Etikolegal Dalam Kebidanan

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG

Etika profesi kebidanan merupakan dasar dalam menjalankan prilaku


professional di bidang kebidanan  khususnya dan kesehatan umumnya. Sejarah
membuktikan sampai saat ini banyak pelanggaran etika secara tidak langsung banyak
berakibat pada kelangsungan profesinya maupun pribadi seorang bidan, sehingga
pentingnya bidan selalu berpegang teguh pada kode etik profesi pada setiap keadaan
dalam menjalankan layanan public yang dapat menjamin kualitas.

Akuntabilitas bidan dalam praktik kebidanan merupakan suatu hal yang penting
dan dituntut dari suatu profesi, terutama profesi yang berhubungan dengan keselamatan
jiwa manusia, adalah pertanggungjawaban dan anggung gugat (accountability) atas
semua tindakan yang dilakukan. Sehingga semua tindakan yang dilakukan oleh bidan
harus berbasis kompetensi dan didasari suatuevidence based. Accountability diperkuat
dengan satu landasan hukum yang mengatur batas-batas wewengan profesi yang
bersangkutan.
Dengan adanya legitimasi kewenangan bidan yang lebih luas, bidan memiliki
hak otonomi dan mandiri untuk bertindak secara profesional yang dilandasi kemampuan
berfikir logis dan sistematis serta bertindak sesuai standar profesi dan etika profesi.
Makalah ini mencoba menjelaskan mengenai etika dalam pelayanan kebidanan
khususnya asuhan dalam masa nifas dan BBL (Bayi Baru Lahir). Asuhan masa nifas
dan asuhan BBL sangat diperlukan baik bagi ibu maupun bayi itu sendiri.

B. RUMUSAN MASALAH
1.      Apa saja dasar dalam otonomi dan aspek legal yang mendasari dan terkait dengan
pelayanan kebidanan?
2.      Apa sajakah tujuan dari otonomi pelayanan kebidanan?
3.      Apa kegunaan otonomi dalam  pelayanan kebidanan?
4.      Apa sajakah syarat – syarat dari otonomi pelayanan kebidanan?

1
5. Apa sajakah wewenang dalam pelayanan kebidanan ?
6.      Apa sajakah pelayanan kebidanan dalam asuhan nifas ?
7. Apa sajakah pelayanan kebidanan dalam asuhan BBL ?

C. TUJUAN
1. Mengetahui apa saja dasar dalam otonomi dan aspek legal yang mendasari dan terkait
dengan pelayanan kebidanan.
2. Mengetahui apa sajakah tujuan dari otonomi pelayanan kebidanan.
3. Memahami apa kegunaan otonomi dalam  pelayanan kebidanan.
4. Memahami apa sajakah syarat – syarat dari otonomi pelayanan kebidanan.
5. Mengetahui apa saja wewenang pelayanan kebidanan.
6. Mengetahui apa sajakah pelayanan kebidanan dalam asuhan nifas.
7. Mengetahui apa sajakah pelayanan kebidanan dalam asuhan BBL.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Otonomi  Dalam Pelayanan Kebidanan
Profesi yang berhubungan dengan keselamatan jiwa manusia, adalah
pertanggung jawaban dan tanggung gugat (accountability) atas semua tindakan yang
dilakukannya. Sehingga semua tindakan yang dilakukan oleh bidan harus berbasis
kompetensi dan didasari suatu evidence based. Accountability diperkuat dengan satu
landasan hukum yang mengatur batas-batas wewenang profesi yang bersangkutan.
Dengan adanya legitimasi kewenangan bidan yang lebih luas, bidan memiliki
hak otonomi dan mandini untuk bertindak secara profesional yang dilandasi
kemampuan berfikir logis dan sistematis serta bertindak sesuai standar profesi dan etika
profesi.
Beberapa dasar dalam otonomi dan aspek legal yang mendasari dan terkait
dengan pelayanan kebidana antara lain sebagai berikut:
1.      Kepmenkes Republik Indonesia 900/ Menkcs/SK/ VII/ 2002 Tentang registrasi dan
praktik bidan.
2.       Standar Pelayanan Kebidanan, 2001.
3.      Kepmenkes Republik Indonesia Nomor 369/Menkes/SK/III/ 2007 Tentang     Standar
Profesi Bidan.
4.      UU Kesehatan No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.
5.      PP No 32/Tahun 1996 Tentang tenaga kesehatan.
6.      Kepmenkes Republik Indonesia 1277/Menkes/SK/XI/2001    Tentang organisasi dan
tata kerja Depkes.
7.      UU No 22/ 1999 Tentang Otonomi daerah.
8.      UU No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
9.      UU tentang aborsi, adopsi, bayi tabung, dan transplantasi.
10.  KUHAP, dan KUHP, 1981.
11.  Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 585/  Menkes/ Per/ IX/ 1989
Tentang Persetujuan Tindakan Medik.
12.  UU yang terkait dengan Hak reproduksi dan Keluarga Berencana.

