Kucing
Kucing
com
PROLOG
Tidak.
Satu alasan, aku alergi terhadap kucing. Kalau berada dalam satu
ruangan dengan kucing, aku akan mulai batuk-batuk dan bersin-
bersin. Dan wajahku akan membengkak bagai marshmallow.
Maksudku, itu salah satu risikonya menjadi remaja, bukan? Tapi aku
berkata jujur sewaktu mengatakan aku tidak pernah berniat
membunuh kucing tersebut.
2 | CAT – Ratu-buku.blogspot.com
Kucing tersebut menyebabkan aku sinting.
3 | CAT – Ratu-buku.blogspot.com
1
PADA hari Selasa, saat latihan basket telah berlangsung separuh
jalan, Coach Griffin kehilangan kesabaran terhadap diriku dan anak-
anak lainnya.
“Marty! Ada masalah apa kau hari ini?” sentaknya. “Kau dan dua
badut lainnya, pergi dari lapanganku! Cobalah memperbaiki
lemparan bola kalian!”
Dwayne mendengus. “Dia mendengar isu bahwa dia orang baik. Dia
ingin meluruskan pendapat itu.”
Aku tertawa.
4 | CAT – Ratu-buku.blogspot.com
Dwayne Clark adalah pelawak dalam kelompok kami. Ia tidak pernah
menganggap serius apa pun. Ia dan Barry Allen sudah lama sekali
menjadi sahabat terbaikku.
Barry merupakan cerita lain. Aku tahu Barry memang iri. “Setiap
pertandingan penting bagi Shadyside Tigers, Dwayne,” sergahku.
“Regu ini sangat berarti bagiku.” “Hebat,” ejek Dwayne.
Kalau Dwayne dan Barry berlawanan satu sama lain, aku ada di
tengah-tengahnya. Tidak terlalu jangkung, tidak terlalu pendek.
Tidak terlalu gemuk, tidak kurus. Rambutku berwarna cokelat muda.
6 | CAT – Ratu-buku.blogspot.com
Semua orang mengatakan akulah bintang regu. Kucoba untuk tidak
menjadi besar kepala karenanya. Tapi tidak mudah.
7 | CAT – Ratu-buku.blogspot.com
Agak ke bawah panggung, Kevin Hackett tengah mengambil
minuman dari kotak pendingin.
“Kau mau pergi?” tanya Barry. “Akan kututupi.” “Tidak, man, aku
tidak akan melarikan diri,” kataku memutuskan. “Aku tidak punya
alasan untuk bersembunyi. Aku tidak melakukan kesalahan apa pun.”
8 | CAT – Ratu-buku.blogspot.com
“Hai, guys,” kicau Gayle sambil tersenyum, memperlihatkan kawat
gigi di mulutnya. Ia satu-satunya senior yang masih mengenakan
kawat gigi. Tapi tampaknya ia tidak merasa terganggu. Ia tidak
pernah menutupi mulutnya kalau tersenyum atau tertawa. Kurasa
hebat juga ia bisa percaya diri seperti itu.
9 | CAT – Ratu-buku.blogspot.com
2
AKU berpaling dan melihat kucing tersebut melesat keluar dari
bawah panggung penonton.
10 | CAT – Ratu-buku.blogspot.com
Tapi kami tidak pernah berhasil menangkap kucing tersebut hingga
sekarang. Entah bagaimana, si kucing selalu berhasil meloloskan diri.
Kata Coach, si kucing terlalu gesit bagi kami. Terserah.
11 | CAT – Ratu-buku.blogspot.com
Para pemandu sorak sangat menyukainya dan memberinya nama-
nama bodoh seperti Puffy dan Baby.
Tapi sayangnya kucing itu berbulu kelabu keperakan, dan ada bercak
hitam berbentuk berlian di kepalanya.
12 | CAT – Ratu-buku.blogspot.com
“Harper!” teriak Coach Griffin.
Untuk paruh waktu kedua latihan, Coach selalu membagi anak- anak
menjadi dua regu dan bermain satu melawan yang lain. Aku
melewati Gayle dan Riki sewaktu berlari-lari kecil kembali memasuki
lapangan.
13 | CAT – Ratu-buku.blogspot.com
Kami sudah beraksi kembali. Sewaktu berlari kembali ke sisi
seberang lapangan, kulihat Riki dan Gayle tengah bercakap-cakap di
tepi lapangan. Apa mereka sedang membicarakan diriku?
Ada sesuatu yang remuk terjepit lututku. Dan sakit yang membara
memancar dari kakiku.
14 | CAT – Ratu-buku.blogspot.com
3
“SAKIT?” tanya perawat sekolah.
“Ya, sudah,” katanya. “Harper, maaf, tapi kau tidak ikut bertanding
hari Jumat nanti.”
15 | CAT – Ratu-buku.blogspot.com
“Coach, kita memerlukan Marty,” pinta Barry.
“Kucing bodoh itu!” sergahku. “Lebih baik aku tidak melihatnya lagi
dalam waktu dekat.”
“Aduh, Coach, Anda tahu itu tidak benar,” kataku sambil mengerang.
