Skripsi Wisuda - Hani
Skripsi Wisuda - Hani
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam yang telah memberikan limpahan
rahmat, taufiq dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan judul “Tindak Tutur Ilokusi dalam Film Kartun Jabir Ibnu Hayyan” . Skripsi
ini diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Sastra
pada Program Studi Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.
Peneliti menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak
kekurangan dikarenakan kurangnya pengetahuan, kemampuan serta pemahaman
peneliti dalam menulis skripsi ini. Oleh karena itu dengan segenap kerendahan hati
peneliti bersedia menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan tulisan ini. Peneliti berharap semoga karya tulis ini bermanfaat bagi
para pembaca khususnya para peminat Bahasa Arab.
i
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulisan skripsi ini dapat terselesaikan karena bantuan dari berbagai pihak.
Untuk itu, peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
banyak membantu dalam penelitian ini, dan rasa terima kasih tersebut peneliti tujukan
kepada :
1. Bapak Mukhlasin dan Ibu Nurhafnah Bahri yang telah memberikan segala
pengorbanan disertai dengan doa yang tulus dan ikhlas dalam mendidik peneliti
hingga saat ini. Berkat doa keduanya, peneliti dapat menuntut ilmu di Perguruan
Tinggi Negeri di Sumatera Utara. Semoga Bapak dan Ibu selalu diberi kesehatan,
umur yang berkah dan selalu mendapat lindungan dari Allah SWT.
2. Bapak Dr. Muryanto Amin selaku Rektor Universitas Sumatera Utara terpilih
yang baru saja dilantik. Semoga Allah selalu memberkahi semua aktifitas bapak
dalam menjalankan amanah.
3. Ibu Dr. Dra. T. Thyrhaya Zein, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya USU,
Bapak Drs. Mauly Purba, M.A., Ph.D selaku Wakil Dekan I, Ibu Dra. Heristina
Dewi, M.Pd selaku Wakil Dekan II dan bapak Pujiono, M.Hum selaku Wakil
Dekan III yang telah memberikan fasilitas dan kesempatan kepada peneliti untuk
mengikuti perkulihan selama peneliti menempuh pendidikan di Fakultas Ilmu
Budaya USU.
4. Ibu Hj. Dra. Rahlina Muskar Nst, M.Hum., Ph.D selaku ketua progam studi sastra
arab dan kepada Bapak Drs. Bahrum Saleh, M.Ag selaku Sekretaris Program
Studi Sastra Arab FIB USU yang arif dan bijaksana.
ii
5. Ibu Hj. Dra. Murniati, M.Hum selaku dosen pembimbing yang penuh kesabaran,
kearifan, dan kebijaksanaan yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan
dorongan tiada henti disela-sela kesibukannya. Semoga Allah SWT selalu
memberikan kesehatan agar dapat selalu mengalirkan ilmu kepada mahasiswa
Sastra Arab.
6. Ibu Prof. Dra. Khairina Nasution, M.S dan Bapak Dr. Zulfan M.Hum yang telah
meluangkan waktu dan pikirannya dalam membantu proses penelitian ini hingga
selesai.
7. Ibu Prof. Pujiati, M.Soc.Sc., Ph.D. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang
selalu mendukung peneliti dalam menyelesaikan pendidikan di Program Studi
Sastra Arab.
8. Seluruh Staff pengajar Program Studi Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan banyak ilmu sejak peneliti
memulai perkuliahan hingga menyelesaikannya dan menjadi sarjana, serta kak
Fitri selaku Tata Usaha Program Studi Sastra Arab yang telah membantu peneliti
dalam proses administrasi.
10. Tersayang untuk Abangda Muhammad Ainul Syahputra, S.T sebab telah
membersamai, menemani, menghibur, serta mendukung peneliti dalam keadaan
sulit ataupun senang yang saat ini sedang bekerja di kalimantan, semoga segera
kembali ke kampung halaman.
11. Terkhusus untuk Abangda Muhammad Fadlan Gajah, S.S yang telah membantu
peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
iii
12. Terbaik teman – teman stambuk 2017 yang telah memberikan semangat dalam
perjuangan bersama selama 4 tahun, terima kasih banyak untuk semuanya teman.
13. Ikatan Mahasiswa Bahasa Arab (IMBA) FIB USU yang sekarang telah dipegang
oleh adik-adik, semoga kalian tetap kuat dan kompak dalam menjalankan roda
organisasi agar semakin jaya. Terimakasih karna telah memberikan pelajaran dan
proses yang begitu panjang.
14. Seluruh rekan – rekan organisai yang pernah peneliti ikuti sebagai wadah
mengembangkan diri, semoga ukhuwah tetap terjalin dimanapun berada.
iv
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...................................................................................................................... vi
v
2.7.1. Kompetitif ( Bersaing ) .................................................................................... 20
2.7.2. Konvival ( Menyenangkan ) ............................................................................ 20
2.7.3. Kolaboratif ( Kerja Sama ) ............................................................................... 21
2.7.4. Konfliktif ( Bertentangan ) ................................................................................ 21
2.8. Jenis Tindak Tutur Ilokusi ........................................................................................... 21
2.8.1 Tindak Tutur Langung ..................................................................................... 21
2.8.2 Tindak Tutur Tidak Langsung .......................................................................... 22
2.8.3 Tindak Tutur Literal .......................................................................................... 22
2.8.4 Tindak Tutur Tidak Literal .............................................................................. 22
2.9. Film .............................................................................................................................. 23
2.9.1 Film Kartun Jabir Ibnu Hayyan ........................................................................... 23
vi
d. Tindak Tutur Tidak Literal ............................................................................. 56
vii
ABSTRAK
Nurhanifah Eka Putri, 2021. Analisis tindak tutur ilokusi dalam film kartun
Jabir Ibnu Hayyan.
Penelitian ini membahas tindak tutur ilokusi dalam film kartun Jabir Ibnu
Hayyan. Permasalahan yang diteliti adalah bentuk, fungsi, dan jenis tindak tutur
ilokusi. Tujuannya untuk mengetahui bentuk, fungsi, dan jenis tindak tutur ilokusi.
Teori yang digunakan adalah teori tindak tutur ilokusi oleh Searle, teori fungsi tindak
tutur ilokusi oleh Leech, dan teori jenis tindak tutur ilokusi oleh Wijana. Penelitian
ini merupakan penelitian kepustakaan (library research). Data penelitian ini berupa
tuturan para tokoh utama dan tokoh tambahan lainnya yang mengandung bentuk,
fungsi, dan jenis tindak tutur Ilokusi. Sumber data berasal dari film kartun yang
berjudul Jabir Ibnu Hayyan. Data dikumpulkan dengan menggunakan metode simak
bebas libat cakap dengan cara menyimak dan mencatat dialog yang mengandung
tindak tutur ilokusi dalam film kartun tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa ditemukan 232 data. Bentuk tindak tutur ilokusi berjumlah 116 data, fungsi
tindak tutur ilokusi berjumlah 51 data, dan jenis tindak tutur ilokusi berjumlah 65
data.
viii
ص٘سج تجشٝذٝح
ّ٘سحْٞفح إٝنا ت٘تش , ۲٠۲۲ , ٛتحيٞو األفؼاه اىنالٍٞح اى٘م٘س ٜف ٜفٞيٌ مشتُ٘ جاتش تِ حٞاُ
ٕزا اىثحج ٝثحج ػِ األفؼاه اىنالٍٞح اى٘م٘س ٜف ٜفٞيٌ مشتُ٘ جاتش تِ حا . ِٝاىَسأىح فٕ ٜزا
اىثحج ٕ ٜاألشناه ٗاى٘ ظائف ٗأّ٘اع األفؼاه اىنالٍٞح ٖٝ .ذف ٕزا اىثحج ىَؼشفح األشناه ٗ
ٗاى٘ظائف ٗ ,أّ٘اع األفؼاه اىنالٍٞح اى٘م٘سٗ .ٜاىْظشٝح اىَستخذٍح ٕ ٜاىْظشٝح األفؼاه
اىنالٍٞح اى٘م٘س ٜسأسى ٗ , ٜاىْظشٝح ى٘ظائف ىٞچٔ ٗ ,اىْظشٝح ألّ٘اع أفؼاه اىنالٍٞح ٗٝجاُ.
ٕٗزا اىثحج اىَنتثٗ . ٜاىثٞاّاخ ٕزا اىثحج ٕ ٜاألق٘اه أشخاص اإلضافٞح األخش ٙاىت ٜتحت٘ٛ
ػي ٚاألشناه ٗ ,ظائف ٗأّ٘اع أفؼاه اىنالٍٞح ٍ ٗ .صذس ٕ٘ فٞيٌ ماستُ٘ تؼْ٘اُ جاتش تِ حا.ِٝ
تجَغ اىثٞاّاخ تاستخذاً أسي٘ب االستَاع ٗ تجَغ اىثٞاّاخ ٍِ خاله أسي٘ب االستَاع اإلختٞاسٛ
اىنالٍٞح تأسي٘ب ٍِ خاله االستَاع ٗ تسجٞو اىح٘اساخ اىت ٜتحت٘ ٛػي ٚأفؼاه اىنالٍٞح
اى٘م٘س ٜف ٜتيل األفالً ٗ .أٍا ّتائج فٕ ٜزا اىثحج ٘ٝجذ أُ ْٕل ۲۳۲تٞاّاخ .األشنو أفؼاه
اىنالٍٞح تيؾ ٍجَ٘ػٖا ٗ , ۲۲٦ظائف أفؼاه اىنالٍٞح تيؾ ٍجَ٘ػٖا ۱۲تٞاّاخٗ ,أّ٘اع أفؼاه
اىنالٍٞح تيؾ ٍجَ٘ػٖا ٦۱تٞاّاخ
ix
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Pedoman transliterasi yang digunakan adalah Sistem Transliterasi Arab-Latin
Berdasarkan SKB Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No.
158/1987 dan No. 0543 b/U/1987 tertanggal 22 Januari 1988.
A. Konsonan Tunggal
ب bā` B -
خ tā` T -
د Dāl D -
ص Zai Z -
س Sīn S -
ش Syīn Sy -
x
ط ṭā` ṭ t (dengan titik di
bawah)
ظ ẓa ẓ zet (dengan titik di
bawah)
ع ʻain „ koma terbalik (di
atas)
ؽ Gain G -
ف fā` F -
ق Qāf Q -
ك kāf` K -
ه Lām L -
ً Mīm M -
ُ Nūn N -
ٗ Wāwu W -
ٓ hā` H -
ٛ yā` Y -
B. Konsonan Rangkap
Konsonan rangkap, termasuk tanda syaddah, ditulis rangkap.
Contoh : أحمديةditulis Aḥmadiyyah
xi
D. Vokal pendek
Fathah ditulis “a” contoh : مْسditulis kanasa
E. Vokal Panjang
a panjang ditulis “ā” : contoh : ً ّاditulis nāma
F. Vokal Rangkap
Vokal rangkap ٛ (fathah dan ya`) ditulis “ai”.
xii
BAB I
PENDAHULUAN
Syahrul R (2008: 47) menyatakan bahwa tindak tutur merupakan salah satu
dasar kajian pragmatik. Dalam teori tindak tutur dinyatakan bahwa kegiatan
berbahasa ditampilkan dalam bentuk tindak, misalnya bertanya, memberi perintah,
dan sebagainya. Tindak tutur adalah sepenggal tutur yang dihasilkan sebagai bagian
dari interaksi sosial (Sumarsono, 2014: 323).
Tindak tutur yang pertama kali dikemukakan oleh Austin (1956) merupakan
teori yang dihasilkan dari studinya yang kemudian dibukukan oleh J.O. Urmson
(1965) dengan judul How to Do Thing with Words? Kemudian teori ini
dikembangkan oleh Searle (1969) dengan menerbitkan sebuah buku berjudul Speech
Acts: An Essay in the Philosophy of Language. Ia berpendapat bahwa komunikasi
bukan sekadar lambang, kata atau kalimat, tetapi akan lebih tepat apabila disebut
sebagai produk atau hasil dari lambang, kata atau kalimat yang berwujud perilaku
tindak tutur ( the performance of speech acts ) ( Yule, 2006:82 )
1
Austin (1962) menyebutkan bahwa pada dasarnya pada saat seseorang
mengatakan sesuatu, dia juga melakukan sesuatu. Pernyataan tersebut kemudian
mendasari lahirnya teori tindak tutur. Sejalan dengan pendapat Austin, Yule (2014:
81) mengungkapkan bahwa tindak tutur merupakan tindakan yang dilakukan melalui
ujaran atau kegiatan melakukan tindakan mengujarkan tuturan.
Adapun tindak tutur yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah tindak tutur
ilokusi. Rohmadi (2004: 31) mengungkapkan bahwa tindak ilokusi adalah tindak
tutur yang berfungsi untuk mengatakan atau menginformasikan sesuatu yang
dipergunakan untuk melakukan sesuatu. Searle ( 1983 ) menggolongkan tindak tutur
ilokusi dalam aktivitas bertutur ke dalam lima macam bentuk tuturan, yakni (1)
assertif, (2) direktif, (3) ekspresif, (4) komisif, dan (5) deklarasi. Masing – masing
bentuk tindak tutur tersebut memiliki fungsi yang berbeda – beda sesuai dengan
2
hubungan fungsi-fungsi tersebut dengan tujuan-tujuan sosial berupa pemeliharaan
perilaku yang sopan. Adapun fungsi tindak tutur Ilokusi menurut Leech (dalam Oka ,
1993: 162) diklasifikasikan menjadi 4 jenis yaitu, (1) kompetitif, (2) konvivial, (3)
kolaboratif, dan (4) konfliktif. Selanjutnya berdasarkan jenis tindak tutur Wijana (
1996 ) menguraikan adanya dua macam jenis tindak tutur di dalam praktik berbahasa,
yakni (1) tindak tutur langsung dan tindak tutur tidak langsung, (2) tindak tutur literal
dan tindak tutur tidak literal.
Tindak tutur ilokusi yang akan diteliti adalah tindak tutur yang terdapat di
dalam sebuah film. Film merupakan salah satu media komunikasi audio visual yang
memiliki pesan untuk disampaikan pada sekelompok orang yang berada di tempat
tertentu (Effendy, 1986: 134). Adapun film yang akan diteliti dalam penelitian ini
adalah sebuah film kartun dengan judul Jabir Ibnu Hayyan yang diproduksi oleh
شز ٌألهفحي٠ جٌؿض: Tv Al Jazeera for Children ( Qatar ). Film tersebut menceritakan
tentang kehidupan Jabir Ibnu Hayyan sejak kecil hingga dewasa dalam perjalanannya
mencari ilmu khususnya ilmu kimia. Jabir adalah anak yang cerdas dan tanggap,
ayahnya merupakan seorang penjual obat yang ahli dalam memahami berbagai jenis
tanaman obat. Berawal dari rasa ingin tahu Jabir terhadap obat – obatan, maka ia
terus mengembangkan dirinya untuk mempelajari berbagai hal terkait dengan obat –
obatan, hingga akhirnya ia menemukan sebuah ilmu yang dikenal dengan nama “Ilmu
Kimia” dan menjadikan beliau dikenal sebagai Bapak Ilmu Kimia Modern.
Pada sebuah film terdapat dialog atau percakapan yang terjadi antara dua
tokoh atau bahkan lebih. Dialog atau percakapan inilah yang kemudian memunculkan
aktivitas komunikasi di dalam sebuah film sehingga menghasilkan sebuah tindak
tutur. Seperti contoh penggalan dialog dalam film kartun Jabir Ibnu Hayyan berikut
ini :
1. Ekspresif – Mengharapkan
3
/Al – musytari> : wa hal satu>lu fatratu al „ilaji ?/ ‚apakah masa pengobatan akan
berlangsung lama ?”
ٍَ ٍس١ْ ٍِ ّ ٍحَ َل٠َ آالَ َُ ِخالَ َي أَٟ ِٙ َ أ َ ْْ ض َ ْٕطٝ ٌَ ِى ْٓ أََٔ َّٕهَٚ ,ُُ ٍَّللَا أ َ ْػ ُ َ ( أل۲)
َ ه:خ
/Al – abu : allahu a„lamu, wa lakin atamanna> an tantahiya a>la>mu khila>la ayyamin
qali<latin/ ‚ Allah yang lebih mengetahui, tetapi aku berharap sakit perut mu akan
berakhir dalam beberapa hari”
Konteks dalam tuturan tersebut yaitu ketika seorang pembeli yang sedang mengalami
sakit perut datang ke toko ayah Jabir untuk membeli obat sebagai upaya mengobati
sakit perutnya, kemudian sang pembeli bertanya kepada ayah Jabir mengenai
lamanya waktu pengobatan, dan ayah Jabir menjawab seraya mengharapkan
kesembuhan bagi si pembeli.
Alasan peneliti memilih film kartun Jabir Ibnu Hayyan yang diproduksi oleh
الجزيرة لألطفال: Tv Al Jazeera for Children ( Qatar ), dikarenakan peneliti menemukan
banyak tuturan yang merupakan tindak tutur ilokusi pada dialog antar tokoh dalam
film tersebut. Tindak tutur ilokusi dalam film tersebut memiliki bentuk, fungsi, dan
jenis yang berbeda – beda. Sehingga peneliti tertarik untuk meneliti bentuk, fungsi,
dan jenis tindak tutur ilokusi secara terperinci di dalam film tersebut. Film kartun
4
Jabir ibnu hayyan juga menarik untuk dikaji sebagai sebuah gambaran dari fenomena
sosial yang berkembang dewasa ini, dimana film tersebut menggambarkan cita – cita
seorang anak yang mendambakan ilmu pengetahuan, sehingga dengan gigih dan ulet
anak tersebut mencari ilmu dengan cara mendatangi guru – guru besar dan majelis
ilmu. Sudah sepantasnya nilai – nilai tersebut menjadi motivasi bagi generasi muda
saat ini yang sudah mulai terkikis rasa cintanya terhadap ilmu pengetahuan. Sudah
sepantasnya Jabir ibnu hayyan menjadi contoh teladan bagi generasi muda dalam
menuntut ilmu pengetahuan.
5
1.4 Manfaat Penelitian
6
Penelitian ini menggunakan satu metode yaitu metode simak dengan beberapa
teknik. Menurut Mahsun (2005:242), metode simak merupakan metode yang
digunakan dalam penyajian data dengan cara peneliti melakukan penyimakan
penggunaan bahasa. Penelitian ini menggunakan teknik simak bebas libat cakap
(SBLC). Teknik simak bebas libat cakap yaitu teknik pengumpulan data dengan cara
peneliti menyadap perilaku berbahasa di dalam suatu peristiwa tutur dengan tanpa
keterlibatannya dalam peristiwa tutur tersebut (Mahsun, 2005: 243). Selanjutnya
peneliti menggunakan teknik catat sebagai teknik lanjutan. Teknik catat yaitu
mencatat beberapa bentuk yang relevan bagi penelitiannya (Mahsun, 2005: 133).
Sumber data dalam penelitian adalah tuturan yang terdapat dalam sebuah film
kartun yang berjudul Jabir Ibnu Hayyan produksi شز ٌألهفحي٠ جٌؿض: Tv Al Jazeera for
Children ( Qatar ) dan objek penelitian yang akan dikaji adalah tindak tutur ilokusi
yang terdapat di dalam film kemudian dianalisis menggunakan teori tindak tutur
ilokusi oleh Searle dalam Rahardi ( 2005:36 ), Teori fungsi tindak tutur ilokusi oleh
leech ( 1993:162 ), dan teori jenis tindak tutur ilokusi oleh Wijana ( 1996 ) dalam
Rahardi ( 2009: 19 – 20 ).
