Anda di halaman 1dari 41

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran jarak jauh merupakan proses belajar mengajar antara siswa dan

guru yang berlangsung dari ditempat yang berbeda atau tidak sama atau dari jarak

jauh. Biasanya pembelajaran jenis ini diterapakan untuk mengatasi keadaan dan

kondisi belajar yang tidak memungkinkan terjadi di satu tempat atau kelas.

Pembelajaran jarak jauh diterapkan dan dilaksanakan semata-mata untuk menjadi

solusi bagi keadaan pembelajaran yang tidak bisa dilaksanakan di dalam kelas.

Salah satu pembelajaran yang tidak bisa dilaksanakan di dalam kelas adalah

pembelajaran pada era Covid-19 yang tidak memperbolehkan siswa dan guru

melaksanakan kegiatan belajar-mengajar di sekolah. Hal tersebut diakibatkan oleh

dampak negatif dari kehadiran Covid-19 bagi umat manusia.

Pandemi Covid-19 merupakan penyakit yang sebabkan oleh virus corona yang

menyerang organ pernapasan, sejenis penyakit menular yang telah merenggut banyak

jiwa dan terus-menerus menambah daftar korbannya. Gejala yang diakibatkan virus

Covid-19 adalah demam dan menginfeksi saluran pernapasan bagian bawah dengan

gejala ringan hingga berat yang mengakibatkan kematian pada orang yang tertular

Covid-19.

Sehinggga untuk mengatasi hal tersebut, berbagai kebijakan dan keputusan

diambil oleh pemerintah diberbagai negara yang terdampak Covid-19 termasuk

indonesia. Salah satunya, pemerintah mengharuskan rakyatnya menjaga jarak saat

1
2

berada dikerumunan dan wajib mengenakan masker pada saat keluar rumah. Bukan

hanya hal tersebut, bahkan berbagai perusahaan diberbagai belahan dunia termasuk

indonesia terpaksa ditutup (Abidin dkk, 2020)

Akibatnya menyebabkan sektor perekonomian menurun dengan cepat. Namun

penyebaran Covid-19 terus berlangsung, menyebar diberbagai kalangan masyarakat

hingga dunia pendidikan. Proses pembelajaran yang berlangsung di sekolah terpaksa

diliburkan. Akan tetapi pentingnya pendidikan bagi kehidupan tidak bisa dihentikan

begitu saja. Solusinya seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pembelajaran jarak

jauh diterapkan untuk mengatasi masalah tersebut.

Akses belajar mengajar yang berlangsung di sekolah, perguruan tinggi dan

universitas diberbagai negara termasuk Indonesia yang terpaksa ditutup.

Mengakibatkan berbagai lembaga pendidikan mengharuskan proses pembelajaran

dengan menggunakan alternatif lain agar proses belajar mengajar tetap bisa

berlangsung dengan semestinya (Hudaya dkk, 2020)

Matematika merupakan ilmu yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari,

terutama untuk menjalani kehidupan di era grobal ini. Dalam menghadapi era pasar

bebas kehidupan manusia sekarang ini yang dihadapkan pada persoalan-persoalan

yang memiliki persaingan ketat, sehingga menuntut sumber daya manusia yang

memiliki kemampuan bernalar dan memiliki keterampilan dalam berbagai aspek

kehidupan. Oleh karena itu, konsep dasar matematika harus sudah dimengerti dimulai

dari sejak dini, sejak masa anak-anak agar bisa lebih terampil dan dapat

mengaplikasikannya dikehidupan sehari-hari.


3

Belajar matematika mampu meningkatkan kemampuan berpikir secara logis dan

kritis, dan berlajar juga merupakan aktivitas untuk mengemukakan gagasan atau

pendapat sehingga dapat diaplikasikan kedalam suatu peningkatan pemecahan

masalah. Hal tersebut sangat penting supaya ketika peserta didik dihadapkan pada

suatu permasalahan matematika dalam kehidupan sehari-hari, peserta didik tersebut

akan bisa mengomunikasikan pemikiran matemetisnya (Prasetia, 2016)

Fungsi Matematika dalam pendidikan adalah sebagai alat, pola pikir dan ilmu

pengetahuan. Matematika diperlukan untuk memenuhi kebutuhan praktis dan

memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya dapat berhitung, dapat

mengukur berat, dapat mengumpulkan, mengolah, menyajikan dan menafsirkan data,

dapat menggunakan kalkulator dan komputer. Selain itu pelajaran Matematika juga

membantu lebih mudah memahami bidang studi lain seperti Kimia, Fisika,

Arsitektur, Farmasi, Geografi dan pelajaran lainnya.

Akan tetapi kehadiran pandemi Covid-19 yang mengakibatkan pembelajaran

harus berlangsung dari jarak jauh membuat hasil belajar matematika siswa perlahan

menurun. Penyebabnya adalah penggunaan media belajar yang tidak tepat, juga

kondisi siswa yang tidak terbiasa menjalani kegiatan belajar yang berlangsung dari

jarak jauh selama berlangsungnya pandemi Covid-19. Oleh sebab itu, penggunaan

media belajar yang sesuai serta tepat sangat dibutuhkan.

Audio visual adalah media yang bisa dijadikan alat untuk menyampaikan

pembelajaran dari jarak jauh pada era pandemi Covid-19. Hal itu disebabkan karena

media audio visual merupakan media dua unsur yang saling bersatu memungkinkan

siswa dapat melakukan pembelajaran melalui pendengaran dan pengelihatan


4

sekaligus atau dalam bentuk visualisasi. Audio visual ialah bentuk media

pembelajaran yang murah dan terjangkau. Audio vissual dapat menampilkan pesan

pembelajaran menggunakan video (khuluqo, 2018)

Dalam pengertian lain audio visual merupakan media yang melibatkan indra

pendengaran dan pengelihatan sekaligus dalam satu proses. Sipat pesan yang dapat

disalurkan melalui media bisa berupa pesan verbal dan non verbal. Media audio

visual adalah gambaran dari teknologi modern yang berupa, Televisi, Tablet, Laptop,

penggunaan Internet LCD Proyekor dan lain-lain (Novrianti dan Yusnaini, 2018)

Sehingga dalam pengertian tersebut media audio visual dapat disimpulkan

merupakan media yang kriteria dan penggunaannya dapat dijadikan untuk melakukan

kegiatan pembelajaran matematika dari jarak jauh selama Covid-19 berlangsung.

Akan tetapi penggunaan media yang tepat saja belum cukup untuk mengatasi

permasalahan belajar yang disebabkan oleh Covid-19. Kemampuan pemecahan

masalah matematika siswa perlu ditingkatkan agar mampu menyelesaikan masalah

yang ada serta menjadi mandiri dan juga mampu beradaptasi membiasakan diri

belajar dari jarak jauh semasa Covid-19.