“Kami bahkan tidak mengejar kucing itu sewaktu aku jatuh. Kucing
itu lari ke lapangan dan aku terjatuh karenanya.”
Gayle dan Riki mengawasi dari tepi lapangan. Setelah semua orang
berlalu, mereka menggabungkan diri dengan kami.
“Maaf,” gumamku. “Aku bukan marah pada kalian. Aku marah pada
kucing bodoh itu. Pokoknya, lututku sakit, tapi aku masih bisa
berjalan.”
“Tidak mungkin kau bisa bertanding hari Jumat nanti, Marty,” kata
Barry, mengamati keadaanku.
“Yeah,” kata Barry “Sebaiknya kau sudah siap minggu depan. Ingat
beasiswamu.”
“Aku bahkan tidak tahu apakah akan memenangkan beasiswa itu atau
tidak!” seruku.
Tidak ada yang mengatakan apa-apa selama waktu yang terasa lama.
17 | CAT – Ratu-buku.blogspot.com
“Rasanya kau pernah memberitahuku bahwa kau sudah mendapatkan
beasiswa itu,” kata Riki.
“Well, kalian tahu aku, kan,” kataku memulai. “Kurasa aku agak
terhanyut. Kudengar dari universitas bahwa aku mendapat
kemungkinan kedua. Kurasa aku sudah terburu-buru
menyimpulkan.”
18 | CAT – Ratu-buku.blogspot.com
Aku tahu Riki hanya berusaha bersikap manis, tapi aku tetap saja
merasa lebih baik. “Trims, Riki,” jawabku.
Aku berbalik kepada yang lain. “Ayo pergi dari sini.” “Aaaah!” jeritku
begitu mulai melangkah. “Wow—sakitnya.
“Aku tahu kalian tidak bisa menang tanpa diriku,” kataku bergurau.
Bahkan dari jarak yang cukup jauh, bisa kulihat mata hijaunya
melotot ke arahku.
19 | CAT – Ratu-buku.blogspot.com
4
“JANGAN lagi!” seru Gayle.
“Hei, sudahlah!” seru Gayle. “Itu cuma kucing. Marty, ayolah! Kau
bahkan tidak melihat kau lari ke mana!”
20 | CAT – Ratu-buku.blogspot.com
Penampungan Hewan Shadyside. “Kemari, pus, pus, pus,” panggil
Dwayne.
Riki menjerit.
22 | CAT – Ratu-buku.blogspot.com
5
GAYLE menatapku dari bawah. Pandangannya penuh kemurkaan.
“Kau benar-benar kejam,” jeritnya.
“Kucing itu!” jerit Riki. “Kau melemparkan kucing itu dari panggung
penonton!”
“Hei, guys,” kata Dwayne dari lantai gimnasium. “Kalian mau setup
kucing?”
23 | CAT – Ratu-buku.blogspot.com
Barry tertawa.
“Well, aku cantik dan peka,” kata Dwayne sambil meringis. Wajah
Gayle memerah karena murka. Riki berdiri diam, sambil
menggeleng-geleng.
“Aku tahu apa yang sudah terjadi, Marty,” kata Gayle. “Jangan coba
mengatakan aku tidak melihatnya. Aku berdiri tepat di sini. Aku
tidak bodoh, kau tahu.”
24 | CAT – Ratu-buku.blogspot.com
itu sama seperti membunuh Teddy, anjingku sendiri. Tidak mungkin
aku akan menyakiti hewan.” Dwayne mengacungkan kucing itu.
Aku berpaling pada Riki. “Bantu aku, Riki,” pintaku. “Kau tahu aku
tidak akan membunuh hewan. Ya, aku memang marah. Ya, aku
mengejar kucing itu. Ya, aku ingin menyingkirkannya. Tapi bukan
dengan membunuhnya!”
“Riki?” pintaku.
25 | CAT – Ratu-buku.blogspot.com
“Oke. Baik,” kataku tergagap. “Terserahlah. Kau dan Gayle mau
bilang apa, silakan saja! Aku pergi! Aku harus menyembuhkan lutut
ini agar bisa main basket minggu depan!”
Kuhapus darah dari keningku. Tidak satu pun dari kedua gadis
tersebut tampak bersimpati.
“Hei, aku menyesal hewan itu mati, tapi aku tidak membunuhnya,”
kataku bersikeras.
“Well?” desakku.
“Aku sudah muak bicara denganmu,” sela Gayle. “Kau bukan cowok
seperti yang kukira semula, Marty. Kau tidak akan lolos dari
kesalahanmu ini.” Sejenak Gayle memelototiku dengan dingin, lalu
berbalik dan berderap keluar, dengan Riki di sampingnya.
Tentu saja, siang itu aku tidak tahu betapa jengkelnya Gayle. Dan
aku tidak mungkin bisa mengetahui bahwa kematian kucing
gelandangan itu baru merupakan kematian pertama.
Yang lain-lain akan mati sebelum tahun pelajaran kali ini berakhir.
27 | CAT – Ratu-buku.blogspot.com
6
AKU tiba di sekolah hari Rabu pagi dengan tekad bulat untuk
berbicara dengan Gayle. Gayle selama ini merupakan teman yang
baik. Pendapatnya penting bagiku.
