Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUANDENGAN DIAGNOSA MEDIS

“BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR)”DI RUANGAN


PERISTI RSUD UNDATA PALU

DI SUSUN OLEH
NAMA : Sitti Syamsiah, S.Kep
NIM : 2020032084

CI INSTITUSI CI LAHAN

(Ns. Saka Pendit, M.Kep) (Ns.Ni Nyoman Udiani M.Kep)

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA PALU
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR)

(KONSEP TEORITIS)
A. Pengertian
BBLR adalah kondisi dimana bayi lahi dengan berat badan yang rendah di
bawah 2500 gram.Hal ini terjadi akibat kurang asupan gizi yg di konsumsi
pada ibu selama mengandung, kelahiran premature dan tidak cukup bulan,
menderita penyakit berat sehingga mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan janin dalam kandungan.Bayi resiko tinggi adalah bayi yang
mempunyai kemungkinan lebih besar untuk menderita sakit atau kematian
dari pada bayi lain. Resiko tinggi menyatakan bahwa bayi harus mendapat
pengawasan ketat oleh dokter dan perawat yang telah berpengalaman. Lama
masa pengawasan biasanya beberapa hari tetapi dapat berkisar dari beberapa
jam sampai beberapa minggu. Pada umumnya resiko tinggi terjadi pada bayi
sejak lahir sampai usia 28 hari (neonatus).
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari
2500 gram tanpa memandang usia gestasi. BBLR dapat terjadi pada bayi
kurang bulan (< 37 minggu) atau pada bayi cukup bulan (intrauterine growth
restriction) (Pudjiadi, 2010).
Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badan
lahirnya pada saat kelahiran kurang dari 2500 gram sampai dengan 2499 gram
(Hassan, 2005).
Bayi berat lahir rendah adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2500
gram pada waktu lahir (Nurarif, 2013)
Berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat badan 2500
gram atau kurang pada saat lahir, bayi baru lahir ini dianggap mengalami
kecepatan pertumbuhan intrauterine kurang dari yang diharapkan atau
pemendekan periode gestasi (Bobak, 2004).
a. Klasifikasi
Ada beberapa cara dalam mengelompokkan BBLR (Proverawati dan
Ismawati, 2010):
1. Menurut harapan hidupnya
a). Bayi berat lahir rendah (BBLR) dengan berat lahir 1500-2500 gram.
b).Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) dengan berat lahir 1000-1500
gram.
c) Bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLER) dengan berat lahir kurang
dari 1000 gram.
2. Menurut masa gestasinya
a). Prematuritas murni yaitu masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan
berat badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi atau
biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan
(NKB-SMK).
b). Dismaturitas yaitu bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat
badan seharusnya untuk masa gestasi itu. Bayi mengalami retardasi
pertumbuhan intrauterin dan merupakan bayi kecil untuk masa
kehamilannya (KMK).
B. Epidemiologi
Neonatal dengan komplikasi adalah neonatal dengan penyakit dan atau
kelainan yang dapat menyebabkan kecacatan sampai kematian, seperti
asfiksia, ikterus, hipotermia, tetanus neonatorum, infeksi/sepsis, trauma lahir,
BBLR, sindroma gangguan pernafasan, dan kelainan kongenital maupun yang
termasuk klasifikasi kuning dan merah pada pemeriksaan dengan (MTBM)
Manajemen Terpadu Bayi Muda (Profil Kesehatan Indonesia 2014). Salah
satu faktor yang memiliki konstribusi tinggi terhadap kematian bayi
khususnya pada saat perinatal yaitu bayi BBLR.
Menurut data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
2014 menyatakan angka kematian neonatal termasuk BBLR menyumbang
sebanyak 59% kematian bayi. Angka kejadian BBLR di seluruh Indonesia
jumlahnya sangat bervariasi, berkisar antara 9%-30% diperoleh dari hasil
studi di 7 daerah multicenter, dengan rentang 2,1% - 17,2%. Secara nasional
menurut SDKI angka kejadian BBLR sekitar 7,5%, dimana angka tersebut
belum mencapai sasaranprogram Indonesia Sehat 2010 yaitu maksimal 7%.
Salah satu faktor resiko terjadinya bayi BBLR terbesar disebabkan oleh
kelahiran premature. Bayi belum memiliki pengaturan suhu tubuh yang
sempurna dan harus dilindungi dari perubahan suhu lingkungan yang ekstrim.
Bayi yang lahir premature dengan BBLR memiliki permukaan tubuh yang
luas sedangkan jaringan lemak subkutis yang lebih tipis menyebakan
penguapan berlebih ditambah dengan pemaparan dari suhu luar yang
menyebabkan hipotermi.
Masalah jangka panjang yang timbul pada bayi BBLR jika tidak mendapat
perawatan yang tepat akan berakibat fatal pada perkembangannya. Bila dapat
bertahan hidup akan dijumpai kerusakan saraf, gangguan bicara, hiperakti,
tingkat kecerdasan rendah, masalah fisik seperti penyakit kronis paru,
gangguan penglihatan (retinopati), dan kelainan kongenital. Penatalaksanaan
yang tepat pada bayi BBLR diantaranya yaitu memberikan edukasi kepada
orang tua tentang perawatan metode kanguru, cara memandikan bayi yang
tepat, cara menjaga suhu bayi agar tetap hangat dan perawatan menggunakan
incubator.