Kemampuan pemecahan masalah adalah suatu aspek penting dalam pendidikan

matematika. Melalui pemecahan masalah siswa dimungkinkan memperoleh

pengalaman menggunakan pengetahuan serta keterampilan yang sudah dimiliki untuk

diterapkan pada pemecahan suatu permasalahan. Dalam Purnamasari dan Setiawan,

(2019) mengatakan untuk meningkatkan kualitas pendidikan, sekolah dituntut untuk

mempersiapkan siswa supaya memiliki berbagai macam kemampuan termasuk dalam

pembelajaran matematika, sehingga mereka dapat menjadi manusia yang berkualitas


5

dan mampu bersaing. Kemampuan pemecahan masalah ini sangat penting karena

dapat dijadikan sebagai langkah awal siswa dalam mengembangkan kerampilan-

keterampilan matematika.

Adapun indikator dalam pemecahan masalah menurut Polya dalam Purnamasari

dan Setiawan, (2019) yaitu, memahami masalah, menyusun rencana penyelesaian,

melaksanakan rencana penyelesaian dan memeriksa kembali prosedur dan hasil

penyelesaian. Sementara itu tujuan peningkatan kemampuan pemecahan masalah

adalah untuk membuat pola pikis siswa lebih sistematis, kritis, logis, serta memiliki

sipat tidak mudah menyerah dan berputus asa, dalam menghadapi masalah dan

menemukan solusi.

MAN 2 Padang Lawas merupakan salah satu lembaga yang bergerak dibidang

pendidikan dan mendukung kesuksesan anak bangsa. Pelaksaan proses belajar

mengajar di sekolah ini disesuaikan dengan kurikulum yang ada dan pada saat era

pandemik Covid-19, MAN 2 Padang Lawas ikut serta menerapkan pembelajaran

jarak jauh. Matematika sebagai salah satu mata pelajaran wajib yang dipelajari di

MAN 2 Padang lawas bertujuan untuk dapat menciptakan siswa yang berkualitas,

sukses dan berguna bagi bangsa dan negara. Namun matematika yang terkenal

sebagai ilmu yang sulit untuk dipelajari ditambah situasi kondisi Covid-19, serta

penggunaan media yang tidak tepat dan kemampuan pemecahan matematika yang

tidak seberapa, mengakibatkan banyak siswa kewalahan menghadapi persoalan untuk

mempelajarinya.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti akan mengkaji sejauh mana penerapan media

audio visual dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah kegiatan


6

pembelajaran selama era pandemic Covid-19 di MAN 2 Padang Lawas di kelas X

MIPA-1, maka penelitian ini fokus untuk meneliti tentang penelitian dengan judul

“PENERAPAN AUDIO VISUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN

PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA PADA ERA PANDEMI

COVID-19 DI MAN 2 PADANG LAWAS.”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diketahui masih banyak masalah

yang timbul dalam pelajaran matematika, pada era Covid-19. Masalah tidak terbiasa

dan media yang tidak tepat mengakibatkan proses belajar mengajar antara guru dan

siswa menjadi tidak aktif dan efektif. Tujuannya adalah untuk mempermudah dalam

penelitian, masalah yang menjadi objek penelitian serta membantu penelitian masalah

yang sesuai dengan kemampuan pemecahan matematis. Adapun identifikasi masalah

penelitian tersebut adalah:

1. Tingkat pemecahan masalah Matematika siswa menurun pada era Covid-19.

2. Kurang tepatnya media pembelajaran Matematika siswa yang digunakan

dalam proses belajar daring oleh guru pada era Covid-19.

3. Kurangnya ketertarikan siswa dalam belajar Matematika pada era Covid-19.


7

C. Batasan Masalah

Suatu penelitian tanpa pembatasan masalah yang akan diteliti dapat

mengakibatkan penelitian yang tidak terarah. Agar penelitian ini terfokus pada satu

arah tertentu maka masalah yang luas perlu dibatasi.

Batasan masalah sangat penting untuk mengarahkan dan memberikan

kemungkinan kepada penulis agar benar-benar dapat menguasainya. Maka penelitian

ini dibatasi pada “Penerapan audio visual Untuk Meningkatan Kemampuan

Pemecahan Masalah Matematika Pada Era Pandemi Covid-19 Di MAN 2 Padang

Lawas.”

D. Rumusan Masalah

Rumusan Masalah adalah suatu pengumpulan data dari suatu pertanyaan-

pertanyaan yang akan dipecahkan ataupun yang akan dicari jawabannya oleh peneliti.

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah peneliti. Adapun rumusan

masalah tersebut sebagai berikut :

1. Bagaimana penerapan pembelajaran metode audio visual dalam belajar

matematika oleh siswa MAN 2 Padang Lawas pada masa pandemi Covid-19?

2. Bagaimana kemampuan pemecahan masalah matematika siswa di MAN 2

Padang lawas pada masa pandemi Covid-19?

3. Bagaimana penerapan media audio visual dalam meningkatkan kemampuan

pemecahan masalah matematika siswa MAN 2 Padang Lawas pada masa

pandemi Covid-19.
8

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan maksud dan dapat memberikan pengetahuan agar

kegiatan terlaksana dengan terarah dan mampu memberikan manfaat bagi peneliti dan

siswa. Adapun tujuan dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui hasil hasil belajar matematika siswa setelah menerapkan

media audio visual di MAN 2 Padang Lawas pada masa pandemi Covid-19.

2. Untuk mengetahui sejauh mana hasil peningkatan kemampuan pemecahan

masalah matematika di MAN 2 Padang Lawas pada masa Covid-19.

3. Untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah menerapkan media audio visual

dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika di MAN 2

Padang Lawas pada masa Covid-19.

F. Manfaat Penelitian

Setiap pekerjaan akan mempunyai manfaat bagi diri sendiri maupun bagi orang

lain. Adapun pembagian manfaat penelitian dapat ditinjau dari segi teoritis maupun

praktis sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan mampu menghasilkan manfaat

teoritis, yaitu dapat memberikan sumbangan pemikiran dan tolak ukur kajian pada

penelitian lebih lanjut yaitu berupa alternative yang dapat dipertimbangkan dalam

usaha memperbaiki mutu pendidikan dan mempertinggi interaksi belajar mengajar,

khususnya dalam penerapan audio visual untuk meningkatkan kemampuan

pemecahan matematika pada era Covid-19 di MAN 2 Padang Lawas.


9

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, hasil penelitian diharapkan dapat memberi manfaat sebagai

berikut :

a. Bagi Siswa

Mengetahui bagaimana penerapan audio visual untuk meningkatkan

kemampuan pemecahan masalah matematika pada era Covid-19 di MAN 2 Padang

Lawas.

b. Bagi Guru

Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran penerapan audio visual untuk

meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika pada era Covid-19 di

MAN 2 Padang Lawas.

c. Bagi Kepala Sekolah

Untuk melakukan pembinaan terhadap guru-guru agar dapat meningkatkan mutu

pendidikan khususnya pengajaran penerapan audio visual untuk meningkatkan

pemecahan masalah matematika pada era Covid-19 di MAN 2 Padang Lawas.

d. Bagi Peneliti

Untuk menambah wawasan bagi peneliti dalam hal materi pendidikan Matematika

terutama di bidang penerapan audio visual untuk meningkatkan kemampuan

pemecahan matematika pada era Covid-19 di MAN 2 Padang Lawas.

e. Bagi Pembaca

Untuk dapat memberikan informasi secara tertulis maupun sebagai referensi

mengenai tulisan penerapan audio visual untuk meningkatkan kemampuan

pemecahan matematika pada era Covid-19 di MAN 2 Padang Lawas.