28 | CAT – Ratu-buku.blogspot.com
“Lydia?” ulangku. “Aku menyapamu.”
Kami berdua terlambat, jadi aku tidak berani mengejarnya. Lagi pula,
pada saat ini aku sudah menduga apa yang sedang terjadi.
Gayle.
Jelas Gayle telah memberitahu beberapa teman kami. Tapi apa yang
diberitahukannya?
Dan siapa yang akan diberitahu Gayle setelah ini? Apa ia akan
menulis tentang kejadian ini dalam koran sekolah?
Bel berdering tepat pada saat aku masuk ke dalam. Sebagian besar
murid lainnya masih berdiri sambil bercakap-cakap.
Hari ini baru benar-benar dimulai setelah guru kelas kami, Mrs.
Howe, memerintahkan kami untuk duduk dan diam.
29 | CAT – Ratu-buku.blogspot.com
“Kau terlambat, Marty,” tegur Mrs. Howe dengan ketus. Aku benar-
benar terkejut. “Maaf, Mrs. Howe,” kataku.
Hebat, pikirku. Aku tidak akan pernah bisa berkencan dengan gadis
dari SMA Shadyside lagi!
“Oke, oke,” kata Barry menyetujui. “Kau benar, Marty. Gayle sudah
keterlaluan. Tapi apa yang bisa kita lakukan untuk mengatasinya?”
“Hei, Marty, apa kau tahu bahwa Gayle adalah presiden Klub Hak-
Hak Hewan?” tanya Barry.
“Aku baru tahu tadi pagi,” kataku menggerutu. “Dia mungkin juga
satu-satunya anggota. Sekarang berani taruhan dia sudah merekrut
separuh sekolah.”
31 | CAT – Ratu-buku.blogspot.com
Sesudah makan siang, aku menuju kelas. Kulihat segerombolan anak
berkumpul di depan salah satu papan pengumuman di luar kantor
pembimbing.
Aku merasa begitu malu, hingga tidak mengatakan apa pun untuk
membela diri. Aku hanya berbalik dan melangkah pergi.
Ia tidak mengacuhkannya.
“Kau mau apa di dalam tadi?” tuntut Riki. “Apa keadaannya belum
cukup buruk tanpa dibantu tindakanmu yang seperti orang bodoh
itu?”
“Kalau kau menutup mulut, mungkin kau bisa bermain basket lagi
minggu depan. Kau tampaknya sudah bisa berjalan dengan baik,”
katanya, mengamatiku dan mengubah topik pembicaraan.
34 | CAT – Ratu-buku.blogspot.com
“Ayolah, Riki. Apa kau tidak bisa bicara pada Gayle untukku? Aku
tahu kau dan aku bukan teman terbaik, tapi kaulihat apa yang
dilakukannya padaku.”
Karena darah.
35 | CAT – Ratu-buku.blogspot.com
7
“MARTY, kau berdarah!” jerit Riki.
“Nanti kita bicara lagi,” kataku padanya. Aku pergi ke kamar kecil
tanpa menunggu jawaban. Kusiramkan air ke wajahku, lalu
mengeringkannya dengan tisu. Kusambar tisu baru dan
menyentuhkannya dengan lembut ke keningku.
36 | CAT – Ratu-buku.blogspot.com
Jangan sampai dia juga terpengaruh, pikirku. “Coach, kalau ini
tentang kucing itu...”
37 | CAT – Ratu-buku.blogspot.com
Aku memikirkan beasiswa akademiku. Aku melihatnya terbang ke
luar jendela. Aku tiba-tiba merasa mual.
“Apa maksud Anda, Coach?” tanyaku dengan gugup. “Anda mau aku
mengundurkan diri dari regu?”
“Mereka akan bersikap adil,” jawab Coach Griffin pelan. Tapi aku
tahu mereka tidak akan bersikap adil. Aku tahu aku akan hancur.
38 | CAT – Ratu-buku.blogspot.com
8
SIDANG MURID mengadakan pertemuan di gimnasium keesokan
harinya, sewaktu makan siang.
39 | CAT – Ratu-buku.blogspot.com
Aku penasaran, apakah semua orang bisa melihat betapa tegangnya
diriku.
Aku selalu menganggap Sidang Murid ini sebagai lelucon. Tapi tiba-
tiba aku harus menganggapnya sangat serius.
Sesudah itu, Mrs. Howe meminta Gayle maju ke depan. Aku berhenti
mendengarkan. Paling tidak, kucoba untuk tidak mendengarkan.
Tapi setelah semenit, aku tidak tahan lagi.
“Tapi aku...”
“Oke,” gumamku.
41 | CAT – Ratu-buku.blogspot.com
Bisikan-bisikan dan napas tersentak memenuhi auditorium. “Well,
ya. Ya. Kurasa aku memang pernah mengatakannya. Tapi... tapi yang
kumaksudkan adalah...”
42 | CAT – Ratu-buku.blogspot.com
Mrs. Howe membungkuk di atas mejanya. “Martin, karena kau
diputuskan bersalah atas kekejaman, kau harus melakukan layanan
masyarakat selama tiga puluh jam di Tempat Penampungan Hewan
Shadyside. Hukumanmu akan dimulai minggu ini.”
