Anda di halaman 1dari 12

STOK KARBON

Penulis
Nama : M. Andrian Wijaya
NPM : 1954151016
P.S : Kehutanan

Mata Kuliah : Pemetaan Hutan dan Sistem Informasi Geografi

Jurusan Kehutanan
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
Bandar Lampung
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa karena atas berkat, rahmat, hidayah,
inayah, dan nikmat yang telah Ia impahkan kepada kita semua. sehingga
membantu untuk menyelesaikan makalah sistem informasi geografi. Tujuan dari
penulisan makalah ini yaitu sebagai salah satu tugas dalam mata kuliah Pemetaan
Hutan dan Sistem Informasi Geografi di Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian,
Universitas Lampung. Tulisan ini berisi tentang stok karbon dan dihubungkan
dengan SIG dan penginderaan jauh.

Saya mengucapkan terima kasih kepada seluruh dosen pengampu yang telah
membantu menyiapkan dan menyusun makalah ini. Kepada para pembaca
diharapkan juga untuk memberikan saran dan juga kritik untuk menyempurnakan
tugas saya yang akan datang. Semoga makalah yang saya buat dapat bermanfaat
bagi yang membaca.

Bandar Lampung, 25 Juni 2021

M. Andrian Wijaya


I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem Informasi Geografis (SIG) atau Geographic Information System (GIS)


merupakan sistem informasi berbasis komputer yang digunakan untuk mengolah
dan menyimpan data atau informasi geografis (Aronoff, 1989). SIG merupakan
alat yang bermanfaat untuk pengumpulan, penimbunan, pengambilan kembali
data yang diinginkan dan penayangan data keruangan yang berasal dari kenyataan
dunia (Hege, Nurnawati, & Lestari U, 2013). Secara umum pengertian SIG adalah
Suatu komponen yang terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak, sumberdaya
manusia dan data yang bekerja bersama secara efektif untuk memasukan,
menyimpan, memperbaiki, memperbaharui, mengelola, memanipulasi,
mengintegrasikan, menganalisa dan menampilkan data dalam suatu informasi
berbasis geografis”.

Pemanfaatan teknologi penginderaan jauh dapat membantu dalam melakukan


estimasi stok karbon hutan secara kuantitatif melalui penyusunan model statistik
beberapa transformasi citra yang berkorelasi dengan biomassa hutan. Biomassa
hutan dapat digunakan untuk mengestimasi kandungan karbon dalam vegetasi
hutan karena 50% biomassa tersusun dari karbon (Widhi dan Sigit, 2013).

Pemanasan global saat ini menjadi salah satu isu di dunia yang hangat
diperbincangkan. Penyebab dari pemanasan global tersebut salah satunya ialah
jumlah karbon dioksida (CO2) yang terus meningkat di udara yang diiringi
dengan menurunnya luasan hutan yang berfungsi sebagai penyimpan karbon
dioksida (CO2). Menurut Arief (2005) hutan memiliki peranan penting dalam
menjaga kestabilan iklim global di dunia, vegetasi hutan akan memfiksasi CO2
melalui proses fotosintesis. Jika hutan terganggu maka siklus CO2 dan O2 (siklus
karbon) di atmosfer akan terganggu (Forestriko, 2016).

1.2 Tujuan Makalah

Tujuan dari makalah pengenalan sistem informasi geografis adalah sebagai


berikut
1. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian karbon.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian stok karbon.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan hubungan karbon dengan SIG
BAB II
METODOLOGI

2.1. Alat dan Bahan

Peralatan yang digunakan dalam praktikum adalah ATK (alat tulis) dan laptop.
Bahan yang digunakan adalah referensi dari berbagai sumber

2.2. Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 22 Juni 2021 pukul 07.00 sampai dengan
09.50 secara virtual melalui media zoom. Bertempat di rumah masing -masing
praktikan.

