3991-Article Text-10537-1-10-20120201
3991-Article Text-10537-1-10-20120201
ABSTRACT
Spawning season of giant gouramy Osphronemus gouramy Lac is not happen continuously through the
year so the supply of fry is not enough for fulfilling the demand. Artificial fertilization will be useful to
produce larvae and fry at out of their spawning season. In this study, three dose levels of ovaprim, i.e. 0.6, 0.7
and 0.8 ml/kg fish were used to induce spawning of giant gouramy. Parameters observed were the width of
abdomen, number of eggs, fertilization rate, hatching rate, and survival rate of larvae. The results of this study
showed that average of fertilization rate reached 4.3% with number of eggs fertilized was 50 eggs, hatching
rate 78.5% with number of larvae hatched was 43 larvas. Average of larvae survived until the end of
experiment was 35, with average survival rate was 76.82%. Based on the achievement in this study, induced
spawning by ovaprim could be applied to giant gouramy, although the success is still very low.
ABSTRAK
Musim pemijahan ikan gurame Osphronemus gouramy Lac. bukan sepanjang tahun sehingga pasokan
benih tidak selalu tersedia dalam jumlah yang cukup. Pemijahan buatan memungkinkan untuk memperoleh
suplai larva dan benih di luar musim pemijahannya. Pada penelitian ini tiga tingkatan dosis ovaprim, yaitu 0,6
ml/kg, 0,7 ml/kg, 0,8 ml/kg ikan digunakan untuk merangsang pemijahan ikan gurame. Parameter yang
diamati adalah lebar perut, jumlah telur, derajat pembuahan telur (Fertilization Rate), derajat penetasan telur
(Hatching Rate) dan tingkat kelangsungan hidup larva (Survival Rate). Rata-rata derajat pembuahan telur ikan
gurame yang dipijahkan secara buatan mencapai 4,30% dengan jumlah telur yang dibuahi sebanyak 50 butir,
sedangkan derajat penetasan rata-rata adalah 78,50 % dengan jumlah rata-rata telur yang menetas sebanyak 43
butir. Rata-rata jumlah larva hidup pada akhir masa pemeliharaan adalah 35 ekor, dengan rata-rata SR sebesar
76,82%. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan, bahwa ransangan pemijahan pada ikan gurame
menggunakan ovaprim dapat dilakukan, meskipun tingkat keberhasilannya masih sangat rendah.
penting dalam usaha budidaya. Kesulitan ini tertentu. Metode ini memungkinkan
disebabkan karena benih yang digunakan kepastian untuk mendapatkan benih sesuai
merupakan hasil dari pemijahan alami yang waktu yang diinginkan. Pada akhirnya
dipengaruhi oleh musim. pemijahan buatan juga membuka
Pada jenis ikan yang sudah dapat kemungkinan untuk perbaikan dalam hal
dipijahkan di kolam, cara pemijahan dengan pemuliaan suatu jenis ikan, seperti tumbuh
penyuntikan biasanya digunakan untuk lebih cepat dan tahan terhadap penyakit pada
efisiensi penggunaan induk serta peningkatan strain yang dicobakan (Huet, 1970).
kualitas dan kuantitas anak ikan
(Sumantadinata, 1983). Penggunaan hormon
yang berasal dari luar tubuh ikan untuk BAHAN DAN METODE
merangsang ovulasi dan pemijahan pada ikan
telah berkembang dengan baik dan telah Ovaprim dan ikan uji
diulas dengan baik oleh Rowland (1983). Ovaprim merupakan produk yang
Percobaan terdahulu menggunakan mengandung 20 µg D-Arg6, Pro9-Net sGnRH
gonadotropin hasil pemurnian ekstrak dan 10 mg domperidone per ml propylene
kelenjar pituitari atau HCG yang berperan glycol untuk merangsang pemijahan ikan
secara langsung pada ovari. Beberapa (King dan Young, 2001). Ovaprim
rangkaian studi menggunakan pemurnian menggunakan mekanisme pengontrolan
atau sintesa gonadotropin releasing hormon
hormon pada ikan untuk merangsang
dari ikan (GnRH) atau mamalia (LHRH) dan pematangan secara aman. Ovaprim telah
analog superaktif, untuk merangsang kelenjar teruji dan terbukti efektif mendorong
pituitari (Goundie et al., 1992). pematangan tanpa mempengaruhi
Usaha ini telah berhasil dilakukan dan kemampuan hidup dan fekunditas ikan secara
menghasilkan produk perangsang pemijahan signifikan (Anonimus, 2004c). Induk yang
yang memiliki efektifitas yang luar biasa. digunakan dalam penelitian adalah ikan
Ovaprim merupakan suplemen peptida dalam
gurame (Osphronemus gouramy Lac.) yang
bentuk formulasi konsentrasi yang dapat berumur antara 4 – 5 tahun dan telah
digunakan pada setiap ukuran ikan. Ovaprim mencapai matang gonad dengan ukuran 1,5 –
mengandung analog dari GnRH salmon yaitu 2,3 kg.