Dengan belajar dan bermain basket, aku tidak bakal punya waktu
luang semenit pun selama berminggu-minggu!
43 | CAT – Ratu-buku.blogspot.com
9
“KUCINGNYA—kucingnya di sana!” kataku dengan suara tercekik.
®LoveReads
Siang itu aku membawa buku sejarahku sewaktu berlatih. Aku duduk
di tepi lapangan, membaca tugasku. Ujian akhir sudah semakin
dekat. Kurasa sebaiknya aku belajar mulai sekarang. Sebagaimana
biasa, ada beberapa gadis yang tengah duduk di panggung penonton
44 | CAT – Ratu-buku.blogspot.com
di belakangku, mengawasi latihan. Salah satunya adalah Jessica
Wells. Ia turun dan duduk di sampingku. Ia sangat manis, dengan
mata hijau cemerlang yang selalu berkilau-kilau, senyum memesona,
dan rambut cokelat lurus. “Hei.”
“Hei.”
Aku tertawa, begitu pula Jessica. Bagus. Lalu aku melihat Riki. Ia
berdiri di dekat pintu ganda gimnasium yang terbuka, memelototi
diriku dan Jessica. “Hei!” panggilku pada Riki. Aku tersenyum dan
melambai memanggilnya, sebagaimana yang biasa kulakukan pada
temanku yang mana pun.
45 | CAT – Ratu-buku.blogspot.com
“Hai, Riki!” panggil Jessica. Riki berbalik dan berderap keluar dari
gimnasium. Punggungnya tampak kaku karena marah.
“Agak,” jawabku.
“Dengar, Marty, aku ingin kau tahu bahwa tindakanmu hari ini
sudah benar, membela diri seperti itu. Sidang Murid menjadikanmu
teladan.”
47 | CAT – Ratu-buku.blogspot.com
“Aku akan baik-baik saja, Coach,” kataku berjanji. “Lagi pula, aku
sudah memikirkannya. Aku memang tidak membunuh kucing itu,
tapi mungkin aku agak kejam terhadapnya. Sudah seharusnya
kuterima hukuman itu dan melakukan kerja tiga puluh jam penuh.”
Setelah sejarah terasa tidak masuk akal lagi bagiku, kucoba belajar
trigonometri.
Aku juga banyak memikirkan Gayle dan Riki, dan kucing bodoh
yang malang itu.
48 | CAT – Ratu-buku.blogspot.com
Apa aku hanya mengada-ada?
“Halo?” Sunyi.
49 | CAT – Ratu-buku.blogspot.com
11
“ADA apa denganmu, Riki?” tanyaku dengan marah. “Ada apa
denganmu?” balas Riki.
“Aku bukan menelepon tentang kucing!” kata Riki. “Aku tahu apa
yang sudah kaulakukan, jerk! “
50 | CAT – Ratu-buku.blogspot.com
“Kudengar kau juga tertarik pada Kit Morrissey.”
“Kau tahu, Riki?” kataku. “Kau benar. Aku keluar bersama Lisa
malam itu. Kami tidak bersenang-senang, tapi kau tidak peduli
tentang itu. Aku berbohong padamu karena kurasa lebih baik begitu
daripada menyakiti perasaanmu.”
“Sejak dulu pun kau selalu keliru!” teriaknya begitu keras, hingga aku
terpaksa menjauhkan telepon dari telingaku.
“Oh, kau benar-benar cowok yang peka, Marty, tidak ingin menyakiti
perasaanku,” jeritnya. “Kalau kau tidak ingin menyakiti perasaanku,
51 | CAT – Ratu-buku.blogspot.com
kau seharusnya tidak membohongiku sejak awal! Aku benci padamu.
Aku benar-benar benci padamu!”
“Terserah,” jawabku.
®LoveReads
Aku tidak lagi tertarik untuk berdebat dengan siapa pun tentang
kucing yang telah mati itu.
Pada akhir hari itu, aku sudah merasa jauh lebih baik. Lututku yang
sakit masih terasa berdenyut-denyut, tapi suasana hatiku sudah baik.
Mungkin seluruh kejadian mengerikan itu sudah benar-benar
berlalu.
52 | CAT – Ratu-buku.blogspot.com
berlari-lari melewati diriku, banyak di antaranya yang menepuk
bahuku atau melontarkan ibu jari ke arahku.
53 | CAT – Ratu-buku.blogspot.com
Ia angkat bahu. “Mungkin Gayle.”
“Aku tidak tahu apa yang kulihat itu kucing yang sama,” tambahku.
“Tapi tampaknya mirip sekali. Entahlah. Aku cuma ingin masalah
kucing bodoh ini berlalu.”
Aku tersenyum.
54 | CAT – Ratu-buku.blogspot.com
“Agak,” kataku mengakui. “Aku heran melihat cepatnya isu
menyebar di sekolah ini.”
®LoveReads
“Hah?”
