Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Indonesia mengalami perubahan sistem pemerintahan setelah pengunduran

diri Soeharto sebagai presiden Indonesia dan setelah diterbitkannya Undang-

Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Undang-undang

tentang pemerintahan daerah ini mengalami beberapa kali perubahan hingga yang

terbaru adalah Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua

Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah.

Dengan ditetapkannya Undang-Undang tentang Pemerintahan Daerah

tersebut menunjukkan terjadinya pergeseran paradigma sistem hubungan

pemerintah pusat ke pemerintah daerah yang mengacu pada asas-asas

desentralisasi. Pelaksanaan desentralisasi yang mengedepankan sistem otonomi

daerah menyebabkan pemerintah daerah memiliki kewenangan untuk mengatur

dan mengurus daerahnya sendiri. Dengan tujuan untuk meningkatkan pelayanan

dan kesejahteraan masyarakat, mengembangkan kehidupan berdemokrasi, dan

pemerataan dan keadilan dalam masyarakat. Oleh karena itu kualitas pelayanan

publik merupakan salah satu kunci keberhasilan otonomi daerah.

Pelayanan publik merupakan bentuk pemberian pelayanan prima kepada

masyarakat yang dilaksanakan oleh aparatur pemerintah sebagai penyelenggara


pelayanan publik. Pelayanan prima yang dimaksud disini adalah pelayanan terbaik

yang sesuai dengan standar pelayanan serta mampu untuk memenuhi kepuasan

dan harapan masyarakat. Dalam rangka mencapai pelayanan prima, pemerintah

daerah dihadapkan pada penentuan strategi. Penentuan strategi merupakan arah,

landasan dan kerangka kerja untuk mewujudkan sasaran-sasaran kerja yang telah

ditentukan.

Saat ini pemerintahan daerah di Indonesia sedang menghadapi tantangan

perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang tidak dapat dihindari.

Perkembangan informasi dan teknologi di Indonesia merupakan dampak dari

terintegrasinya negara-negara di dunia ke dalam sistem teknologi dan informasi

internasional. Pengaruh dari integrasi sistem teknologi dan informasi bagi

lembaga publik terutama pemerintah daerah adalah sistem pemerintahan sudah

mulai terintergrasi dalam suatu teknologi yang dapat dikendalikan dari pusat

pemerintahan. Salah satu bentuk implikasi teknologi informasi terhadap

pemerintahan baik pusat maupun daerah adalah dengan munculnya istilah

electronic government (e-government).

E-government merupakan suatu sistem teknologi informasi dan

komunikasi yang diciptakan, dioperasikan dan dikelola oleh pemerintah untuk

menciptakan perubahan hubungan antara pemerintah dengan masyarakat, sektor

privat dan agen pemerintah lain. E-government bertujuan untuk mewujudukan

pemerintah menjadi pemerintahan yang baik dengan meningkatkan partisipasi dan

pemberdayaan masyarakat, meningkatkan kualitas pelayanan publik,

meningkatkan transparansi, meningkatkan efisiensi dan efektivitas pemerintah


serta memperkuat akuntabilitas pemerintah dalam pelaksanaan kebijakan,

program dan kegiatan pemerintah.

E-government dan inovasi dapat memberikan peluang yang signifikan

untuk mengubah administrasi publik menjadi instrumen pembangunan

berkelanjutan. E-government dapat disebut sebagai penggunaan dan penerapan

teknologi informasi dalam administrasi publik untuk merampingkan dan

mengintegrasikan alur kerja dan proses, untuk secara efektif mengelola data dan

informasi, meningkatkan pelayanan publik, serta memperluas saluran komunikasi

untuk keterlibatan dan pemberdayaan masyarakat. Kesempatan yang ditawarkan

oleh perkembangan digital tahun terakhir, baik melalui layanan online, data besar,

media sosial, aplikasi mobile, atau komputasi, memperluas cara kita melihat e-

government. Sementara e-government masih termasuk interaksi elektronik dari

tiga jenis yaitu pemerintah-ke-pemerintah (G2G); pemerintah-ke-bisnis (G2B);

dan pemerintah-ke-konsumen (G2C) . Hal ini memunculkan pendekatan yang

lebih holistik dan multi-stakeholder.

Tuntutan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan publik yang baik,

transparan, efektif dan efisien menjadi salah satu alasan pemerintah Indonesia

mengembangkan e-government. Untuk menjawab tuntutan masyarakat, maka

Megawati Soekarnoputri saat menjabat sebagai presiden Indonesia membentuk

Departemen Komunikasi dan Informasi (Depkominfo) pada tahun 2001 dan

menerbitkan Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan

Strategi Nasional Pengembangan E-Government.


Inpres Nomor 3 Tahun 2003 menyebutkan bahwa kemajuan teknologi

komunikasi dan informasi yang pesat serta potensi pemanfaatannya secara luas,

membuka peluang bagi pengaksesan, pengelolaan dan pendayagunaan informasi

dalam volume yang besar secara cepat dan akurat, bahwa pemanfaatan teknologi

komunikasi dan informasi dalam proses pemerintahan (e-government) akan

meningkatkan efisiensi, efektivitas, transparansi dan akuntabilitas

penyelenggaraan pemerintahan, bahwa untuk menyelenggarakan pemerintahan

yang baik (good governance) dan meningkatkan layanan publik yang efektif dan

efisien diperlukan adanya kebijakan dan strategi pengembangan e-government,

bahwa dalam pelaksanaannya diperlukan kesamaan pemahaman, keserempakan

tindak dan keterpaduan langkah dari seluruh unsur kelembagaan pemerintah.

Berdasarkan Inpres Nomor 3 Tahun 2003 tersebut menunjukkan bahwa e-

government memiliki peranan penting dalam peningkatan kualitas pelayanan

publik di Indonesia.

Kota Cimahi sebagai salah satu daerah otonom berusaha untuk

meningkatkan kemajuan dan kesejahteraan masyarakat dengan cara meningkatkan

pelayanan publik dan partisipasi masyarakat melalui program-program berbasis

elektronik. Kota Cimahi sudah membuat dan menerapkan 42 aplikasi pelayanan

publik berbasis elektronik. Sejumlah aplikasi berbasis e-Goverment yang sudah

diterapkan diantaranya Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah (SIPKD),

SIAK (Sistem Informasi Administrasi Kependudukan), dan juga sistem Pesduk

(Pesan Singkat Penduduk) (Sumber : www.pikiran-rakyat.com).


Berdasarkan hasil survei dari Kementrian Komunikasi dan Informasi

Republik Indonesia, Kota Cimahi merupakan kota terbaik di Jawa Barat dalam

pelaksanaan e-government. Kota Cimahi dalam bidang e-government, pada tahun

2013 Kota Cimahi pernah berprestasi dengan berhasil meraih peringkat runner-up

pertama dalam penganugerahan Indonesia Digital Society Award (IDSA) 2013

kategori E-Government. Penilaian yang dilakukan oleh Depkominfo sebagai juri

dalam ajang tersebut didasarkan pada kriteria yang meliputi beberapa aspek

seperti initiative (inisiatif), leadership (kepemimpinan), user (pengguna) dan

benefit (manfaat).

Kemudian hasil survei menunjukkan bahwa dalam Pemeringkatan E-

Government Indonesia (PeGI) tahun 2014, Kota Cimahi menduduki peringkat

pertama di Provinsi Jawa Barat. Kota Cimahi menghasilkan nilai rata-rata sebesar

2,83 dari seluruh dimensi yang dinilai dan memiliki predikat “BAIK” dalam

kategori penilaian karena berada pada angka >2,50. Pencapaian tersebut berhasil

diraih berkat usaha-usaha yang sudah dilakukan pemerintah Kota Cimahi dalam

pembangunan di bidang teknologi informatika.

Setelah melihat prestasi yang sudah diperoleh oleh Kota Cimahi dalam hal

e-government tersebut, dapat dikatakan bahwa pembangunan citra yang dilakukan

Pemerintah Kota Cimahi sudah cukup baik dalam bidang e-government. Akan

tetapi, pada faktanya di lapangan dari apa yang sudah dilakukan Pemkot Cimahi

dalam pengembangan e-government masih dalam tahap pematangan awal. Tahap

ini merupakan tahap kedua dari 4 tahap dalam pengembangan e-government yang

meliputi tahap persiapan, pematangan, pemantapan, dan pemanfaatan. e-


government Kota Cimahi menduduki tahap pematangan awal dikarenakan dalam

pengaplikasiannya di lapangan e-government Kota Cimahi belum sampai pada

tahap memiliki web portal informasi publik yang bersifat interactive sehingga

masih berada pada tahap kedua awal, dan tentu saja belum sampai pada tahap

selanjutnya yaitu tahap pemantapan dimana web portalnya sudah bersifat

transactional. Artinya, e-government yang dimiliki Kota Cimahi saat ini masih

bersifat satu arah atau masih belum tercipta hubungan yang dinamis antara

pemerintah dan masyarakatnya. Dengan fakta yang ada di lapangan tersebut maka

penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai e-government di Kota

Cimahi.

Pemerintah Kota Cimahi sebagai penyelenggara pelayanan publik

menyediakan sarana yang memungkinkan masyarakat untuk memberikan

aspirasinya baik berupa pengaduan, kritik dan saran bagi pemerintah Kota Cimahi

melalui suatu program yang disebut Program Pesan Singkat Penduduk (Pesduk).

Pemerintah Kota Cimahi membuat Pesduk mengingat partisipasi masyarakat

adalah salah satu kunci keberhasilan dari program pemerintah Kota Cimahi untuk

melancarkan pembangunan. Dan partisipasi masyarakat terjadi apabila terjalin

komunikasi timbal balik antara pemerintah dengan masyarakat.

Keberadaan pesduk bertolak dari Undang-Undang Dasar Tahun 1945 pasal

28F yang menyebutkan bahwa setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan

memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya

serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan

menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.


Berangkat dari pasal 28F UUD 45 tersebut, Pemeritah Kota Cimahi semakin

menguatkan niat untuk menjadikan Cimahi sebagai Kota yang mengedepankan

partisipasi dan keterbukaan informasi bagi masyarakatnya.

Mengacu pada Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang

Keterbukaan Informasi Publik (KIP), dalam pasal 2 ayat 1 dan 3, yaitu Ayat (1)

setiap informasi publik bersifat terbuka dan dapat diakses oleh setiap pengguna

informasi publik. Ayat (3) setiap informasi publik harus dapat diperoleh setiap

pemohon informasi publik dengan cepat dan tepat waktu, biaya ringan dan cara

sederhana. Undang-undang KIP tersebut menjadikan pedoman pelaksanaan

pelayanan keterbukaan informasi di Kota Cimahi.

Kemudian dalam pelaksanaan pelayanannya, Pemerintah Kota Cimahi

mengacu pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.

Pedoman ini dijadikan dasar agar pemeritah dapat memberikan pelayanan prima

bagi masyarakat Kota Cimahi. Selanjutnya Pemerintah Kota Cimahi menerapkan

pesan singkat penduduk atau Pesduk kedalam suatu Surat Keputusan Walikota

Nomor 060.105/Kep.35-HUMAS/2013 tentang Tim Penanganan Pengaduan

Masyarakat Tahun Anggaran 2013. Menurut SK Walikota tersebut, yang memiliki

kewenangan dan tanggung jawab untuk mengelola Program Pesan Singkat

Penduduk adalah Kantor Arsip Perpustakaan dan Pengelolaan Data Elektronik

(KAPPDE). Surat Keputusan Walikota tersebut mengalami perubahan menjadi

Surat Keputusan Walikota Nomor 489.05/Kep.160-KAPPDE/2015 Tentang Tim

Pengelola Website www.cimahikota.go.id Dan Pesan Singkat Penduduk Melalui

SMS 081221700800 Tahun 2015.


Program Pesduk ini merupakan bentuk e-government dalam memberikan

layanan pengaduan yang tersedia di Kota Cimahi untuk menarik partisipasi

masyarakat. Pesduk hadir dengan memanfaatkan sarana yang terdapat di

masyarakat yaitu melalui nomor telepon seluler 081221700800 dan pemanfaatan

ruang publik di dunia internet yaitu sebuah alamat website

http://pesduk.cimahikota.go.id. Pemerintah Kota Cimahi sengaja menciptakan

ruang publik ini dengan tujuan sebagai jembatan penghubung komunikasi antara

pemerintah dengan masyarakat.

Aspirasi masyarakat berupa dukungan, saran, pertanyaan, laporan dan

keluhan menjadi input bagi program Pesduk. Sedangkan output atau tujuan yang

diharapkan dari adanya Pesduk adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam kegiatan pemerintahan Kota

Cimahi.

2. Membantu masyarakat terhubung dan berbagi informasi melalui pesan

singkat SMS kepada pemerintah Kota Cimahi.

3. Meningkatkan kualitas pelayanan publik yang diberikan aparatur pemerintah

kepada masyarakat Kota Cimahi.

4. Meningkatkan koordinasi antar SKPD di lingkungan pemerintah Kota

Cimahi.

5. Mendukung Undang-Undang Nomor 14 tahun 2008 Tentang Keterbukaan

Informasi Publik.

6. Memangkas birokrasi.

7. Sebagai alat ukur untuk melihat kecenderungan keluhan masyarakat.


8. Partisipasi pengawasan kinerja aparatur untuk terwujudnya good governance.

Mekanisme Pesduk secara sederhana dapat digambarkan bahwa

masyarakat sebagai pengguna Pesduk, mengirim pesan ke nomor Pesduk yaitu

081221700800. Pesan yang dikirim akan diterima oleh administrator dalam suatu

sistem dan secara otomatis pesan ini juga akan diterima oleh Walikota, Wakil

Walikota, Sekretaris Daerah dan Asisten Daerah. Administrator memiliki fungsi

untuk menampung pesan dan mengkategorikan pesan untuk disampaikan kepada

SKPD terkair. Setelah diterima oleh SKPD sesuai dengan tema dan bidang pesan,

maka SKPD menjawab dan mengirim jawaban tersebut ke nomor Pesduk.

Administrator harus mempublikasikan dan membalas pesan ke nomor penduduk

yang bersangkutan dan dipublikasikan ke website. Alur Pesan Singkat Penduduk

(Pesduk) adalah sebagai berikut :

Gambar I.1 Alur Kerja Aplikasi Pesan Singkat Penduduk (Pesduk)


Kota Cimahi

Sumber : Dokumen Aplikasi Pesan Singkat Penduduk (Pesduk) Petunjuk


Penggunaan Aplikasi, 2015
Dalam pelaksanaan program Pesduk ini terdapat kesenjangan antara tujuan

dengan pelaksanaan. Dimana tujuan dari Pesduk adalah untuk meningkatkan

partisipasi masyarakat Kota Cimahi, namun yang terjadi di lapangan adalah

jumlah penduduk yang menggunakan aplikasi Pesduk untuk menyampaikan

aspirasi masih sedikit. Hal ini terlihat dari perbandingan jumlah penduduk, jumlah

penduduk pengguna telepon seluler dan jumlah pengunjung website pesduk.

Jumlah penduduk pengguna telepon seluler digunakan sebagai pembanding

dikarenakan mengingat bahwa penggunaan akses aplikasi Program Pesduk dengan

menggunakan salah satu fitur telepon genggam yaitu SMS.

Berdasarkan hasil survey yang telah dilakukan oleh peneliti, terdapat

hambatan untuk mendapatkan data spesifik terkait dengan jumlah pengguna

telepon seluler di Kota Cimahi dikarenakan tidak tersedianya data tersebut.

Namun berdasarkan hasil wawancara dan Dokumen ICT Pura Tahun 2011

didapatkan informasi bahwa jumlah pengguna telepon seluler di Kota Cimahi

yaitu sekitar 51% sampai 75% dari keseluruhan jumlah penduduk Kota Cimahi.

Dan dari jumlah pengguna telepon seluler tersebut, 51% sampai 75% nya

merupakan pengguna internet melalui telepon seluler. Persentase ini menunjukkan

bahwa masyarakat Kota Cimahi sudah dapat dikatakan mengerti akan kemajuan

teknologi.

Tabel I.1 Jumlah Penduduk Kota Cimahi Tahun 2013-2015

Tahun Jumlah Penduduk (jiwa)


2013 570.991
2014 579.015
2015 591.584
Sumber : Cimahi Dalam Angka (Cimahi in Figure), 2015
Berdasarkan Tabel I.1 maka terlihat bahwa jumlah penduduk Kota Cimahi

Tahun 2013 adalah sebesar 570.991 jiwa. Pada tahun 2014 mengalami

peningkatan dari tahun 2013 menjadi 579.015 jiwa. Untuk tahun 2015 menurut

Kabid Data dan Informasi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

(Kadisdukcapil) Kota Cimahi, Yani Rijaningsih menuturkan, tercatat sebanyak

591.584 jiwa. Kenaikan jumlah penduduk ini mencapai 1,05% dari tahun

sebelumnya. Kenaikan jumlah penduduk terjadi karena peningkatan jumlah

perpindahan penduduk dan kelahiran. (Sumber: www.bandung.pojoksatu.id)

Apabila persentase jumlah pengguna telepon genggam Kota Cimahi

dikalikan dengan jumlah penduduk Kota Cimahi tahun 2013, tahun 2014 dan

tahun 2015 diatas maka jumlah pengguna telepon genggam di Kota Cimahi untuk

tahun 2013 adalah sekitar 291.205 sampai 428.244 jiwa. Sedangkan pada tahun

2014 jumlah pengguna telepon genggam adalah sekitar 295.297 sampai 434.262

jiwa. Kemudian pada tahun 2015 jumlah pengguna telepon genggam adalah

sekitar 301.707 sampai 443.688 jiwa.

Tabel rekapitulasi tahunan pesan masuk berdasarkan kategori periode

tahun 2013-2015 (lihat Lampiran 4) menunjukkan bahwa jumlah pesan masuk

periode tahun 2013 adalah 556 pesan. Untuk mengetahui persentase partisipasi

masyarakat melalui Pesduk pada tahun 2013, maka penulis melakukan

perbandingan dengan jumlah penduduk pengguna telepon. Dari 428.244 orang

pengguna telepon, hanya 0,13% yang menggunakan aplikasi Pesduk. Sedangkan

pada tahun 2014 jumlah pesan masuk adalah 621. Dari 434.262 pengguna telepon

seluler, hanya 0,14% yang menggunakan aplikasi Pesduk. Hal ini menunjukkan
adanya peningkatan partisipasi melalui Pesduk walaupun tidak signifikan yaitu

meningkat hanya sebesar 0,01%. Untuk periode tahun 2015 dari 443.688 orang

pengguna telepon genggam hanya sekitar 0,09% yang menggunakan aplikasi

Pesduk untuk menyampaikan aspirasinya. Hal ini menunjukkan terjadinya

penurunan partisipasi masyarakat yang cukup signifikan yaitu sebesar 0,05% dari

tahun sebelumnya. Secara keseluruhan hal ini menunjukkan masih rendahnya

tingkat partisipasi masyarakat melalui Pesduk.

Gambar I.2 Perbandingan Jumlah Pesan Masuk Dengan Jumlah Pengguna


Telepon Seluler di Kota Cimahi Periode Tahun 2013-2015

Tahun 2013 Tahun 2014


Dukungan Dukungan

Saran Saran

Pertanyaan Pertanyaan

Laporan Laporan

Keluhan Keluhan

Pengguna Pengguna
Telepon Seluler Telepon Seluler

Tahun 2015 Dukungan

Saran

Pertanyaan

Laporan

Keluhan

Pengguna
Telepon Seluler

Sumber : Kantor Arsip Perpustakaan dan Pengelolaan Data Elektronik


(KAPPDE) Kota Cimahi, 2015
Dengan melihat Gambar I.2 juga dapat menggambarkan bahwa jumlah

partisipasi masyarakat melalui Pesduk masih sangat sedikit jika dibandingkan

dengan jumlah penduduk pengguna telepon seluler baik pada tahun 2013, 2014,
ataupun tahun 2015. Hal ini ditunjukkan dari area pengguna Pesduk yang

tergambarkan sangat kecil.

Selain dengan melihat persentase jumlah pesan masuk setiap tahunnya,

untuk menunjukkan bahwa tingkat partisipasi masyarakat Kota Cimahi melalui

Pesduk masih rendah dapat terlihat dari rata-rata pesan masuk setiap tahunnya.

Pada tahun 2013-2014 rata-rata pesan masuk adalah 588,5 pesan, sedangkan pada

tahun 2014-2015 rata-rata pesan masuk menurun menjadi 504,5 pesan (lihat

Lampiran 4). Hal ini menunjukkan terjadinya penurunan partisipasi masyarakat.

Kemudian dari tabel rekapitulasi tahunan pesan masuk berdasarkan

kategori periode tahun 2013-2015 (lihat Lampiran 4) juga dapat diketahui

persentase pesan masuk berdasarkan kategori untuk melihat arah kecenderungan

konten pesan masuk dari masyarakat melalui Pesduk yaitu apakah masyarakat

cenderung memberikan aspirasi untuk mengajukan dukungan, saran, pertanyaan,

laporan atau keluhan mengenai pemerintahan Kota Cimahi. Dalam tabel tersebut

menunjukkan masyarakat cenderung memberikan pesan masuk melalui Program

Pesan Singkat Penduduk (Pesduk) untuk mengajukan pertanyaan dan keluhan

dimana kedua aspek ini memiliki jumlah pesan masuk terbanyak. Kategori yang

memiliki jumlah terbanyak adalah pada kategori pertanyaan dengan persentase

40,37% dari jumlah total pesan masuk.

Selanjutnya keluhan menjadi salah satu yang memiliki jumlah pesan

masuk terbanyak dengan persentase 33,01% dari jumlah total pesan masuk.

Banyaknya keluhan yang masuk menunjukkan masih kurang optimalnya


pelayanan publik yang diberikan pemerintah Kota Cimahi kepada masyarakat.

Kemudian laporan memilki persentase 11,58% dari jumlah total pesan masuk.

Untuk kategori dukungan memiliki persentase 10,24% dari jumlah total pesan

masuk. Dan yang memiliki jumlah paling sedikit adalah kategori saran dengan

persentase 4,93%. Kemudian untuk mengetahui dinamika jumlah pesan masuk

melalui Program Pesan Singkat Masuk Penduduk (Pesduk) berdasarkan kategori

dukungan, saran, pertanyaan, laporan dan keluhan dapat dilihat dari Gambar I.3.

Gambar I.3 Jumlah Pesan Masuk Berdasarkan Kategori Periode


Tahun 2013-2015

Dukungan Saran Pertanyaan Laporan Keluhan


300
250
200
150
100
50
0
2013 2014 2015

Sumber : Kantor Arsip Perpustakaan dan Pengelolaan Data Elektronik


(KAPPDE) Kota Cimahi, 2015
Dengan melihat Gambar I.3 menunjukkan bahwa terjadi perubahan yang

fluktuatif dari kategori saran, kategori pertanyaan, dan kategori keluhan. Pada tiga

kategori tersebut terdapat perubahan dari tahun 2013 ke tahun 2014 berupa

kenaikan jumlah pesan masuk dalam bentuk saran, pertanyaan dan keluhan.

Kemudian dari tahun 2014 ke tahun 2015 terjadi penurunan jumlah. Penurunan

jumlah ini tentu saja dapat disebabkan oleh macam-macam hal untuk setiap

kategori yang ada. Pada kategori pertanyaan, penurunan yang terjadi mungkin
bisa terjadi karena informasi publik yang dibutuhkan masyarakat sudah cukup

terpenuhi sehingga warga berkurang intensitasnya dalam bertanya melalui

Pesduk. Lalu penurunan pada kategori saran, mungkin dapat terjadi karena kinerja

pemerintah sendiri sudah benar dan sejalan dengan apa yang masyarakat inginkan

sehingga masyarakat sedikit atau menurun intensitasnya dalam memberi

saran/masukan kepada kinerja pemerintah. Kemudian, pada penurunan kategori

keluhan, bisa saja terjadi dikarenakan kinerja pemerintah yang sudah optimal dan

warga sendiri semakin puas akan hal itu sehingga keluhan dari masyarakat pun

angkanya menurun. Akan tetapi, karena angka penurunan jumlah ini yang

memang dapat dikatakan bahwa angkanya pun termasuk sangat rendah maka

setiap penurunan yang terjadi pada masing-masing kategori hanya dapat dikatakan

bahwa disebabkan kuat karena jumlah masyarakat yang memberikan aspirasinya

melalui Pesduk mengalami pengurangan yang cukup signifikan.

Kemudian dari Gambar I.3 dapat menunjukkan bahwa yang mengalami

penurunan jumlah secara konsisten dari tahun ke tahun. Kategori yang mengalami

penurunan setiap tahunnya ialah pesan masuk berupa dukungan dan laporan.

Penurunan dukungan setiap tahunnya bisa menunjukkan bahwa masyarakat

kurang setuju atau sejalan dengan apa yang dilakukan pemerintah baik itu

program atau kebijakan. Namun, kesimpulan tersebut bisa terbukti apabila

memang ada jumlah angka partisipasi yang besar sehingga data bisa diolah dan

dibuktikan kebenarannya. Sedangkan dari Gambar I.3 tersebut angka partisipasi

hanya sebesar 40 partisipasi yang artinya dari penurunan angka yang terjadi hanya

bisa diartikan bahwa kepedulian atau kemauan dari warga sendiri yang semakin
lama semakin turun akan apa yang dilakukan pemerintah, bukan bermakna tidak

setuju tapi lebih kepada masyarakat kurang peduli. Lalu angka dari laporan setiap

tahunnya sebenarnya bisa menunjukkan tingkat respon warga terhadap apa yang

terjadi di masyarakat. Dengan adanya penurunan angka laporan dari masyarakat

disini bisa menunjukkan bahwa tingkat responsif atau ketanggapan dari

masyarakat sendiri semakin menurun dan ini tentu akan mempengaruhi tingkat

partisipasi warga Kota Cimahi melalui Pesduk terhadap pemerintahan yang

sedang dijalankan.

Secara keseluruhan, data yang ditunjukkan dari Gambar I.3 dapat

dikatakan bahwa tingkat partisipasi masyarakat Kota Cimahi melalui Pesduk

mengalami penurunan. Ini dapat terlihat dari data berupa grafik yang

menunjukkan bahwa dari periode tahun 2014 sampai dengan tahun 2015 baik

dalam kategori dukungan, keluhan, saran, pertanyaan dan juga laporan semuanya

menunjukkan angka yang menurun dari tahun sebelumnya.

Selanjutnya, berdasarkan tabel rekapitulasi pesan masuk berdasarkan

bidang periode tahun 2015 (lihat Lampiran 3) menunjukkan bahwa bidang

pemerintahan Kota Cimahi yang paling banyak mendapatkan pesan masuk dari

masyarakat adalah bidang sarana dan prasarana dengan jumlah 78 pesan masuk.

Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Kota Cimahi cenderung lebih

memperhatikan masalah infrastruktur di Kota Cimahi dan menunjukkan bahwa

terdapat lebih banyak masalah yang menyangkut infrastruktur di Kota Cimahi

dibandingkan dengan bidang lain yang menyebabkan banyaknya masyarakat yang

melakukan keluhan ataupun laporan. Sehingga penulis lebih memfokuskan pada


salah satu dinas di Kota Cimahi yang memiliki kewenangan dan tanggung jawab

dalam menangani masalah sarana dan prasarana yaitu Dinas Pekerjaan Umum

(DPU). Dengan melihat sejauhmana proses penanganan oleh DPU dalam

menanggapi pesan masuk dari masyarakat dapat menilai efektivitas program

Pesduk.

Berdasarkan hasil observasi awal, penulis menemukan beberapa indikasi

permasalahan dalam pelaksanaan Program Pesan Singkat Penduduk (Pesduk) di

Kota Cimahi yaitu :

1. Banyaknya keluhan yang masuk melalui Pesduk. Jumlah keluhan yang masuk

melalui Pesduk dari tahun 2013 ke tahun 2014 mengalami kenaikan yaitu

pada tahun 2013 sebanyak 167 dan pada tahun 2014 jumlahnya meningkat

menjadi 198 (lihat Gambar 1.3). Hal ini menunjukkan bahwa kualitas

pelayanan publik di Kota Cimahi pada tahun 2014 tidak mengalami

perubahan positif. Sedangkan pada tahun 2015 jumlah keluhan mengalami

penurunan menjadi 151 pesan. Namun penurunan yang terjadi pada tahun

2015 tidak dapat dijadikan acuan bahwa pelayanan sudah membaik, karena

pada tahun 2015 justru jumlah keluhan merupakan jumlah paling besar

dibandingkan dengan kategori pesan masuk lainnya yaitu dukungan, saran,

pertanyaan dan laporan. Banyaknya keluhan yang terjadi melalui Pesduk

mengindikasikan bahwa masih tergolong lamanya tindak lanjut yang

diberikan oleh aparatur Pemerintah Kota Cimahi dalam mengatasi masalah

yang dialami oleh warga. Panjangnya rantai komando yang terjadi dari mulai

masuknya aspirasi atau partisipasi warga Kota Cimahi melalui Pesduk sampai
dengan diterimanya aspirasi tersebut oleh Dinas atau Pemerintah yang terkait

menjadi alasan mengapa lambatnya proses tindak lanjut atau eksekusi yang

dilakukan guna mengatasi masalah yang dialami warga Kota Cimahi

sehingga keluhan yang masuk melalui Pesduk pun memiliki jumlah yang

tinggi.

2. Partisipasi masyarakat Kota Cimahi masih rendah. Hal ini dapat terlihat

berdasarkan persentase jumlah masyarakat yang menggunakan Pesduk pada

tahun 2013 hanya 0,13%, tahun 2014 meningkat 0,01% dari tahun 2013

menjadi 0,014%, kemudian pada tahun 2015 mengalami penurunan yang

cukup signifikan sebesar 0,05% yaitu menjadi 0,09% (lihat Lampiran 4).

Kemudian jika dilihat jumlah keseluruhan pesan masuk melalui Pesduk yaitu

hanya 1.565 pesan menunjukkan bahwa jumlah masyarakat yang

berpartisipasi dalam kegiatan pemerintahan masih sangat sedikit. Jumlah

partisipasi masyarakat melalui Pesduk masih sedikit karena sosialisasi Pesduk

masih kurang efektif. Dimana frekuensi sosialisasi yang dilakukan oleh

pemerintah Kota Cimahi tidak lebih dari lima kali yaitu hanya ketika terdapat

acara-acara yang diadakan Pemerintah Kota Cimahi, dan media yang

digunakan masih kurang optimal yaitu hanya dengan menggunakan brosur.

Brosur ini pun tidak semua penduduk Kota Cimahi mendapatkannya sehingga

masyarakat tidak mendapatkan informasi mengenai Pesduk secara merata.

Hal ini terlihat dari hasil observasi awal penulis terhadap beberapa warga

Kota Cimahi yaitu dari 20 masyarakat Kota Cimahi yang mengetahui adanya
Program Pesduk dari Pemerintah Kota Cimahi hanya 4 orang, sedangkan 16

orang masih belum mengetahui mengenai Pesduk ini.

3. Respon yang diberikan oleh aparatur Pemerintah Kota Cimahi masih kurang

maksimal. Hal ini terlihat dari persentase respon yang diberikan oleh aparatur

Pemerintah Kota Cimahi setiap tahunnya tidak mencapai 60% dari jumlah

pesan yang masuk melalui Pesduk (lihat Lampiran 5). Pada tahun 2013

respon yang diberikan hanya mencapai 53,06% dari 556 pesan yang masuk.

Pada tahun 2014 respon yang diberikan hanya mencapai 57,01% dari 621

pesan yang masuk. Sedangkan pada tahun 2015 respon yang diberikan hanya

mencapai 56,74% dari 386 pesan yang masuk. Respon yang diberikan kurang

maksimal karena dalam implementasi Program Pesan Singkat Penduduk

(Pesduk) masih belum memiliki Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk

menjamin jangka waktu respon yang diberikan aparat pemerintah sehingga

masyarakat tidak memiliki kepastian apakah aspirasinya akan direspon oleh

aparat pemerintah dan kapan akan mendapatkan respon. Dan dikarenakan

tidak terdapatnya SOP ini menyebabkan aparat pemerintah tidak dapat

menjamin waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan laporan dan keluhan

masyarakat sehingga terkadang laporan masyarakat tidak langsung

mendapatkan penanganan atau tindak lanjut di lapangan.

Berdasarkan uraian tersebut, peneliti bermaksud untuk mengungkapkan

dan menganalisis tingkat efektivitas Program Pesan Singkat Penduduk (Pesduk)

dalam meningkatkan kualitas pelayanan publik di Kota Cimahi terutama dalam

bidang sarana dan prasarana dan menganalisis faktor apa saja yang berpengaruh
terhadap penerapan program berbasis e-government yaitu Program Pesan Singkat

Penduduk (Pesduk) di Kota Cimahi, sehingga penulis menetapkan penelitian ini

dengan judul “Efektivitas E-Government dalam Pelayanan Publik di Kota

Cimahi (Studi Pada Program Pesan Singkat Penduduk (Pesduk))”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, penulis mengidentifikasikan

masalah sebagai berikut :

1. Apakah pelaksanaan Program Pesan Singkat Penduduk (Pesduk) sudah

efektif dalam pelaksanaan pelayanan publik di Kota Cimahi ?

2. Faktor-faktor apa saja yang memberikan pengaruh terhadap efektivitas

Program Pesan Singkat Penduduk (Pesduk) ?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Adapun maksud dari penelitian ini adalah :

1. Untuk meneliti dan menganalisis tingkat efektivitas Program Pesan

Singkat Penduduk dalam pelayanan publik di Kota Cimahi.

2. Penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk menempuh ujian sidang

pada Program Studi Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Padjadjaran.


1.3.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk meneliti seberapa tinggi tingkat efektivitas

Program Pesan Singkat Penduduk (Pesduk) dalam pelayanan publik di Kota

Cimahi dan untuk mengetahui apakah Program Pesan Singkat Penduduk (Pesduk)

sudah efektif. Selain itu penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui faktor-

faktor apa saja yang berpengaruh terhadap efektivitas Program Pesan Singkat

Penduduk (Pesduk) di Kota Cimahi.

1.4 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan berguna selain untuk perkembangan ilmu secara

teoritis (kegunaan akademik) dan dapat diterapkan secara praktis (kegunaan

praktis)

1.4.1 Kegunaan Akademik

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran atau

masukan bagi pengembangan ilmu administrasi publik secara multi dimensional,

terutama yang berkaitan dengan efektivitas program dan e-government.

1.4.2 Kegunaan Praktis

Pada aspek praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai

informasi, bahan pertimbangan dan rekomendasi bagi pemerintah Kota

Cimahidalam upaya meningkatkan efektivitas program-program berbasis e-

government khususnya Program Pesan Singkat Penduduk (Pesduk) sebagai upaya

dalam memperbaiki kualitas pelayanan publik di Kota Cimahi.

Anda mungkin juga menyukai