3
a. UU  No.10/1992 Tentang pengembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga
Sejahtera.
b. UU No.23/2003 Tentang Penghapusan Kekerasan Terhadap Perempuan di Dalam
Rumah Tangga.

B. Tujuan Otonomi Dalam Pelayanan Kebidanan


Supaya bidan mengetahui kewajiban otonomi dan mandiri yang sesuai dengan
kewenangan yang didasari oleh undang – undang kesehatan yang berlaku.

Selain itu tujuan dari otonomi pelayanan kebidanan ini meliputi :


1.      Untuk mengkaji kebutuhan dan masalah kesehatan
Misalnya mengumpulkan data – data dan mengidentifikasi masalah pasien pada kasus
tertentu.
2.       Untuk menyusun rencana asuhan kebidanan.
Merencanakan asuhan yang akan diberikan pada pasien sesuai dengan kebutuhan yang
diperlukan oleh pasien tersebut.
3.      Untuk mengetahui perkembangan kebidanan melalui penelitian.
4.       Berperan sebagai anggota tim kesehatan
Misalnya membangun komunikasi yang baik antar tenaga kesehatan, dan menerapkan
keterampilan manajemen
5.      Untuk melaksanakan dokumentasi kebidanan
Mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilakukan, mengidentifikasi perubahan yang
terjadi dan melakukan pendokumentasian.
6.      Untuk mengelola perawatan pasien sesuai dengan lingkup tanggung jawabnya.
Membangun komunikasi yang efektif dengan pasien dan melakukan asuhan terhadap
pasien.

C. Kegunaan Otonomi Dalam  Pelayanan Kebidanan


Otonomi pelayanan kesehatan meliputi pembangunan kesehatan, meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat dalam upaya promotif, preventif,
kuratif, dan rehabilitatif untuk meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas.

4
D. Syarat - Syarat Dari Otonomi Pelayanan Kebidanan
Suatu ketentuan untuk melaksanakan praktek kebidanan dalam memberikan
asuhan pelayanan kebidanan sesuai dengan bentuk – bentuk otonomi bidan dalam
praktek kebidanan. 

Syarat – syarat dari otonomi pelayanan kebidanan meliputi :


1.       Administrasi
Seorang bidan dalam melakukan praktek kebidanan, hendaknya memiliki sarana dan
prasarana yang melengkapi pelayanan yang memiliki standard dan sesuai dengan
fasilitas kebidanan.

2.      Dapat diobservasi dan diukur


Mutu layanan kesehatan akan diukur berdasarkan perbandingannya terhadap standar
pelayanan kesehatan yang telah disepakati dan ditetapkan sebelum pengukuran mutu
dilakukan.
3.      Realistic
Kinerja layanan kesehatan yang diperoleh dengan nyata akan diukur terhadap criteria
mutu yang ditentukan, untuk melihat standar pelayanan kesehatan apakah tercapai atau
tidak.
4. Registrasi
Registrasi adalah proses seorang profesi untuk mendaftarkan dirinya kepada badan
tertentu untuk mendapatkan kewenangan dan hak atas tindakan yang dilakukan secara
professional setelah memenuhi syarat – syarat yang telah ditetapkan oleh badan
tersebut.
Pengertian registrasi menurut keputusan menteri kesehatan republik indonesia nomor
900/MENKES/SK/VII/2002 yaitu proses pendaftaran, pendokumentasian dan
pengakuan terhadap seorang bidan setelah memenuhi standar penampilan minimal yang
ditetapkan sehingga mampu dalam melaksanakan profesinya.

