Anda di halaman 1dari 1

TANGISKU

Hari itu seperti hari biasa. Berawal dari bangun tidur pukul 04.00 pagi, ku dengar adzan berkumandang.
Segera ku beranjak mengambil wudhu dan melaksanakan sholat subuh. Didalam sholatku, terbesit do'a
untuk kedua orang tuaku, terutama untuk ayahku yang sedang sakit. Aku meminta, semoga ayah lekas
diberi kesembuhan dan diangkat penyakitnya.

Waktu sudah menunjukkan pukul 06.00 pagi. Akupun bergegas mandi dan sarapan dengan lauk
seadanya yang di siapkan oleh Ibuku. Selesai sarapan, aku berkemas dan berpamitan untuk berangkat ke
sekolah. Hari itu, perasaanku terasa sangat berbeda. Aku terus mengucap istighfar dalam hati agar aku
diberi ketenangan.

Sesampai di sekolah dan saat pelajaran berlangsung, tiba-tiba salah seorang guru memanggilku didalam
kelas. Dalam hatiku bertanya. Ada apa? salah apa aku?. Akupun di ajak ke kantor dan diberi tahu bahwa
aku disuruh cepat pulang. Aku bertanya "kenapa aku disuruh pulang?. Gurupun menjawab "sudah,
pulanglah kerumah dulu".

Akupun berpamitan dan beranjak mengayuh sepedahku untuk bergagas pulang. Diperjalanan, dalam
hati aku tetap bertanya-tanya "ada apa? kenapa aku harus pulang?". Sesampai di depan rumah, sudah
banyak orang dirumahku. Terpasang bendera kuning, tanda bendera duka.

Air mataku tak terasa jatuh dengan sendiri melihat ternyata Ayahku sudah meninggal. Hari itu aku
menyesal. Di saat beliau menghembuskan nafas terakhir, aku tak ada disampingnya. "Maafkanlah aku
Ayah. Aku belum menjadi anak yang berbakti kepadamu. Do'aku semoga kau tenang disana dan
mendapatkan tempat terindah disisi-Nya".

Anda mungkin juga menyukai