Anda di halaman 1dari 8

PENEKANAN PENYEBARAN VIRUS COVID-19 MELALUI PEMBELAJARAN

ONLINE ( DARING ) TERHADAP MENTAL MAHASISWA

Bayu Prasetyo Wijaya


IIK Strada Indonesia Kediri
bayuputra139@gmail.com

Abstrak

Akhir tahun 2019 tepatnya pada bulan desember, dunia dihebohkan dengan sebuah kejadian
yang membuat banyak masyarakat resah yaitu dikenal dengan virus corona (covid-19). Penyakit
ini punya karakter sangat cepat penyebarannya, dengan berinteraksi jarak dekat serta bersentuhan
dengan penderita, maka sudah bisa mengantarkan seorang terjangkit penyakit ini. Sehingga para
ahli kesehatan menyarankan untuk melakukan social distancing, physical distancing dan stay at
home. Kebijakan social distancing maupun physical distancing guna meminimalisir penyebaran
COVID-19 mendorong semua elemen pendidikan untuk mengaktifkan kelas meskipun sekolah
tutup. Selama masa pandemic COVID-19 pembelajaran dirumah atau online menjadi solusi
melanjutkan sisa semester. Bersama informasi akademis yang kerap dibagikan lewat media
sosial maka berita mengenai COVID-19 ikut lalu lalang secara masif dan tidak terkendali di
berbagai media sosial dan berpotensi menimbulkan social media fatigue pada mahasiswa.
Keterbatasan untuk melakukan aktivitas di luar serta kecemasan tertular virus COVID-19 yang
ditunjukkan memberikan gambaran bahwa wabah ini menimbulkan stress tersendiri bagi
mahasiswa.