2.3. Cara Kerja

Cara kerja yang digunakan pada makalah alat ukur yaitu sebagai berikut
1. Pemberian materi dan pengarahan kegiatan oleh dosen atau asisten.
2. Praktikan membuat makalah dengan tema atau topik yang sudah ditentukan.
III. ISI

3.1 Stok Karbon

Stok karbon adalah jumlah kantong karbon (carbon pool), yang merupakan
reservoir atau sistem yang memiliki kapasitas untuk mengakumulasi atau melepas
karbon terkait dengan kemampuan tanaman dalam menyerap atau menahan
kandungan karbon di udara. Sedangkan Biomassa adalah jumlah bahan organik
yang diproduksi oleh organism (tumbuhan) per satuan unit area pada suatu saat.
Biomassa bisa dinyatakan dalam ukuran berat, seperti berat kering dalam satuan
gram, atau dalam kalori. Oleh karena kandungan air yang berbeda setiap
tumbuhan, maka biomassa di ukur berdasarkan berat kering (Sutaryo, 2009).

Pada dasarnya, besaran stok karbon tidak dapat diketahui dengan pasti. Stok
karbon dapat diduga dengan menggunakan asumsi bahwa setengah dari biomassa
adalah kandungan karbon, dikarenakan vegetasi dapat menyimpan karbon
setengah dari biomassa total vegetasi tersebut. Adapun faktor konversi yang
digunakan adalah 0,45 (Brown dan Gaston, 1996), sehingga untuk mengetahui
besar stok karbon, perhitungan dilakukan dengan mengalikan biomassa dengan
faktor konversi.

Cadangan Carbon (C-stock) adalah jumlah C yang disimpan dalam komponen


biomasa dan nekromasa baik di atas permukaan tanah dan di dalam tanah (Bahan
organik tanah, akar tanaman dan mikroorganisma) per satuan luasan lahan.
Biomasa yaitu masa (kg per ha) bagian vegetasi yang masih hidup yang meliputi
masa dari tajuk pohon, tanaman semusim dan tumbuhan bawah atau gulma.
Nekromasa yaitu masa dari bagian pohon yang telah mati baik yang masih tegak,
atau telah tumbang/tergeletak di permukaan tanah, tonggak atau ranting dan daun-
daun gugur (seresah) yang belum terdekomposisi atau terdekomposisi sebagian.
Bahan Organik tanah (BOT) adalah sisa makhluk hidup (tanaman, hewan dan
manusia) yang telah terdekomposisi sebagian atau keseluruhan dan telah menyatu
dengan tanah. Dalam praktek biasanya BOT dipisahkan dari bahan organik (BO)
berdasarkan ukurannya, BOT memiliki ukuran < 2 mm sedang BO berukuran > 2
mm.

3.2 Teknologi Penginderan Jauh

Pemanfaatan teknologi penginderaan jauh dapat membantu dalam melakukan


estimasi stok karbon hutan secara kuantitatif melalui penyusunan model statistik
beberapa transformasi citra yang berkorelasi dengan biomassa hutan. Biomassa
hutan dapat digunakan untuk mengestimasi kandungan karbon dalam vegetasi
hutan karena 50% biomassa tersusun dari karbon (Brown dan Gaston, 1996).
Indeks vegetasi merupakan suatu algoritma yang diterapkan terhadap citra
(biasanya multisaluran), untuk menonjolkan aspek kerapatan vegetasi ataupun
aspek lain yang berkaitan dengan kerapatan, misalnya biomassa, Leaf Area Index
(LAI), konsentrasi klorofil dan sebagainya (Danoedoro, 2012).

