Anda di halaman 1dari 63

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan pada dasarnya merupakan proses untuk membantu manusia dalam

mengembangkan potensi dirinya. Sehingga mampu menghadapi setiap perubahan

yang terjadi. Upaya dalam pembangunan manusia seutuhnya, pembangunan dibidang

pendidikan merupakan sarana dan wahana yang sangat baik dalam pembinaan sumber

daya insani. Pendidikan perlu mendapat perhatian dari pemerintah, masyarakat dan

pengelola pendidikan khususnya.

Pendidikan merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kualitas setiap individu

secara langsung dan atau tidak langsung untuk mencapai tujuan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi dalam rangka mensukseskan pemabngunan sejalan

dengan tuntunan kebutuhan. Mengajar dan belajar sebagai dua jenis aktivitas yang

seiring sejalan, di mana terjadinya interaksi antara guru dengan siswa di dalam kelas

maupun di luar kelas untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Melaksanakan proses belajar mengajar, bukanlah hal yang biasa dilepaskan dari

tujuan yang akan dicapai oleh seorang guru. Guru melaksanakan proses mengajar

dengan tujuan untuk mentransformasikan ilmu dan nilai-nilai kepada anak didik.

Proses belajar mengajar sering ditemukan adanya kesulitan-kesulitan, baik dalam cara

belajar mengenai materi yang dibahas. Sehingga hasil belajar tidak selamanya dapat

dicapai sesuai dengan apa yang diharapkan.

Proses pendidikan, antara pokok bahasan yang satu dengan pokok bahasan yang

lain tidak dapat berdiri sendiri, artinya adanya keterkaitan antara datu dengan yang
2

lainnya. Seorang guru dapat mengetahui sejauh mana penguasaan siswa terhadap

materi pelajaran, jika siswa telah mampu menguasainya maka guru dapat melanjutkan

materi berikutnya. Diketahui bahwa penguasaan bahasa Indonesia sebagai bahasa

nasional dan bahasa resmi kenegaraan merupakan asset vital dalam dunia pendidikan

dikalangan siswa. Tingkat penguasaan siswa terhadap bahasa dan sedikit banyaknya

karya ilmiah yang dihasilkan, sering dijakadikan indikator tinggi rendahnya kualitas

suatu pendidikan.

Secara garis besar, materi pembelajaran dan bahan ajar mencakupi pengetahuan,

keterampilan, dan sikap atau nilai yang harus dipelajari siswa. Materi pelajaran

bahasa Indonesia terdiri atas komponen kemampuan berbahasa dan bersastra yang

meliputi aspek mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis (Zulaeha dan

Rahman 2009). Aspek menyimak merupakan keterampilan berbahasa yang dikuasai

anak di awal perkembangannya sehingga menyimak perlu mendapat perhatian lebih,

terutama dalam dunia pendidikan. Kegiatan menyimak harus dikuasai oleh setiap

orang karena keterampilan menyimak sangat penting dalam kehidupan sehari-hari.

Berkomunikasi lisan dengan teman, mengikuti kuliah, diskusi, dan seminar menuntut

kemahiran seseorang untuk menyimak.

Kehidupan sehari-hari manusia dihadapkan pada kegiatan menyimak. Hal

tersebut dapat kita lihat dari berbagai percakapan, baik itu percakapan di lingkungan

keluarga, antaranak, antarorang tua, anak dengan orang tua. Kegiatan menyimak

lainnya meliputi seminar, pidato, dialog, diskusi, dalam membicarakan suatu

permasalahan. Implementasi dari kegiatan menyimak ini terdiri dari mendengarkan


3

lambang-lambang lisan, memahami maksud yang ingin disampaikan pembicara

melalui ujaran, dan menangkap isi atau pesan yang hendak disampaikan seseorang.

Fungsi karya sastra salah satunya untuk mengkomunikasikan ide dan

menyalurkan pikiran serta perasaan estetis manusia pembuatnya. Ide itu disampaikan

lewat amanat yang pada umumnya ada dalam sastra, sebuah sastra di dalamnya

terdapat juga deskripsi berbagai peristiwa dan berbagai dinamika penyelesaian

masalah yang menjadi sumber pemikiran dan inspirasi bagi pembacanya.

Sadar ataupun tidak, ketika membaca sebuah karya sastra seperti novel, puisi,

dan cerita pendek, dalam benak kita telah terbentuk sebuah pola pikir atau kerangka

kerja yang berupa harapan atau apa yang ingin kita peroleh dari bacaan tersebut.

Penilaian bagus atau jelek, bermoral ataupun imoral, terhadap sebuah teks sebetulnya

didasarkan pada pola pikir yang telah ada sebelumnya pada pembaca. Ketika kita

mengartikulasikan kerangka kerja atau pola pikir yang terdiri dari berbagai elemen

kritik terapan menjadi sebuah struktur pengetahuan yang koheren dan terpadu, maka

pada dasarnya kita telah membentuk sebuah teori sastra.

Setiap orang yang merespon sebuah karya sastra pada dasarnya telah

mempraktikkan teori sastra tertentu. Praktiknya orang menerapkan teori dengan kadar

disiplin dan kesadaran yang berbeda. Ada orang yang melakukannya dengan sadar

dan ada yang tidak menyadarinya karena teorinya implisit saja, ada yang

menggunakan teori secara lengkap, dan ada yang menggunakan teori sebagian saja

dengan alasan-alasannya sendiri yang kasuistik. Teori sastra yang tidak lengkap dan

menyeluruh biasanya tidak jelas sehingga bisa menghasilkan interpretasi yang tidak

logis dan bahkan melenceng dan tidak konsisten. Sebaliknya, teori sastra yang
4

menyeluruh dan didefinisikan dengan jelas memungkinkan pembaca

mengembangkan sebuah metode yang dapat membantu menjustifikasi dan

menjelaskan penilaian terhadap sebuah karya sastra secara konsisten dan

komprehensif.

Walaupun merupakan ciptaan dari imajinasi pengarang, tidak menutup

kemungkinan tokoh mencerminkan perilaku dan watak dari manusia dalam

kehidupan sehari-hari. Seorang tokoh memiliki sifat-sifat dan karakter tertentu

sebagai individu, baik sebagai orang yang memiliki kepribadian yang baik maupun

buruk. Sifat dan karakter tokoh dapat dilihat melalui ia berbicara ataupun perilaku

yang ditunjukkan dalam novel tersebut. Tokoh memegang peranan penting dalam

membangun cerita, segala sesuatu yang terjadi dalam sebuah novel dapat ditentukan

oleh perilaku tokoh-tokoh yang ada di dalamnya. Penafsiran terhadap sikap dan

watak seseorang sangat mendasar pada apa yang diucapkan dan apa yang dilakukan

atau dengan kata lain ucapan dan tindakan seseorang mencerminkan perwatakannya.

SMA Negeri 1 Kotanopan merupakan salah satu lembaga yang bergerak dibidang

pendidikan. Pelaksaan proses belajar mengajar di sekolah ini disesuaikan dengan

kurikulum yang ada. Demikian pula halnya dengan pembelajaran menyimak untuk

dapat menganalisis nilai sosial yang terkandung dalam sebuah karya sastra bentuk

novel masih kurang mampu untuk memahami materi tesebut sehingga siswa

kewalahan dan menghadapi persoalan untuk mempelajarinya. Hal ini dikarenakan

kurangnya minat siswa dalam belajar tentang keterampilan menyimak, kurangnya

media pembelajaran yang digunakan guru serta kurangnya bahan bacaan mengenai

sastra baik dalam bentuk sebuah novel.


5

Jadi, penulis termotivasi untuk melaksanakan penelitian dengan judul

“Pengaruh Penguasaan Keterampilan Menyimak Konsentratif Terhadap Kemampuan

Menganalisis Nilai Sosial Novel “Sabda Cinta” Karya Ajrhee Raudiyant Oleh Siswa

Kelas X SMA Negeri 1 Kotanopan”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diketahui masih banyak masalah

yang timbul dalam pelajaran bahasa Indonesia, masalah yang akan dibahas adalah

penyebab kesukaran siswa untuk menganalisis nilai sosial yang terdapat dalam

novel. Tujuannya adalah untuk mempermudah dalam penelitian, masalah yang

menjadi objek penelitian serta membantu penelitian masalah yang sesuai dengan

kemampuan menyimak konsentratif. Adapun identifikasi masalah penelitian tersebut

adalah:

1. Kurangnya minat siswa dalam belajar tentang keterampilan menyimak.

2. Kurangnya media pembelajaran yang digunakan guru.

3. Kurangnya bahan bacaan mengenai sastra baik dalam bentuk sebuah novel.

C. Batasan Masalah

Suatu penelitian tanpa pembatasan masalah yang akan diteliti dapat

mengakibatkan penelitian yang tidak terarah. Agar penelitian ini terfokus pada satu

arah tertentu maka masalah yang luas perlu dibatasi.

Batasan masalah sangat penting untuk mengarahkan dan memberikan kemungkinan

kepada penulis agar benar-benar dapat menguasainya. Maka penelitian ini dibatasi

pada “Pengaruh Penguasaan Keterampilan Menyimak Konsentratif Terhadap


6

Kemampuan Menganalisis Nilai Sosial Novel “Sabda Cinta” Karya Ajrhee Raudiyant

Oleh Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Kotanopan”.

D. Rumusan Masalah

Rumusan Masalah adalah suatu pengumpulan data dari suatu pertanyaan-

pertanyaan yang akan dipecahkan ataupun yang akan dicari jawabannya oleh peneliti.

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah peneliti. Adapun rumusan

masalah tersebut sebagai berikut :

1. Bagaimana penguasaan keterampilan menyimak konsentratif siswa kelas X

SMA Negeri 1 Kotanopan ?

2. Bagaimana “Sabda Cinta” Karya Ajrhee Raudiyant Oleh Siswa Kelas X

SMA Negeri 1 Kotanopan?.

3. Bagimana pengaruh penguasaan keterampilan menyimak konsentratif

terhadap kemampuan menganalisis nilai sosial novel “Sabda Cinta” Karya

Ajrhee Raudiyant Oleh Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Kotanopan?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan maksud dan dapat memberikan pengetahuan agar

kegiatan terlaksana dengan terarah dan mampu memberikan manfaat bagi peneliti dan

siswa. Adapun tujuan dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui penguasaan keterampilan menyimak konsentratif siswa

kelas X SMA Negeri 1 Kotanopan.

2. Untuk mengetahui kemampuan menganalisis nilai sosial novel “Sabda Cinta”

Karya Ajrhee Raudiyant Oleh Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Kotanopan.


7

3. Untuk mengetahui pengaruh penguasaan keterampilan menyimak

konsentratif terhadap kemampuan menganalisis nilai sosial novel “Sabda

Cinta” Karya Ajrhee Raudiyant Oleh Siswa Kelas X SMA Negeri 1

Kotanopan.

F. Manfaat Penelitian

Setiap pekerjaan akan mempunyai manfaat bagi diri sendiri maupun bagi orang

lain. Adapun pembagian manfaat penelitian dapat ditinjau dari segi teoritis maupun

praktis sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan mampu menghasilkan manfaat

teoritis, yaitu dapat memberikan sumbangan pemikiran dan tolak ukur kajian pada

penelitian lebih lanjut yaitu berupa alternative yang dapat dipertimbangkan dalam

usaha memperbaiki mutu pendidikan dan mempertinggi interaksi belajar mengajar,

khususnya dalam pembelajaran menambah wawasan dalam pelajaran keterampilan

menyimak konsentratif untuk dapat menganalisis nilai sosial novel Sabda Cinta.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, hasil penelitian diharapkan dapat memberi manfaat sebagai

berikut :

a. Bagi Siswa

Mengetahui bagaimana pengaruh penguasaan keterampilan menyimak

konsentratif terhadap kemampuan menganalisis nilai sosial novel “Sabda Cinta”

Karya Ajrhee Raudiyant Oleh Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Kotanopan.


8

b. Bagi Guru

Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran pengaruh penguasaan keterampilan

menyimak konsentratif terhadap kemampuan menganalisis nilai sosial novel “Sabda

Cinta” Karya Ajrhee Raudiyant Oleh Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Kotanopan.

c. Bagi Kepala Sekolah

Untuk melakukan pembinaan terhadap guru-guru agar dapat meningkatkan mutu

pendidikan khususnya pengajaran pengaruh penguasaan keterampilan menyimak

konsentratif terhadap kemampuan menganalisis nilai sosial novel “Sabda Cinta”

Karya Ajrhee Raudiyant Oleh Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Kotanopan

d. Bagi Peneliti

Untuk menambah wawasan bagi peneliti dalam hal materi pendidikan Bahasa dan

Sastra Indonesia terutama di bidang menganalisis nilai sosial novel “Sabda Cinta”

Karya Ajrhee Raudiyant.

e. Bagi Pembaca

Untuk dapat memberikan informasi secara tertulis maupun sebagai referensi

mengenai tulisan keterampilan menyimak konsentratif terhadap kemampuan

menganalisis nilai sosial novel.


