Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN

POST OPERASI HERNIA


DOSEN : Engkartini, M.Kep., Ns.

Disusun Oleh :
IKHSAN KURNIAWAN (108118051)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES AL IRSYAD AL ISLAMIYYAH
CILACAP
2021/2022
HERNIA

A. DEFINISI

Hernia merupakan prostrusi atau penonjolan suatu rongga melalui defek atau
lubang atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen isi
perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeorotik
dinding perut (Nurarif & Kusuma, 2015).
Berikut adalah penjelasan hernia menurut letaknya:
1. Hernia hiatal: kondisi dimana kerongkongan (pipa tenggorokan) tutup, melewati
diafragma melalui celah yang disebut hiatus sehingga sebagian perut menonjol ke
dada.

2. Hernia epigastrik: terjadi diantara pusar dan bagian bawah tulang rusuk di garis
tengah perut. Hernia epigastrik biasanya terdiri dari jaringan lemak dan jarang yang
berisi usus. Terbentuk di bagian dinding perut yang relatif lemah, hernia ini sering
menimbulkan rasa sakit dan tidak dapat didorong kembali ke dalam perut ketika
pertama kali ditemukan.

3. Hernia inguinalis: hernia yang paling umum terjadi dan muncul sebagai tonjolan di
selangkangan atau skrotum. Orang awam biasa menyebutnya “turun bero” atau
“hernia”. Hernia inguinalis terjadi ketika dinding abdomen berkembang sehingga usus
menerobos kebawah melalui celah. Jika anda merasa ada benjolan dibawah perut yang
lembut, kecil, dan mungkin sedikit nyeri dan bengkak, anda mungkin terkena hernia
ini. Hernia tipe ini lebih sering terjadi pada laki-laki daripada perempuan.

4. Hernia femoralis: muncul sebagai tonjolan di pangkal paha. Tipe ini lebih sering
terjadi pada wanita dibandingkan pada pria.

5. Hernia insisional: dapat terjadi melalui luka pasca operasi perut. Hernia ini muncul
sebagai tonjolan di sekitar pusar yang terjadi ketika otot sekitar pusar tidak menutup
sepenuhnya.
6. Hernia nukleus pulposi (HNP): hernia yang melibatkan cakram tulang belakang. Di
antara setiap tulang belakang ada diskus intervertebralis yang menyerap guncangan
cakram dan meningkatkan elastisitas dan mortilitas tulang belakang. Karena aktivitas
dan usia, terjadi hernia diskus intervertebralis yang menyebabkan saraf terjepit
(sciastica). HNP umumnya terjadi di punggung bawah pada tiga vertebra lumbar
bawah.
Sedangkan menurut sifatnya, hernia dibagi menjadi:
(Sherwinter, 2009)
1. Hernia reponibel: yaitu isi hernia masih dapat dikembalikan ke kavum abdominalis
lagi tanpa operasi.
2. Hernia ireponibel: yaitu isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan ke dalam
rongga.
3.Hernia akreta: yaitu perlengketan isi kantong pada peritonium kantong hernia.
4. Hernia inkarserata: yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia

B. ETIOLOGI

Hernia dapat di sebabkan oleh beberapa hal, di antaranya adalah sebagai berikut :
1. Congenital
Resiko lebih besar jika ada keluarga terdekat yang pernah terkena hernia.
2. Umur
Penyakit ini dapat diderita oleh semua kalangan tua, muda, pria maupun
wanita. Pada Pasien – pasien penyakit ini disebabkan karena kurang sempurnanya
procesus vaginalis untuk menutup seiring dengan turunnya testis. Pada orang
dewasa khususnya yang telah berusia lanjut disebabkan oleh melemahnya jaringan
penyangga usus atau karena adanya penyakit yang menyebabkan peningkatan
tekanan dalam rongga perut (Giri Made Kusala, 2009).
3. Obesitas
Berat badan yang berlebih menyebabkan tekanan berlebih pada tubuh,
termasuk di bagian perut. Ini bisa menjadi salah satu pencetus hernia. Peningkatan
tekanan tersebut dapat menjadi pencetus terjadinya prostrusi atau penonjolan
organ melalui dinding organ yang lemah.
4. Ibu hamil
Kehamilan dapat melemahkan otot di sekitar perut sekaligus memberi tekanan
lebih di bagian perut. Kondisi ini juga dapat menjadi pencetus terjadinya hernia.
5. Pengangkatan beban berat
Beberapa jenis pekerjaan yang membutuhkan daya fisik dapat menyebabkan
terjadinya hernia. Contohnya, pekerjaan buruh angkat barang. Aktivitas yang berat dapat
mengakibatkan peningkatan tekanan yang terus-menerus pada otot-otot abdomen.
Peningkatan tekanan tersebut dapat menjadi pencetus terjadinya prostrusi atau
penonjolan organ melalui dinding organ yang lemah.

C. MANIFESTASI KLINIS

Pada umumnya keluhan orang dewasa berupa benjolan di linguinalis yang timbul
pada waktu mengedan, batuk atau mengangkat beban berat dan menghilang pada
waktu istirahat berbaring.Pada inspeksi perhatikan keadaan simetris pada kedua
inguinalis, skrotum, atau labia dalam posisi berdiri dan berbaring.Pasien diminta
mengedan atau batuk sehingga adanya benjolan atau keadaan simetris dapat
dilihat.Palpasi dilakukan dalam keadaan ada benjolan hernia, diraba konsistensinya,
dan dicoba mendorong apakah benjolan dapat direposisi. Setelah benjolan dapat
direposisi dengan jari telunjuk, kadang cincin hernia dapat diraba berupa annulus
inguinalis yang melebar (wong, 2008) Tanda dan gejala menurut Rudi Haryono
(2012) antara lain :

a. Tampak benjolan dilipatan paha


b. Bila isinya terjepit akan menimbulkan perasaan sakit ditempat itu disertai
perasaan mual.
c. Bila terjadi hernia inguinalis strangulate perasaan sakit akan bertambah hebat
disertai kulit diatasnya menjadi merah dan panas
d. Hernia femolaris kecil mungkin berisi dinding kandung kencing sehingga
menimbulkan gejala sakit kencing (disuria) disertai hematuria (kencing darah),
benjolan dibawah sela paha.
e. Hernia diafragmatika menimbulkan perasaan sakit didaerah perut disertai sesak
nafas.

D. PATOFISIOLOGI
Hernia terdiri dari 3 unsur yaitu kantong hernia yang terdiri dari peritonium, isi hernia
yang biasanya terdiri dari usus, omentum, kadang berisi organ intraperitonial lain atau
organ ekstraperitonial seperti ovarium, apendiks divertikel dan bulu-bulu. Unsur terakhir
adalah struktur yang menutupi kantong hernia yang dapat berupa kulit (skrotum)
umbilikus atau organ-organ lain misalnya paru dan sebagainya. Biasanya hernia pada
orang dewasa ini terjadi karena usia lanjut, karena pada umur tua otot dinding rongga
perut melemah. Sejalan dengan bertambahnya umur, organ dan jaringan tubuh
mengalami proses degenerasi. Pada orang dewasa kanalis tersebut telah menutup. Namun
karena daerah ini merupakan locus minoris resistance, maka pada keadaan yang
menyebabkan tekanan intraabdominal meningkat seperti batuk kronik, bersin yang kuat,
mengejan dan mengangkat barang-barang yang berat. Kanal yang sudah tertutup dapat
terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis karena terdorongnya sesuatu
jaringan tubuh dan keluar melalui defek tersebut (Deden Dermwan & Tutik
Rahayuningsih, 2010).
Potensial komplikasi terjadi pelengketan antara inti hernia dengan dinding kantong
hernia sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali. Terjadi penekanan terhadap
cincin hernia, akibat semakin banyaknya usus yang masuk, cincin hernia menjadi sempit
dan menimbulkan perut kembung , muntah, konstipasi. Bila inkarserata dibiarkan, akan
menimbulkan edema sehingga terjadi penekanan pembuluh darah dan terjadi nekrosis.
Komplikasi hernia tergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia. Antara lain
obstruksi usus sederhana hingga perforasi usus yang akhirnya dapat menimbulkan abses
local, peritonitis (Jitiwoyono Dan Kristiyanasari, 2010)

