1
BAB I
KLARIFIKASI ISTILAH
1.2. Persalinan
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan
uri/plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan
melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa
bantuan.
(Dorland, Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29. Jakarta:
EGC)
1.3. DNA
DNA merupakan materi genetik yang membawa informasi yang dapat
diturunkan dan setiap orang mempunyai susunan DNA yang spesifik dan
unik.
(Nelson WE. 2000. Ilmu Kesehatan Anak. 15th ed. Alih bahasa. Samik
Wahab. Jakarta: EGC).
2
BAB II
IDENTIFIKASI MASALAH
2.1 Mengapa wanita tersebut mengalami hamil aterm? Dan apa faktor-
faktornya?
2.2 Mengapa dilakukan pemeriksaan golongan darah untuk mengetahui ayah
biologis dari bayi tersebut?
2.3 Bagaimana hubungan golongan darah dengan hereditas?
2.4 Mengapa dilakukan tes DNA?
3
BAB III
BRAINSTORMING
3.1 Mengapa wanita tersebut mengalami hamil aterm? Dan apa faktor-
faktornya?
Hamil aterm adalah hamil dengan usia kandungan antara 37-42
minggu dan ini merupakan periode terjadinya persalinan normal. Karena
sudah memenuhi persyaratan dan periode yang sesuai untuk dilakukan
persalinan, oleh karena itu wanita ini disebut mengalami hamil aterm. Selain
itu hamil juga dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain gizi,nutrisi,
penyakit sistemik, kebiasaan buruk, pola siklus haid, dan lain-lain.
Jika seorang ibu yang mengandung mengalami kehamilan preaterm
atau prematur (kurang dari 37 minggu) maka ini bisa disebabkan oleh
beberapa faktor seperti gizi buruk, memiliki kebiasaan buruk seperti
merokok dan konsumsi alkohol, ada riwayat persalinan prematur, dan
sebagainya. Bisa juga karna ada gangguan dari penyakit sistemik, seperti
gangguan jantung. Sedangkan jika seorang ibu dengan hamil postaterm atau
postmatur (lebih dari 42 minggu) biasanya terjadi karena siklus haid yang
tidak teratur atau masa tidak haid yang berkepanjangan. Kehamilan ini
biasanya tidak menunjukkan tanda-tanda postmaturitas kehamilan, seperti
infark atau perkapuran plasma.
4
(Knight B. 2001. Blood Stains, Groups, DNA and Identification, In: ed.
Shepherd R Simpson’s Forensic Medicine. London: Arnold)
5
(Kolkman, W.D. 2012. Hukum tentang Orang, Hukum Keluarga dan
Hukum Waris di Belanda dan Indonesia. Denpasar: Pustaka Larasan.)
6
BAB IV
KERANGKA KONSEP
Autosom Gonosom
Dominan Resesif 22 pasang ( XX / XY )
7
BAB V
TUJUAN PEMBELAJARAN
8
BAB VI
BELAJAR MANDIRI
9
BAB VII
MELAPORKAN HASIL BELAJAR
10
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Panduan Pelayanan
Kesehatan Bayi Baru Lahir Berbasis Perlindungan Anak Direktorat
Kesehatan Anak Khusus. 2010.)
7.2 Jelaskan perbedaan antara alel tunggal dan alel ganda dan perbedaan
antara fenotip dan genotip?
I. Perbedaan Alel Tunggal dan Alel Ganda
Alel adalah gen yang memiliki lokus (posisi pada kromosom) yang sama,
tetapi memiliki sifat bervariasi yang disebabkan mutasi pada gen asli. Dari
sudut pandang genetika klasik, alel (dari bahasa Inggris allele) adalah
bentuk alternatif dari gen dalam kaitannya dengan ekspresi suatu sifat
(fenotipe).
a. Alel Tunggal
Suatu alel dikatakan alel tunggal jika suatu gen memiliki satu gen
sealel sehingga hanya muncul satu sifat. Misalnya, gen T untuk sifat
tinggi dan gen untuk sifat rendah maka variasinya adalah TT, Tt, dan
tt. Ketiga macam genotipe inilah yang disebut alel tunggal.
b. Alel Ganda
Suatu alel dikatakan alel ganda jika suatu gen memiliki lebih dari dua
pasangan gen yang sealel sehingga muncul beberapa sifat. Gen
umumnya hanya mempunyai dua macam kombinasi dengan
pasangannya, misalnya gen A kombinasinya AA dan Aa. Jadi, satu seri
alel hanya memiliki dua anggota, yaitu A dan a. Namun, ternyata ada
juga seri alel atau pasangan gen yang memiliki lebih dari dua anggota
alel, misalnya tiga atau empat alel. Alel demikian disebut alel ganda.