BAB II

KAJIAN TEORI

A. Deskripsi Teori

1. Pembelajaran Matematika

Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang berfungsi mengembangkan

kemampuan menghitung, mengukur dan mengembangkan rumus dalam kehidupan

sehari-hari. Matematika dipelajari oleh siswa sebagai bekal untuk mengembangkan

kemampuan belajar yang berguna untuk memudahkan siswa dalam mengatasi serta

menyelesaikan masalah, baik dalam lingkungan sekolah maupun dalam lingkungan

kehidupan sehari-hari (Novrianti dan Yusaini, 2018)

Dalam lingkungan sekolah pelajaran matematika mempunyai pengaruh besar

serta kerterkaitan erat terhadap ilmu pelajaran lain. Misalkan untuk mempelajari

pelajaran fisika, untuk mengukur tekanan, gelombang dan kecepatan cahaya,

memerlukan rumus matematika untuk menghitung dan mendapatkan hasilnya.

Demikian juga pelajaran lain seperti kimia, agama, biologi dan pelajaran lainnya

sebagainya yang juga sama, agar dapat menyelesaikan beberapa masalah serta

persoalan yang terdapat didalamnya membutuhkan rumus matematika untuk

menyelesaikannya.

Sementara dalam lingkungan kehidupan sehari-hari, matematika berguna untuk

memudahkan pekerjaan. Contohnya, pertanian yang dilakukan oleh sejumlah

masyarakat membutuhkan jumlah pengukuran lahan, jumlah pupuk yang tepat.

Dalam peternakan membutuhkan takaran pakan juga luas kandang yang tepat untuk

10
11

menghasikan ternak yang unggul. Dalam kedua hal tersebut jelas kita ketahui bahwa

hal itu membutuhkan rumus matematika. Sehingga dalam hal tersebut membuat

metematika menjadi dasar pengembangan ilmu lain yang tidak bisa lepas dari

kehidupan sehari-hari.

2. Media Pembelajaran

Menurut Khuluqo, (2017) media adalah perantara atau pengantar pesan dari

pengantar pesan kepada penerima pesan. Sehingga media pembelajaran adalah

pengantar pesan belajar yang disampaikan oleh guru kepada siswa.

a. Pengertian Media Pembelajaran

Dalam Khuluqo, (2017) Beberapa pengertian media pembelajaran menurut ahli,

yaitu sebagai berikut. Briggs mengatakan bahwa media pembelajaran adalah sarana

fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti buku, film, video dan

sebagainya.

Atwi Suparman mendefenisikan media sebagai alat yang digunakan untuk

menyalurkan pesan atau informasi dari pengirim ke penerima pesan.

Latuheru menyatakan bahwa media pembelajaran adalah bahan, alat atau teknik

yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dengan maksud agar proses

interaksi komunikasi edukasi antara guru dan siswa dapat berlangsung secara tepat

dan berguna.

Dalam aktivitas pembelajaran, media dapat didefinisikan sebagai suatu yang

dapat membawa informasi dan pengetahuan dalam interaksi yang berlangsung antara

guru dan siswa.


12

b. Fungsi Media Pembelajaran

Ada dua fungsi utama media pembelajaran yaitu, fungsi pertama media sebagai

alat bantu pembelajaran dan fungsi kedua adalah media sebagai sumber belajar.

Sementara itu manfaat media pembelajaran menurut Khuluqo, (2017) yaitu sebagai

berikut ini:

1. Meningkatkan rasa saling pengertian dan simpati dalam kelas,

2. Membuahkan perubahan signifikan tingkah laku siswa,

3. Menunjukkan hubungan antara mata pelajaran dengan kebutuhan, sehingga

terciptanya motivasi belajar siswa,

4. Membawa kesegaran dan variasi bagi pengalaman belajar siswa,

5. Membuat hasil belajar lebih bermakna bagi siswa,

6. Dan mendorong pemanfaatan yang bermakna dari mata pelajaran dengan jalan

melibatkan imajinasi dan partisipasi aktif yang mengakibatkan meningkatnya

hasil belajar,

7. Memberikan umpan balik yang diperlukan yang dapat membantu siswa

menemukan seberapa banyak yang mereka pelajari,

8. Melengkapi pengalaman yang kaya dengan pengalaman itu konsep-konsep

yang berkala dapat berkembang,

c. Manfaat Media Pembelajaran

Dalam Khuluqo, (2017) Dale mengemukakan bahwa bahan audio visual dapat

memberikan banyak manfaat asalkan guru dapat berperan aktif dalam proses

pembelajaran. Hubungan guru dan siswa tetap merupakan elemen penting dalam

sistem pendidikan modern saat ini. Manfaat media belajar yaitu sebagai berikut ini:
13

1. Meningkatkan rasa saling pengertian dan simpati dalam kelas.

2. Membuahkan perubahan signifikan tingkah laku peserta didik.

3. Menunjukkan hubungan antar mata pelajaran matamatika dan kebutuhan serta

minat siswa dengan meningkatkan pemecahan masalah belajarnya.

4. Membawa kesegaran dan variasi dalam pengalaman belajar siswa.

5. Membuat hasil belajar lebih bermakna bagi berbagai kemampuan siswa.

6. Mendorong pemamfaatan yang bermakna dari mata pelajaran dengan jalan

melibatkan imajinasi dan partisipasi aktif yang mengakibatkan meningkatnya

hasil belajar.

7. Memberikan umpan balik yang diperlukan untuk membantu siswa

menemukan seberapa banyak yang telah mereka pelajari.

8. Melengkapi pengalaman yang kaya konsep-konsep yang berkala dan dapat

dikembangkan.

9. Memperluas wawasan dan pengalaman siswa yang mencerminkan

pembelajaran.

10. Meyakinkan diri bahwa urutan dan kejelasan pikiran siswa dibutuhkan jika

mereka membangun struktur konsep dan sistem gagasan yang bermakna dan

memperluas wawasan dan pengalaman siswa.


14

d. Pengaruh Media Pembelajaran

Selanjutnya mengenai hal yang mempengaruhi pemilihan media pembelajaran

yaitu dengan mempertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut ini:

1. Objektivitas

Unsur subjektivitas pendidik dalam memilih media pembelajaran harus

dihindari. Artinya pendidik tidak boleh memilih suatu media pembelajaran

hanya untuk kesenangan pribadi.

2. Program pengajaran

Program pengajaran yang akan disampaikan kepada siswa harus sesuai

dengan kurikulum yang berlaku, baik isinya, strukturnya maupun

kedalamannya. Terkecuali program itu hanya dimaksudkan untuk mengisi

waktu senggang saja, dari pada siswa tidak memiliki kegiatan sama sekali.

3. Sasaran program

Sasaran program yang dimaksud adalah anak didik yang menerima informasi

pengajaran melalui media pembelajaran. Pada tingkat usia tertentu dan dalam

kondisi tertentu anak didik mempunyai kemampuan tertentu pula, baik cara

berpikirnya, daya imajinasinya, kebutuhannya, maupun daya tahan lama

belajarnya.

4. Situasi dan kondisi

Situasi dan kondisi yang dimaksud meliputi situasi dan kondisi sekolah serta

situasi dan kondisi siswa dalam mengikuti pembelajaran.