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Penelitian tentang tindak tutur ilokusi sudah pernah dilakukan oleh peneliti –
peneliti sebelumnya yaitu :
a. Robiah Al‟adawiyah Dahlan ( 2017 ) Program Studi Sastra Arab S-1 Fakultas
Ilmu Budaya, Universitas Padjajaran, dengan judul “Ragam Tindak Tutur
Ilokusi Dalam Film Detektif Conan Terjemah Bahasa Arab (Analisis
Pragmatik” . Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan ilmu
balaghah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penulis menemukan 39
kalimat yang menggunakan tuturan yang bermakna imperatif, dalam tuturan
imperatif memiliki banyak sekali ragam makna selain impertif/ perintah itu
sendiri, yaitu: permohonan, perintah, larangan, persilahan, ancaman,
permintaan dan permintaan izin.
b. Yuni A. Parapat ( 2019 ) Program Studi Bahasa Mandarin S-1 Fakultas Ilmu
Budaya, Universitas Sumatera Utara, dengan judul “Analisis Tindak Tutur
Ilokusi dalam Dialog Film Full Circle Karya Zhang Yang : Kajian
Pragmatik” Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori tindak
tutur Ilokusi oleh Searle dan teori fungsi tindak tutur oleh Leech. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Data
penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan metode simak dan teknik
catat oleh Sudaryanto dan Miles .A. Huberman, yaitu : Reduksi data,
penyajian data dan penarikan kesimpulan. Adapun hasil dari penelitian ini
yaitu ditemukan berjumlah 56 data (1) tindak tutur Ilokusi yang terdapat
dalam film Full Circle berjumlah 36 data, yaitu : tindak tutur Ilokusi asertif
berjumlah 4 data, direktif berjumlah 12 data, komisif berjumlah 4 data,
ekspresif berjumlah 13 data dan deklarasi berjumlah 3 data (2) fungsi tindak
tutur Ilokusi yang terdapat dalam film Full Circle berjumlah 20 data, yaitu:
8
fungsi tindak tutur Ilokusi kompetitif berjumlah 4 data, menyenangkan
berjumlah data, bekerja sama berjumlah 5 data, dan bertentangan berjumlah 4
data.
2.2 Pragmatik
Wijana (1996:1) mengatakan bahwa pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang
mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan itu
digunakan di dalam komunikasi.
9
Leech dalam Rohmadi (2004:2) mengungkapkan bahwa Pragmatics studies
meaning in relation to speech situation. Menurutnya pragmatik mengkaji penggunaan
bahasa dalam suatu komunikasi dan mengkaji makna sebagai suatu konteks agar
suatu komunikasi yang terjadi tidaklah bersifat abstrak. Hal senada juga diungkapkan
oleh Parker dalam Wijana (1996:2) yang mengungkapan Pragmatics is the study of
how language is used to communicate. Ia berpendapat bahwa pragmatik mempelajari
bagaimana bahasa digunakan dalam komunikasi. Ia juga berpendapat bahwa
pragmatik mengakaji makna yng terikat konteks atau dapat dikatakan mengkaji
maksud penutur. Pragmatik memudahkan pembelajar bahasa untuk memahami
makna yang terkandung dalam suatu tindak tutur sehingga tercipta pengertian yang
sama dalam menafsirkan makna dalam komunikasi yang sedang terjadi.
Dari berbagai pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa pragmatik adalah
cabang ilmu bahasa yang mengkaji makna berdasarkan konteks yang
melatarbelakangi suatu tuturan dalam sebuah komunikasi pada situasi tertentu.
Konteks yang dimaksud adalah segala latar belakang pengetahuan yang dimiliki oleh
penutur dan mitra tutur serta yang menyertai dan mewadahi sebuah pertuturan.
Apabila penutur dan mitra tutur tidak memahami apa yang menjadi topik
pembicaraan pada saat percakapan berlangsung, maka komunikasi tidak akan berjalan
dengan lancar. Penutur dan mitra tutur hendaknya memiliki pemahaman yang sama
tentang apa yang sedang mereka bicarakan.
2.3 Konteks
10
Lebih jauh lagi, menurut Brown & Yule (1983) konteks adalah lingkungan atau
keadaan tempat bahasa digunakan. Halliday & Hasan (1994) mengatakan secara
harfiah konteks berarti “something accompanying text”, yaitu sesuatu yang inheren
dan hadir bersama teks, sehingga dapat diartikan konteks sebagai situasi atau latar
terjadinya suatu komunikasi.
Kemudian menurut Mulyana (2005: 21) konteks dapat dianggap sebagai sebab
dan alasan terjadinya suatu pembicaraan atau dialog. Segala sesuatu yang
berhubungan dengan tuturan, apakah itu berkaitan dengan arti, maksud, maupun
informasinya, sangat tergantung pada konteks yang melatarbelakangi peristiwa
tuturan itu.
11
1. Penutur dan Lawan Tutur
Konsep penutur dan lawan tutur ini juga mencakup penulis dan pembaca bila
tuturan bersangkutan dikomunikasikan dengan media tulisan. Aspek-aspek yang
berkaitan dengan penutur dan lawan tutur ini adalah usia, latar belakang sosial
ekonomi, jenis kelamin, tingkat keakraban, dsb (Wijana, 1996:10).
2. Konteks Tuturan
Konteks tuturan penelitian linguistik adalah konteks dalam semua aspek fisik
atau seting sosial yang relevan dari tuturan bersangkutan. Konteks bersifat fisik lazim
disebut koteks, sedangkan konteks seting sosial disebut konteks. Dalam pragmatik
konteks itu pada hakikatnya adalah semua latar belakang pengetahuan (background
knowledge) yang dipahami bersama oleh penutur dan lawan tutur (Wijana, 1996:11).
Wijana menekankan bahwa konteks tuturan dipengaruhi oleh latar belakang
pengetahuan. Maksudnya, latar belakang pengetahuan memengaruhi kelancaran
sebuah komunikasi.
12
P : Participants : Penutur, mitra tutur, dan pendengar.
E : End atau tujuan : Tujuan akhir tuturan ( maksud yang diucapkan oleh
penutur kepada mitra tuturnya, ketercapaian maksud
tuturan akan terlihat dari sikap mitra tutur setelah
menerima pesan tersebut.
A : Act Sequence : Urutan atau alur yang digunakan dalam percakapan
termasuk bentuk dan isi pesan.
K : Key : Nada suara dan ragam bahasa yang digunakan dalam
menyampaikan pendapatnya, dan cara mengemukakan
pendapatnya.
I : Instrument : Alat untuk menyampaikan pendapat
N : Norma : Perilaku yang dibawa oleh penutur dan mitra tutur
dalam kegiatan berbahasa.
G : Genre : Bentuk pesan yang digunakan dala percakapan.
Ragam bahasa dapat berupa formal dan informal
tergantung konteks situasionalnya. Kategori genre
menurut Hymes berupa puisi, dialog, cerita, dan lainnya.
3. Tujuan Tuturan
Pada dasarnya tuturan dari seseorang akan muncul karena dilatarbelakangi oleh
maksud dan tujuan tutur yang sudah jelas dan amat tertentu sifatnya. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa tujuan tuturan adalah buah atau produk akhir dari sebuah tuturan
yang didasari oleh maksud. Tidak mungkin seseorang bertutur tanpa adanya tujuan
dan tujuannya pun bermacam-macam.
13
4. Tuturan sebagai Bentuk Tindakan
Pragmatik berhubungan dengan tindak verbal (verbal act) yang terjadi dalam
situasi tertentu dalam hubungan ini pragmatik menangani bahasa dalam tingkatannya
yang lebih kongkret dibandingkan dengan tata bahasa. Tuturan sebagai entitas yang
konkret jelas penutur dan lawan tuturnya, serta waktu dan tempat pengutaraannya
(Wijana, 1996:12).
Pada dasarnya tuturan yang muncul di dalam sebuah proses penuturan itu adalah
hasil atau produk dari tindakan verbal para tuturnya, dengan berbagai macam
pertimbangan konteks situasi sosial-kultural dan aneka macam kendala konteks yang
melingkupi, mewarnai, dan mewadahinya.
14
Sehingga dapat disimpulkan bahwa tuturan sebagai produk tindak verbal seperti
memerintah, menyuruh, menyarankan, memperingatkan, memberitahu, menyindir,
menunjukkan bahawa penutur dan mitra tutur telah melakukan selayaknya aktivitas
berkomunikasi.
Pengertian tindak tutur menurut menurut Searle dalam Sahraui (2005: 10) tindak
tutur adalah:
15
Adapun Wijana (1996:46) mengatakan bahwa tindak tutur merupakan unsur
pembentuk aktivitas berbahasa. Sedangkan Ibrahim (1993:294) menjelaskan bahwa
tindak tutur adalah ujaran-ujaran yang merupakan tindakan (action). Dari pendapat
tersebut dapat dikatakan bahwa tindak tutur adalah tindak verbal yang digunakan
untuk menyatakan sesuatu sekaligus melakukan sesuatu. Oleh karena itu, dapat
diambil kesimpulan bahwa tindak tutur adalah sebuah proses aktivitas.
Lebih lanjut Chaer (Rohmadi, 2004: 29) menyatakan bahwa tindak tutur
merupakan gejala individual yang bersifat psikologis dan keberlangsungan nya
ditentukan oleh kemampuan bahasa si penutur dalam menghadapi situasi tertentu.
Dalam proses tindak tutur fokus perhatian lebih ditekankan pada makna atau arti
tindakan dalam tuturannya.
16
1. Tindak Lokusioner ( locutionary acts )
Tindak Lokusioner adalah tindak bertutur dengan kata, frasa, dan kalimat,
sesuai dengan makna yang dikandung oleh kata, frasa, dan kalimat itu. Tindak tutur
ini dapat disebut sebagai the act of saying something. Dalam tindak lokusioner tidak
dipermasalahkan maksud dan fungsi tuturan yang disampaikan oleh si penutur.
Contoh :
“Tangan ku gatal”
( Rahardi, 2005 : 35 )
Tuturan diatas semata – mata hanya dimaksudkan untuk memberitahu mitra tutur,
bahwa pada saat dimunculkannya tuturan itu, tangan penutur sedang gatal
“Tangan ku gatal”
( Rahardi, 2005 : 35 )
Tuturan diatas dalam persepsi ilokusi diucapkan penutur bukan semata – mata
diucapkan penutur untuk memberitahu mitra tutur bahwa pada saat dituturkannya
tuturan itu rasa gatal sedang bersarang pada tangan penutur, lebih dari itu penutur
menginginkan mitra tutur melakukan tindakan tertentu berkaitan dengan rasa gatal
pada tangannya.
17
Tindak Perlokusi adalah tindak menumbuhkan pengaruh ( effect ) kepada
mitra tutur. Tindak tutur ini dapat disebut sebagai the act of effecting someone.
Tuturan “Tangan ku gatal” misalnya, dapat digunakan untuk menumbuhkan
pengaruh ( effect ) rasa takut kepada mitra tutur. Rasa takut itu muncul, misalnya,
karena yang menuturkan tuturan itu berprofesi sebagai tukang pukul, yang pada
kesehariannya sangat erat dengan kegiatan memukul dan melukai orang lain
Selanjutnya Austin pada tahun 1962, dalam buku nya yang berjudul “How to
Do Things with words”, membedakan tiga jenis tindak tutur ( dalam Tarigan, 1986 :
109 ) sebagai berikut :
1. Tindak Lokusi adalah tindakan untuk mengatakan sesuatu.
2. Tindok Ilokusi adalah tindakan dalam mengatakan sesuatu. Dilakukan dengan
menuturkan suatu tuturan yang memiliki daya (force) tertentu yang menampilkan
fungsi tuturan sesuai dengan konteks tuturan tersebut, seperti memberitahu,
memerintah, melarang.
3. Tindak Perlokusi adalah tindakan dengan mengatakan sesuatu yang memiliki efek
atau pengaruh bagi mitra tutur.
18
2.6.2 Tindak Tutur Direktif
Tindak tutur direktif adalah tindak tutur yang dimaksudkan penutur agar mitra
tutur melakukan tindakan yang diinginkan oleh penutur, misalnya memerintah,
mengarahkan, memesan, memohon, menasehati, merekomendasi, meminta dan
mengajak, melarang, mengizinkan.
2.6.3 Tindak Tutur Komisif
Tindak tutur komisif merupakan tindak tutur yang mengungkapkan janji
penutur terhadap tindakan yang akan dilakukan di masa depan. Tipe ini
mengekspresikan maksud penutur dalam melakukan sesuatu, misalnya berjanji,
bersumpah, menawarkan sesuatu, dan memanjatkan doa.
2.6.4 Tindak Tutur Ekspresif
Tindak tutur ekspresif adalah tindak tutur yang mempunyai fungsi untuk
mengekspresikan, mengungkapkan atau memberitahukan sikap psikologis penutur
terhadap suatu keadaan yang tersirat dalam ilokusi, misalnya berterima kasih,
memberi selamat, meminta maaf, menyalahkan, memuji, berbelasungkawa,
mengampuni, mengharapkan, dan menolak.
2.6.5 Tindak Tutur Deklaratif
Tindak tutur deklaratif merupakan tindak tutur yang memberi efek perubahan
secara langsung melalui beberapa pernyataan dalam suatu peristiwa. Tipe ini juga
disebut performasi institusi. Dalam hal ini, penutur memberi dampak kepada
masyarakat melalui isi pikirannya dan dunia, misalnya berpasrah, menyerahkan diri,
memecat, membebaskan, membaptis, memberi nama, menamai, mengucilkan,
mengangkat, menunjuk, menentukan, menjatuhkan hukuman, dan menvonis
19
Kenyataan bahwa satu bentuk tuturan dapat mempunyai lebih dari satu fungsi
adalah kenyataan di dalam komunikasi bahwa satu fungsi dapat dinyatakan, dialami,
dan diutarakan dalam berbagai bentuk tuturan.
Bahasa dapat dikaji dari segi bentuk dan fungsi. Kajian dari segi bentuk
menggunakan pendekatan formalisme, yaitu pendekatan telaah bahasa yang
menekankan bentuk-bentuk bahasa semata. Sementara itu, kajian dari segi fungsi
menggunakan pendekatan nonformalisme, yaitu pendekatan telaah bahasa yang
bertitik tolak dari tindak tutur (speech act) dan melihat fungsi tindak tutur itu dalam
komunikasi bahasa sebagi fenomena sosial (lihat Gunarwan, 1992).
Menurut Leech (dalam Oka , 1993: 162) fungsi Ilokusi dapat diklasifikasikan
menjadi empat jenis sesuai dengan hubungan fungsi-fungsi tersebut dengan tujuan-
tujuan sosial berupa pemeliharaan perilaku yang sopan. Adapun fungsi tindak tutur
Ilokusi yaitu, (1) kompetitif, (2) konvivial, (3) kolaboratif, dan (4) konfliktif. Fungsi-
fungsi tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:
2.7.1 Kompetitif (Bersaing)
Fungsi kompetitif atau bersaing adalah tuturan yang tidak bertatakrama
(discourteous), misalnya meminta pinjaman dengan nada memaksa, sehingga di sini
melibatkan sopan santun. Tujuan tindak tutur Ilokusinya bersaing dengan tujuan
sosial. Pada Ilokusi yang berfungsi kompetitif ini mempunyai sifat sopan santun dan
tujuannya mengurangi ketidakharmonisan atau perselisihan yang tersirat antara
penutur dan mitra tutur, misalnya memerintah, meminta, menuntut, dan mengemis.
2.7.2 Konvivial (Menyenangkan)
Fungsi konvivial atau menyenangkan adalah tuturan yang bertatakrama. Tujuan
tindak tutur Ilokusinya sejalan dengan tujuan sosial. Pada fungsi ini, sopan santun
lebih positif bentuknya dan bertujuan mencari kesempatan untuk beramah tamah,
misalnya menawarkan, mengajak atau mengundang, menyapa, menyambut,
mengucapkan terima kasih, dan mengucapkan selamat.
20
2.7.3 Kolaboratif (Kerja Sama)
Fungsi kolaboratif atau kerja sama adalah tidak melibatkan sopan santun karena
pada fungsi ini sopan santun tidak relevan. Tujuan tindak tutur Ilokusinya tidak
melibatkan tujuan sosial, misalnya menyatakan, melaporkan, mengumumkan, dan
menginstruksikan.
2.7.4 Konfliktif (Bertentangan)
Fungsi konfliktif atau bertentangan tidak mengandung unsur sopan santunsama
sekali karena fungsi ini pada dasarnya bertujuan menimbulkan kemarahan. Tujuan
tindak tutur Ilokusi bertentangan dengan tujuan sosial, misalnya mengancam,
menegur, dan mencerca.
21
harus dimaknai dengan sesuatu yang tersirat atau terimplikasi di dalam nya. Makna
yang demikian hanya dapat diperoleh dengan melihat konteks situasi nya. Berikut
adalah contoh tuturan yang menyatakan tindak tutur tidak langsung :
Dari sisi modus, kalimat di atas termasuk ke dalam kalimat berita. Maka tindakkan
memberikan informasi bahwa ruangan gelap sekali merupakan tindak tutur langsung
dan modus nya deklaratif. Kalau yang dimaksud adalah memerintah seseorang untuk
menyalakan lampu, karena kondisi ruangan yang gelap sekali maka tindak tutur yang
demikian merupakan tindak tutur tidak langsung.
Tuturan tersebut menyatakan pujian kepada mitra tutur, merupakan tindak tutur literal
sebab maksudnya sama dengan makna kata – kata yang menyusun nya.
22
Tuturan tersebut menyatakan sindiran atau ejekan, penutur bermaksud mengatakan
bahwa suara lawan tuturnya jelek, yaitu dengan mengatakan “Tak usah menyanyi”.
Sehingga tindak tutur tersebut merupakan tindak tutur non literal sebab maksud
tuturannya, berbeda dengan makna kata – kata yang menyusunnya.
2.9 Film
Secara umum film merupakan fenomena sosial, psikologi, dan estetika yang
kompleks yang merupakan dokumen yang terdiri dari cerita dan gambar yang diiringi
kata-kata dan musik.
Film merupakan alat komunikasi massa yang paling dinamis dewasa ini. Apa
yang terpandang oleh mata dan terdengar oleh telinga, masih lebih cepat dan mudah
ditangkap akal daripada apa yang hanya dapat dibaca yang memerlukan lagi
pengkhayalan untuk menangkapnya ( Ismail, 1983:47 ).
Lebih lanjut Palapah dan Syamsudin (1986: 114) mendefinisikan film sebagai
salah satu alat media yang berkarakteristik massal yang merupakan kombinasi antara
gambar-gambar bergerak dan perkataan.
