi (Kg) Pasir (Kg) Tanah (Kg)

B0 0 5 0
P1 B1 1 4 0
B2 2 3 0

B0 0 0 5
P2 B1 1 0 4
B2 2 0 3
B0 0 2,5 2,5
P3 B1 1 2 2
B2 2 1,5 1,5
Bahan media tumbuh dicampurkan sesuai takaran masing-masig

dimasukkan ke dalam polybag percobaan. Polybag-polybag percobaan selanjutnya

disusun dalam rumah kaca sesuai dengan denah percobaan (Lampiran 1.). Media

tumbuh lalu disiram sampai kapasitas lapang dan dinkubasi selama 14 hari dengan

tujuan agar bokashi dapat terdekomposisi.

3.3.4. Penanaman
21

Penanaman dilakukan dengan dengan cara memasukkan 1 umbi ke

masing-masing lubang tanam pada polybag. Jarak antara polybag adalah 15 cm x

20 cm. Dengan alat penugal, lubang tanam dibuat sedalaman rata-rata setinggi

bibit. Umbi bawang merah dimasukkan ke dalam lubang tanam dengan gerakan

seperti memutar sekerup, sehingga ujung umbi tampak rata dengan permukaan

tanah, penanaman dilakukan setelah media tumbu diinkubasi selama 14 hari. Bibit

bawang merah ditanam dengan cara memasukkan 1 (satu) umbi pada lubang

tanam yang dibuat secara ugul pada tegah polybag. Kedalaman lubang tanam

disesuaikan dengan tinggi bibit.

3.3.5. Pemeliharaan

Pemeliharaan tanaman bawang merah meliputi penyiraman, penyulaman,

dan penyiangan gulma.

a. Penyiraman

Penyiraman dilakukan setiap hari pada pagi dan sore hari atau sesuai

dengan keadaan cuaca dengan mengunakan gembor.

b. Penyulaman

Penyulaman dilakukan pada umur 14 hari setelah tanam (HST) dengan

bibit yang sama. Penyulaman diajukan untuk mengganti tanaman bawang merah

yang tidak tumbuh/mati.

c. Penyiangan
22

Penyiangan dilakukan untuk membersihkan rumput–rumput liar dan

gulma lainnya yang tumbuh di dalam ataupun disekitar polybag. Penyiangan

gulma dilakukan dengan cara mencabut menggunakan tangan.

3.4. Rancangan Penelitian

Penelitian ini disusun menggunakan Rancangan Penelitian Acak Lengkap

(RAL) dua faktor. Faktor pertama yaitu media tumbuh, terdiri 3 taraf masing-

masing pasir (P1), tanah masam (P2) dan pasir + tanah masam (P3). Faktor kedua

adalah dosis bokashi kotoran sapi, terdiri atas 3 taraf yaitu 0 kg (B0), 1 kg (B1)

dan 2 kg (B2). Sehingga diperoleh 9 kombinasi perlakuan yang diulang sebanyak

3 kali. Dengan demikian terdapat 27 unit percobaan, tiap unit percobaan terdiri

atas 3 polybag. Sehingga total tanaman adalah 81 tanaman.

3.5. Variabel Penelitian

3.5.1. Media Tumbuh

Analisis media tumbuh dilakukan terhadap pH, kadar BO dan N-total

dilakukan pada awal dan akhir percobaan. Analisis awal dilakukan terhadap tanah

dan pasir yang digunakan sebagai media tumbuh. Analisis tanah akhir merupakan

hasil analisis media tumbuh yang telah dikombinasikan sesuai perlakuan dan

diinkubasi/didiamkan selama 2 minggu (14 hari) sebelum dilakukan penanaman.

3.5.2. Pertumbuhan Tanaman Bawang Merah

Pengambilan terhadap variabel pertumbuhan dilakukan pada umur 15, 30

dan 45 HST. Variabel pertumbuhan meliputi Tinggi tanaman (cm), diukur

pangkal batang hingga ujung daun tertinggi. Jumlah daun (helai), dilakukan
23

dengan menghitung semua daun yang terbatas dan Jumlah anakan (anakan),

dihitung semua jumlah anakan yang terbentuk.

3.6. Analisis Media Tumbuh dan Bokhasi

Analisis media tumbuh dilakukan dengan menggunakan metode analisis

sebagaimana di tampilkan pada Tabel 3.2 berikut.

Tabel 3.2 Jenis dan Metode Analisis Bokhasi dan Tanah


No Variabel Metode Satuan
1 pH H2O pH meter -
2 C-organik Walkey and Black %
3 N-total Kjehdal %

3.7. Analisis Data

Jika hasil pengamatan dianalisis menggunakan analisis ragam (Anova).

Jika F- dihitung lebih besar dari F tabel pada taraf kepercayaan 95%, akan

dilanjutkan dengan uji BNT (Benda nyata terkecil).


24

DAFTAR PUSTAKA

Adiarti YE, Pujiasmanto B, Dewi WS. 2019. Effect Balance of Bokashi and
Inorganic Fertilizer on Growth, Simplicia Yield and Content of
Sinensetin of Kumis Kucing (Orthosiphon aristatus (Blume) Miq.).
Journal of Soil Science and Agroclimatology. 16(1): 13-23.