Penginderaan jauh rnemiliki kemampuan untuk rnenyediakan data spatio temporal


tentang sumber daya a1am, termasuk dinamika karbon di berbagai ekosistem
daratan (Thenkabail et al. 2002;. As-Syakur et al. 2010; Dierssen et a1. 2010;
Wicaksono et al. 2011). IPCC telah menyatakan bahwa data yang dapat
digunakan untuk pengukuran karbon hams lengkap, representatif konsisten waktu,
dan transparan (IPCC, 2003). Sementara penginderaan jauh rnampu memenuhi
tiga persyaratan pertama, definisi "transparan" membutuhkan data, definisi,
metodologi, dan asumsi untuk diuraikan seeara jelas. Sebagai konsekuensinya,
model untuk pemetaan stok karbon melalui penginderaan jauh beserta rentang
akurasi yang diharapkan hams ditentukan.
3.3 Teknologi Citra Satelit Landsat

Citra satelit merupakan salah satu sumber data yang dapat digunakan dalam
teknologi pengindraan jauh. Teknologi penginderaan jauh dengan menggunakan
satelit pertama kali dipelopori oleh NASA (National Aeronautics and Space
Administration) Amerika Serikat. Hal tersebut ditandai dengan diluncurkannya
satelit sumber daya alam pertama, yang disebut ERTS-1 (Earth Resources
Technology Satellite) pada tahun 1972, kemudian dilanjutkan ERTS-2 pada tahun
1975. Satelit tersebut membawa sensor RBV (Retore Beam Vidcin) dan MSS
(Multi Spectral Scanner) dengan resolusi spasial 80 x 80 m. Setelah peluncuran
kedua satelit tersebut, kemudian berganti nama menjadi satelit Landsat 1, Landsat
2, dan diteruskan dengan seri berikutnya, yaitu Landsat 3, 4, 5, 6, 7, dan seri
terakhir adalah Landsat 8 yang diorbitkan pada tahun 2013 (Mentari, 2013).

3.4. Estimasi Stok Karbon

Estimasi stok karbon hutan dapat diestimasi menggunakan citra penginderaan


jauh. Penelitian ini mengestimasi stok karbon hutan menggunakan citra ALOS
AVNIR-2. stok karbon diestimasi dari biomassanya dengan mengikuti aturan 45%
biomassa adalah karbon (Brown, 1997). Meskipun metode ini cukup akurat untuk
wilayah yang kecil pada lokasi tertentu, tetapi menjadi tidak praktis jika
diterapkan untuk wilayah yang luas karena memerlukan waktu yang lama dan
mahal. Hal ini menyebabkan data mengenai stok karbon amat jarang tersedia
untuk hutan di Indonesia.

Estimasi kandungan biomassa dan karbon dapat dilakukan dengan memanfaatkan


teknologi penginderaan jauh melalui analisis regresi dapat dikorelasikan dengan
biomassa hutan aktual. Perkembangan teknologi penginderaan jauh telah
menunjukkan bahwa pengurangan deforestasi dapat digambarkan dengan nyata,
permanen dan pengurangan emisi dapat diverifikasi dengan pengukuran yang
dapat dipercaya. Hubungan antara penginderaan jauh dengan biomassa yaitu
penginderaan jauh merupakan salah satu pendekatan terbaik untuk estimasi
biomassa di tingkat regional ketika data tegakan hutan di lapangan sulit diperoleh.
Pada dasarnya perhitungan biomassa untuk menginventarisasi, memantau dan
mengelola hutan dapat dilakukan dengan pengukuran lapangan menggunakan plot
sampel yaitu diameter pohon setinggi dada (DBH). Kelemahan menggunakan
pengukuran secara teresteris dianggap kurang efektif karena memerlukan waktu
dan biaya relatif besar sehingga perkembangan pemanfaatan teknologi
penginderaan jauh semakin berkembang (Fatoyinbo, 2012, Krisnawati, 2014).










