Anda di halaman 1dari 58

KOMPETENSI PEDAGOGIK

MODEL PEMBELAJARAN

Direktorat Jenderal Guru Tenaga Kependidikan


Kementerian Pendidikan Dan Kebudayan
2016
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI……………………………………………..……………….…… : i

DAFTAR TABEL……………………………..………..………………….…. : ii

PENDAHULUAN……………………………………………………..………. : 1

A. Latar Belakang………………………..…………………….………. : 1

B. Tujuan………………………………….……………………………. : 2

C. Ruang Lingkup……………………….……………………….……. : 2

D. Cara Penggunaan Modul…………….……………………………. : 3

KEGIATAN PEMBELAJARAN ……………………………………………. : 5

A. Tujuan Pembelajaran………………..…………………………….. : 5

B. Indikator Pencapaian Kompetensi..……………………………. : 5

C. Uraian Materi…………………………..……………………………. : 5

D. Aktivitas Pembelajaran……………………………………………. : 36

E. Latihan/Tugas/Kasus………………………………………………. : 37

F. Rangkuman………………………………………….………………. : 39

G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut………………..…….…………. : 44

H. Pembahasan Latihan/Tugas/Kasus.……………………………. : 44

PENUTUP……………………………………………………………………. : 49

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………. : 51

GLOSARIUM…………………………………………………………………. : 53

i
DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Peta Kompetensi Pedagogik..............................................................3


Tabel 2: Kompetensi dan IPK............................................................................5
Tabel 3: Peran guru, peserta didik dan masalah dalam pembelajaran
berbasis masalah ……………………………………………………………………25
Tabel 4: Tahapan-Tahapan Model PBL……………………………………..……33

ii
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen mengamanatkan bahwa


profesi guru merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan
berdasarkan standar kompetensi sesuai bidang tugasnya dan pelaksanaan
pengembangan keprofesian berkelanjutan sepanjang hayat. Kompetensi
merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus
dimiliki, dihayati, dikuasai, dan diaktualisasikan oleh guru dalam
melaksanakan tugas keprofesionalan.

Dari sisi hak, dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berhak


memperoleh kesempatan untuk meningkatkan kompetensi, memperoleh
pelatihan dan pengembangan profesi dalam bidangnya. Dari sisi kewajiban,
guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat
jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional.

Profesi guru menjadi profesi yang sangat penting untuk selalu meningkatkan
kompetensinya, baik dari sisi kompetensi pedagogik maupun kompetensi
profesional. Peningkatan profesionalisme guru dapat dilakukan dengan
berbagai cara, salah satunya dengan mengikuti program Guru Pembelajar.
Hal ini sesuai dengan jabatan fingsional guru yang memerlukan penilaian
dalam angka kredit yang diatura dalam Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 35 Tahun 2010 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan
Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya.

Modul Guru Pembelajar ini disusun berdasarkan hasil analisis UKG dan
digradasikan menjadi sepuluh kelompok kompetensi A sampai dengan J
berdasarkan pemetaan standar kompetensi guru (SKG) yang tertuang dalam
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang
Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Modul ini diharapkan
dapat memenuhi kebutuhan guru sesuai dengan hasil UKG-nya melalui diklat
tatap muka maupun online.

Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMP Kelompok Kompetensi Pedagogik F 1


B. Tujuan

Tujuan penyusunan modul Guru Pembelajar kelompok kompetensi G ini


adalah Anda dapat memahami menentukan model pembelajaran untuk
mendorong peserta didik mencapai prestasi didik mencapai prestasi optimal.

C. Peta Kompetensi

Kompetensi yang akan dicapai atau ditingkatkan melalui modul ini mengacu
pada kompetensi Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 sebagai berikut.

Tabel 1: Peta Kompetensi Pedagogik


KOMPETENSI GURU
KOMPETENSI INTI MAPEL
KOMPETENSI UTAMA
(KI) (KG)

Pedagogik 6. Meningkatkan kemampuan 6.1 Meningkatkan


dalam menerapkan pendekatan, kemampuan dalam
strategi dan metode serta teknik menerapkan pendekatan,
pembelajaran yang mendidik strategi dan metode serta
serta kegiatan pembelajaran yang teknik pembelajaran yang
mendorong untuk mencapai mendidik serta kegiatan
prestasi.. pembelajaran yang
mendorong untuk
mencapai prestasi..

D. Ruang Lingkup

Ruang lingkup modul ini adalah Model Pembelajaran. Setiap kegiatan


pembelajaran mencakup: A) Tujuan, B) Kompetensi dan Indikator
Pencapaian Kompetensi, C) Uraian Materi, D) Aktivitas Pembelajaran, E)
Latihan /Tugas/Kasus, F. Rangkuman, G) Umpan Balik dan Tindak Lanjut, H)
Pembahasan Latihan/ Tugas /Kasus. Sebagai bahan penilaian modul G ini
disajikan bahan evaluasi berupa soal pilihan Ganda. Bagian akhir modul ini
terdapat Penutup, Daftar Pustaka, dan Glosarium

2 Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMP Kelompok Kompetensi Pedagogik F


E. Cara Penggunaan Modul

Cara menggunakan modul guru embelajar bahasa Indonesia SMP kelompok


kompetensi G adalah sebagai berikut.

1. Gunakan modul ini secara berurutan bagian per bagian dimulai dari
pengantar, pendahuluan, kegiatan-kegiatan hingga glosarium.
2. Bacalah pendahuluan modul ini, cermatilah setiap tujuan, peta kompetensi
dan ruang lingkupnya.
3. Ikutilah langkah-langkah aktivitas pembelajaran dan model/teknik
pembelajaran yang digunakan pada setiap kegiatan pembelajaran dalam
modul ini.
4. Pada setiap kegiatan pembelajaran pada modul mencakup: A) Tujuan, B)
Kompetensi dan Indikator Pencapaian Kompetensi, C) Uraian Materi, D)
Aktivitas Pembelajaran, E) Latihan /Tugas/Kasus, F. Rangkuman, G)
Umpan Balik dan Tindak Lanjut, H) Pembahasan Latihan/ Tugas /Kasus
5. Gunakan LK-LK yang telah disediakan untuk menyelesaikan setiap
tugas/latihan/studi kasus yang diminta. Melalui kegiatan-kegiatan
pembelajaran yang dilakukan, Anda diharapkan dapat menghasilkan
produk seperti berikut ini.
a. portofolio hasil belajar
b. rencana tindak lanjut untuk pelaksanaan Guru Pembelajar.
c. evaluasi akhir setiap modul

Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMP Kelompok Kompetensi Pedagogik F 3


KEGIATAN PEMBELAJARAN
MODEL PEMBELAJARAN

A. Tujuan

Setelah mempelajari modul ini, Anda dapat memahami model-model


pembelajaran Anda dapat mendorong peserta didik mencapai prestasi
optimal.

B. Indikator Pencapaian Kompetensi


Tabel 1: Kompetensi dan IPK
KOMPETENSI GURU INDIKATOR PENCAPAIAN
KOMPETENSI
6.1 Meningkatkan kemampuan dalam 6.1.3. Menentukan model pembelajaran
menerapkan pendekatan, strategi dan untuk mendorong peserta didik
metode serta teknik pembelajaran mencapaiprestasi optimal
yang mendidik serta kegiatan
pembelajaran yang mendorong untuk
mencapai prestasi.

C. Uraian Materi

1. Pengertian Model, Jenis-jenis Model, dan Penerapan Model

Model pembelajaran adalah suatu pola atau struktur pembelajaran yang


tersusun dan didesain, ditetapkan, dan dievaluasi secara sistemik untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan guru. Istilah model sendiri
dapat diartikan sebagai suatu bentuk tiruan dari benda yang sebenarnya.
Model juga dapat diartikan sebagai suatu contoh konseptual atau
prosedural dari suatu program, sistem, atau proses yang dapat dijadikan
acuan atau pedoman kreatif dalam pemenuhan akan kebutuhan siswa di
sekolah dasar, telah banyak mengembangkannya. hal itu tidak lain agar
kualitas pendidikan di sekolah-sekolah seluruh negeri ini selalu dalam
rangka memecahkan suatu masalah agar tujuan dapat tercapai.

Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMP Kelompok Kompetensi Pedagogik F 5


Banyak model-model pembelajaran yang telah dikembangkan oleh para
ahli pendidikan di dunia. Bahkan beberapa kalangan guru yang mempunyai
keahlian, kemampuan, dan keterampilan serta meningkat.

Arends dikutip oleh Trianto (2010: 51) mengartikan model pembelajaran


adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai
pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Model
pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan
digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap
dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan
kelas Sedangkan menurut Joyce & Weil (1971) dikutip oleh Mulyani
Sumantri, dkk (1999: 42) model pembelajaran adalah kerangka konseptual
yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu, dan
memiliki fungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan
para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktifitas belajar
mengajar. Berdasarkan dua pendapat di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan pembelajaran tertentu dan berfungsi sebagi pedoman
bagi perancang pembelajaran dan para guru dalam merancang dan
melaksanakan proses belajar mengajar.

Menurut Trianto (2010: 53) fungsi model pembelajaran adalah sebagai


pedoman bagi perancang pengajar dan para guru dalam melaksanakan
pembelajaran. Untuk memilih model ini sangat dipengaruhi oleh sifat dari
materi yang akan diajarkan, dan juga dipengaruhi oleh tujuan yang akan
dicapai dalam pengajaran tersebut serta tingkat kemampuan peserta didik.
Di samping itu pula, setiap model pembelajaran juga mempunyai tahap-
tahap (sintaks) yang dapat dilakukan siswa dengan bimbingan guru. Antara
sintaks yang satu dengan sintaks yang lain juga mempunyai perbedaan.
Perbedaan-perbedaan ini, diantaranya pembukaan dan penutupan
pembelajaran yang berbeda antara satu dengan yang lain. Oleh karena itu,
guru perlu menguasai dan dapat menerapkan berbagai keterampilan
mengajar, agar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang beraneka ragam

6 Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMP Kelompok Kompetensi Pedagogik F


dan lingkungan belajar yang menjadi ciri sekolah pada dewasa ini. Menurut
Kardi dan Nur dalam Trianto (2011: 142) istilah model pembelajaran
mempunyai makna yang lebih luas daripada strategi, metode, atau
prosedur.

Model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh
strategi, metode, atau prosedur. Ciri-ciri khusus model pembelajaran
adalah:

a. Rasional teoretis logis yang disusun oleh para pencipta atau


pengembangnya. Model pembelajaran mempunyai teori berfikir yang
masuk akal. Maksudnya para pencipta atau pengembang membuat
teori dengan mempertimbangkan teorinya dengan kenyataan
sebenarnya serta tidak secara fiktif dalam menciptakan dan
mengembangankannya.
b. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan
pembelajaran yang akan dicapai). Model pembelajaran mempunyai
tujuan yang jelas tentang apa yang akan dicapai, termasuk di
dalamnya apa dan bagaimana siswa belajar dengan baik serta cara
memecahkan suatu masalah pembelajaran.
c. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat
dilaksanakan dengan berhasil. Model pembelajaran mempunyai
tingkah laku mengajar yang diperlukan sehingga apa yang menjadi
cita-cita mengajar selama ini dapat berhasil dalam pelaksanaannya.
d. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat
tercapai. Model pembelajaran mempunyai lingkungan belajar yang
kondusif serta nyaman, sehingga suasana belajar dapat menjadi salah
satu aspek penunjang apa yang selama ini menjadi tujuan
pembelajaran.

