Anda di halaman 1dari 4

KHUTBAH AKHIR TAHUN: MUHASABAH 6 SIFAT

YANG DIBENCI ALLAH

.‫ َو َخ َذ َل َم ْن َشا َء ِم ْن َخ ْلقِ ِه بِ َم ِش ْيئَتِ ِه َو َع ْدلِ ِه‬،‫ق َم ْن َشا َء ِم ْن َخ ْلقِ ِه بِفَضْ لِ ِه َو َك َر ِم ِه‬


َ َّ‫هلِل ِ الَّ ِذيْ َوف‬ ‫اَ ْل َح ْم ُد‬
‫ َواَل َح َّد َواَل جُثَّةَ َواَل‬،ُ‫ َواَل َشبِ ْيهَ َواَل ِم ْث َل َواَل نِ َّد لَه‬،ُ‫ك لَه‬ َ ‫َوأَ ْشهَ ُد أَ ْن اَل إِ ٰلهَ إِاَّل هللاُ َوحْ َدهُ اَل َش ِر ْي‬
ُ‫صفِيُّه‬ َ ‫ َوأَ ْشهَ ُد أَ َّن َسيِّ َدنَا َو َحبِ ْيبَنَا َو َع ِظ ْي َمنَا َوقَائِ َدنَا َوقُ َّرةَ أَ ْعيُنِنَا ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرس ُْولُه‬.ُ‫ضا َء لَه‬
َ ‫و‬،ُ َ ‫أَ ْع‬
،ُ‫صحْ بِ ِه َو َم ْن َوااَل ه‬ َ ‫ َو َعلَى آلِ ِه َو‬،ِ‫ار ْك َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ِد ب ِْن َع ْب ِد هللا‬ ِ َ‫ َوب‬ ‫م‬Eْ ِّ‫ص ِّل َو َسل‬ َ ‫ اَللهم‬.ُ‫َو َحبِ ْيبُه‬
ِ ‫ فَإِنِّي أُ ْو‬،‫أَ َّمابَ ْع ُد‬ .ِ‫ َواَل َح ْو َل َواَل قُ َّوةَ إِاَّل بِاهلل‬،‫َو َم ْن تَبِ َعهُ ْم بِإِحْ َسا ٍن إَلَى يَ ْو ِم ْالقِيَا َم ِة‬
‫ص ْي ُك ْم َونَ ْف ِس ْي‬
‫ت‬ْ ‫ ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذي َْن ٰا َمنُوا اتَّقُوا هّٰللا َ َو ْلتَ ْنظُرْ نَ ْفسٌ َّما قَ َّد َم‬:‫ِبتَ ْق َوى هللاِ ْال َعلِ ِّي ْال َع ِظي ِْم ْالقَائِ ِل فِ ْي ُمحْ َك ِم ِكتَابِ ِه‬
ُ‫ َم َعا ِش َر ْال ُم ْسلِ ِمي َْن َر ِح َم ُك ُم هللا‬  )١٨ :‫(سورة الحشر‬١٨ ‫ لِ َغ ۚ ٍد َواتَّقُوا هّٰللا َ ۗاِ َّن هّٰللا َ َخبِ ْي ٌر ۢبِ َما تَ ْع َملُ ْو َن‬ 

Dalam ayat ini, Allah subhanahu wa ta’ala memerintahkan kepada kita untuk bertakwa
dan berinstrospeksi diri. Masing-masing dari kita hendaknya selalu berpikir dan
mencermati apa yang telah dipersiapkan untuk akhiratnya kelak. Jika telah berbuat baik
dan beramal shalih, maka hendaknya kita memuji Allah subhanahu wa ta’ala atas
kemurahan-Nya, dan tetap istiqamah (konsisten) dalam kebaikan itu sepanjang hidup
kita. Namun jika kita masih berbuat maksiat, maka hendaknya kita tinggalkan semua
maksiat, beristighfar (memohon ampun), dan memperbaiki hati, karena di akhirat kelak
tidaklah bermanfaat harta dan keturunan serta apa pun jua kecuali orang-orang yang
memasuki kehidupan akhirat dengan hati yang bersih.   Saudara-saudaraku seiman, Di
akhirat kelak, seseorang akan dihisab dan dimintai pertanggungjawaban atas
pendengaran, penglihatan dan hatinya, sebagaimana ia akan dihisab atas apa yang
dilakukan oleh seluruh anggota badannya. Oleh karena hati adalah pemimpin anggota
badan, maka perbuatan-perbuatan anggota badan sejatinya mencerminkan apa yang ada
dalam hati. Jika hati baik, maka anggota badan menjadi baik. Dan jika hati rusak, maka
rusaklah anggota badan.