55 | CAT – Ratu-buku.blogspot.com
Aku tidak bisa melihat mereka, tapi dalam kegelapan di luar sana,
dua ekor kucing tengah berkelahi. Jeritan-jeritan mereka terdengar
mengerikan—dan sangat dekat dengan rumah.
Lalu ada yang mencakar-cakar jendela lagi. Apa pun yang ada di
luar, tengah berusaha masuk.
56 | CAT – Ratu-buku.blogspot.com
12
“HEI!” jeritku.
57 | CAT – Ratu-buku.blogspot.com
“Well,” jawabku, “aku lebih menyukainya daripada kemeja biru
bergambar flamingo birumu.”
“Itu bukan kemeja Hawaii,” tambah Barry. “Itu kemeja putih. Ada
yang memuntahi pakaiannya.” Barry dan aku tertawa.
“Nah, Marty,” kata Barry dengan mulut penuh piza, “apa yang terjadi
kemarin di Sidang Murid? Maksudku, kau lepas kendali.”
“Kucing, Marty. Kucing itu. Halo? Katamu kau melihat kucing yang
sudah mati itu di bawah panggung penonton,” Barry mengingatkan.
Tapi aku tidak perlu diingatkan. Kutatap Dwayne, tapi ia tidak mau
membalas pandanganku.
58 | CAT – Ratu-buku.blogspot.com
“Aku memang melihat kucing itu,” kataku bersikeras. “Aku tahu apa
yang kulihat. Kucing itu ada di sana dan menatapku.”
“Benar,” jawabku.
Aku tahu ini kedengarannya sinting. Tapi kedua orang ini teman
terbaikku. Kalau aku tidak bisa mengatakan yang sebenarnya pada
mereka, pada siapa lagi aku bisa bercerita?
59 | CAT – Ratu-buku.blogspot.com
Satu blok sebelum kami tiba di jalanku, aku berbelok ke kiri. “Kau
mau ke mana?” tanya Dwayne. “Tidak bisa menemukan rumahmu
sendiri dalam gelap?”
60 | CAT – Ratu-buku.blogspot.com
Kami bergegas menyeberangi halaman belakang. Dan tiba di sebuah
jalan setapak sempit yang membentang menembus hutan,
menghubungkan halaman rumahku dengan halaman rumah mereka.
“Tolong!” teriaknya.
61 | CAT – Ratu-buku.blogspot.com
13
“SINGKIRKAN makhluk ini!” jerit Barry. “Singkirkan!”
Seekor kucing!
“Ada apa, Marty?” tanyanya. “Apa tadi itu kucing yang sama?”
62 | CAT – Ratu-buku.blogspot.com
“Tidak mungkin, man,” sela Dwayne. “Kucing yang itu sudah mati,
ingat?”
“Bukan,” jawabku mantap. “Kucing itu sudah mati, Barry. Kucing itu
sudah mati.”
®LoveReads
Mudah sekali.
Kuambil sapu dan berbalik untuk keluar dari ruang kandang. Tapi
sebuah debuman tajam menyebabkan aku berputar balik. “Siapa itu?”
tanyaku. “Ada orang di belakang?”
64 | CAT – Ratu-buku.blogspot.com
Kulihat sebuah lampu kecil berkilas melintasi kamar yang gelap.
Semakin keras.
65 | CAT – Ratu-buku.blogspot.com
14
“HENTIKAN! Hentikan!” jeritku.
Cepat! Ada yang tidak beres! Ada yang sangat tidak beres!”
“Tapi, Marty...,” katanya memprotes. “Aku baru saja tiba. Ada apa?”
66 | CAT – Ratu-buku.blogspot.com
Sekitar sepuluh menit kemudian, kulihat sorotan lampu depan mobil
di jendela kantor. Mobil Carolyn bergulir memasuki tempat parkir.
®LoveReads
67 | CAT – Ratu-buku.blogspot.com
“Lebih buruk bagaimana?” Ia memikirkannya. “Entahlah,” katanya
akhirnya. Kami semua tertawa. Tapi tawaku tawa terpaksa.
“Eh,” kataku tergagap, “kau tidak masuk dua hari ini ya?” “Aku sakit.
Flu atau semacam itulah,” kata Kit. “Sekarang sudah lebih baik.”
“Eh, kau mau es krim atau apa di The Corner sepulang sekolah?”
tanyaku.
68 | CAT – Ratu-buku.blogspot.com
Kit memiringkan kepalanya sambil berpikir, lalu mengangguk.
®LoveReads
Seekor kucing belang melesat dari ruang duduk. Dua ekor anak
kucing putih dengan bulu-bulu kaku berderap di lorong dari dapur.
70 | CAT – Ratu-buku.blogspot.com
15
“SINGKIRKAN mereka!” lolongku.
Ia meringis. “Beberapa.”
71 | CAT – Ratu-buku.blogspot.com
“Aku... aku benar-benar harus pergi,” kataku tergagap. “Kalau aku
tidak berhasil mendapatkan nilai bagus dalam ulangan
matematika....”
®LoveReads
72 | CAT – Ratu-buku.blogspot.com
“Kau yakin ini gagasan bagus?” bisik Barry. “Kita bisa mendapat
kesulitan besar.”