Film kartun Jabir Ibnu Hayyan yang diproduksi oleh شز ٌألهفحي٠ جٌؿض: Tv Al
Jazeera for Children ( Qatar ) adalah sebuah film yang didedikasikan untuk
perkembangan ilmu pengetahuan dan sejarah, film ini memiliki durasi 37 menit 02
detik, berlatar kota kuffah pada tahun 101 Hijriyah. Film ini menceritakan kisah
hidup jabir ibnu hayyan sejak masih kanak – kanak hingga dewasa, ayahnya adalah
seorang pedagang rempah – rempah dan herbal yang diperjual belikan sebagai bahan
obat – obatan bernama Hayyan bin Abdullah Al – Azdy seorang yang ahli dalam
meracik obat – obatan, berbekal keahliannya dalam memahami manfaat berbagai
jenis tanaman herbal. Lingkungan dimana Jabir tumbuh dan berkembang inilah yang
akhirnya membangun ketertarikan dan keinginan Jabir untuk terus mempelajari
berbagai jenis rempah dan herbal sebagai tanaman obat dan memutuskan untuk
23
melakukan perjalanan mencari llmu, hingga akhirnya beliau menemukan sebuah ilmu
yang dikenal dengan nama “kimia”. Jabir pun mendatangi para guru di antara nya
Harbil Al – Himyari yang mengajarinya ilmu agama dan hisab di yaman, kemudian
Imam Ja‟far Shodiq yang mengajari nya ilmu agama dan kimia secara mendalam di
Kuffah, mereka melakukan berbagai eksperimen untuk terus menemukan
kebermanfaatan ilmu kimia bagi kehidupan manusia. Perjalanan Jabir dalam
mengembangkan ilmu kimia tidak selamanya berjalan lancar, ia harus menghadapi
fitnah besar dari masyarakat kuffah kala itu, dimana ia dianggap sebagai tukang sihir
sebab hasil eksperimen yang ia lakukan dan pengetahuan masyarakat arab pada
umumnya masih sangat awam bahkan banyak yang belum memahami apa itu ilmu
kimia. Percobaan untuk mencelakai dan menghancurkan laboratorium Jabir pun
dilakukan, namun beruntung beliau selamat dan terus melanjutkan misinya untuk
menjadikan ilmu kimia bermanfaat bagi kehidupan manusia. Jabir Ibnu Hayyan wafat
pada usia mendekati 95 tahun di laboratorium miliknya, segala hasil eksperimen,
buku – buku yang ia tulis, peralatan eksperimen yang ia buat, zat – zat kimia yang ia
temukan menjadikan dirinya selalu dikaitkan dengan ilmu kimia sehingga beliau
dikenal dengan julukan Bapak Ilmu Kimia
24
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Hasil penelitian ini berupa deskripsi bentuk, fungsi, dan jenis tindak tutur Ilokusi
yang terdapat dalam film kartun Jabir Ibnu Hayyan.
3.2 Pembahasan
Tabel 1. Bentuk tindak tutur ilokusi dalam film kartun jabir ibnu Hayyan
No. Bentuk Tindak Tutur Ilokusi Jumlah
1. Tindak Tutur Assertif 57
2. Tindak Tutur Direktif 29
3. Tindak Tutur Komisif 6
4. Tindak Tutur Ekspresif 23
5. Tindak Tutur Deklaratif 1
Jumlah Keseluruhan 116
25
imperatif dan interogatif. Tindak tutur ini mengekspresikan keyakinan penutur,
seperti dalam tindar tutur memberitahukan, menyatakan, menyarankan, membual,
mengeluh, mengklaim, menyatakan, menuntut, melaporkan, membanggakan, dan
menyombongkan. Adapun yang termasuk dalam bentuk tindak tutur assertif dalam
film Jabir Ibnu Hayyan dapat dilihat sebagai berikut :
2. Assertif – Memberitahu ( 01.07 – 01.09 )
ْٟ ِح أَذ٠َ جََٔح َُٕ٘ح: ؾَحذِ ُش
/Jābir : anā hunā yā ‟abī/ “Jabir : aku disini ayah”
26
adalah membuat jabir merasa yakin dan bebas untuk menanyakan apapun kepada
sang ayah.
27
ذَ ًْ ٌَمَ ِذ, َْضجَْ َفمَ ْو١ِّ ٌْ ْظ َ٘زَج ج َ ١ٌَ ْك َؾذًّج
ٍ ١ِجْ َدلٍ َْض١ِِ ٌَِٝهسُ ضَكْ ط َ ُؽ ئ١ِّ ٍْ خ ج ٌْ ِؼ ِ فَحٌطهؿِٟ
ُ َحس ْ فِٕ ْؼطُُٗ ذِِٕ ْفغ
َ : ) ؾَحذِ ُش۳(
هس١ِّ ٍْ ج ٌْ ِؼْٟ َِحسذ
ِ ضَؿٟػ ٍَ ه َ ُ َ٘زَج ج ٌْ َّ ْؼ َّ ًِ ٌِطْٟ ِ ض َ َشج َ٘ح فْٟ ِش جٌهط
َ ًَ ِّٙ غ ِ جََٚ ًْشج َِِٓ ْجألَد١ِجخط َ َشػْصُ َوػ
ْ
/Ja>biru : S}ana‟tuhu binafsi> fa al-tajarribu al-‟ilmiyyata tah}taju „ila> mi>za>nin
daqi>qin jadda> laysa haz|a al - mi>zana faqat, bak laqadi ikhtara‟tu kas|i>ra>n mina
al-„adwitara allati> tara>ha> fi> haz|a al-ma‟mali litusahhila ‟alayya taja>ribi> al-
‟ilmiyyah/Jabir : aku membuatnya sendiri, percobaan ilmiah membutuhkan skala /
timbangan yang sangat akurat. bukan hanya tabung ini saja, bahkan aku sudah
membuat banyak alat yang kau lihat dilaboratorium ini, untuk memudahkan ku
dalam melakukan percobaan ilmiah ku”
َ َِ ْؼ َّ ٍِهٌَِٝ ُ٘ َٕح ئٌَِٝ ُْ ئِٙ ِم٠ْ َه ِشْٟ ِفَ ِس فُْٛ ؾشزُ ِِ ْٓ أ َ ْ٘ ًِ ج ٌْى
َ َ ج ٌْؼ, ! ؾَحذِ ُشِٞ
ْ ذ١ع ه
َ َح٠ ! ؾَح ِذ ُشِٞ
ْ هذ١ع ُ ٌِ جٌ َطح
َ :د
/At-t}a>libu 1 : sayyidi> ja>biru ! sayyidi> ja>biru , al-‟usyratu min „ahli al-ku>fati fi>
t}ari>qihim „ila> ma‟malika/Murid (1) : Tuan ku jabir ! Tuan ku jabir ! puluhan
orang dari penduduk kuffah sedang dalam perjalanan kesini, ke laboratorium mu.
28
Dialog diatas merupakan tindak tutur ilokusi bentuk Assertif – melaporkan,
dimana Murid ( 1 ) bermaksud melaporkan kedatangan para penduduk kuffah
yang berniat buruk kepada jabir.
Konteks :
Penutur ( Murid 1 ) tidak sengaja mendengar percakapan para penduduk kuffah
ketika dalam perjalanan menuju laboratorium lalu Penutur ( Murid 1 )
melaporkan kepada mitra tutur ( Jabir ) bahwa para penduduk kuffah ingin
mencelakai jabir dan menghancurkan laboratoriumnya sebab mereka
berprasangka bahwa segala percobaan ilmiah yang dilakukan jabir dan hasilnya
adalah perbuatan sihir dimana jabir telah bersekutu dengan jin. Ilokusinya adalah
membuat Jabir waspada serta mempersiapkan diri untuk kabur.
Tindak tutur direktif adalah tindak tutur yang dimaksudkan penutur agar
mitratutur melakukan tindakan yang diinginkan oleh penutur, misalnya memerintah,
mengarahkan, memesan, memohon, menasehati, merekomendasi, meminta dan
mengajak, melarang, mengizinkan. Adapun yang termasuk dalam tindak tutur ilokusi
bentuk direktif dalam film kartun jabir ibnu hayyan dapat dilihat sebagai berikut :
29
Konteks :
Penutur ( Ayah Jabir ) memerintahkan kepada mitra tutur ( Pelanggan ) untuk
mencampur berbagai rempah yang telah ditumbuk dengan minyak sebelum
dikonsumsi sebagai obat. Kata “ م َْغ/d}a‘/ letakkan “ merupakan fi‟il amar yang
bermakna perintah untuk meletakkan, dalam konteks ini ayah jabir
memerintahkan pelanggan nya untuk meletakkan setiap rempah sesuai dengan
ْ / ikhlit}i / campurlah “ merupakan fi‟il amar yang
takaran nya. Kata “ جخ ٍِ ِو
bermakna perintah untuk mencampur, dalam konteks ini ayah jabir
memerintahkan pelanggan nya untuk mencampur setiap rempah dan biji – bijian
yang telah ditakar dengan minyak. Ilokusinya adalah memerintahkan.
pelanggannya untuk meminum obat sesuai dengan anjuran dan takaran yang
diberikan.
30
Dialog diatas merupakan tindak tutur ilokusi bentuk direktif – memerintah,
dimana jabir meminta penjelasan lebih mendalam dari sang ayah.
Konteks :
Penutur ( Jabir ) meminta kepada mitra tutur ( Ayah Jabir ) untuk menjelaskan
lebih detail perbedaan takaran pada setiap bahan obat – obatan yang disebabkan
oleh perbedaan efek yang ditimbulkan dari masing – masing bahan, setelah
mendengarkan penjelasan dari mitra tutur ( Ayah Jabir ) namun penutur ( Jabir )
masih juga bingung dan belum mengerti. Penggunaan kata “ ع َشـ
ْ ِ ج/ israh /
jelaskan” yang merupakan fi‟il amar ( kata kerja perintah ) di dalam bahasa arab
sebagai bentuk penegasan permintaan secara mendalam. Ilokusinya adalah
membuat mitra tutur ( Ayah Jabir ) harus menjelaskan apa – apa yang ingin jabir
ketahui.
Dialog (2) diatas merupakan tindak tutur ilokusi bentuk direktif – mengajak,
dimana Jabir bermaksud mengajak Ummah untuk segera menemui Harbil
Himyari.
Konteks :
Penutur ( Jabir ) mengajak mitra tutur ( Ummah ) untuk langsung menuju ke
rumah Harbil, setelah perbincangan mereka tentang sosok Harbil Himyari selesai
sebagai jawaban kepada mitra tutur ( Ummah ) yang bertanya kepada Penutur (
Jabir ) apakah jabir ingin menemui Harbil Himyari saat itu juga dikarenakan
31
rumah mitra tutur ( Ummah ) dekat dengan rumah Harbil. Ilokusinya adalah
Ummah harus mengikuti ajakan Jabir untuk mengantarkanya menemui Harbil
Himyari
( 13.55 – 13.56 )
ٌَهَ َ٘زَج,غًٕح
َ َق:ْش٠ ِصِٛ ٌج
/Al-wazi>ru : H}asana>n, laka haza>|/Menteri : baiklah kau boleh melakukannya
Dialog diatas merupakan tindak tutur ilokusi bentuk direktif – memberi izin,
dimana Menteri Ja‟far Al – Barmaki bermaksud memberikan izin kepada jabir
untuk melakukan keinginannya.
Konteks :
Penutur ( Menteri Ja‟far Al – Barmaki ) memberikan izin kepada mitra tutur (
Jabir ) untuk mendalami ilmu kimia dan meninggalkan profesinya sebagai dokter
resmi negara, setelah mendengar apa yang menjadi keinginan mitra tutur ( Jabir )
yaitu mendalami ilmu kimia. Ilokusinya adalah Jabir mendapatkan kebebasan
untuk mendalami kembali ilmu kimia.
, َحٍْٙ ٍِّ َلَٚ ِْش٠َح ِِ ْٓ َل ْر ًُ ِص ِد ج ٌْ َّ َمح ِدَٙ ٌَ ُْ ضُؿ ِ َّش ْخ َخ ٍْفٜج هد أ ُ ْخشَٛ َِ جِقْ ٍِ ْو, َػ ِطه ْ َ ؾ هَش ْخ لَذْسج: ق
َ ع ِط َطح ُ ق ِذِإل َِح َُ َؾ ْؼفَ ٌش جٌ ه
َحُٙلهؼَٛ َ َٔطَحتِ َؽ ٌَ ُْ ضَى ُْٓ ضَطٌَِٝق ْذفَسُ ئ
ُّ ٌدَنَ جْٛ ُعطَمَ
32
Dialog diatas merupakan tindak tutur ilokusi bentuk direktif – mengarahkan,
dimana Imam Ja‟far As – Shodiq bermaksud memberikan pengarahan kepada
jabir mengenai teknik melalukan percobaan secara sederhana.
Konteks :
Penutur ( Imam Ja‟far As – Shodiq ) mengarahkan mitra tutur ( Jabir ) untuk
mulai melakukan percobaan atau eksperimen dengan menggunakan kemampuan
dan pengetahuan yang jabir miliki serta bahan – bahan yang belum pernah diuji
untuk mencapai penemuan – penemuan baru yang belum pernah ada sebelumnya.
Ilokusinya adalah Imam Ja‟far As – Shodiq menginginkan jabir untuk segera
melakukan percobaan sebanyak mungkin.
ْ ٠َ ْْ َ أٌٝ
َٟ ِقْٛ غ ِط ِ ْٚ ُ زُ ْجألَٛ جٌ ُخ ْط,ٍجشَٛ هُ ْٛ ط ه ِر َغ ِػ هذزَ ُق٠َ ْْ َ فَالَذُ هذ أ,ٍس١ ِ ضَؿْ ِش َذ ٍس ِػ ٍْ ِّ هٞ
ّ َ َُ ج ٌْ ًؼح ٌِ ُُ ِذحْٛ ُم٠َ َٕ َّح١ْ ِخَٚ : ؾَح ِذ ُش
ُ ُؾًح ِ٘ ُذ َ٘ح َِػَالً ِػ ْٕ َذ َِح ُٔالَ ِق٠ ْٟ ِغ ِِش َظح ِ٘ َشزَ جٌهط
ع ّ َُف١ٌِ َحٙم ُ ِ ْؼط َ ِش٠ ًهس١ٌَُٗ فَ ْش ِمَْٛ ُظ ق ُ ِكْ ذ٠ ج ٌْؼَح ٌِ ُُ ِِ ْٓ ُِؾَح َ٘ َذضِ ِٗ ٌِ ِّح
,ٍَٝ ْجأل َ ْػْٟ ِ فَِٛ ّ َدزَ ج ٌْؿْٚ ذُ ُشَٚ ض َ َؿ ُّخ ِش ج ٌْرَكْ ِشٌَٝ ِ ئِٞ
ْ ظ ض ُ َإ ّد
َ ّْ ؾ َ ك أَْه ق ََش
جسزَ جٌ ه ِ ّْأل ُ جٌ ه٠ ِٞ
ُ غ َّح َء ِٔ ْفطِ ِش ْ َحخ جٌهز
َ غكجٌ ه
َع َ ْٟ َِ ْرط٠ ًهس٠غط َ ْٕرِ َو ِِ ْٓ ُِؾَح َ٘ َذضِ ِٗ َٔ َظ ِ ّش
ُ َ ْرك٠ َٗ َِح١ْ ٍَػ ْ َ٠ ْْ َ َسُ أ١ِٕزُ جٌػهَٛ جٌ ُخ ْط.خٍ عكَح َ ْٟ ِؾ ُّى ًِ ج ٌْرُ َخ ِحس ف
َ ًٍ ؽ ْى َ َ ضٌَٝ ِ ئِٞ
ْ ض ُ ُإ ّد
ِ َّ ٌْ ٌَِٝ غ ُ هُ ئٍَٝ ْألَ ْػٌِٝ ِد ئْٛ ُقؼ
َْٓ حء ػ ًّ ٌ جْٟ حس ِف َ غح ِػ ُذ ج ٌْ ًر َخ َ أَْه ج ٌْك ََشَٟ ِ٘ ُهس٠ُْ جٌ هٕ َظ ِشُْٛ قَحٌَطَِٕح َ٘ ِز ِٖ ضَىْٟ ِ ِٗ ف١ْ ِف
َ ً جسزَ ض
َ٘زَجَٚ ِٗ َِح ٌء١ْ ِهطُُٗ أَ َْ الَ َ٘زَج ِئَٔح ٌء ف٠ق َٔ َظ ِش ْ َ َ٘ ًْ ضَٜ َش١ٌِ ؼَ ِس١ْ جٌ هط ِرٌَٝ َد ِئْٛ َُؼ٠ ْْ َزُ جٌػّح ٌِػَسُ أَٛ جٌ ُخ ْط.ْك ْجأل َ ِْ َط ِحس
ُ ق ُذ ِ ٠َه ِش
ٌَٝ ِد ج ٌْرُ َخ ِحس ِئْٛ ُفؼ َ ُ جسزُ ِف ْؼالً ض
ُ ْٟ غح ِػ ُذ ِف َ ٌْ ِْٓ ِئرًج فَح١غ ِخ
َ كَش ْ ش جٌط ه َ ْٓ ِِ حس جٌقهٍ ِؼ ُذ
ِ ح١ػ َّ ٍِ ه ٌ ْٛ ُأ ُ ْٔر
ُ ِٗ ج ٌْرُ َخ١ْ ط َ َؿ هّ ُغ ِف٠َ خ
ُ َ ْذ ُق٠ ع َِح
ع ُ َ٘ ًْ ُٔالَ ِق,ل جٌػهٍؽِ َو َّح ض َ َشؤْ َْ ٌَِٕؿْ َؼٍَُٗ ذَ ِحسدًج َ ق ْمَٕحذِ ِٗ ِِ ْٓ ؾَح ِٔرِ ِٗ ذَ ْؼَ ٌْ َخ أِ ْٛ ُ َ٘زَج جٌ ُؿ ْض ُء ِِ ِٓ ْجأل ُ ْٔرٍَْٝجأل َ ْػ
َ لَ ِذ ض َ َؿ هّ ْؼصُ ػَٚ حء
ِؾذ ٍَجسٍَٝ ِ ل لَ َط َشج
ِ َّ ٌْ ش ج َ ذَ ْؼٜخ َو َّح َٔ َش ِ غكَح ح ذِحٌ هًٙ ١ْ ِؽر
َ ف ِر ُف ْ َٚ ف ِ َُّٛ جٌطهىْٟ ِِ ْر َذأ ُ ف٠ حس َ ئِْه ج ٌْرُ َخ
َ ؾرُِٗ ْجأل َ ِْ َط
هطَِٕح٠حس ئِرًج فَ ِم ْذ ضَح َ هو ْذ ًٔح ِِ ْٓ ِف هك ِس َٔ َظ َش ْ ُ نًح ض٠ْ َ خ َِِٓ جٌذ ِهخ ًِ ئِٔهَٗ أ
ِ ْٛ ُْجأل ُ ْٔر
/Ja>biru : wa khi>nama> yaqu>mu al- ’a>limun bi ayyi tajribatin ‟ilmiyyatin, fa
la>budda „an yattabi‟a ‟iddata h}u>t}uwa>tin, al-khut}watu al-„u>la> „an yastauh}iya al-
’a>limu min musya>hadatihi lima> yah}dus|u h}aulahu fard}iyyata ya‟tarid}uha> li
yufassiti z}ahirata al-lati< yusya>hiduha> mas|ala>n ’indama> nula>h}iz} al-saha>ba al-laz|i>
yimla>„a al-sama„a naftarid}u ‘anna h}ararata al-syamsa tu„addi> „ila> tajakkhari al-
bah}ri wa buru>data al-jawwi fi> al-„a‟la>, tu„addi „ila> tasyakkali al-bukha>ri fi> syaklin
sah}ab> in. Al-khut}watu al-s|aniyatu „an yastanbit}a min musya>hadatihi naz}arriyyata
33
yabti> ’alaiha> yabh}as|u fi> h}al> atina> taku>nu al-naz}arriyyatu „anna al-h}ara>rata
tusa>‟idu al-bukha>ra fi> al-s}a’u>di „ila> al-‘a‟la> s|umma „ila> al-ma>‘i ‟an t}ari>qi al-
„amt}a>ri. Al-khut}watu al-s|a<lis|atu „an yau‟u>da „ila> al-tabi>‟atu liyara> hal tas}duqu
naz}riyyatuhu „am la> haz|a ‘ina>‘un fi>hi ma>‘un wa haz|a „unbu>bun yatajamma‟u fi>hi
al-bukha>ru al-s}al’idu mim ‟amaliyya>ti al-taskhi>ni „iza>n fa al-h{ara>ratu fi‟la>n
tusa>’idu fi> s}u’u>di al-bukha>ra „ila> al-„a‟la> haz|a al-juz„u mina al-„unbu>bi al-
s}aqna>bihi min ja>nibihi ba’d}a al-s|alji kama> tarauna li naj‟alahu ba>rida>n hal
nula>h}iz} ma> yadhus|u „inna al-bukha>ra yibda„u fi> al-takawwufi was>bih}u syabi>h}a>n
bi al-sah}a<bi kama> nara> ba‟d}a qat}ara>ti al-ma>‘i wa qadi tajamma‟tu ‟ala> jida>run
al-„unbu>bi mina al-dakhili „innahu „ayda>n tusybihu al-„amt}a>ra „iza>n fa qadi ta
akkadna> min s}ih}h}ati naz}arriyyatina>/ Jabir : ketika seorang ilmuwan melakukan
eksperimen apapun maka ia harus mengikuti beberapa langkah. Langkah pertama
: seorang ilmuwan hendaknya terinspirasi oleh penglihatan tentang apa yang
terjadi disekitarnya melalui hipotesis yang ia asumsikan untuk menjelaskan
fenomena yang ia amati, saat kita memperhatijan awan yang memenuhi langit,
kita berasumsi bahwa panas matahari menyebabkan penguapan air laut dan
dinginnya udara di atas menyebabkan pembentukan uap air menjadi awan. Dan
langkah kedua : hendaknya ia menyimpulkan teori dari hasil pengamatannya,
yang atas dasar teori tersebut ia mengembangkan pembahasannya, pada kasus kita
ini teorinya adalah bahwa suhu panas itu membantu uap air naik ke atas,
sedangkan suhu dingin mengubah uap menjadi awan lalu menjadi air dan turunlah
hujan. Dan langkah ketiga : hendaknya ia kembali ke alam untuk melihat apakah
teorinya benar atau tidak, ini tabung berisi air, dan ini adalah pipa tempat
berkumpulnya uap yang naik karena proses pemanasan, dengan demikian maka
panas sangat membantu naiknya uap ke atas. Bagian dari tabung ini kita
tempelkan es pada sebagian sisinya, seperti yang kalian lihat untuk membuatnya
dingin. Coba perhatikan apa yang terjadi, uap nya mulai mengembun dan menjadi
seperti awan, seperti yang kita lihat beberapa tetesan air telah berkumpul di
dinding pipa dari dalam dan terlihat seperti tetesan hujan, dengan demikian kita
telah memastikan kebenaran teori kita.