Adimihardja A, K Subagyono, M AlJabri. 2016. Konservasi dan Rehabilitasi


Lahan Rawa. Di dalam: Suriadikarta DA, Kurnia U, Suwanda MH,
Hartatik W, Setyorini D, editor. Karakteristik dan Pengelolaan Lahan
Rawa.Ed ke-1. Bogor: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Sumberdaya Lahan Pertanian, Departemen Pertanian. hlm 229-274.

Barus WA, Sri U, Erna PA. 2018. Effect of Azolla Bokashi and Liquid Organic
Fertilizer of Goat Manure on the Growth and Production of Chinese
Kale (Brassica oleracea L.). Indonesian Journal of Agricultural
Research. (1)1: 78 – 86.
Buckman HO dan NC Brady. 2015. The Nature and Properties of Soil MC Milan
Publishing CO, New York (Terjemahan Soegiman) Penerbit Bhratara
Karya Akasara, Jakarta.

Darlita. 2017. Analisis Beberapa Sifat Kimia Tanah Terhadap Peningkatan


Produksi Kelapa Sawit pada Tanah Pasir di Perkebunan Kelapa Sawit
Selangkun. Jurnal Agrikultura, 28 (1): 15-20
Djunaedi Achmad. 2013. Pengaruh Jenis dan Dosis Pupuk Bokashi Terhadap
Pertumbuhan Dan Hasil Kacang Panjang. Agrovigor jurnal,vol
3(2):12-16.
Estu. 2013. Budidaya Umbi Bibit Bawang Merah Terhadap Hasil dan Distribusi
Ukuran Umbi Bawang Merah. Lap. Hasil Penel. Balitsa Lembang.

Hasibuan. 2015. Pemanfaatan Bahan Organik dalam Perbaikan Beberapa Sifat


Tanah Pasir Pantai Selatan Kulon Progo. Planta Tropika Journal of Agro
Science Vol 3 (1): 31-40.

Hajrah S. 2015. Pengaruh Macam Media Tumbuh Dalam Tekhnik Hidroponik


Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Paprika. ( Skripsi), Fakultas
Pertanian Universitas Mataram. Hal.139
Hanafiah. 2015. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Grafindo Persada.Jakarta.
Kastalani. 2017. Pengaruh Pemberian Pupuk Bokashi Terhadap Pertumbuhan
Vegetatif Rumput Gajah (Pennisetum Purpureum). 42 (2): 123-127.
25

Nasir. 2017. Pengaruh Penggunaan Pupuk Bokashi Pada Pertumbuhan dan


Produksi Padi Palawija dan Sayuran .http://www.disperternak
pandegelang.go.id. Diakses pada tanggal 22 Oktober 2008.

Nazaruddin. 2013. Budidaya dan Pengaturan Panen Sayuran Dataran Rendah.


Jakarta :Penebar Swadaya.
Okunlola. 2016. Evaluation of the Effect of Different Nursery Media on the
Emergence and Growth of Three Tropical Tree Species. Global Journal
of Science Frontier Research: D Agriculture and Veterinary. 16(3): 31-
36.
Pangribuan DH, Yasir M, Utami NK. 2017. Dampak Bokashi Kotoran Ternak
Dalam Pengurangan Pemakaian Pupuk Anorganik Pada Budidaya
Tanaman Tomat. Jurnal Agronomi Indonesia. 40(3) : 23-31.

Prasetyo BH, Suriadikarta DA. 2016. Karakteristik, Potensi, dan Teknologi


Pengelolaan Tanah Ultisol Untuk Pengembangan Pertanian Lahan
Kering Di Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian. 25(2): 39-47.
Rahmi A. 2014. Karakteristik Sifat Kimia Tanah Dan Status Kesuburan Tanah
Lahan Pekarangan Dan Lahan Usaha Tani Beberapa Kampung Di
Kabupaten Kutai Barat.39 (1):30-36.
Rahayu E, Berlian N. 2014. Bawang Merah. PT. Penebar Swadaya. Jakarta.

Rajiman. 2016. Pengaruh Pemberian Pembenah Tanah Terhadap Sifat Fisika


Tanahdan Hasil Bawang Merah Pada Lahan Pasir Pantai bugel
Kabupaten Kulon Progo. Jurnal Agri. Vol 12(1): 67-77.
Rismunandar. 2015. Membudidayakan Lima Jenis Bawang. Penerbit Sinar Baru
Bandung.