Kata kunci: Pembelajaran di Rumah, Mahasiswa, COVID-19

1. Latar Belakang
Akhir tahun 2019 tepatnya pada bulan desember, dunia dihebohkan dengan sebuah
kejadian yang membuat banyak masyarakat resah yaitu dikenal dengan virus corona (covid-
19). Kejadian tersebut bermula di Tiongkok, Wuhan (Yuliana, 2020). Pada awalnya virus ini
diduga akibat paparan pasar grosir makanan laut huanan yang banyak menjual banyak
spesies hewan hidup. Penyakit ini dengan cepat menyebar di dalam negeri ke bagian lain
China (Dong et al., 2020). Tanggal 18 Desember hingga 29 Desember 2019, terdapat lima
pasien yang dirawat dengan Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS) (Ren L et al.,
2020). Sejak 31 Desember 2019 hingga 3 Januari 2020 kasus ini meningkat pesat, ditandai
dengan dilaporkannya sebanyak 44 kasus (Susilo et al., 2020).
Munculnya 2019-nCoV telah menarik perhatian global, dan Pada 30 Januari WHO telah
menyatakan COVID-19 sebagai darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian
internasional (Dong et al., 2020). Penambahan jumlah kasus COVID-19 berlangsung cukup
cepat dan sudah terjadi penyebaran antar negara. Sampai dengan tanggal 25 Maret 2020,
dilaporkan total kasus konfirmasi 414.179 dengan 18.440 kematian (CFR 4,4%) dimana
kasus dilaporkan di 192 negara/wilayah. Diantara kasus tersebut, sudah ada beberapa petugas
kesehatan yang dilaporkan terinfeksi (Kemenkes RI, 2020).
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit jenis baru yang belum pernah
diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Virus penyebab COVID-19 ini dinamakan Sars-
CoV-2. Virus corona adalah zoonosis (ditularkan antara hewan dan manusia). Adapun,
hewan yang menjadi sumber penularan COVID-19 ini masih belum diketahui. Berdasarkan
bukti ilmiah, COVID-19 dapat menular dari manusia ke manusia melalui percikan
batuk/bersin (droplet), Orang yang paling berisiko tertular penyakit ini adalah orang yang
kontak erat dengan pasien COVID-19 termasuk yang merawat pasien COVID-19 (Kemenkes
RI, 2020). Tanda dan gejala umum infeksi covid-19 termasuk gejala gangguan pernapasan
akut seperti demam, batuk, dan sesak napas. Masa inkubasi rata-rata adalah 5 - 6 hari dengan
masa inkubasi demam, batuk, dan sesak napas. Pada kasus yang parah, covid-19 dapat
menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, dan bahkan kematian
(Tosepu et al., 2020).
Banyaknya manusia yang berjatuhan dan tak sadarkan diri dengan indikasi umum
kesulitan bernafas di berbagai tempat baik dijalanan, rumah, perkantoran, pusat perbelanjaan,
tempat wisata , pusat kebugaran dan dilembaga pendidikan serta di berbagai pusat keramaian
di kota Wuhan provinsi Hubei-Cina, berita ini dengan cepat tersebar keseluruh Dunia.
Belakangan diketahui bahwa mereka terjangkit virus corona, yang ditemukan pertamakali
pada November 2019, Penyakit ini dikenal sebagai COVID-19. Penyakit yang disebabkan
oleh virus SARS-CoV- 2, yang sebelumnya orang beranggapan gejala yang dialami sebagai
flu biasa, sehingga manusia melakukan aktifitas seperti biasanya dengan berbagai kegiatan
yang bervariasi serta diberbagai sektor kehidupan. Terjadinya interaksi manusia yang berasal
dari wuhan dengan orang di berbagai Negara, menyebabkan penyakit ini dengan cepat
menyebar ke luar Negeri. Pada 11 Maret 2020, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
mendeklarasikan pandemi COVID-19 [1]. Secara global, pada 26 Mei 2020, ada 5.406.282
kasus COVID-19 yang dikonfirmasi, termasuk 343.562 kematian, dilaporkan kepada WHO
[2]. Sejak itu, seolah sejarah manusia ditulis ulang.
Berbagai rumah sakit menghadapi lonjakan pasien, sehingga menyebabkan jatuhnya
layanan medis karena ketidaksiapan sarana dan fasilitas yang dimiliki. Penyakit ini punya
karakter sangat cepat penyebarannya, dengan berinteraksi jarak dekat serta bersentuhan
dengan penderita, maka sudah bisa mengantarkan seorang terjangkit penyakit ini. Sehingga
para ahli kesehatan menyarankan untuk melakukan social distancing, physical distancing dan
stay at home. Terus merebaknya penyakit ini ke berbagai tempat di berbagai Negara,
mengantarkan kita harus bisa beradaptasi dengan situasi ini. Hal ini meyebabkan banyak
pemerintah di berbagai negara melakukan tidakan seperti melakukan karantina, isolasi sosial,
perintah diam rumah, penutupan perkantoran, penutupan lembaga pendidikan serta pabrik
dll. Untuk melakukan pekerjaan rutin karena sangat dibutuhkankan di lakukan penjadwalan
pekerjaan dengan menggunakan protokol kesehatan yang ketat. Hal ini berdampak pasti akan
berdampak kepada berbagai sektor kehidupan dengan berbagai implikasinya, termasuk akan
terjadi tingkat pengangguran tinggi, yang akan berdampak kepada resesi ekonomi, termasuk
dihentikan berbagai acara kenegaraan, kegiatan beribadah di berbagai tempat ibadah serta