9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

Menurut Arikunto (2006:2),“ Kerangka teori adalah bagian dari penelitian,

tempat penelitian memberikan penjelasan tentang hal-hal yang berhubungan

dengan variabel pokok, sub veriabel atau pokok masalah yang ada dalam

penelitiannya”. Penyusunan teori merupakan tujuan utama dari ilmu karena teori

merupakan alat untuk menjelaskan dan memprediksi fenomena yang diteliti. Teori

selalu berdasarkan fakta, didukung oleh dalil dan proposisi. Secara defenitif, teori

harus berlandasan fakta empiris karena tujuan utamanya adalah menjelaskan dan

memprediksi kenyataan atau realitas. Suatu penelitian dengan dasar teori yang baik

akan membantu mengarahkan peneliti dalam upaya menjelaskan fenomena yang

diteliti. Pada penelitian ini akan dibahas mengenai istilah-istilah yang akan sering

digunakan oleh peneliti. Istilah-istilah ini nantinya akan dijelaskan mulai dari defenisi

sampai dengan menjelaskan lanjutannya.

1. Pengertian Pengaruh

Poerwardaminta (2001:731) berpendapat bahwa pengaruh adalah daya yang ada

atau timbul dari sesuatu, baik orang maupun benda dan sebagainya yang berkuasa

atau yang berkekuatan dan berpengaruh terhadap orang lain.

Pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pengaruh merupakan suatu

usaha atau kekuatan yang timbul dari sesuatu, baik itu orang maupun benda serta
10

sikap yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok tersebut telah melakukan dan

menjalankan kewajibannya terhadap pihak untuk menjalankan kewajiban tersebut

sehingga dapat mempengaruhi apa-apa yang ada disekitarnya. Kekuasaan dan

pengaruh mempunyai hubungan yang sangat erat, yaitu apabila seseorang mempunyai

kekuasaan maka akan dapat mempengaruhi pihak lain untuk menjalankan

kehendaknya, seperti apa yang diinginkan oleh “penguasa” tersebut dan “pengaruh”

apa yang mungkin timbul.

2. Pengertian Penguasaan

Penguasaan adalah proses, cara, perbuatan, pemahaman atau kesanggupan untuk

menggunakan pengetahuan. Kata penguasaan juga dapat diartikan kemampuan

seseorang dalam suatu hal. Penguasaan merupakan kemampuan seseorang yang dapat

diwujudkan baik dari teori maupun praktik. Seseorang dapat dikatakan menguwasai

sesuatu apabila orang tersebut mengerti, memahami materi tersebut sehingga dapat

menerapkannya pada situasi baru. Kedua pengertian tersebut dapat disimpulkan

bahwa penguasaan adalah kemampuan seseorang dalam memahami materi atau

konsep yang diwujudkan baik teori maupun praktik.

3. Pengertian Keterampilan

Setiap orang memiliki keterampilan yang dianugerahkan oleh Sang Pencipta.

Sebagian orang menyadari akan keterampilan yang dimilikinya, akan tetapi sebagian

lagi tidak menyadari keterampilan dalam dirinya sendiri. Setiap para ahli memiliki

pandangan tersendiri mengenai pengertian keterampilan.

Kata keterampilan identik dengan kata kecekatan. Orang yang dikatakan terampil

adalah orang yang dalam mengerjakan atau menyelesaikan pekerjaannya secara cepat
11

dan benar. Akan tetapi, apabila orang tersebut mengerjakan atau mnyelesaikan

pekerjaanya dengan cepat akan tetapi hasilnya tidak sesuai atau salah maka orang

tersebut bukanlah orang yang disebut dengan terampil. Begitu pun sebaliknya, jika

orang tersebut menyelesaikan pekerjaanya dengan benar tetapi lambat dalam

menyelesaikannya, maka orang tersebut juga tidak dapat dikatakan terampil.

Robbins (2000:113) Keterampilan di bagi menjadi 4 kategori sebagai berikut:

1. Basic Literacy Skill: adalah suatu keahlian dasar yang dimiliki oleh setiap

orang seperti menulis, membaca, mendengarkan, maupun kemampuan dalam

berhitung.

2. Technical Skill: adalah suatu keahlian yang didapat melalui pembelajaran

dalam bidang teknik seperti menggunakan komputer,

memperbaiki handphone, dan lain sebagainya.

3. Interpersonal Skill: yaitu keahlian setiap orang dalam melakukan komunikasi

antar sesame, seperti mengemukakan pendapat dan bekerja secara dalam tim.

4. Problem Solving: yaitu keahlian seseorang dalam memecahkan masalahnya

dengan menggunakan logikanya.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, dapat kita ambil kesimpulan

bahwa keterampilan merupakan suatu bentuk kemampuan yang mmpergunakan

pikiran dan perbuatan dalam menyelesaikan atau mengerjakan sesuatu dengan efektif

dan efisien.

4. Hakikat Bahasa
12

Manusia merupakan makhluk yang perlu berinteraksi dengan manusia

lainnya. Kegiatan ini membutuhkan alat, sarana atau media yaitu bahasa. Sejak saat

itulah bahasa menjadi alat, sarana atau media.

d. Hakikat Keterampilan Berbahasa

Keterampilan berbahasa merupakan unsur penting dalam aktivitas

komunikasi. Seberapapun tingkat atau kualitas keterampilan berbahasa seseorang,

dapat digunakan dalam berkomunikasi. Jika seseorang memiliki keterampilan

berbahasa secara optimal, maka setiap tujuan komunikasinya mudah tercapai. Namun

jika keterampilan berbahasa seseorang lemah, bukan tujuan komunikasinya yang

tercapai, tetapi dapat terjadi salah pengertian yang berakibat suasana komunikasi

menjadi buruk.

1. Pengertian Keterampilan Berbahasa

Mulyati (2009:17) berpendapar bahwa keterampilan berbahasa bermanfaat

dalam berinteraksi di masyarakat, yaitu dapat memahami pikiran, perasaan, gagasan,

fakta yang disampaikan oleh pengirim pesan kepada penerima pesan. Banyak profesi

dalam masyarakat yang keberhasilannya tergantung pada keterampilan berbahasa

yang dimiliki seseorang. Bagi seorang guru, apabila keterampilan berbicara guru

tidak memadai atau di pihak lain siswa akan kesulitan menangkap materi pelajaran

yang disampaikan secara lisan karena keterampilan berbicara guru tidak memadai

atau kemampuan siswa rendah dalam mendengarkan. Begitu juga pengetahuan dan

kebudayaan tidak akan dapat diwariskan kepada generasi berikutnya apabila kita

tidak memiliki keterampilan menulis. Sebaliknya kita tidak dapat memperoleh


13

pengetahuan yang disampaikan para pakar apabila kita tidak memiliki keterampilan

membaca yang memadai.

2.Pentingnya Keterampilan Berbahasa

Banyak contoh lain yang menunjukkan betapa pentingnya keterampilan

berbahasa dalam kehidupan. Sebagai seorang manajer misalnya, keterampilan

berbicara memegang peranan penting. Ia hanya bisa mengelola karyawan di

departemen atau organisasi yang dipimpinnya apabila ia memiliki keterampilan

berbicara. Kepemimpinannya akan berhasil bila didukung oleh keterampilan

mendengarkan, membaca, juga menulis yang berkaitan dengan profesinya.

Sebaliknya jabatan sebagai manajer tidak akan diraih apabila tidak dapat meyakinkan

otoritas yang berkaitan melalui keterampilan berbicara dan menulis. Profesi-profesi di

bidang hubungan masyarakat, pemasaran, politik, hukum (jaksa, hakim, pengacara)

adalah contoh bidang pekerjaan yang mensyaratkan dimilikinya keterampilan

berbahasa, baik berbicara, menyimak, menulis, dan membaca.

2. Jenis Ketrampilan Berbahasa

Keterampila berbahasa ada 4 jenisnya menurut Tarigan (2008:45)

1.      Keterampilan menyimak (listening skills)

Menyimak merupakan salah satu jenis keterampilan berbahasa ragam lisan yang

bersifat reseptif. Dengan demikian, menyimak tidak sekedar kegiatan

mendengarkan tetapi juga memahaminya. Ada dua jenis situasi dalam menyimak,

yaitu menyimak secara interaktif dan menyimak secara noninteraktif. Menyimak


14

secara interaktif terjadi dalam percakapan tatap muka dan percakapan di telepon

atau sejenisnya. Sedangkan menyimak noninteraktif terjadi saat mendengarkan

radio, TV, film, khotbah, atau menyimak dalam acara-acara seremonial

2.      Keterampilan berbicara (speaking skills)

Berbicara merupakan salah satu jenis keterampilan berbahasa ragam lisan yang

bersifat produktif. Sehubungan dengan keterampilan berbicara ada tiga jenis

situasi berbicara, yaitu interaktif, semiinteraktif, dan noninteraktif.

Dalam keterampilan berbicara, kita harus menguasai keterampilan mikro

diantaranya:

a.       mengucapkan bunyi-bunyi yang berbeda secara jelas sehingga pendengar

dapat membedakannya;

b.      menggunakan tekanan dan nada serta intonasi yang jelas dan tepat sehingga

pendengar dapat memahami apa yang diucapkan pembicara;

c.       menggunakan bentuk-bentuk kata, urutan kata, serta pilihan kata yang tepat;

d.   menggunakan register atau ragam bahasa yang sesuai terhadap situasi

komunikasi, termasuk sesuai ditinjau dari hubungan antara pembicara dan

pendengar;

3.      Keterampilan membaca (reading skills)

Membaca merupakan salah satu jenis keterampilan berbahasa ragam tulis yang

bersifat reseptif. Keterampilan membaca dapat dikembangkan secara tersendiri,

terpisah dari keterampilan menyimak dan berbicara. Tetapi, pada masyarakat


15

yang memiliki tradisi literasi yang telah berkembang, sering kali keterampilan

membaca dikembangkan secara terintegrasi dengan keterampilan menyimak dan

berbicara.

Dalam keterampilan membaca, kita harus menguasai keterampilan mikro

diantaranya:

a.       mengenal sistem tulisan yang digunakan;

b.      mengenal kosakata ;

c.       menentukan kata-kata kunci yang mengidentifikasikan topik dan gagasan

utama;

d.      menentukan makna-makna kata, termasuk kosakata split, dari konteks

tertulis;

e.       mengenal kelas kata gramatikal: kata benda, kata sifat, dan sebagainya;

4.      Keterampilan menulis (writing skills)

Menulis merupakan salah satu jenis keterampilan berbahasa ragam tulis yang

bersifat produktif. Menulis dapat dikatakan keterampilan berbahasa yang paling

rumit di antara jenis-jenis keterampilan berbahasa lainnya. Ini karena menulis

bukanlah sekedar menyalin kata-kata dan kalimat-kalimat; melainkan juga

mengembangkan dan menuangkan pikiran-pikiran dalam suatu struktur tulisan

yang teratur.

Dalam keterampilan menulis, kita harus menguasai keterampilan mikro

diantaranya:

a.      menggunakan ortografi dengan benar, termasuk disini penggunaan ejaan;


16

b.      memilih kata yang tepat;

c.       menggunakan bentuk kata dengan benar;

d.      mengurutkan kata-kata dengan benar;

e.       menggunakan struktur kalimat yang tepat dan jelas bagi pembaca;

Dunia pendidikan para pengajar terus berupaya meningkatkan keberhasilan

dalam pembelajaran bahasa melalui pencapaian kompetensi berbahasa, yakni

menyimak, membaca, berbicara, dan menulis. Menurut Mulyati (2009:28)

keterampilan berbahasa adalah sebagai berikut:

a. Menyimak

Memahami wacana lisan dalam kegiatan penyampaian berita, laporan, saran,

bercerita, pidato, wawancara, diskusi, seminar, dan pembacaan karya sastra berbentuk

puisi, cerita rakyat, drama, cerpen, dan novel. Menyimak adalah keterampilan

memahami bahasa lisan yang bersifat reseftif, berarti bukan sekedar mendengarkan

bunyi-bunyi bahasa melainkan sekaligus memahaminya. Bahasa pertama (bahasa

ibu), kita memperoleh keterampilan mendengarkan melalui proses yang tidak kita

sadari sehingga kitapun tidak menyadari begitu kompleksnya proses pemerolehan

keterampilan mendengar tersebut.

Mendengarkan secara interaktif terjadi dalam percakapan tatap muka dan

percakapan di telepon atau yang sejenis dengan itu. Pada situasi mendengarkan non

interaktif tersebut, kita tidak dapat meminta penjelasan dari pembicara, tidak bisa

meminta pembicaraan diperlambat.