Hadirinyang berbahagia, Dalam kesempatan ini, kita akan membahas enam sifat yang
dibenci oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Marilah kita berintrospeksi dan bermuhasabah,
apakah hati kita sudah bersih dan terhindar dari enam sifat tersebut, ataukah sebaliknya,
justru enam sifat yang dibenci oleh Allah subhanahu wa ta’ala tersebut tertanam kuat
dan bercokol di hati kita. Na’udzu billahi min dzalik.   Ibnu Hibban meriwayatkan dalam
hadits shahih dari sahabat Abu Hurairah radliyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:

ِ ‫ار عَالِ ٍـم بِأ َ ْم ِر ال ُّد ْنيَا َجا ِه ٍل بِأ َ ْم ِر ْا‬


  ‫آلخ َر ِة‬ Eِ َ‫ار بِالنَّه‬ ِ ‫اظ َس َّخابٍبِاأْل َ ْس َو‬
ٍ ‫ْل ِح َم‬Eِ ‫اق ِجيفَ ٍة بِالَّلي‬ ٍ ‫إِ َّن هللاَ يُ ْب ِغضُ ُك َّل َج ْعظَ ِريٍّ َج َّو‬
) َ‫ص ِح ْي ٌح َر َواهُ اب ُْن ِحبَّان‬ ٌ ‫ ( َح ِدي‬ 
َ ‫ْث‬
Dalam hadits di atas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan bahwa Allah subhanahu
wa ta’ala membenci seseorang yang memiliki enam sifat berikut ini:

ٍّ‫ َج ْعظَ ِري‬ 


Yakni orang yang takabbur atau sombong. Sombong ada dua macam.   Pertama,
menolak kebenaran yang disampaikan oleh orang lain padahal ia tahu bahwa hal itu
benar, dikarenakan penyampai kebenaran lebih muda usianya, lebih miskin hartanya,
lebih rendah status sosialnya atau karena hal lain. Padahal fir’aun tidaklah binasa kecuali
karena sifat takabburnya. Fir’aun telah melihat sekian banyak mu’jizat Nabi Musa
‘alaihissalam, namun ia tidak beriman kepada Nabi Musa ‘alaihissalam. Haman, perdana
menteri Fir’aun ketika itu berkata kepada Fir’aun: “Jika engkau beriman kepada Musa,
maka engkau akan kembali menjadi hamba yang menyembah, padahal selama ini
engkau sudah menjadi tuhan yang disembah.” Demikian pula Bani Isra’il yang diutus
kepada mereka Nabi Isa ‘alaihissalam. Setelah mereka melihat mu’jizat Nabi Isa
‘alaihissalam, tidak ada yang membuat mereka tidak beriman kecuali sifat takabbur
mereka. Mereka selalu mengatakan bahwa jika mereka beriman, maka akan lenyaplah
kehormatan dan kekuasaan mereka. Demikian pula Abu Lahab dan tokoh-tokoh kafir
Quraisy, setelah mereka melihat mu’jizat al-Qur’an dan mengakui bahwa al-Qur’an
tidak seperti puisi dan prosa yang mereka kenal, tidak ada yang membinasakan mereka
dan membuat mereka tidak beriman kecuali sifat takabbur mereka.   Jenis takabbur yang
kedua adalah merendahkan orang lain. Seseorang yang memiliki sifat takabbur jenis
kedua ini dalam hatinya, ia akan menganggap dirinya memiliki keistimewaan lebih atas
orang lain sehingga melihat dirinya dengan pandangan kesempurnaan dan penuh
kebaikan. Dia melupakan bahwa itu semua adalah anugerah yang Allah berikan
kepadanya.
  ‫ َج َّوا ٍظ‬ 
Yaitu seseorang yang rakus dan gandrung untuk mengumpulkan harta sebanyak-
banyaknya dengan niat yang tidak benar dan didorong kecintaannya yang sangat besar
terhadap harta. Ia tidak peduli dari mana harta itu ia peroleh, apakah dari sumber yang
halal ataukah haram. Dengan itu, ia bertujuan untuk memenuhi keinginan hawa
nafsunya yang haram dan membanggakan diri di hadapan para hamba yang lain.