IV. PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari makalah ini adalah sebagai berikut


1. Karbon merupakan komponen penting penyusun biomassa tanaman. Hasil
rangkuman berbagai studi terhadap berbagai jenis pohon diperkirakan kadar
karbon sekitar 45–46% bahan kering dari tanaman (Brown, 1997). Menurut
Kumar dan Nair (2011), tempat penyimpanan utama karbon adalah dalam
biomassa pohon (termasuk bagian atas yang meliputi batang, cabang, ranting,
daun, bunga dan buah, bagian bawah yang meliputi akar), bahan organik mati
(nekromassa), serasah, tanah, dan yang tersimpan dalam bentuk produk kayu.
2. Carbon Stock adalah cadangan karbon yang terdapat di alam, menurut
Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) Lima sumber karbon
yaitu : Biomas di atas tanah (above ground biomass), Biomas di bawah tanah
(below ground biomass), Pohon yang mati (dead wood), Seresah (litter), Tanah
(Soil). Dalam estimasi karbon hutan, carbon pool yang diperhitungkan
setidaknya ada 4 kantong karbon. Keempat kantong karbon tersebut adalah
biomassa atas permukaan, biomassa bawah permukaan, bahan organik mati
dan karbon organik tanah. Cadangan karbon (C-stock) diartikan sebagai adanya
potensi jangka panjang dalam biomassa hutan dan produk hutan. Satuan
potensi massa karbon hutan adalah tonC/ha, sedangkan fluks karbon adalah
tonC/ha/tahun (Nabuurs ,dkk., 1995).
3. Pendekatan dengan menggunkan penginderaan jauh yang lebih akurat dalam
memprediksi cadangan karbon akan sangat penting untuk pemetaan dan
monitoring cadangan karbon. Beberapa teknologi penginderaan jauh yang
sering digunakan dalam pendugaan cadangan karbon adalah Indeks Vegetasi,
Landsat, LiDAR dan ALOS. Salah satu jenis tanaman yang dianggap penting
untuk dihitung cadangan karbonnya adalah jati (Tectona grandis LINN). Hutan
jati yang sebagian besar terdapat di pulau Jawa, pengelolaannya telah lama
dilakukan oleh PT. Perhutani yang mengelola hutan jati seluas 2,6 juta ha
(Asosiasi Meubel Indonesia, 2001 dalam Siregar, 2003). Pada penelitian yang
dilakukan Basuki et al (2008) dengan menggunakan metode destruktif
didapatkan hasil bahwa umur tegakan jati berkorelasi positif dengan tingkat
pengurangan emisi gas karbon, dengan umur jati yang tergolong tua (dapat
mencapat 80 tahun) simpanan cadangan karbon pada tegakan jati termasuk
sangat tinggi.

3.2 Saran

Kedepan praktikum PHSIG dapat dilaksanakan lebih baik lagi, pemahaman materi
dan kesiapan praktikan dalam memahami materi. Praktikan harus lebih cepat
dalam memahami materi dan semoga bisa menjadi lebih baik lagi kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA

Arief A. 2005. Hutan dan Kehutanan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Danoedoro, Projo. 2012. Pengantar Penginderaan Jauh Digital. Penerbit Andi.


Yogyakarta.

Fatoyinbo, Temilola. 2012. Remote Sensing of Biomass Principles and


Applications. Intech. Croatia

Forestriko, H. F. 2016. Pemanfaatan Citra Landsat 8 untuk Estimasi Stok Karbon


Hutan Mangrove di Kawasan Segara Anakan Cilacap Jawa Tengah. Jurnal
Bumi Indonesia. 5(1).

Hege, Y. B. L., Nurnawati, E. K., & Lestari, U. 2013. Sistem Informasi Geografis
(SIG) pelayanan kesehatan di kotamadya yogyakarta berbasis WEB.
Jurnal Script. 56-62.

Thenkabail, P. S., Stucky, N., Griscom, B. W., Ashton, MS., Enclona, E., Diels,
J., et al. 2002. Biomass . Estimations and Carbon Stock Calculations in the
Oil Palm Plantations of African Derived Savannas using IKONOS Data.
FlEOS 2002 Conference Proceedings. lSPRS.

Widhi, Satrio Jati., Sigit Heru Murti. 2013. Estimasi Stok Karbon Hutan dengan
Memanfaatkan Citra Landsat 8 di Taman Nasional Tesso Nilo, Riau. .
Jurnal Bumi Indonesia. 3(2): 1-11.

Anda mungkin juga menyukai