34
Dialog diatas merupakan tindak tutur ilokusi bentuk Direktif – mengajarkan,
dimana jabir bermaksud menjelaskan tentang langkah – langkah melakukan
percobaan ilmiah dalam pengajaran yang dilakukannya.
Konteks :
Penutur ( Jabir ) melakukan tindakan pengajaran kepada mitra tutur ( Murid –
Murid Jabir ) tentang langkah – langkah untuk melakukan percobaan ilmiah. Jabir
semakin terkenal sebagai ilmuwan dalam bidang kimia bahkan ia menjadi ahli
kimia paling terkenal pada zamannya sehingga ia memutuskan untuk membuat
kelas dan mengajari banyak murid untuk mejadikan ilmu kimia berkhidmat bagi
manusia. Ilokusinya adalah Murid – murid jabir bisa mempraktekan apa – apa
yang telah jabir jelaskan mengenai langkah – langkah melakukan percobaan
ilmiah.
35
melakukannya, agar percobaanmu mengarah pada hasil yang kau harapkan kau
harus memahami petunjuk / pedoman yang berhubungan dengan percobaan ini.
( 33.36 – 33.37 )
ْٟ ٍِ َّ َمَ ُغ َِ ْؼ٠ َٓ٠ْ َ َ٘ ًْ الَ َق ْظ ُُ أ, ًع َإال
ُ ُْ عأٌَُ ُى
ْ َ ُذ أ َ ْْ أ٠ْ أ ُ ِسَٚ : ( ؾَحذِ ُش۱)
/Ja>biru : wa „uri>du „an „as„alukum su„ala>n, hal la> ha}z}mu „aina yaqa‟u ma‟mali>
?/Jabir : dan saya ingin menanyakan kepada kalian satu pertanyaan, apakah kalian
memperhatikan dimana laboratoriumku dimana ?”
( 33.38 – 33.39 )
ِ أَ ْه َشْٟ ِ ئِٔهُٗ ف: ۱ د
ّٕ ِس٠ْ جف ج ٌْ َّ ِذ ُ ٌِ ( جٌ َطح۲)
/At-t}a>libu 2 : „innahu fi> „at}ra>fi al-madi>nati/Murid (2) : ada dipinggiran kota
( 33.40 – 34.09 )
ُ َ ِؿ٠ ُ ج ٌْ ُّالَ َق َظسُ جٌػهح ٌِػّسَٟ ِ٘ ِٖ َ َ٘ز: ) ؾَحذِ ُش۳(
ءٍ أ َ ْورَ َش ِِ هّحُْٚ ذُٙ ِ ٍي فَطَط َ َّطه َغ ذْٚ َِى ٍَحَ َِ ْؼ ُضْٟ َِْ ج ٌْ َّ ْؼ َّ ًُ فُْٛ َى٠ ْْ َ د أ
ْٟ ِع ف
ُ غ هشَ ََط٠ َ ًِح الُْٛ د جٌطهؿْ ِشذَ ِس َوط ِ َْ فُْٛ َى٠ ْْ َ د أ
ُ َحق ُ َ ِؿ١َحْ ف ِ ّ هِٙ ُِ ْجِ حْ أ َ ِْ ِش
ِ َّ ْ ٌْ ِىطَٚ قر ُْش
ّ ٌجَٚ د ِ ١ْ جٌطه ْش ِوْٟ ِغح ِػذُنَ ف
َ ُ٠
َحْٕٙ ِِ ِزٛ جٌٕهطَحتِؽِ ج ٌْ َّ ْش ُؾ هٍَٝ ِق٠َ َٝحسذِ ِٗ َقطه
ِ ضَؿٍَٝػ َ ِ ِٗ ِِ ْٓ َٔطَحتِؽ١ْ ٌََِ ِق ًُ ئ٠ ْٚ َ َ ْفؼٍَُُٗ أ٠ ئِ ْػالَ ِْ َِح
َ ًسجْٛ ُفر
36
/Ja>biru : haz|ihi hiya al-mula>h}az}ata al-s|a>lisata yajibu „an yaku>na al-ma‟malu fi>
maka>nin ma‟zu>lin fa tatamatta‟a bi hudu>„in „akbara mimma> yusa>‟idu fi> al-
tarki>bati wa al-s}abru wa al-kitma>ni „amra>ni muhimma>ni fa yajibu „an yaku>na
s}a>h}ibu al-tajribati katu>ma>n la yatasarra‟u fi> „i‟la>ni ma> yaf‟alahu „aw yas}ilu
„ilaihi min nata>„iji s}abu>ra>n ‟ala> taja>ribihi h}atta> yas}illa> an-nata>„ija al-marjuwwati
minha>/Jabir : ini peringatan yang ketiga, laboratorium harus berada di tempat
terpencil sehingga kau akan merasa lebih tenang, yang membantumu untuk lebih
fokus. Kesabaran dan menjaga rahasia adalah dua hal yang penting maka seorang
pelaku eksperimen haruslah seorang yang dapat menjaga kerahasiaan, tidak
terburu – terburu mengumumkan apa yang dia lakukan, ataupun hasil – hasil yang
telah dicapai, sabar dengan eksperimennya sampai dia mencapai hasil yang
diharapkan darinya”
Dialog (3) diatas merupakan tindak tutur ilokusi bentuk Direktif – memperingati,
dimana jabir bermaksud memberikan peringatan murid – muridnya mengenai
bahaya membangun laboratorium di tempat umum berdasarkan pengalaman yang
telah dialami oleh jabir.
Konteks :
Penutur ( Jabir ) memperingatkan kepada mitra tutur ( Murid – Murid Jabir )
melalui penggunaan kata “ُ ج ٌْ ُّالَ َق َظس/ al-mula>h}az}ata / peringatan” pada dialog
tersebut agar mitra tutur ( Murid – Murid Jabir ) berhati – hati dalam proses
mengembangkan ilmu kimia. Adapun isi dari peringatan tersebut adalah agar
murid – muridnya mempersiapkan laboratorium dan membangunnya di tempat
terpencil yang jauh dari khalayak ramai agar lebih fokus dalam melakukan
eksperimen, serta merahasiakan hasil – hasil ekperimen yang ia capai sampai tiba
waktu yang tepat untuk mengumumkannya, sebagai nasehat dalam bentuk
peringatan berdasarkan pengalaman hidupnya. Ilokusinya adalah Murid – murid
jabir dapat meminimalisir bahaya apabila membangun laboratoriumnya di tempat
terpencil.
37
c. Tindak Tutur Komisif
Tindak tutur komisif merupakan tindak tutur yang mengungkapkan janji penutur
terhadap tindakan yang akan dilakukan di masa depan. Tipe ini mengekspresikan
maksud penutur dalam melakukan sesuatu, misalnya berjanji, bersumpah,
menawarkan sesuatu, dan memanjatkan doa. Adapun yang termasuk tindak tutur
komisif dalam film kartun jabir ibnu hayyan dapat dilihat sebagai berikut:
( 19.17.19.30 )
؟ِٞ َ َح٠ ََ ِذن٠ ٍَٝ ػ
ْ ِّذ١ع َ خ ِ ِذ َِِٓ جٌطهؿ٠ْ ضَؼٍَُّ ُُ جٌ َّ ِضْٟ ُُِٕٕ ّْ ِى٠ ًْ َ٘ : هحخ
ِ َحس ُّ جٌؾ
/Asy-syabbu : Hal yumkinuni> ta‟allamu al-mazi>di mina at-taja>ribi ‟ala> yadika ya>
sayyidi>/Pemuda : Bolehkah aku belajar lebih banyak eksperimen bersama mu tuan
?
38
( 19.31 – 19.43 )
39
18. Ekspresif – Memuji ( 03.15 – 03.22 )
َ ِس٠ِٚ ْجأل َ ْدَٚ خ
ِ جس ْجأل َ ْػؾَح ْ َ ُُ أَٙ َ٘ح َل ْذ ذَ َذجَْْ ض َ ْف, َح ؾَح ِذ ُش٠ َغ ْٕص
َ ع َش َ ْ أَق: خ
ُ َ أل
/Al-„abu : „ah}santa ya> ja>biru, ha> qad bada„na tafhamu „asra>ra al-„a‟sya>bi wa al-
„adwiyati /Ayah : Bagus jabir !, kau mulai memahami rahasia herbal dan obat –
obatan.
Dialog diatas merupakan tindak tutur ilokusi bentuk Ekspresif – memuji, dimana
ayah jabir bermaksud memuji pemahaman jabir yang terus meningkat mengenai
obat - obatan.
Konteks :
Penutur ( Ayah Jabir ) memuji mitra tutur ( Jabir ) sebab kemampuan pemahaman
jabir dalam menerima penjelasannya yang sangat baik, setelah mendengar
penjelasan sang ayah mengenai penyebab perbedaan takaran setiap bahan obat –
َ ْ أَق/ „ah}santa / engkau bagus” merupakan salah satu bentuk
obatan, kata “ َغ ْٕص
ucapan memuji di dalam bahasa arab. Ilokusinya adalah menimbulkan rasa
senang bagi jabir sehingga ia semakin termotivasi untuk terus mendalami ilmu
tentang obat – obatan.
Dialog diatas merupakan tindak tutur ilokusi bentuk Ekspresif – Menolak, dimana
Musa bermaksud menolak alasan jabir ingin pergi ke yaman.
Konteks :
Penutur ( Musa ) menolak pernyataan dari mitra tutur ( Jabir ) mengenai alasan
nya meninggalkan kuffah untuk pergi ke yaman sebab berkembangnya bisnis
َ ١ٌَ َ٘زَج/ haz|a laisa
herbal dan obat – obatan di yaman melalui kalimat “ ْظ ُِرَ ِ ّش ًسج
mubarrira>n / ini bukan alasan yang tepat”, sebab menurut musa bisnis tersebut
40
memang selalu lancar dimanapun. Ilokusinya adalah membuat jabir harus
menjelaskan lebih lanjut mengenai alasannya meninggalkan yaman yang telah
ditolak musa.
Dialog diatas merupakan tindak tutur ilokusi bentuk Ekspresif – Kagum, dimana
pemuda yang ingin bekerja di laboratorium jabir menunjukkan kekagumannya
atas percobaan kimia yang ia lihat secara langsung.
41
Konteks :
Penutur ( Pemuda ) merasa kagum atas apa yang dilihatnya terhadap percobaan
untuk menghilangkan karat pada besi tembaga secara sederhana yang dilakukan
oleh mitra tutur ( Jabir ) lakukan, kekaguman tersebut ditunjukkan dengan
penggunaan kalimat “َك ٌ ُِذ ِْق/ mudh}isun bi haqin / sungguh menakjubkan”.
ٍ ظ ِذك
Pemuda tersebut tidak menyangka jika Ilmu kimia dapat melakukan hal – hal
yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya namun begitu masuk akal.
Ilokusinya adalah Pemuda merasakan kekaguman di dalam fikiran dan hatinya
sehingga pada akhirnya iapun memahami hakikat ilmu kimia.
Dialog (2) diatas merupakan tindak tutur ilokusi bentuk Ekspresif – Mengucapkan
terima kasih, dimana pemuda bermaksud menunjukkan rasa terima kasihnya
kepada jabir yang telah mau menerimanya sebagai asisten di laboratorium milik
jabir.
Konteks :
Penutur ( Pemuda ) yang ingin bekerja sebagai asisten berterima kasih kepada
mitra tutur ( Jabir ) karena telah diberikan kesempatan untuk mempelajari ilmu
kimia dan bekerja bersama jabir di laboratorium miliknya sebagai asisten di
laboratorium Jabir, sebab penutur ( Pemuda ) telah menyadari hakikat ilmu kimia
serta tidak lagi tergoda akan tujuan awalnya yakni menciptakan emas dan ramuan
42
ُ / syukra>n / terima kasih” merupakan salah satu bentuk
hidup abadi. Kata “ ؽى ًْش
ucapan mengucapkan terima kasih di dalam bahasa arab. Ilokusinya adalah
menunjukkan rasa terima kasih pemuda kepada jabir.
Tindak tutur deklaratif merupakan tindak tutur yang memberi efek perubahan
secara langsung melalui beberapa pernyataan dalam suatu peristiwa. Tipe ini juga
disebut performasi institusi. Dalam hal ini, penutur memberi dampak kepada
masyarakat melalui isi pikirannya dan dunia, misalnya berpasrah, menyerahkan diri,
memecat, membebaskan, membaptis, memberi nama, menamai, mengucilkan,
mengangkat, menunjuk, menentukan, menjatuhkan hukuman, dan menvonis.
( 20.45 – 20.58 )
َُحس جٌ ُّ ْشض َ ِر َطس
ُ ِض ٍْ ِه ْجأل َ ِفىْٟ ِٔ ُرِٚ ٌَ ُْ ضَؼُ ْذ غ َ َشجَٚ ُِ ٍْ ِس َ٘زَج ج ٌْ ِؼ١َ ِّّ ِ٘ َ ؽؼُ ُش ِذحْ َ ٌَمَ ْذ َذ َذجْشُ أ, ؾَح ِذ ُشِْٞ ذ١ِّ ع
َ ح٠َ ف ُ أ َ ِض ْؼ ِش: هحخ
ُّ جٌؾ
َح ِز١ ِْشج ٌْ َك١غ ِ ئِ ْوٌَِٝ ِي ئْٛ ف ُ ُ ْجألِٚ َ د ألٍ َ٘ َ رٌَِٝخ ئِ ًِ جٌطُّ َشج٠ْ ِٛ ْذِطَك
/Asy-syabbu : „ata‟rifu ya> sayyidi> ja>biru, laqad bada„tu „asy‟uru bi ahammiyati
haz|a al- ‟ilmi wa lam ta‟uds|ara>wi z|ani> tilka al-„afka>ru al-murtabit}ati bi tah}wi>li at-
tara>bi „ila> z|ahabin li „awi al-„us|u>li „ila> „iksi>ri al-h}aya>ti/Pemuda : Tahukan engkau
tuan jabir ? aku mulai merasakan pentingnya ilmu ini dan aku tidak lagi tergoda,
dengan fikiran yang terikat bagaimana mengubah debu menjadi emas atau
menemukan ramuan hidup abadi”
( 21.05 – 21.07 )
ْ ِ َي فٚ ْجأل َ هَٞ
ْٟ ٍِ َّ َِ ْؼٟى َ َِ َ لَ هش ْسشُ أ َ ْْ أَؾْ ؼٍََه: ؾَح ِذش
َ غح ِػذ
/Ja>biru : qarrartu ‟an ‟aj„alaka masa>„idaya al‟awwala fi> ma„mali>/ “aku
memutuskan untuk menjadikan mu asisten utama di laboratorium ku”
43
Penutur ( Jabir ) mengangkat mitra tutur ( Pemuda ) sebagai asisten di laboratorium
miliknya, setelah mengetahui bahwa pemuda tersebut telah memahami hakikat dari
ilmu kimia serta telah memiliki niat yang lurus dalam mempelajari ilmu kimia. Kata
“ ُ لَ هش ْسش/ qarrartu / aku memutuskan “ merupakan kata kerja berbentuk lampau,
ِ َِ ًٌ فِ ْؼfi„lun mad}i “ . penggunaan kata kerja
dalam bahasa arab disebut dengan “ حك
bentuk lampau disini, sebagai bentuk penegasan atas keputusan yang telah
ditentukan oleh Jabir . Ilokusinya adalah menjadikan pemuda sebagai asisten di
laboratorium jabir secara resmi.
Fungsi Tindak tutur Ilokusi yang terdapat dalam film kartun Jabir Ibnu Hayyan
meliputi fungsi kompetitif berjumlah 15 data, fungsi konvival berjumlah 11 data,
fungsi kolaboratif berjumlah 17 data, dan fungsi konfliktif berjumlah 11 data.
Keseluruhan data yang mengandung fungsi tindak tutur Ilokusi dalam film kartun
Jabir Ibnu Hayyan sebanyak 54 data. Hal ini dapat dilihat secara rinci pada tabel
berikut :
Tabel 2. Fungsi Tindak Tutur Ilokusi dalam Film Kartun Jabir Ibnu Hayyan
44
termasuk dalam fungsi kompetitif pada film kartun jabir ibnu hayyan dapat dilihat
sebagai berikut :
45
b. Fungsi Menyenangkan ( Convival )
Pada fungsi ini tujuan ilokusi sejalan dengan dengan tujuan sosial sehingga
tindak tutur ilokusi mempunyai sifat sopan santun yang lebih positif bentuknya dan
mencari kesempatan untuk beramah tamah; misalnya menawarkan, mengajak /
mengundang, menyapa, mengucapkan terima kasih, mengucapkan selamat. Adapun
tuturan yang termasuk dalam fungsi konvivak pada film kartun jabir ibnu hayyan
dapat dilihat sebagai berikut :
46
c. Fungsi Bekerja Sama ( Collaborative )
Pada fungis ini tujuan ilokusi tidak menghiraukan tujuan sosial sehingga
tindak tutur Ilokusi tidak melibatkan sopan santun karena tidak relevan misalnya
menyatakan, melapor, mengumumkan, mengajarkan. Adapun tuturan yang termasuk
dalam fungsi kolaboratif pada film kartun jabir ibnu hayyan dapat dilihat sebagai
berikut :
28. Kolaboratif – Menyatakan ( 06.51 – 07.11 )
( 06.49 )
َ٘زَج ؟ْٟ ِ ق َْشذَُٛ ٘ ْٓ َِ َٚ : ( ؾَحذِ ُش۱)
/Ja>biru : wa man huwa h}arbi> haz|a> ?/ “siapa harbi ini ?”