“Yang benar saja,” sergah Dwayne. “Ini akan dicatat dalam sejarah
sebagai lelucon paling hebat yang pernah dilakukan di SMA
Shadyside.”
Aku berdiri di balik pintu tertutup ruang kelas tempat Klub Hak-hak
Hewan tengah berkumpul. Bisa kudengar suara Gayle berceloteh di
73 | CAT – Ratu-buku.blogspot.com
dalam. Pada suatu saat, kudengar ia menyebut-nyebut namaku.
Keraguan apa pun yang kurasakan akan tindakan kami seketika
menghilang.
Kulihat arlojiku. Pukul tiga lewat tujuh menit. Barry dan Dwayne
akan berada di jendela yang terbuka sekarang ini. Sebentar lagi,
pikirku.
Barry, Dwayne, dan aku telah mencuri selusin tikus putih dari
laboratorium biologi dan menyimpan mereka dalam kotak. Pada
pukul tiga lewat tujuh menit, Dwayne melemparkan mereka melalui
jendela ruang kelas tempat Klub Hak-hak Hewan sedang rapat.
74 | CAT – Ratu-buku.blogspot.com
“Tentu saja tidak,” jawabku. Tapi sulit untuk menahan tawa.
®LoveReads
Ia menjawab ya.
75 | CAT – Ratu-buku.blogspot.com
Lalu ia menciumku! Karena kami sedang duduk di The Corner,
ciumannya hanya sekilas. Selama sedetik aku memikirkan Jessica,
yang telah melambai padaku di lorong pagi itu. Lalu seluruh
pemikiran tentang Jessica menghilang. Hanya Kit Morrissey gadis
yang bisa kupikirkan.
76 | CAT – Ratu-buku.blogspot.com
Saat melirik ke belakang, kulihat sepasang kucing Siam melompat
turun dari sebatang pohon ek. Mereka mendarat di atap
Mendekat.
77 | CAT – Ratu-buku.blogspot.com
16
APA aku bisa mengalahkan mereka? Harus kucoba.
78 | CAT – Ratu-buku.blogspot.com
Terkunci. Tentu saja, pintunya terkunci.
®LoveReads
79 | CAT – Ratu-buku.blogspot.com
Jessica juga bersikap dingin. Ia pasti sudah mendengar tentang
hubunganku dengan Kit. Mungkin dari Riki. Tapi tidak banyak yang
bisa kulakukan untuk mengatasinya. Kuharap Jessica tidak terlalu
sakit hati. Ia tampaknya manis. Aku sangat menyukainya—tapi Kit
sangat memesona.
®LoveReads
Satu-satunya saat aku merasa tidak khawatir akan apa yang sudah
menimpa diriku adalah sewaktu menghabiskan waktu bersama Kit. Ia
menyebabkan segalanya terasa baik-baik saja.
®LoveReads
80 | CAT – Ratu-buku.blogspot.com
Kuangkat tangkai telepon. “Halo?” kataku dengan suara masih
mengantuk. Sunyi.
“Meong.”
“Meeooong.”
81 | CAT – Ratu-buku.blogspot.com
17
MATA pelajaran bahasa Inggris berlangsung tepat sesudah makan
siang di hari Jumat. Itu artinya selama setengah pelajaran aku harus
berjuang agar tetap terjaga, mengantuk karena baru saja makan.
82 | CAT – Ratu-buku.blogspot.com
“Kata yang mana yang tidak kaumengerti, Riki?” jawab Dwayne
kasar. “Kau membuat Marty tidak tenang. Sudah saatnya
menghentikan semua omong kosong tentang kucing itu. Hentikan
tingkahmu! Mengerti? Marty harus memusatkan perhatian untuk
pertandingan basket.”
“Oh, aku mengerti sepenuhnya,” kata Riki sambil mencibir saat aku
melewati mereka. “Kau sekarang mengancamku, bukan? Apa yang
akan kaulakukan kalau aku terus mengganggu Marty?”
Tidak peduli seberapa baik Dwayne sebagai teman, aku tidak ingin ia
membela diriku.
®LoveReads
Kurasa aku belum pernah merasa lebih bahagia atau lebih bergairah
lagi. Kemenangan tersebut memberi kami kesempatan untuk ikut
dalam turnamen negara bagian.
84 | CAT – Ratu-buku.blogspot.com
18
KAMI menyelenggarakan pesta besar-besaran di ruang loker. Lalu
semua orang pulang ke rumah masing-masing, penuh semangat dan
siap berlatih hari Senin besok.
85 | CAT – Ratu-buku.blogspot.com
Kuawasi ia menghilang ke dalam kegelapan.
86 | CAT – Ratu-buku.blogspot.com
Tidak. Aku memicingkan mata lebih keras. Ada sesuatu yang
menempel pada sepatu tersebut. Kaki?
Tapi aku masih bisa melihat bahwa kemeja tersebut kemeja Hawaii.
“Dwayne!”
“Tidaaaaaak,” lolongku.
87 | CAT – Ratu-buku.blogspot.com
19
“KENAPA kau tidak memberitahu polisi bahwa Gayle ada di sana?”
tanya Barry dengan marah sesudah polisi meninggalkan rumahku.