Berikut ini adalah keterampilan-keterampilan yang terlibat ketika kita

berupaya untuk memahami apa yang kita dengar, yaitu pendengar harus:
17

a. Menyimpan/mengingat unsur bahasa yang didengar menggunakan daya ingat

jangka pendek (short term memory).

b. Berupaya membedakan bunyi-bunyi yang  membedakan arti dalam bahasa.

c. Menyadari adanya bentuk-bentuk tekanan dan nada, warna suara dan intonasi,

menyadari adanya reduksi bentuk-bentuk kata.

d. Membedakan dan memahami arti dari kata-kata yang didengar

e.  Mengenal bentuk-bentuk kata yang khusus.

b. Berbicara

Menggunakan wacana lisan untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, dan

informasi dalam kegiatan berkenalan, diskusi, bercerita, presentasi hasil penelitian,

serta mengomentari pembacaan puisi dan pementasan drama. Keterampilan berbicara

secara garis besar ada tiga jenis situasi berbicara, yaitu interaktif, semiaktif, dan

noninteraktif. Situasi-situasi berbicara interaktif, misalnya percakapan secara tatap

muka dan berbicara lewat telepon yang memungkinkan adanya penyantuan antara

berbicara dan mendengarkan.

Kemudian ada pula situasi berbicara yang semiaktif, misalnya dalam

berpidato di hadapan umum secara langsung. Namun pembicara dapat melihat reaksi

pendengar dari ekspresi wajah dan bahasa tubuh mereka. Beberapa situasi berbicara

dapat dikatakan bersifat noninteraktif, misalnya berpidato melalui radio atau televisi.

Berikut ini beberapa keterampilan yang harus dimiliki dalam berbicara,

dimana pembicara harus dapat:

a. Mengucapkan bunyi-bunyi yang berbeda secara jelas sehingga pendengar dapat

membedakannya.
18

b. Menggunakan tekanan dan nada serta intonasi secara jelas dan tepat sehingga

pendengar dapat memahami apa yang diucapkan pembicara.

c. Menggunakan bentuk-bentuk kata, urutan kata, serta pilihan kata yang tepat.

d. Menggunakan  ragam bahasa yang sesuai terhadap situasi komunikasi termasuk

sesuai ditinjau dari hubungan antar pembicara dan pendengar.

e. Berupaya agar kalimat-kalimat utama jelas bagi pendengar.

c. Membaca

Menggunakan berbagai jenis membaca untuk memahami wacana tulis teks

nonsastra berbentuk grafik, tabel, artikel, tajuk rencana, teks pidato, serta teks sastra

berbentuk puisi, hikayat, novel, biografi, puisi kontemporer, karya sastra berbagai

angkatan dan sastra Melayu klasik. Membaca adalah keterampilan reseptif bahasa

tulis. Keterampilan membaca dapat dikembangkan secara tersendiri, terpisah dari

keterampilan mendengar dan berbicara. Secara terintergrasi dengan keterampilan

menyimak dan berbicara. Membaca adalah proses pemahaman terhadap lambang-

lambang tulisan. Membaca merupakan salah satu kegiatan untuk mendapatkan

informasi.

Pada umumnya membaca bertujuan memahami isi wacana atau bacaan.

Keterampilan-keterampilan mikro yang terkait dengan proses membaca yang harus

dimiliki oleh pembicara adalah :

a. Mengenal sistem tulisan yang digunakan.

b. Mengenal kosakata.

c. Menentukan kata-kata kunci yang mengindentifikasikan topik dan gagasan utama.

d. Menentukan makna kata-kata, termasuk kosakata split, dari   konteks tertulis.


19

e.  Mengenal kelas kata gramatikal, kata benda, kata sifat, dan sebagainya.

d.  Menulis

Menulis dapat dikatakan suatu keterampilan berbahasa yang paling rumit di

antara jenis-jenis keterampilan berbahasa lainnya. Ini karena menulis bukanlah

sekedar menyalin kata-kata dan kalimat-kalimat, melainkan juga mengembangkan

dan menuangkan pikiran-pikiran dalam suatu struktur tulisan yang teratur.

Sebenarnya pengertian keterampilan menulis itu adalah keterampilan itu

sendiri. Artinya, seseorang mempunyai kemampuan menulis karena dia terampil.

Sementara untuk dapat terampil dalam menulis, maka dia harus melakukannya secara

langsung atau melatih dirinya sehingga terampil. Dengan demikian pengertian

keterampilan menulis adalah kemampuan yang didapat dan dimiliki oleh seseorang

setelah melalui proses pelatihan secara intens, khusus dalam bidang menulis. Dengan

mengikuti pelatihan atau berlatih secara intens, maka seseorang dapat terampil

menulis.

Aspek Topik
Menyimak a. Menangkap pokok pikiran

b. Membedakan bunyi distingtif

c. Mengungkap kembali tuturan


Membaca a. Meningkatkan  kecepatan membaca

b. Menangkap pokok pikiran

c. Menemukan topik tulisan


Berbicara a. Pemproduksian tuturan
20

b. Keefektipan kalimat

c. Keruntutan gagasan

d. Ketepatan artikulasi
Menulis a. Menulis jurnal

b. Menulis artikel

c. Menulis bersama

d. Menulis prosa fiksi

5. Hakikat Keterampilan Menyimak

Menyimak tidak bekerja secara otomatis tetapi merupakan sebuah proses yang

mencakup perhatian selektif dan pemaknaan. Menurut Iskandarwassid, (2015:227)

bahwa munculnya teori Total Physical Response (TPS) dari James Asher, The

Natural Approach, dan Silent Period. Ketiga teori ini menyatakan bahwa menyimak

bukanlah suatu kegiatan satu arah. Langkah pertama kegiatan menyimak adalah

proses psikomotorik untuk menerima gelombang suara melalui telinga dan

mengirimkan implus-implus tersebut ke otak. Pada aktivitas menyimak diperlukan

sebuah ingatan untuk memahami sebuah bacaan. Dari ingatan tersebut dapat

digunakan siswa untuk menuangkan sebuah informasi dan pesan dalam sebuah

tulisan.

Hakikat menyimak berhubungan dengan mendengar dan mendengarkan.

Subyantoro dan Hartono (2013: 1–2) menyatakan bahwa mendengar adalah peristiwa

tertangkapnya rangsangan bunyi oleh panca indera pendengaran yang terjadi pada

waktu kita dalam keadaan sadar akan adanya rangsangan tersebut, sedangkan
21

mendengarkan adalah kegiatan mendengar yang dilakukan dengan sengaja, penuh

perhatian terhadap apa yang didengar, sementara itu menyimak pengertiannya sama

dengan mendengarkan tetapi dalam menyimak intensitas perhatian terhadap apa yang

disimak lebih ditekankan lagi.

a. Pengertian Menyimak

Menyimak merupakan sebuah keterampilan yang kompleks yang memerlukan

ketajaman perhatian, konsentrasi, sikap mental yang aktif dan kecerdasan dalam

mengasimilasi serta menerapkan setiap gagasan (Hermawan, 2012:30). Pada dasarnya

pengembangan keterampilan menyimak dibedakan atas empat tataran pokok:

(1) tataran identifikasi; (2) tataran identifikasi dan seleksi tanpa retensi; (3) tataran

identifikasi dengan seleksi terpimpin dan retensi jangka pendek; (4) tataran

identifikasi dengan seleksi retensi jangka panjang.

Kemudian menyimak dapat dipandang sebagai suatu sarana, sebagai suatu

keterampilan, sebagai seni, sebagai suatu proses, sebagai suatu respon atau sebgai

suatu pengalaman kreatif. Menyimak dikatakan sebagai suatu sarana karena

dilakukan seseorang pada waktu menyimak melalui tahap mendengar bunyi-bunyi

yang telah dikenalnya, kemudian ia memaknai bunyi-bunyi tersebut. Memaknai

rentetan bunyi-bunyi itu sebagai suatu keterampilan. Menyimak sebagai seni berarti

menyimak memerlukan kedisiplinan, konsentrasi, pastisipasi aktif, pemahaman dan

penilaian. Sebagai suatu proses, menyimak berkaitan dengan proses keterampilan

yang kompleks, yaitu keterampilan mendengarkan, memahami, menilai dan

merespon. Menyimak sebagai pengalaman kreatif melibatkan pengalaman yang

nikmat dan memuaskan.


22

Menyimak juga sebagai proses besar mendengarkan, mengenal, serta

mnegintepretasikan lambang-lambang lisan. Bahkan Russel dan Russel (dalam

Tarigan, 2008:30) mempergunakan istilah “Seeing is to Hearing as Observing is to

Listening as Reading is to Auding” yang terjemahannya yaitu melihat untuk

mendengar maka mengamati untuk mendengarkan dan membaca untuk menyimak.

Dengan demikian, menyimak bermakna mendengarkan dengan penuh pemahaman

dan perhatian serta apresiasi. Menyimak dan membaca berhubungan erat karena

keduanya merupakan sarana untuk menerima informasi dalam kegiatan komunikasi,

perbedaannya terletak dalam jenis komunikasi, menyimak berhubungan dengan

komunikasi lisan, sedangkan membaca berhubungan dengan komunikasi tulis. Dalam

hal tujuan, keduannya mengandung persamaan yaitu memperoleh informasi,

menangkap isi atau pesan, dan memahami makna komunikasi.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan menyimak adalah suatu

proses kegiatan mendengarkan lambing-lambang lisan dengan penuh perhatian,

pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi

atau pesan, serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan sang

pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.

b. Tahap-tahap menyimak

Dari pengamatan yang dilakukan terhadap kegiatan menyimak para siswa,

Tarigan (2008: 33) menyimpulkan adanya sembilan tahap menyimak, mulai dari

yang tidak berketentuan sampai pada amat yang bersungguh-sungguh.

Kesembilan tahap itu, dapat dilukiskan sebagai berikut:


23

3. Menyimak berkala, yang terjadi pada saat anak-anak merasakan keterlibatan

langsung dalam pembicaraan mengenai dirinya;

4. Menyimak dengan perhatian dangkal karena sering mendapat gangguan

dengan adanya selingan-selingan perhatian kepada hal-hal di luar

pembicaraan;

5. Setengah menyimak karena terganggu oleh kegiatan menunggu kesempatan

untuk mengekspresikan isi hati serta mengutarakan apa yang terpendam dalam

hati sang anak;

6. Menyimak serapan, karena sang anak keasyikan menyerap atau mengabsorpsi

hal-hal yang kurang penting, hal ini merupakan penjaringan pasif yang

sesungguhnya;

7. Menyimak sekali-sekali, menyimpan sebentar-sebentar apa yang disimak,

perhatian secara seksama berganti dengan keasyikan lain, hanya

memperhatikan kata-kata yang pembicara yang menarik hatinya saja;

8. Menyimak asosiatif, hanya mengingat pengalaman-pengalaman pribadi secara

konstan yang mengakibatkan sang penyimak benar-benar tidak memberikan

reaksi terhadap pesan yang disampaikan sang pembicara;

9. Menyimak dengan reaksi berkala terhadap pembicara dengan membuat

komentar ataupun mengajukan pertanyaan;

10. Menyimak secara seksama, dengan sungguh-sungguh mengikuti jalan

pikiran sang pembicara;

11. Menyimak secara aktif untuk mendapatkan serta menemukan pikiran,

pendapat, gagasan sang pembicara.


24

Kita mengetahui bahasa dalam pendidikan formal di sekolah, para guru

membimbing kegiatan menyimak anak-anak didiknya sehingga daya simak mereka

dapat bersifat selektif, bertujuan, tepat, kritis dan kreatif. Serta guru membimbing

mereka dalam pertumbuhan dan peningkatan keterampilan membaca, menulis dan

berbicara. Jadi, perlu untuk mengetahui jenis-jenis menyimak, tujuan, serta ciri-

cirinya masing-masing.

c. Tujuan Menyimak

Menurut Tarigan (2008:62) ada delapan tujuan menyimak yaitu : (1)

menyimak untuk belajar; (2) menyimak untuk menikmati., (3) menyimak untuk

mengevaluasi; (4) menyimak untuk mengapresiasi; (5) menyimak untuk

mengkomunikasikan ide-ide; (6) menyimak untuk membedakan bunyi-bunyi; (7)

menyimak untuk memecahkan masalah; (8) menyimak untuk meyakinkan.

Sementara Hermawan (2012:8) menyatakan bahwa dalam proses menyimak

juga dapat dibedakan dua aspek tujuan yaitu: (1) persepsi, yakni ciri kognitif dari

proses mendengarkan yang didasarkan pemahaman pengetahuan tentang

kaidahkaidah kebahasaan; (2) resepsi, yakni pemahaman pesan atau penafsiran pesan

yang dikehendaki oleh pembicara. Kesimpulkannya bahwa tujuan utama menyimak

adalah menangkap, memahami, atau menghayati pesan, ide, gagasan yang tersirat

dalam bahan simakan. Karena pada dasarnya tujuan orang menyimak itu beraneka

ragam, tergantung kebutuhan seseorang.

Dengan menyimak seseorang dapat menyerap informasi atau pengetahuan

yang disimaknya. Menyimak juga mempelancar keterampilan berbicara dan menulis.