peptida asli yang terdapat paling banyak pada
ikan teleostei (bertulang belakang) serta
Seleksi induk
mengandung anti dopamin yang dibutuhkan
pada banyak jenis ikan budidaya. Ovaprim Seleksi induk dilakukan untuk
akan mulai merangsang pematangan dengan mendapatkan induk ikan gurame yang
segera setelah penyuntikan untuk hasil yang matang gonad sehingga siap untuk
cepat (Anonimus, 2004a). Keefektifan ini dipijahkan. Langkah pertama dalam tahapan
menyebabkan ovaprim dipilih sebagai ini adalah melakukan pengecekan terhadap
produk perangsang pemijahan yang keberadaan sarang di kolam induk. Ketebalan
digunakan dalam penelitian ini. Sehingga sarang minimal 20 cm digunakan sebagai
diharapkan dengan penyuntikan ovaprim indikator bahwa terdapat induk yang telah
dapat membantu merangsang pemijahan ikan matang gonad. Secara visual, induk betina
gurame. yang telah matang gonad ditandai dengan
Selama ini orang telah mem- perut yang membesar dan lembek.
budidayakan ikan dengan cara intensif atau Selanjutnya ikan dipuasakan selama satu
semi intensif terdapat keinginan untuk minggu untuk memastikan bahwa perut ikan
mengontrol dan memaksimalkan produksi yang membesar bukan karena pakan,
telur yang ditujukan untuk stok benih. Ikan melainkan telur sehingga dapat diketahui
gurame hanya memijah pada musim tertentu ikan yang benar-benar mengandung telur.
yang sangat dipengaruhi oleh faktor Sedangkan seleksi induk jantan dilakukan
lingkungan sehingga menyebabkan tidak dengan mengurut perut kearah lubang genital
tersedianya pasokan benih pada waktu untuk mengetahui adanya sperma pada induk
Pemijahan secara buatan pada ikan gurame 105
tersebut. Secara visual, induk gurame jantan berdasarkan dosis masing-masing induk.
yang telah matang gonad dicirikan oleh Penyuntikan dilakukan dua kali secara
bentuk tumpul pada kedua rusuk bagian intramuskular pada bagian belakang sirip
perut, sedangkan ciri induk betina yang telah punggung. Pengukuran lebar perut induk
matang gonad bagian perut di belakang sirip sebelum penyuntikan pertama dan kedua
dada menggembung dan susunan sisik dilakukan untuk mengetahui perkembangan
terutama bagian perut dekat sirip dada akan yang terjadi pada perut ikan setelah
sedikit merenggang (Puspowardoyo, 1999 penyuntikan. Apabila terjadi peningkatan
dalam Anonimus, 2004b). ukuran lebar perut sebagai indikator respons
positif oleh ikan terhadap penyuntikan maka
Pengambilan sampel telur dilakukan penyuntikan kedua. Penyuntikan
kedua dilakukan pada bagian belakang sirip
Pengambilan sampel telur dilakukan
punggung pada sisi lain dari penyuntikan
sebelum penyuntikan pertama diberikan
pertama. Jumlah ovaprim yang disuntikkan
dengan teknik kanulasi. Ikan dibius dengan
pada penyuntukan pertama sebanyak 1/3 dari
merendamnya kedalam air yang mengandung
dosis total yang akan diberikan. Penyuntikan
minyak cengkeh sebanyak 0,6 ml/L air. Telur
kedua dilakukan setelah sepuluh jam
yang diperoleh diukur dan diamati
terhitung dari penyuntikan pertama sebanyak
menggunakan mikroskop untuk melihat letak
2/3 dari dosis total. Sedangklan penyuntikan
intinya. Telur yang telah matang ditandai
induk jantan penyuntikan hanya dilakukan
dengan letak inti yang telah bergeser kearah
satu kali, bersamaan dengan proses
tepi. Proses penyadaran terhadap ikan
penyuntikan kedua pada induk betina.