( 06.51 – 07.11 )
ِ جالقْ طِالَ َء ذِ َٕ ْف
ًْشج١ِغ ِٗ َوػ ّ ِ َُف٠ ُٗ ٌَ ِىٕهَٚ نًح١ْ خ أم
ِ ْ ًُ ن ِ غح ِ ج ٌْمُ ْشَٚ ِس جٌٍُّ َغ ِسْٛ ُِ ُ أْٟ ِ ئِٔهُٗ ػَح ٌِ ٌُ ف: ِٗ) أ ُ ه۲(
َ ج ٌْ ِكَٚ ,ْآ
َ٘ ِز ِٖ جٌذ َهسؾَسَٝ ٌَ ِد ج ٌْ ِؼ ٍْ َُ ئ ٍ ٌِ د ذِهَ َو َطح
ُّ د ِػ ْٕ َذُٖ َِح ُد ِْصُ ض ُِك َ ُٗ! أ َ ْػط َ ِم ُذ أَٔه
ُ ُ َش ِ ّق١ع
/‟Ummah : ‟Innahu „a>limun fi> ‟umu>ri al lugati wa al qur‟a>ni , wa alh}isa>bi
‟ad}i>d>a>n wa lakinnahu yufad}d}ilu al ih}tila>‟a binafsihi kas|i>ra>n ‟a„taqidu ‟annahu
sayurah}h}ibu bika kat}a>libin „indahu ma> dumtu al „ilma ‟ila> haz|ihi ad darajati/“dia
adalah ulama dalam bidang bahasa, al – qur‟an, dan juga ilmu hitung tetapi dia
lebih suka menyendiri, aku yakin dia akan menerima mu sebagai muridnya,
selama kau menyukai ilmu sedemikian besarnya”
47
/At-t}a>libu 1 : sayyidi> ja>biru ! sayyidi> ja>biru , al-‟usyratu min „ahli al-ku>fati fi>
t}ari>qihim „ila> ma‟malika/Murid (1) : Tuan ku jabir ! Tuan ku jabir ! puluhan
orang dari penduduk kuffah sedang dalam perjalanan kesini, ke laboratorium mu.
48
Dialog diatas menggunakan fungsi ilokusi konfliktif – menentang dengan tujuan
untuk menentang mitra tutur. Fungsi dari tuturan pada dialog di atas adalah
menentang pernyataan mitra tutur ( Jabir ). Kalimat “ ُِ ٍْ ٌس ِم هذ ج ٌْ ِؼْٛ ُِ ُ أ/ bertentangan
dengan sains”, menunjukkan fungsi menentang pada dialog diatas. Ilokusinya
adalah menyalahkan perkataan pemuda tersebut dan menuntut pemuda tersebut
berfikir sebagai seseorang yang murni ingin mempelajari ilmu kimia.
49
( 29.56 – 29.59 )
حق ٌش
ِ ع َ ١ َو: ۲ (ػَح َِسُ جٌٕه ِظ۳)
َ َُٗ ْفؼَ ًُ َ٘زَج ؟ الَذُ هذ أَٔه٠ ْف
/‟A>mmatun an-na>si 2 : kaifa yaf‟alu haz|a> ? la>budda „annahu
sa>h}irun/“Masyarakat 1 : Bagaimana dia melakukannya ? dia pasti tukang sihir !”
Dialog (3) diatas menggunakan fungsi ilokusi konfliktif – menuduh dengan tujuan
untuk menuduh. Fungsi dari tuturan pada dialog di atas adalah menuduh Jabir
sebagai tukang sihir. Kalimat “حق ٌش
ِ عَ ُٗ أَٔه/ „annahu sa>h}irun / dia pasti tukang sihir”
menunjukkan fungsi menuduh pada dialog diatas.
Dialog (2) diatas menggunakan fungsi ilokusi konfliktif – menuduh dengan tujuan
untuk menuduh seseorang. Fungsi dari tuturan pada dialog di atas adalah
menuduh Jabir bersekutu dengan jin dalam melakukan eksperimen ilmiah yang
أ َ ْػ َّح ٌِ ِٗ جٌ هْٟ حّْ ِف
mereka anggap sihir. Kalimat “ ِٖ ِس َ٘ ِز١ َطح ِٔ ه١ْ ؾ ْ ٠َ ََُٗٔ الَ ًذ هذ أ/ la>budda
ِ ُٓ ِذح ٌْ َؿ١ْ غط َ ِؼ
„annahu yasta‟i>nu bi al-ja<nni fi> „a‟ma>lihi asy-syait}a>niyyati haz|ihi / Pasti dia
meminta bantuan jin dalam perbuatan setannya ini” yang disampaikan oleh
masyarakat (3) menunjukkan adanya fungsi menuduh dalam dialog diatas.
50
/‟A>mmatun an-na>si 2 : laqad sami‟tu „annahu „a>limun wa „inna haz|ihi al-„umu>ra
allati> yaqu>mu bima> hiya min „umu>ri al-‟ilmi/“Masyarakat 2 : Aku dengar dia
seorang ilmuwan, dan hal – hal yang dilakukannya ini adalah termasuka masalah
masalah ilmiah.”
( 30.17 – 30.20 )
ْ َ ِػ ٍْ ٍُ َ٘زَج ؟ ئِٔه َّح أٞ
َ َح ُء١ؽ
ٌَ ٍسْٛ ُ َْش َِ ْؼم١غ ِ ( ػَح َِسٌ جٌٕه۲)
ُّ َ أ: ۴حط
/‟A>mmatun an-na>si 4 : „ayya ‟ilmin haz|a> ? „asya>„u gaira ma‟qu<latin/“Masyarakat
4 : ilmu apa ini ? itu adalah hal – hal yang tidak masuk akal”
51
Dialog diatas menggunakan fungsi ilokusi konfliktif – menghasut dengan tujuan
untuk menghasut mitra tutur. Fungsi dari tuturan pada dialog di atas adalah
menghasut para penduduk kuffah untuk menghancurkan laboratorium Jabir.
Ilokusinya adalah Masyarakat Kuffah akan melakukan tindakan jahat
menghancurkan laboratorium Jabir.
52
3.2.3 Jenis Tindak Tutur Ilokusi
Jenis tindak tutur Ilokusi yang terdapat dalam film kartun Jabir Ibnu Hayyan,
yaitu tindak tutur langsung, tidak langsung, literal dan tidak literal. Jenis tindak tutur
langsung dalam film kartun Jabir Ibnu Hayyan berjumlah 44 data, tindak tutur tidak
langsung berjumlah 5 data, tindak tutur literal berjumlah 6 data, dan tindak tutur tidak
literal berjumlah 10 data. Keseluruhan data yang mengandung jenis tindak tutur
Ilokusi dalam film kartun Jabir Ibnu Hayyan sebanyak 65 data. Hal ini dapat dilihat
secara rinci pada tabel berikut
Tabel 3. Jenis Tindak Tutur Ilokusi dalam Film Kartun Jabir Ibnu Hayyan
53
“Jabir : mengapa engkau membatasi kepada pria itu satu takaran bubuk dedaunan,
dua takaran minyak, dan tiga takaran biji – bijian ?”
Dari sisi modus, dialog di atas merupakan kalimat interogatif ditandai dengan
adanya harful istifham atau huruf tanya di dalam bahasa arab yakni “ َ ٌِ ِّحر/ lima>z|a/
mengapa”, dimana jabir bertanya kepada sang ayah mengenai jumlah takaran
yang dibatasi dalam mengkomsumsi obat. Sehingga dialog di atas merupakan
tindak tutur langsung dimana kalimat introgatif digunakan untuk bertanya sesuatu
sesuai dengan modus dan fungsi nya.
Dari sisi modus, dialog di atas merupakan kalimat deklaratif, dimana jabir
memberikan pernyataan mengenai kondisinya. Sehingga dialog di atas merupakan
tindak tutur langsung dimana kalimat deklaratif digunakan untuk menyatakan
sesuatu sesuai dengan modus dan fungsi nya.
ِ ِّ َ ِس ِذ ِم ْطؼَ ِس جٌم١ع ه
ِٖ حػ َ٘ ِز ْ َّ لُ ُْ ِذ: ؾَح ِذ ُش
ِ غفِ ج ٌْ ِم ْط ِغ ِس جُّٔكَح
Dari sisi modus, dialog di atas merupakan kalimat imperatif yang menggunakan
fi‟il amar “ ُْ ُ ل/ qum / lap” bermakna perintah, dimana Jabir memerintahkan
pemuda untuk membasuh kuningan dengan kain. Sehingga dialog di atas
merupakan tindak tutur langsung dimana kalimat imperatif digunakan untuk
memerintahkah mitra tutur melakukan sesuatu sesuai dengan modus dan fungsi
nya.
54
b. Tindak Tutur Tidak Langsung
Tindak tutur tidak langsung adalah tindak tutur yang tidak dinyatakan langsung
sesuai dengan modus kalimat nya. Adapun yang termasuk dalam bentuk tindak tutur
ilokusi tidak langsung dalam film Jabir Ibnu Hayyan dapat dilihat sebagai berikut :
Dialog diatas menggunakan jenis tindak tutur tidak langsung sebab kalimat
deklaratif digunakan sebagai kalimat imperatif, dimana pengungkapannya
menggunakan modus kalimat deklaratif tetapi makna nya tidak sekedar untuk
menyatakan melainkan secara tidak langsung Ayah jabir bermaksud untuk
memerintahkan pelanggannya meminum dua dosis dari ramuan yang ia berikan
setiap hari. Dalam hal ini terjadi pengungkapan makna secara tersirat.
Dialog tersebut merupakan tindak tutur literal sebab maksudnya sama dengan
makna kata – kata yang menyusun nya, maksud dari tuturan tersebut sama persis
dengan makna kalimat nya, yaitu kepribadian mitra tutur.
55
d. Tindak Tutur Tidak Literal
Tindak tutur tidak literal ( nonliteral speech act) adalah tindak tutur yang
maksudnya tidak sama atau berlawanan dengan makna kata-kata yang menyusunnya.
Adapun yang termasuk dalam bentuk tindak tutur assertif dalam film Jabir Ibnu
Hayyan dapat dilihat sebagai berikut :
Dialog tersebut merupakan tindak tutur berjenis non – literal dimana makna dari
kalimat diatas adalah pernyataan Jabir kepada muridnya, sedangkan maksudnya
adalah menasehati murid – muridnya agar senantiasa waspad
56
BAB IV
PENUTUP
Pada bab ini terdapat dua hal, pertama adalah kesimpulan dari hasil penelitian
film kartun Jabir Ibnu Hayyan, dan yang kedua adalah saran yang berkaitan dengan
bentuk, fungsi, dan jenis tindak tutur ilokusi yang terdapat di dalam film kartun Jabir
Ibnu Hayyan. }
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pada analisis bentuk, fungsi, dan jenis tindak tutur ilokusi di dalam film
kartun Jabir Ibnu Hayyan maka dapat disimpulkan sebagai berikut.
1) Bentuk tindak tutur ilokusi dalam film kartun Jabir Ibnu Hayyan adalah tindak
tutur assertif berjumlah 57 data yang menggunkan verba ilokusi memberitahu,
menyatakan, dan membanggakan yang dinyatakan dalam bentuk kalimat
deklaratif. Tindak tutur direktif berjumlah 29 data yang menggunakan verba
ilokusi memerintah ditandai dengan penggunaan fi‟il amar ( kata kerja perintah )
di dalam bahasa arab seperti : “ م َْغ/d}a‘/ letakkan”, “ ج ِْخ ٍِ ْو/ikhlit}/ campurkan”,
ْ ِ ج/israh}/ jelaskan”, penggunaan kalimat tanya, serta penggunaan fi‟il
“ع َش ْـ
mudhori‟ yang bermaknsa perintah. Verba ilokusi merekomendasi, verba ilokusi
menasehati, verba ilokusi meminta ditandai dengan penggunaan kata ” ُذ٠ْ أ ُ ِس/ uri>du
/ ingin”, verba ilokusi mengajak, verba ilokusi memberi izin, verba ilokusi
mengarahkan, dan verba ilokusi memperingati ditandai dengan penggunaan kata
“ٌ ُِ َال َق َظس/mula>haz}ah/ peringatan”. Tindak tutur komisif berjumlah 6 data yang
menggunakan verba ilokusi mendoakan ditandai dengan penggunaan beberapa
frasa yang merupakan bentuk ucapan mendoakan di dalam bahasa arab seperti :
ؾ ََضنَ ه/jazaka>llahu khaira>n/ semoga allah membalas kebaikan mu “, “ َ َف َمهَٚ
“ ًْشج١ّللَاُ َخ
ُّللَا
ه/wafaqakallahu/ semoga allah memberimu kesuksesan” dan verba ilokusi
menjanjikan. Tindak tutur ekspresif berjumlah 23 data yang menggunakan verba
ilokusi mengharapkan ditandai dengan penggunaan kata “ٝ أَض َ َّٕه/‟atamanna> / aku
َ ْأَق
berharap”, verba ilokusi memuji ditandai dengan pengunaan kata “ َغ ْٕص
57
/‟ah}santa/ bagus” dan penggunaan susunan kata sifat dan maushuf yang
menunjukkan pujian seperti : ”ٌِّ َذز١ جِؾَحذَسٌ َؾ/ijabatun jayyidatun/ jawaban yang
bagus”, “ٌه َذز١ َِحشٌ َؾْٛ ٍُ َِ ْؼ/ma‟luma>tun jayyidatun/ informasi yang bagus”, verba
َ ١ٌَ /laisa/
ilokusi menolak misalnya ditunjukkan dengan penggunaan kata “ْظ
bukan”, mengucapkan terima kasih biasanya ditunjukkan dengan penggunaan
ُ /syukra>n/ terima kasih”, serta verba ilokusi mengagumi serta Tindak
kata “ؽى ًْشج
tutur deklarasi berjumlah 1 data yang menggunakan verba ilokusi mengangkat.
Tindak tutur Assertif adalah bentuk tindak tutur yang paling banyak muncul di
dalam film kartun Jabir Ibnu Hayyan.
2) Fungsi Tindak tutur Ilokusi dalam film kartun Jabir Ibnu Hayyan adalah
kompetitif berjumlah 15 data yang menujukkan fungsi memerintah dan meminta
yang kebanyakan ditandai dengan penggunaan fi‟il amar ( kata kerja perintah ) di
dalam bahasa arab. Konvival berjumlah 11 data yang menunjukkan fungsi
memuji dan mengucapkan terima kasih. Kolaboratif berjumlah 14 data yang
menunjukkan fungsi menyatakan dan melaporkan, serta konfliktif berjumlah 11
data yang menunjukkan fungsi menentang, menolak, menuduh, mengejek,
menghasut, mengancam. Fungsi Kolaboratif adalah fungsi tindak tutur ilokusi
yang paling banyak muncul di dalam film kartun Jabir Ibnu Hayyan.
3) Jenis tindak tutur ilokusi dari film kartun Jabir Ibnu Hayyan adalah : tindak tutur
langsung berjumlah 44 data dimana sebanyak 5 data menggunakan modus
deklaratif ( Pernyataan ), 37 data menggunakan modus interogatif ( Pertanyaan )
ditandai dengan penggunaan harful istifham ( kata tanya ) di dalam bahasa arab,
adapun harful istifham yang muncul dalam film tersebut yakni : “ ٌِ َّحرَج/lima>z|a>/
َ ١ َو/kaifa/ bagaimana”, “ َٓ٠ْ َ أ/aina / dimana”, “ أ/‟a/ apakah”,
mengapa,kenapa”, “ْف
ُّ َأ
“ْٓ َِ /man/ siapa”, “ًْ َ٘ /hal/ adakah”, “ َِح/ma>/ apa”, “ َِحرَج/ma>z|a/ apakah”, “ٞ
/‟ayyu/ adakah” dan 2 data menggunakan modus imperatif ( Perintah ). Tindak
tutur tidak langsung berjumlah 5 data, tindak tutur literal berjumlah 6 data, dan
tindak tutur tidak literal berjumlah 10 data.
58
5.2 Saran
1) Hasil penelitian mengenai tindak tutur ilokusi dalam film kartun Jabir ibnu
Hayyan ini dapat menjadi acuan bagi para pembaca, khususnya yang ingin
melakukan penelitian lebih mendalam tentang bentuk, fungsi, dan jenis tindak
tutur ilokusi di dalam sebuah film pada umumnya.
2) Penelitian tentang tindak tutur ilokusi dalam dialog film kartun Jabir Ibnu Hayyan
ini masih sangat sederhana dan belum sempurna. Oleh karena itu, diperlukan
penelitian lebih lanjut mengenai tindak tutur ilokusi dengan kajian yang berbeda.
3) Meskipun bahasa adalah sesuatu yang alami, sudah selayaknya kita menyadari
bahwa ada banyak perilaku dalam bertutur yang merepresentasikan kegiatan
bertindak dalam berbahasa yang harus dipelajari, terutama dalam bidang kajian
pragmatik.
59
DAFTAR PUSTAKA
Ali khuli, M. 1982 Assalibu Tadris Al-lughoh Al-arobiyah. Riyadh : Muthoba‟ah al-
Fazadiq at-Tijariyah.
Andianto, Mujian Rus. 2013. Pragmatik Direktif dan Kesantunan Berbahasa.
Yogyakarta: Gress Publishing
Asim, Gunawan.1992. Pengembangan Bahan Ajar Kesantunan Berbahasa Dengan
Pendekatan Sosiopragmatik Di Lingkungan Siswa SD Berbudaya Jawa. Publikasi
Ilmiah UMS. Thesis. Universitas Muhamaddiyah Surakarta
Aslinda dan Leni Syafyahya. 2007. Pengantar Sosiolinguistik. Bandung:PT. Refika
Aditama
Brown, Yule. 1983. Discourse Analysis. Cambridge University Press.
Cohen, A.D. (1996). „Speech acts‟. Dalam N. H. Hornberger & S. L. McKay.
Sociolinguistics and Language Teaching. Cambridge: CUP.
Chaer, Abdul. (2010). Kesantunan Berbahasa. Jakarta: Rineka Cipta.
Halliday & Ruqaiya Hasan. 1994. Bahasa, Konteks, dan Teks; Aspek-aspek Bahasa
dalam Pandangan Semiotik Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Ibrahim, Abd. Syukur. 1993. Kajian Tindak Tutur. Surabaya: Usaha Nasional.
Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
60
Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Rahardi, Kunjana. 2003. Berkenalan dengan Ilmu Bahasa Pragmatik. Malang Dioma
61
Lampiran 1
Keterengan Kode :
BA = Bentuk Assertif
BDI = Bentuk Direktif
BK = Bentuk Komisif
BE = Bentuk Ekspresif
BDE = Bentuk Deklaratif
62
/Al ‟abu : ka„adatika ‟aiḍān , sal yā
bunayya/ “Ayah : Seperti kebiasaan
mu juga, tanyakanlah nak”
4 Assertif Menyarankan BA.3/06.43 – 06.48
ّ َ ِش١ّْ خ ج ٌْ ِك
ِٞ ِ ق َْشٌٝ ُ الَ ذُ هذ أَ ْْ ضَطَؼَ هش: ِٗأ ُ ه
َ ِف ئِرٍج ئ
63
ق ذَ ْؼ َذِ َ سجْٚ َجقذًج ِِ ْٓ َ٘ ِز ِٖ ْجأل ِ َٚ َجسجً م َْغ ِِ ْمذ: خ ُ َ جأل
,خ َ
ِ ْٛ ُ َْش ِِ ْٓ َ٘ ِز ِٖ ج ٌْ ُكر٠ َِ َغ أ ْسذَؼَ ِس َِمَح ِد,َحِٕٙ َْهك
ص ِْٓ ِِ ْٓ َ٘زَج ه٠َجس
ِ ٠ْ جٌض َ ْؽِ َِ َغ ِِ ْمذ٠جخ ٍِ ِو ج ٌْ ِّ ِض
ْ َٚ
64
/Al-„ima>mu ja‟farun as-s}adiqu :
Jarrib qadri astit}a>‟atika, ih}lit}
mawa>dda „akhara> lam tujarrib
khalafaha min qablu zidi al-maqad> i>ra
wa qalillha, sataqu>daka al-s}adfata
„ila> nata>„ija lam takun
tatawaqqa‟uha>/Imam Ja‟far As –
Shodiq : cobalah semampumu,
campur bahan dengan bahan lain
yang belum pernah diuji sebelumnya,
tambah dan kurangi ukurannya,
secara kebetulan kau akan sampai
pada hasil yang tidak pernah kau
bayangkan”
13 Direktif Mengajarkan BDI.7/24.14-24.16
,ٍهس١ِّ ٍْ ِ ضَؿْ ِشذَ ٍس ِػٞ ّ َ َُ ج ٌْ ًؼح ٌِ ُُ ِذحْٛ ُم٠َ َٕ َّح١ْ ِخَٚ : ؾَح ِذ ُش
ْْ أٌٝ َ ِ ْٚ ز جألَٛ جٌ ُخط,ش ُ ْ ُ ْ ٍ جَٛ ه ُ ْٛ َطهرِ َغ ِػ هذزَ ُق٠ ْْ َ فَالَذُ هذ أ
ٌََُْٗٛ ُظ ق ُ كْ ذ٠ِ ج ٌْؼَح ٌِ ُُ ِِ ْٓ ُِؾَح َ٘ َذضِ ِٗ ٌِ ِّحَٟ ِقْٛ ِغط ْ َ٠
ُؾًح ِ٘ ُذ َ٘ح٠ ْٟ ِغ ِِش ظح ِ٘ َشز جٌط ه َ َ َ
ّ ُف١ٌِ َحٙم ً
ُ ِ ْؼط َ ِش٠ هس١فَ ْش ِم
غ َّح َء ّْألُ جٌ ه٠ِ ِٞ ْ َحخ جٌهز َ غك ع جٌ ه ُ َِػَالً ِػ ْٕ َذ َِح ُٔالَ ِق
ُّ
ض َؿخ ِشٌِٝ ئِٞ َ َ ْ ظ ضإ ّد َ ُ َ ّك أَْه ق ََشج َسز جٌؾ ْه َ ُ ِٔ ْفطِ ِش
ًِ ؾ ُّى َ َ ضٌَِٝ ئِٞ ْ ضُ ُإ ّد,ٍَٝ ْجأل ْػْٟ ِ فَِٛ ّ َدزَ ج ٌْؿْٚ ذُ ُشَٚ ج ٌْرَكْ ِش َ
غطَ ْٕ ِر َو ْ َ ٠ ْ ْ َ أ ُ س َ ِٕ زُ جٌػ هَٛ جٌ ُخ ْط.خ
١ ٍ عكَح َ ًٍ ؽ ْى َ ْٟ ج ٌْرُ َخ ِحس ِف
ْٟ ِ ِٗ ف١ْ َِع ف ُ َ ْرك٠ َٗ َِح١ْ ٍَػ ً
َ ْٟ َِ ْرط٠ هس٠ِِ ْٓ ُِؾَح َ٘ َذضِ ِٗ َٔظ ِ ّش َ
غح ِػ ُذ َ ً ض َ ز جسَ َ َش ك ْ
ٌ ج ْه َ أ َٟ ِ٘ ُس٠ُْ جٌٕه َظ ِش هُْٛ قَحٌَ ِطَٕح َ٘ ِز ِٖ ضَى
َْٓ حء ػ ِ َّ ٌ ٌِٝ غ هُ ئٍَٝ ْألَ ْػٌِٝ ِد ئْٛ ُقؼ
ْ َ ُ ًّ ٌ جْٟ ِحس ف َ ج ٌْرً َخ
ٌَٝ َد ِئْٛ َُؼ٠ ْْ َزُ جٌػّح ٌِػَسُ أَٛ جٌ ُخ ْط.ْك ْجأل َ ِْ َط ِحس ِ ٠َه ِش
َ
طُُٗ أ َْ ال َ٘زج ئِٔح ٌء٠ق ٔظ ِش ه َ َ َ َ َ ُ ق ُذ ْ َ َ٘ ًْ ضَٜ َش١ٌِ ؼَ ِس١ْ ِجٌ هطر
حس جٌقهٍ ِؼ ُذ ُ ِٗ ج ٌْرُ َخ١ْ َِطَ َؿ هّ ُغ ف٠ خ ٌ ْٛ ُ َ٘زَج أ ُ ْٔرَٚ ِٗ َِح ٌء١ْ ِف
غح ِػ ُذ َ جسز فِ ْؼال ضُ ً ُ َ كَش ْ
َ ٌ ِْٓ ئِرج فح١غ ِخ َ ً ْ ش جٌطه ِ هح١ٍِ َّ ػ َ ْٓ ِِ
ِٓ ِِ َ٘زَج جٌ ُؿ ْض ُءٍَٝ ْجأل ْػٌَٝ ِ ِد ج ٌْرُ َخ ِحس ئْٛ ُفؼ َ ُ ْٟ ِف
َ
قمٕحذِ ِٗ ِِٓ ؾَحِٔرِ ِٗ ذَؼْلَ جٌػٍؽِ و َّح ه ْ َ ْ ْ َ
َ ٌخ أ ِ ْٛ ُْجأل ُ ْٔر
ع ئِْه ُ َ ْذ ُق٠ ع َِح ُ َ٘ ًْ ُٔالَ ِق,ض َ َشؤْ َْ ٌِ َٕؿْ ؼٍََُٗ ذَ ِحسدًج
خ
ِ ف ِر ُف ِ ْ ً ِ ه
َح ك غ ٌح ذ ح ٙ ١ ر ؽَ ْ َٚ ف ِ َُّٛ جٌطهىْٟ ْر َذأ ُ ِف٠ِ حس َ ج ٌْرُ َخ
ٍََٝ ل ِذ ضَ َؿ هّ ْؼصُ ػَٚ حء َ ِ َّ ٌش ج ْ ِ ل لط َشج َ َ َ ذَ ْؼَٜو َّح َٔ َش
حسَ ْ َ
ط ِ َ جأل ْ ُ ٗ ر
ِ ؾ ْ ُ ض ًح ن ٠ ْ َ أ َ ٗ ه ٔ ئ
ِ ِ ً هخِ ذ ٌج َٓ ِ
ِ ِ ْٛ ُِؾذَج ٍس ْجأل ُ ْٔر
خ
َهطِٕح٠ئِرًج فَ ِم ْذ ضَح َ هو ْذًٔح ِِ ْٓ ِف هك ِس َٔ َظ َش
/Ja>biru : wa khi>nama> yaqu>mu al-
‟a>limun bi ayyi tajribatin ‟ilmiyyatin,
fa la>budda „an yattabi‟a ‟iddata
h}u>t}uwa>tin, al-khut}watu al-„u>la> „an
yastauh}iya al-‟a>limu min
musya>hadatihi lima> yah}dus|u h}aulahu
65
fard}iyyata ya‟tarid}uha> li yufassiti
z}ahirata al-lati< yusya>hiduha> mas|ala>n
‟indama> nula>h}iz} al-saha>ba al-laz|i>
yimla>„a al-sama„a naftarid}u „anna
h}ararata al-syamsa tu„addi> „ila>
tajakkhari al-bah}ri wa buru>data al-
jawwi fi> al-„a‟la>, tu„addi „ila>
tasyakkali al-bukha>ri fi> syaklin
sah}a>bin. Al-khut}watu al-s|aniyatu „an
yastanbit}a min musya>hadatihi
naz}arriyyata yabti> ‟alaiha> yabh}as|u fi>
h}a>latina> taku>nu al-naz}arriyyatu
„anna al-h}ara>rata tusa>‟idu al-
bukha>ra fi> al-s}a‟u>di „ila> al-„a‟la>
s|umma „ila> al-ma>„i ‟an t}ari>qi al-
„amt}a>ri. Al-khut}watu al-s|a<lis|atu „an
yau‟u>da „ila> al-tabi>‟atu liyara> hal
tas}duqu naz}riyyatuhu „am la> haz|a
„ina>‘un fi>hi ma>‘un wa haz|a „unbu>bun
yatajamma‟u fi>hi al-bukha>ru al-
s}al‟idu mim ‟amaliyya>ti al-taskhi>ni
„iza>n fa al-h{ara>ratu fi‟la>n tusa>‟idu fi>
s}u‟u>di al-bukha>ra „ila> al-„a‟la> haz|a
al-juz„u mina al-„unbu>bi al-s}aqna>bihi
min ja>nibihi ba‟d}a al-s|alji kama>
tarauna li naj‟alahu ba>rida>n hal
nula>h}iz} ma> yadhus|u „inna al-bukha>ra
yibda„u fi> al-takawwufi was>bih}u
syabi>h}a>n bi al-sah}a<bi kama> nara>
ba‟d}a qat}ara>ti al-ma>„i wa qadi
tajamma‟tu ‟ala> jida>run al-„unbu>bi
mina al-dakhili „innahu „aydan>
tusybihu al-„amt}a>ra „iza>n fa qadi ta
akkadna> min s}ih}h}ati naz}arriyyatina>/
Jabir : ketika seorang ilmuwan
melakukan eksperimen apapun maka
ia harus mengikuti beberapa langkah.
Langkah pertama : seorang ilmuwan
hendaknya terinspirasi oleh
penglihatan tentang apa yang terjadi
disekitarnya melalui hipotesis yang ia
asumsikan untuk menjelaskan
fenomena yang ia amati, saat kita
memperhatijan awan yang memenuhi
66
langit, kita berasumsi bahwa panas
matahari menyebabkan penguapan air
laut dan dinginnya udara di atas
menyebabkan pembentukan uap air
menjadi awan. Dan langkah kedua :
hendaknya ia menyimpulkan teori
dari hasil pengamatannya, yang atas
dasar teori tersebut ia
mengembangkan pembahasannya,
pada kasus kita ini teorinya adalah
bahwa suhu panas itu membantu uap
air naik ke atas, sedangkan suhu
dingin mengubah uap menjadi awan
lalu menjadi air dan turunlah hujan.
Dan langkah ketiga : hendaknya ia
kembali ke alam untuk melihat
apakah teorinya benar atau tidak, ini
tabung berisi air, dan ini adalah pipa
tempat berkumpulnya uap yang naik
karena proses pemanasan, dengan
demikian maka panas sangat
membantu naiknya uap ke atas.
Bagian dari tabung ini kita tempelkan
es pada sebagian sisinya, seperti yang
kalian lihat untuk membuatnya
dingin. Coba perhatikan apa yang
terjadi, uap nya mulai mengembun
dan menjadi seperti awan, seperti
yang kita lihat beberapa tetesan air
telah berkumpul di dinding pipa dari
dalam dan terlihat seperti tetesan
hujan, dengan demikian kita telah
memastikan kebenaran teori kita.
14 Direktif Menasehati BDI.8/33.02-33.35
ْٞ َسُ َٔ َظ ِشٙ ْؾِٚ َٟ ِ٘ َٚ ُهس٠هسُ جٌ َؿرَ ِش١ ِفٌٛج َ َحٙ ئِٔه: ؾَح ِذ ُش
دُ َحق َ
ِ َح فٙط َك ًُّ ِذ٠َ ْد أ ْ َ ُ َ ِؿ٠ ْٟ ِش جٌهط ِ قفَح ّ ِ ٌ جِٝف
َغه ِ َ١ِد ل ِ َعر ُ َ َ
َ الً َِ ْؼ ِشفسٚهَ أ ه١ْ ٍَػ َ ه ِس١ِّ ٍْ ه ِس ج ٌْ ِؼ٠جٌطهؿْ ِش
د
ِ ع َر َ ِذ٠ْ َْ ضَكْ ِذُْٚ ِ ضَؿْ ِش َذ ٍس دٞ ّ َ ِذحٌطهؿْ ِش َذ ِس فَالَ ضَمُ ُْ ِذأ
ًَس٠َْ ضَؿْ ِشذَط ُهَ ُِ َإ ِ ّدُْٛ ضَىٝ َقطهَٚ ََح ذَ ْؼ َذ رَج ٌِهَِٙ ِحَ ذ١ج ٌْ ِم
َُ َٙ هَ أَ ْْ ض َ ْف١ْ ٍَػ
َ د ُ َ ِؿ٠ َحِّّٕٙ َ ضَطْٟ ِ جٌٕهطَحتِ َؽ جٌهطٌَِٝئ
ِ ِز ِٖ جٌطه َؿ ِحسَٙ ِك ذ
خ ُ ضَطَؼٍَهْٟ ِش جٌهط ِ جإل ْسؽَحدَج ِْ
67
al-s}ifa>ti allati> yajibu „an yatah}allu
biha> s}a>h}ibu al-tajriyyati al-‟ilmiyyati
‟alaika „awwala ma‟rifata sabai
qiyasika bi al-tajribati fa la> taqum
bi‟ayyi tajribatin du>na tah}di>di sababi
al-qiya>mi biha> ba‟da z|alika wa h}atta>
taku>na tajribatuka mu„addiyyata „ila>
an-nata>„ija allati> tataminnaha>
‟alaika „an tafhama al-„irsyada>ti
allati> tata‟allaqu bi haz|ihi al-
taja>ribi/Jabir : inilah wasiat jabir, ini
adalah pandangan saya tentang
karakteristik atau sifat yang harus
dimiliki oleh pelaku percobaan
ilmiah. Pertama, anda harus
mengetahui alasan untuk melakukan
percobaan tersebut maka jangan
melakukan eksperimen apapun tanpa
menemukan alasan melakukannya,
agar percobaanmu mengarah pada
hasil yang kau harapkan kau harus
memahami petunjuk / pedoman yang
berhubungan dengan percobaan ini.
15 Direktif Memperingati BDI.9/33.40-34.09
َُْْٛ َى٠ ْْ َد أ ُ َ ِؿ٠ ُ ج ٌْ ُّالَ َق َظسُ جٌػهح ٌِػّسَٟ ِ٘ ِٖ َ َ٘ز: ؾَح ِذ ُش
ءٍ أ َ ْورَ َش ِِ هّحُْٚ ذُٙ ِ ٍي فَطَط َ َّطه َغ ذْٚ َِى ٍَحَ َِ ْؼ ُضْٟ ِج ٌْ َّ ْؼ َّ ًُ ف
ِ حْ أَ ِْ ِش
ْج ِ َّ ْ ٌْ ِىطَٚ قر ُْشّ ٌجَٚ د ِ ١ْ جٌطه ْش ِوْٟ ِغح ِػذُنَ ف َ ُ٠
َ ًِح الُْٛ د جٌطهؿْ ِش َذ ِس َوط َحق
ُ ِ ف َْ ُٛ ى
ْ َ ٠ ْ
ْ َ أ د َ
ُ ِ َ ِ ُِ ِ ه
ؿ ١ ف ْح ّ ٙ
َ
ِ ِٗ ِِ ْٓ َٔطَحتِؽ١ْ ٌََِ ِق ًُ ئ٠ ْٚ َ ْف َؼٍُُٗ أ٠ ئِ ْػالَ ِْ َِحْٟ ِع ف ُ غ هشَ َ َط٠
ِزٛ جٌٕهطَحتِؽِ ج ٌْ َّ ْش ُؾ هٍََٝ ِق٠ َٝحس ِذ ِٗ َقطه ِ ؿ َ ض ٝ َ ٍػَ ج س
ً ْ ُفر
ٛ َ
َحْٕٙ ِِ
/Ja>biru : haz|ihi hiya al-mula>h}az}ata
al-s|a>lisata yajibu „an yaku>na al-
ma‟malu fi> maka>nin ma‟zu>lin fa
tatamatta‟a bi hudu>„in „akbara
mimma> yusa>‟idu fi> al-tarki>bati wa
al-s}abru wa al-kitma>ni „amra>ni
muhimma>ni fa yajibu „an yaku>na
s}a>h}ibu al-tajribati katu>ma>n la
yatasarra‟u fi> „i‟la>ni ma> yaf‟alahu
„aw yas}ilu „ilaihi min nata>„iji
s}abu>ra>n ‟ala> taja>ribihi h}atta> yas}illa>
an-nata>„ija al-marjuwwati
minha>/Jabir : ini peringatan yang
68
ketiga, laboratorium harus berada di
tempat terpencil sehingga kau akan
merasa lebih tenang, yang
membantumu untuk lebih fokus.
Kesabaran dan menjaga rahasia
adalah dua hal yang penting maka
seorang pelaku eksperimen haruslah
seorang yang dapat menjaga
kerahasiaan, tidak terburu – terburu
mengumumkan apa yang dia lakukan,
ataupun hasil – hasil yang telah
dicapai, sabar dengan eksperimennya
sampai dia mencapai hasil yang
diharapkan darinya”
16 Komisif Mendoakan BK.1/00.56-00.57
ًَ َ َؾؼَٚ َٞ َ َح٠ , ًْشج١َحَّلل َخ
ْ ذ١ِّ ع ؾ ََضو ه: ٞؾط َ ِش ْ ُّ ٌج
َ ػْٟ ِؽفَحت
ََ ِذن٠ ٍَٝ ِ
69
/Al-„abu : „ah}santa ya> ja>biru, ha> qad
bada„na tafhamu „asra>ra al-„a‟sya>bi
wa al-„adwiyati /Ayah : Bagus jabir !,
kau mulai memahami rahasia herbal
dan obat – obatan.