Contoh sifat yang dikontrol oleh alel ganda adalah golongan darah
manusia sistem ABO dan warna bulu kelinci.
II. Perbedaan Fenotip dan Genotip
a. Fenotip
Fenotip adalah suatu sifat fisik maupun fisiologis yang dapat
diamati dari suatu organisme yang diatur oleh susunan genetiknya
(genotipe) dan lingkungan serta interaksi keduanya. Dua alel pada gen
11
dapat menentukan bahwa seseorang memiliki mata biru, alel penyusun
adalah genotipe dan warna biru adalah fenotipe.
b. Genotip
Adalah susunan genetik suatu sifat yang dikandung suatu
individu yang menyebabkan munculnya sifat-sifat pada fenotip. Selain
itu, genotipe adalah susunan genetik organisme dan biasanya disebut
berkenaan dengan sifat-sifat tertentu yang mereka gambarkan.
Genotipe ada dalam bentuk data genetik seperti DNA atau RNA.
Genotipe adalah seluruh himpunan gen pada sebuah organisme.
Genotipe mengacu pada seluruh himpunan gen dalam sel, organisme,
atau individu. Sebuah gen dengan karakter atau sifat tertentu mungkin
ada dalam dua bentuk alel, salah satunya adalah dominan (misalnya
A) dan yang lainnya adalah resesif (misalnya a). Berdasarkan hal ini,
mungkin ada tiga genotipe yang mungkin untuk karakter tertentu: AA
(homozigot dominan), Aa (heterozigot), dan aa (homozigot resesif).
12
Pasangan yang anaknya mengidap autosomal resesif memiliki
resiko rekoresi 25% pada setiap konsepsi.
3. Pewarisan terkait X dan terkait Y
a. Sebagian besar penyakit terkait X bersifat resesif. Contohnya
buta warna dan hemofilia.
b. Wanita carrier, anak laki-lakinya beresiko 50% mengidap
penyakit, perempuannya 50% jadi carrier.
c. Laki-laki yang terkana kromosom X yang carrier terkena
penyakit karena tidak punya kromosom X lain yang
mempresentasikan dominannya.
4. Pewarisan mitokondria
a. Diwariskan secara eksklusif dari ibu.
b. Oosit 100.000 mitokondria dan sperma 100 dan akan hilang
setelah konsepsi.
c. Mitokondria mengandung DNA, hal ini memungkinkan untuk
transmisi gen dari ibu ke anak, tanpa rekombinasi.
5. Ekspansi pengulangan terhadap triplet DNA
6. Disomi uniparental
a. Kedua kromosom diwariskan dari orang tua yang sama bukan
gabungan.
7. Imprinting
a. Gen diwariskan dalam keadaan inaktif
B. Pewarisan multifaktor dan poligenik
1. Sifat variabel kontinyu
a. Sifatnya memiliki distribusi normal pada populasi umum
2. Sifat ambang
3. Penyakit kompleks masa dewasa
(Cunningham, F Gary. et all. 2010. Obstetri Williams 23rd ed. USA: The
McGraw-Hill Companies, Inc)
13
7.4 Jelaskan perbedaan jenis kromosom (autososm & gonosom)!
Pada manusia, setiap sel somatik (semua sel selain sperma dan
ovum) berjumlah 46 kromosom. Kromosom-kromosom tersebut dapat
disusun berpasang-pasangan dimulai dengan kromosom yang terpanjang.
Kromosom yang membentuk pasangan memiliki panjang, posisi
sentromer, dan pola pewarnaan yang sama dinamakan kromosom
homolog. Kedua kromosom dari setiap pasangan membawa gen (unit
instruksi yang mempengaruhi sifat herediter tertentu) yang mengendalikan
karakter warisan yang sama. Terjadinya pasangan kromosom homolog
dalam kariotipe adalah konsekuensi dari asal-usul seksual. Setiap individu
mewarisi sebuah kromosom dari setiap pasangan kromosom dari masing-
masing induknya.