Setelah polisi pergi, Barry dan aku tidak berbicara selama beberapa
menit.
Tidak ada lagi Three Stooges. Tidak ada lagi Tiga Pendekar. Tidak
ada lagi kemeja Hawaii. Tidak ada lagi lelucon konyol.
“Dari mana kau tahu bukan Gayle pelakunya?” kata Barry mendebat.
“Dia orang terakhir yang ada di sana, bukan?”
88 | CAT – Ratu-buku.blogspot.com
“Gayle bukan pembunuh,” kataku. “Kau tahu dia tidak mungkin
membunuh siapa pun.”
“Apa kau tidak pernah menyaksikan berita, man!” teriak Barry. “Itu
yang selalu dikatakan teman-teman dan keluarga pembunuh! 'Oh, dia
tampaknya gadis yang baik!' Salah!”
Barry tahu ada yang tidak beres. Tapi kalau ia kuberitahu bahwa
mungkin seekor kucing yang telah membunuh Dwayne, ia pasti akan
menyebutku sinting.
®LoveReads
89 | CAT – Ratu-buku.blogspot.com
“Tidak ada yang bisa dilakukan siapa pun,” jawabku, suaraku
terdengar serak.
“Hubungi aku kalau kau memang perlu,” kata Kit. “Telepon saja
kalau kau sudah siap—sekalipun hanya untuk bercakap-cakap, oke?”
90 | CAT – Ratu-buku.blogspot.com
“Dia tewas,” gumamnya. “Sulit dipercaya dia sudah tewas. Aku selalu
menyukai Dwayne. Di tahun pertama, dia satu-satunya cowok yang
menyadari keberadaanku. Dia membuatku tertawa begitu sering.
Rasanya aku tidak akan pernah tertawa lagi!”
“Kurasa begitu.”
91 | CAT – Ratu-buku.blogspot.com
20
“YA. Aku memang ada di sana. Dan sekarang aku merasa kematian
Dwayne sebagian merupakan kesalahanku,” kata Gayle dengan suara
tercekik.
“Trims, Gayle,” jawabku. “Aku tidak yakin ada yang bisa dilakukan
siapa pun. Tapi paling tidak kau sudah menjawab pertanyaanku. Aku
tidak akan pernah meragukan dirimu lagi. Aku berjanji.”
®LoveReads
92 | CAT – Ratu-buku.blogspot.com
basket, aku terus membayangkan Dwayne dalam peti matinya.
Kudorong pintu ruang loker hingga terbuka. Seluruh anggota regu
yang lainnya ada di sana.
Tapi aku hanya menatap kain elastis hitam tersebut. “Marty?” tanya
Coach Griffin.
“Aku tidak tahu apakah bisa bermain tanpa dia, Coach,” kataku
berbisik.
“Kalau kau merasa tidak enak untuk bertanding, Marty, kami semua
mengerti,” katanya akhirnya.
“Maaf?” tanyaku.
93 | CAT – Ratu-buku.blogspot.com
Barry duduk di bangku di seberang ruangan, punggungnya
menempel pada sederetan logam kelabu loker. “Aku tidak bisa
mengerti,” ulangnya sambil melotot ke arahku.
Barry dan aku tidak banyak bicara setelah malam kematian Dwayne.
Kurasa kami berdua begitu patah semangat, hingga bertemu pun
rasanya terlalu menyakitkan.
“Aku tidak peduli apakah kita akan menang atau kalah,” kata Barry.
“Tapi Dwayne pasti ingin kita bertanding.”
®LoveReads
“Kau mau belajar bersama malam ini?” tanya Barry padaku di ruang
loker, setelah latihan.
“Oke!”
95 | CAT – Ratu-buku.blogspot.com
Kevin dan aku menerobos pintu keluar belakang.
Saat Kevin dan ayahnya melaju pergi, mereka melewati sebuah mobil
polisi yang datang. Mobil tersebut menyelinap masuk ke tempat
parkir dan mesinnya mati. Petugas di belakang kemudi tidak turun.
Sebaliknya, ia duduk mengawasi tempat parkir. Polisi mengawasi
sekolah setelah latihan dan di malam hari. Jelas sekali, mereka
menduga si pembunuh akan kembali.
“Barry?”
“Tidaaaaak!”
97 | CAT – Ratu-buku.blogspot.com
21
JANTUNGKU berdetak kencang. Aku menatap sosok yang tidak
bergerak di lantai kayu tersebut.
98 | CAT – Ratu-buku.blogspot.com
Jadi, Barry dan Riki berpacaran. Bagus juga menurutku. Barry
memerlukan pacar. Dan aku sudah memperjelas bahwa aku tidak
tertarik pada Riki.
“Uupss!” Riki tertawa kecil. “Kuharap dia tidak marah. Aku... eh... ada
urusan.” Ia tersenyum pada Barry.
“Dengar Barry, aku harus pergi sekarang. Jelas aku sudah terlambat
untuk bekerja,” kataku menjelaskan. “Maaf kalau aku tidak bisa
menunggu.”