>19 Ekspresif Menolak BE.3/04.09-04.11
ْٟ َِح ِضؿ ََشزٌ َس ِتؿَسٌ فٙ ئِٔه, ْظ ُِرَ ِ ّش ًسج
َ ١ٌَ َ٘زَج: ٝعَ َٛ ُِ
ٍ ُو ِ ًّ َِى
َْح
70
/Ja>biru : qarrartu ‟an ‟aj„alaka
masa>„idaya al‟awwala fi> ma„mali>/
“aku memutuskan untuk menjadikan
mu asisten utama di laboratorium ku”
24 Assertif Menyatakan BA.6/01.09-01.12
َه٠ْ ِدْٛ ُؾُٛ ٌِ ْٗ َِح َ٘زَج ؟ ٌَ ُْ أَضَ ْٕ ِر: خ
ُ َ جأل
71
ُ َ َخ ِش أل٢ ِْ جَِٛ ّ ِْش جٌ ُّى١ِف ػ َْٓ ضَأْغ
خ ْ ج ٌْ ِؿ
ُ ٍِ َ َ ْخط٠ ُِ غ
72
mengandung zat beracun, dan saat
kita memasukkannya dalam jumlah
sedikit dengan bahan lain racun
tersebut berubah menjadi zat yang
berguna bagi tubuh”
32 Assertif Memberitahu BA.14/04.03-04.08
َُحسز َ ْٛ ُِ ح٠َ ,ِٓ َّ ١َ ٌسَ ج١َ ك َٔ ِك
َ ِضؿٝع ُ ٍِ عأ َ ْٔ َط
َ : ؾَح ِذ ُش
ٌ
َجء َستِؿَس َُٕ٘ه ِ ٚجٌذ َهَٚ خ ِ ْجأل َ ْػؾَح
73
mengumpulkan lebih banyak varietas
tanaman herbal, kalau demikian
bukankah tidak sebaiknya aku
memanfaatkan kesempatan ini dan
mendengarkan orang – orang alim di
setiap tempat yang ku singgahi”
74
sedemikian besarnya”
38 Assertif Memberitahu BA.20/08.10-08.16
ِٗ ١ْ ٍَػ
َ ِيْٛ قُ الً ِِ هّح ضَكْ َّ هى ْٕصُ َِِٓ ج ٌْ ُك١ْ ٍِ َ ل: ؾَحذِ ُش
ِ َّ ٍَُف جٌؼ
حء ِ ٍِ َ ٌِ ُّكْ طْٟ ِ ُِمَح َذٍَطَٚ ْٟ ٌِ أَغَْٕح َء ض َ ْشقَح
75
ِ ْٛ َ٘زَ جٌ ُّطْٟ َِ ْر ُذ أَْه ف٠ : ؾَحذِ ُش
َ خ َِح هدزً ضَطَفَح
ػ ًُ َِ َغ
َ َ فَطَ ْٕط ُ ُؽ َ٘زَ ِٖ ْجالَ َِالَِٛ ّ جٌؿ
ـ
76
ِ ١ٍِ َ٘زَج جٌطه ْىْٟ ٍِ ْ ذِ ِّػْٟ َِٕالَ أَٔههَ ؽ هَش ْفطْٛ ٌَ َٚ د
ْف ٌَ َّح ِ ّ جٌ هط
ُلَ ِر ٍْص
/Ja>biru : walakin, „anta ta‟rafu
„annani> la> „amilu kas|i>ra>n limihnati
al-tibbi wa lawla> „annaka
syarrafatani> haz|a al-takli>fi lama>
qabiltu/“Jabir : Akan tetapi engkau
tahu aku tidak terlalu tertarik pada
profesi kedokteran, seandainya
engkau tidak memberikan
kehormatan padaku dengan tugas
seperti ini, niscaya aku tidak akan
menerimanya”
48 Assertif Memberitahu BA.30/13.43-13.54
َ َي ٌِذ َِسجَٛ ص أ َ ْه
ِٗ ِعط ٍ ْلَٛ ٌِ ؽ َ ُذ أ َ ْْ أَضَفَ هش٠ْ أ ُ ِس: ؾَح ِذش
ُْٛ ٌحصجَ َِ حء فَأ َ َٔح أ ْػطَ ِم ُذ أْه جٌؼٍُ َّح َء
َ َ َ ِ َ١ِّْ ١ع ِش ِجس ج ٌْ ِخ ْ َأ
ٌَِٝف ًُ ئ هَٛ جٌطهْٟ ُُِٕٕ ّْ ِى٠ ُٗ أَٔهَٚ ُِ ٍْ َ٘زَج ٌْ ِؼْٟ َِٓ ف٠ْ ق ِش ّ ِ َُِم
ِٗ ١ْ ِ َذ ٍز ف١ِّ َٔطَحتِ َؽ َؾ
77
/Ja>biru : „innahu ‟ilmun yaqu>mu ‟ala>
al-taja>ribi kullama qamna> bimari>din
mina al-taja>ribi wa s}ilna al-mazi>di
mina al-nata>iji/ Jabir : ilmu ini
berdasarkan pada eksperimen,
semakin banyak kita bereksperimen
niscaya kita akan mencapai hasil
yang banyak”
51 Assertif Memberitahu BA.33/15.25-15.33
َٔطَح ِت َؽٌَٝق ْذفَسُ ِئ
ُّ ٌدَنَ جْٛ ُعطَم َ :ق ُ ق ِذِإل َِح َُ َؾ ْؼ َف ٌش جٌ ه
َ
ُُ ْٙ ُغ ف١ْ غط َ ِط َ ِٗ ِص َٔ ْمغ
ْ َ عط ْ ْ َ
ِ لَٛ ٌ جْٟ فَٚ َحُٙلهؼَٛ َ ٌَ ُْ ضَى ُْٓ ضَط
ًْ حء ٌَ ُْ َٔ ِق ْ َغط َ ْٕطَ ُؽ َٔطَح ِت َؽ ِال
ِ ١َ ؽ ْ َ ضَٚ ً َْشز١َٓ َو ِػ١ْ ِٔ جَٛ َل
َح ذَ ْؼذٙ١ْ ٌَِئ
/Al-„ima>mu ja‟farun al-s}adiqu :
sataqu>daka al-s}adfata „ila> nata>„ija
lam takun tatawaqqa‟uha> wa fi> al-
waqti nafsihi satastati>‟u fahmu
qawa>ni>na kas|i>ratan watastantaju
nata>„ija li asya„i nas}il „ilayha> ba‟d}u/
Imam Ja‟far As – Shodiq: secara
kebetulan kau akan sampai pada hal
yang tidak pernah kau bayangkan,
pada saat yang sama kau akan bisa
memahami banyak hukum / rumus
kimia dan kita akan mendapatkan
hasil yang belum kita capai
sebelumnya”
52 Assertif Menyatakan BA.34/16.19-16.40
ضَؿْ ِش َذسُ َخ ٍْ ِوَٚ غ ِس
َ ق َرح ّ ِ ٌ ّْصُ ضَؿْ ِش َذسُ جِٙ َف: ؾَح ِذ ُش
ٌََ ِىٓه جٌٕهطِؿَسَٚ ْح ِ َ حْ ُِ ْٕفَ ِقٍَط ِ َجْ ُ٘ َّح ضَؿْ ِشذَطِ َٛ ٌْ َ ْجأل
َْ ضَؿْ ِش َذ ٍسُْٚ َح دٙ١ْ ٌَ ُي ِئْٛ ف ُ ُٛ ٌْ ُ ّْ ِىَُٕٓ ج٠ ْٟ سَ جٌه ِط١ج ٌْ َّ ْٕ ِط ِم ه
ْ
ق ْرغَ ِس جٌٕهحضِ َؿ ِس ػ َْٓ َخٍ ِو ّ ِ ِحػ ف ِ َّ ُظ ج ٌْم َ ّْ غَ أَْهَٟ ِ٘
ِْ ْٛ حػ ِذحٌٍه ِ َّ َ ِْٓ ج ٌْم٠ِٛ ٍْ َ ضٌَٝ ِئِٞ َ ِْٓ َِ ًؼح١َٔٛجٌٍه
ْ عط ُ َإ ّد
ْ َ
ش جٌخٍ ِوْ َ َْٓ جٌٕهطِؽِ ػ
ِ هح١ٍِ َّ ػ
78
lawnayni ma‟a>n satu„addi> „ila> talwi>ni
al-quma>syi bil lawni al-nataiji ‟an
‟amaliyyati al-khalt}i/Jabir : aku
mengerti, percobaan pencelupan dan
percobaan pencampuran warna,
keduanya adalah percobaan yang
terpisah, tetapi hasil yang masuk akal
dan bisa kita raih tanpa percobaan
adalah bahwa mencelup kain ke
dalam pewarna yang dihasilkan dari
pencampuran dua warna akan
menyebabkan terjadinya proses
pewarnaan kain dengan warna ketiga
sebagai hasil proses pencampuran”
79
selamanya serta aku akan
mendapatkan kejayaan dari
penemuan ini, dan jika aku
menemukan cara untuk membuat
emas maka aku juga akan
mendapatkan kekayaan yang
melimpah”
55 Assertif Menyatakan BA.37/18.12-18.23
َ ِئٔهه, ُِ ٍْ ٌس ِم هذ ج ٌْ ِؼْٛ ُِ ُ ِألَْه ُو هً َِح لُ ٍْطُُٗ أ: ؾَح ِذ ُش
ًٍَس١ْ ع
ِ َٚ ْظ َ ١ٌَ ِٞ ْ ٌَذَٚ ح٠َ ُُ ٍ َذٍثِ ٍغ ج ٌْ ِؼْٚ َ حؾ ٍش أ ُ ضَط َ َكذ
ِ َهظ َوط
د
ِ غْ ٌِ ٍْ ِى
80
sehingga keduanya menghasilkan zat
yang kuat. Zat ini kemudian
berrinteraksi pada karat yang ada di
tembaga dan menghilangkannya,
begitulah cara kimia berguna bagi
manusia, bukan menjanjikan mereka
mewujudkan impian kehidupan abadi
atau kejayaan yang instan”
57. Assertif Memberitahu BA.39/20.20-20.28
ِٖ َظُّٓ أَْه َ٘ز ُ َ أَٚ ,خ ِ ْصُ ج ٌْ ِغ ِذ َد َِِٓ جٌطهؿ٠ أَؾْ َش: ؾَحذِ ُش
ِ َحس
َحُٙلهؼَٛ َ َؿ ِس أَض١ْ ِ جٌٕهطٌَٝع ِرسُ ِألَ ِف ًَ ِئِ هسُ َُِٕح١ّّ ِ ج ٌْ َىَٟ ِ٘
َ٘زَ ِٖ ج ٌْ َّ هشز
81
pencampuran tidak jauh berbeda
dengan ilmu farmakologi pada point
ini, bahkan ilmu farmakologi tidak
lain adalah cabang dari ilmu kimia”
59 Assertif Memberitahu BA.41/20.45-20-58
ؽؼُ ُش ْ َ ٌَمَ ْذ ذَ َذجْشُ أ, ؾَح ِذ ُشِٞ ْ ّذ١ِ ع
َ َح٠ ف ُ أَضِ ْؼ ِش: هحخ ُّ جٌؾ
َحس ى فَ جألْ هٍْ ض ٟ
ُ ِ ِ ِ ْ ِ ِ َ ُ ْ َ ِ ُِٔ رٚ ج شَ غ ْ
ذ ؼَ ض ُ َ ٌ ٚ ُ ْ
ٍ ؼ ْ
ٌ ج جَ ز ٘ َ ِ ١َ ّّ ِ ِ٘ َ ِذح
س
ِيْٛ ف ُ
ُ ْجألِٚ د ألَ َ
ٍ َ٘ رٌَِٝخ ئ ُ َ
ِ ًِ جٌطُّ َشج٠ْ ِٛ ْجٌ ُّ ْشضَرِطس ذِطَك
ح ِز١َ ِْشج ٌْ َك١غ ِ ِئ ْوٌَِٝئ
82
/Ja>biru : Hiya ma>ddatun tawas}s}altu
litas}fi>‟iha> bi istikhda>mi nisabin
mu‟ayyanatin mina al-za„baqi wa al-
kibri>ti kama> „asyrah}u huna>, wa haz|a
„amrun uri>du muna>qasyataka fi>hi ya>
„ima>mun /Jabir : ini adalah zat yang
berhasil saya buat, dengan
menggunakan kadar tertentu dari air
raksa ( merkuri ) dan belerang,
seperti yang saya jelaskan disini, dan
ini adalah masalah yang ingin saya
diskusikan denganmu tuan”
62 Assertif Menyatakan BA.44/22.50-22.53
ؾ ْفصُ أَْه
َ َج ْوطَٚ َُ َح ِئ َِح٠ ْٟ َِٕػٍه ّْط َ َو َّح, َه ْر ًؼح: ؾَح ِذ ُش
َ
ِ َٛ َُّ ِش جٌؼ١ص َِ َغ ضَغ
ًِ ِج ِ ٠ْ ج ٌْ ِىر ِْشَٚ ك ّ ِ َغرَس
ِ َجٌضتْر ْ ِٔ
َد ٍزْٚ ذُ ُشْٚ َجس ٍز أ
َ َ َشق ْٓ ِ
ِ سِ َ
ط ١
ْ ك
ِ ُّ ٌْ ج
83
mawa>dda jadi>datum tasynakhruju
ba‟d}a al-akhma>s}i nusakhinu wa
nubarridu/ Murid (1) : ya, kita
melakukan banyak percobaan, kita
menemukan zat atau materi baru, kita
mengekstrak beberapa zat asam, kita
memanaskan dan mendinginkan”
65 Assertif Memberitahu BA.47/27.03-27.04
َعح ُ ْخ ِر ُشن
َ : ؾَح ِذ ُش
84
haz\a al-quma>syi fatus}bah}u ladaina>
mala>bisu la> tabtallu wa al-khi>miya>„i
„ayda>n tusa>‟iduna> fi> s}ina>‟ati al-
ad}wiyah/Jabir : Ada kegunaan lain
dari tawas, seperti kalau kita
tambahkan ke kain, maka akan
membentuk lapisan tak terlihat di atas
kain ini, maka jadilah pakaian yang
tidak basah dan ilmu kimia juga
membantu kita dalam pembuatan
obat – obatan”
69 Assertif Memberitahu BA.51/28.15-28.42
ْٟ د ِف َ َ٘ ؾ ِرُٗ جٌزهْ ُٔ ً َه َرمَسْٟ َ٘ ِز ِٖ ج ٌْ َّ هذزُ ض ُ ْؼ ِط: ؾَح ِذ ُش
ٌ َ٘ َح رٙ َوحَٔهُْٚ ه َس َٔ ْرذ١ٍِّ جٌ ُكْٟ ٍِ َح أ َ ْْ َٔ ْطُِٙ ّْ ِىُٓ ذ٠ ِٗ ٌَِٔ َّؼَح
د َ
ُُٓ ّْ ِى١َد ف ِ َ٘ َـ َِِٓ جٌز ُ ٌَ ِىٕهُٗ ِذحٌ هطر ِْغ أ َ ْس َخَٚ ٌّٟ ِم١ْ َق ِم
َ هّ ِس َو َّح َقذَظِٙ ُّ ٌش ج ِ َهحْٛ ط ُ عطِ ْؼ َّحٌَُٗ ٌِ ِىطَحذِ ِٗ جٌ َّ ْخْ ِج
ْ ُٔ ْْ َ ُ ّْ ِىُٓ أ٠ ُُ َو َّح٠ْ د ِذ ِٗ ج ٌْمُ ْشآُْ ج ٌْى َِش
ِٗ غ ِؼ ُذ ِذ َ ِ ُوطَٚ
ِ َ٘ ِس ِ٘ٓه ؽ ََشج ُء جٌزهُْٚ ْظ ذِ َّ ْمذ
د َ ١ٌَ ْٟ ِ جضْٛ جٌ ِّٕغح َء جٌه
ِ ٌِغَالَ ِء
ِٖ ع ْؼ ِش
85
mahal harganya”
70 Assertif Menyatakan BA.52/28.43-38.56
ُُٓ ّْ ِى٠ ؼّ ِ َ ج ٌْغْٟ ِغح ِػ ُذ َ٘زَج ف
َ ُ٠ ٍَٝ غ َ ْٓ ٌَ ِىَٚ : د ُ ٌِ جٌ َطح
ِ َ٘ حء جٌزه
د َ
ِ َّ قَس ِذ١ْ جٌش ِق َ
ِ هّٟ ٍِّ ِ جٌ ُكٍِٟ ْط٠َ ْْ حؾ ٍش أ ِ َ ِ ضّٞ َِأل
َط َ َّىهَٓ أَ َق ٌذ٠ ْٓ ٌََٚ ٌد َخحٌِـ ٌ َ٘ ََح رٙ أَٔهٍَٝػ َ َحَٙؼ١ْ َِر٠َٚ
ِٖ ْف ؽ ِ َّشِ ِِ ْٓ َوؾ
86
an-nata>„iji allati> tawas}s}alta „ilaiha>
wa hum ya‟taqidu>na „annaka…
„annaka…. /Murid (1) : Berita
tentang percobaan ilmiah mu telah
menyebar bersama hasil yang telah
anda capai, sehingga mereka
meyakini bahwa engkau adalah...
engkau adalah...”
74 Assertif Menyatakan BA.56/31.44 – 31.50
ُ ف جٌٕه
ِٗ ١ْ ِحط ف ْ ٌَذَٚ ح٠َ ٌَ ْٛ َ٠ ْٟ ِأْض١ع
ُ َ ْؼ ِش٠ ِٞ َ : ؾَحذِ ُش
ِ ِ ِ ِ ِ ٍْ سَ ِػ١َ ّّ ِ َ٘ َ أ
حء ١ّْ ١خ ْ
ٌ ج ُ
87
ْ ُأ
ضَط َ َك هٝعٍ آ َخ َش َقطهْٛ ُعر
غَٓ ِفكه ط ُهَ ض َ َّ ًّح
88
جِقْ ٍِ ْو, َػطِه َ عطِ َطح ْ َ ؾ هَش ْخ لَذْسج: ق ُ ق ِذ ِإل َِح َُ َؾ ْؼفَ ٌش جٌ ه
ِْش٠َح ِِ ْٓ لَ ْر ًُ ِص ِد ج ٌْ َّ َمح ِدَٙ ٌَ ُْ ضُؿ ِ َّش ْخ َخ ٍْفٜج هد أ ُ ْخشَٛ َِ
ُْٓ َٔطَحتِ َؽ ٌَ ُْ ضَىٌَِٝق ْذفَسُ ئ ُّ ٌدَنَ جْٛ ُعطَم َ , َحٍْٙ ٍِّ َلَٚ
َحُٙلهؼَٛ َ ضَط
89
beberapa tetes cuka
86 Direktif Memerintah BDI.20/20.02-20-04
ك الً َِِٓ ه١ْ ٍِ َ لْٟ ٌِْٕ ِٚ َ ٔح: ؾَحذِ ُش
ِ ِجصت
90
/‟A>mmatun an-na>si 1: ihdimu> haz|a>
al-maka>na waddammiru> haz|ihi al-
„adawa>ti allati> yasta‟milaha fi sih}rihi
/Masyarakat 1 : Robohkan tempat ini
dan hancurkan alat – alat yang ia
gunakan dalam sihirnya
92 Direktif Memerintah BDI.26/32.12-32.16
ِ ػَح َِسٌ جٌٕه
َِٓ َح ُوط ُُد ػَٙح ! الَذُ هذ أَٔهُٙ أَقْ ِشل:۱حط
غِكْ ِش
ّ ٌ
/‟A>mmatun an-na>si 1 : „ah}riquha> ! la>
budda „annaha> kutubu ‟ani al-sih}ri
/Masyarakat (1) : Bakar buku – buku
itu, pasti buku – buku itu tentang sihir
93 Direktif Memerintah BDi.27/32.49-33.01
ََُْٗ ِئٔه٢ ُى ُُ ْج١ْ ٍَػ
َ ِٗ ٍِ ِِ ُ عحَ جْٛ ُ ُذ ِِ ْٕ ُى ُْ أَ ْْ ض َ ْىطُر٠ْ ج ُ ِس: ؾَح ِذ ُش
َ ُذ جٌط ه َخقهـ٠ْ ُ ِش٠ ْٓ َِ ًّ ِ ُُّ ٌِ ُىِٙ ُِ ٌَُٗ ِىٕهَٚ ٞ ٌّ َوالَ ٌَ َٔ َظ َش
َ َ حء أ
َِ ْٛ ٍُُ ِْش ِٖ ج ٌْؼ١غ ِ َ١ِّْ ١ ِػ ٍْ ُِ ج ٌْ ِخْٟ َل
91
nata>„ija, bal yajibu „at yujarribu
marrata wara>„a marratin h}atta>
yata„akkada „anna ma>wa s}alla> „ilaihi
min nata>‘ija huwa as}-s}ah}i>hu wa
yanbagi> „ayda>n, „ayyattakhiz|a s}a>h}ibu
at-tajribati as}diqa>„i yasiqu bihim
fakama> ta‟alamu>na la> yah}minu kalla
an-na>si al-z}anna bi al-‟ulama>„i wa
khas}s}ata man yaf‟alu>na fi> ‟ ilmi al-
khi>miya>„i/Jabir : ini adalah wasiat
yang kelima, seorang pelaku
eksperimen hendaknya tidak
terpedaya dengan apa yang nampak
diluar dan terburu – buru untuk
mencapai hasil, tetapi dia harus
mengujinya berkali – kali sampai ia
yakin bahwa hasil yang dicapainya
adalah benar dan hendaknya juga
seorang peneliti mencari teman yang
bisa dipercaya, karena seperti yang
kalian ketahui tidak seorang berbaik
sangka kepada ulama terutama
mereka yang bekerja di bidang ilmu
kimia
95 Direktif Menasehati BDI. 29/35.02-35.23
خ ِ ح َُ ذِحٌطهؿ١َ َ ُذ ج ٌْم٠ْ ُ ِش٠ ْٓ َّ ٌِ َُْْٛ َى٠ ْْ َ أ: ؾَحذِ ُش
ِ َحس
خ
ِ َحس ِ ُ َّ ِ ّىُُٕٗ ِِ ْٓ أِؾْ َش٠ ٍ ْلصٌ َوحفَٚ ه ِس١ِّ ٍْ ج ٌْ ِؼ
ِ جء َ٘ ِز ِٖ جٌطهؿ
ٍ ْلَٚ ٌَٝؼ ِئ
ص ُ َْ ضَكْ طَحْٛ ٍَُّ خ َو َّح ض َ ْؼ ِ َحسِ ل جٌطهؿ ُ فَ َر ْؼ
ًٍ ِؾذًّج٠ْ ِٛ َه
92
96 Komisif Mendoakan BK.3/00.57-01.00
ك َ أَ َصج َـَٚ َػ َفحن
َ ػ ْٕهَ ٌْ َّ ْش ؽفَهَ ه
َ َٚ ُّللَا ُ َ أل
َ :خ
93
‟araftuhum/Ummah : Kau adalah
salah satu pedagang herbal paling
mahir yang ku kenal.