Ada satu pengecualian penting terhadap aturan kromosom homolog
ini untuk sel somatik, yaitu adanya dua kromosom unik, disebut sebagai X
dan Y. Betina memilki sepasang kromosom homolog X (XX), jantan
memiliki sebuah kromosom X dan sebuah kromosom Y (XY). Karena
keduanya menentukan jenis kelamin suatu individu, kromosom X dan Y
dinamakan gonosom atau kromosom seks.Kromosom lainnya selain
gonosom dinamakan autosom atau kromosom tubuh.Untuk itu perhitungan
jumlah kromosom pada manusia adalah 22 pasang autosom dan sepasang
gonosom.
a. Autosom adalah pasangan kromosom yang homolog dan kromosom
seks adalah sebagian pasangan kromosom yang homolog.
b. Kromosom seks terlibat dalam penentuan jenis kelamin dan autosom
tidak terlibat dalam penentuan jenis kelamin.
c. Dalam kromosom seks, Kromosom Y lebih pendek dan dalam
pasangan autosom kedua kromosom memiliki ketinggian yang sama.
d. Dalam pasangan kromosom seks, posisi sentromer mungkin tidak
sama dan dalam pasangan autosom, posisi sentromer adalah sama.
e. Dilihat dari pembelahan, Autosom melakukan pembelahan mitosis,
dan gonosom melakukan pembelahan miosis
14
(Campbell, Neil A., Reece, Jane B., Urry, Lisa A., Cain, Michael L.,
Wasserman, Steven A., Minorsky, Peter V., Jackson, Robert B. 2008.
Biology. San Francisco: Pearson Education, Inc)
15
otot Duchenne. Jika seorang wanita membawa sebuah gen penyebab
penyakit resesif terkait-X, maka setiap anak laki-laki memiliki risiko 50%
terkena penyakit tersebut, dan setiap anak perempuan memiliki
kemungkinan 50% menjadi karier sifat penyakit.
Pria yang membawa gen resesif terkait-X biasanya mengidap
penyakit karena mereka tidak memiliki kromosom X kedua untuk
mengekspresikan gen dominan normal. Wanita yang membawa gen resesif
terkait-X umumnya tidak terpengaruh oleh penyakit tersebut. Namun, pada
sebagian kasus, akibat penyimpangan lionisasi-inaktivasi satu kromosom
X di setiap sel-sebagian wanita karier memperlihatkan gambaran penyakit.
Salah satu contoh adalah wanita yang memiliki gen untuk hemofilia A dan
ia sendiri memperlihatkan kecenderungan perdarahan.
Kromosom Y mengandung gen-gen yang penting untuk penentuan
jenis kelamin dan berbagai fungsi sel, misalnya spermatogenesis dan
perkembangan tulang.
Sindrom Klinefelter juga merupakan kelainan kromosom seks yang
paling sering ditemukan. Kelainan ini terjadi pada bayi laki-laki akibat
penambahan satu kromosom X ke kariotipe pria normal. Anak laki-laki
dengan XXY biasanya bertubuh tinggi, mereka memiliki testis kecil, IQ
mereka berkisaran normal tetapi tidak jarang terjadi keterlambatan
perkembangan bicara, membaca, dan keterampilan motorik.
(Cunningham, F Gary. et all. 2010. Obstetri Williams 23rd ed. USA: The
McGraw-Hill Companies, Inc.)
16
1. Faktor keturunan berupa benda dan selalu berpasangan pada individu
diploid
2. Pada gametogenesis, kedua faktor keturunan berpisah/segregasi
sehingga setiap gamet hanya memiliki salah stau dari pasangan faktor
tersebut. Postulat ini dikenal dengan Hukum Segregasi atau Hukum
Mendel I
3. Faktor keturunan ada yang bersifat dominan dan resesif
4. Apabila ada 2 faktor keturunan atau lebih yang diperiksa, maka pada
gametogenesis dapat memisah secara bebas atau terjadi pilihan bebas (
independent assortment) sehingga akan menjadi bermacam kombinasi.