penangguhan kegiatan olahraga dan salah satunya dijadwal ulangnya Olimpiade Tokyo 2020,
termasuk kegiatan berbagai bidang kehidupan lainnya, dengan tanggal yang tidak pasti kapan
kegiatan itu dapat dimulai kembali. Penularan yang cepat ini membuat panik dan ketakutan
disetiap orang, di tambah dengan informasi yang ditulis diberbagai media sosial dan media
massa, sehingga membuat ketakutan akan penyakit coronavirus ini. Hampir semua
pemerintah diberbagai negara mengambil tindakan untuk pencegahan dan penghentian
penyebaran COVID-19.
Krisis kesehatan yang diakibatkan oleh wabah COVID-19 telah mempelopori
pembelajaran online secara serempak. Tsunami pembelajaran online telah terjadi hampir
diseluruh dunia selama pandemi COVID-19 (Goldschmidt & Msn, 2020). Guru dan pendidik
sebagai elemen penting dalam pengajaran diharuskan melakukan migrasi besar-besaran yang
belum pernah terjadi sebelumya dari pendidikan tatap muka tradisional ke pendidikan online
atau pendidikan jarak jauh (Bao, 2020; Basilaia & Kvavadze, 2020). Ini didukung dengan
perkembangan teknologi yang tidak terbatas pada revolusi industry 4.0 saat ini. Pembelajaran
online secara efektif untuk melaksanakan pembelajaran meskipun pendidik dan peserta didik
berada di tempat yang berbeda (Verawardina et al., 2020). Ini mampu menyelesaikan
permasalahan keterlambatan peserta didik untuk memperoleh ilmu pengetahuan.
Pandemic COVID-19 secara tiba-tiba mengharuskan elemen pendidikan untuk
mempertahankan pembelajaran secara online. Kondisi saat ini mendesak untuk melakukan
inovasi dan adaptasi terkait pemanfaatan teknologi yang tersedia untuk mendukung proses
pembelajaran (Ahmed et al., 2020). Praktiknya mengharuskan pendidik maupun peserta didik
untuk berinteraksi dan melakukan transfer pengetahuan secara online. Pembelajaran online
dapat memanfaatkan platform berupa aplikasi, website, jejaring social maupun learning
management system (Gunawan et al., 2020). Berbagai platform tersebut dapat dimanfaatkan
untuk mendukung transfer pengetahuan yang didukung berbagai teknik diskusi dan lainnya.
Berdasarkan uraian tersebut, maka dilakukan review artikel dengan tujuan penelitian untuk
memberikan tinjauan umum terkait pembelajaran online pada masa pandemic COVID-19 di
Indonesia. Ini penting guna mengetahui implementasi dan dampak pembelajaran online pada
peserta didik di Indonesia dengan harapan dapat memberikan informasi dan perbaikan dari
kebijakan yang dilakukan dan untuk menekan angka penularan covid-19 di lingkungan
pendidikan.
2. Kasus/Masalah
Bagaimana implementasi dan dampak pembelajaran online pada peserta didik di Indonesia
dengan harapan dapat memberikan informasi dan perbaikan dari kebijakan yang dilakukan
dan untuk menekan angka penularan covid-19 di lingkungan pendidikan ?
3. Tinjauan pustaka
a. Psikologi Pandemi
Psikologi Pandemi (Pandemic Pschology) Istilah epidemi dan pandemi sudah sudah
sering kita dengar ketika wabah COVID-19 terjadi. Kedua istilah tersebut sangat identik
atau berkaitan dengan penyebaran penyakit. Secara bahasa, epidemi diartikan penyakit
menular yang berjangkit dengan cepat di daerah yang luas dan menimbulkan banyak
korban (KBBI, 2020). Sementara, pandemi didefinisikan sebagai epidemi yang terjadi di
seluruh dunia, atau di wilayah yang sangat luas, melintasi batas internasional dan
memengaruhi sejumlah besar orang (dalam Kelly, 2011). Perbedaannya hanya mencakup
luasnya geografi penyebaran suatu penyakit. Beberapa contoh pandemi global yang telah
ditetapkan WHO, yaitu Flu spanyol (1918), HIV/Aids (1981-now), flu babi (2009), Zika
(2015) (dalam Taylor, 2019). WHO menetapkan COVID-19 sebagai pandemi global,
berdasarkan tingkat penyebaran secara cepat dan luas di beberapa negara dan
mempengaruhi hidup orang banyak. Dalam perspektif psikologi ada istilah psikologi
epidemi (epidemic psychology) dan psikologi pandemi (pandemic psychology). Kedua
istilah tersebut relatif sama, hanya dibedakan pada tingkat luas penyebaran pengaruh
penyakit secara psikologis berdasarkan tingkat kecepatan dan luasnya penyebaran.
Karakteristik penyakit, disertai kemajuan teknologi informasi (internet, media sosial),
penyebaran COVID-19 secara psikologis begitu cepat dan masif sehingga perubahan dari
epidemi ke pandemi relatif singkat. Kecepatan penyebaran dan luas wilayah terdampak
menjadi dasar dalam menentukan kedua istilah tersebut.
b. Perubahan Perilaku Sosial
COVID-19 telah mengubah signifikan kehidupan manusia hanya dalam hitungan bulan,
perilaku sosial manusia berubah drastis akibat penyesuaian terhadap pandemi COVID-19.
Perubahan tidak hanya terjadi pada level individu tetapi juga kelompok, organisasi dan
perusahaan. Hampir semua aspek terkena, mulai dari pendidikan, ekonomi, politik dan