Semakin baik daya simak seseorang maka akan semakin baik pula daya serap
25

informasi atau pengetahuan yang disimaknya. Setiawan (dalam Rahmawati, 2007: 18-

19) menjelaskan bahwa tujuan pokok menyimak adalah sebagai berikut.

b. Untuk mendapatkan fakta. Banyak cara yang dilakukan oleh orang untuk

mendapatkan fakta yaitu pertama, dengan mengadakan eksperimen,

penelitian, membaca buku, membaca surat kabar, membaca majalah, dan

sebagainya. Cara yang kedua, untuk mendapatkan fakta sebagian orang

melakukannya dengan mendengarkan radio, melihat televisi, berdiskusi

dengan sesama, dan lain sebagainya. Dari cara yang kedua tersebut maka

menyimak merupakan media untuk mendapatkan fakta atau informasi.

c. Untuk menganalisis fakta dan ide. Setelah mendapatkan fakta atau data,

penyimak kemudian melakukan analisis terhadap fakta atau ide tersebut

dengan mempertimbangkan hasil simakan dengan pengetahuan dan

pengalamannya.

d. Untuk mengevaluasi fakta atau ide. Dalam mengevaluasi fakta, penyimak

perlu mempertimbangkan sesuatu yang disimak dengan menggunakan

pengetahuan dan pengalamannya.

e. Untuk mendapatkan inspirasi. Kita sering dihadapkan pada beberapa masalah.

Masalah-masalah tersebut belum tentu segera dapat kita selesaikan atau kita

pecahkan. Untuk keperluan inilah kadang-kadang kita segera melibatkan

kegiatan menyimak, baik menyimak pembicaraan seseorang, menyimak

pidato seseorang dalam pertemuan, maupun menyimak cerita seseorang tamu

tentang pengalaman hidupnya. Dengan demikian, penyimak bertujuan


26

mendapat sesuatu inspirasi untuk memecahkan atau menyelesaikan masalah

yang sedang dihadapi.

f. Untuk memperoleh hiburan. Dalam kenyataan, kita senantiasa dihadapkan

pada beberapa kesibukan dan beberapa masalah. Setelah pemikiran kita jenuh

karena terlalu lelah, kita membutuhkan hiburan. Untuk memperoleh hiburan

antara lain dapat kita lakukan dengan menyimak (1) nyanyian-nyanyian

langgam Jawa lewat radio, (2) tayangan-tayangan televisi, dan (3)

pertunjukan-pertunjukan secara langsung.

g. Untuk memperbaiki kemampuan berbicara. Perlu dipahami bahwa berbicara

itu tidak mudah. Oleh karena itu, untuk memperlancar atau tingkatan

kemampuan berbicara, antara lain dapat ditempuh lewat menyimak

pembicaraan orang lain.

d. Faktor yang Mempengaruhi Menyimak

Tarigan (2008:106) mengemukakan bahwa proses menyimak dapat

dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya:

1. Faktor fisik

Kondisi fisik seorang penyimak merupakan faktor penting yang turut

menentukan keefektifan serta kualitas keaktifannya dalam menyimak. Kesehatan

serta kesejahteraan fisik merupakan suatu modal penting yang menentukan bagi

setiap penyimak. Lingkungan fisik juga turut bertanggung jawab atas ketidak

efektifan menyimak seseorang. Ruangan mungkin terlalu panas, lembab ataupun

terlalu dingin, suara atau bunyi bising yang mengganggu dari jalan, atau dari

beberapa bagian ruangan tempat penyimak berada.


27

Di sekolah, para guru hendaklah dengan cermat dan teliti mempersiapkan

suatu lingkungan kelas belajar yang tidak mudah mendatangkan gangguan bagi

kegiatan menyimak. Ruang belajar hendaklah tenang, tidak mudah mendatangkan

gangguan dan selingan terhadap kegiatan menyimak. Sedapat mungkin para guru

haruslah mencoba membendung atau mencegah datangnya suaru dari gang, ruang

masuk, dan lapangan permainan.

2. Faktor Psikologis

Selain faktor fisik, faktor psikologis lebih sulit diatasi karena melibatkan

sikap dan sifat pribadi. Faktor ini mencakup masalah prasangka atau kurangnya

simpati terhadap para pembicara, kebosanan dan kejenuhan yang menyebabkan

tiadanya perhatian sama sekali pada pokok pembicaraan.

3. Faktor Pengalaman

Latar belakang pengalaman suatu faktor penting dalam kegiatan menyimak.

Pengalaman guru dalam menyampaikan hal yang akan disimak, kosa kata simak

juga mempengaruhi kualitas menyimak.

4. Faktor Sikap

Pada dasarnya manusia mempunyai dua sikap mengenai segala hal yaitu

menerima dan menolak. Orang akan menerima pada hal yang menarik dan

menguntungkan baginya tetapi bersikap menolak pada hal yang tidak menarik dan

tidak menguntungkan baginya. Sebagai para guru akan menyajikan materi yang

menarik, ditambah dengan penampilan yang menarik sehingga dapat membentuk

sikap yang positif bagi siswa.


28

5. Faktor Motivasi

Motivasi merupakan penentu keberhasilan seseorang. Jika seseorang

memiliki motivasi yang kuat untuk mengerjakan sesuatu, diharapkan berhasil

untuk mencapai tujuan . Begitu pula halnya dengan menyimak.

6. Faktor Jenis Kelamin

Pria dan wanita pada umumnya mempunyai perhatian yang berbeda, dan cara

mereka memusatkan perhatian pada sesuatau pun juga berbeda. Untuk itu para

guru dapat lebih bijaksana menghadapi para siswa putra dan putri dalam kegiatan

menyimak di kelas, misalnya dalam pemilihan bahan dan cara mengevaluasi

keberhasilan keaktifan kegiatan menyimak itu.

7. Faktor Lingkungan

Lingkungan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan menyimak baik yang

menyangkut lingkungan fisik ruangan kelas, maupun yang berkaitan dengan

suasana sosial kelas. Faktor Peranan dalam Masyarakat Pentingnya peranan

masyarakat dalam mendapatkan sebuah informasi baik dari media cetak maupun

elektronik.

e. Unsur-unsur Menyimak

Kegiatan menyimak merupakan kegiatan yang cukup kompleks karena sangat

bergantung kepada berbagai unsur yang mendukung. Yang dimaksudkan dengan

unsur dasar ialah unsur pokok yang menyebabkan timbulnya komunikasi dalam

menyimak. Setiap unsur merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan dengan unsur

yang lain. Kamidjan (2007: 12), unsur-unsur dasar menyimak ialah (1) pembicara, (2)
29

penyimak, (3) bahan simakan, dan (4) bahasa lisan yang digunakan. Berikut ini

adalah penjelasan masing-masing unsur itu.

a. Pembicara

Yang dimaksudkan dengan pembicara ialah orang yang menyampaikan pesan

yang. berupa informasi yang dibutuhkan oleh penyimak. Dalam komunikasi lisan,

pembicara ialah narasumber pembawa pesan, sedang lawan bicara ialah orang yang

menerima pesan (penyimak). Dalam aktivitasnya, seorang penyimak sering

melakukan. kegiatan menulis dengan mencatat hal-hal penting selama melakukan

kegiatan menyimak. Catatan tersebut merupakan pokok-pokok pesan yang

disampaikan pembicara kepada penyimak. Fungsi catatan tersebut ialah sebagai

berikut.

1) Meninjau kembali bahan simakan (review). Kegiatan meninjau kembali

bahan simakan merupakan salah satu ciri penyimak kritis. Pada kegiatan ini,

penyimak mencermati kembali bahan simakan yang telah diterima melalui

catatan seperti: topik, tema, dan gagasan lain yang menunjang pesan yang

disampaikan pembicara. Di samping itu penyimak dapat memprediksi

berdasarkan pesan-pesan yang telah disampaikan pembicara.

2) Menganalisis bahan simakan. Pada dasarnya menyimak ialah menerima pesan

namun dalam kenyataannya seorang penyimak tidak hanya menerima pesan

begitu saja, ia juga berusaha untuk menganalisis pesan yang telah diterimanya

itu. Kegiatan analisis ini dilakukan untuk membedakan ide pokok, ide

bawahan, dan ide penunjang.


30

3) Mengevaluasi bahan simakan. Pada tahap akhir kegiatan menyimak ialah

mengevaluasi hasil simakan. Langkah ini dapat dilakukan dengan cara: (a)

Kekuatan Bukti. Untuk membenarkan pernyataan pembicara, penyimak harus

mengevaluasi buktibukti yang dikatakan pembicara. Jika bukti-bukti itu cukup

kuat, apa yang dikatakan pembicara itu benar. (b) Validitas Alasan. Jika

pernyataan pembicara diikuti. dengan alasan-alasan yang kuat, terpercaya, dan

logis, dapat dikatakan bahwa alasan itu validitasnya tinggi. (c) Kebenaran

Tujuan. Penyimak harus mampu menemukan tujuan pembicara. Di samping

itu, ia juga harus mampu membedakan penjelasan dengan keterangan inti,

sikap subjektif dengan sikap objektif. Setelah itu ia akan mampu mencari

tujuan pembicaraan (berupa pesan).

b. Penyimak

Penyimak yang baik ialah penyimak yang memiliki pengetahuan dan

pengalaman yang banyak dan luas. Jika penyimak memiliki pengetahuan dan

pengalaman yang banyak dan luas, ia dapat melakukan kegiatan menyimak dengan

baik. Selain itu, penyimak yang baik ialah penyimak yang dapat melakukan kegiatan

menyimak dengan intensif. Penyimak seperti itu akan selalu mendapatkan pesan

pembicara secara tepat. Hal itu akan lebih sempurna jika ia ditunjang oleh,

pengetahuan dan pengalamannya.

Kamidjan (2007: 13) rnenyatakan bahwa penyimak yang baik ialah penyimak

yang memiliki dua sikap, yaitu sikap objektif dan sikap kooperatif.

1) Sikap objektif. Yang dimaksudkan dengan sikap objektif ialah pandangan

penyimak terhadap bahan simakan. Jika bahan simakan itu baik, ia akan
31

menyatakan baik, demikian pula sebaliknya. Penyimak sebaiknya tidak

mudah terpengaruh oleh hal-hal di luar kegiatan manyimak, seperti pribadi

pembicara, ruang, suasana, sarana dan prasarana.

2) Sikap kooperatif. Sikap kooperatif ialah sikap penyimak yang siap

bekerjasama dengan pembicara untuk keberhasilan komunikasi tersebut.

Sikap yang bermusuhan atau bertentangan dengan pembicara akan

menimbulkan kegagalan dalam menyimak. Jika hal itu yang terjadi, maka

penyimak tidak akan mendapatkan pesan dari pembicara. Sikap yang baik

ialah sikap berkoperatif dengan pembicara.

c. Bahan simakan

Bahan simakan merupakan unsu terpenting dalam komunikasi lisan, terutama

dalam menyimak. Yang dimaksudkan dengan bahan simakan ialah pesan yang

disampaikan pembicara kepada penyimak. Bahan simakan itu dapat berupa konsep,

gagasan, atau informasi. Jika pembicara tidak dapat menyampaikan bahan simakan

dengan baik, pesan itu tidak dapat diserap oleh penyimak yang mengakibatkan

terjadinya kegagalan dalam komunikasi. Untuk menghindari kegagalan, perlu dikaji

ulang bahan simakan dengan cara berikut, Kamidjan (2007:14).

1) Menyimak tujuan pembicara. Langkah pertama si penyimak dalam melakukan

kegiatan menyimak ialah mencari tujuan pembicara. Jika hal itu telah dicapai,

ia akan lebih gampang untuk mendapatkan pesan pembicara. Jika hal itu tidak

ditemukan, ia .akan mengalami kesulitan. Tujuan yang akan dicapai penyimak

ialah untuk mendapatkan fakta, mendapatkan inspirasi, menganalisis gagasan

pembicara, mengevaluasi, dan mencari hiburan.


32

2) Menyimak urutan. Pembicaraan Seorang penyimak harus berusaha mencari

urutan pembicaraan. Hal itu dilakukan untuk memudahkan penyimak mencari

pesan pembicara. Walaupun pembicara berkata agak cepat, penyimak dapat

mengikuti dengan hati-hati agar mendapatkan gambaran tentang urutan

penyajian bahan. Urutan penyajian terdiri atasa tiga komponen, yaitu

pembukaan, isi, dan penutup. Pada bagian pembukaan lingkup permasalahan

yang akan dibahas. Bagian isi terdiri atas uraian panjang lebar permasalahan

yang dikemukakan pada bagian pendahuluan. Pada bagian penutup berisi

simpulan hasil pembahasan.

3) Menyimak topik utama Pembicaraan. Topik utama ialah topik yang selalu

dibicarakan, dibahas, dianalisis saat pembicaraan berlangsung. Dengan

mengetahui topik utama, penyimak memprediksi apa saja yang akan

dibicarakan dalam komunikasi tersebut. penyimak satu profesi dengan

pembicara, tidak akan kesulitan untuk menerima topik utama. Sebuah topik

utama memiliki ciri-ciri: menarik perhatian) bermanfaat bagi penyimak, dan

akrab dengan penyimak.