5
E. Wewenang bidan dalam menjalankan praktek profesi
Sesuai Keputusan Menteri Kesehatan RI No.900/ Menkes/SK/VII/2002. Bidan
dalam menjalankan praktik profesinya berwenang untuk memberikan pelayanan yang
meliputi :
1.      Pelayanan Kebidanan kepada Ibu pada masa pranikah, prahamil, masa
kehamilan, masa persalinan, masa nifas, menyusui. Meliputi :
a.       Penyuluhan dan konseling
b.       Pelayanan kebidanan kepada ibu meliputi :
1).      Penyuluhan dan konseling
2).      Pemeriksaan fisik
3).      Pelayanan antenatal pada kehamilan abnormal
4).      Pertolongan pada kehamilan abnormal yang mencakup abortus imminens,
Hiperemesis gravidarum tingkat I, pre eklampsia ringan dan anemia ringan.
5).     Pertolongan persalinan normal
6).     Pertolongan persalinan abnormal, yang mencakup letak sungsang, partus
macet kepala di dasar panggul, ketuban pecah dini (KPD) tanpa infeksi,
perdarahan post partum, laserasi jalan lahir, distosia karena inersia uteri,
post term dan pre term.
7).    Pelayanan ibu nifas normal
8).    Pelayanan ibu nifas abnormal yang mencakup retensio plasenta dan infeksi
ringan.
9).    Pelayanan dan pengobatan pada kelainan ginekologi yang mengalami
keputihan, perdarahan tidak teratur dan penundaan haid.
c.       Pelayanan kebidanan pada anak, meliputi :
1).      Pemeriksaan bayi baru lahir
2).      Perawatan tali pusat
3).      Perawatan bayi : 0 – 28 hari termasuk ASI eksklusif s/d 6 bulan
4).      Resusitasi pada bayi baru lahir dengan asfiksia
5).      Pemantauan tumbuh kembang anak
6).      Pemberian imunisasi
7).      Pemberian penyuluhan

6
Selain itu bidan berwenang pula untuk :
a. Memberikan imunisasi
b. Memberikan suntikan pada penyulit kehamilan, persalinan, dan nifas
c. Mengeluarkan plasenta secara manual
d. Memberikan bimbingan senam hamil
e. Pengeluaran sisa jaringan konsepsi
f. Episiotomi jika diperlukan
g. Penjahitan luka episiotomi dan luka jalan lahir sampai grade II
h. Melakukan amniotomi
i. Memberikan infuse
j. Memberikan suntikan intra muskular uterotonika, antibiotika dan sedative
k. Melakukan kompresi bimanual
l. Versi ekstraksi gemelli pada kelahiran bayi kedua dan seterusnya
m. Vakum ekstraksi dengan kepala bayi di dasar panggul
n. Pengendalian anemia
o. Meningkatkan pemeliharaan dan penggunaan ASI
p. Resusitasi pada bayi baru lahir dengan asfiksia
q. Menangani hipotermia
r. Pemberian minum dengan sonde/ pipet
s. Memberikan surat kelahiran

F. Pelayanan Kebidanan dalam Asuhan Nifas


Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai
6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003). Pernyataan ini juga diperjelas oleh
Abdul Bari (2000) yang menyatakan bahwa masa nifas dimulai setelah kelahiran
plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil
yang berlangsung kira-kira 6 minggu.  Dengan kata lain asuhan masa nifas adalah
asuhan yang diberikan pada ibu  beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6
minggu setelah melahirkan