agama. Perubahan itu menimbulkan ketidaknyamanan dan gejolak sosial di masyarakat.
Bayangkan saja, bagaimana COVID-19 telah mengubah atau ‘mengacaukan’ orang
dalam acara-acara yang sakral dan religius, seperti pernikahan dan kegiatan keagamaan.
Banyak acara resepsi, yang ditunda atau dibubarkan (https://news.detik.com/berita/d-
4949796/), kegiatan agama, seperti sholat jumat di masjid ditiadakan
(https://www.antaranews.com/berita/1398178/). Begitulah, besarnya dampak COVID-19
pada kegiatan sosial dan keagamaan masyarakat Indonesia. Beberapa himbauan yang
digunakan pemerintah untuk mengurangi penyebaran COVID-19 yang secara langsung
mengubah perilaku sosial, seperti, stay at home, social distancing, physical distancing,
cuci tangan, menggunkan masker, dan sebagainya. Pembatasan pergerakan sosial
mempengaruhi masyarakat dalam berperilaku. Misalkan, pemerintah menekankan
bekerja di rumah bagi ASN, Guru dan Siswa. Semua cara itu dilakukan guna mengurangi
penyebaran COVID-19.
c. Efektifitas pembelajaran online
Hasil penelitian Sun et al., (2008) menunjukkan bahwa fleksibilitas waktu, lokasi, dan
metode pembelajaran online mempengaruhi kepuasan mahasiswa terhadap pembelajaran.
Terdapat satu temuan menarik dalam penelitian ini. Mahasiswa merasa lebih nyaman
untuk bertanya dan mengemukakan pendapat dalam forum perkuliahan yang
dilaksanakan secara online. Belajar dari rumah membuat mereka tidak merasakan
tekanan sebaya yang biasa mereka rasakan ketika belajar bersama teman di dalam
perkuliahan yang dilakasanakan secara tatap muka. Ketidakhadiran dosen secara fisik
juga membuat mereka tidak merasa canggung dalam mengemukakan pendapat. Menurut
Sun et al., (2008) ketiadaaan penghambat fisik serta batasan ruang dan waktu membuat
mahasiswa lebih mudah dalam berkomunikasi. Selain itu pembelajaran secara online
menghilangkan perasaan canggung sehingga mahasiswa dapat mengekpresikan
fikirannya dan bertanya secara bebas. Pembelajaran jarak jauh secara online juga mampu
menumbuhkan kemandirian belajar mahasiswa. Belajar tanpa bimbingan langsung dari
dosen membuat mahasiswa secara mandiri mencari informasi mengenai materi kuliah dan
tugas-tugas yang diberikan kepada mereka. Beberapa aktivitas yang dilakukan adalah
membaca buku referensi, artikel online, jurnal-jurnal ilmiah, atau berdiskusi dengan
rekan sebaya melalui applikasi-applikasi pesan instan. Kuo et al., (2014) menyatakan
bahwa pembelajaran secara online lebih bersifat student centered sehingga mampu
memunculkan tanggung jawab dan otonomi mahasiswa dalam belajar. Belajar online
menuntut mahasiswa untuk mempersiapkan sendiri pembelajarannya, mengatur dan
mengevaluasi serta secara simultan mempertahankan motivasi belajarnya (Sun, 2014).
Pembelajaran yang dilaksanakan secara online juga memiliki tantangan tersendiri. Lokasi
dosen dan mahasiswa yang terpisah saat melaksanakan pembelajaran membuat dosen
tidak bisa memantau secara langsung aktivitas mahasiswa selama proses perkuliahan.
Tidak ada jaminan bahwa mahasiswa benar-benar memperhatikan penjelasan yang
diberikan oleh dosen. Szpunar, Moulton, & Schacter, (2013) menyatakan bahwa
mahasiswa menghayal lebih sering pada perkuliahan online dibandingkan dengan
perkuliahan tatap muka. Untuk itu Khan (2012) menyarankan bahwa perkuliahan online
harus dilaksanakan dalam waktu yang tidak lama karena mahasiswa kesulitan
mempertahankan konsentrasi jika perkuliahan secara online dilaksanakan lebih dari satu
jam.
d. Pembelajaran daring masih membingungkan mahasiswa
Menurut Argaheni, N. B. (2020) Salah satu hal yang menjadi perhatian dalam
pembelajaran daring ini adalah implementasi dari pembelajaran. Barubaru ini banyak
mahasiswa yang mengeluhkan tugas yang banyak tanpa adanya materi yang cukup
sehingga mereka agak kewalahan dalam mengikuti proses pembelajaran. Bahkan aplikasi
Whatsapp, e-learning, dan juga Zoom masih membingungkan bagi mahasiswa .
Perkuliahan daring memang membutuhkan adaptasi dan usaha agar dapat berjalan lancar.
Selain itu dibutuhkan usaha untuk memahami materi yang biasanya disampaikan secara
lisan menjadi tulisan dan video atau live streaming . Namun sejalan dengan itu adanya
beberapa keluhan yang dirasakan oleh para siswa dan mahasiswa dimana mulai dirasakan
rasa bosan akibat monotonnya metode pembelajaran . Meskipun pergeseran paradigma
pendidikan abad 21 yaitu informasi, komputasi, otomasi, dan komunikasi yang
merupakan empat komponen penting sebagaimana yang disampaikan oleh Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan sebagai ciri dari pendidikan abad 21, namun pilihan aplikasi
dalam pembelajaran daring tetaplah dibutuhkan bahkan pendidik dapat menggunakan
lebih dari satu aplikasi atau menggabungkan pemakaiannya sehingga memudahkan
mahasiswa untuk mengikuti pembelajaran .