C. Etiologi
 Faktor ibu, penyakit seperti malaria, anemia, sipilis, infeksi TORCH dan
sebagainya. komplikasi yang terjadi pada kehamilan ibu seperti perdarahan
antepartum, pre-eklamsia berat, eklamsia, dan kelahiran preterm.Usia Ibu dan
paritas yaitu faktor kebiasaan ibu seperti ibu perokokm ibu pecandu alkohol
dan pengguna narkotik.
 Faktor Janin, premature, hidramion, kehamilan kembar / ganda (gemeli),
kelainan kromosom.
 Faktor Lingkungan, yaitu tempat tinggal di daratan tinggi, radiasi, sosio-
ekonomi dan paparan zat-zat racun.
D. Patofisiologi
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang belum
cukup bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan dismaturitas. Artinya bayi
lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi berat badan (BB) lahirnya
lebih kecil ketimbang masa kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2.500 gram.
Biasanya hal ini terjadi karena adanya gangguan pertumbuhan bayi sewaktu
dalam kandungan yang disebabkan oleh penyakit ibu seperti adanya kelainan
plasenta, infeksi, hipertensi dan keadaan-keadaan lain yang menyebabkan suplai
makanan ke bayi jadi berkurang.
Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak
mengalami hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat
normal. Dengan kondisi kesehatan yang baik, sistem reproduksi normal, tidak
menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada masa pra hamil maupun saat
hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih besar dan lebih sehat daripada ibu dengan
kondisi kehamilan yang sebaliknya. Ibu dengan kondisi kurang gizi kronis pada
masa hamil sering melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan kematian
yang tinggi, terlebih lagi bila ibu menderita anemia.
Sistem pernapasan pada dasarnya cenderung kurang berkembang pada bayi
prematur.Kapasitas vital dan kapasitas residual fungsional paru-paru pada
dasarnyakecil berkaitan dengan ukuran bayi.Sebagai akibatnya sindrom gawat
napas sering merupakan penyebab umum kematian.Masalah besar lainnya pada
bayi premature adalah pencernaan dan absorpsi makanan yang inadekuat.Bila
prematuritas bayilebih dari dua bulan, system pencernaan dan absorpsi hampir
selalu inadekuat.Absorpsi lemak juga sangat buruk sehingga bayi premature
harus menjalani diet rendah lemak.Lebih jauh lagi, bayi premature memiliki
kesulitan dalam absorpsi kalsium yang tidak lazim dan oleh karena itu dapat
mengalami rikets yang berat sebelum kesulitan tersebut dikenali. Imaturitas
organ lain yang sering menyebabkan kesulitan yang berat pada bayi premature
meliputi system imun yang menyebabkan daya tahan tubuh terhadap infeksi
berkurang karena rendahnya kadar IgG gamma globulin, serta bayi premature
relatif belum sanggup membentuk antibody dan daya fagositosis serta reaksi
terhadap peradangan masih belum baik sehingga bayi premature beresiko
mengalami infeksi, system integumen dimana jaringan kulit masih tipis dan
rawan terjadinya lecet, system termoregulasi dimana bayi premature belum
mampu mempertahankan suhu tubuh yang normal akibat penguapan yang
bertambah karena kurangnya jaringan lemak di bawah kulit dan pusat pengaturan
suhu yang belum berfungsi sebagaimana mestinya sehingga beresiko mengalami
hipotermi atau kehilangan panas dalam tubuh.
E. Pathway
F. Klasifikasi
Bayi yang termasuk pada bayi BBLR dapat dibagi menjadi berikut ini :