4) Menyimak topik bawahan. Setelah penyimak menemukan topik utama,

langkah selanjutnya ialah mencari topik-topik bawahan. Umumnya pembicara

akan membagi topik utama itu menjadi beberapa topik bawahan. Hal itu

dilakukan agar pesan yang disampaikan dapat dengan mudah dicerna oleh

penyimak. Penyimak dapat mengasosiasikan topik utama itu dengan sebuah

pohon besar, topik bawahan ialah dahan dan ranting pohon tersebut. Dengan
33

demikian penyimak yang telah mengetahui topik utama, dengan mudah akan

mengetahui topik-topik bawahannya.

5) Menyimak akhir pembicaraan. Akhir pembicaraan biasanya terdiri atas:

simpulan, himbauan, dan saran-saran. Jika pembicara menyampaikan

rangkuman, maka tugas penyimak ialah mencermati rangkuman yang telah

disampaikan pembicara tersebut. Jika pem bicara menyampaikan simpulan,

maka penyimak mcncocokkan catatannya dengan simpulan yang disampaikan

pembicara. Dalam hal itu perlu dicermati juga tentang simpulan. yang tidak

sama, yaitu simpulan yang dibuat pembicara dan penyimak. Jika pembicara

hanya menyampaikan himbauan, penyimak harus memperhatikan himbuan itu

secara cermat dan teliti.

Kegiatan menyimak merupakan kegiatan yang cukup kompleks karena sangat

bergantung kepada berhagai unsur dasar yang mendukung. Yang dimaksudkan

dengan unsur dasar ialah unsur pokok yang menyebabkan tirnbulnya komunikasi

dalam menyimak. Setiap unsur merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan dengan

unsur yang lain. Unsur-unsur dasar menyimak ialah pembicara, penyimak, bahan

simakan, dan bahasa lisan yang digunakan.

f. Kendala Menyimak

Dalam proses menyimak ada beberapa kendala yang sering ditemui para

penyimak. Russel dan Black (dalam Marlina 2007:27-30) menyatakan ada tujuh

kendala dalam menyimak sebagai berikut.

a. Keegosentrisan, yaitu sifat mementingkan diri sendiri (egois) mungkin saja

merupakan cara hidup sebagian orang. Dia lebih senang didengar orang
34

daripada mendengarkan pendapat orang lain. Sifat seperti ini merupakan

kendala dalam menyimak.

b. Keengganan untuk terlibat. Keengganan menanggung resiko, jelas

menghalangi kegiatan menyimak karena menyimak adalah salah satu kegiatan

yang harus melibatkan diri dengan sang pembicara.

c. Ketakutan dan perubahan. Apabila ingin menjadi penyimak yang baik, harus

rela mengubah pendapat bahkan bila perlu harus berani mengubah dan

menukar pendapat sendiri kalau memang ada pendapat atau gagasan yang

lebih diandalkan dari orang lain.

d. Keinginan untuk menghindari pertanyaan, dengan alasan jawaban yang

diberikan akan memalukan, hal ini merupakan kendala dalam diskusi,

kegiatan berbicara, dan menyimak.

e. Puas terhadap penampilan eksternal. Apabila merasa puas dengan tanda

simpatik itu maka kita akan gagal menyimak lebih intensif lagi untuk melihat

kalau pengertian itu benar-benar wajar. Orang yang merasa cepat puas karena

telah mengetahui maksud pembicara berarti tergolong penyimak yang tidak

baik.

f. Pertimbangan yang prematur, apabila ada sesuatu yang prematur, maka itu

merupakan sesuatu yang tidak wajar. Hal itu merupakan contoh penyimak

yang jelek, dan sifat seperti itu justru menghalanginya menjadi penyimak

yang efektif.
35

g. Kebingungan semantik. Makna suatu kata tergantung kepada individu yang

memakainya dalam situasi tertentu dan waktu tertentu. Seseorang yang ingin

menjadi penyimak yang efektif harus mempunyai kosakata yang memadai.

Jadi, dalam kegiatan menyimak terdapat kendala yang ditemui oleh penyimak.

Kendala tersebut, yaitu keegosentrisan, keenganan ikut terlibat, ketakutan akan

perubahan, keinginan menghindari pertanyaan, puas terhadap penampilan eksternal,

pertimbangan yang prematur, dan kebingungan semantik.

g. Jenis-jenis Menyimak

Adapun jenis-jenis menyimak dalam pembelajaran Bahasa Indonesia adalah

sebagai berikut Tarigan (2007:31).

1. Menyimak ekstensif (extensive listening) adalah sejenis kegiatan menyimak yang

berhubungan dengan hal-hal lebih umum dan lebih bebas terhadap sesuatu

bahasa, tidak perlu di bawah bimbingan langsung seorang guru. Penggunaan

yang paling mendasar ialah untuk menyajikan kembali bahan yang telah

diketahui dalam suatu lingkungan baru dengan cara yang baru. Selain itu, dapat

pula murid dibiarkan mendengar butir-butir kosakata dan struktur-struktur yang

baru bagi murid yang terdapat dalam arus bahasa yang ada dalam kapasitasnya

untuk menanganinya.Pada umumnya, sumber yang paling baik untuk menyimak

ekstensif adalah rekaman yang dibuat guru sendiri, misalnya rekaman yang

bersumber dari siaran radio, televisi, dan sebagainya

Menyimak jenis ini diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Menyimak sosial (social listening) atau menyimak konversasional

(conversational listening) ataupun menyimak sopan (courtens listening)


36

biasanya berlangsung dalam situasi-situasi sosial tempat orang mengobrol

mengenai hal-hal yang mrenarik perhatian semua orang dan saling

mendengarkan satu sama lain untuk membuat respons-repons yang pantas,

mengikuti detail-detail yang menarik, dan memerhatikan perhatian yang wajar

terhadap apa-apa yang dikemukakan, dikatakan oleh seorang rekan.Dengan

perkataan lain dapat dikemukakan bahwa menyimak sosial paling sedikit

mencakup dua hal, yaitu perkataan menyimak secara sopan santun dengan

penuh perhatian percakapan atau konversasi dalam situasi-situasi sosial

dengan suatu maksud. Dan kedua mengerti serta memahami peranan-peranan

pembicara dan menyimak dalam proses komunikasi tersebut.

b. Menyimak sekunder (secondary listening)adalah sejenis kegiatan menyimak

secara kebetulan dan secara ekstensif (casual listening dan extensive listening)

misalnya, menyimak pada musik yang mengirimi tarian-tarian rakyat

terdengar secara sayup-sayup sementara kita menulis surat pada teman di

rumah atau menikmati musik sementara ikut berpartisipasi dalam kegiatan

tertentu di sekolah seperti menulis, pekerjaan tangan dengan tanah liat,

membuat sketsa dan latihan menulis dengan tulisan tangan.

c. Menyimak estetik (aesthetic listening)disebut juga menyimak apresiatif

(apreciational listening) adalah fase terakhir dari kegiatan menyimak secara

kebetulan dan termasuk ke dalam menyimak ekstensif, mencakup dua hal

yaitu pertama menyimak musik, puisi, membaca bersama, atau drama yang

terdengar pada  radio atau rekaman-rekaman. Kedua menikmati cerita-cerita,

puisi, teka-teki, dan lakon-lakon yang diceritakan oleh guru atau murid-murid.
37

d. Menyimak pasif (passive listening) adalah penyerapan suatu bahasa tanpa

upaya sadar yang biasa menandai upaya-upaya kita saat belajar dengan teliti,

belajar tergesa-gesa, menghapal luar kepala, berlatih serta menguasai sesuatu

bahasa. Salah satu contoh menyimak pasif adalah penduduk pribumi yang

tidak bersekolah lancar berbahasa asing.

2. Menyimak intensif (intensive listening) adalah menyimak yang diarahkan pada

suatu yang jauh lebih diawasi, dikontrol, terhadap suatu hal tertentu. Dalam hal ini

harus diadakan suatu pembagian penting yaitu diarahkan pada butir-butir bahasa

sebagai bagian dari program pengajaran bahasa atau pada pemahaman serta

pengertian umum. Jelas bahwa dalam kasus yang kedua ini maka bahasa secara

umum sudah diketahui oleh para murid.

a. Menyimak kritis (critical listening)adalah sejenis kegiatan menyimak yang di

dalamnya sudah terlihat kurangnya atau tiadanya keaslian ataupun kehadiran

prasangka serta ketidaktelitian yang akan diamati. Murid-murid perlu banyak

belajar mendengarkan, menyimak secara kritis untuk memperoleh kebenaran.

b. Menyimak kreatif (Creative listening)adalah jenis menyimak yang

mengakibatkan dalam pembentukan atau rekonstruksi seorang anak secara

imaginatif kesenangan-kesenangan akan bunyi, visual atau penglihatan,

gerakan, serta perasaan-perasaan kinestetik yang  disarankan oleh apa-apa

didengarnya.

c. Menyimak introgatif (introgative listening)adalah sejenis menyimak intensif

yang menuntut lebih banyak konsentrasi dan seleksi, pemusatan perhatian dan

pemilihan, karena si penyimak harus mengajukan pertanyaan-pertanyaan.


38

Dalam kegiatan menyimak interogatif ini si penyimak mempersempit serta

mengarahkan perhatiannya pada pemerolehan informasi atau mengenai jalur

khusus.

d. Menyimak penyelidikan (exploratory listening) adalah sejenis menyimak

intensif dengan     maksud dan yang agak lebih singkat. Dalam kegiatan

menyimak seperti ini si penyimak menyiagakan perhatiannya untuk

menemukan hal-hal baru yang menarik perhatian dan informasi tambahan

mengenai suatu topik atau suatu pergunjingan yang menarik.

e. Menyimak selektif (selective listening)berhubungan erat dengan menyimak

pasif. Betapapun efektifnya menyimak pasif itu tetapi biasanya tidak dianggap

sebagai kegiataan yang memuaskan. Oleh karena itu menyimak sangat

dibutuhkan. Namun demikian, menyimak selektif hendaknya tidak

menggantikan menyimak pasif, tetapi justru melengkapinya. Penyimak harus

memanfaatkan kedua teknik tersebut. Dengan demikian, berarti mengimbangi

isolasi kultural kita dari masyarakat bahasa asing itu dan tendensi kita untuk

menginterpretasikan.

f. Menyimak konsentratif (consentrative listening) sering juga disebut study-

type listeningatau menyimak yang merupakan jenis telaah. Kegiatan-kegiatan

tercakup dalam menyimak konsentratif antara lain: menyimak untuk

mengikuti petunjuk-petunjuk serta menyimak urutan-urutan ide, fakta-fakta

penting, dan sebab akibat.

Menyimak konsentratif pada dasarnya adalah bagian dari menyimak

komprehensif. Penggolongan menyimak konsentratif kedalam menyimak


39

komprehensif berkaitan dengan aktivitas yang terjadi pada menyimak konsentrasi

yang fokusnya menelaah pembicaraan/hal yang disimaknya. Tujuan utama menyimak

konsentratif adalah tertangkapnya berbagai informasi yang disampaikan oleh penutur

sehingga ide dari pembicara dapat dipahami dengan baik. Kegiatan-kegiatan yang

tercakup dalam menyimak konsentratif adalah :

1. Mengikuti petunjuk yang terdapat dalam pembicaraan

2. Mencari dan merasakan hubungan-hubungan seperti kelas, waktu, urutan serta

sebab – akibat

3. Mendapatkan atau memperoleh butir-butir informasi tertentu

4. Memperoleh pemahaman dan pengertian yang mendalam

5. Merasakan serta menghayati ide-ide sang pembicara, sasaran maupun

pengorganisasinya

6. Memahami urutan ide-ide sang pembicara

7. Mencari dan mencatat fakta-fakta penting.

Menyimak bahasa (konsentratif) dapat menggunakan dua strategi yaitu

memusatkan perhatian dan membuat catatan.

1. Memusatkan Perhatian

Agar dapat melakukan menyimak dengan baik, kita harus memusatkan perhatian

pada tuturan pembicara. Penutur atau pembicara biasanya menggunakan isyarat

visual dan verbal untuk menyampaikan pesan dan mengarahkan perhatian

penyimak. Isyarat visual meliputi gerak tubuh (gesture), tulisan atau kerangka

infromasi penting, dan perubahan ekspresi wajah. Isyarat verbal meliputi


40

perhentian, naik turunnya suara, lambatnya pengucapan butir-butir penting, dan

pengulangan informasi penting.

2. Membuat Catatan

Membuat catatan dapat membantu aktivitas menyimak karena mendorong

berkonsentrasi, menyediakan bahan-bahan untuk mereviuw, dan dapat membantu

mengingatkan. Akan tetapi membuat catatan juga memerlukan konsentrasi.

6. Pengertian novel

Dari sekian banyak bentuk sastra seperti esei, puisi, novel, cerita pendek,

drama, bentuk novel, cerita pendeklah yang paling banyak dibaca oleh para pembaca.