ِ ‫َس َْو‬
  ‫اق‬ ‫ب بِاأْل‬
ٍ ‫ َس َّخا‬ 
Artinya orang yang karena kerakusan dan kegandrungannya pada harta, ia
memperbanyak omongan dengan tujuan supaya bisa mengumpulkan harta sebanyak-
banyaknya. Ia tidak peduli apakah omongannya halal ataukah haram.
  ‫ ِجيفَ ٍة بِاللَّي ِْل‬ 
Menjadi bangkai di malam hari. Yakni menghabiskan seluruh waktu malamnya untuk
tidur. Ia tidak peduli untuk melakukan shalat sama sekali.

ِ َ‫ار بِالنَّه‬
  ‫ار‬ ٍ ‫ ِح َم‬ 
Menjadi keledai di siang hari. Yakni yang ia pikirkan hanya bagaimana bisa memakan
berbagai menu makanan dan banyak menikmati berbagai kemewahan hidup. Dengan
sebab itu, ia lalai melakukan hal-hal yang Allah wajibkan kepadanya.
  ‫ َعالِ ٍـم بِأ َ ْم ِر ال ُّد ْنيَا َجا ِه ٍل بِأ َ ْم ِر اآْل ِخ َر ِة‬ 
Mengetahui perkara dunia namun bodoh mengenai perkara akhirat. Yakni mengetahui
bagaimana cara mencari dan mengumpulkan harta, akan tetapi tidak memiliki
pengetahuan mengenai bagian ilmu agama yang fardlu ‘ain untuk dipelajari, yang
َّ ‫ِع ْل ُم ال ِّدي ِْن ال‬
disebut para ulama dengan istilah ِّ‫ضرُوْ ِري‬
(ilmu agama yang pokok). Padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah
bersabda:  

ُّ ِ‫َو ْالبَ ْيهَق‬


‫ي) ـ‬ َ ‫(ر َواهُ اب ُْن َم‬
‫اجه‬ َ ‫طلَبُ ْال ِع ْل ِم فَ ِري‬
َ ‫ْضةٌ َعلَى ُكلِّ ُم ْسلِ ٍم‬ َ  
Maknanya: “Mencari ilmu agama yang pokok (ilmu agama yang dasar) hukumnya
adalah fardlu ‘ain bagi setiap muslim (laki-laki dan perempuan),” (HR Ibnu Majah dan
al-Baihaqi).
  ُ‫اش َر ْال ُم ْسلِ ِمي َْن َر ِح َم ُك ُم هللا‬
ِ ‫ َم َع‬ 
Di akhir khutbah, khatib mengutip mutiara nasihat Sayyidina Ali bin Abi Thalib
karramallahu wajhah yang mengingatkan kepada kita semua bahwa kehidupan dunia
adalah waktu untuk beramal, dan semua yang kita lakukan di dunia ini akan kita
pertanggungjawabkan di akhirat:  
‫ فَ ُكونُوا ِم ْن أَ ْبنَا ِء‬،‫ون‬ ِ ‫ َولِ ُكلِّ َو‬،ً‫اآلخ َرةُ ُم ْقبِلَة‬
َ ُ‫اح َد ٍة ِم ْنهُ َما بَن‬ ِ ‫ت‬ ِ َ‫ َوارْ تَ َحل‬،ً‫ت ال ُّد ْنيَا ُم ْدبِ َرة‬
ِ َ‫ارْ تَ َحل‬
‫ًاح َسابٌ َوالَ َع َم ٌل‬
ِ ‫ َو َغد‬،‫اب‬ َ ‫ فَإِ َّن اليَ ْو َم َع َم ٌل َوالَ ِح َس‬،‫ َوالَتَ ُكونُوا ِم ْن أَ ْبنَا ِء ال ُّد ْنيَا‬،‫ اآل ِخ َر ِة‬ 
‫‪Maknanya:‬‬ ‫‪“Dunia‬‬ ‫‪berjalan‬‬ ‫‪membelakangi‬‬ ‫‪kita,‬‬ ‫‪sedangkan‬‬ ‫‪akhirat‬‬ ‫‪berjalan‬‬
‫‪menghampiri kita. Masing-masing dari dunia dan akhirat memiliki anak-anaknya. Maka‬‬
‫‪jadilah bagian dari anak-anak akhirat (senantiasa mementingkan kehidupan akhirat) dan‬‬
‫‪janganlah menjadi bagian dari anak-anak dunia (selalu mementingkan kehidupan dunia‬‬
‫‪yang sementara), karena hari ini (kehidupan dunia) adalah waktunya beramal dan tidak‬‬
‫‪ada‬‬ ‫‪hisab,‬‬ ‫‪sedangkan‬‬ ‫‪besok‬‬ ‫‪(kehidupan‬‬ ‫)‪akhirat‬‬ ‫‪adalah‬‬ ‫‪waktunya‬‬
‫‪mempertanggungjawabkan amal, dan bukan waktunya beramal,” (Diriwayatkan oleh al-‬‬
‫)‪Bukhari dalam Shahih al-Bukhari‬‬
‫‪  ‬أَقُ ْو ُل قَ ْولِ ْي ٰه َذا َوأَ ْستَ ْغفِ ُر هللاَ لِ ْي َولَ ُك ْم‪ ،‬فَا ْستَ ْغفِر ُْوهُ‪ ،‬إِنَّهُ هُ َو ْال َغفُ ْو ُر ال َّر ِح ْي ُم ‪ ‬‬

