Anda di halaman 1dari 3

Mata pelajaran : PAI/Fikih

Kelas : X (sepuluh)
Materi : BAB 1 Sumber Hukum Islam

A. Al-Qur’an Sebagai Sumber Hukum Islam Pertama dan Utama


1. Pengertian Al-Qur’an
Al-Qur’an sebagai sumber yang baik dan sempurna, memiliki sifat dinamis, benar,
dan mutlak. Dinamis maksudnya adalah bahwa al-Qur’an dapat berlaku di mana saja,
kapan saja, dan kepada siapa saja, karena al-Qur’an diturunkan tidak hanya untuk umat
tertentu dan tidak hanya berlaku pada satu zaman. Benar artinya al-Qur’an mengandung
kebenaran yang dibuktikan dengan fakta dan kejadian yang sebenarnya. Mutlak
artinya al-Qur’an tidak diragukan lagi kebenarannya serta tidak akan terbantahkan.
Bahkan kejadian-kejadian yang akhir-akhir ini muncul semakin membuktikan tentang
kebenaran al-Qur’an.
Secara bahasa Al-Qur’an artinya bacaan. Sedangkan menurut istilah Al-Qur’an
adalah Kalam (firman) Allah Swt yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw lewat
perantara malaikat Jibril, diriwayatkan secara mutawatir, dan bagi yang membacanya
termasuk ibadah.
‫نز ۡل َٰنَه إِنا‬
َ َ‫تَ ۡع ِقلونَ لعَلكمۡ ع ََربِ ّٗيا ق ۡر َٰ َءنًا أ‬
Artinya “Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa al-Qur’an dengan berbahasa
Arab, agar kamu memahaminya.” (QS. Yusuf [12]:2).
Allah SWT telah menjaga al-Qur’an yang agung ini dari upaya merubah,
menambah, mengurangi ataupun menggantikannya. Dia ta’ala telah menjamin akan
menjaganya sebagaimana dalam firman-Nya:

‫ٱلذ ۡك َر نَز ۡل َنا نَ ۡحن إِنا‬


ِ ‫َل َٰ َح ِفظونَ َلهۥ َوإِنا‬
Artinya “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami
benar-benar memeliharanya.” (QS. Al-Hijr [15]:9).

Isi dan kandungan al-Qu’ran meliputi lima hal, yaitu:


a. Tauhid (pengesaan Allah 'Azza wa jalla)
b. Ibadah (aktivitas yang menghidupkan tauhid)
c. Janji dan ancaman
d. Jalan mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat
e. Kisah dan cerita (kisah-kisah orang shalih dan orang-orang yang
ingkar/membangkang).

2. Kedudukan dan Fungsi Al-Qur’an


Al-Qur’an sebagai kitab Allah SWT menempati posisi sebagai sumber pertama dan
utama dari seluruh ajaran Islam, baik yang mengatur hubungan manusia dengan dirinya
sendiri, hubungan manusia dengan Allah Subhanahu wa ta'ala (hablum minallah),
hubungan manusia dengan sesamanya (hablum minannas), dan hubungan manusia
dengan alam. Adapun fungsi al-Quran adalah sebagai petunjuk atau pedoman kehidupan
bagi umat manusia dalam mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.

B. Hadits sebagai Sumber Kedua


Menurut Bahasa, Hadits mempunyai beberapa arti, yaitu : jaded berarti baru, qorib
berarti dekat, khabar berarti berita. Sedangkan menurut istilah al-hadits ialah segala berita
yang bersumber dari Nabi Muhammad Saw. baik berupa ucapan, perbuatan maupun
pengakuan Nabi Muhammad saw.
1. Kedudukan dan Fungsi Al-Hadits
Al-Hadits memiliki kedudukan sebagai sumber hokum kedua setelah al-Qur’an. Semua
persoalan hokum pertama-tama dikembalikan kepada al-Qur’an. Apabila tidak
ditemukan dasar hukumnya dalam al-Qur’an, maka dicari dalam al-Hadits. Adapun
fungsi al-Hadits mencakup tiga hal, yaitu:
a. Sebagai pengukuh/penguat dari hokum-hukum yang telah ditetapkan dalam al-
Qur’an
b. Sebagai penjelasan dari hal-hal yang sudah disebutkan al-Qur’an.
c. Sebgai penjelas hal-hal yang tidak atau belum dibicarakan dalam al-Qur’an
2. Macam-macam Hadits
a. Hadits Mutawatir (berurutan/berlanjut)
Merupakan hadits yang diriwayatkan oleh segolongan orang yang menurut
kebiasaan tidak mungkin berbuat dusta. Adapun syarat-syarat sebuah hadits
mutawatir adalah sebagai berikut:
1) Mereka yang meriwayatkan dari tingkat pertama harus benar-benar mengetahui
yang diberitakan dengan penglihatan/pendengaran.
2) Terdapat jumlah bilangan yang sah pada tiap-tiap tingkatan, yaitu jumlah yang
menurut adat kebiasaan tidak mungkin untuk berdusta
3) Jumlah bilangan orang yang meriwayatkan tidak ada batas tertentu, tetapi yang
terpenting adalah adanya pengetahuan pasti dari kabar yang diperoleh, juga
kepuasan jiwa pada orang-orang yang menerimanya.
b. Hadits Ahad
Merupakan hadits yang diriwayatkan oleh beberapa orang, akan tetapi tidak
mencapai derajat mutawatir.
Berdasarkan jumlah jalur periwayatannya Hadits Ahad terbagi menjadi tiga jenis:
1) Hadits Masyhur, yaitu hadits yang diriwayatkan oleh tiga orang/lebih.
2) Hadits Aziz, yaitu hadits yang diriwayatkan oleh dua orang pada satu tingkatan,
walaupun sesudah itu diriwayatkan banyak orang.
3) Hadits Gharib, yaitu hadits yang diriwayatkan oleh perseorangan.
Dilihat dari segi mutu periwayatannya hadits terbagi menjadi tiga, yaitu:
1) Hadits shahih adalah hadits yang periwayatannya (sanadnya) tidak terputus dari
awal sampai akhir dan diriwayatkan oleh orang-orang yang adil dan teliti.
Periwayatan hadits tersebut juga tidak ada keganjilan dan kecacatan. Hadits
sahih ini bisa dijadikan hujjah/dasar hukum.
2) Hadits hasan adalah hadits yang sanadnya tidak terputus serta diriwayatkan
orang-orang adil, tetapi kurang teliti (meskipun tidak mengandung keganjilan
dan kecacatan). Hadits hasan ini juga bisa dijadikan sebagai hujjah/pegangan.
3) Hadits Dha'if adalah hadits yang lemah, hadits yang kurang dari tingkatan
Hadits Hasan.

Anda mungkin juga menyukai