Pada Akhirnya setiap model pembelajaran memerlukan sistem pengelolaan


dan lingkungan belajar yang berbeda. Setiap pendekatan memberikan
peran yang berbeda kepada siswa, pada ruang fisik, dan pada sistem
sosial kelas. Sifat materi dari sistem syaraf banyak konsep dan informasi-
informasi dari teks buku bacaan, materi ajar siswa, di samping itu banyak
kegiatan pengamatan gambar-gambar. Tujuan yang akan dicapai meliputi

Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMP Kelompok Kompetensi Pedagogik F 7


aspek kognitif (produk dan proses) dari kegiatan pemahaman bacaan dan
lembar kegiatan siswa (Trianto, 2010: 55).

2. Jenis-jenis Model Pembelajara

a. Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning)

Pembelajaran model Berbasis Proyek atau Project Based Learning


(PBL) adalah model pembelajaran yang melibatkan siswa dalam suatu
kegiatan (proyek) yang menghasilkan suatu produk. Keterlibatan siswa
mulai dari merencanakan, membuat rancangan, melaksanakan, dan
melaporkan hasil kegiatan berupa produk dan laporan pelaksanaanya.

Model pembelajaran ini menekankan pada proses pembelajaran jangka


panjang, siswa terlibat secara langsung dengan berbagai isu dan
persoalan kehidupan sehari-hari, belajar bagaimana memahami dan
menyelesaikan persoalan nyata, bersifat interdisipliner, dan melibatkan
siswa sebagai pelaku mulai dari merancang, melaksanakan dan
melaporkan hasil kegiatan (student centered).

Dalam pelaksanaannya, PBL bertitik tolak dari masalah sebagai langkah


awal sebelum mengumpulkan data dan informasi dengan
mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya
dalam beraktivitas secara nyata. Pembelajaran Berbasis Proyek
dirancang untuk digunakan sebagai wahana pembelajaran dalam
memahami permasalahan yang komplek dan melatih serta
mengembangkan kemampuan peserta didik dalam melakukan
insvestigasi dan melakukan kajian untuk menemukan solusi
permasalahan.

Pembelajaran Berbasis Proyek dirancang dalam rangka: (1) Mendorong


dan membiasakan siswa untuk menemukan sendiri (inquiry), melakukan
penelitian/pengkajian, menerapkan keterampilan dalam merencanakan
(planning skills), berfikir kritis (critical thinking), dan penyelesaian
masalah (problem-solving skills) dalam menuntaskan suatu
kegiatan/proyek. (2) Mendorong siswa untuk menerapkan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap tertentu ke dalam berbagai konteks (a variety

8 Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMP Kelompok Kompetensi Pedagogik F


of contexts) dalam menuntaskan kegiatan/proyek yang dikerjakan. (3)
Memberikan peluang kepada siswa untuk belajar menerapkan
interpersonal skills dan berkolaborasi dalam suatu tim sebagaimana
orang bekerjasama dalam sebuah tim dalam lingkungan kerja atau
kehidupan nyata.

Mengingat bahwa masing-masing peserta didik memiliki gaya belajar


yang berbeda, maka Pembelajaran Berbasis Proyek memberikan
kesempatan kepada para peserta didik untuk menggali konten (materi)
dengan menggunakan berbagai cara yang bermakna bagi dirinya, dan
melakukan eksperimen secara kolaboratif. Pembelajaran Berbasis
Proyek merupakan investigasi mendalam tentang sebuah topik dunia
nyata, hal ini akan berharga bagi atensi dan usaha peserta didik.

Pembelajaran Berbasis Proyek memiliki karakteristik berikut ini.


1) Peserta didik membuat keputusan tentang sebuah kerangka kerja;
2) Adanya permasalahan atau tantangan yang diajukan kepada peserta
didik;
3) Peserta didik mendesain proses untuk menentukan solusi atas
permasalahan atau tantangan yang diajukan;
4) Peserta didik secara kolaboratif bertanggungjawab untuk mengakses
dan mengelola informasi untuk memecahkan permasalahan;
5) Proses evaluasi dijalankan secara kontinyu;
6) Peserta didik secara berkala melakukan refleksi atas aktivitas yang
sudah dijalankan;
7) Produk akhir aktivitas belajar akan dievaluasi secara kualitatif; dan
8) Stuasi pembelajaran sangat toleran terhadap kesalahan dan
perubahan.

Peran guru dalam Pembelajaran Berbasis Proyek sebaiknya sebagai


fasilitator, pelatih, penasehat dan perantara untuk mendapatkan hasil
yang optimal sesuai dengan daya imajinasi, kreasi dan inovasi dari
siswa.

Beberapa hambatan dalam implementasi metode Pembelajaran


Berbasis Proyek antara lain banyak guru merasa nyaman dengan kelas

Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMP Kelompok Kompetensi Pedagogik F 9


tradisional, dimana guru memegang peran utama di kelas. Ini
merupakan suatu transisi yang sulit, terutama bagi guru yang kurang
atau tidak menguasai teknologi.

Untuk itu disarankan menggunakan team teaching dalam proses


pembelajaran, dan akan lebih menarik lagi jika suasana ruang belajar
tidak monoton, beberapa contoh perubahan lay-out ruang kelas, seperti:
traditional class (teori), discussion group (pembuatan konsep dan
pembagian tugas kelompok), lab tables (saat mengerjakan tugas
mandiri), circle (presentasi). Atau buatlah suasana belajar bebas dan
menyenangkan.

Fakta Empirik Keberhasilan


Kelebihan dan kekurangan pada penerapan Pembelajaran Berbasis
Proyek dapat dijelaskan sebagai berikut.

Keuntungan Pembelajaran Berbasis Proyek

1) Meningkatkan motivasi belajar peserta didik untuk belajar,


mendorong kemampuan mereka untuk melakukan pekerjaan
penting, dan mereka perlu untuk dihargai.

2) Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.


3) Membuat peserta didik menjadi lebih aktif dan berhasil
memecahkan problem problem yang kompleks.
4) Meningkatkan kolaborasi.
5) Mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan
mempraktikkan keterampilan komunikasi.
6) Meningkatkan keterampilan peserta didik dalam mengelola sumber.
7) Memberikan pengalaman kepada peserta didik pembelajaran dan
praktik dalam mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu
dan sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan
tugas.
8) Menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan peserta didik
secara kompleks dan dirancang untuk berkembang sesuai dunia
nyata.

10 Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMP Kelompok Kompetensi Pedagogik F


9) Melibatkan para peserta didik untuk belajar mengambil informasi
dan menunjukkan pengetahuan yang dimiliki, kemudian
diimplementasikan dengan dunia nyata.
10) Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga
peserta didik maupun pendidik menikmati proses pembelajaran.

Kelemahan Pembelajaran Berbasis Proyek

1) Peserta didik yang memiliki kelemahan dalam penelitian atau


percobaan dan pengumpulan informasi akan mengalami kesulitan.
2) Kemungkinan adanya peserta didik yang kurang aktif dalam kerja
kelompok.
3) Ketika topik yang diberikan kepada masing-masing kelompok
berbeda, dikhawatirkan peserta didik tidak bisa memahami topik
secara keseluruhan.

Untuk mengatasi kelemahan dari pembelajaran berbasis proyek di atas


seorang pendidik harus dapat mengatasi dengan cara memfasilitasi
peserta didik dalam menghadapi masalah, membatasi waktu peserta didik
dalam menyelesaikan proyek, meminimalis dan menyediakan peralatan
yang sederhana yang terdapat di lingkungan sekitar, memilih lokasi
penelitian yang mudah dijangkau sehingga tidak membutuhkan banyak
waktu dan biaya, menciptakan suasana pembelajaran yang
menyenangkan sehingga instruktur dan peserta didik merasa nyaman
dalam proses pembelajaran.

Pembelajaran Berbasis Proyek ini juga menuntut siswa untuk


mengembangkan keterampilan seperti kolaborasi dan refleksi. Menurut
studi penelitian, Pembelajaran Berbasis Proyek membantu siswa untuk
meningkatkan keterampilan sosial mereka, sering menyebabkan absensi
berkurang dan lebih sedikit masalah disiplin di kelas. Siswa juga menjadi
lebih percaya diri berbicara dengan kelompok orang, termasuk orang
dewasa.

Pelajaran berbasis proyek juga meningkatkan antusiasme untuk belajar.


Ketika anak-anak bersemangat dan antusias tentang apa yang mereka

Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMP Kelompok Kompetensi Pedagogik F 11


pelajari, mereka sering mendapatkan lebih banyak terlibat dalam subjek
dan kemudian memperluas minat mereka untuk mata pelajaran lainnya.

Langkah-langkah Operasional dan Penilaiannya


1) Langkah langkah Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Proyek
Langkah langkah pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Proyek dapat
dijelaskan sebagai berikut.

1 2 3
PENENTUAN PERTANYAAN MENYUSUN PERECANAAN MENYUSUN JADWAL
MENDASAR PROYEK

6 5 4
EVALUASI PENGALAMAN MENGUJI HASIL MONITORING

Diagram 1.1 Langkah langkah Pelaksanaan Pembelajaran


Berbasis Proyek

Penjelasan Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Proyek sebagai


berikut.
a) Penentuan Pertanyaan Mendasar (Start With the Essential Question)
Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan
yang dapat memberi penugasan peserta didik dalam melakukan suatu
aktivitas. Mengambil topik yang sesuai dengan realitas dunia nyata
dan dimulai dengan sebuah investigasi mendalam. Guru berusaha
agar topik yang diangkat relevan untuk para peserta didik.
b) Mendesain Perencanaan Proyek (Design a Plan for the Project)
Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara pengajar dan peserta
didik. Dengan demikian peserta didik diharapkan akan merasa
“memiliki” atas proyek tersebut. Perencanaan berisi tentang aturan
main, pemilihan aktivitas yang dapat mendukung dalam menjawab
pertanyaan esensial, dengan cara mengintegrasikan berbagai subjek
yang mungkin, serta mengetahui alat dan bahan yang dapat diakses
untuk membantu penyelesaian proyek.
c) Menyusun Jadwal (Create a Schedule)

12 Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMP Kelompok Kompetensi Pedagogik F


Guru dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas
dalam menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain: (1)
membuat timeline untuk menyelesaikan proyek, (2) membuat deadline
penyelesaian proyek, (3) membawa peserta didik agar merencanakan
cara yang baru, (4) membimbing peserta didik ketika mereka membuat
cara yang tidak berhubungan dengan proyek, dan (5) meminta peserta
didik untuk membuat penjelasan (alasan) tentang pemilihan suatu
cara.
d) Memonitor peserta didik dan kemajuan proyek (Monitor the Students
and the Progress of the Project)
Guru bertanggungjawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas
peserta didik selama menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan
dengan cara menfasilitasi peserta didik pada setiap roses. Dengan
kata lain guru berperan menjadi mentor bagi aktivitas peserta didik.
Agar mempermudah proses monitoring, dibuat sebuah rubrik yang
dapat merekam keseluruhan aktivitas yang penting.
e) Menguji Hasil (Assess the Outcome)
Penilaian dilakukan untuk membantu guru dalam mengukur
ketercapaian standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan
masing- masing peserta didik, memberi umpan balik tentang tingkat
pemahaman yang sudah dicapai peserta didik, membantu guru dalam
menyusun strategi pembelajaran berikutnya.
f) Mengevaluasi Pengalaman (Evaluate the Experience)
Pada akhir proses pembelajaran, pengajar dan peserta didik
melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah
dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik secara individu maupun
kelompok. Pada tahap ini peserta didik diminta untuk mengungkapkan
perasaan dan pengalamannya selama menyelesaikan proyek. Guru
dan peserta didik mengembangkan diskusi dalam rangka memperbaiki
kinerja selama proses pembelajaran, sehingga pada akhirnya
ditemukan suatu temuan baru (new inquiry) untuk menjawab
permasalahan yang diajukan pada tahap pertama pembelajaran.

Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMP Kelompok Kompetensi Pedagogik F 13


2) Penilaian Pembelajaran Berbasis Proyek
Penilaian pembelajaran dengan model Pembelajaran Berbasis
Proyek harus diakukan secara menyeluruh terhadap sikap,
pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa dalam
melaksanakan pembelajaran berbasis proyek. Penilaian
Pembelajaran Berbasis Proyek dapat menggunakan teknik penilaian
yang dikembangkan oleh Pusat Penilaian Pendidikan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan yaitu penilaian proyek atau penilaian
produk.

Penilaian proyek dilakukan mulai dari perencanaan, proses


pengerjaan, sampai hasil akhir proyek.Untuk itu, guru perlu
menetapkan hal-hal atau tahapan yang perlu dinilai, seperti
penyusunan disain, pengumpulan data, analisis data, dan penyiapkan
laporan tertulis.Laporan tugas atau hasil penelitian juga dapat
disajikan dalam bentuk poster. Pelaksanaan penilaian dapat
menggunakan alat/ instrumen penilaian berupa daftar cek ataupun
skala penilaian.

Pada penilaian proyek setidaknya ada 3 hal yang perlu


dipertimbangkan yaitu:
(1) Kemampuan pengelolaan
Kemampuan peserta didik dalam memilih topik, mencari
informasi dan mengelola waktu pengumpulan data serta
penulisan laporan.
(2) Relevansi
Kesesuaian dengan mata pelajaran, dengan mempertimbangkan
tahap pengetahuan, pemahaman dan keterampilan dalam
pembelajaran.
(3) Keaslian
Proyek yang dilakukan peserta didik harus merupakan hasil
karyanya, dengan mempertimbangkan kontribusi guru berupa
petunjuk dan dukungan terhadap proyek peserta didik.

14 Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMP Kelompok Kompetensi Pedagogik F


a) Teknik Penilaian Proyek
Penilaian proyek dilakukan mulai dari perencanaan, proses
pengerjaan, sampai hasil akhir proyek. Untuk itu, guru perlu
menetapkan hal-hal atau tahapan yang perlu dinilai, seperti
penyusunan disain, pengumpulan data, analisis data, dan penyiapkan
laporan tertulis. Laporan tugas atau hasil penelitian juga dapat
disajikan dalam bentuk poster. Pelaksanaan penilaian dapat
menggunakan alat/instrumen penilaian berupa daftar cek ataupun
skala penilaian.
Penilaian Proyek dilakukan mulai dari perencanaan, proses
pengerjaan sampai dengan akhir proyek. Untuk itu perlu
memperhatikan hal-hal atau tahapan yang perlu dinilai. Pelaksanaan
penilaian dapat juga menggunakan rating scale dan checklist.
b) Peran Guru dan Peserta Didik
Peran guru padaPembelajaran Berbasis Proyek meliputi: a)
Merencanakan dan mendesain pembelajaran, b) Membuat strategi
pembelajaran, c) Membayangkan interaksi yang akan terjadi antara
guru dan peserta didik, d) Mencari keunikan peserta didik, e) Menilai
peserta didik dengan cara transparan dan berbagai macam penilaian
dan f) Membuat portofolio pekerjaan peserta didik.
Peran peserta didik pada Pembelajaran Berbasis Proyek meliputi :
a) Menggunakan kemampuan bertanya dan berpikir, b) Melakukan
riset sederhana, c) Mempelajari ide dan konsep baru, d) Belajar
mengatur waktu dengan baik, e) Melakukan kegiatan belajar
sendiri/kelompok, f) Mengaplikasikanhasil belajar lewat tindakan dan
g) Melakukan interaksi sosial, antara lain wawancara, survey,
observasi.

b. Model Discovery Learning

Metode Discovery Learning adalah teori belajar yang didefinisikan


sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan
dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan
mengorganisasi sendiri. Sebagaimana pendapat Bruner, bahwa:

Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMP Kelompok Kompetensi Pedagogik F 15


“Discovery Learning can be defined as the learning that takes place
when the student is not presented with subject matter in the final form,
but rather is required to organize it him self” (Lefancois dalam
Emetembun, 1986:103). Dasar ide Bruner ialah pendapat dari Piaget
yang menyatakan bahwa anak harus berperan aktif dalam belajar di
kelas.

Bruner memakai metode yang disebutnya Discovery Learning, dimana


murid mengorganisasi bahan yang dipelajari dengan suatu bentuk akhir
(Dalyono, 1996:41). Metode Discovery Learning adalah memahami
konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya
sampai kepada suatu kesimpulan (Budiningsih, 2005:43). Discovery
terjadi bila individu terlibat, terutama dalam penggunaan proses
mentalnya untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip. Discovery
dilakukan melalui observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi, penentuan
dan inferi. Proses tersebut disebut cognitive process sedangkan
discovery itu sendiri adalah the mental process of assimilatig conceps
and principles in the mind (Robert B. Sund dalam Malik, 2001:219).

Sebagai strategi belajar,Discovery Learning mempunyai prinsip yang


sama dengan inkuiri (inquiry) dan Problem Solving. Tidak ada
perbedaan yang prinsipil pada ketiga istilah ini, pada Discovery Learning
lebih menekankan pada ditemukannya konsep atau prinsip yang
sebelumnya tidak diketahui. Perbedaannya dengan discovery ialah
bahwa pada discovery masalah yang diperhadapkan kepada siswa
semacam masalah yang direkayasa oleh guru, sedangkan pada inkuiri
masalahnya bukan hasil rekayasa, sehingga siswa harus mengerahkan
seluruh pikiran dan keterampilannya untuk mendapatkan temuan-
temuan di dalam masalah itu melalui proses penelitian.

Dengan mengaplikasikan metode Discovery Learning secara berulang-


ulang dapat meningkatkan kemampuan penemuan diri individu yang
bersangkutan. Penggunaan metode Discovery Learning, ingin merubah
kondisi belajar yang pasif menjadi aktif dan kreatif. Mengubah
pembelajaran yang teacher oriented ke student oriented. Mengubah

16 Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMP Kelompok Kompetensi Pedagogik F


modus Ekspositori siswa hanya menerima informasi secara keseluruhan
dari guru ke modus Discovery siswa menemukan informasisendiri.

Dalam Konsep Belajar, sesungguhnya metode Discovery Learning


merupakan pembentukan kategori-kategori atau konsep-konsep, yang
dapat memungkinkan terjadinya generalisasi. Sebagaimana teori Bruner
tentang kategorisasi yang nampak dalam Discovery, bahwa Discovery
adalah pembentukan kategori-kategori, atau lebih sering disebut sistem-
sistem coding. Pembentukan kategori-kategori dan sistem-sistem coding
dirumuskan demikian dalam arti relasi-relasi (similaritas & difference)
yang terjadi diantara obyek-obyek dan kejadian-kejadian (events).

Bruner memandang bahwa suatu konsep atau kategorisasi memiliki lima


unsur, dan siswa dikatakan memahami suatu konsep apabila
mengetahui semua unsur dari konsep itu, meliputi: 1) Nama; 2) Contoh-
contoh baik yang positif maupun yang negatif; 3) Karakteristik, baik yang
pokok maupun tidak; 4) Rentangan karakteristik; 5) Kaidah (Budiningsih,
2005:43). Bruner menjelaskan bahwa pembentukan konsep merupakan
dua kegiatan mengkategori yang berbeda yang menuntut proses berpikir
yang berbeda pula. Seluruh kegiatan mengkategori meliputi
mengidentifikasi dan menempatkan contoh-contoh (obyek-obyek atau
peristiwa-peristiwa) ke dalam kelas dengan menggunakan dasar kriteria
tertentu.

Di dalam proses belajar, Bruner mementingkan partisipasi aktif dari tiap


siswa, dan mengenal dengan baik adanya perbedaan kemampuan.
Untuk menunjang proses belajar perlu lingkungan memfasilitasi rasa
ingin tahu siswa pada tahap eksplorasi. Lingkungan ini dinamakan
Discovery Learning Environment, yaitu lingkungan dimana siswa dapat
melakukan eksplorasi, penemuan-penemuan baru yang belum dikenal
atau pengertian yang mirip dengan yang sudah diketahui. Lingkungan
seperti ini bertujuan agar siswa dalam proses belajar dapat berjalan
dengan baik dan lebih kreatif.

Untuk memfasilitasi proses belajar yang baik dan kreatif harus


berdasarkan pada manipulasi bahan pelajaran sesuai dengan tingkat

Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMP Kelompok Kompetensi Pedagogik F 17


perkembangan kognitif siswa. Manipulasi bahan pelajaran bertujuan
untuk memfasilitasi kemampuan siswa dalam berpikir
(merepresentasikan apa yang dipahami) sesuai dengan tingkat
perkembangannya.

Menurut Bruner perkembangan kognitif seseorang terjadi melalui tiga


tahap yang ditentukan oleh bagaimana cara lingkungan, yaitu: enactive,
iconic, dan symbolic. Tahap enaktive, seseorang melakukan aktivitas-
aktivitas dalam upaya untuk memahami lingkungan sekitarnya, artinya,
dalam memahami dunia sekitarnya anak menggunakan pengetahuan
motorik, misalnya melalui gigitan, sentuhan, pegangan, dan sebagainya.
Tahap iconic, seseorang memahami objek-objek atau dunianya melalui
gambar-gambar dan visualisasi verbal. Maksudnya, dalam memahami
dunia sekitarnya anak belajar melalui bentuk perumpamaan (tampil) dan
perbandingan (komparasi). Tahap symbolic, seseorang telah mampu
memiliki ide-ide atau gagasan-gagasan abstrak yang sangat dipengaruhi
oleh kemampuannya dalam berbahasa dan logika. Dalam memahami
dunia sekitarnya anak belajar melalui simbol-simbol bahasa, logika,
matematika, dan sebagainya.