dilakukan segera setelah pengambilan telur.
Penyadaran ikan dilakukan dengan
memasukkan selang ke mulut ikan dan Pemijahan induk serta pemeliharaan telur
mengalirkan air kedalamnya disertai dan larva
pemijatan pada bagian operkulum. Hal ini Induk jantan dan betina ditempatkan
dapat mempercepat penyucian insang dalam satu wadah setelah penyuntikan kedua
sehingga ikan dapat segera pulih dari untuk proses pemijahan. Pemeriksaan ovulasi
pingsannya. pertama dilakukan setelah enam jam dari
penyuntikan kedua. Pemeriksaan selanjutnya
Penyuntikan ovaprim dilakukan setiap satu jam dengan mengurut
secara perlahan pada bagian perut kearah
Pada penelitian ini, induk-induk
lubang genital. Penyiapan sperma dilakukan
gurame mendapat suntikan dengan jumlah
setelah induk betina sudah dapat berovulasi.
ovaprim yang berbeda. Dosis penyuntikan
Pengumpulan sperma dilakukan dengan
ovaprim untuk induk betina yaitu 0,6; 0,7;
hati-hati agar tidak bercampur dengan air.
dan 0,8 ml/kg. Penentuan dosis ini
Induk jantan yang akan diambil spermanya
berdasarkan pada penelitian pendahuluan
dengan cara pengurutan pada bagian
yang menunjukkan bahwa perkembangan
perutnya secara perlahan kearah lubang
telur gurame secara signifikan mulai terjadi
papila. Sperma yang keluar dikumpulkan
pada dosis penyuntikan ovaprim 0,6 ml/kg.
dengan menghisapnya menggunakan alat
Sedangkan penyuntikan ovaprim pada induk
suntik (syringe) dan diencerkan
jantan dilakukan dengan dosis 0,3 ml/kg
menggunakan larutan fisiologis yang
untuk meningkatkan produksi sperma yang
mengandung 0,9% Sodium Chlorida.
dihasilkan. Masing-masing perlakuan terdiri
Pengenceran tersebut bertujuan untuk
dari tiga ulangan.
memperbesar peluang pembuahan dan
Wadah yang digunakan selama proses
memperpanjang masa aktif sperma.
penyuntikan berupa bak fiber berukuran
1×1×1,5 m3 untuk menempatkan induk. Cara ovulasi telur pada induk betina
hampir sama dengan cara pengambilan
Sebelum penyuntikan, induk jantan dan
sperma pada induk jantan. Akan tetapi posisi
betina ditimbang untuk mengetahui
induk betina pada saat pengurutan tidak
banyaknya jumlah ovaprim yang disuntikkan
dibalik sehingga telur yang dikeluarkan dapat
106 H. Arfah, L. Maftucha dan O. Carman
terlama terjadi selang 10,5 jam dari Perkembangan lebar perut ikan gurame
penyuntikan kedua (Tabel 1). Hal ini Peningkatan lebar perut terjadi pada
menunjukkan bahwa hormon yang semua induk gurame. Pertambahan lebar
terkandung dalam ovaprim bekerja dengan perut paling besar terjadi pada induk ke-2
baik untuk proses pematangan akhir telur. yang mencapai 0,61 cm dengan persentase
Perbedaan waktu ovulasi yang berbeda peningkatan sebesar 12,92%. Sedangkan
dimungkinkan karena adanya perbedaan peningkatan lebar perut terkecil terjadi pada
kualitas masing-masing individu seperti induk ke-6 yang hanya bertambah 0,04 cm
tingkat kematangan, kesehatan dan stres yang dari lebar perut awal atau dengan persentase
dialami ikan. Hal-hal tersebut sangat peningkatan 0,70%. Adapun pertambahan
mempengaruhi respon ikan terhadap lebar perut rata-rata mencapai 0,35 cm atau
rangsangan yang diberikan. Secara alami, sebesar 6,93% (Tabel 2). Pertambahan lebar
proses ovulasi dipengaruhi oleh faktor
perut ini menunjukkan adanya perkembangan
lingkungan seperti suhu air, cahaya, telur yang terjadi setelah pemberian ovaprim.