5. Kualitas teknik
15

Dari segi teknik media pembelajaran yang akan digunakan perlu diperhatikan,

apakah sudah memenuhi syarat.

6. Efektivitas dan efisiensi penggunaan.

Keefektifan berkenaan dengan hasil yang ingin dicapai, sedangkan efisiensi

berkenaan dengan proses pencapaian hasil tersebut.

e. Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran

Kriteria pemilihan media pembelajaran haruslah dikembangkan sesuai dengan

tujuan yang ingin dicapai, kondisi dan keterbatasan yang ada dengan mengingat

kemampuan dan karakteristi media yang bersangkutan. Adapun kriteria yang harus

diperhatikan dalam memilih media yaitu:

1) Kesesuaian dengan tujuan (intrukcional goals)

2) Kesesuaian dengan materi pembelajaran (intrukcional content)

3) Kesesuaian dengan karakteristik pembelajaran atau siswa

4) Kesesuaian dengan teori

5) Kesesuaian dengan gaya belajar siawa

6) Kesesuaian dengan kondisi lingkungan, fasilitas pendukung dan waktu yang

tersedia.

f. Macam-Macam Media Pembelajaran

Media pembelajaran sangat beraneka ragam, memiliki banyak jenis dan

manfaatnya. Macam-macam media dalam pembelajaran yaitu sebagai berikut:

1. Media berbasis visual

2. Media berbasis audio visual

3. Kombinasi slide dan suara


16

4. Media berbasis komputer

5. Multi media berbasis komputer dan interaktif video

6. Media berbasis internet

3. Media Audio Visual

a. Pengertian Audio Visual

Menurut Safitri dan Dewi, (2017) media audio visual merupakan wahana

penyalur informasi belajar yang mempunyai unsur suara dan gambar yang bisa

dilihat, misalnya rekaman video, slide, suara dan sebagainya.

Sementara pendapat lain menurut Khuluqo, (2017) mengatakan bahwa audio

visual merupakan bentuk media pembelajaran yang murah dan mudah terjangkau.

audio dapat mengatarkan pesan yang memotivasi siswa dalam belajar.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka media pembelajaran audio visual dapat

dinyatakan sebagai alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi

pengajaran yang berupa perangkat keras yang mampu memutar video, slide dan

sebagainya. Media audio visual dapat diklasifikasikan sebagai media yang sering

kalinya memuat video.

Video atau gambar hidup merupakan gambar-gambar dalam frame dimana frame

demi frame diproyeksikan melalui lensa proyektor secara mekanis sehingga pada

layar mengahasilkan gambar hidup. Media ini pada umumnya digunakan untuk tujuan

hiburan, dokumentasi dan pendidikan. Sementara hal tersebut video yang digunakan

dalam pembelajaran bukanlah video yang bersifat hiburan belaka, sebab video yang

dipergunakan dalam pembelajaran harus mengandung materi belajar yang berkaitan.


17

Media audio visual juga merupakan salah satu media yang tepat diterapakan pada

era Covid-19. Pembelajaran secara jarak jauh pada era Covid-19 dapat memanfaatkan

media audio visual dalam proses belajar mengajar antara guru dan siswa dari jarak

jauh dengan menggunakan media handphone, laptop dan lain sebagainya.

Guru bisa mengirimkan video pembelajaran yang sesuai dengan materi yang

sedang yang sedang berlangsung pada siswa, sehingga siswa dapat menerima dan

menonton video pembelajaran tersebut. Untuk lebih efektif selama kegiatan tersebut

orang tua siswa dapat mengawasi anaknya saat belajar. Hal itu dilakukan untuk

menghindar dari masalah anak-anak atau siswa malah melenceng, bukannya

membuka video pembelajaran malah membuka game dalam handphone.

b. Jenis-jenis Audio Visual

Media audio visual ada dua macam yaitu audio visual murni dan audio visual

tidak murni.

1) Media audio visual murni disebut juga sebagai media audio visual gerak yaitu

media yang menampilkan unsur suara dan gambar yang bergerak, unsur suara

maupun unsur gambar tersebut berasal dari sumber film bersuara, video dan

televisi.

2) Sedangkan media audio visual tidak murni atau disebut juga media audio

visual diam merupakan media yang unsur suaranya berbeda ditambah dengan

media yang menampilkan suara dan gambar diam seperti, film bingkai suara

(sound slide) yang merupakan slide atau filmstrip yang ditambah dengan suara

bukan alat audio visual lengkap, karena suara dan rupa berada terpisah, oleh

sebab itu slide atau filmstrip termasuk audio-visual saja atau media diam plus
18

suara. Gabungan antara slide dengan tape audio adalah jenis sistem

multimedia yang paling mudah diproduksi.

c. Tujuan dan Manfaat Audio Visual Pada Pendidikan

Seperti yang sudah dijelaskan dalam pengertiannya, fungsi dan manfaat audio

visual adalah sebagai media yang efektif dalam pembelajara terlebih lagi dalam

kondisi dan situasi Covid-19 yang pada saat ini sedang berlangsung. Media audio

visual secara tidak langsung telah memberikan solusi pada pendidikan dengan

mengatasi keterbatasan jarak dan waktu.

Adapun tujuan dan manfaat media audio visual dalam pembelajaran adalah

sebagai berikut:

1) Untuk mengatasi keterbatasan jarak dan waktu,

2) Video yang dapat diulang memudahkan siswa dalam mengingat dan

menghafal pelajaran yang sudah dipelajari dengan mengulang kembali

pelajaran sebelumnya dengan memutar video pembelajaran,

3) Pesan pembelajaran yang disampaikan mempunyai hasil yang lebih jelas dan

mudah dipelajari,

4) Mampu mempengaruhi emosi seseorang,

5) Mengembangkan imajinasi siswa,

6) Mampu menunjukkan rangsangan yang sesuai dengan tujuan dan respon

yang diharapkan oleh siswa,

7) Semua siswa dapat belajar dengan menonton video pembelajaran dengan

mudah, baik siswa yang pintar maupun kurang pintar,

8) Menumbuhkan minat dan motivasi belajar,


19

9) Dengan video penampilan siswa dapat segera dilihat kembali dan dievaluasi.

d. Audio Visual Video Sebagai Media Pembelajaran yang Efektif

Adapun media audio visual yang diterapkan ialah berbentuk video pembelajaran.

Video yang dimaksud adalah video yang berisikan bahan ajar, materi belajar atau

ilmu yang akan dipelajari dalam bentuk sebuah rekaman video. Adapun pengertian

video dalam Anjasari dan Karim, (2020) menurut Busyari, Udin dan Zaenuddin,

Video merupakan audio visual yang banyak bererdar di masyarakat di era 40 yang

berisi konten hiburan, pengetahuan, informasi, musik, cerita bersejarah dan lain

sebagainya.

Video berfungsi sebagai sistem komunikasi atau media pembelajaran dan

pembimbingan bagi siswa sehingga dapat meningkatkan kemampuan pemecahan

matematika pada era pandemi Covid-19. Selain itu media audio visual yang

berbentuk video merupakan media yang efektif dalam menerapkan pembelajaran,

mudah dipahami, sangat efisien karena mudah digunakan serta sangat praktis.