7
Asuhan ibu nifas oleh bidan dilakukan dengan cara mengumpulkan data,
menetapkan diagnosis dan rencana tindakan, serta melaksanakannya untuk
mempercapat proses pemulihan dan mencegah komplikasi dengan memenuhi
kebutuhan, ibu dan bayi selama periode nifas.
Pelayanan Nifas, Meliputi :
1. Penanganan pada dua jam pertama setelah persalinan.
            Bidan melakukan pemantauan pada ibu dan bayi terhadap terjadinya komplikasi
dalam dua jam setelah persalinan, serta melakukan tindakan yang diperlukan.
Disamping itu, bidan memberikan penjelasan tentang hal hal yang mempercepat
pulihnya kesehatan ibu untuk memulai pemberian ASI.
2. Pelayanan bagi ibu dan bayi pada masa nifas
            Bidan memberikan pelayanan selama masa nifas melalui kunjungan rumah pada
hari ketiga, minggu kedua, dan minggu keenam setelah persalinan untuk membantu
proses pemulihan ibu dan bayi melalui penanganan tali pusat yang benar, penemuan
dini, penanganan, atau perujukan komplikasi yang mungkin terjadi pada masa nifas,
serta memberikann penjelasan tentang kesehatan secara umum, kebersihan perorangan,
makanan bergizi, perawatan bayi baru lahir, pemberian ASI, imunisasi dan KB.
3.Memberi Pelayanan tentang  Early Ambulation
Merupakan kebijaksanaan untuk selekas mungkin membimbing keluar dari
tempat tidurnya dan membimbingnya selekas mungkin berjalan
Keuntungan early ambulation :

a.    Penderita merasa lebih sehat dan lebih kuat


b.   Faal usus dan kandung kencing lebih baik
c. Memungkinkan kita mengajak ibu memelihara anaknya : memandikan, mengganti
pakaian, memberi makanan, dll
Tujuan Pelayanan Nifas, Yaitu :
1.    Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis.
2.    Mendeteksi masalah, mengobati, dan merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu
maupun bayinya.
3.    Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB,
cara dan manfaat menyusui, imunisasi, serta perawatan bayi sehari hari.

8
4.    Memberikan pelayanan KB.
Kunjungan Masa Nifas terdiri dari :
1.    Kunjungan I : 6 – 8 jam setelah persalinan
Tujuannya :
a.    Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
b.    Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, merujuk bila perdarahan
berlanjut.
c.    Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana
mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
d.    Pemberian ASI awal.
e.    Melakukan hubungan antara ibu dan bayi.
f.     Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi.
Jika bidan menolong persalinan, maka bidan harus menjaga ibu dan bayi untuk 2
jam pertama setelah melahirkan atau sampai keadaan ibu dan bayi dalam keadaan
stabil.
2.    Kunjungan II : 6 hari setelah persalinan
Tujuannya :
a.    Memastikan involusi uterus berjalan normal : uterus berkontraksi, fundus dibawah
umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau.
b.    Menilai adanya tanda–tanda demam infeksi atau perdarahan abnormal.
c.    Memastikan ibu mendapat cukup makanan, minuman dan istirahat.
d.    Memastikan ibu menyusui dengan dan memperhatikan tanda – tanda penyakit.
e.    Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga
bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari– hari.
3.    Kunjungan III : 2 minggu setelah persalinan.
Tujuannya : sama dengan di atas ( 6 hari setelah persalinan )
4.    Kunjungan IV : 6 minggu setelah persalinan.
Tujuannya :
a.    Menanyakan ibu tentang penyakit – penyakit yang dialami.
b.    Memberikan konseling untuk KB secara dini (Mochtar, 1998).

9
G.Pelayanan Pada BBL (Bayi Baru Lahir)
1. Bidan memeriksa dan menilai beyi baru lahir untuk memastikan pernapasan
spontan,mencegah hipoksia sekunder, menemukan kelaianan, dan melakukan
tindakan atau merujuk sesuai dengan kebutuhan.
2. Bidan juga harus mencegah dan menangani hipotermi.
3. Pemeriksaan bayi baru lahir

Pemeriksaan bayi baru lahir dilakukan pada saat bayi berada di klinik (dalam 24
jam) dan saat kunjungan tindak lanjut (KN) yaitu 1 kali pada umur 1-3 hari, 1 kali
pada umur 4-7 hari dan 1 kali pada umur 8-28 hari.