Komunikasinya dilakukan dengan menggunakan banyak simbol.


Semakin matang seseorang dalam proses berpikirnya, semakin
dominan sistem simbolnya. Secara sederhana teori perkembangan
dalam fase enactive, iconic dan symbolic adalah anak menjelaskan
sesuatu melalui perbuatan (ia bergeser ke depan atau kebelakang di
papan mainan untuk menyesuaikan beratnya dengan berat temannya
bermain) ini fase enactive. Kemudian pada fase iconic ia menjelaskan
keseimbangan pada gambar atau bagan dan akhirnya ia menggunakan
bahasa untuk menjelaskan prinsip keseimbangan ini fase symbolic
(Syaodih, 85:2001).

Hal yang menarik dalam pendapat Bruner yang menyebutkan:


hendaknya guru harus memberikan kesempatan muridnya untuk
menjadi seorang problem solver, seorang scientis, historin, atau ahli
matematika. Dalam metode Discovery Learning bahan ajar tidak
disajikan dalam bentuk akhir, siswa dituntut untuk melakukan berbagai

18 Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMP Kelompok Kompetensi Pedagogik F


kegiatan menghimpun informasi, membandingkan, mengkategorikan,
menganalisis, mengintegrasikan, mereorganisasikan bahan serta
membuat kesimpulan-kesimpulan.

Hal tersebut memungkinkan murid-murid menemukan arti bagi diri


mereka sendiri, dan memungkinkan mereka untuk mempelajari konsep-
konsep di dalam bahasa yang dimengerti mereka. Dengan demikian
seorang guru dalam aplikasi metode Discovery Learning harus dapat
menempatkan siswa pada kesempatan-kesempatan dalam belajar yang
lebih mandiri. Bruner mengatakan bahwa proses belajar akan berjalan
dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman
melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya (Budiningsih,
2005:41).

Pada akhirnya yang menjadi tujuan dalam metode Discovery Learning


menurut Bruner adalah hendaklah guru memberikan kesempatan
kepada muridnya untuk menjadi seorang problem solver, seorang
scientist, historian, atau ahli matematika. Melalui kegiatan tersebut siswa
akan menguasainya, menerapkan, serta menemukan hal-hal yang
bermanfaat bagi dirinya.

Karakteristik yang paling jelas mengenai Discovery sebagai metode


mengajar ialah bahwa sesudah tingkat-tingkat inisial (pemulaan)
mengajar, bimbingan guru hendaklah lebih berkurang dari pada metode-
metode mengajar lainnya. Hal ini tak berarti bahwa guru menghentikan
untuk memberikan suatu bimbingan setelah problema disajikan kepada
pelajar. Tetapi bimbingan yang diberikan tidak hanya dikurangi
direktifnya melainkan pelajar diberi responsibilitas yang lebih besar
untuk belajar sendiri.

1. Kelebihan Penerapan Discovery Learning.


a. Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan
keterampilan-keterampilan dan proses-proses kognitif. Usaha
penemuan merupakan kunci dalam proses ini, seseorang tergantung
bagaimana cara belajarnya.

Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMP Kelompok Kompetensi Pedagogik F 19


Pengetahuan yang diperoleh melalui metode ini sangat pribadi dan
ampuh karena menguatkan pengertian, ingatan dan transfer.
b. Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa
menyelidiki dan berhasil.
c. Metode ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan
sesuai dengan kecepatannyasendiri.
d. Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri
dengan melibatkan akalnya dan motivasi sendiri.
e. Metode ini dapat membantu siswa memperkuat konsep dirinya,
karena memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang
lainnya.
f. Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif
mengeluarkan gagasan - gagasan. Bahkan gurupun dapat bertindak
sebagai siswa, dan sebagai peneliti di dalam situasi diskusi.
g. Membantu siswa menghilangkan skeptisme (keragu-raguan) karena
mengarah padakebenaran yang final dan tertentu atau pasti.
h. Siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik.
i. Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada situasi proses
belajar yang baru.
j. Mendorong siswa berpikir dan bekerja atas inisiatif sendiri.
k. Mendorong siswa berpikir intuisi dan merumuskan hipotesis sendiri.
l. Memberikan keputusan yang bersifat intrinsic.
m. Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang.
n. Proses belajar meliputi sesama aspeknya siswa menuju pada pembentukan
manusia seutuhnya.
o. Meningkatkan tingkat penghargaan pada siswa.
p. Kemungkinan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber
belajar.
q. Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu.

2. KelemahanPenerapan Discovery Learning

a. Metode ini menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran


untuk belajar. Bagi siswa yang kurang pandai, akan mengalami
kesulitan abstrak atau berpikir atau mengungkapkan hubungan

20 Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMP Kelompok Kompetensi Pedagogik F


antara konsep-konsep, yang tertulis atau lisan, sehingga pada
gilirannya akan menimbulkan frustasi.
b. Metode ini tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak,
karena membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka
menemukan teori atau pemecahan masalah lainnya.
c. Harapan-harapan yang terkandung dalam metode ini dapat buyar
berhadapan dengan siswa dan guru yang telah terbiasa dengan
cara-cara belajar yang lama.
d. Pengajaran discovery lebih cocok untuk mengembangkan
pemahaman, sedangkan mengembangkan aspek konsep,
keterampilan dan emosi secara keseluruhan kurang mendapat
perhatian.
e. Pada beberapa disiplin ilmu, misalnya IPA kurang fasilitas untuk
mengukur gagasan yang dikemukakan oleh para siswa
f. Tidak menyediakan kesempatan-kesempatan untukberpikir yang
akan ditemukan oleh siswa karena telah dipilih terlebih dahulu oleh
guru.

3. Langkah-langkah Operasional Implementasi dalam Proses


Pembelajaran

Berikut ini langkah-langkah dalam mengaplikasikan model discovery


learning di kelas.
a. Menentukan tujuan pembelajaran.
b. Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal,
minat,gaya belajar, dan sebagainya).
c. Memilih materi pelajaran.
d. Menentukan topik-topik yang harus dipelajari siswa secara
induktif (dari contoh-contoh generalisasi).
e. Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-
contoh, ilustrasi, tugas dan sebagainya untuk dipelajari siswa.
f. Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke
kompleks, dari yang konkret ke abstrak, atau dari tahap enaktif,
ikonik sampai ke simbolik.

Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMP Kelompok Kompetensi Pedagogik F 21


g. Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa.

Prosedur Aplikasi Metode Discovery Learning


Menurut Syah (2004:244) dalam mengaplikasikan metode Discovery
Learning di kelas,ada beberapa prosedur yang harus dilaksanakan dalam
kegiatan belajar mengajar secara umum sebagai berikut:

a. Stimulation (Stimulasi/Pemberian Rangsangan)


Pertama-tama pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang
menimbulkan kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak
memberi generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri.
Disamping itu guru dapat memulai kegiatan PBM dengan mengajukan
pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang
mengarah pada persiapan pemecahan masalah.

Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi


belajar yang dapat mengembangkan dan membantu siswa dalam
mengeksplorasi bahan. Dalam hal ini Bruner memberikan stimulation
dengan menggunakan teknik bertanya yaitu dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang dapat menghadapkan siswa pada kondisi
internal yang mendorong eksplorasi. Dengan demikian seorang Guru
harus menguasai teknik-teknik dalam memberi stimulus kepada siswa
agar tujuan mengaktifkan siswa untuk mengeksplorasi dapat tercapai.

b. Problem Statement (Pernyataan/ Identifikasi Masalah)

Setelah dilakukan stimulasi langkah selanjutya adalah guru memberi


kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin
agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran,
kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk
hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah) (Syah
2004:244), sedangkan menurut permasalahan yang dipilih itu
selanjutnya harus dirumuskan dalam bentuk pertanyaan, atau
hipotesis, yakni pernyataan (statement) sebagai jawaban sementara
atas pertanyaan yang diajukan.
Memberikan kesempatan siswa untuk mengidentifikasi dan
menganalisis permasasalahan yang mereka hadapi, merupakan teknik

22 Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMP Kelompok Kompetensi Pedagogik F


yang berguna dalam membangun siswa agar mereka terbiasa untuk
menemukan suatu masalah.

c. Data Collection (Pengumpulan Data)

Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan kepada


para siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang
relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis (Syah,
2004:244). Pada tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau
membuktikan benar tidaknya hipotesis.

Dengan demikian anak didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan


(collection) berbagai informasi yang relevan, membaca literatur,
mengamati objek, wawancara dengan nara sumber, melakukan uji
coba sendiri dan sebagainya. Konsekuensi dari tahap ini adalah siswa
belajar secara aktif untuk menemukan sesuatu yang berhubungan
dengan permasalahan yang dihadapi, dengan demikian secara tidak
disengaja siswa menghubungkan masalah dengan pengetahuan yang
telah dimiliki.

d. Data Processing (Pengolahan Data)

Menurut Syah (2004:244) pengolahan data merupakan kegiatan


mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para siswa baik
melalui wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan.
Semua informai hasil bacaan, wawancara, observasi, dan sebagainya,
semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu
dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat
kepercayaan tertentu (Djamarah, 2002:22).

Data processing disebut juga dengan pengkodean coding/ kategorisasi


yang berfungsi sebagai pembentukan konsep dan generalisasi. Dari
generalisasi tersebut siswa akan mendapatkan pengetahuan baru
tentang alternatif jawaban/ penyelesaian yang perlu mendapat
pembuktian secara logis

Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMP Kelompok Kompetensi Pedagogik F 23


e. Verification (Pembuktian)

Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk


membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi
dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil data processing
(Syah, 2004:244). Verification menurut Bruner, bertujuan agar proses
belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori,
aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam
kehidupannya.

Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran, atau informasi yang ada,


pernyataan atau hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu itu
kemudian dicek, apakah terjawab atau tidak, apakah terbukti atau
tidak.

f. Generalization (Menarik Kesimpulan/Generalisasi)

Tahap generalisasi/ menarik kesimpulan adalah proses menarik


sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku
untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan
memperhatikan hasil verifikasi (Syah, 2004:244). Berdasarkan hasil
verifikasi maka dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari
generalisasi. Setelah menarik kesimpulan siswa harus memperhatikan
proses generalisasi yang menekankan pentingnya penguasaan
pelajaran atas makna dan kaidah atau prinsip-prinsip yang luas yang
mendasari pengalaman seseorang, serta pentingnya proses
pengaturan dan generalisasi dari pengalaman-pengalaman itu.

c. Model Problem Based Learning

24 Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMP Kelompok Kompetensi Pedagogik F


Problem Based Learning (PBL) adalah kurikulum dan proses
pembelajaran. Dalam kurikulumnya, dirancang masalah-masalah yang
menuntut peserta didik mendapat pengetahuan penting, yang membuat
mereka mahir dalam memecahkan masalah, dan memiliki model belajar
sendiri serta memiliki kecakapan berpartisipasi dalam tim. Proses
pembelajarannya menggunakan pendekatan yang sistemik untuk
memecahkan masalah atau menghadapi tantangan yang nanti diperlukan
dalam kehidupan sehari-hari.

Pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah pendekatan


pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga
merangsang peserta didik untuk belajar. Dalam kelas yang menerapkan
pembelajaran berbasis masalah, peserta didik bekerja dalam tim untuk
memecahkan masalah dunia nyata (real world).

Pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu metode pembelajaran


yang menantang peserta didik untuk “belajar bagaimana belajar”, bekerja
secara berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata.
Masalah yang diberikan ini digunakan untuk mengikat peserta didik pada
rasa ingin tahu pada pembelajaran yang dimaksud. Masalah diberikan
kepada peserta didik, sebelum peserta didik mempelajari konsep atau
materi yang berkenaan dengan masalah yang harus dipecahkan.

Model pembelajaran berbasis masalah dilakukan dengan adanya


pemberian rangsangan berupa masalah-masalah yang kemudian
dilakukan pemecahan masalah oleh peserta didik yang diharapkan dapat
menambah keterampilan peserta didik dalam pencapaian materi
pembelajaran.

Berikut ini lima strategi dalam menggunakan model pembelajaran


berbasis masalah (PBL).
1) Permasalahan sebagai kajian.
2) Permasalahan sebagai penjajakan pemahaman.
3) Permasalahan sebagai contoh.
4) Permasalahan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari proses.
5) Permasalahan sebagai stimulus aktivitas autentik.

Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMP Kelompok Kompetensi Pedagogik F 25


Peran guru, peserta didik dan masalah dalam pembelajaran berbasis
masalah dapat digambarkan berikut ini.

Tabel 3: Peran guru, peserta didik dan masalah dalam pembelajaran


berbasis masalah
Masalah sebagai
Peserta Didik sebagai
Guru sebagai Pelatih Awal Tantangan
Problem Solver
dan Motivasi
o Asking about thinking o Peserta yang aktif. o Menarik untuk
(bertanya tentang o Terlibat langsung dalam dipecahkan.
pemikiran). pembelajaran. o Menyediakan
o Memonitor pembelajaran. o Membangunpembelajaran. kebutuhan yang
o Probbing ( menantang ada hubungannya
peserta didik untuk berpikir dengan pelajaran
). yang dipelajari.
o Menjaga agar peserta didik
terlibat.
o Mengatur dinamika
kelompok.
o Menjaga berlangsungnya
proses.

Tujuan dan hasil dari model pembelajaran berbasis masalah ini adalah:
1) Keterampilan berpikir dan keterampilan memecahkan masalah
Pembelajaran berbasis masalah ini ditujukan untuk mengembangkan
keterampilan berpikir tingkat tinggi.
2) Pemodelan peranan orang dewasa.
Bentuk pembelajaran berbasis masalah penting menjembatani gap antara
pembelajaran sekolah formal dengan aktivitas mental yang lebih praktis
yang dijumpai di luar sekolah. Berikut ini aktivitas-aktivitas mental di luar
sekolah yang dapat dikembangkan.
 PBL mendorong kerjasama dalam menyelesaikan tugas.
 PBL memiliki elemen-elemen magang. Hal ini mendorong pengamatan
dan dialog dengan yang lain sehingga peserta didik secara bertahap
dapat memi peran yang diamati tersebut.
 PBL melibatkan peserta didik dalam penyelidikan pilihan sendiri, yang
memungkinkan mereka menginterpretasikan dan menjelaskan

26 Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMP Kelompok Kompetensi Pedagogik F


fenomena dunia nyata dan membangun femannya tentang fenomena
itu.
3) Belajar Pengarahan Sendiri (self directed learning)
Pembelajaran berbasis masalah berpusat pada peserta didik. Peserta
didik harus dapat menentukan sendiri apa yang harus dipelajari, dan dari
mana informasi harus diperoleh, di bawah bimbingan guru.
Pendekatan PBL mengacu pada hal-hal sebagai berikut ini.
a. Kurikulum : PBL tidak seperti pada kurikulum tradisional, karena
memerlukan suatu strategi sasaran di mana proyek sebagai pusat.
b. Responsibility : PBL menekankan responsibility dan answerability para
peserta didik ke diri dan panutannya.
c. Realisme : kegiatan peserta didik difokuskan pada pekerjaan yang
serupa dengan situasi yang sebenarnya. Aktifitas ini mengintegrasikan
tugas otentik dan menghasilkan sikap profesional.
d. Active-learning : menumbuhkan isu yang berujung pada pertanyaan dan
keinginan peserta didik untuk menemukan jawaban yang relevan,
sehingga dengan demikian telah terjadi proses pembelajaran yang
mandiri.
e. Umpan Balik : diskusi, presentasi, dan evaluasi terhadap para peserta
didik menghasilkan umpan balik yang berharga. Ini mendorong kearah
pembelajaran berdasarkan pengalaman.
f. Keterampilan Umum : PBL dikembangkan tidak hanya pada ketrampilan
pokok dan pengetahuan saja, tetapi juga mempunyai pengaruh besar
pada keterampilan yang mendasar seperti pemecahan masalah, kerja
kelompok, dan self-management.
g. Driving Questions :PBL difokuskan pada pertanyaan atau permasalahan
yang memicu peserta didik untuk berbuat menyelesaikan permasalahan
dengan konsep, prinsip dan ilmu pengetahuan yang sesuai.
h. Constructive Investigations :sebagai titik pusat, proyek harus
disesuaikan dengan pengetahuan para peserta didik.
i. Autonomy :proyek menjadikan aktifitas peserta didik sangat penting.

Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMP Kelompok Kompetensi Pedagogik F 27


Fakta Empirik Keberhasilan Pendekatan dalam Proses dan Hasil
Pembelajaran
Kelebihan Menggunakan PBL
(1) Dengan PBL akan terjadi pembelajaran bermakna. Peserta
didik/mahapeserta didik yang belajar memecahkan suatu masalah maka
mereka akan menerapkan pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha
mengetahui pengetahuan yang diperlukan. Belajar dapat semakin bermakna
dan dapat diperluas ketika peserta didik berhadapan dengan situasi di mana
konsep diterapkan.
(2) Dalam situasi PBL, peserta didik mengintegrasikan pengetahuan dan
ketrampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang
relevan.
(3) PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan
inisiatif peserta didik didik dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan
dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.
Metoda ini memiliki kecocokan terhadap konsep inovasi pendidikan bidang
keteknikan, terutama dalam hal sebagai berikut :
1. peserta didik memperoleh pengetahuan dasar (basic sciences)yang
berguna untuk memecahkan masalah bidang keteknikan yang dijumpainya;
2. peserta didik belajar secara aktif dan mandiri dengan sajian materi
terintegrasi dan relevan dengan kenyataan sebenarnya, yang sering disebut
student-centered;
3. peserta didik mampu berpikir kritis, dan mengembangkan inisiatif.
Berikut adalah beberapa hasil penelitian berkaitan dengan model PBL.
Wagiran, dkk, 2010,Pengembangan Pembelajaran Model Problem Based
Learning Dengan Media Pembelajaran Berbantuan Komputer dalam
Matadiklat Measuring Bagi Peserta didik SMK (Hibah Bersaing Perguruan
Tinggi), 2010: Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta.

Penelitian dirancang dalam tiga tahap dalam kurun waktu 3 tahun. Pada
tahun pertama penelitian bertujuan untuk merancang, membuat dan
mengembangkan media pembelajaran berbantuan komputer berikut
perangkatnya dalam mendukung model pembelajaran PBL-PBK. Pada
tahun kedua, penelitian ini bertujuan untuk menerapkan dan menguji model

28 Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMP Kelompok Kompetensi Pedagogik F


pembelajaran PBL-PBK dalam lingkup luas sekaligus melihat efektivitasnya.
Pada tahun ketiga, penelitian ini memfokuskan pada tahap sosialisasi model
pembelajaran PBL-PBK dalam lingkup yang lebih luas.

Penelitian dirancang menggunakan pendekatan Research and Development


Sumber data dalam penelitian ini meliputi kalangan industri permesinan,
perumus kebijakan, kepala sekolah, guru, peserta didik, dan ahli pendidikan.
Penerapan model direncanakan di 5 SMK dengan metode eksperimen. Data
dikumpulkan dengan teknik observasi, wawancara mendalam, dan
dokumentasi. Analisis data dilakukan secara kuantitatif yaitu deskriptif, dan
komparatif.

Hasil yang diperoleh pada penelitian ini adalah diperolehnya kompetensi


Measuring dan diperolehnya media pembelajaran berbantuan komputer
dalam mendukung pembelajaran PBL-PBK yang teruji. Hasil evaluasi ahli
tentang kualitas media dilihat dari sisi materi menunjukkan skor 3,38 (dalam
kategori baik), dari kualitas tampilan menunjukkan skor 3,04 (dalam kategori
baik), sedangkan dari sisi pengorganisasian materi penunjukan skornya
adalah: konsistensi sebesar 2,92 (cukup baik), format sebesar 3,13 (baik),
pengorganisasian sebesar 3,25 (baik), bentuk dan ukuran huruf sebesar
2,63 (cukup baik).

Hasil uji kelayakan(ujicoba) kepada peserta didik menunjukkan bahwa


kualitas media dilihat dari sisi materi menunjukkan skor 3,28 (dalam kategori
baik), dari kualitas tampilan dan daya tarik menunjukkan skor 3,30 (dalam
kategori baik), sedangkan dari sisi pengorganisasian materi penunjukan
skornya adalah: sebesar 3,22 (baik) Dengan demikian media berbantuan
komputer dalam mata diklat measuring layak untuk diterapkan.

Media berbantuan komputer yang disusun telah memnuhi aspek kelayakan


baik dari segi teoritis maupun dari segi empiris. Tedapat tiga pola
implementasi pembelajaran menggunakan media berbantuan komputer
yaitu: (a) sebagai media tayamg, (b) sebagai media pendukung praktek, dan
(c) sebagai media pembelajaran individual dan interaktif.

Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMP Kelompok Kompetensi Pedagogik F 29


Dian Mala Sari, Pebriyenni ., Yulfia Nora, 2013, Peningkatan Partisipasi dan
Hasil Belajar Peserta didik Kelas IVB dalam Pembelajaran IPS Melalui Model
Problem Based Learning di SDN 20 Kurao Pagang, Faculty of Education,
Bung Hatta University.

Penelitian ini dilatarbelakangi kurangnya partisipasi peserta didik kelas IVB


pada pembelajaran IPS. Yang berdampak terhadap rendahnya hasil belajar
peserta didik. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan peningkatan
partisipasi dan hasil belajar peserta didik kelas IVB dalam pembelajaran IPS
melalui model PBL di SDN 20 Kurao Pagang. Jenis penelitian ini adalah
Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan secara partisipan.