Postulat ini dikenal sebagai Hukum Independent Assosrtment atau
Hukum Mendel II
Hukum Mendel I
17
Hukum Mendel II
Hukum Mendel 2 dikenal juga sebagai Hukum Asortasi atau Hukum
Berpasangan Secara Bebas. Menurut hukum ini, setiap gen/sifat dapat
berpasangan secara bebas dengan gen/sifat lain. Meskipun demikian, gen
untuk satu sifat tidak berpengaruh pada gen untuk sifat yang lain yang
bukan termasuk alelnya.
Hukum Mendel 2 ini dapat dijelaskan melalui persilangan dihibrida,
yaitu persilangan dengan dua sifat beda, dengan dua alel berbeda.
Misalnya, bentuk biji (bulat + keriput) dan warna biji (kuning + hijau).
Pada persilangan antara tanaman biji bulat warna kuning dengan biji
keriput warna hijau diperoleh keturunan biji bulat warna kuning. Karena
setiap gen dapat berpasangan secara bebas maka hasil persilangan antara
F1 diperoleh tanaman bulat kuning, keriput kuning, bulat hijau dan keriput
hijau.
Hukum Memdel 2 ini hanya berlaku untuk gen yang letaknya
berjauhan. Jika kedua gen itu letaknya berdekatan hukum ini tidak berlaku.
Hukum Mendel 2 ini juga tidak berlaku untuk persilangan monohibrid.
Perhatikan analisis papan catur di bawah ini tentang persilangan
buncis dengan dua sifat beda (dihibrida).
Buncis biji bulat warna kuning disilangkan dengan biji keriput warna
hijau. Keturunan pertama semuanya berbiji bulat warna kuning.
Artinya, sifat bulat dominan terhadap sifat keriput dan kuning
dominan terhadap warna hijau. Persilangan antar F1 mengasilkan
keturunan kedua (F2) sebagai berikut: 315 tanaman bulat kuning, 101
tanaman keriput kuning, 108 tanaman bulat hijau dan 32 keriput hijau. Jika
diperhatikan, perbandingan antara tanaman bulat kuning : keriput kuning :
bulat hijau : keriput hijau adalah mendekati 9:3:3:1.
18
menggambarkan hubungan antara dua alel . Jika seseorang mewarisi dua
alel yang berbeda dari masing-masing dua orang tua dan fenotip hanya
satu alel terlihat pada keturunannya, maka alel dikatakan dominan. Hukum
Mendel dominasi menyatakan bahwa jika salah satu orangtua memiliki
dua salinan alel A - alel dominan - dan orang tua kedua memiliki dua
salinan alel a-- alel resesif - maka keturunannya akan mewarisi genotipe
Aa dan menampilkan fenotip dominan.
19
Tetapi sistem penggolongan darah yang umum dikenal dan sering
digunakan dewasa ini ada 3, yaitu sistem ABO, sistem Rhesus, dan sistem
MN.
1) Sistem ABO
Sistem golongan darah ini dikembangkan oleh Karl
Landsteiner, seorang ahli biologi dan fisika dari Austria.Di dalam
sel darah merah, tepatnya pada permukaannya ditemukan
glikoprotein yang disebut antigen. Antigen ini antara lain adalah
antigen A dan B. Antigen inilah yang menjadi penentu golongan
darah seseorang.
Selain itu juga, ditemukan aglutinin. Aglutinin ini bertindak
sebagai antibodi terhadap antigen A dan B. Adanya aglutinin a
akan menolak keberadaan antigen A dalam darah. Demikian pula
aglutinin B akan menolak keberadaan antigen B dalam darah.
Penolakan ini ditandai dengan penggumpalan aglutinin saat
bertemu dengan antigen yang ditolaknya.
20
2) Sistem Rhesus
Sistem penggolongan darah Rhesus ditemukan oleh Lionel
dan Weiner pada tahun 1940 dengan menyuntikkan darah
kera Macacus rhesus ke tubuh kelinci, ternyata darah kera
tersebut digumpalkan oleh aglutinin yang dihasilkan plasma darah
kelinci..
Orang yang darahnya dapat digumpalkan oleh aglutinin dari
kelinci dikelompokkan sebagai golongan Rhesus positif (Rh+),
sedangkan yang darahnya tidak dapat digumpalkan oleh aglutinin
kelinci tadi dikelompokkan ke dalam Rhesus negatif (Rh–).