®LoveReads
99 | CAT – Ratu-buku.blogspot.com
“Sedang kuatasi,” kataku padanya. “Terkadang sulit bagiku untuk
percaya bahwa Dwayne sudah meninggal. Tak bisa kubayangkan
bagaimana rasanya tidak bisa bertemu lagi dengannya.” Carolyn
menyentuh bahuku. “Berat. Senang kau bisa mengatasinya.”
“Brutus?”
Kuambil sapu dari lemari persediaan dan mulai menyapu. Aku berada
di tengah-tengah ruangan—di lorong antara anjing dan kucing—
sewaktu mendengar sesuatu. Suara menggeser lembut. Langkah
kaki.
“Hei!” teriakku.
Apa mungkin Carolyn benar? Apa benar aku menderita shock? Apa
aku yang sudah melepaskan kucing-kucing itu dari kandang?
“Aku... aku bisa pulang sendiri,” kataku padanya. Aku bangkit berdiri
dengan gemetar. “Aku sungguh menyesal,” gumamku. “Aku... aku
masih harus bekerja di sini lima jam lagi. Kau mau...”
“Aku mau kau kembali kalau kau merasa sudah siap,” katanya.
Aku masih gemetar. Aku tidak ingin pulang. Aku tidak ingin
memberitahu Mom dan Dad akan apa yang sudah terjadi. Tapi aku
harus berbicara dengan seseorang. Jadi, aku menuju rumah Barry.
Aku turun dari mobil—dan terjatuh karena sepeda roda tiga milik
adik lelakinya. “Aowww!” Aku jatuh ke aspal. Kulit tanganku
terkelupas.
Sunyi.
“Aku... aku harus pergi lebih awal,” kataku tergagap. “Ada kejadian
aneh di sana. Dan Carolyn merasa sebaiknya aku pulang dan...”
“Kau tidak apa-apa, Marty?” tanya Riki. “Kau tampak agak... kacau.”
“Silakan,” jawabku.
“Marty,” bisik Mom, menghapus air mata dari pipinya. “Marty, ada
polisi di bawah yang ingin bicara denganmu.”
“Hai,” gumamku.
“Marty? Kau baik-baik saja?” tanya Opsir Martinez. “Kami bisa pergi
dulu dan kembali lagi nanti.” Pertanyaan polisi tersebut
menyentakkan diriku kembali ke kesadaran.
“Ada tetangga yang melihatmu lari keluar dari dalam rumah,” kata
Lambert, tatapannya menusuk mataku. “Kata tetangga itu kau
tampak liar, sangat bersemangat.”
“Maaf,” gumamku. “Aku... aku begitu bingung. Aku tidak tahu harus
mengatakan apa. Kalian tidak benar-benar menganggapku sudah
membunuh Barry, bukan?”
“Dengan begitu, kau punya alibi,” kata partnernya. “Dan juga Riki,”
tambah Martinez.
“Ya,” jawabku.
®LoveReads
Kata Mom, aku harus menemui dan berbicara dengan mereka. Tapi
aku sedang tidak ingin bicara dengan siapa pun.
Aku tetap di kamarku sepanjang pagi, merasa mati. Aku tidak bisa
berpikir. Tidak bisa menangis. Aku tidak bisa melakukan apa-apa
sama sekali.
Tidak lama selewat tengah hari, aku turun ke bawah dan membuat
roti isi. Kugigit sepotong dan tidak mampu menghabiskan sisanya.
“Aku... entahlah. Kurasa aku shock atau semacamnya. Aku tidak bisa
berpikir dengan benar.”
“Di berita dikatakan Barry dicakari hingga tewas,” kata Kit akhirnya.
“Kedengarannya... kedengarannya sungguh sulit dipercaya, Marty.”
Suaranya pecah.
“Kudengar dia...”
“Kita semua harus bersikap baik satu sama lain,” kata Kit. “Mungkin
dengan begitu kita bisa melewati kejadian ini.”
Aku tidak tahu apa yang kulakukan sepanjang sore harinya. Aku
tidak benar-benar ingat.
®LoveReads
Kami membicarakan hal itu lebih jauh. Lalu kami memutuskan untuk
terus mengikuti pertandingan.
“Tidak. Bukan itu yang kami maksudkan,” sela Riki. “Maksud kami...
Dwayne... Barry... kalian semua Tiga Pendekar, bukan?”
Aku mengangguk.
“Dan ada yang membunuh mereka. Dan sekarang masih tersisa satu
orang. Kau.”
“Kau tidak perlu kemari malam ini,” katanya. “Kalau kau ingin
menunggu beberapa minggu lagi...”
Dan aku sangat ingin tetap sibuk. Mati-matian agar benakku tetap
sibuk.
“Kit!” seruku.
“Tidak, tidak akan,” katanya. “Kau akan mati, Marty. Aku akan
merindukanmu. Sungguh. Tapi aku sudah terlalu lama bermain-main
denganmu. Sudah saatnya mengakhirinya.”
Aku tengah menatap Kit. Menatap kucing yang sudah mati itu.
Menatap kucing yang sudah kubunuh.
“Tidak—please!” pintaku.
Pertandingan akan berakhir dua menit lagi, dan kami masih kalah
dua angka.
Penonton mengerang.
-END-