4.      Perawatan tali pusat

Asuhan tali pusat dilakukan setelah dua menit segera setelah bayi lahir, lakukan


pemotongan dan pengikatan tali pusat. Hal yang perlu diperhatikan dalam
merawat tali pusat adalah sebagai berikut: cuci tangan sebelum dan sesudah
merawat tali pusat; menjaga umbilikus tetap kering dan bersih; tidak boleh
membungkus tali pusat dan memberikan bahan apapun di umbilikus; dan lipat
popok di bawah umbilikus.
5.      Inisiasi Menyusu Dini

Segera setelah bayi lahir dan telah dilakukan perawatan tali pusat, maka bayi


diletakkan secara tengkurap di dada ibu dengan kulit bayi bersentuhan langsung
dengan kulit ibu. Kontak kulit dilakukan satu jam lebih, bahkan sampai bayi dapat
menyusu sendiri. Dukungan ayah dan keluarga sangat diperlukan oleh ibu dan bayi.
Manfaat menyusu dini adalah: mengurangi 22% kematian bayi umur 28 hari;
meningkatkan keberhasilan menyusui secara eksklusif; merangsang produksi ASI;
dan memperkuat refleks menghisap bayi.

6.      Resusitasi pada bayi baru lahir dengan asfiksia


8.      Pemberian imunisasi
Imunisasi yang diberikan 1 jam setelah pemberian vitamin
K1 adalah imunisasi hepatitis B. Manfaat pemberian imunisasi hapatitis B untuk

10
mencegah infeksi hepatitis B terhadap bayi, terutama yang ditularkan melalui ibu-
bayi.
9. Melakukan pendokumentasian.

11
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Profesi kebidanan menyangkut dengan keselamatan jiwa manusia yang
menjadi tanggung jawab dan tanggung gugat atas semua tindakan kebidanan yang
dilakukan. Praktik kebidanan merupakan sesuatu yang sangat penting dan dituntut
dalam profesi kebidanan.

Tindakan yang dilakukan oleh profesi kebidanan ini didasari oleh kompetensi
dan evidence base dan diperkuat oleh landasan hukum yang mengatur profesi yang
bersangkutan.
Seorang bidan memiliki kewenangan atas hak otonomi dan kemandirian untuk
bertindak secara professional yang memiliki ilmu pengetahuan dan keterampilan sesuai
dengan standar profesi kebidanan. Jadi otonomi dalam pelayanan kebidanan ini adalah
kekuasaan seorang bidan dalam melakukan praktik kebidanan yang sesuai dengan peran
dan fungsi bidan berdasarkan wewenang yang dimiliki oleh bidan itu sendiri.

B. SARAN
Diharapkan agar bidan senantiasa berpegang teguh pada kode etik profesi pada
setiap keadaan dalam memberikan pelayanan kebidanan agar dapat memberikan
layanan yang bermutu sesuai standar asuhan.

12
DAFTAR PUSTAKA
Lusa Rocmawati.2014. Perawatan Bayi Batu Lahir:
https://www.kebidanan.org/perawatan-bayi-baru-lahir

Kurnia, S. Nova. 2009. Etika Profesi Kebidanan. Yogyakarta; Panji Pustaka.


Subijakto. 2010. Mutu Pelayanan Kebidanan Standart Pelayanan Nifas. Avaible
from :http://subijakto.blogspot.com/2010/11/contoh-surat-pertanggung-jawaban.html.

Wahyuningsih,Heni Puji. 2009.  Etika Profesi Kebidanan. Yogyakarta.Fitramaya, 2009

Artia Soffani.2014.Otonomi dalam pelayanan kebidanan:


http://artiasofftiyani.blogspot.co.id/2014/11/otonomi-dalam-pelayanan-
kebidanan_67.html

13

Anda mungkin juga menyukai