102 Ekspresif Memuji BE.9/07.15-07.23
ٌّ َ٘زَج فَأ َ ْٔصَ ؽْٟ ِٔغ ِؼ ُذ
َحخ ْ ُ٠ َٚ ,ْظ َ ػ: ِٗأ ُ ه
ِ ج ٌْؼَىٍَٝ
ٍ ٍُ ُقٍَٝػ
ك َ َٚ ٌ ُِكْ ٍِـَٚ دٌ ّ١ِ َه
/H}arbi> : ma‟lu>ma>tun
jayyidatun/Harbi : Informasi yang
bagus
105 Ekspresif Menolak BE.12/10.57-10.58
ْ َ٠ ْظ َ٘زَ َِح
ْٟ ٍُِٕؾ َغ َ ١ٌَ : ؾَحذِ ُش
94
muwaqqafa>n fi> ih}tiyaraka kat}abi>bin
ya> ja>biru/Menteri : menurutku aku
sudah tepat memilihmu sebagai
dokter jabir
108 Ekspresif Mengucapkan BE.15/13.29-13.30
ْٓ ٌَ ِىَٚ ,ٞ
َ َالْٛ َِ َح٠ َؽى ًْشج ٌَه
ُ :ؾَح ِذش Terima kasih
95
akurat sekali
96
Lampiran 2
Keterangan Kode :
FKM = Fungsi Kompetitif
FKN = Fungsi Konvival
FKB = Fungsi Kolaboratif
FKF = Fungsi Konfliktif
97
, ma„a arba„ati maqa>di>ra min
haz|ihi al h}ubu<bi , wa>khlit}i al mazi>ji
ma„a miqda>raini min haz|a azzayti/
Ayah : Letakkan satu bagian dari
dedaunan ini setelah ditumbuk
bersama dengan empat takaran dari
biji – bijian ini, dan campurlah
campuran dengan dua takaran
minyak ini.
98
/Ja>biru : wa lakinnani> ‟anitu „an
tu‟allisani> ma> ta‟rifuhu wa wasalta
‟ilaihi binafsika/Jabir : Tapi aku
ingin engkau mengajariku apa yang
kau ketahui dan capai.
9 Kompetitif Memerintah FKM.9/14.44-14.46
ُّ ٌ ئِرًج ػ َْٓ َ٘زَج جْٟ ِٕ أ َ ِؾ ْر: ق
غ َإ ِي ِإل َِح َُ َؾ ْؼفَ ٌش جٌ ه
ُ ق ِذ
99
al-„a>na bi sur‟atin wa tatruka haz|a>
al-maka>ni fa hum mus}irrani ‟ala>
tah}tat}i>mi al-ma‟mali/Murid (1) :
Engkau harus pergi sekarang dan
meninggalkan tempat ini sebab
mereka bersikeras menghancurkan
laboratorium.
14 Kompetutif Memerintah FKM.14/32.04-32.08
جْٚ ّد ِِّ ُشَٚ ! َْج َ٘زَج ج ٌْ َّىَحْٛ ُِ جِ ِ٘ ْذ:1 حط ُ ٕػَح َِسُ جٌ ه
ِ جََٚ َ٘ ِز ِٖ ْجألَد
ْ َ٠ ْٟ ِش جٌهط
ِٖ عِكْ ِشْٟ َِح فٍُِّٙ غط َ ْؼ
100
جس ْ َ ُُ أَٙ َ٘ح َل ْذ ذَ َذجَْْ ضَ ْف, َح ؾَح ِذ ُش٠ َغ ْٕص
َ ع َش َ ْ أَق: خ
ُ َ أل
َ ِ ْجأل َ ْػؾَح
َ ِس٠ِٚ ْجأل ْدَٚ خ
/H}arbi> : ma‟lu>ma>tun
jayyidatun/Harbi : Informasi yang
bagus
23. Konvival Memuji FKN.8/13.24-13.28
ََ ِشن١ِ جِقْ طْٟ لًّفًح ِفَٛ ُِ ُ ُو ْٕصْٟ ِٕ أَٔه,ٜ أ َ َس:ْش٠ ِصٌٛج َ
ٍ ِ َو
َح ؾَح ِذ ُش٠ د ١
ْ رطَ
101
menurutku aku sudah tepat
memilihmu sebagai dokter jabir.
24 Konvival Memuji FKN.9/15.02-15.09
َ ْ أَق: ق
َ٘ ُشَْٛ ؾَُٛ ٘ َغ ْٕصَ َ٘ز ِإل َِح َُ َؾ ْؼفَ ٌش جٌ ه
ُ ق ِذ
خ ُ َحس ه َ
ِ جأل ِْ ُش جٌطؿْ
102
sayurah}h}ibu bika kat}a>libin „indahu
ma> dumtu al „ilma ‟ila> haz|ihi ad
darajati/“dia adalah ulama dalam
bidang bahasa, al – qur‟an, dan
juga ilmu hitung tetapi dia lebih
suka menyendiri, aku yakin dia
akan menerima mu sebagai
muridnya, selama kau menyukai
ilmu sedemikian besarnya”
28 Kolaboratif Melaporkan FKB.2/30.58-31.05
, ! ؾَح ِذ ُشِْٞ ذ١ع ه َ ح٠َ ! ؾَح ِذ ُشِْٞ ذ١ع ه
َ :د ُ ٌِ جٌ َطح
َ َ َ ْ َ
َُٕ٘حٌِٝ ُْ ئِٙ ِم٠ْ ه ِشْٟ ِف ِس فُْٛ ؾشز ِِ ْٓ أ ْ٘ ًِ جٌىُ َ َج ٌْؼ
َ َِ ْؼ َّ ٍِهٌَِٝئ
103
„indama nad}a„uha> bikammiyyatin
qali>latin ma„a mawadda „akhara>
yatah}awwalu assamma „ila>
ma>datin liljismi/“karena dedaunan
tersebut mengandung zat beracun,
dan saat kita memasukkannya
dalam jumlah sedikit dengan bahan
lain racun tersebut berubah menjadi
zat yang berguna bagi tubuh”
32 Kolaboratif Menyatakan FKB.6/04.24-04.26
ِ ٍَ َهْٟ َح ِسقْ ٍَسٌ ِفٙعأ ُ ْخ ِر ُشنَ ِئٔه
د َ ,غًٕح
َ َق: ؾَح ِذ ُش
ُِ ٍْ ج ٌْ ِؼ
104
/Mu>sa> : T}al> atu fatratu gaybatika
„ani al ku>fati ya> ja>biru ,
tagayyaratu al „awaid}a>„u huna>
kas|i>ra>n ba„da al h}ukmi al
„abba>siyyina/ “Telah lama kau
tidak tinggal di kuffah Jabir !
kondisi disini banyak berubah
setelah pemerintahan abbasiyah”
36 Kolaboratif Menyatakan FKB.10/14.20-14.24
ُذ َِ ْؼ ِشفَسَ ُو هً َِح٠ْ َح ئِ َِح َُ ج ُ ِس٠ ٍة١ْ ؽَ ً ُو ه: ؾَح ِذش
ٍُْزَ ج ٌْ ِؼَٙ ِك ذ
ُ َطَؼٍَه٠
105
kemudian berrinteraksi pada karat
yang ada di tembaga dan
menghilangkannya, begitulah cara
kimia berguna bagi manusia, bukan
menjanjikan mereka mewujudkan
impian kehidupan abadi atau
kejayaan yang instan.
106
/Ja>biru : haz|ihi al-maddatu tu‟t}i>
t}abaqata tusybihu al-z|ahaba fi>
lama‟a>nihi yumkinu biha< „an nat}li>
al-h}uliyyata ka„annaha z|ahabun
ha}qi>qiyyun walakinnahu bi al-t}ab‟i
„arkhas}u mina az-z|ahabi fa
yumkinu „isti‟ma>lahu li kita>bihi al-
mah}t}u>t}a>ti al-muhimmati kama>
h}adas|a wa kutiba bihi al-qur„an al-
kari>m kama> yumkinu „an nus‟idu
bihi al-nisa>„a law laysa bi maqdu>ri
hinna syara>„u al-z|ahabi ligala>„i
si‟rihi/Jabir : zat ini memberikan
lapisan yang menyerupai emas
dalam kilauannya, dengannya kita
bisa menyepuh perhiasan sehingga
terlihat seperti emas asli, tapi tentu
lebih murah daripada emas,
sehingga bisa digunakan untuk
menulis naskah yang penting
seperti yang sudag ada dan al –
qur‟anul karim ditulis dengannya,
sebagaimana juga bisa membuat
senang para wanita, yang tidak
mampu membeli emas karena
mahal harganya”
40 Kolaboratif Menyatakan FKB.14/31.41-31.50
ُ ف جٌٕه
ِٗ ١ْ ِحط ف ْ ٌَذَٚ ح٠َ ٌَ ْٛ َ٠ ْٟ ِأْض١ع
ُ َ ْؼ ِش٠ ِٞ َ : ؾَحذِ ُش
ِ ِ١ِّْ ١َسَ ِػ ٍْ ُِ ج ٌْ ِخ١ّّ ِ َ٘ َ أ
حء
107
‟ilmu ya> waladi> laisa wasi>lata li al-
kisbi/“Jabir : karena semua yang
kau katakan bertentangan dengan
sains, kau berbicara sebagai
pedagang / penjual. Ilmu atau sains
itu anak ku bukanlah sarana untuk
mencari penghasilan”
42 Konfliktif Menolak FKF.2/04.09-04.11
ْٟ َح ِضؿ ََشزٌ َس ِتؿَسٌ ِفٙ ِئٔه, ْظ ُِ َر ِ ّش ًسج
َ ١ٌَ َ٘زَج: ٝعَ َٛ ُِ
ٍ ُو ِ ًّ َِى
َْح
108
t}ari<qati hiya „an nuhattima z|a>lika
al-maka>na yuma>risu fi>hi sih}rahu
al-„as|i>ma/“Masyarakat 1 : Aku
berfikir bahwa kita harus
mencegahnya meneruskan
perbuatannya ini dan cara yang
terbaik ialah dengan
menghancurkan tempat dimana dia
mempraktikan sihirnya yang tidak
benar itu”
46 Konfliktif Mengancam FKF.6/32.26-32.31
ْٓ ٌَ ُٗ ٌَ ِىٕهَٚ َ ٌَمَ ْذ َٔؿَح َ٘ ِز ِٖ ج ٌْ َّ هشز: ۱ حط ُ ػَح َِسٌ جٌٕه
ج ٌْ َّ هش ِز ج ٌْمَح ِد َِ ِسْٟ ِ فْٛ َ ْٕ ُؿ٠
109
„asra>ri wa yumkinuna> „ab
naktasyifa al-mazi>di ‟anhu kulla
yaumin/Jabir : siapa yang bilang
begitu ? campuran ini disebut Aqua
Regia / Royal Water ( Nitric Acid
Hydrochloride ), campuran ini
mampu melarutkan air emas yang
menutupi permukaan apapun dan
akan jelaslah menunjukkan apakah
itu emas murni atau palsu, ilmu
kimia penuh dengan rahasia, dan
kita dapat menemukan lebih
banyak rahasia itu setiap hari”
49 Konfliktif Menuduh FKF.9/30.05-30.10
ْ َ٠ ََُٗٔ الَ ذً هذ أ: ۳ ػَح َِسُ جٌٕه ِظ
ِ ُٓ ِذح ٌْ َؿ١ْ غطَ ِؼ
ْٟ ِحّْ ف
أَ ْػ َّح ٌِ ِٗ جٌ ه
ِٖ ه ِس َ٘ ِز١ِٔ َطح١ْ ؾ
110
Lampiran 3
LA = Langsung
TLA = Tidak Langsung
LI = Literal
TLI = Tidak Literal
No. Tuturan Jenis Tuturan Tujuan Kode Tuturan /
Tuturan Durasi
1 Tindak Tutur Interogatif LA.1/01.29-01.37
ق
ِ ْٛ غ ُك ْ َ
ْ َِ ْٓ َِ ٌِ ِّحر َق هذدْشَ ٌِ هش ُؾ ًِ ِِمذ ًَسج: ؾَحذِ ُشLangsung
َْش٠ غَالَغَسَ َِمَح ِدَٚ ص ِْٓ َِِٓ ه٠َجس
ِ ٠ْ جٌض َ ِِ ْمذَٚ ,جق ِ َسْٚ َ ْجأل
خ ِ ْٛ َُِِٓ ج ٌْ ُكر
/Ja>biru : wa‟alaikumussala>mu wa
rah}matullahi, ayyuha> al-
waz|iru/Jabir : Baik wahai menteri.
3 Tindak Tutur Imperatif LA.3/19.09-19.12
ْ ْ
ِ غفِ ج ٌْ ِمط ِغ ِس جُّٔكَح
ِس ذِ ِمطؼَ ِس١ع ه ُ
ْ َّ ِ ل ُْ ذ: ؾَحذِ ُشLangsung
ِٖ حػ َ٘ ِزِ ِّ َجٌم
111
/Jābir : ‟alaysat nafsa al
mukawwināti mā alfarqu bayna
„iżān /Jabir : bukankah bahan –
bahannya sama lalu apa bedanya ?
112
lain ?”
10 Tindak Tutur Interogatif LA.10/06.33-06.36
َ ْ ْ
ِ ط ِػٍ َُ جأل ْػؾَح
خ؟ َ ْ َ ُ
ُ أ َِح ِصٌصَ ضذ ُْس: ِٗ أ هLangsung
/Al-waz|iru : As-salammu‟alaikum,
kaifa h}aluka ya> ja>biru ? Menteri :
Bagaimana Kabarmu Jabir ?
16 Tindak Tutur Interogatif LA.16/13.11-13.14
َغ ٍٓ َذ ْؼ َذ أ َ ْْ ػَح ٌَؿَ ه ك َ ٕذ
ُّ َ ِ ُ ُشؼ ْ
ؾ َ ض ً
ْ َ
٘ : ْش
٠ ص
ُ ٌِِٛج Langsung
113
ُ ١ِجٌ هطر
ْد ؾَحذِ ُش ؟
114
Apa ini?
115
َٓ أ َ ْخن َْششَ ؟٠ْ َ ِِ ْٓ ئ: هحخ
ُّ جٌؾLangsung
116
tawas )
34 Tindak Tutur Interogatif LA.35/27.09
ُ
فٗ ؟ َ
ُّ جَٛ َِح خَٚ : ؾَحذِ ُشLangsung
117
tahu bahwa hal seperti ini pasti
terjadi, aku harus mengambil /
membawa beberapa buku serta
beberapa alat yang aku perlukan.
40 Tindak Tutur Interogatif LA.40/31.39-31.40
َ ُ ُ ٌِ جٌ َطحLangsung
جضِهَ ؟ََٚ ٌِ َُ ضَح ْ ُخز أدَٚ : د
118
: dan apa yang terakhir ?
45 Tindak Tutur TLA.01/00.50.00.55
َ
ًّح١ِِ ْٛ َ٠ ِْٓ ١ػطَ ِي ُؾ ْشٚضٕح َ َ ْ
ُ ْٟ ِ ئِ ِْ جٔطظ ّْصَ ف: خ َ
ُ جألTidak
ِر ِس١ْ ِِ ْٓ َ٘ ِز ِٖ جض ه ْش ِوLangsung
119
„agairihi al‟ulu>mi/ /Jabir : Saya
ingin kalian menulis apa yang akan
saya diktekan kepada kalian
sekarang, ini perkataan yang
bersifat teoritis, namun ini penting
bagi setiap orang yang ingin
mengkhususkan diri pada ilmu
kimia atau ilmu lainnya
50 Tindak Tutur LI.01/03.15-03.22
جس َ ْ َ
ْ ُُ أَٙ َ٘حل ْذ ذَ َذجَْْ ضَف, َح ؾَح ِذ ُش٠ َغ ْٕص
َ ع َش َ
َ ْ أق: خ َ
ُ ألLiteral
َ ِس٠ِٚ ْجأل َ ْدَٚ خِ َح
ؾ ْ
ػ َ ْجأل
120
َ ْ أَق: ق
َغ ْٕص ِإل َِح َُ َؾ ْؼفَ ٌش جٌ هLiteral
ُ ق ِذ
121
Bukankah ada gunanya untuk
manusia, jika kita menemukan cara
untuk membantu mereka
mempertahankan warna pakaian
mereka.
122
aku akan berhenti melakukan
eksperimenku ?
65 Tindak Tutur TLI.10/34.32-34.37
َِْ ٍَ ػَح ٌِ ًّح ِِ ْٓ َ٘ذْٛ َ٠ ً ُذ أ َ ْْ ض ُ ْٕ ِمزَ ُو ه٠ْ الَ ُٔ ِشَٚ : ؾَح ِذ ُشTidak Literal
ِٗ عِ ْق َسأ َ ْٛ ََِ ْؼ َّ ٍِ ِٗ ف
123