1. Neonatus kurang bulan sesuai masa kehamilan (NKB SMK) yaitu


bayi yang lahir premature dengan berat lahir sesuai usiakehamilan.
2. Neonatus kurang bulan kecil masa kehamilan (NKB KMK ) yaitu
bayi yang lahir premature dengan berat badan lahir kurang dari
normalmenurut usiakehamilan.
3. Neonatus cukup bulan kecil untuk masa kehamilan (NCB KMK)
yaitu bayi yang lahir dengan usia hamil cukup bulan dan berat
badan kurang darinormal.

G. Manifestasi Klinik
1. Berat badan < 2500 gram
2. Letak telinga lebih menurun
3. Terjadi pembesaran dari salah satu atau keduaginjal
4. Ukuran kepala lebih kecil
5. Terjadi masalah dalam pemberian makan karena reflex menghisap dan
menelan kurang
6. Ketidakstabilan suhu
7. Kulit tipis dan transparan
8. Panjang badan kurang dari45cm
9. Lingkar dada kurang dari 30cm
10. Lingkar kepala kurang dari 33cm
11. Umur kehamilan kurang dari 37minggu
12. Otot hipotoniklemah
13. Kepala tidak mamputegak
14. Pernapasan 40-50 kali/menit
15. Nadi 100-140kali/menit
H. Pemeriksaan Diagnostik
Adapun pemeriksaan diagnostic/penunjang dapat dilakukan sebagai berikut :
1. Periksa jumlah sel darah putih : 18.000/mm3, netrofil meningkat
sampai 23.000 – 24.000/mm3, hari pertama setelah lahir (menurun
bila adasepsis)
2. Hematokrit (Ht) : 43% - 61% (peningkatan sampai 65% atau lebih
menandakan polisetmia, penurunan kadar menunjukkan anemia
atau hemoragicperinatal).
3. Hemoglobin (Hb): 15-20 gr/dl kadar lebih rendah berhubungan
dengan anemia atau hemolisis berlebih ).
4. Bilirubin total: 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl 1-2
hari, dan 12 mg/dl pada 3-5 hari.
5. Destrosix: tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama setelah
kelahiran rata – rata 40-50 mg/dl meningkat 60-70 mg/dl pada hari
ketiga
6. Pemantauan elektrolit (Na, K, Cl) : biasanya dalam batas normal
pada awalnya
7. Pemeriksaan analisa gas darah.