Penggunaan video dalam pembelajaran dapat membuat guru tidak perlu repot

menjelaskan atau penyampaikan pembelajaran secara berulang-ulang ketika siswanya

belum mengerti, sebab siswa yang belum mengerti dapat memutar kembali rekaman

video pembelajaran demikian secara berulang sampai ia mengerti isi pokok

pembelajaran yang disampaikan lewat video.

Berhubung kondisi keadaan saat sedang mengalami social distancing maka

penyampaian video pembelajaran menggunakan WhatsApp Grup atau juga

menggunakan flatfrom lain yang memungkinkan untuk melakukan pengiriman video

pembelajaran. Penggunaan whatsapp grup sangatlah mudah bahkan hampir seluruh


20

manusia di dunia ini bisa menggunakannya. Seseorang hanya perlu bergabung di

flatfrom whatsapp dan ditambahkan di grup. Setelahnya video pembelajaran yang

dibagikan bisa langsung di download dan ditonton.

Selama proses pembelajaran menggunakan media audio visual video

berlangsung di whatsapp grup, sangat disarankan pengawasan dari orang tua untuk

memaksimalkan kegiatan pembelajaran dan menghindari siswa yang menggunakan

flatfrom tersebut malah beralih serta tidak maksimal mengikuti kegiatan

pembelajaran tersebut.

4. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

Pemecahan masalah matematika bertujuan untuk membangun pengetahuan

matematika baru, karena berawal dari masalah, siswa dapat berpikir lebih dalam

untuk dapat menyelesaikannya. Oleh sebabnya untuk meningkatkan pemecahan

masalah matematika, siswa dituntut untuk belajar secara mandiri.

a. Karakteristik Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah

Dalam Mariam, (2019) Hidayat dan Sariningsih mengungkapkan bahwa

pemecahan masalah dalam pembelajaran merupakan inti kemampuan dasar dalam

proses pembelajaran. Sehingga karakteristik peningkatan kemampuan pemecahan

masalah tidak lepas dari hal tersebut.

Tiga hal yang memuat dalam penjelasan tersebut adalah sebagai berikut :

1) Pelajaran berfokus pada masalah,

2) Tanggung jawab untuk memecahkan masalah bertumpu pada siswa dan,

3) Guru mendukung proses saat siswa mengerjakan masalah.


21

Dari penjelasan tersebut dapat kita ketahui bahwa untuk memecahkan masalah

selain menuntut siswa menjadi mandiri, siswa juga diharuskan banyak terlibat dengan

masalah. Oleh sebab itu, sebelum dapat memecahkan masalah siswa diharuskan

memahami serta mengetahui seluk beluk dari masalah yang akan dihadapinya

tersebut terlebih dahulu.

Secara tidak langsung untuk meningkatkan pemecahan masalah matematika

siswa, maka dalam pembelajaran siswa diharuskan banyak terlibat dengan berbagai

masalah matematika yang ada. Adapun ciri-ciri atau karakterristik pembelajaran

berbasis masalah menurut Nurdyansyah dan Fahyuni, (2016) yaitu sebagai berikut.

1. Pengajuan pertanyaan atau masalah, artinya pembelajaran berdasarkan

masalah mengorganisasikan pengajaran disekitar pertanyaan dan masalah

yang keduanya secara sosial penting dan secara pribadi bermakna untuk

siswa.

2. Pertanyaan yang diajukan haruslah memenuhi karakteristik, autentik, jelas,

mudah dipahami, luas dan sesuai dengan tujuan pembelajaran dan bermanfaat.

3. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin, artinya meskipun pembelajaran

berbasis masalah yang berpusat pada pelajaran matematika, masalah yang

akan diselidiki telah dipilih benar-benar nyata agar dalam pemecahannya

siswa meninjau masalah itu dari banyak mata pelajaran.

4. Penyelidikan autentik, artinya pengajaran berbasis masalah mengharuskan

siswa melakukan penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata

terhadap masalah nyata.


22

5. Menghasilkan produk/karya dan memamerkannya, artinya pembelajaran

berbasis masalah menuntut siswa meghasilkan produk tertentu dalam bentuk

karya nyata atau artefak dan peragaan yang menjelaskan bentuk penyelesaian

masalah yang mereka temukan.

6. Kolaborasi artinya, pembelajaran berbasis masalah dicirikan oleh siswa yang

bekerja satu sama dengan yang lainnya, paling sering secara berpasangan atau

dalam kelompok kecil.

b. Pembelajaran Berbasis Masalah

Studi kasus pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan pemecahan

masalah, meliputi:

1. Penyajian masalah,

2. Penggerakan inkuiri,

3. Langkah-langkah untuk meningkatkan pemecahan masalah matematika, yaitu

analisis inisial, mengangkat isu-isu belajar; literasi kemandirian dan

kolaborasi pemecahan masalah, integrasi pengetahuan baru, penyajian solusi

dan evaluasi.

Adapun Indikator peningkatan kemampuan pemecahan masalah belajar

matematika siswa yaitu sebagai berikut.

Tabel 2.1
23

Indikator Peningkatan Kemampuan Pemecahan Matematika Belajar


Matematika Siswa
No Indikator Aktivitas Guru
1. Orientasi siswa pada Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan

masalah loggistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena atau

demonstrasi atau cerita untuk memunculkan masalah,

memotivasi siswa untuk terlibat dalam aktifitas

pemecahan masalah yang dipilih.


2. Mengorganisasi siswa Guru membantu siswa untuk mendefenisikan dan

untuk belajar mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan

dengan masalah tersebut.


3. Membimbing Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi

pengalaman yang sesuai, dengan melaksanakan eksperimen untuk

induvidual/kelompok mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.


4. Mengembangkan dan Guru membantu siswa merencanakan dan menyiapkan

menyajikan hasil karya karya yang sesuai seperti laporan video dan model serta

membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.


5. Analisis pemecahan Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau

masalah matematika evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses

yang mereka gunakan


Sumber: Buku Inovasi Model Pembelajaran Sesuasi Kurikulum 2013

Berdasarkan hasil indikator peningkatan kemampuan pemecahan masalah belajar

matematika siswa, maka gambaran umum beberapa kerangka kerja adalah sebagai

berikut.

1. Oreantasi siswa pada masalah


24

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran secara jelas, memotivasi terhadap

pelajaran dan menjelaskan apa yang diharapkan untuk dilakukan siswa.

2. Mengoganisasikan siswa untuk belajar

Pembelajaran ini membutuhkan pengembangan keterampilan siswa. Oleh

karena itu, mereka juga membutuhkan bantuan untuk merencanakan

penyelidikan mereka dan tugas-tugas pelaporan.

3. Membimbing penyelidikan Induvidual/kelompok

Membimbing proses penyelidikan dapat dilakukan secara mandiri maupun

kelompok.

4. Mengembangkan dan menghasilkan hasil karya

Guru meminta beberapa kelompok untuk mempersentasikan hasil pemecahan

masalah dan membantu siswa yang mengalami kesulitan. Kegiatan ini

berguna untuk mengetahui hasil pemahaman dan penguasaan siswa terhadap

masalah yang berkaitan dengan materi yang dipelajari.