4. Pembahasan
Kebijakan social distancing maupun physical distancing guna meminimalisir penyebaran
COVID-19 mendorong semua elemen pendidikan untuk mengaktifkan kelas meskipun
sekolah tutup. Penutupan sekolah menjadi langkah mitigasi paling efektif untuk
meminimalisir penyebaran wabah. Solusi yang diberikan yakni dengan memberlakukan
pembelajaran dirumah dengan memanfaatkan berbagai fasilitas penunjang yang mendukung.
Selama masa pandemic COVID-19 pembelajaran dirumah atau online menjadi solusi
melanjutkan sisa semester. Pembelajaran online didefinisikan sebagai pengalaman transfer
pengetahuan menggunakan video, audio, gambar, komunikasi teks, perangkat lunak (Basilaia
& Kvavadze, 2020) dan dengan dukungan jaringan internet (Zhu & Liu, 2020). Ini
merupakan modifikasi transfer pengetahuan melalui forum website (Basilaia & Kvavadze,
2020) dan tren teknologi digital sebagai ciri khas dari revolusi industry 4.0 untuk menunjang
pembelajaran selama masa pandemic COVID-19. Integrasi teknologi dan ragam inovasi ciri
dari pembelajaran online (Banggur et al., 2018). Selain itu, yang terpenting adalah kesiapan
pendidik dan peserta didik untuk berintereaksi secara online.
Penerapan pembelajaran online memungkinkan mahasiswa untuk mengikuti perkuliahan
dari rumah masing-masing. Mereka dapat mengakses bahan ajar dan mengirimkan tugas
yang diberikan oleh dosen tanpa harus datang ke kampus. Hal ini dapat mengurangi potensi
munculnya kerumunan di kampus seperti yang mungkin terjadi jika pembelajaran secara
tatap muka di dalam kelas tetap dilaksanakan. WHO (2020) mengemukakan bahwa
membatasi perkumpulan massa dapat mengurangi potensi penyebaran Covid-19.
Bersama informasi akademis yang kerap dibagikan lewat media sosial maka berita
mengenai COVID-19 ikut lalu lalang secara masif dan tidak terkendali di berbagai media
sosial dan berpotensi menimbulkan social media fatigue pada mahasiswa. Kelebihan
informasi telah terbukti menyebabkan social media fatigue karena membebani kognisi
individu. Social media fatigue adalah perasaan subjektif pengguna media sosial yang merasa
lelah, jengkel, marah, kecewa, kehilangan minat, atau berkurang-nya motivasi berkaitan
dengan interaksi di berbagai aspek penggunaan media sosial karena banyaknya konten yang
ditemui dalam media social. Social media fatigue menyebabkan individu kehilangan
konsentrasi dan fokus terhadap apa yang harus dikerjakan. Hal ini memicu konsekuensi
negatif lainnya yaitu penurunan performa belajar. Artinya, mahasiswa yang belajar di rumah
selama wabah COVID-19 diduga tidak mampu menampilkan kinerja yang maksimal dan
mengalami penurunan prestasi
Stres yang dialami mahasiswa akibat wabah COVID-19 ini dipengaruhi oleh munculnya
rasa takut akan tertular COVID-19, kekhawatiran saat pergi keluar rumah, kebosanan saat
melakukan social distancing, dan kesulitan memahami materi saat perkuliahan daring.
Keterbatasan untuk melakukan aktivitas di luar serta kecemasan tertular virus COVID-19
yang ditunjukkan memberikan gambaran bahwa wabah ini menimbulkan stress tersendiri
bagi mahasiswa. Pelaksanaan physical distancing ini tentu membutuhkan adaptasi bagi
berbagai pihak. Terutama bagi mahasiswa yang harus melakukan perkuliahan secara daring
semenjak mewabahnya virus corona. Kesulitan muncul bukan hanya perkara keterampilan
penggunaan teknologi, tetapi juga terkait dengan beban kerja yang besar mengingat ada
banyak mata kuliah yang harus dihadapi dalam masa pandemi COVID-19 ini. Hal ini terjadi
karena mahasiswa terbiasa dengan pembelajaran tatap muka secara reguler, sedangkan
pembelajaran jarak jauh sebelumnya hanya dilakukan secara insidental. Sehingga perubahan
pola pembelajaran ini memberikan permasalahan tersendiri bagi mahasiswa. munculnya
tekanan dan stres pada mahasiswa yang melakukan pembelajaran jarak jauh. Pada titik ini,
tekanan tentu menjadi terasa lebih berat, sehingga mahasiswa melakukan banyak coping
stress di mana salah satunya adalah terlibat dengan penggunaan media sosial. Jadi pada titik
ini, seharusnya media sosial menjadi salah satu jalan keluar meretas rasa bosan ataupun stres
karena belajar di rumah. Hanya saja, keadaan menjadi berbeda selama pandemi COVID-19.
Kelebihan informasi telah terbukti menyebabkan social media fatigue karena membebani
kognisi individu .
5. Kesimpulan
a. Penutupan sekolah menjadi langkah mitigasi paling efektif untuk meminimalisir
penyebaran wabah
b. Selama masa pandemic COVID-19 pembelajaran dirumah atau online menjadi solusi
melanjutkan sisa semester
c. Pembelajaran daring memiliki beberapa dampak terhadap mahasiswa yaitu :
1) pembelajaran daring masih membingungkan mahasiswa
2) penumpukan informasi/ konsep pada mahasiswa kurang bermanfaat
3) mahasiswa mengalami stress
Daftar Pustaka