I. Penatalaksanaan
Adapun pentalaksanaannya seperti berikut :
a. Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi, maka semakin besar
perawatan yang diperlukan, karena kemungkinan terjadi serangan sianosis
lebih besar. Semua perawatan bayi harus dilakukan didalam incubator.
b. Bungkus bayi dengan kain lunak, kering, selimut, pakai topi untuk
menghindari kehilangan panas.
c. Pelestarian suhu tubuh : Bayi dengan berat lahir rendah, mempunyai
kesulitan dalam mempertahankan suhu tubuh. Bayi akan berkembang secara
memuaskan, asal suhu rectal dipertahankan antara 35,50 C s/d 37 C. Bayi
berat rendah harus diasuh dalam suatu suhu lingkungan dimana suhu normal
tubuhnya dipertahankan dengan usaha metabolic yang minimal. Bayi berat
rendah yang dirawat dalam suatu tempat tidur terbuka, juga memerlukan
pengendalian lingkungan secara seksama. Suhu perawatan harus diatas 25 0
C, bagi bayi yang berat sekitar 2000 gram, dan sampai 300 C untuk bayi
dengan berat kurang dari 2000 gram.
d. Inkubator : Bayi dengan berat badan lahir rendah, dirawat didalam
incubator. Prosedur perawatan dapat dilakukan melalui “jendela“ atau
“lengan baju“. Sebelum memasukkan bayi kedalam incubator, incubator
terlebih dahulu dihangatkan, sampai sekitar 29,4 0 C, untuk bayi dengan
berat 1,7 kg dan 32,20C untuk bayi yang lebih kecil. Bayi dirawat dalam
keadaan telanjang, hal ini memungkinkan pernafasan yang adekuat, bayi
dapat bergerak tanpa dibatasi pakaian, observasi terhadap pernafasan lebih
mudah.
e. Pemberian oksigen : Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius
bagi bayi preterm BBLR, akibat tidak adanya alveoli dan surfaktan.
Konsentrasi O2 yang diberikan sekitar 30- 35 % dengan menggunakan head
box, konsentrasi O2 yang tinggi dalam masa yang panjang akan
menyebabkan kerusakan pada jaringan retina bayi yang dapat menimbulkan
kebutaan.
f. Pencegahan infeksi : Bayi preterm dengan berat rendah, mempunyai system
imunologi yang kurang berkembang, ia mempunyai sedikit atau tidak
memiliki ketahanan terhadap infeksi. Untuk mencegah infeksi, perawat
harus menggunakan gaun khusus, cuci tangan sebelum dan sesudah merawat
bayi, memakai masker, gunakan gaun/jas, lepaskan semua asessoris dan
tidak boleh masuk kekamar bayi dalam keadaan infeksi dan sakit kulit.
g. Pemberian makanan : Pemberian makanan secara dini dianjurkan untuk
membantu mencegah terjadinya hipoglikemia dan hiperbillirubin. ASI
merupakan pilihan pertama, dapat diberikan melalui kateter ( sonde ),
terutama pada bayi yang reflek hisap dan menelannya lemah. Bayi berat
lahir rendah secara relative memerlukan lebih banyak kalori, dibandingkan
dengan bayi preterm.
J. Komplikasi
Komplikasi pada masa awal bayi berat lahir rendah antara lain yaitu :

1. Hipotermia.

2. Hipoglikemia.

3. Gangguan cairan dan elektrolit.

4. Hiperbilirubinemia.

5. Sindroma gawat nafas (asfiksia).

6. Paten suktus arteriosus.

7. Infeksi.

8. Perdarahan intraventrikuler.

9. Apnea of prematuruty.

10. Anemia

Komplikasi pada masa berikutnya yaitu :

1. Gangguan perkembangan.

2. Gangguan pertumbuhan.

3. Gangguan penglihatan (retionopati).

4. Gangguan pendengaran.

5. Penyakit paru kronis.

6. Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit.

7. Kenaikan frekuensi kelainan bawaan.


K. Asuhan Keperawatan BBLR
Konsep Askep Keperawatan BBLR
A. Pengkajian Keperawatan
Dalam asuhan keperawatan yang dilakukan pertama kali adalah pengkajian.
Dalam pengkajian diperlukan biodata dan data menunjang diagnosa. Data yang
didapatkan harus langsung dari pasien dan keluarga pasien itu sendiri. Data
yang diperlukan berupa nama, jenis kelamin, umur, pekerjaan, agama, dan lain
sebagainya.
Keluhan utama : keluhan yang dikatakan keluarga pasien yang menjadi alasan
klien masuk RS.