Karya– karya modern klasik dalam kesusasteraan, kebanyakan juga berisi karya–

karya novel.

Novel merupakan bentuk karya sastra yang paling popular di dunia. Bentuk

sastra ini paling banyak beredar, lantaran daya komunikasinya yang luas pada

masyarakat. Sebagai bahan bacaan, novel dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu

karya serius dan karya hiburan. Pendapat demikian memang benar tapi juga ada

kelanjutannya. Yakni bahwa tidak semua yang mampu memberikan hiburan bisa

disebut sebagai karya sastra serius. Sebuah novel serius bukan saja dituntut agar dia

merupakan karya yang indah, menarik dan dengan demikian juga memberikan

hiburan pada kita. Tetapi ia juga dituntut lebih dari itu. Novel adalah novel syarat

utamanya adalah bawa ia mesti menarik, menghibur dan mendatangkan rasa puas

setelah orang habis membacanya.

Novel yang baik dibaca untuk penyempurnaan diri. Novel yang baik adalah

novel yang isinya dapat memanusiakan para pembacanya. Sebaliknya novel hiburan
41

hanya dibaca untuk kepentingan santai belaka. Yang penting memberikan keasyikan

pada pembacanya untuk menyelesaikannya. Tradisi novel hiburan terikat dengan pola

– pola. Jadi, dapat dikatakan bahwa novel serius punya fungsi social, sedang novel

hiburan cuma berfungsi personal. Novel berfungsi social lantaran novel yang baik

ikut membina orang tua masyarakat menjadi manusia. Sedang novel hiburan tidak

memperdulikan apakah cerita yang dihidangkan tidak membina manusia atau tidak,

yang penting adalah bahwa novel memikat dan orang mau cepat–cepat membacanya.

Banyak sastrawan yang memberikan yang memberikan batasan atau definisi

novel. Batasan atau definisi yang mereka berikan berbeda-beda karena sudut pandang

yang mereka pergunakan juga berbeda-beda.

Sinopsis Novel “Sabda Cinta Karya Rudiyant”

’Bahwasanya aku bersama hati dan ragaku menginginkannmu. Tidak satu

wujud pun yang dapat menggantikanmu. Aku mungkin bukan yang terbaik untukmu,

tapi juga bukan yang teburuk. Sampai kapanpun aku akan mencintaimu, tidak hanya

hidupmu, matimu atau berbentuk abu pun, aku akan terus mencintaimu’.

Seorang novelis ternama dan kaya raya yang bernama Sofyan Bagaskara

memutuskan untuk meninggalkan kehidupannya berkelana mencari pengalaman. Dia

bersama kedua orang sahabatnya yang bernama Arie dan Faridz. Arie memiliki

kepribadian yang sopan dan baik, sedangkan Faridz seorang preman, dia memiliki

badan yang besar dan gagah. Sebelum pergi meninggalkan kota Jakarta, dia

memberikan surat kuasa kepada sekretarisnya, yaitu Saskia. Saskia adalah orang yang

sangat baik, sehingga Sofyan mempercayai semua urusannya.


42

Malam sebelum Sofyan pergi, Saskia menemuinya untuk menanyakan soal

kepergiannya tersebut. Keesokan harinya, Sofyan dan kedua temannya pun

berangkat. Pertama mereka menuju tol Kebon Jeruk Barat, kemudian melanjutkan

perjalan ke pelabuhan Merak. Sesampainya di pelabuhan Merak mereka membeli

karcis menuju Bakahuni. Setelah makan siang mereka melanjutkan perjalanan lagi

menuju Lampung dengan naik kendaraan umum. Namun mereka menemukan

masalah, karena tas yang dibawa Faridz yang berisi uang hilang dicuri oleh orang.

Akhirnya Faridz pun berdiri kemudian melangkah pergi. Setelah pergi selama 20

menit, akhirnya Faridz kembali dengan pedagang rokok yang berada di stasiun,

pedagang rokok itupun memberikan tempat bermalam untuk mereka. Setelah

bermalam mereka menuju Palembang.

 Mereka tiba di Palembang jam enam sore menuju ke Jembatan Ampera dengan naik

angkot dan berkeliling di desa nelayan. Perjalanan dilanjutkan naik bus Damri ke arah

Jambi.

Kemudian malamnya mereka menumpang pada truk yang menuju arah Jambi

dan Padang. Paginya mereka tiba di kota yang bernama Solok. Akhirnya mereka

memutuskan untuk berjalan kaki ke Bukit Tinggi karena tidak mempunyai ongkos

untuk melanjutkan perjalanan. Setelah melakukan perjalanan yang jauh akhirnya

mereka bertiga pun jatuh karena kecapekan.

Sofyan melihat sebuah pohon rambutan dan segara memanjatnya. Akhirnya

Arie dan Faridz pun ikut menikmati buah rambutan tersebut untuk mengganjal

kekosongan perut. Kemudian keluar lah orang yang memiliki pohon rambutan

tersebut dan memarahi mereka bertiga. Lalu Arie dan Faridz berkata bahwa itu semua
43

untuk mengganjal perut kemudian Sofyan pun menambahi kata temannya tersebut,

katanya kami belum makan selama 2 hari.

Setelah itu, orang yang memiliki pohon tersebut mengajak mereka untuk

makan sambil memperkenalkan dirinya, orang tersebut bernama Pak Abdulah.

Kemudian Sofyan menceritakan tentang tujuan mereka datang ke sini. Pak Abdulah

memberikan ongkos untuk melanjutkan perjalanan, kemudian istri Pak Abdulah yaitu

Amak Upik menawarkan untuk singgah ke rumahnya lagi.

Sesampainya mereka di rumah keluarga Faridz di Bukit Tinggi yang ternyata

tidak bisa diharapkan. Rumah keluarga Faridz adalah rumah yang paling buruk. Arie

mengeluh sehingga menyebabkan Faridz marah, hingga menyebabkan pertengkaran.

Sofyan pun langsung melerai mereka berdua. Kemudian Arie meminta sisa ongkos

pemberian Pak Abdulah tadi untuk kembali ke rumah Pak Abdulah untuk meminta

pekerjaan dan pulang ke Jakarta. Sofyan dan Faridz melanjutkan perjalanan ke kota,

tempat rumah paman Faridz tinggal. Kemudian Sofyan duduk dengan melihat ke arah

jam Gadang, ada seorang gadis yang membaca novel hasil karyanya yang berjudul

“Prahara Duka Sang Dewi”. Lalu Faridz datang dan duduk di samping Sofyan dengan

memberikan uang selembar 20 ribuan. Sofyan kecewa dengan temannya tersebut, dan

esok paginya Sofyan pergi menuju rumah Pak Abdulah untuk menemui Arie.

Setibanya di sana Sofyan disambut oleh Arie dan seorang bocah lelaki. Kemudian

Sofyan menceritakan semuanya kepada Amak Upik dan Arie tentang keputusan

Faridz.

Amak Upik menawarkan pekerjaan kepada Sofyan untuk membantu anak

sulungnya yang bernama Sanusi. Dia orang yang cukup terpandang di desanya.
44

Kemudian adik dari Pak Abdulah mengajak Arie ke Danau Singkarak dan Sofyan pun

menyusul ke sana. Setelah berbincang-bincang, tidak terasa Pak Abdulah akan

berangkat kerja kembali sebagai supir truk sayur ke Jakarta.

Pagi harinya Amak sudah menyiapkan makanan untuk sarapan. Setelah

selesai sarapan, mereka semua pergi ke rumah Datuk Sanusi dengan menggunakan

angkot. Setelah setengah jalan, tiba-tiba ada seorang pemuda yang menghentikan

perjalanan kami. Ternyata pemuda itu adalah Faridz, dan ternyata Faridz juga ingin

bekerja bersama Sofyan dan Arie. Setelah beberapa lama menunggu, akhirnya kami

semua tiba di Lembah Gumanti. Amak membawa kita ke tengah desa, tempat anak

Amak tinggal. Sampai disana kita semua disambut oleh anaknya Amak dengan baik.

Setelah berbincang-bincang kami bertiga dipersilahkan untuk istirahat. Kemudian

Sofyan dan Arie pergi keliling-keliling sekitar rumah Datuk Sanusi.

Kemudian datang seseorang yang memanggil Sofyan dan Arie, yang bernama

Wawan. Setelah itu kami bertiga kembali ke rumah Datuk Sanusi, di sana Faridz

sedang berbincang-bincang dengan 2 orang yang bernama Tadun dan Fajri.

Kemudian mereka semua menuju langgar. Sofyan yang tidak tahu tentang agama itu

pun cuma mengikuti gerakan Fajri. Setelah sholat Sofyan pergi ke belakang gunung.

Di sana dia bertanya-tanya tentang siapa tuhan dan dimana dia berada. Kemudian

Arie memanggil untuk mengajak bergabung dengan yang lainnya di rumah Datuk

Sanusi. Di sana sudah ada Datuk Sanusi, Wawan, Fajri, Tadun, Arie dan Faridz. Di

rumah Datuk Sanusi itu mereka membicarakan tentang pekerjaan yang akan

dilakukan oleh Sofyan, Arie dan Faridz. Sofyan bergandengan dengan Fajri, Faridz

bergandengan dengan Tadun, Arie bergan dengan dengan Wawan.


45

Mereka semua di mandori oleh orang yang bernama Uda Kholid. Kemudian

datang serombongan orang yang membawa obor masuk ke dalam rumah Datuk

Sanusi, dan Sofyan tertarik kepada gadis yang berjilbab dan membawa buku besar di

tangannya. Kemudian Datuk Sanusi berkata bahwa Santhiak telah pulang, segera

perkumpulan ini bubar dan melaksanakan sholat Isya’. Sofyan pun kemudian lari dari

rombongan tersebut dan tidak ikut menunaikan sholat Isya’. Setelah sholat selesai

Sofyan mengikuti 2 gadis yang masih mengenakan mukena bagian atasnya dan kedua

gadis tersebut masuk ke rumah Datuk Sanusi.

Kemudian Fajri datang dan bertanya kenapa Sofyan tidak ikut sholat. Fajri

menceramahi Sofyan tentang sholat, dia berkata bahwa ada seorang pekerja dulu

yang rajin dipecat karena tidak sholat. Setelah itu Sofyan bertanya kepada Fajri

tentang 2 gadis tadi, Fajri menjawab bahwa 2 gadis tadi adalah anak Datuk Sanusi

yang bernama Santhiak dan keponakannya yang bernama Najzwa.

Paginya kami semua pergi ke perkebunan Datuk Sanusi yang luas. Di sana

puluhan pekerja sedang sarapan, kemudian Uda Kholid memperkenalkan kami

bertiga. Sofyan menilai kalau Uda Kholid adalah orang yang menyebalkan, sehingga

Sofyan pun benci terhadap Uda Kholid. Fajri mengajak Sofyan menuju tempat area

Fajri yaitu perkebunan buah markisa. Setelah bekerja, Fajri kembali menceramahi

Sofyan tentang agama. Tak lama kemudian terdengar suara adzan dari bangunan

Pondok Utama untuk melaksanakan sholat Jum’at. Setelah semua berkumpul

kemudian seorang laki-laki tua naik ke atas mimbar dan mulai berceramah. Sofyan

yang tidak tertarik pun tidak bisa menolak omongan laki-laki tua tersebut. Setelah
46

sholat Jum’at selesai, lelaki tua tersebut bernama Pak Saipulloh dia lelaki yang

dituakan dan dihormati karena ilmu agamanya di tempat tersebut.

Lalu mereka semua kembali bekerja pada tempatnya masing-masing. Sofyan

dan Fajri kembali ke kebun markisa. Tak lama kemudian Pak Saipulloh memanggil

Fajri dan meminta izin untuk mengambil air minum. Setelah semua para pekerja

pulang, sebagian tidur di tempat yang telah dipersiapkan Datuk Sanusi. Setelah

sampai di rumah semua pekerja langsung mandi, sedangkan Sofyan tidak karena dia

sedang mengikuti 2 gadis yang keluar dari rumah Datuk Sanusi. Kedua gadis itu

menuju sebuah rumah, dan Sofyan menunggu gadis tersebut keluar. Tak lama

kemudian Sofyan menghampiri gadis tersebut dan memperkenalkan nama. Tiba-tiba

ada Uda Kholid datang dengan wajah yang angkuh.

Setelah berdebat dengan Uda Kholid, Sofyan pergi mandi dan Sholat Ashar.

Kemudian datang Fajri dan ingin membicarakan sesuatu kepada Sofyan, tetapi

Sofyan tidak menghiraukan Fajri. Adzan Maghrib pun berkumandang, semua pekerja

melaksanakan sholat, setelah selesai sholat Sofyan pergi menuju semak-semak

menunggu Najzwa keluar.

     Tiba-tiba Faridz datang dan ikut menunggu, kemudian Sofyan bertanya kepada

Faridz ternyata Faridz menunggu Santhiak. Akhirnya mereka berdua keluar dan

menghampiri Najzwa dan Santhiak, Sofyan dengan Najzwa dan Faridz dengan

Santhiak. Setelah perjalanan mereka berdua kembali menunaikan sholat Isya’.