kandungan oksigen terlarut dan keberadaan Besarnya pertambahan lebar perut yang
lawan jenisnya (Hovarth, 1985 dalam berbeda menandakan adanya perbedaan
Wardhana, 1995). respon dari setiap induk. Hal ini dapat
disebabkan tidak seragamnya tingkat
kematangan induk yang digunakan.
Billard et al. (1971) dan Billard (1974) sesudah penyuntikan pertama. Respon positif
dalam Buyukhatipoglu (1984) menyatakan dari ikan terhadap penyuntikan ditandai
bahwa kekerapan stripping berpengaruh dengan bertambahnya lebar perut akibat
terhadap banyaknya sperma yang didapatkan. pengaruh dari ovaprim yang disuntikkan.
Untuk kasus produksi sperma kurang atau Selain pengukuran lebar perut, untuk
sperma tidak keluar banyak, harus tersedia mengetahui adanya perkembangan telur
dua ekor jantan untuk setiap betina dilakukan penimbangan bobot ikan sebelum
(Shepherd dan Bromage, 1992). dan sesudah pemberian ovaprim. Akan tetapi
Bertambahnya umur ikan menyebabkan perkembangan yang terjadi sangat kecil
produksi sperma yang dihasilkan dalam sehingga tidak memberikan perbedaan yang
kepadatan rendah (Babuskin, 1974 dalam berarti terhadap berat tubuh ikan.
Buyukhatipoglu, 1984). Serta terdapat efek Pada tahap akhir vitelogenesis, telur
stimulasi dari keberadaan betina dalam ikan dapat bersifat dorman untuk beberapa
produksi semen pada jantan (Schaperclaus, bulan tanpa perubahan yang merupakan fase
1961 dalam Buyukhatipoglu, 1984). Kualitas istirahat. Masa istirahat akan berakhir dengan
dan kuantitas sperma dimungkinkan sangat ovulasi jika kondisi yang memungkinkan
dipengaruhi oleh faktor musim, umur ikan, terjadi. Hal inilah yang mungkin dialami
stimulasi dari induk betina dan pakan yang induk-induk gurame disaat musim kemarau
dikonsumsi oleh induk jantan. Sehingga hingga datangnya musim hujan sehingga
dalam satu musim terjadi fluktuasi proporsi penyuntikan ovaprim diharapkan mampu
maupun kualitas antar musim pemijahan merangsang ovuilasinya. Pada pemijahan
dalam satu tahun. Jumlah sperma menurun secara alami, sel-sel saraf pada otak
secara gradual dan mendekati nilai nol pada mengantarkan GnRH ke pituitari. GnRH
bulan terakhir pada suatu musim pemijahan membantu untuk pelepasan gonadotropin
(Buyukhatipoglu, 1984). dari sel-sel pituitari. Kemudian gonadotropin
Derajat pembuahan dalam pemijahan akan mengatur pematangan gonad melalui
buatan ini juga relatif sedikit dibandingkan hormon steroid gonadal. Ovaprim yang
dengan pemijahan alami. Akan tetapi, mengandung analog dari GnRH salmon dan
pemijahan alami yang terjadi pada saat neurotransmitter (dopamine) inhibitor otak.