E. PATHWAY
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang pada hernia inguinalis menurut Nurarif (2015) antara lain :
a. Hitungan darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukkan hemokonsentrasi
atau peningkatan hematokrit, peningkatan sel darah putih dan ketidak seimbangan
elektrolit pada hernia.
b. Sinar X abdomen dapat menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam usus atau
obstruksi usus.

G. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan medis antara lain : (Sjamsulhidayat R,2011)
a. Terapi umum
Terapi konservatif sambil menunggu proses penyembuhan melalui proses selama
dapat dilakukan pada hernia umbilikalis pada anak usia dibawah 2 tahun. Terapi
konservatif berupa alat penyangga dapat dipakai sebagai pengelolaan sementara,
misalnya adalah pemakaian korslet pada hernia ventralis sedangkan pada hernia
inguinalpemakaian tidak dilanjutkan karena selalu tidak dapat menyebuhkan alat ini
dapat melemahkan otot dinding perut.
b. Reposisi
Tindakan memasukkan kembali isi hernia ketempatnya semula secara hati-hati dengan
tindakan yang lembut tetapi pasti.Tindakan ini di hanya dapat di lakukan pada hernia
repobilis dengan menggunakan kedua tangan. Tangan yang satu melebarkan leher
hernia sedangkan tangan yang lain memasukkan isi hernia melalui leher hernia tadi.
Tindakan ini terkadang dilakukan pada hernia irrepobilis apabila pasien takut oprasi,
yaitu dengan cara : bagian hernia di kompres dingin, penderita di beri penenang
valium 10 mg agar tidur, pasien di posisikan trandelenbrerg. Jika posisi tidak
berhasiljangan dipaksa, segera lakukan oprasi.
c. Suntikan
Setelah reposisi berhasil suntikan zat yang bersifat sklerotok untuk memperkecil pintu
hernia.
d. Sabuk hernia
Digunakan pada pasien yang menolak oprasi dan pintu hernia relative kecil.
e. Tindakan oprasi yang merupakan satu-satunya yang rasional
f. Hernioplastik endoscopy

Untuk pengobatan pada hernia inguinalis, antara lain :


a. Pengobatan konservatif
Terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian penyangga atau penunjang
untuk mempertahankan isi hernia inguinalis. Reposisi tidak dilakukan pada hernia
strangulate, kecuali pada pasien anak-anak. Reposisi dilakukan secara bimanual,
tangan kiri memegang isi hernia membentuk cocor sedangkan tangan kanan
mendorongnya ke arah cincin hernia dengan tekanan lambat tapi menetap sampai
terjadi reposisi.Dilakukan dengan menidurkan pasien dengan pemberian sodatif dan
kompres es diatas hernia.Bila reposisi ini berhasil pasien disiapkan untuk oprasi besok
harinya.Jika reposisi hernia tidak berhasil, dalam waktu enam jam harus dilakukan
oprasi segera.
b. Pengobatan operatif
Merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis yang rasional.Indikasi operatif
sudah ada begitu diagnosis ditegakkan. Prinsip dasar operasi hernia terdiri dari
herniatomy dan herniaraphy
c. Herniotomy
Dilakukan pembedahan kantong hernia sampai kelehernya.Kantong dibuka dan isi
hernia di bebaskan kalau ada perlengketan, kemudian reposisi, kantong hernia dijahit,
ikat setinggi mungkin lalu potong.
d. Hernioraphy
Dilakukan tindakan kecil annulus inguinalis internus dan memperkuat dinding
belakang kanalis inguinalis.