Secara singkat dapat diterangkan:
a) Golongan darah Rh+, dalam eritrositnya mengandung
antigen Rhesus, pada plasmanya tidak dibentuk antibodi
terhadap antigen Rhesus.b)
b) Golongan darah Rh– , dalam eritrositnya tidak ada antigen
Rhesus, pada plasmanya dapat dibentuk antibodi terhadap
antigen Rhesus.
Golongan darah Rhesus negatif banyak dimiliki oleh orang
Eropa ± 85% dari jumlah penduduk, sedangkan orang Asia
21
termasuk Indonesia didominasi oleh golongan darah Rhesus
positif.
3) Sistem MN
Penggolongan darah sistem MN ditemukan oleh
k.landsteiner dan P.levine, pada tahun 1972. Pada golongan darah
ini ditemukan antigen M dan antigen N dipermukaan sel darah
merah (eritrosit) manusia.Sistem golongan darah ini terdiri atas 3
jenis yaitu:
a) Golongan M,mengandung antigen M, dengan alel I m I m
b) Golongan N,mengandung antigen N, dengan alel I n I n
c) Golongan MN,mengandung antigen M dan antigen N, dengan
alel I m I n
(Bakta, IM. 2006. Hematologi Klinik Ringkas. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran. EGC)
22
(Winjosaatro H. 1999. Ilmu Kandungan Edisi 2. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirhardjo)
d. Kemiripan fisik
23
DNA membawa informasi genetis sebagai cetak biru (blueprint)
yang dapat dicopy dan diperbanyak saat sel membelah sehingga sel-
sel baru juga mengandung informasi genetis yang sama. Inilah
mengapa sifat dan ciri fisik seseorang berasal dari pewarisan orang tua
dan nantinya akan diturunkan ke anak cucunya.
24
telah diketahui,maka PCR dapat digunakan untuk menguatkan dan
mendeteksi DNAHIV di dalam darah atau sampel jaringan otot.
c. Untuk Pembuatan Hormon dan Obat- Obatan
Ada tiga alasan penting mengapa rekayasa genetika begitu cepat
mendapat perhatian di bidang farmasi dalam usaha pembuatan protein
yang sangat diperlukan untuk kesehatan:
Pertama, pencangkokan gen biasanya hanya menyangkut sebuah gen
tunggal. Secara tekhnik, ini tentunya lebih mudah
dijalanjakn daripada menghadapi sejumlah gen- gen.
Kedua, mungkin kloning gen ini relatif lebih murah, aman dan dapat
dipercaya dalam memperoleh sumber protein yang
mempunyai arti penting dalam bidang farmasi.
Ketiga, banyak hasil- hasil farmasi yang didapatkan melalui
pencangkokan gen itu berupa senyawa- senyawa yang dengan
dosis kecil saja sudah dapat memperlihatkan pengaruh yang
banyak, seperti misalnya didapatkan berbagai macam
hormon, faktor tumbuh dan protein pengatur, yang
mempengaruhi proses fisiologis, seperti tekanan darah dan
penyembuhan luka.
d. Untuk Kepentingan Lingkungan
Mikroba yang dihasilkan secara rekaya genetik diisolasi untuk
reaktif cepat mengubah logam beracun (seperti kromium) menjadi
bahan yang tidak begitu reaktif. Kemampuan untuk mengubah gen
berdampak pada transformasi pada organisme yang mampu bertahan
dalam kondisi yang tidak baik dan beracun,tetapi tetap dapat
mendetoksifikasi lingkungan.
Keberagaman metabolisme dari mikroba-mikroba juga
digunakan di dalam pengolahan sampah dan detoksifikasi oleh bahan
kimia beracun.Penelitian lanjutan menemukan bahwa mikroba dapat
mendetoksifikasi racun yang spesifik dalam limbah cairan maupun
padat.
e. Untuk Kepentingan Agrikultur
25
Dalam bidang pertanian, teknik rekayasa genetika contohnya
bisa ditemukan pada penggantian pemakaian pupuk nitrogen yang
sudah banyak dipergunakan, oleh fiksasi nitrogen secara alamiah.