5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Guru membantu siswa menganalisis dan mengevaluasi proses berpikir

mereka, disamping keterampilan penyelidikan dan keterampilan intelektual

yang mereka gunakan.

B. Penelitian yang Relevan

Adapun penelitian yang relevan sesuai dan berhubungan dengan judul penulis

adalah sebagai berikut:


25

Hasil penelitian dari tiga peneliti sebelumnya yaitu, Novrianti dan Yusaini

mengenai pengaruh media audio visual pada tahun 2018, yang memberikan

penjelasan penelitiannya terdahulu mengenai seputar audio visual. Kemudian hasil

penelitian yang dilakukan Nengsih, Susiwo dan Dijah tentang kemampuan

pemecahan masalah matematika siswa pada tahun 2019. Terakhir penelitian yang

dilakukan oleh Herliandry, Nurhasana dan Suban mengenai pembelajaran pada masa

pandemi Covid-19 di tahun 2020. Ketiga hasil penelitian yang dilaksanakan tersebut

berkaitan dengan dengan penelitian yang judul penelitian yang dilakukan sekarang

oleh peneliti.

Berbagai masalah dari ketiga sumber data penelitian terdahulu dapat dikaitkan

dengan penelitian sekarang. Permasalahan yang ada diharapkan dapat diatasi dengan

gabungan solusi yang diterapkan dari ketiga peneliti terdahulu tersebut.

C. Kerangka Pikir

Kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang hubungan teori dengan

berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Dengan

demikian, kerangka berfikir adalah suatu konsep yang dapat memberikan gambaran

dan arahan yang hendak dituju dalam penelitian.

Kerangka konseptual merupakan konsep yang digunakan untuk menyusun

program penelitian atau sebagai tolak ukur yang dapat menjadi contoh peneliti dalam

pelaksanaan penelitian. Berdasarkan teori yang dikemukakan di atas, maka kerangka

konseptual dalam penelitian ini adalah:

a. Setiap siswa mampu memahami pelajaran yang diterapkan melalui audio

visual.
26

b. Setiap siswa mampu meningkatkan kemampuan pemecahan masalah

matematika walaupun dalam situasi dan kondisi Covid-19.

c. Setiap siswa mampu belajar dengan memanfaatkan dan menggunakan media

audio visual untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah

matematika pada era Covid-19.

D. Hipotesis Tindakan

Hipotesis adalah dugaan sementara yang berfungsi sebagai arah, pemandu juga

pedoman kerja dalam mencari jawaban atas permasalahan-permasalahan peneliti.

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah peneliti sebelum

dilakukan pengecekan terhadap data penelitian melalui pengumpulan data. Adapun

hipotesis atau dugaan sementara dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pembandingan audio visual dapat diterapkan dalam pembelajaran matematika

pada era pandemi Covid-19 di MAN 2 Padang Lawas.

2. Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dapat meningkat pada era

pandemi Covid-19 di MAN 2 Padang Lawas.

3. Penerapan audio visual diharapkan dapat meningkatkan kemampuan

pemecahan masalah matematika pada era pandemi di MAN 2 Padang Lawas.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan dan jenis penelitian menjelaskan bahwa pendekatan penelitian adalah

kualitatif dan menggunakan jenis penelitian tindakan kelas. Penelitian ini dipilih agar

lebih efektif menyesuaikan terhadap judul penelitian yang dilakukan oleh penulis.

Pada tahapan ini peneliti melakukan pengamatan dan mencatat semua hal yang

dibutuhkan selama berlangsung terjadinya pelaksanaan tindakan berlangsung.

Menurut pendapat Salim dkk, (2015) menyatakan bahwa pengumpulan data

digunakan dengan teknik observasi/penilaian yang telah disusun. Termasuk juga

pengamatan secara cermat pelaksanaan skenario tindakan dari waktu ke waktu dan

dampaknya terhadap hasil belajar siswa.

Data yang dikumpulkan dapat berupa, skor tes essai, hasil wawancara guru dan

siswa, hasil observasi dan lain sebagainya yang berkaitan dengan catatan lapangan

kegiatan siswa. Sementara itu proses analisis data dalam penelitian dimulai sejak

sebelum peneliti memasuki lapangan sampai selesai. Analisis data dilakukan secara

interaktif dan terus-menerus sampai tuntas.Tempat dan waktu penelitian merupakan

tempat dimana peneliti akan melaksanakan penelitiannya, sedangkan waktu adalah

kapan peneliti melaksanakan penelitian tersebut.

Dalam penelitian tindakan kelas ini diharapkan berguna untuk meningkatkan

kemampuan pemecahan masalah matematika pada era Covid-19 di MAN 2 Padang

Lawas setelah menerapkan media audio visual.

27
28

B. Setting Penelitian

Penelitian ini bertempat di MAN 2 kelas X dengan jumlah keseluruhan siswa 198

orang, 14 orang siswa laki-laki dan 22 orang siswa perempuan. Beralamat di Jalan

Besar Jl. Sibuhuan – Gunung Tua, No 96, Binanga, Barumun Tengah, kabupaten

Padang Lawas, provinsi Sumatera Utara.

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah seluruh siswa kelas X MIPA-1 di MAN 2 Padang

Lawas, yang berjumlah 36 orang dengan 14 siswa laki-laki dan 22 siswa perempuan.

Waktu penelitian adalah kapan seorang peneliti melangsungkan penelitian tersebut.

Waktu penelitian dilaksanakan kurang lebih dua bulan atau setelah selesainya

diseminarkan dan setelah mendapatkan surat izin dari Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan (FKIP) UMTS Padangsidimpuan.

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah seluruh subyek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti

semua elemen yang ada dalam wilayah peneliti maka penelitiannya merupakan

penelitian populasi. Sedangkan menurut Sugiono (2015) menyatakan bahwa populasi

adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas

dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya.

Setiap penelitian data atau informasi dari sumber-sumber yang dapat dipercaya,

agar data informasi yang ditemukan dapat dijadikan untuk menjawab permasalahan

atau untuk menguji hipotesis atau pernyataan penelitian yang diajukan dalam
29

penelitian, maka data yang diperlukan tersebut dikumpulkan dari objek penelitian.

Yaitu kelas X MAN 2 Padang Lawas, yang berjumlah keseluruhan 198 siswa.

Selengkapnya mengenai data untuk lebih lanjut dijelaskan dalam tabel sebagai

berikut di bawah ini.

Tabel 3.1
Populasi Penelitian
No Kelas Laki-Laki Perempuan Jumlah
1 X-MIPA-1 14 Siswa 22 Siswa 36 Siswa
2 X-MIPA-2 14 Siswa 21 Siswa 35 Siswa
3 X-IPS-1 12 Siswa 21 Siswa 33 Siswa
4 X-IPS-3 12 Siswa 20 Siswa 32 Siswa
5 X-IPS-3 12 Siswa 20 Siswa 32 Siswa
6 X-IPS-4 10 Siswa 20 Siswa 30 Siswa
Total 74 Siswa 124 Siswa 198 Siswa
Sumber: Data tata usaha MAN 2 Padang Lawas

2. Sampel

Menurut Sugiono, (2019) sampel merupakan bagian dari jumlah karakteristik

yang dimiliki populasi tersebut. Sampel dalam penelitian diambil dengan

menggunakan teknik Cluster Random Sampling. Jika disimpukan maka sample itu

ialah bagian dari populasi itu sendiri yakni wakil dari populasi yang akan diteliti.