Agung, I. M. (2020). Memahami Pandemi Covid-19 Dalam Perspektif Psikologi


Sosial. Psikobuletin: Buletin Ilmiah Psikologi, 1(2), 68-84.
Argaheni, N. B. (2020). Sistematik Review: Dampak Perkuliahan Daring Saat Pandemi
COVID-19 Terhadap Mahasiswa Indonesia. PLACENTUM: Jurnal Ilmiah Kesehatan dan
Aplikasinya, 8(2), 99-108.
Herliandry, L. D., Nurhasanah, N., Suban, M. E., & Kuswanto, H. (2020). Pembelajaran
pada masa pandemi covid-19. JTP-Jurnal Teknologi Pendidikan, 22(1), 65-70.
hifzul Muiz, M., & Sumarni, N. (2020). Pengaruh Teknologi Pembelajaran Kuliah Online
Di Era Covid-19 Dan Dampaknya Terhadap Mental Mahasiswa. EduTeach: Jurnal Edukasi
Dan Teknologi Pembelajaran, 1(2), 153-165.
Setyaningrum, W., & Yanuarita, H. A. (2020). Pengaruh Covid-19 Terhadap Kesehatan
Mental Masyarakat Di Kota Malang. JISIP (Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan), 4(4).
Siahaan, M. (2020). Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Dunia Pendidikan. Dampak
Pandemi Covid-19 Terhadap Dunia Pendidikan, 20(2).
Siahaan, M. (2020). Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Dunia Pendidikan. Dampak
Pandemi Covid-19 Terhadap Dunia Pendidikan, 20(2).
Putri, R. N. (2020). Indonesia Dalam Menghadapi Pandemi Covid-19. Jurnal Ilmiah
Universitas Batanghari Jambi, 20(2), 705-709.

Anda mungkin juga menyukai