     Setelah Sholat Isya’, mereka semua makan bersama di rumah Datuk Sanusi.

Setelah itu Fajri mengajak Sofyan untuk pergi ke belakang langgar. Di sana Fajri
47

memberi arahan agama kepada Sofyan. Akhirnya malam pun tiba, mereka berdua

kembali ke penginapan dan Fajri menyuruh Sofyan tidur di dalam kamarnya.

Pagi pun datang, kami semua pergi ke kebun untuk panen. Sesampainya di

kebun Sofyan di beri ceramah tentang wudhu oleh Fajri. Siangnya Datuk Sanusi

datang dan membagikan gaji kepada para pekerjanya. Sorenya Sofyan, Arie dan

Faridz pergi ke pasar, di sana mereka membeli kebutuhan untuk seminggu kedepan.

Kemudian Arie bertemu dengan Pak Saipulloh yang berjualan topi dari anyaman

bambu. Kemudian Sofyan dan Faridz pergi meninggalkan Arie dan Pak Saipulloh,

Faridz mengajak Sofyan untuk makan sate padang. Kemudian kami berdua masuk ke

dalam tenda penjual sate dan ternyata di dalam ada Santhiak dan Najzwa. Akhirnya

Sofyan dan Faridz pun makan bersama Santhiak dan Najzwa. Selesai makan mereka

berempat menuju Danau Bawah.

Akhirnya kami berempat tiba di Danau Bawah. Sofyan dengan Najzwa,

Faridz dengan Santhiak. Di sana Sofyan mengatakan bahwa dia terpikat oleh Najzwa.

Akhirnya Sofyan mengatakan kalau dia cinta pada Najzwa, kemudian Najzwa

menggeleng, dia tersenyum dan membuang wajahnya.

Kemudian Sofyan terus merayu Najzwa, hingga Najzwa mengeluarkan sebuah

kaset dari tasnya dan memberikannya kepada Sofyan. Najzwa berkata bahwa hanya

Allah yang patut dicintai, kemudian dia berkata bahwa dia hanya gadis biasa yang

memiliki tubuh fana, cepat atau lambat aku akan mati. Dan ketika hari itu tiba,

sedalam apa pun cintamu kepadaku pasti akan turut mati, langsung memang tidak,

tapi perlahan itu pasti.


48

Menganalisis Nilai Sosial Novel Sabda Cinta Karya Rudiyant

Nilai sosial lebih ditekankan sebagai petunjuk arah demi tercapainya tujuan

sosial masyarakat. Ada beberapa fungsi umum nilai-nilai sosial, yaitu, pertama nilai

sosial menyumbangkan seperangkat alat yang siap dipakai untuk menetapkan patokan

social pribadi, grup atau kelompok. Kedua, nilai sosial bisa mengarahkan atau

membentuk cara berpikir dan bertingkah laku. Ketiga, nilai sosial sebagai patokan

bagi manusia dalam memenuhi peranan sosialnya. Keempat, nilai sosial juga

berfungsi sebagai pengawasan sosial, mendorong, menuntun, bahkan menekan

manusia untuk berbuat baik. Kelima, nilai sosial berfungsi sebagai sikap solidaritas di

kalangan masyarakat. Macam-macam nilai sosial menurut Elly dkk (2006:87) yaitu:

a. Cinta Kasih

Dalam kehidupan manusia, cinta menampakkan diri dalam berbagai bentuk,

mulai dari seseorang yang mencintai dirinya, keluarganya, hartanya, dan Tuhannya.

Bentuk cinta ini melekat pada diri manusia, potensi dan frekuensinya berubah

menurut situasi dan kondisi yang mempengaruhinya. Cinta merupakan perasaan yang

timbul dari hati manusia dan dibuktikan dengan tindakan.

(’Bahwasanya aku bersama hati dan ragaku menginginkannmu. Tidak satu

wujud pun yang dapat menggantikanmu. Aku mungkin bukan yang terbaik untukmu,

tapi juga bukan yang teburuk. Sampai kapanpun aku akan mencintaimu, tidak hanya

hidupmu, matimu atau berbentuk abu pun, aku akan terus mencintaimu’).

b. Tanggung Jawab

Tanggung jawab erat kaitannya dengan kewajiban. Kewajiban adalah sesuatu

yang dibebankan terhadap seseorang. Kewajiban bandingan terhadap hak, dan dapat
49

juga tidak mengacu kepada hak. Sesuai dengan kedudukannya sebagai makhluk

individu, makhluk sosial, dan makhluk ciptaan Tuhan, tanggung jawab manusia dapat

dibedakan atas tanggung jawab terhadap diri sendiri, tanggung jawab terhadap

masyarakat, dan tanggung jawab terhadap Tuhan.

(Di depan Najzwa di tanyai oleh Datuk Sanusi, apakah dia mencintai Sofyan.

Awalnya dia tidak mencintai Sofyan, tapi setelah dia mengenal Allah dia jatuh hati

kepada Sofyan. Datuk Sanusi yang mendengar perkataan itu kagum.Kemudian Datuk

Sanusi bertanya apakah dia bersedia menikah dengan Sofyan tahun depan. Dan

Najzwa pun menjawab dia bersedia menikah dengan Sofyan).

c. Kepedulian

Peduli adalah sikap keberpihakan kita untuk melibatkan diri dalam persoalan,

keadaan atau kondisi yang terjadi di sekitar kita. Orang yang peduli kepada nasib

orang lain adalah mereka yang terpanggil melakukan sesuatu dalam rangka memberi

inspirasi kebaikan kepada lingkungan sekitar.

(Kemudian setelah Sofyan sholat Ashar, Pak Saipulloh datang dan

mengatakan bahwa Sofyan sholat dengan khusyuk. Kemudian beliau menceramahi

Sofyan tentang agama).

d. Empati

Empati adalah kemampuan kita dalam menyelami perasaan orang lain tanpa

harus tenggelam di dalamnya. Empati adalah kemampuan kita dalam mendengarkan

perasaan orang lain tanpa harus larut. Empati merupakan kemampuan kita dalam

merespon keinginan orang lain yang tak terucap. Kemampuan ini dipandang sebagai

kunci menaikkan intensitas dan kedalaman hubungan kita dengan orang lain.
50

(Santhiak terdiam sesaat, dia berkata katanya dia telah menemuimu dan telah

memberimu Sabda Cinta.Sofyan pun bingung dengan perkataan Santhiak yang

dimaksud dengan Sabda Cinta. Santhiak pun menjelaskan bahwa itu adalah tekad

mencintai orang yang benar-benar dicintainya).

e. Kerja sama

Kerja sama adalah suatu bentuk proses sosial, di mana di dalamnya terdapat

aktivitas tertentu yang ditujukan untuk mencapai tujuan bersama dengan saling

membantu dan saling memahami terhadap aktivitas masing-masing.

(Sofyan mulai membuat novel dengan bantuan Saskia karena dia merasa sulit

jika mengetik dengan satu tangan.Saat mengetik Saskia juga sering bertanya apa

yang terjadi dengan tokoh-tokoh tersebut. Akhirnya setelah tiga bulan mengetik

novel tersebut selesai, Sofyan memberi judul novel tersebut Sabda Cinta dan nama

penulisnya adalah Saskia Najzwa Maharani).

f. Tolong Menolong

Manusia adalah makhluk sosial, dia tak bisa hidup seorang diri, atau

mengasingkan diri dari kehidupan bermasyarakat.

(Kemudian Saskia merawat Sofyan dengan baik, mereka banyak mengobrol

tentang Kakak kembar Saskia yang telah melakukan semua ini.Kemudian Sofyan

keluar dari rumah sakit dan menuju rumah susun tempat Saskia tinggal).

-laki tua naik ke atas mimbar dan mulai berceramah. Sofyan yang tidak

tertarik pun tidak bisa menolak omongan laki-laki tua tersebut. Setelah sholat Jum’at

selesai, lelaki tua tersebut bernama Pak Saipulloh dia lelaki yang dituakan dan

dihormati karena ilmu agamanya di tempat tersebut.


51

B. Kajian Penelitian yang Relevan

Adapun penelitian yang relevan sesuai dengan judul penulis adalah sebagai

berikut:

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Yuli Astuti- Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta tahun 2014 dalam skripsinya yang berjudul “Penguasaan kemampuan

menyimak terhadap menganalisis nilai-nilai moral dalam novel Negeri 5 Menara

karya A. Fuadi: Tinjauan sosiologi sastra dan Implementasinya pada pembelajaran

sastra di SMA Kelas XI”.

Dalam penelitian ini, novel dikaji dengan pendekatan analisis teks. Data yang

dikumpulkan dari unit-unit teks pada novel mencerminkan nilai moral tokoh. Hasil

dari penelitian tersebut menghasilkan delapan nilai moral dari empat nilai kategori.

Pertama, nilai moral dalam lingkup hubungan manusia dengan Tuhan; religious dan

toleransi. Kedua, nilai moral dalam lingkup hubungan manusia dengan diri sendiri;

kerja keras, disiplin, dan cinta damai. Ketiga, nilai moral dalam lingkup hubungan

manusia dengan sesame; tolong menolong dan bersahabat. Keempat, nilai moral

dalam lingkup hubungan manusia dengan lingkungan; peduli lingkungan.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Titus Kurniadi (2018) yang berjudul

“Analisis nilai moral dan nilai sosial dalam novel daun yang jatuh tak pernah

membenci angin karya Tere Liye dan implementasinya”.

Penelitian ini meneliti tentang nilai moral dan nilai sosial dalam novel Daun

yang jatuh tak pernah membenci angin karya Tere Liye. Tujuan penelitian ini adalah

mendeskripsikan nilai moral dan nilai sosial serta implementasi nilai moral dan sosial

yang terkandung dalam novel. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskripsi
52

dengan menggunakan analisis isi. Hasil penelitian dan pembahasan bahwa dalam

novel Daun yang jatuh tak pernah membenci angin karya Tere Liye mengandung

nilai moral dan sosial yang dapat diimplementasikan sebagai bahan pembelajaran

sastra di SMP. Nilai moral dan sosial diperoleh dengan menganalisis wujud-wujud

nilai yang terkandung dalam novel yang dikaji. Nilai-nilai tersebut diwujudkan dalam

berbagai perilaku dan sifat tokoh pada rangkaian cerita novel.

Dari kedua penelitian di atas sejauh pengetahuan penulis, belum ada skripsi

yang sama persis dengan penelitian yang akan penulis lakukan. Adapun persamaan

dan perbedaan penelitian ini, pertama persamaannya dengan Yuli astuti adalah

penguasaan kemampuan menyimak terhadap menganalisis nilai-nilai moral dalam

sebuah novel. Perbedaannya adalah skripsi Yuli objek penelitiannya adalah novel

Negeri 5 Menara karya A. Fuadi dengan menganalisis nilai moral yang terkandung di

dalamnya. Sedangkan peneliti objek penelitiannya adalah novel yang berjudul Sabda

Cinta karya Raudiyant dengan menganalisis nilai-nilai sosial yang terkandung di

dalamnya..

Kedua, persamaan dengan skripsi yang ditulis oleh Titus Kurniadi adalah

meneliti tentang kesamaan nilai-nilai dalam sebuah karya sastra, yakni nilai-nilai

sosial. Perbedaannya adalah skripsi Titus Kurniadi objek penelitiannya adalah nilai

moral dan nilai sosial dalam novel Daun yang jatuh tak pernah membenci angin

karya Tere Liye, sedangkan peneliti objek penelitiannya adalah nilai- nilai sosial yang

terkandung dalam novel Sabda Cinta karya Raudiyant.


53

B. Kerangka Berfikir

Kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang hubungan teori dengan

berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Dengan

demikian, kerangka berfikir adalah suatu konsep yang dapat memberikan gambaran

dan arahan yang hendak dituju dalam penelitian.

Kerangka konseptual merupakan konsep yang digunakan untuk menyusun

program penelitian atau sebagai tolak ukur yang dapat menjadi contoh peneliti dalam

pelaksanaan penelitian. Berdasarkan teori yang dikemukakan di atas, maka kerangka

konseptual dalam penelitian ini adalah:

a. Setiap siswa mampu menguasai keterampilan menyimak konsentratif.

b. Setiap siswa mampu menganalisis nilai sosial novel “Sabda Cinta” karya

Ajhree Raudiyant.

C. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara dari suatu penelitian yang masih perlu

dibuktikan kebenarannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Arikunto (2006:71),

“Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan

peneliti sampai terbukti melalui data yang terkumpul”. Sedangkan Suherly (1996:49)

menyatakan bahwa hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap pertanyaan

penelitian.