Adapun sampel dalam penelitian ini adalah satu kelas yang dijadikan eksprimen

untuk mendapatkan sampel secara acak. Yakni kelas X MIPA-1 di MAN 2 Padang

Lawas yang merupakan perwakilan dari kelseluruhan kelas X yang dijadikan sebagai

kelas uji coba. Dengan keseluruhan siswa yang berjumlah 36 orang siswa dengan 14

siswa laki-laki dan 22 siswa perempuan.

Berikut ini merupakan tabel 3.2 sampel penelitian:

Sampel Penelitian tabel 3.2


30

No Kelas Laki-Laki Perempuan Jumlah


1 X-MIPA-1 14 Siswa 22 Siswa 36 Siswa
Total 14 Siswa 22 Siswa 36 Siswa
Sumber: Data tata usaha MAN 2 Padang Lawas

E. Prosedur Penelitian

Menurut Salim dkk, (2015) prosedur penelitian tindakan kelas meliputi

penetapan fokus permasalahan, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan yang

diikuti kegiatan observasi, interprestasi, analisis dan refleksi. Apabila diperlukan pada

tahap selanjutnya disusun rencana tindakan lanjut.

1. Perencanan Tindakan

Pada tahap ini alternatif tindakan yang dapat diambil dirumuskan ke dalam

bentuk hipotesis dalam arti dugaan mengenai perubahan yang terjadi jika suatu

tindakan dilakukan. Perencanaan tindakan memanfaatkan optimal teori-teori yang

relevan dan pengalaman masa lalu dalam kegiatan pembelajaran yang sebidang.

Menurut Salim dkk, (2015) tahapan perencanan tindakan meliputi beberapa hal

yaitu sebagai berikut ini:

1) Menetapkan cara yang dilakukan untuk menemukan jawaban, berupa

rumasan hipotesis tindakan.

2) Menentukan cara yang tepat untuk menguji hipotesis tindakan dengan

menjabarkan indikator-indikator keberhasilan serta instrumen

pengumpulan data yang dapat dipakai untuk menganalisis indikator

keberhasilan tersebut.
31

3) Membuat secara rinci rancangan tindakan yang akan dilaksanakan

mencakup; bagian isi mata pelajaran dan bahan belajarnya, rancangan

strategi dan skenario pembelajaran tindakan yang dipilih dan menetapkan

indikator ketercapaian serta pengumpulan data.

Dalam hal ini tahapan perencanaan tindakan, susunan perangkat pembelajaran

adalah sebagai berikut.

1) Rancangan Pembelajaran (RPP)

2) Lembar Kegiatan Siswa (LKS)

3) Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran

4) Soal Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

2. Pelaksanaan Tindakan

Penelitian dilaksanakan sesuai dengan rumusan dalam rencana tindakan. Rencana

ini bersifat fleksibel, sehingga dapat disesuaikan dengan kondisi kelas saat

pembelajaran sedang berlangsung namun tetap memperhatikan fase pembelajarannya

menggunakan media audio visual.

Adapun contoh aspek rencana tindakan menurut Salim dkk, (2015) yang perlu

diperhatikan dalam melakukan tindakan adalah sebagai berikut.

1) Rancangan penerapan metode tugas dan diskusi dalam pembelajaran,

2) Format tugas,
32

3) Kegiatan kelompok yakni mengumpulkan bacaan melalui diskusi

anggota kelompok belajar,

4) Presentasi dan diskusi,

5) Jenis data yang dikumpulkan.

3. Observasi dan Evaluasi

Observasi dilaksanakan pada saat pembelajaran berlangsung. Hal ini dilakukan

untuk mengetahui keterlaksanaan kegiatan pembelajaran matematika. Kegiatan ini

dilakukan dengan mengumpulkan data menggunakan format yang sesuai dengan yang

telah disusun. Sementara Evaluasi ialah menguraikan cara dan hasil asesmen

sehingga tercipta hasil penelitian yang diharapkan.

4. Refleksi

Tahapan ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah

dilakukan dengan menguraikan prosedur, alat, pelaku, sumber, informasi dan cara

analisisnya. Refleksi dilaksanakan setiap akhir siklus yang bertujuan untuk

mengetahui sejauh mana hasil penerapan audio visual untuk meningkatkan

kemampuan pemecahan matematika siswa. Dalam kegiatan refleksi, peneliti

menganalisis semua data yang telah diperoleh, baik data observasi, wawancara dan

tes tertulis.

E. Data dan Sumber Data

Menurut Saim dkk, (2015) data adalah fakta empirik yang dikumpulkan oleh

peneliti untuk kepentingan dalam memecahkan masalah atau menjawab pertanyaan

penelitian. Data dalam penelitian merupakan landasan refleksi. Data mewakili


33

tindakan dalam arti bahwa data itu memungkinkan peneliti untuk merekonstruksi

tindakan terkait, bukan hanya mengingat kembali. Oleh sebab itu dalam pengumpulan

data tidak hanya membutuhkah hipotesis, melainkan juga membutuhkan alat yang

membukukan pengamatan dan mejembatani antara momen-momen tindakan dan

refleksi dalam siklus penelitian tindakan. Adapun alat pengumpulan data yang

dimaksud untuk digunakan peneliti adalah sebagai berikut.

1) Dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data skor masing-masing

siswa dan foto-foto selama kegiatan pembelajaran berlangsung selama

penelitian dilaksanakan.

2) Observasi dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung selama

penelitian dilaksanakan untuk mengamati dan mencatat aktivitas belajar

siswa. Lembar Observasi berisi indikator-indikator yang akan diamati

oleh peneliti.

3) Wawancara siswa dilakukan pada setiap penelitian. Wawancara siswa

dilakukan untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran yang

telah dilakukan.

4) Tes dilakukan pada akhir siklus untuk mengetahui sejauh mana hasil

penerapan audio visual untuk meningkatkan kemampuan pemecahan

masalah matematika siswa pada era pandemi Covid-19. Data hasil tes

klasikal dianalisis secara pedoman yang telah ditetapkan.

Adapun data berdasarkan sumbernya, data penelitian dapat dikelompokkan

dalam dua jenis yaitu data primer dan data skunder. Menurut Salim dkk, (2015)

pengertian kedua jenis data tersebut adalah sebagai berikut.


34

1) Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti

secara langsung dari sumber datanya. Data primer sering disebut sebagai

data asli atau data baru yang memiliki sifat up to date. Untuk

mendapatkan data primer peneliti harus mengumpulkannya secara

langsung. Teknik yang dapat digunakan peneliti untuk mengumpulkan

data primer antara lain adalah dengan cara observasi, wawancara, dikusi

terfokus (focus grup discussion – FGD) dan penyebaran kuisoner.

2) Data Skunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari

berbagai sumber yang telah ada (peneliti sebagai tangan kedua). Data

skunder dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti Biro Pusat Statistik

(BPS), buku, laporan, jurnal dan lain-lain.