‫‪Khutbah II‬‬
‫إِ َّن ْال َحـ ْم َد هلِل ِ نَحْ َم ُدهُ َونَ ْستَ ْغفِ ُرهُ َونَ ْستَ ِع ْينُهُ َونَ ْستَ ْه ِد ْي ِه َونَ ْش ُك ُرهُ‪َ ،‬ونَع ُْو ُذ بِاهللِ ِم ْن ُشر ُْو ِر أَ ْنفُ ِسنَا‬
‫صاَل ةُ َوال َّساَل ُم‬ ‫ي لَهُ‪َ ،‬وال َّ‬ ‫ض َّل لَهُ َو َم ْن يُضْ لِلْ فَاَل هَا ِد َ‬ ‫ت أَ ْع َمالِنَا‪َ ،‬م ْن يَ ْه ِد هللاُ فَاَل ُم ِ‬ ‫َو ِم ْن َسيِّئَا ِ‬
‫ض َي هللاُ َع ْن‬ ‫‪،‬و َع ٰلىإِ ْخ َوانِ ِه النَّبِيِّي َْن َو ْال ُمرْ َسلِي َْن‪َ ،‬و َر ِ‬‫ق ْال َو ْع ِد اأْل َ ِمي ِْن َ‬‫َع ٰلى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ِد ِن الصَّا ِد ِ‬
‫ان‬‫ت الطَّا ِه ِري َْن‪َ ،‬و َع ْن ْال ُخلَفَا ِء الرَّا ِش ِدي َْن‪ ،‬أَبِ ْي بَ ْك ٍر َو ُع َم َر َو ُع ْث َم َ‬ ‫آل ْالبَ ْي ِ‬‫ت ْال ُم ْؤ ِمنِي َْن‪َ ،‬و ِ‬ ‫أُ َّمهَا ِ‬
‫ك َوال َّشافِ ِع ِّي َوأَحْ َم َد َو َع ِن اأْل َ ْولِيَا ِء َوالصَّالِ ِحي َْن ‪ ‬‬ ‫َو َعلِ ٍّي َو َع ِن اأْل َئِ َّم ِة ْال ُم ْهتَ ِدي َْن‪ ،‬أَبِ ْي َحنِ ْيفَةَ َو َمالِ ٍ‬
‫ص ْي ُك ْم َونَ ْف ِس ْي بِتَ ْق َوى هللاِ ْال َعلِ ِّي ْال َع ِظي ِْم فَاتَّقُ ْوهُ‪َ ،‬وا ْعلَ ُم ْوا أَ َّن هللاَ‬ ‫أَ َّما بَ ْع ُد‪،‬فَيَا أَيُّهَا ْال ُم ْسلِ ُم ْو َن‪ ،‬أُ ْو ِ‬
‫ۤ‬ ‫هّٰللا‬
‫صلُّ ْو َن‬ ‫ال‪:‬اِ َّن َ َو َم ٰل ِٕٕىِ‪َ E‬كتَهٗ يُ َ‬
‫صاَل ِة َوال َّساَل ِم َع ٰلى نَبِيِّ ِه ْال َك ِري ِْم فَقَ َ‬ ‫أَ َم َر ُك ْم بِأ َ ْم ٍر َع ِظي ٍْم‪ ،‬أَ َم َر ُك ْم بِال َّ‬
‫صلِّ َع ٰلى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد‬ ‫ٰ‬
‫صلُّ ْوا َعلَ ْي ِه َو َسلِّ ُم ْوا تَ ْسلِ ْي ًما ‪،٥٦‬اَللّهُ َّم َ‬ ‫َعلَى النَّبِ ۗ ِّي ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذي َْن ٰا َمنُ ْوا َ‬
‫ار ْك َع ٰلى َسيِّ ِدنَا‬ ‫ْت َع ٰلى َسيِّ ِدنَا إِب َْرا ِه ْي َم َو َع ٰل ِ‬
‫ىآل َسيِّ ِدنَا إِب َْرا ِه ْي َم َوبَ ِ‬ ‫صلَّي َ‬‫َو َع ٰلىآ ِل َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َك َما َ‬
‫ت َع ٰلى َسيِّ ِدنَا إِ ْب َرا ِه ْي َم َو َع ٰل ِ‬
‫ىآل َسيِّ ِدنَا إِب َْرا ِه ْي َم‪،‬فِ ْي‬ ‫ار ْك َ‬ ‫ُم َح َّم ٍد َو َع ٰل ِ‬
‫ىآل َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َك َما بَ َ‬
‫ت اأْل َحْ يَا ِء‬ ‫ٰ‬
‫وال ُم ْؤ ِمنِي َْن َو ْال ُم ْؤ ِمنَا ِ‬
‫ت ْ‬ ‫ك َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد‪ .‬اَللّهُ َّم ا ْغفِرْ لِ ْل ُم ْسلِ ِمي َْن َو ْال ُم ْسلِ َما ِ‬
‫ْال َعالَ ِمي َْن إِنَّ َ‬
‫ار‪،‬اَ ٰللّهُ َّم اجْ َع ْلنَا‬
‫اب النَّ ِ‬ ‫ت‪َ ،‬ربَّنَاآتِنَا فِي ال ُّد ْنيَا َح َسنَةً َوفِي اآْل ِخ َر ِة َح َسنَةً َوقِنَا َع َذ َ‬ ‫ِم ْنهُ ْم َواأْل َ ْم َوا ِ‬
‫ضلِّي َْن‪ ،‬اَ ٰللّهُ َّم ا ْستُرْ َع ْو َراتِنَا وآ ِم ْن ر َّْو َعاتِنَا َوا ْكفِنَا َما أَهَ َّمنَا‬ ‫ضالِّي َْن َوالَ ُم ِ‬
‫هُ َداةً ُم ْهتَ ِدي َْن َغي َْر ٰ‬
‫ان َوإِ ْيتَا ِء ِذي ْالقُرْ ٰبى ويَ ْن ٰهى َع ِن‬ ‫إن هللاَ يَأْ ُم ُر بِ ْال َع ْد ِل َواإْل حْ َس ِ‬
‫ف ‪ِ  ‬عبَا َد هللاِ‪َّ ،‬‬ ‫َوقِنَا َش َّر ما نَتَخ َّو ُ‬
‫الفَحْ ٰشا ِء َو ْال ُم ْن َك ِر َوالبَ ْغ ِي‪ ،‬يَ ِعظُ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّكر ُْو َن‪ .‬فَاذ ُكرُوا هللاَ ْال َع ِظ ْي َم يَ ْذ ُكرْ ُك ْم َوا ْش ُكر ُْوهُ َع ٰلى‬
‫نِ َع ِم ِه يَ ِز ْد ُك ْم َواسْأَلُ ْوهُ ِم ْن فَضْ لِ ِه يُ ْع ِط ُك ْم َواتَّقُ ْوهُ يَجْ َعلْ لَ ُك ْم ِم ْن أَ ْم ِر ُك ْم َم ْخ َرجًا‪َ ،‬ولَ ِذ ْك ُر هللاِ أَ ْكبَ ُر‬

Anda mungkin juga menyukai