Arikunto (2006:67) menguraikan bahwa hipotesis itu dapat dikatakan baik

apabila memiliki ciri-ciri tertentu yaitu: 1) harus dirumuskan dengansingkat tetapi

jelas, 2) harus dengan nyata menunjukkan adanya fakta hubungan antara dua variable
54

atau lebih, 3) harus didukukung oleh teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli atau

hasil penelitian yang relevan.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas adapun hipotesis dalam penelitian ini

adalah adanya pengaruh yang signifikan antara penguasaan keterampilan menyimak

konsentratif terhadap kemampuan menganalisis novel “Sabda Cinta” karya Ajhree

Raudiyant oleh siswa kelas X SMA Negeri 1 Kotanopan.


55

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat dan waktu penelitian merupakan tempat dimana peneliti akan

melaksanakan penelitiannya, sedangkan waktu adalah kapan peneliti melaksanakan

penelitian tersebut.

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas X SMA Negeri 1 Kotanopan yang beralamat

di Jalan Perintis Kemerdekaan, Pasar Kotanopan, Kec. Kotanopan, Kab. Mandailing

Natal Prov. Sumatera Utara.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan kurang lebih dua bulan atau setelah selesainya

diseminarkan dan setelah mendapatkan surat izin dari Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan (FKIP) UMTS Padangsidimpuan.

B. Jenis Penelitian

Jenis/instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk

mengumpulkan data dan informasi yang diinginkan atau dibutuhkan oleh peneliti.

Jenis penelitian biasanya digunakan oleh peneliti untuk menanyakan atau mengamati

responden sehingga diperoleh data yang dibutuhkan.

Salah satu kegiatan pengumpulan data yaitu merumuskan dan mengumpulkan

data yang diperlukan sesuai dengan masalah yang diteliti. Adapun alat yang

digunakan untuk mengumpulkan data kedua variable yang akan diteliti dalam

penelitian ini adalah tes. Menurut pendapat Arikunto (2010:193) menyatakan bahwa
56

tes adalah serentetan pernyataan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk

mengukur keterampilan, pengetahuan inteligensi, kemampuan atau bakat yang

dimiliki oleh individu atau kelompok. Tes adalah alat yang digunakan untuk menilai

hasil-hasil pelajaran yang telah diberikan oleh guru kepada murid-muridnya atau oleh

dosen kepada mahasiswanya dalam jangka waktu tertentu.

Pengumpulan data merupakan proses pengadaan data untuk keperluan penelitian.

Menurut pendapat Arikunto (2006:71). Ada beberapa jenis pengumpulan data sebagai

berikut:

1. Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan

untuk mengukur keterampilan, pengetahuan atau intelegensi kemampuan atau

bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.

2. Angket atau kuisioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk

memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau

hal-hal yang diketahui.

3. Interview adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk

memperoleh informasi dari terwawancara.

4. Observasi adalah aktivitas yang sempit yang memperhatikan sesuatu dengan

menggunakan metode.

5. Skala bertingkat adalah suatu ukuran subyektif yang dibuat berskala.

6. Dokumentasi adalah peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku,

majalah, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya.

Oleh karena itu dalam penelitian ini peneliti dibagian variabel X menggunakan

tes pilihan ganda 10 soal dan essay 5 soal di variabel Y untuk mengetahui
57

kemampuan siswa menggunakan keterampilan menyimak konsentratif untuk

menganalisis nilai sosial yang terkandung dalam novel “Sabda Cinta” karya Ajrhee

Raudiyant oleh siswa kelas X SMA Negeri 1 Kotanopan.

Tabel 3.1

Kisi-kisi soal variabel X pengaruh penguasaan keterampilan menyimak konsentratif

NO Indikator Nomor Jumlah Skor

1 Kemampuan siswa dalam menguasai 1-2 1 10

pengertian keterampilan.
2 Kemampuan siswa dalam memahami 3-4 1 10

definisi keterampulan menyimak


3 Penguasaan siswa dalam empat 5-6 2 20

keterampilan berbahasa Indonesia


4 Pemahaman siswa dalam keterkaitan antara 7-8 2 20

keempat aspek keterampilan berbahasa


5 Penguasaan siswa dalam membedakan 9-10 2 20

jenis-jenis keterampilan menyimak


Jumlah 100

Sesuai dengan tabel 3.1 di atas maka dapat dilihat bahwa kisi-kisi instrumen

penelitian penguasaaan keterampilan menyimak konsentratif terdiri dari 6 indikator

dengan jumlah 10 soal. Adapun hal-hal yang menjadi indikator kemampuan

menganalisis nilai sosial novel sabda cinta karya Ajhree Raudiyant dapat dilihat Pada

tabel 3.2 di bawah ini.

Tabel 3.2
58

Kisi-Kisi soal variabel Y kemampuan dalam menganalisis nilai sosial novel “Sabda Cinta” karya

Ajhree Raudiyant

No Indikator Nomor Jumlah Skor

1 Mampu memahami pengertian novel. 1 1 20


2 Siswa mampu menjelaskan jenis-jenis 2 1 20

novel.
3 Siswa mampu menjelaskan unsur 3 1 20

instrinsik novel.
4 Siswa mampu menjelaskan unsur 4 1 20

ekstrinsik novel.
5 Mampu menganalisis nilai sosial yang 5 1 20

terkandung dalam novel Sabda Cinta

karya Ajhree Raudiyant.


Jumlah 100

Berdasarkan tabel 3.2 di atas, maka dapat dijelaskan bahwa kedua tabel

tersebut memaparkan kisi-kisi tentang pengaruh penguasaan keterampilan menyimak

konsentratif terhadap kemampuan menganalisis nilai sosial novel “Sabda Cinta”

karya Ajhree Raudiyant oleh siswa kelas X SMA Negeri 1 Kotanopan.

C. Populasi dan Sampel

Populasi bukan hanya orang, tapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain.

Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada objek/sabjek.

1. Populasi

Arikunto (2010:173) menyatakan bahwa populasi adalah seluruh subyek

penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah
59

peneliti maka penelitiannya merupakan penelitian populasi. Sedangkan menurut

Sugiono (2015:117) menyatakan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Setiap penelitian data atau informasi dari sumber-sumber yang dapat dipercaya,

agar data informasi yang ditemukan dapat dijadikan untuk menjawab permasalahan

atau untuk menguji hipotesis atau pernyataan penelitian yang diajukan dalam

penelitian, maka data yang diperlukan tersebut dikumpulkan dari objek penelitian.

Yaitu kelas X SMA Negeri 1 Kotanopan, yang dalam kegiatan penelitian disebut

dengan istilah populasi, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table 3.3 di bawah ini:

Tabel 3.3

Populasi Penelitian

No Kelas Laki-Laki Perempuan Jumlah


1 X-IPA-1 12 Siswa 20 Siswa 32 Siswa
2 X-IPA-2 17 Siswa 16 Siswa 33 Siswa
3 X-IPA-3 20 Siswa 14 Siswa 34 Siswa
Total 49 Siswa 50 Siswa 99 Siswa
Sumber: Tata usaha X SMA Negeri 1 Kotanopan

Berdasarkan tabel 3.3 di atas menunjukkan bahwa populasi diambil dari

seluruh kelas SMA Negeri 3 Padangsidimpuan mulai dari kelas X-1 sampai X-3.

Laki-laki berjumlah 49 siswa, perempuan berjumlah 50 siswa, sehingga keseluruhan

siswa berjumlah 99 siswa.

2. Sampel

Menurut Arikunto (2010:175) mengatakan jika penelitian sebagai dari populasi,

maka peneliti tersebut disebut penelitian sampel. Sampel adalah sebagian atau wakil
60

populasi yang diteliti. Pendapat Arikunto (2010:174) mengatakan bahwa beberapa

teknik pengambilan sampel yang bisa dikenal antara lain: 1) Sampling acak (random

sampling), 2) Sampling kelompok (cluster sampling), 3) Sampling berstrata

(stratified sampling), 4) Sampling bertujuan (purposive sampling), 5) Sampling

daerah atau sampling wilayah (area sampling). Penelitian tersebut disebut penelitian

sampel. Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti, “Sampel adalah

sebagian atau wakil populasi yang diteliti”.

Untuk pengambilan sampil diambil berdasarkan acak seperti yang dikemukakan

oleh Arikunto (2011:74) yaitu secara acak (random sampling) dengan cara

mengambil salahsatu kertas sebanyak 3 yang berisi kelas IPA-1,kelas IPA-2, kelas

IPA-3, maka kelas X IPA-1 yang dijadikan sebagai populasi. Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat dalam table 3.4 di bawah ini:

Tabel 3.4

Sampel Penelitian

No Kelas Laki-Laki Perempuan Jumlah


1 X-IPA-1 12 Siswa 20 Siswa 32 Siswa
Total 12 Siswa 20 Siswa 32Siswa
Sumber: Tata usaha X SMA Negeri 1 Kotanopan Tahun Ajaran 2019-2020.

D. Definisi Operasional

Defenisi operasional yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah:

1. Menyimak merupakan sebuah keterampilan yang kompleks yang memerlukan

ketajaman perhatian, konsentrasi, sikap mental yang aktif dan kecerdasan dalam

mengasimilasi serta menerapkan setiap gagasan. Pada dasarnya pengembangan


61

keterampilan menyimak dibedakan atas empat tataran pokok: (1) tataran

identifikasi; (2) tataran identifikasi dan seleksi tanpa retensi; (3) tataran

identifikasi dengan seleksi terpimpin dan retensi jangka pendek; (4) tataran

identifikasi dengan seleksi retensi jangka panjang.

2. Menyimak konsentratif pada dasarnya adalah bagian dari menyimak

komprehensif. Penggolongan menyimak konsentratif kedalam menyimak

komprehensif berkaitan dengan aktivitas yang terjadi pada menyimak konsentrasi

yang fokusnya menelaah pembicaraan/hal yang disimaknya. Tujuan utama

menyimak konsentratif adalah tertangkapnya berbagai informasi yang

disampaikan oleh penutur sehingga ide dari pembicara dapat dipahami dengan

baik.

3. Novel merupakan bentuk karya sastra yang paling popular di dunia. Bentuk sastra

ini paling banyak beredar, lantaran daya komunikasinya yang luas pada

masyarakat. Sebagai bahan bacaan, novel dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu

karya serius dan karya hiburan. Pendapat demikian memang benar tapi juga ada

kelanjutannya. Yakni bahwa tidak semua yang mampu memberikan hiburan bisa

disebut sebagai karya sastra serius. Sebuah novel serius bukan saja dituntut agar

dia merupakan karya yang indah, menarik dan dengan demikian juga memberikan

hiburan pada kita. Tetapi ia juga dituntut lebih dari itu. Novel adalah novel syarat

utamanya adalah bawa ia mesti menarik, menghibur dan mendatangkan rasa puas

setelah orang habis membacanya.

E. Teknik Pengumpulan Data


62

Arikunto (2010:265) menyatakan bahwa pengumpulan data adalah bagaimana

peneliti menentukan metode setepat-tepatnya untuk memperoleh data, kemudian

disusul dengan cara-cara menyusun alat pembantunya, yaitu instrumen. Pengumpulan

data merupakan proses pengadaan data untuk keperluan penelitian. Tanpa mengetahui

teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapat data yang memenuhi

standar yang diterapkan. Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam

penelitian ini adalah:

1. Mengadakan penelitian langsung terhadap subjek peneliti di SMA Negeri 1

Kotanopan.

2. Memberikan materi serta menjelaskan kepada siswa terkait judul peneliti.

3. Membagikan lembar soal dan jawaban kepada siswa.

4. Mengumpul lembar jawaban tugas siswa yang menjadi objek penelitian.

5. Mengoreksi hasil tes siswa dengan mencari skor rata-rata siswa.

F. Teknik Analisis Data

Teknik yang digunakan dalam menganalisis data adalah teknik statistik

deskriptif yaitu salah satu teknik yang digunakan untuk mengetahui gambaran kedua

variabel. Untuk mengetahui koefisien kedua variabel terhadap data yang telah

dikumpulkan, maka ada dua tahap yang dilakukan yaitu:

a. Analisis secara deskriptif, guna memberikan gambaran umum tentang

keadaan kedua variabel penelitian yang akan ditetapkan klasifikasi atau

kriteria penilaian untuk posisi masing-masing variabel. Untuk mengetahui

keadaan hasil belajar siswa.

Tabel 3.5
63

“ Pedoman Penilaian “

No Nilai Kategori
1 80-100 Baik sekali
2 70-79 Baik
3 60-69 Cukup
4 50-59 Kurang
5 0-49 Gagal

b. Analisis statistik, teknik ini digunakan untuk menguji kebenaran hipotesis

yang ditegakkan dalam penelitian, apakah hipotesis tersebut diterima atau

ditolak. Rumusan yang digunakan untuk menguji hipotesis dimaksud adalah

teknik kolerasi “r” product moment oleh pearson (Arikunto,2010:318-319)

dengan rumusan:

rxy =

Keterangan:

rxy : Koefisien korelasi product moment antara variabel x dan y

N : Jumlah data

∑X : Jumlah skor variabel (X)

∑X2 : Jumlah kuadrat variabel X2

∑Y : Jumlah skor variabel (Y)

∑Y2 : Jumlah kuadrat variabel Y2

Anda mungkin juga menyukai