1. Riwayat kehamilan dan persalinan : bagaimana proses persalinan apakah


spontan, prematur, aterm, letak bayi dan posisi bayi
2. Kebutuhan dasar : pola nutrisi pada neonatus dengan asfiksia membatasi
intake oral karena organ tubuh terutama lambung belum sempurna, selain itu
bertujuan untuk mencegah terjadinya aspirasi pneumoni. Pola eliminasi :
umumnya bayi mengalami gangguan BAB karena organ tubuh terutama
pencernaan belum sempurna. Kerbersihan diri : perawat dan keluarga bayi
harus menjaga kebersihan terutama saat BAB dan BAK. Pola tidur : biasanya
terganggu karena bayi sesak napas.
3. Pemeriksaan fisik :
a. Pengkajian umum : ukur panjang dan lingkar kepala secara periodik,
adanya tanda distres :warna buruk, mulut terbuka, kepala
teranggukangguk, meringis, alis berkerut.
b. Pengkajian pernapasan : bentuk dada (barrel, cembung), kesimetrisan,
adanya insisi, selang dada, penggunaan otot aksesoris : pernapasan cuping,
hidung, atau substernal, interkostal, atau retraksi subklavikular, frekuensi
dan keteraturan pernapasan, auskultasi dan gambarkan bunyi napas :
stridor, krekels, mengi, bunyi menurun basah, mengorok, keseimbangan
bunyi napas.
4. Sirkulasi : Nadi apikal mungkin cepat dan atau tidak teratur dalam batas
normal(120-160 dpm). Mur-mur jantung yang dapat didengar dapat
menandakan duktusarteriosus paten(PDA).
5. Makanan/cairan : Berat badan kurang 2500(5lb 8 oz).
6. Neurosensori : Tubuh panjang, kurus, lemas dengan perut agak gendut.
Ukuran kepala besar dalam hubungannya dengan tubuh, sutura mungkin
mudah digerakan, fontanel mungkin besar atau terbuka lebar. Edema
kelopak mata umum terjadi, mata mungkin merapat(tergantung usia
gestasi). Refleks tergantung pada usia gestasi ; rooting terjadi dengan
baik pada gestasi minggu 32; koordinasi refleks untuk menghisap,
menelan, dan bernafas biasanya terbentuk pada gestasi minggu ke 32;
komponen pertama dari refleks Moro (ekstensi lateral dari ekstremitas
atas dengan membuka tangan) tampak pada gestasi minggu ke 28;
komponen kedua (fleksi anterior dan menangis yang dapat didengar)
tampak pada gestasi minggu ke 32.
7. Pernafasan : Skor apgar mungkin rendah. Pernafasan mungkin dangkal,
tidak teratur; pernafasan diafragmatik intermiten atau periodik(40-
60x/mt). Mengorok, pernafasan cuping hidung, retraksi suprasternal dan
substernal, atau berbagai derajat sianosis mungkin ada. Adanya bunyi
“ampelas” pada auskultasi, menandakan adaya sindrom distress
pernafasan (RDS).
8. Keamanan : Suhu berfluktuasi dengan mudah. Menangis mungkin
lemah. Wajah mungkin memar, mungkin ada kaput suksedoneum.
9. Kulit kemerahan atau tembus pandang, warna mungkin merah.
muda/kebiruan, akrosianosis, atau sianosis/pucat. Lanugo terdistribusi
secara luas diseluruh tubuh. Ekstremitas mungkin tampak edema. Garis
telapak kaki mungkin tidak ada pada semua atau sebagian telapak. Kuku
mungkin pendek.
10. Seksualitas : Genetalia : Labia minora wanita mungkin lebih besar dari
labia mayora, dengan klitoris menonjol ; testis pria mungkin tidak turun,
rugae mungkin banyak atau tidak ada pada skrotum.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan keletihan otot pernapasan
2. Hipotermia berhubungan dengan peningkatan kebutuhan oksigen
3. Ketidakseimbangan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidak mampuan mencerna nutrisi karena
imaturitas.
4. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan imunologis yang kurang.