H. KOMPLIKASI

Komplikasi glaukoma pada umumya adalah kebutaan total akibat tekanan bola
mata memberikan gangguan fungsi lanjut. Kondisi mata pada kebutan yaitu kornea
terlihat keruh, bilik mata dangkal, pupil atropi dengan ekskavasi (penggaungan)
glaukomatosa, mata keras seperti batu dan dengan rasa sakit. Mata dengan kebutaan
mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah sehingga menimbulkan penyulit berupa
neovaskularisasi pada iris yang dapat menyebabkan rasa sakit yang hebat. Pengobatan
kebutaan ini dapat dilakukan dengan memberikan sinar beta pada badan siliar
untukmenekan fungsi badan siliar, alcohol retrobulbar atau melakukan pengangkatan
bola mata karena mata sudah tidak bisa berfungsi dan memberikan rasa sakit.
DATA Diagnosa keperawatan NOC NIC
Kode Diagnosis Kode Outcome Kode Intervensi
Data pendukung masalah kesehatan : Glaukoma
DS : D.00155 Risiko jatuh berhubungan 1909 NOC:Perilaku pencegahan 6490 NIC : Pencegahan Jatuh
- Pasien mengatakan dengan Gangguan visual : jatuhSetelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi perilaku dan
pandangan kabur Glaukoma selama 1x24 jam, diharapkan faktor yang mempengaruhi
- Pasien mengatakan masalah risiko jatuh dapat teratasi risko jatuh
sulit untuk melihat dengan kriteria hasil : 2. Dukung pasien untuk
pandangan kanan dan Indikator IR ER menggunakan tongkat
kiri 3. Ajarkan anggota keluarga
Menggunakan 3 5
- Pasien mengatakan mengenai faktor risiko
pegangan tangan
penglihatan sebelah yang berkontribusi adanya
seperti yang
kiri lemah kejadian jatuh dan
diperlukan
- Pasien mengatakan bagaimana keluarga bisa
Gula darah terakhir Menggunakan alat 3 5
menurunkan risiko ini
160 mg/dl bantu dengan benar
DO : Menggunakan 3 5
- Pasien terlihat tidak perangkat koreksi
fokus pandangan penglihatan
- TD : 144/83 mmHg Keterangan :
- RR : 23x/mnt 1. Tidak pernah menunjukan
Nadi : 90x/menit 2. Jarang menunjukan
3. Kadang-kadang menunjukan
4. Sering menunjukan
5. Secara konsisten menunjukan
DS : D.00214 Hambatan rasa nyaman 1608 NOC:Kontrol Gejala 6040 NIC: Terapi Relaksasi
- Pasien mengatakan b.d gejala terkait penyakit Setelah dilakukan tindakan selama 1. Gambarkan relaksasi nafas
kadang merasakan 1x24 jam, diharapkan masalah dalam dan manfaat dari
pusing risiko jatuh dapat teratasi dengan relaksasi tersebut
- Pasien mengatakan kriteria hasil : 2. Dorong klien untuk
pusing cenat cenut di mengambil posisi yang
bagian kepala Indikator IR ER nyaman dengan mata
- Pasien mengatakan tertutup
Memantau 3 5
memiliki riwayat 3. Minta klien untuk rileks
munculnya gejala
hipertensi dan merasakan sensasi
DO : Melakukan 3 5
yang terjadi
Pasien mengonsumi obat tindakan
4. Dorong kontrol untuk
antihipertensi pencegahan
relaksasi mandiri
Memantau 3 5
keparahan gejala
Keterangan :
1. Tidak pernah menunjukan
2. Jarang menunjukan
3. Kadang kadang menunjukan
4. Sering menunjukan
5. Secara konsisten menunjukan
DAFTAR PUSTAKA

Buku Asuhan Keperawatan NANDA NIC NOC Jilid 2 Tahun 2015


http://www.alodokter.com/glaukoma
https://id.m.wikipedia.org/wiki/glaukoma
http://www.academia.edu/10981656/askep_glaukoma

Anda mungkin juga menyukai