penelitian ini juga menghasilkan derajat Ovaprim menyuplai sumber eksogenus dari
pembuahan yang sangat rendah. Sehingga GnRH analog salmon yang lebih
dari satu sarang hanya 20 – 30% telur yang berpengaruh daripada kedua GnRH atau
dapat menetas, bahkan tidak menetas sama LHRH asli salmon. GnRH memancing
sekali. Hal ini terkait dengan kualitas telur pelepasan pada penyimpanan gonadotropin
ikan gurame yang relatif kurang baik pada dari pituitari. Dopamin inhibitor membantu
waktu tertentu khusunya pada awal musim dalam menghilangkan penghambat lain pada
pemijahannya. Pada saat pengamatan telur, pelepasan GnRH. Keluaran dari penggunaan
didapati telur-telur yang posisi intinya sudah ovaprim adalah lonjakan keluar pada hormon
ditepi atau bahkan kosong. Hal ini ovulatori dari pituitari yang merangsang
dimungkinkan pada beberapa induk memiliki pematangan akhir pada gamet melalui
telur yang terlalu matang sehingga telur tidak hormon steroid gonadal. Hormon steroid
memiliki tingkat keseragaman yang baik. sangat penting untuk pematangan gamet
Selain itu, sedikitnya sperma yang dihasilkan akhir. Pematangan akhir pada gamet
oleh induk jantan juga merupakan faktor menggunakan ovaprim tidak menjadi
penyebab rendahnya tingkat pembuahan. penghalang pada tingkah laku pemijahan atau
Menurut Woynarovich dan Hovart daya hidup gamet.
(1980), efek pertama dari gonadotropin pada Penyuntikan yang sama juga berlaku
telur adalah pergerakan nukleus ke arah untuk penginduksian pelepasan sperma pada
mikropil yang diikuti oleh hidrasi yaitu telur ikan jantan. Walaupun biasanya pada proses
akan menyerap air dan disempurnakan pemijahan ikan jantan jauh lebih toleran
selama tahap preovulasi. Hal ini terlihat dari terhadap lingkungan budidaya daripada ikan
pengukuran lebar perut ikan sebelum dan betina. Dengan demikian, dosis yang
110 H. Arfah, L. Maftucha dan O. Carman
dibutuhkan dalam penginduksian ikan jantan terbuahi memiliki peluang menetas yang
pada proses pemijahan lebih rendah cukup besar. Akan tetapi jumlah telur yang
dibandigkan ikan betina (Sepherd dan terbuahi sangat rendah maka dengan derajat
Bromage, 1992). Sedangkan dalam penetasan yang baik hanya menghasilkan
pengumpulan telur dan sperma diambil jumlah larva menetas yang sedikit.
dalam keadaan kering. Begitu pula pada saat
telur dan sperma dicampur secara merata Tingkat kelangsungan hidup
juga dalam keadaan kering (Huet, 1970). Setelah telur menetas, larva hasil
Sebaiknya penanganan induk penetasan tersebut dipelihara selama sepuluh
diusahakan dengan sangat hati-hati sehingga hari. Berdasarkan jumlah larva yang hidup
tidak menimbulkan stres pada ikan. Stres sampai akhir masa pemeliharaan, dapat
merupakan sejumlah respon fisiologis yang dihitung tingkat kelangsungan hidupnya yang
terjadi pada saat hewan mempertahankan
disajikan dalam Tabel 6. Tingkat
homeostasisnya. Dampak stres dapat kelangsungan hidup tertinggi terjadi pada
mengakibatkan daya tahan tubuh menurun larva dari induk ke-7 dengan persentase
dan selanjutnya terjadi kematian. Pada sebesar 90,38% dan jumlah larva 47 ekor.
banyak ikan, trauma pada organ reproduksi Persentase kelangsungan hidup terkecil
dapat menyebabkan pertumbuhannya terdapat pada induk ke-6 yaitu 60,00%
menjadi lambat atau bahkan dapat dengan jumlah larva 3 ekor. Nilai rata-rata
menyebabkan kematian pada ikan setelah
jumlah larva hidup dari keempat induk
proses pemijahan berlangsung. Untuk alasan tersebut adalah 35 ekor, dengan rata-rata SR
inilah terkadang pembudidaya membiarkan sebesar 76,82%. Data tersebut meng-
ikan yang dipeliharanya mematangkan gambarkan cukup besarnya tingkat
telurnya sendiri secara alami. Menurut kelangsungan hidup larva selama masa
Brown (1979) dalam Hatimah et al. (1994), pemeliharaan.