Subjek penelitian ini peserta didik kelas IVB SDN 20 Kurao Pagang.
Instrumen penelitian yang digunakan lembar observasi partisipasi peserta
didik, lembar observasi aktivitas guru, tes hasil belajar dan catatan lapangan.
Hasil penelitian diketahui bahwa partisipasi dalam menjawab pertanyaan
meningkat dari 52,5 % di siklus I menjadi 70%, di siklus II. Partisipasi peserta
didik menanggapi jawaban meningkat dari 40% di siklus I menjadi 65% di
siklus II, dan partisipasi peserta didik dalam presentasi meningkat dari 27,5%
di siklus I menjadi 67,5% di siklus II. Hasil belajar peserta didik siklus I
meningkat dari 57,25% menjadi 72,75% di siklus II. Sedangkan persentase
ketuntasan belajar yang ditentukan 70%. Hasil penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa partisipasi dan hasil belajar peserta didik kelas IVB dapat
ditingkatkan melalui model PBL dalam pembelajaran IPS di SDN 20 Kurao
Pagang.

Langkah-langkah Operasional Implementasi dalam Proses


Pembelajaran
Pembelajaran suatu materi pelajaran dengan menggunakan PBL sebagai
basis model dilaksanakan dengan cara mengikuti lima langkah PBL dengan
bobot atau kedalaman setiap langkahnya disesuaikan dengan mata
pelajaran yang bersangkutan.

1. Konsep Dasar (Basic Concept)

Jika dipandang perlu, fasilitator dapat memberikan konsep dasar, petunjuk,


referensi, atau link dan skill yang diperlukan dalam pembelajaran tersebut.

30 Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMP Kelompok Kompetensi Pedagogik F


Hal ini dimaksudkan agar peserta didik lebih cepat masuk dalam atmosfer
pembelajaran dan mendapatkan „peta‟ yang akurat tentang arah dan tujuan
pembelajaran. Lebih jauh, hal ini diperlukan untuk memastikan peserta didik
memperoleh kunci utama materi pembelajaran, sehingga tidak ada
kemungkinan terlewatkan oleh peserta didik seperti yang dapat terjadi jika
peserta didik mempelajari secara mandiri. Konsep yang diberikan tidak perlu
detail, diutamakan dalam bentuk garis besar saja, sehingga peserta didik
dapat mengembangkannya secara mandiri secara mendalam.

2. Pendefinisian Masalah (Defining the Problem)

Dalam langkah ini fasilitator menyampaikan skenario atau permasalahan dan


dalam kelompoknya, peserta didik melakukan berbagai kegiatan. Pertama,
brainstorming yang dilaksanakan dengan cara semua anggota kelompok
mengungkapkan pendapat, ide, dan tanggapan terhadap skenario secara
bebas, sehingga dimungkinkan muncul berbagai macam alternatif pendapat.
Setiap anggota kelompok memiliki hak yang sama dalam memberikan dan
menyampaikan ide dalam diskusi serta mendokumentasikan secara tertulis
pendapat masing-masing dalam kertas kerja.

Selain itu, setiap kelompok harus mencari istilah yang kurang dikenal dalam
skenario tersebut dan berusaha mendiskusikan maksud dan artinya. Jika
ada peserta didik yang mengetahui artinya, segera menjelaskan kepada
teman yang lain. Jika ada bagian yang belum dapat dipecahkan dalam
kelompok tersebut, ditulis dalam permasalahan kelompok. Selanjutnya, jika
ada bagian yang belum dapat dipecahkan dalam kelompok tersebut, ditulis
sebagai isu dalam permasalahan kelompok.

Kedua, melakukan seleksi alternatif untuk memilih pendapat yang lebih


fokus. Ketiga, menentukan permasalahan dan melakukan pembagian tugas
dalam kelompok untuk mencari referensi penyelesaian dari isu
permasalahan yang didapat. Fasilitator memvalidasi pilihan-pilihan yang
diambil peserta didik. Jika tujuan yang diinginkan oleh fasilitator belum
disinggung oleh peserta didik, fasilitator mengusulkannya dengan
memberikan alasannya. Pada akhir langkah peserta didik diharapkan
memiliki gambaran yang jelas tentang apa saja yang mereka ketahui, apa

Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMP Kelompok Kompetensi Pedagogik F 31


saja yang mereka tidak ketahui, dan pengetahuan apa saja yang diperlukan
untuk menjembataninya. Untuk memastikan setiap peserta didik mengikuti
langkah ini, maka pendefinisian masalah dilakukan dengan mengikuti
petunjuk.

3. Pembelajaran Mandiri (Self Learning)

Setelah mengetahui tugasnya, masing-masing peserta didik mencari


berbagai sumber yang dapat memperjelas isu yang sedang diinvestigasi.
Sumber yang dimaksud dapat dalam bentuk artikel tertulis yang tersimpan di
perpustakaan, halaman web, atau bahkan pakar dalam bidang yang relevan.
Tahap investigasi memiliki dua tujuan utama, yaitu: (1) agar peserta didik
mencari informasi dan mengembangkan pemahaman yang relevan dengan
permasalahan yang telah didiskusikan di kelas, dan (2) informasi
dikumpulkan dengan satu tujuan yaitu dipresentasikan di kelas dan informasi
tersebut haruslah relevan dan dapat dipahami.

Di luar pertemuan dengan fasilitator, peserta didik bebas untuk mengadakan


pertemuan dan melakukan berbagai kegiatan. Dalam pertemuan tersebut
peserta didik akan saling bertukar informasi yang telah dikumpulkannya dan
pengetahuan yang telah mereka bangun. Peserta didik juga harus
mengorganisasi informasi yang didiskusikan, sehingga anggota kelompok
lain dapat memahami relevansi terhadap permasalahan yang dihadapi.

4. Pertukaran Pengetahuan (Exchange knowledge)

Setelah mendapatkan sumber untuk keperluan pendalaman materi dalam


langkah pembelajaran mandiri, selanjutnya pada pertemuan berikutnya
peserta didik berdiskusi dalam kelompoknya untuk mengklarifikasi
capaiannya dan merumuskan solusi dari permasalahan kelompok.
Pertukaran pengetahuan ini dapat dilakukan dengan cara peserrta didik
berkumpul sesuai kelompok dan fasilitatornya.

Tiap kelompok menentukan ketua diskusi dan tiap peserta didik


menyampaikan hasil pembelajaran mandiri dengan cara mengintegrasikan
hasil pembelajaran mandiri untuk mendapatkan kesimpulan kelompok.
Langkah selanjutnya presentasi hasil dalam pleno (kelas besar) dengan
mengakomodasi masukan dari pleno, menentukan kesimpulan akhir, dan

32 Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMP Kelompok Kompetensi Pedagogik F


dokumentasi akhir. Untuk memastikan setiap peserta didik mengikuti
langkah ini maka dilakukan dengan mengikuti petunjuk.

5. Penilaian (Assessment)

Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek pengetahuan


(knowledge), kecakapan (skill), dan sikap (attitude). Penilaian terhadap
penguasaan pengetahuan yang mencakup seluruh kegiatan pembelajaran
yang dilakukan dengan ujian akhir semester (UAS), ujian tengah semester
(UTS), kuis, PR, dokumen, dan laporan. Penilaian terhadap kecakapan
dapat diukur dari penguasaan alat bantu pembelajaran, baik software,
hardware, maupun kemampuan perancangan dan pengujian. Sedangkan
penilaian terhadap sikap dititikberatkan pada penguasaan soft skill, yaitu
keaktifan dan partisipasi dalam diskusi, kemampuan bekerjasama dalam tim,
dan kehadiran dalam pembelajaran. Bobot penilaian untuk ketiga aspek
tersebut ditentukan oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan.

Contoh Penerapan

Sebelum memulai proses belajar-mengajar di dalam kelas, peserta didik


terlebih dahulu diminta untuk mengobservasi suatu fenomena terlebih
dahulu. Kemudian peserta didik diminta mencatat masalah-masalah yang
muncul. Setelah itu tugas guru adalah meransang peserta didik untuk
berpikir kritis dalam memecahkan masalah yang ada. Tugas guru adalah
mengarahkan peserta didik untuk bertanya, membuktikan asumsi, dan
mendengarkan pendapat yang berbeda dari mereka.

Memanfaatkan lingkungan peserta didik untuk memperoleh pengalaman


belajar. Guru memberikan penugasan yang dapat dilakukan di berbagai
konteks lingkungan peserta didik, antara lain di sekolah, keluarga dan
masyarakat. Penugasan yang diberikan oleh guru memberikan kesempatan
bagi peserta didik untuk belajar diluar kelas. Peserta didik diharapkan dapat
memperoleh pengalaman langsung tentang apa yang sedang dipelajari.
Pengalaman belajar merupakan aktivitas belajar yang harus dilakukan
peserta didik dalam rangka mencapai penguasaan standar kompetensi,
kemampuan dasar dan materi pembelajaran.

Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMP Kelompok Kompetensi Pedagogik F 33


Tabel 4: Tahapan-Tahapan Model PBL
FASE-FASE PERILAKU GURU
Fase 1  Menjelaskan tujuan pembelajaran,
Orientasi peserta didik kepada menjelaskan logistik yg dibutuhkan.
masalah.  Memotivasi peserta didik untuk terlibat
aktif dalam pemecahan masalah yang
dipilih.
Fase 2 Membantu peserta didik mendefinisikan
Mengorganisasikan peserta danmengorganisasikan tugas belajar yang
didik. berhubungan dengan masalah tersebut.
Fase 3 Mendorong peserta didik untuk
Membimbing penyelidikan mengumpulkan informasi yang sesuai,
individu dan kelompok. melaksanakan eksperimen untuk
mendapatkan penjelasan dan pemecahan
masalah.
Fase 4 Membantu peserta didik dalam
Mengembangkan dan merencanakan dan menyiapkan karya
menyajikan hasil karya. yang sesuai seperti laporan, model dan
berbagi tugas dengan teman.
Fase 5 Mengevaluasi hasil belajar tentang materi
Menganalisa dan yang telah dipelajari /meminta kelompok
mengevaluasi proses presentasi hasil kerja.
pemecahan masalah.

Contoh Model-model Pembelajaran Bahasa Indonesia

Pembelajaran pendekatan saintifik dapat dilakukan dengan model


pembelajaran antara lain pembelajaran penemuan, pembelajaran berbasis
projek, pembelajaran berbasis masalah, dan pembelajaran inkuiri yang
masing-masing memiliki sintak pembelajaran. Model Pembelajaran
merupakan kerangka konseptual dan operasional pembelajaran yang
memiliki nama, ciri, urutan logis, pengaturan, dan budaya.Proses
pembelajaran dilakukan dengan urutan model pembelajaran yang dipilih
sesuai dengan karakteristik Kompetensi Dasar yang akan dikuasai peserta
didik. Skenario pembelajaran disesuaikan dengan sintak model yang dipilih,
dengan alokasi waktu juga disesuaikan dengan tingkat kesulitan dan ruang
lingkup materi dalam KD yang diajarkan. Dengan demikian, kompetensi
pada KD dapat tercapai, hasil belajar pada peserta didik akan lebih optimal.
Contoh penerapan model pembelajaran dalam mata pelajaran bahasa
Indonesia

34 Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMP Kelompok Kompetensi Pedagogik F


Contoh Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem
Based Learning)
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : IX/1
Materi Pokok : Teks Esemplum
Sub Materi : Pemodelan Teks eksemplum

A. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi


3.3 Mengklasifikasi teks eksemplum, tanggapan kritis, tantangan, dan
rekaman percobaan baik melalui lisan maupun tulisan
Indikator
1) Kesamaan bagian struktur teks eksemplum “Putri Tanggung dan
“Mengejar Cita-cita”
2) Klasifikasikanlah struktur teks eksemplum “Mengejar Cita-cita”

B. Langkah-langkah Pembelajaran
Tahapan Pokok Kegiatan Pembelajaran
Orientasi siswa pada 1. Peserta didik membaca contoh teks eksemplum
masalah yang berbeda
2. Peserta didik memberikan tanggapan dan
pendapat terhadap permasalahan tersebut
Mengorganisasi 3. Peserta didik membentuk kelompok belajar
siswa dalam belajar sesuai arahan guru dengan mempertimbangkan
kemampuan akademik, gender, dan ras
Membimbing 4. Peserta didik membaca teks eksemplum dengan
penyelidikan siswa cermat Peserta didik dengan difasilitasi dan
secara mandiri atau dibimbing guru menelaah dan mendiskusikan
kelompok kesamaan teks “Putri Tanggung dan “Mengejar
Cita-cita” dari segi struktur, terdapat pada kedua
teks tersebut!
5. Peserta didik Klasifikasikanlah struktur teks
eksemplum “Mengejar Cita-cita” dengan cermat
Peserta didik dengan difasilitasi dan dibimbing
guru

Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMP Kelompok Kompetensi Pedagogik F 35


Mengembangkan 6. Peserta didik menjawab permasalahan yang telah
dan menyajikan hasil diidentifikasi dan Klasifikasikanlah struktur teks
karya eksemplum “Mengejar Cita-cita” khususnya
mengenai kesamaan dari segi struktur, Peserta
didik mempresentasikan atau menyajikan laporan
pembahasan hasil temuan atau hasil diskusi dan
penarikan kesimpulan di depan kelas
Menganalisis dan 7. Peserta didik dalam kelompok lain mengevaluasi
mengevaluasi atau menanggapi
proses pemecahan 8. Peserta didik dengan dibimbing guru melakukan
masalah simpulan
9. Guru melakukan evaluasi hasil belajar mengenai
materi yang telah dipelajari

C. Penilaian
a. Teknik : Tes Tertulis
b. Bentuk : Uraian
c. Instrumen
Bacalah teks cerita teks eksemplum berikut ini
Tentukanlah kesamaan struktur teks eksemplum “ “Putri Tanggung dan
“Mengejar Cita-cita” tersebut
d. Kunci
Aspek Kesamaan Data Pendukung
Struktur

e. Pedoman Penskoran
No. Aspek dan Kriteria Skor
1. Struktur
a. Tepat 3
b. Kurang tepat 2

36 Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMP Kelompok Kompetensi Pedagogik F


c. Tidak tepat 1
2. Susunan Kalimat
a. Tepat 3
b. Kurang tepat 2
c. Tidak tepat 1
3. Isi
a. Tepat 3
b. Kurang tepat 2
c. Tidak tepat 1

D. Aktivitas Pembelajaran
1. Pendahuluan
Silakan Anda pahami tujuan, kompetensi, dan indikator pencapaian
kompetensi pada kegiatan pembelajaran ini supaya pembelajaran lebih
terarah dan terukur.
2. Curah Pendapat
Pada kegiatan ini Anda diminta untuk menyebutkan berbagai masalah
yang dihadapi dalam pembelajaran, khususnya pada saat penilaian.
Sebagai langkah awal dan agar kegiatan curah pendapat berjalan dengan
baik, Anda dapat mengisi pertanyaan berikut ini.

• Perlukah guru bahasa Indonesia mengetahui dan memahami konsep dasar


model pembelajaran?Mengapa?
• Adakah perbedaan antara model discaveri , proyek, dan model
pembelajalahran berbasis masalah?
• Apakah Bapak/ Ibu pernah mengalami kesulitan dalam hal melaksanakan
model pembelajaran? Coba sebutkan! Apa yang menyebabkannya?

3. Telaah Materi
Kelas dibagai menjadi empat kelompok besar sesuai dengan topik
bahasan, yaitu konsep model pembelajaran (pengertian model, model
discaveri , model proyek, dan model pembelajaran berbasis masalah.
Masing-masing Anda dibagi ke dalam kelompok tersebut sehingga
terbentuk empat kelompok ahli, yaitu satu kelompok ahli pengertian model,

Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMP Kelompok Kompetensi Pedagogik F 37


kelompok ahli konsep model discaveri kelompok ahli konsep model proyek,
dan kelompok ahli konsep model pembelajaran berbasis masalah. Setelah
itu, setiap kelompok membaca, mengkaji, dan menelaah sumber belajar
yang berhubungan dengan hal yang ingin dipahami tersebut. Adapun su
ber belajar yang dirujuk adalah bahan bacaan yang terdapat pada bagian
uraian materi dan sumber belajar lainnya yang relevan.

Setelah setiap kelompok ahli mengkaji dan menelaah masing-masing


sumber belajaryang terkait, mereka diminta kembali ke kelompok asal. Di
kelompok asal silakan Anda kerjakan LK 1.1 sebagai laporan hasil diskusi

E. Latihan/Kasus/Tugas

Kerjakan latihan kerja berikut dengan cermat


LK-01 Tuliskan pengertian model, model discaveri, proyek, berbasis
masalah, dan tes.
No. Istilah Pengertian
1. pengertian model

2. model discaveri

3. model proyek

4. model berbasis
masalah

LK-02 Tuliskan langkah-langkah model discaveri!


No. Langkah-langkah model discaveri
1

38 Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMP Kelompok Kompetensi Pedagogik F


4

dst

LK-03 Tuliskan langkah-langkah model proyek!


No. Langkah-langkah model proyek
1.
2.
3.
4.
dst

LK-04 Tuliskan langkah-langkah model berbasis masalah!

LK–05 Tuliskan beberapa keunggulan model berbasis masalah.

No.

Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMP Kelompok Kompetensi Pedagogik F 39


F. Rangkuman
Model pembelajaran adalah suatu pola atau struktur pembelajaran yang
tersusun dan didesain, ditetapkan, dan dievaluasi secara sistemik untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan guru. Istilah model sendiri
dapat diartikan sebagai suatu bentuk tiruan dari benda yang sebenarnya.

Arends dalam Trianto (2010: 51) mengartikan model pembelajaran adalah


suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran di kelas. Model pembelajaran mengacu pada
pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di dalamnya
tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran,
lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas.

Model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh
strategi, metode, atau prosedur. Ciri-ciri khusus model pembelajaran adalah:

a. Rasional teoretis logis yang disusun oleh para pencipta atau


pengembangnya. Model pembelajaran mempunyai teori berfikir yang
masuk akal. Maksudnya para pencipta atau pengembang membuat teori
dengan mempertimbangkan teorinya dengan kenyataan sebenarnya serta
tidak secara fiktif dalam menciptakan dan mengembangankannya.
b. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan
pembelajaran yang akan dicapai). Model pembelajaran mempunyai tujuan
yang jelas tentang apa yang akan dicapai, termasuk di dalamnya apa dan
bagaimana siswa belajar dengan baik serta cara memecahkan suatu
masalah pembelajaran.
c. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat
dilaksanakan dengan berhasil. Model pembelajaran mempunyai tingkah
laku mengajar yang diperlukan sehingga apa yang menjadi cita-cita
mengajar selama ini dapat berhasil dalam pelaksanaannya.
d. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat
tercapai. Model pembelajaran mempunyai lingkungan belajar yang
kondusif serta nyaman, sehingga suasana belajar dapat menjadi salah
satu aspek penunjang apa yang selama ini menjadi tujuan pembelajaran.

40 Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMP Kelompok Kompetensi Pedagogik F


Langkah Persiapan Metode Discovery Learning
a. Menentukan tujuan pembelajaran.
b. Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, minat, gaya
belajar, dan sebagainya).
c. Memilih materi pelajaran.
d. Menentukan topik-topik yang harus dipelajari siswa secara induktif (dari
contoh-contoh generalisasi).
e. Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh,
ilustrasi, tugas dan sebagainya untuk dipelajari siswa.
f. Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari
yang konkret ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik sampai ke
simbolik.
g. Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa

Ada 3 Model Pembelajaran


1) Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning)
Pembelajaran model Berbasis Proyek atau Project Based Learning (PBL)
adalah model pembelajaran yang melibatkan siswa dalam suatu kegiatan
(proyek) yang menghasilkan suatu produk. Keterlibatan siswa mulai dari
merencanakan, membuat rancangan, melaksanakan, dan melaporkan hasil
kegiatan berupa produk dan laporan pelaksanaanya.
2) Metode Discovery Learningadalah teori belajar yang didefinisikan sebagai
proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan
pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan mengorganisasi sendiri.
Sebagaimana pendapat Bruner, bahwa: “Discovery Learning can be defined
as the learning that takes place when the student is not presented with
subject matter in the final form, but rather is required to organize it him self”
(Lefancois dalam Emetembun, 1986:103).
3) Problem Based Learning (PBL) adalah proses pembelajaran dalam
kurikulumnya dirancang masalah-masalah yang menuntut peserta didik
mendapat pengetahuan penting, yang membuat mereka mahir dalam
memecahkan masalah, dan memiliki model belajar sendiri serta memiliki
kecakapan berpartisipasi dalam tim. Proses pembelajarannya menggunakan

Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMP Kelompok Kompetensi Pedagogik F 41


pendekatan yang sistemik untuk memecahkan masalah atau menghadapi
tantangan yang nanti diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.

Prosedur Aplikasi Metode Discovery Learning


a. Stimulation (Stimulasi/Pemberian Rangsangan)
Pertama-tama pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang
menimbulkan kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi
generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Disamping itu
guru dapat memulai kegiatan PBM dengan mengajukan pertanyaan, anjuran
membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan
pemecahan masalah.
b. Problem Statement (Pernyataan/ Identifikasi Masalah)
Setelah dilakukan stimulasi langkah selanjutya adalah guru memberi
kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin
agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian
salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban
sementara atas pertanyaan masalah) (Syah 2004:244), sedangkan menurut
permasalahan yang dipilih itu selanjutnya harus dirumuskan dalam bentuk
pertanyaan, atau hipotesis, yakni pernyataan (statement) sebagai jawaban
sementara atas pertanyaan yang diajukan.
c. Data Collection (Pengumpulan Data)
Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan kepada para
siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan
untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis (Syah, 2004:244).
d. Data Processing (Pengolahan Data)
Menurut Syah (2004:244) pengolahan data merupakan kegiatan mengolah
data dan informasi yang telah diperoleh para siswa baik melalui wawancara,
observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan. Semua informai hasil bacaan,
wawancara, observasi, dan sebagainya, semuanya diolah, diacak,
diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu
serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu (Djamarah, 2002:22)
e. Verification (Pembuktian)
Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk
membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan

42 Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMP Kelompok Kompetensi Pedagogik F


temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil data processing (Syah,
2004:244).
f. Generalization (Menarik Kesimpulan/Generalisasi)
Tahap generalisasi/ menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah
kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua
kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi
(Syah, 2004:244).