F. Analisis Data

Analisis data secara umum diartikan sebagai tahapan penelitian yang dilakukan

untuk menginstivigasi, mentransfomasi, serta mengungkap kembali pola gejala sosial

yang didapatkan dalam penelitian dan sesuai dengan metode penelitian yang

diambil. Dalam penelitian tindakan kelas analisis data diperoleh dari data deskriptif

dan statistik.

1. Analisis Data Deskriptif

Analisis data secara Deskriptif adalah proses mencari serta menyusun secara

sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan bahan-

bahan lainnya sehingga mudah dipahami dan dapat diinformasikan kepada orang lain.
35

Proses analisis data dimulai sejak sebelum dimulainya penelitian hingga selesainya

penelitian dan setelah mendapatkan data yang dibutuhkan.

Tahapan proses analisis data serta interaksinya dapat dilihat sebagai berikut.

Data Data
Collection
Display

Conclusion
Conclusion
Data Drawing/
Drawing/
Reduction verifying
verifying

Gambar 3.1
Interaksi antar Tahapan Proses Analisis Data
dalam Penelitian Tindakan Kelas

a. Reduksi Data

Reduksi data yakni adalah proses analisis untuk memilih, memusatkan perhatian,

menyederhanakan, mengabstraksikan serta mentransformasikan data yang muncul

dari catatan lapangan. Proses reduksi data bertujuan menghindari penumpukan data

dan informasi yang telah diperoleh, kemudian data yang sudah valid disajikan untuk

meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa setelah

menerapkan media audio visual pada era Covid-19 di MAN 2 Padang Lawas.

Reduksi data mengarah kepada proses menyeleksi, memfokuskan,

menyederhanakan, mengabstraksikan, serta mentransformasikan data mentah yang

ditulis pada catatan lapangan yang diikuti dengan perekaman.


36

b. Penyajian (Display) Data

Penyajian (Display) Data merupakan kelanjutan dari langkah analisis

selanjutnya. Penyajian data diarahkan agar data hasil reduksi terorganisasikan,

tersusun dalam pola hubungan, sehingga mudah dipahami. Pada langkah ini, peneliti

berusaha menyusun data yang relevan sehingga menjadi informasi yang dapat

disimpulkan dan memiliki makna tertentu. Prosesnya dapat dilakukan dengan cara

menampilkan dan membuat hubungan antar penomena untuk memaknai apa yang

sebenarnya terjadi dan apa yang perlu ditindaklanjuti untuk mencapai tujuan

penelitian.

c. Verifikasi data (Conclusion Drawing)

Menurut Salim dkk, (2015) Verifikasi Data (Conclusion Drawing) yaitu adalah

proses analisis menarik kesimpulan berdasarkan temuan dan melakukan verifikasi

data. Kesimpulan yang awalnya bersifat sementara dan akan berubah apabila

ditemukan bukti-bukti kuat yang mendukung tahap pengumpulan data berikutnya.

Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian diharapkan dapat menjawab rumusan

masalah yang ditetapkan sejak awal.

d. Pengujian Keabsahan Data

Pengujian keabsahan data meliputi credibility, (validasi internal), transferability

(validasi ekternal), dependability (reabilitas) dan conformability (objektivitas).


37

1) Uji Kreabilitas (Credibility) atau disebut juga sebagai kepercayaan

terhadap data deskripsi antara lain dilakukan dengan perpanjangan

pengamatan.

Perpanjangan Diskusi Dengan


Pengamatan Teman

Peningkatan Uji Kreadibilitas Analisis Kasus


Ketekunan Data Negatif

Triangulasi Member Check

Gambar 3.2
Uji kreadibilitas data dalam penelitian

2) Uji Transferability tergantung pada pemakai, manakala hasil penelitian

tersebut dapat digunakan dalam konteks dan situasi sosial lain.

3) Uji Dependability dilakukan melalui audit terhadap keseluruhan proses

penelitian. Jika peneliti tidak mempunyai atau tidak mampu menunjukkan

dependabilitas maka penelitiannya patut diragukan.

4) Uji Confimability berarti menguji hasil penelitian. Bila hasil penelitian

merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan, maka penelitian

tersebut telah memenuhi standar confirmability-nya.

Untuk mengetahui kriteria persen peningkatan kemampuan pemecahan

matematika siswa digunakan rumus berikut ini.


38

Berikut ini adalah kriteria hasil analisis data peningkatan kemampuan pemecahan

masalah matematika dalam menerapkan media audio visual.

Tabel 3.3
Persentase Kriteria
Sangat Tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
P = persentase skor hasil

2. Analisis Data Statistik

Data penelitian kuantitatif yang telah dikumpulkan melalui lapangan kerja

diperlukan rangkaian pengolahan data serta analisis agar data tersebut dapat

digunakan sebagai landasan dalam menjawab rumusan masalah atau menguji

hipotesis penelitian. Kegiatan analisis data secara kuantitatif menurut Salim dkk,

(2015) meliputi beberapa hal yakni sebagai berikut.

1) Pengolahan data,

2) Penyajian data,

3) Deskripsikan data dan pengukuran data,

3) Pengujian hipotesis

Rumusan yang digunakan untuk menguji hipotesis dimaksud adalah teknik

kolerasi “r” product moment dengan rumusan:

rxy =
39

Keterangan:

rxy : Koefisien korelasi product moment antara variabel x dan y

N : Jumlah data

∑X : Jumlah skor variabel (X)

∑X2 : Jumlah kuadrat variabel X2

∑Y : Jumlah skor variabel (Y)

∑Y2 : Jumlah kuadrat variabel Y2

3. Validasi Data

Menurut Sugiono, (2019) Validasi data adalah kemampuan untuk mengintrogasi

secara matematis kebenaran sumber-sumber data yang mengalir dan menerapkan

model penilaian secara konsolidasi data sehingga hasil dari data set yang diperoleh

adalah kualitas data yang terbaik.

Adapun serangkaian yang dilakukan validaasi data yaitu dengan melakukan uji

Validitas data. Menurut Sugiono, (2019) Untuk menguji validitas data digunakan

korelasi Product Moment sebagai berikut:

Keterangan :

= Koefisien korelasi antara product moment


40

Untuk menentukan harga validitas tiap soal maka harga tersebut merujuk ke tabel

harga kritik r product moment dengan taraf signifikan 5% dan α = 0,05, jika r hitung >

rtabel maka butir soal dalam kategori valid. Kriteria pengukuran data adalah sebagai

berikut:

Tabel 3.4
Interpretasi Validitas Nilai rxy
Nilai Validitas

Sangat tinggi
0,80 < rxy 1,00

Tinggi
0,60 < rxy 0,80

Cukup
0,40 < rxy 0,60

Rendah
0,20 < rxy 0,40

Sangat rendah
0,00 < rxy 0,20

Tidak valid
rxy 0,00

Sumber: Buku Penelitian Tindakan Kelas.

Validitas data pada penelitian ini dalam menerapkan media audio visual untuk

meningkatkan kemampuan pemecahan matematika siswa, adalah dengan membuat 10


41

butir soal matematika yang diuji cobakan kepada siswa kelas X MIPA-1 di MAN 2

Padang Lawas yang berjumlah 36 0rang.

Anda mungkin juga menyukai