C. Intervensi keperawatan
RENCANA KEPERAWATAN
N DIANGOSA
TUJUAN INTERVENSI
O KEPERAWATA RASIONAL
(NOC) (NIC)
DX N
1 Ketidakefektifan pola NOC : 1. Letakkan bayi 1. Memberi rasa nyaman
napas berhubungan terlentang dengan alas dan mengantisipasi
Respiratory yang data, kepala
dengan keletihan otot flexi leher yang dapat
Tujuan: lurus, dan leher sedikit
pernapasan mengurangi
Kebutuhan O2 bayi tengadah/ekstensi
dengan meletakkan kelancaran jalan nafas.
terpenuhi 2. Jalan nafas harus tetap
bantal atau selimut
Kriteria: diatas bahu bayi dipertahankan bebas
sehingga bahu dari lendir untuk
1. Pernafasan normal terangkat 2-3 cm menjamin pertukaran
40-60 kali permenit. 2. Bersihkan jalan nafas, gas yang sempurna.
mulut, hidung bila
3. Deteksi dini adanya
2. Pernafasan teratur. perlu.
3. Observasi gejala kelainan.
3. Tidak cyanosis. kardinal dan tanda- 4. Mencegah terjadinya
tanda cyanosis tiap 4 hipoglikemia
4. Wajah dan seluruh jam
4. Kolaborasi dengan
tubuh Berwarna
team medis dalam
kemerahan (pink pemberian O2 dan
variable). pemeriksaan kadar gas
darah arteri
5. Gas darah normal
      PH = 7,35 – 7,45
      PCO2 = 35 mm Hg
      PO2 = 50 – 90
mmHg     

2 Hipotermia NOC : a. Perawatan a. Perawatan bayi :


berhubungan dengan Termoregulsi: bayi:BaruLahir Barulahir
peningkatan 1. Lakukan evaluasi 1. Evaluasi Apgar perlu
BaruLa
Apgar dilakukan untuk
kebutuhan oksigen hir pada menit mennilai keadaan bayi
Kriteria Hasil pertama dan baru lahir dan
a.Berat badan bayi kelima setelah mengenali kondisi
mengalami kelahiran bayi.
pertambahan 2. Jaga suhu tubuh bayi 2. Suhu tubuh bayi perlu
b. Suhu dalam batas baru lahir (misalnya dijaga untuk
norma danstabil keringkan bayi menghindari
c.Tidak terjadi baru lahir, terjadinya kehilangan
hipotermi membedong bayi dalam suhu tubuh bayi,
d.Tidak terjadi selimut, pemakaian topi, baju
hipertermi letakkan bayi pada kering dan bersih
e.Bayi tidakgelisah tempat yang hangat, dapat mengurangi
f. Tidak terjadi pakaikan topi rajut, resiko kehilanagn
perubahan warna dan instruksikan panas dengan
kulit orang tua konduksi dan
g.Glukosadarah menjaga kepal tetap evaporasi
dalam batas tertutup,dan letakkan 3. Monitor warna bayi
normal bayi perlu dilakukan untuk
baru lahir mengetahui tanda
dibawah pemanas sesuai terjadinya hipotermi
kebutuhan 4. Meletakkan bayi pada
) kulit orang tua akan
3. Monitor warna bayi mengurangi
barulahir kehilangan panas dari
4. Letakkan bayi baru tubuh bayi melalui
lahir dengan kontak konduksi, karena
kulit ke kulit dengan kulit orang tua akan
IINTERVENSI MENURUT SDKI, SLKI, SIKI