hewan poikilotermal sangat peka terhadap Rendahnya tingkat kematian larva pada
suhu. Suhu tubuh ikan hanya lebih panas 0,5
masa pemeliharaan dipengaruhi oleh suhu
ºC dari lingkungannya. Pada tubuh ikan media pemeliharaan yang berkisar antara 26
terbentuk enzim tertentu yang hanya aktif – 30 ºC, karena derajat kelangsungan hidup
pada suhu tertentu sehingga harus dijaga larva gurame tertinggi tercapai pada suhu 20
kestabilan suhunya selama inkubasi induk – 30 ºC (Hermanto, 2000). Selama penetasan
maupun larva.
telur membutuhkan oksigen terlarut untuk
pernafasannya. Jika terjadi kekurangan
Derajat penetasan oksigen, pernafasan telur akan terganggu
Larva yang sudah menetas akan sehingga telur akan mati. Maka selain
terapung dengan bagian perut berada di atas. penggantian air juga perlu aerasi diberikan
Derajat penetasan rata-rata antar perlakuan untuk menjaga sirkulasi udara dalam wadah
dalam penelitian ini memiliki nilai 78,50% penetasan selain.
dan jumlah rata-rata telur yang menetas Hasil akhir selama masa inkubasi telur
sebanyak 43 butir. Derajat penetasan telur dan pemeliharaan larva yang berbeda
yang dihasilkan oleh induk ke-1 mencapai dimungkinkan karena adanya pengaruh dari
94,37% dengan jumlah telur yang menetas luar terutama kualitas air. Fase embrio
sebanyak 67 butir. Pada telur yang dihasilkan maupun larva memiliki kepekaan yang tinggi
oleh induk ke-6, derajat penetasannya hanya terhadap pengaruh lingkungan. Sehingga
mencapai 50,00% yang merupakan derajat perubahan sedikit saja yang terjadi pada
penetasan terendah dengan jumlah telur lingkungan dapat berdampak besar bagi
menetas hanya 5 butir (Tabel 5). Persentase perkembangannya, atau bahkan menyebab-
tersebut menunjukkan bahwa telur yang kan kematian.
Pemijahan secara buatan pada ikan gurame 111
Tabel 6. Tingkat kelangsungan hidup larva selama sepuluh hari masa pemeliharaan.
Huet, M. 1970. Text book of fish culture Shepherd, C. J. and N. R. Bromage. 1992.
breeding and cultivation of fish. Intensive fish farming. Blackwell
Published by Editions ch. De Scientific Publications. Oxford
Wyngaert, Brussels. Printed in Great University Press. Canada. P: 105 – 123.
Britain by Eyre and Spottiswoode. Ltd.
Of Thanet Press Margate, England. Sumantadinata, K. 1983. Pengembang-
biakan ikan-ikan peliharaan di
Jatmiko, T. 2003. Analisis pendapatan dan Indonesia. PT. Sastra Hudaya. Bogor.
efisiensi penggunaan faktor-faktor
produksi usaha ikan gurami (studi Wardhana, I. 1995. Penggunaan ovaprim-C
kasus di Desa Cogrek, Kecamatan untuk proses ovulasi buatan pada ikan
Parung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat). betutu (Oxyeleotris marmorata Blkr.).
Skripsi. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Skripsi. Jurusan Budidaya Perairan dan
Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Ilmu Kelautan, Institut Pertanian
Institut Pertanian Bogor. Bogor. Bogor.
King, H. R. and G. Young. 2001. Milt Woynarovich, E. and L. Hovart. 1980. The
production by non-spermiating male artificial propagation of warm-water
Atlantic salmon (Salmo salar) after finfishes : a manual for extention. FAO
injection of a commercial gonadotropin fisheries technical paper No. 201. Food
releasing hormone analog preparation, Agriculture Organization of The United
17α -hydroxyprogesterone or 17α, 20β- Nations. Rome. P: 1 – 183.
dihydroxy-4-pregnen-3-one, alone or in