Rosman AS, Kendarto DR, Dwiratna S. 2019. Pengaruh Penambahan Berbagai


Komposisi Bahan Organik Terhadap Karakteristik Hidroton Sebagai
Media Tanam. Jurnal Pertanian Tropik. 6(2): 180-189.
Rukmana R. 2013. Bawang Merah Budidaya dan Pengelolaan Pasca Panen.
Kanisus Jakarta.
Sadjadi, Herlina B, Supendi W. 2017. Level Penambahan Bokashi Kotoran Sapi
terhadap Pertumbuhan dan Produksi pada Panen Pertama Rumput Raja
(Pennisetum purpureophoides). Jurnal Sain Peternakan Indonesia. 12(4):
411-418.
Safriati N. 2019. Cybex Pertanian. http://cybex.pertanian.go.id/mobile/artikel/
77617/manfaat–dan–cara–pembuatan–pupuk-bokashi/. Akses: 13
November 2020.
26

Saraswaty D, Hariyanto. 2019. Pengaruh Pemberiaian Pupuk Kandang Sapi Dan


Effective Microorganism (EM4) Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil
Tanaman Buncis (Phaseolus Vulgaris L.). Jurnal produksi Tanaman. 7(2)
: 254-260

Subardja D. 2017. Karakteristik dan Pengelolaan Tanah Masam dari Batuan


Volkanik untuk Pengembangan Jagung di Sukabumi, Jawa Barat. Jurnal
Tanah dan Iklim. 6(25): 59-68.
Suharta, N. 2010. Karakteristik dan permasalahan tanah marginal dari batuan
sedimen masam di Kalimantan. J.Litbang Pertan. 29(98): 139-146
Sumarni N dan A Hidayat. 2014. Budidaya Bawang Merah.
http://litbang_deptan.go.id. Diakses pada tanggal 23 November 2008.

Sunarjono HH. 2014. Bertanam 30 Jenis Sayuran. Panebar Swadaya. Jakarta.


Suntoro. 2012. Pengaruh Pemberian Bahan Organik, Dolomit, dan KCl terhadap
Kadar Khlorofil, Dampaknya pada Hasil Kacang Tanah (Arachis
hypogaea L.).Biosmart 4(2).
Sutarya R dan G Grubben. 2012. Pedoman Bertanam Sayuran Dataran Rendah.
Gadjah Mada University Press. Prosea Indonesia –Balai Penel.
Hortikultura Lembang.Terhadap Sifat Fisika Dan Hasil Bawang Merah
Pada Lahan Pasir Pantai Bugel. Jurnal Agrin 12 (1): 67-77.

Sinulingga M dan Darmanti S. 2013. Kemampuan Mengikat Air oleh Tanah Pasir
yang Diperlakukan dengan Tepung Rumput Laut (Gracilaria
verrucosa).Disertasi.Universitas Diponegoro. Semarang.

Syukur A. 2015. Pengaruh Pemberian Bahan Organik Terhadap Sifat-Sifat Tanah


dan Pertumbuhan Caisin di Tanah Pasir Pantai. J. Ilmu Tanah dan
Lingkungan 5: 30-38.

Tola, Dahlan, Kaharuddin. 2017. Pengaruh Penggunaan Dosis Pupuk Bokashi


Kotoran Sapi Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung.
Jurnal Agrisistem, Juni 2007, Vol. 3 No. 1
Wira NJ. 2013. Pengaruh Campuran Bahan Organik Terhadap Pertumbuhan dan
Hasil Tanaman Seledri. ( Skripsi ). Fakultas Pertanian. Universitas
Mataram.
Wijanarko A dan Abdullah T. 2014. Pengelolaan Kesuburan Lahan Kering
Masam Untuk Tanaman Kedelai. Buletin Palawija. 8(7): 39-50.
27

Lampiran 1. Denah Penelitian

25 cm

P2B2.3 P3B2.3 P2B0.2

25 cm
P3B0.1 P2B1.1 P3B1.3

P3B2.2 P1B0.2 P3B0.2

P2B0.3 P3B1.1 P1B1.1

P1B0.3 P1B2.3 P1B1.3

P3B1.2 P2B1.2 P1B1.2

P2B2.1 P2B2.2 P1B2.1

P3B0.3 P3B2.1 P2B1.3

P2B0.1 P1B2.2 P1B0.1

Keterangan:

P1 B0 = Perlakuan media tanam menggunakan pasir 5 kg tanpa bokashi


P1 B1 = Perlakuan media tanam menggunakan pupuk organik 1 kg dan pasir 4 kg
P1 B2 = Perlakuan media tanam menggunakan pupuk organik 2 kg dan pasir 3 kg
P2 B0= Perlakuan media tanam menggunakan tanah 5 kg tanpa bokashi
P2 B1= Perlakuan media tanam menggunakan pupuk organik 1 kg dan tanah 4 kg
P2 B2 = Perlakuan media tanam menggunakan pupuk organik 2 kg dan tanah 3 kg
28

P3B0 = Perlakuan media tanam menggunakan pasir 2,5 kg dan tanah 2,5 kg
tanpa bokashi
P3 B1 = Perlakuan media tanam menggunakan pupuk organik 1 kg, pasir 2 kg
dan tanah 2 kg tanpa bokashi
P3 B2 = Perlakuan media tanam menggunakan pupuk organik 2 kg, pasir 1,5 kg
dan tanah 1,5 kg

* Catatan: Semua perlakuan memiliki total berat media tanam yang sama yaitu
5 kg

Anda mungkin juga menyukai