Diagnosa SLKI SIKI


Pola nafas tidak efektif Tujuan : kebutuhan O2 bati 1. Observasi gejala
berhubungan dengan terpenuhi dengan kriteria kardinal dan tanda-
maturitas pusat hasil : tanda sianosis tiap 4
pernafasan, keterbatasan 1. Pernafasan normal jam
perkembangan otot, 40-60 kali permenit 2. Letakkan bayi
penurunan 2. Pernafasan teratur terlentang dengan
energi/kelelahan, ketidak 3. Tidak sianosis alas yang datar,
seimbangan metabolik 4. Wajah dan seluruh kepala lurus dan
tubuh berwarna leher sedikit
kemerahan (pink tengadah/ ekstensi
variable) dengan meletakkan
5. Gas darah normal bantal atau selimut
6. PH = 7,35-7,45 di atas bahu bayi
7. PCO2 = 35 mmHg sehingga bahu
8. Po2= 50-90 mmHg terangkat 2-3 cm
3. Bersihkan jalan
nafas, mulut,
hidung bila perlu
4. Kolaborasi dengan
team medis dalam
pemberian O2 dan
pemeriksaan gas
darah arteri
Thermoregulasi tidak Tujuan : tidak terjadi 1. Observasi suhu
efektif berhubungan hipotermia dengan kriteria bayi tiap 6 jam
dengan kontrol suhu yang hasil: 2. Letakkan bayi
imatur dan penurunan 1. Suhu tubuh 36,5- terlentang diatas
lemak tubuh subkutan 37,5 ºC pemanacar panas
2. Akral hangat (infant warmer)
3. Warna seluruh 3. Singkirkan kain
tubuh kemerahan yang sudah di pakai
untuk
mengeringkan
tubuh, letakkan
bayi di atas tubuh,
letakkan bayi di
atas handuk/ kain
yang kering dan
hangat
4. Kolaborasi dengan
team medis untuk
pemberian infus
glukosa 5% bila
ASI tidak mungkin
diberikan
Gangguan kebutuhan Tujuan: kebutuhan nutrisi 1. Observasi BAB dan
nutrisi kurang dari terpenuhi dengan kriteria BAK jumlah dan
kebutuhan tubuh hasil: frekuensi serta
berhubungan dengan 1. Bayi dapat minum konsistensi
ketidak mampuan pespeen/ personde 2. Monitor turgor dan
mencerna nutrisi karena dengan baik mukosa mulut
imaturitas 2. Berat badan tidak 3. Monitor intake dan
turun lebih dari output
10% 4. Beri ASI/PASI
3. Retensi tidak ada sesuai kebutuhn
5. Lakukan control
berat badan setiap
hari
Resiko infeksi Tujuan : selama perawatan 1. observasi tanda-tanda
berhubungan dengan tidak terjadi komplikasi infeksi dan gejala kardinal
pertahanan imunologis (infeksi) dengan kriteria 2. lakukan teknik aseptik
yang kurang hasil 1. Tidak ada tanda- dan anitseptik dalam
tanda infeksi memberikan asuhan
2. tidak ada gangguan keperawatan
fungsi tubuh 3. cuci tangan sebelum dan
sesudah malkukan tindakan
4. pakai baju khusus/short
waktu masuk ruang isolasi
(kamar bayi)
5. lakukan perawatan tali
pusat dengan tripel dye 2
kali sehari
6. jaga kebersihan (badan,
pakaian) dan lingkungan
bayi
7. kolaborasi dengan team
medis untuk pemberian
antibiotik.
DAFTAR PUSTAKA

Kosim, M.Sholeh dkk. (2014). Buku Ajar Neonatologi. Edisi Pertama. Jakarta: Ikatan
Dokter Anak Indonesia

Latifah A.(2017).Asuhan Keperawatan pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah


(BBLR) dengan Hipotermia di Ruangan Perinatologi RSUD Bangli
Pasuruan. Prodi D III Keperawatan STIKes Insan Cendekia Medika
Jombang.

Nanda NIC NOC International, (2018). Diagnosa keperawatan : definisi dan


klasifikasi 2018-2020 (10th ed). Jakarta: ECG
Supriyantoro, dkk. (2014). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta : Kementrian
Kesehatan Republik.

PPNI, T. P. (2017). Standar diagnosa keperwatan indonesia (SDKI): definisi dan


indikator diagnostik ((Cetakan III) i ed). Jakarta: DPP PPNI.

PPNI, T. P. (2018). Standar intervensi keperwatan indonesia (SIKI): definisi dan


tindakan keperawatan ((Cetakan II) i ed). Jakarta: DPP PPNI.

PPNI, T. P. (2019). Standar luaran keperwatan indonesia (SLKI): definisi dan kriteria
hasil keperawatan ((Cetakan II) i ed). Jakarta: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai