Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH AGAMA

TENTANG MUKHOBARAH

Pembimbing :

M. Jamaludin S.Pd.I

Nama Anggota :

Azzatul Abidah (06/XI-4)

Cynthia Indah Desita Putri (07/XI-4)

Dyla Fatma Nur Fitria (10/XI-4)

Ferdian Febriyanto (16/XI-4)

SMAN 1 BOJONEGORO

TAHUN AJARAN 2016/2017


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-NYA sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih


banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini

                                                                                       Bojonegoro, 25 Februari 2017

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................i

DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii

BAB I...................................................................................................................................1

PENDAHULUAN...............................................................................................................1

Latar belakang.....................................................................................................................1

Rumusan masalah................................................................................................................1

Tujuan..................................................................................................................................1

BAB II.................................................................................................................................2

PEMBAHASAN..................................................................................................................2

2.1 Definisi Mukhabarah.....................................................................................................2

2.2 Hukum Syara Mukhabarah............................................................................................2

2.3 Dasar Hukum Mukhabarah............................................................................................4

2.4 Hikmah Mukhabarah.....................................................................................................5

BAB III................................................................................................................................6

PENUTUP...........................................................................................................................6

3.1 Kesimpulan....................................................................................................................6

3.2 Kritik dan Saran.............................................................................................................6

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................7

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Apabila kita perhatikan kehidupan masyarakat Indonesia yang agraris. Praktik
pemberian imbalan atas jasa seseorang yang telah menggarap tanah orang lain masih banyak
dilaksanakan pemberian imbalan ada yang cenderung pada praktek muzara’ah dan ada yang
cenderung pada praktik mukhabarah. Hal tersebut banyak dilaksanakan oleh para petani yang
tidak memiliki lahan pertanian hanya sebagai petani penggarap.
Muzara’ah dan mukhabarah ada Hadits yang melarang seperti yang diriwayatkan oleh (H.R
Bukhari) dan ada yang membolehkan seperti yang diriwayatkan oleh (H.R Muslim). Praktik
ini muncul salah satunya adalah adanya perbedaan taraf hidup masyarakat. Sebagian ada
yang mempunyai banyak lahan untuk digarap namun tak punya cukup tenaga untuk
mengerjakannya. Adapula sebagian yang tidak punya lahan untuk dikerjakan namun
memiliki tenaga dan waktu untuk mengerjakan lahan.

A.1 Rumusan masalah :

1. Bagaimana praktik mukhabarah itu?


2. Apa definisi mukhabarah?
3. Apa saja hukum atau syarat mukhabarah?
4. Apa saja dasar hukum mukhabarah?

A.2 Tujuan

1. Dapat mengetahui praktik mukhabarah.


2. Dapat mengetahui cara melaksanakan mukhabarah sesuai syariat.
3. Dapat mengetahui dasar hukum mukhabarah.
4. Dapat mengetahui terjadinya mukhabarah.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Mukhabarah

Mukhabarah ialah mengerjakan tanah (orang lain) seperti sawah atau ladang dengan
imbalan sebagian hasilnya (seperdua, sepertiga atau seperempat). Sedangkan biaya
pengerjaan dan benihnya ditanggung orang yang mengerjakan.

Sedangkan menurut istilah mukhabarah adalah:

a.  Ulama Malikiyah; “Perkongsian dalam bercocok tanam”

b.Ulama Hanabilah: “Menyerahkan tanah kepada orang yang akan bercocok tanam atau
mengelolanya, sedangkan tanaman hasilnya tersebut dibagi antara keduanya.

c.       Ulama Syafi’iyah: “Mukhabarah adalah mengelola tanah di atas sesuatu yang


dihasilkan dan benuhnya berasal dari pengelola. Adapun muzara’ah, sama seperti
mukhabarah, hanya saja benihnya berasal dari pemilik tanah.

2.2 Hukum Syara’ Mukhabarah

Hukum mukhabarah itu terbagi menjadi dua yaitu :

2.2.1 Hukum mukhabarah shahih dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Segala keperluan untuk memelihara tanaman di serahkan kepada penggarap


b. Pembiayaan atas tanaman dibagi antara penggarap dan pemilik tanah
c. Hasil yang diperoleh dibagikan berdasarkan kesepakatan waktu akad
d. Menyiram atau menjaga tanaman.
e. Dibolehkan menambah penghasilan dan kesepakatan waktu yang telah ditetapkan.
f. Jika salah seorang yang akad meninggal sebelum diketahui hasilnya, penggarap tidak
mendapatkan apa-apa sebab ketetapan akad didasarkan pada waktu.

2
2.2.2 Hukum mukhabarah yang fasid,
Maksud dari Mukhabarah fasid adalah akad yang tidak memenuhi persyaratan yang telah
ditetapkan syara’yaitu antara lain sebagai berikut:
a. Mensyaratkan hasil musaqah bagi salah seorang dari yang akad,
b. Mensyaratkan salah satu bagian tertentu bagi yang akad,
c. Mensyaratkan pemilik untuk ikut dalam penggarapan,
d. Mensyaratkan pemetikan dan kelebihan pada penggarap,
e. Mensyaratkan penjagaan pada penggarap setelah pembagian,
f. Mensyaratkan kepada penggarap untuk terus bekerja setelah habis waktu akad,
g. Bersepakat sampai batas waktu menurut kebiasaan,
h. Musaqah dan mukhabarah digarap oleh banyak orang sehingga penggarap membagi
lagi kepada penggarap lainnya.

Adapun disyaratkan dalam mukhabarah ini ditentukan kadar bagian pekerja atau bagian
pemilik tanah dan hendaknya bagian tersebut adalah hasil yang diperoleh dari tanah tersebut
seperti sepertiga, seperempat atau lebih dari hasilnya. jadi yang terpenting dalam
mukhabarah adalah kadar yang harus di bagi sesuai dengan kesepakatan agar tidak terjadi
perselisihan antara si pemilik tanah dan si penggrap.

2.2.3 Rukun dan syarat Mukhabarah

Adapun Rukun Mukhabarah Menurut jumhur ulama ada empat, yaitu:

1. Pemilik tanah
2. Petani/Penggarap
3. Obyek mukhabarah
4. Ijab dan qabul, keduanya secara lisan.

Ada beberapa syarat dalam mukhabarah, diantaranya :

1. Pemilik kebun dan penggarap harus orang yang baligh dan berakal.
2. Benih yang akan ditanam harusjelas dan menghasilkan.
3. Lahan merupakan lahan yang menghasilkan,jelas batas batasnya,dan diserahkan
sepenuhnya kepada penggarap.
4. Pembagian untuk masing-masing harus jelas penentuannya.
5. Jangka waktu harus jelas menurut kebiasaan

3
Adapun mukhabarah yang harus membayar zakat adalah pihak penggarap atau petani
karena ialah yang hakikatnya mengelola tanah atau kebun sedangkan pemilik tanah seolah-
olah hanya mengambil sewa dari tanah yang di milikinya, akan tetapi jika benih berasal dari
keduanya maka zakat di bagi dua sesuai dengan kesepakatan yang telah di tentukan dari awal
perjanjian, jadi pihak yang harus membayar zakat adalah penggarap atau petani.

2.3 Dasar Hukum Mukhabarah

ْ ‫ض َعلَى اَ َّن لَنَا هَ ِذ ِه فَ ُربَ َما أَ ْخ َر َج‬


‫ت هَ ِذ ِه َولَ ْم تُ ْخ ِرجْ هَ ِذ ِه فَنَهَانَاع َْن‬ َ ْ‫ار َح ْقالً فَ ُكنَّا نُ ْك ِرىاْالَر‬
ِ ‫ص‬َ ‫ال ُكنَّااَ ْكثَ َر ْاالَ ْن‬
َ َ‫ْج ق‬
ِ ‫ع َْن َرافِ ِع ْب ِن َخ ِدي‬
َ ِ‫َذل‬
‫ك‬

Artinya :
Berkata Rafi’ bin Khadij: “Diantara Anshar yang paling banyak mempunyai tanah adalah
kami, maka kami persewakan, sebagian tanah untuk kami dan sebagian tanah untuk mereka
yang mengerjakannya, kadang sebagian tanah itu berhasil baik dan yang lain tidak berhasil,
maka oleh karenanya Raulullah SAW. Melarang paroan dengan cara demikian (H.R.
Bukhari)

ٍ ْ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم عَا َم َل أَ ْه َل خَ ْيبَ َر بِشَرْ ِط َمايَ ْخ ُر ُج ِم ْنهَا ِم ْن ثَ َم ٍر اَوْ َزر‬
(‫ع )رواه مسلم‬ َ ‫ع َْن اِ ْب ِن ُع َم َراَ َّن النَّبِ ِّي‬

Artinya:
Dari Ibnu Umar: “Sesungguhya Nabi SAW. Telah memberikan kebun kepada penduduk
khaibar agar dipelihara oleh mereka dengan perjanjian mereka akan diberi sebagian dari
penghasilan, baik dari buah – buahan maupun dari hasil pertahun (palawija)” (H.R Muslim)

4
2.4 Hikmah Mukhabarah

Adapun hikmah Mukhabarah antara lain:

a.  Terwujudnya kerja sama yang saling menguntungkan antara pemilik tanah dengan petani
penggarap.

b.  Meningkatnya kesejahteraan masyarakat.

c.  Tertanggulanginya kemiskinan.

d. Terbukanya lapangan pekerjaan, terutama bagi petani yang memiliki kemampuan bertani
tetapi tidak memiliki tanah garapan.

5
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Mukhabarah ialah mengerjakan tanah (orang lain) seperti sawah atau ladang dengan imbalan
sebagian hasilnya (seperdua, sepertiga atau seperempat). Sedangkan biaya pengerjaan dan
benihnya ditanggung orang yang mengerjakan. Praktik ini muncul salah satunya adalah
adanya perbedaan taraf hidup masyarakat.
Dengan adanya praktek mukahbarah sangat menguntungkan kedua belah pihak. Baik pihak
pemilik sawah atau ladang maupun pihak penggarap tanah.
Pemilik tanah lahannya dapat digarap, sedangkan petani dapat meningkatkan tarapf hidupnya

3.2 Kritik dan Saran

Menyadari bahwa kami masih jauh dari kata sempurna, kedepannya kami akan lebih fokus
dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber - sumber yang lebih
banyak yang tentunya dapat dipertanggungjawabkan.

Semoga dengan adanya makalah ini, pembaca dapat memahami dan mendapat ilmu
serta berkah untuk diterapkan dalam kehidupan pembaca.

6
DAFTAR PUSTAKA

http://indo-moeslim.blogspot.co.id/2010/08/pengertian-dasar-hukum-muzaraah-dan.html?
m=1

www.al-badar.net

www.indonesiana.tempo.co

https://muhammadnurhadi.wordpress.com/2009/11/28/muzaraah-dan-mukhabarah/

Anda mungkin juga menyukai