Prosesnya dengan memasukkan bagian dari tumbuhan yang disebut
transposon ke dalam minikromosom bakteri (disebut plasmid), dan
plasmid yang mengandung transposon dipindahkan ke strain
Rhizobium melalui konjugasi bakteri. Kemudian DNA dipisahkan dari
tiap mutan yang disangka simbiotis, dengan demikian mengisolir gen
simbiotis yang mengalami mutasi. Proses ini dinamakan eksperimen
sirkuit.
f. Untuk Pelacakan Hubungan Genetik (Disputed Parentage)
Pelacakan hubungan anak-orang tua dilakukan pada kasus
dugaan perselingkuhan, kasus ragu ayah, kasus ragu ibu, kasus bayi
tertukar, kasus imigrasi, dsb.
BAB VIII
PENUTUP
8.1 Kesimpulan
Pada skenario Ibu hamil cukup bulan dengan golongan darah A dan diperkosa
oleh laki-laki golongan darah A dan AB.Hamil aterm merupakan hamil dengan
usia kandungan antara 37-42 minggu dan ini merupakan periode terjadinya
persalinan normal. Apabila sudah memenuhi persyaratan dan periode yang sesuai
26
untuk dilakukan persalinan, oleh karena itu wanita ini disebut mengalami hamil
aterm. Jika kehamilan kurang dari 37-42 minggu maka dapat dikatakan Hamil
Prematur dan kehamilan lebih dari 37-42 minggu disebut hamil Postmatur. Untuk
mengetahui ayah bilogis dapat dilakukan pemeriksaan golongan darah ABO,
Rhesus dan MN. Dalam sistem golongan darah ABO setiap individu diwariskan 1
alel dari 3 alel. Alel A dan alel B merupakan alel yang dominan pada alel O. Alel
A dan B sama-sama dominan sehingga jika alel A diperoleh dari satu
orang tua dan alel B dari orang tua yang lain maka fenotip yang muncul adalah
AB. Alel adalah gen yang memiliki lokus (posisi pada kromosom) yang sama,
tetapi memiliki sifat bervariasi yang disebabkan mutasi pada gen asli. Alel itu ada
dua yaitu alel tunggal dan alel ganda. Suatu alel dikatakan alel tunggal jika suatu
gen memiliki satu gen sealel sehingga hanya muncul satu sifat sedangkan suatu
alel dikatakan alel ganda jika suatu gen memiliki lebih dari dua pasangan gen
yang sealel sehingga muncul beberapa sifat. Fenotip adalah suatu sifat fisik
maupun fisiologis yang dapat diamati dari suatu organisme yang diatur oleh
susunan genetiknya (genotipe) dan lingkungan serta interaksi keduanya. susunan
genetik suatu sifat yang dikandung suatu individu yang menyebabkan munculnya
sifat-sifat pada fenotip. Pewarisan genetik Monogen dan pewarisan multifaktor.
Terdapat tiga hukum dan empat postulat yang dikeluarkan oleh Mendel.
DAFTAR PUSTAKA
Bakta, IM. 2006. Hematologi Klinik Ringkas. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran.
EGC
Campbell, Neil A., Reece, Jane B., Urry, Lisa A., Cain, Michael L., Wasserman,
Steven A., Minorsky, Peter V., Jackson, Robert B. 2008. Biology. San
Francisco: Pearson Education, Inc
27
Cunningham, F Gary. et all. 2010. Obstetri Williams 23rd ed. USA: The McGraw-
Hill Companies, Inc
Dorland, Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29. Jakarta: EGC
Knight B. 2001. Blood Stains, Groups, DNA and Identuification, In: ed. Shepherd
R Simpson’s Forensic Medicine. London: Arnold
Kolkman, W.D. 2012. Hukum tentang Orang, Hukum Keluarga dan Hukum
Waris di Belanda dan Indonesia. Denpasar: Pustaka Larasan
Luftig, M. A. and Richey S. 2000. DNA and Forensic Science. New England
Law Review
Nelson WE. 2000. Ilmu Kesehatan Anak. 15th ed. Alih bahasa. Samik Wahab.
Jakarta: EGC
Pratiwi, D.A,dkk. 2007. BIOLOGI untuk SMA Kelas XII. Jakarta: Erlangga
28
Suryo. 1997. Genetika Manusia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
29