Anda di halaman 1dari 1

Apakah makna dari menjadi dewasa?

Kali ini aku terpaku pada layar laptop yang layarnya rusak setengah. Masih bisa dilihat jelas hanya
saja semakin lama akan membuatmatamu sakit.

Malam ini adalah sabtu malam tanggal 16 januari di tahun 2021. Setelah bepergian sendiri ke kafe
favorite, meminum segelar ice cappucino di ujung ruangan lalu berpindah ke tempat merenung
paling random di pinggir sungai tadi sore, sekarang aku di rumah di depan layar laptop yang
setengahnya rusak dan sudah kuceritakan lagi.

Ditelingaku terpasang headset bluetooth yang memutar deretan lagu discover weekly di spotify.
Isinya sendu semua, yaa bisa kau anggap warna abu-abu jika diibaratkan sebagai warna. Dan saat ini
juga terputar banyak tanya di kepalaku. Perihal banyak hal saat umurmu sudah 25 tahun, dan kurang
dari sebulan lagi menginjak 26 tahun.

Tapi persetan dengan angka itu, saat kau masih bertanya tentang bagaimana menjadi dewasa.
Tentang keterkejutanmu akan banyak hal yang perlahan menghilang. Tentang rasa khawatirmu
dengan apa yang terjadi kedepan. Tentang rasa bersalahmu akan dirimu sendiri di masa lalu.
Tentang banyak hal yang kau lepaskan. Tentang segelintir fikiran kotor nan jahat yang seakan
membuatmu lebih baik waktu berhenti dibanding terus berjalan. Tentang kesia-siaan yang
menyebalkan. Sunguh memuakkan.

Bahkan saat ini aku terkejut dengan lancarnya aku menulis semua ini di pukul 19.53 WIB. Padahal
bukan tengah malam, bukan saatnya segala overthinking muncul ke permukaan.

Sedari awal tahun, ah bahkan akhtir tahun 2020 semua pertanyaan berkecamuk dikepala, tentang
apun itu. Rasanya pasang surut, kadang menenggelamkan, kadang mengambang tidak karuan di
permukaan. Ini berlebihan memang, untuk manusia normal. Karna aku tidak mengerti batas pasti
antara normal dan tidak. Sehingga ini wajar bagiku.

Jadi inti tulisan ini apa? Jangan tanyakan padaku, karna seberapa kali pun kau bertanya ku tetap
tidak tahu jawabannya.

Anda mungkin juga menyukai