Prosedur Aplikasi Problem Based Learning (PBL)


Dalam pelaksanaannya dirancang masalah-masalah yang menuntut peserta
didik mendapat pengetahuan penting, yang membuat mereka mahir dalam
memecahkan masalah, dan memiliki model belajar sendiri serta memiliki
kecakapan berpartisipasi dalam tim. Proses pembelajarannya menggunakan
pendekatan yang sistemik untuk memecahkan masalah atau menghadapi
tantangan yang nanti diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.
Tabel 4: Tahapan-Tahapan Model PBL
FASE-FASE PERILAKU GURU
Fase 1  Menjelaskan tujuan pembelajaran,
Orientasi peserta didik kepada menjelaskan logistik yg dibutuhkan.
masalah.  Memotivasi peserta didik untuk terlibat aktif
dalam pemecahan masalah yang dipilih.
Fase 2 Membantu peserta didik mendefinisikan
Mengorganisasikan peserta didik. danmengorganisasikan tugas belajar yang
berhubungan dengan masalah tersebut.
Fase 3 Mendorong peserta didik untuk
Membimbing penyelidikan individu mengumpulkan informasi yang sesuai,
dan kelompok. melaksanakan eksperimen untuk
mendapatkan penjelasan dan pemecahan
masalah.
Fase 4 Membantu peserta didik dalam
Mengembangkan dan menyajikan merencanakan dan menyiapkan karya yang
hasil karya. sesuai seperti laporan, model dan berbagi
tugas dengan teman.
Fase 5 Mengevaluasi hasil belajar tentang materi
Menganalisa dan mengevaluasi yang telah dipelajari /meminta kelompok

Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMP Kelompok Kompetensi Pedagogik F 43


FASE-FASE PERILAKU GURU
proses pemecahan masalah. presentasi hasil kerja.

Prosedur Aplikasi Pembelajaran Berbasis Proyek.


a. Penentuan Pertanyaan Mendasar (Start With the Essential Question)
Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan yang
dapat memberi penugasan peserta didik dalam melakukan suatu aktivitas.
Mengambil topik yang sesuai dengan realitas dunia nyata dan dimulai
dengan sebuah investigasi mendalam. Guru berusaha agar topik yang
diangkat relevan untuk para peserta didik.
b. Mendesain Perencanaan Proyek (Design a Plan for the Project)
Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara pengajar dan peserta didik.
Dengan demikian peserta didik diharapkan akan merasa “memiliki” atas
proyek tersebut.
c. Menyusun Jadwal (Create a Schedule)
Guru dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam
menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain: (1) membuat
timeline untuk menyelesaikan proyek, (2) membuat deadline penyelesaian
proyek, (3) membawa peserta didik agar merencanakan cara yang baru, (4)
membimbing peserta didik ketika mereka membuat cara yang tidak
berhubungan dengan proyek, dan (5) meminta peserta didik untuk membuat
penjelasan (alasan) tentang pemilihan suatu cara.
d. Memonitor peserta didik dan kemajuan proyek (Monitor the Students and
the Progress of the Project)
e. Guru bertanggungjawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas
peserta didik selama menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan dengan
cara menfasilitasi peserta didik pada setiap roses. Dengan kata lain guru
berperan menjadi mentor bagi aktivitas peserta didik. Agar mempermudah
proses monitoring, dibuat sebuah rubrik yang dapat merekam keseluruhan
aktivitas yang penting.
f. Menguji Hasil (Assess the Outcome)
Penilaian dilakukan untuk membantu guru dalam mengukur ketercapaian
standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing- masing peserta
didik, memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai

44 Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMP Kelompok Kompetensi Pedagogik F


peserta didik, membantu guru dalam menyusun strategi pembelajaran
berikutnya.
g. Mengevaluasi Pengalaman (Evaluate the Experience)

G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut


1. Apa yang Anda pelajari dalam model-model pembelajaran?

2. Hal apa yang Anda sukai dari pembelajaran ini? Mengapa Anda
menyukainya?

3. Apa masalah atau kendala yang Anda hadapi, selama melaksanakan


model –model pembelajaran?

H. Pembahasan Latihan/ Tugas /Kasus

LK 01

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang


digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas.
Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan

Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMP Kelompok Kompetensi Pedagogik F 45


digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap
dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan
kelas.

Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning)

Model pembelajaran yang melibatkan siswa dalam suatu kegiatan (proyek)


yang menghasilkan suatu produk. Keterlibatan siswa mulai dari
merencanakan, membuat rancangan, melaksanakan, dan melaporkan hasil
kegiatan berupa produk dan laporan pelaksanaanya.

Metode Discovery Learning adalah teori belajar yang didefinisikan sebagai


proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran
dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan mengorganisasi sendiri.

Problem Based Learning (PBL) adalah proses pembelajaran dalam


kurikulumnya, dirancang masalah-masalah yang menuntut peserta didik
mendapat pengetahuan penting, yang membuat mereka mahir dalam
memecahkan masalah, dan memiliki model belajar sendiri serta memiliki
kecakapan berpartisipasi dalam tim. Proses pembelajarannya menggunakan
pendekatan yang sistemik untuk memecahkan masalah atau menghadapi
tantangan yang nanti diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.

Langkah- langkah Metode Discovery Learning


a. Menentukan tujuan pembelajaran.
b. Melakukan identifikasi karakteristik siswa
c. Memilih materi pelajaran.
d. Menentukan topik-topik yang harus dipelajari siswa secara
e. Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh,
ilustrasi, tugas dan sebagainya untuk dipelajari siswa.
f. Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari
yang konkret ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik sampai ke
simbolik.

Langkah-langkah model pembelajaran penemuan


a. Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa
b. Stimulation (Stimulasi/Pemberian Rangsangan)

46 Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMP Kelompok Kompetensi Pedagogik F


c. Problem Statement (Pernyataan/ Identifikasi Masalah
d. Data Collection (Pengumpulan Data)
e. Data Processing (Pengolahan Data)
f. Verification (Pembuktian)
g. Generalization (Menarik Kesimpulan/Generalisasi)

Langkah – langkah model pembelajaran proyek


Fase 1 Orientasi peserta didik kepada masalah.
Fase 2 Mengorganisasikan peserta didik.
Fase 3 Membimbing penyelidikan individu dan kelompok.
Fase 4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Fase 5 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Kelebihan Menggunakan PBL


1. Dengan PBL akan terjadi pembelajaran bermakna. Peserta didik/mahapeserta
didik yang belajar memecahkan suatu masalah maka mereka akan menerapkan
pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha mengetahui pengetahuan yang
diperlukan. Belajar dapat semakin bermakna dan dapat diperluas ketika peserta
didik berhadapan dengan situasi di mana konsep diterapkan.
2. Dalam situasi PBL, peserta didik mengintegrasikan pengetahuan dan
ketrampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang
relevan.
3. PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif
peserta didik didik dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat
mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.

Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMP Kelompok Kompetensi Pedagogik F 47


PENUTUP

Dengan tuntasnya mempelajari materi dalam modul guru pembelajar Bahasa


Indonesia SMP ini, Anda diharapkan tidak lagi menjadi menyalahi di dalam
pengembangan pembelajaran efektif di kelas. Apalagi materi tersebut tidak bisa
hindari. Guru sepatutnya mendapatkan pemahaman terhadap kompetensi
pedagogik dan profesional dengan komposisi yang ideal merupakan sesuatu
yang sangat penting dan tidak bisa dilewatkan pada setiap pertemuan.

Materi yang dipaparkan dalam kegiatan pembelajaran ini diharapkan dapat baik;
bisa menambah wawasan bagi Anda yang tentu saja hal itu bisa berimplikasi
pada pembelajaran efektif di dalam kelas. Oleh karena masih bersifat umum,
paparan tentang pendekatan, metode/strategi, dan teknik-tekniknya bisa
dikembangkan lagi sesuai dengan KD yang akan Anda sampaikan kepada para
siswa.

Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMP Kelompok Kompetensi Pedagogik F 49


DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu dan Joko Tri Prasetya. SBM, Strategi Belajar Mengajar. Bandung:
Pustaka Setia.
Alwi, Hasan.1994. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.
Depdikbud. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Faizah, Dewi Utama. 2003. Belajar Mengajar yang Menyenangkan. Solo: Tiga
Serangkai.
Given, Barbara K. 2007. Brain-Based Teaching (terjemahan). Bandung: Kaifa.
Gulo, W..2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Gramedia.
Haliwani, B, dkk,2008. Penerapan Metode Penemuan Terbimbing pada Mata
Pelajaran Sains untuk Meningkatkan Hasi Belajar Siswa Kelas IV SD 016
Pekanbaru Kota(laporan penelitian). Pekanbaru: Lemlit UNRI
Kosasih, E. 2007. Pendekatan, Metode, dan Teknik Pembelajaran Bahasa
Indonesia. Bandung: Genesindo.
Kosasih, E. 2014. Strategi Belajar dan Pembelajaran, Implementasi Kurikulum
2013. Bandung: Yrama Widya.saotivasi Belajar dan Daya Ingat Siswa
Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif berorientasi Konstruktivistik.
Jakarta: Prestasi Pustaka.
---------- Model pembelajaran Terpadu. 2011. Jakarta : Bumi Aksara

Htt://darussholahjember.blokspot.com/211/05/aplikasi metode-discavery-
learning.htm (diunduh32 Mei 2013)

Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMP Kelompok Kompetensi Pedagogik F 51


GLOSARIUM

afektif : berkenaan dengan perasaan, emosi, sikap, derajat,


penerimaan atau penolakan terhadap sustu objek.
sehingga mengandung unsur subjektivitas; kegiatan
yang sistematik untuk menentukan kebaikan dan
kelemahan suatu program
bahan ajar : meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar
kompetensi yang telah ditentukan
diagnosis : merupakan upaya untuk menemukan faktor-faktor
penyebab atau yang melatarbelakangi timbulnya
masalah peserta didik.
diagram : lambang-lambang tertentu yang dapat digunakan
untuk menjelaskan sarana, prosedur, serta
kegiatan yang biasa dilaksanakan dalam suatu
sistem. Disebut juga bagan
kompetensi : seperangkat sikap, pengetahuan, dan keterampilan
yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh peserta
didik setelah mempelajari suatu muatan pembelajaran,
menamatkan suatu program, atau menyelesaikan
satuan pendidikan tertentu.
Penilaian : proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk
mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik.
Problem Based proses pembelajaran dalam kurikulumnya, dirancang
Learning masalah-masalah yang menuntut peserta didik
mendapat pengetahuan penting, yang membuat
mereka mahir dalam memecahkan masalah, dan
memiliki model belajar sendiri serta memiliki kecakapan
berpartisipasi dalam tim.
Metode Discovery : teori belajar yang didefinisikan sebagai proses
Learning pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak

Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMP Kelompok Kompetensi Pedagogik F 53


disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya,
tetapi diharapkan mengorganisasi sendiri.
kompetensi : seperangkat sikap, pengetahuan, dan keterampilan
yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh peserta
didik setelah mempelajari suatu muatan pembelajaran,
menamatkan suatu program, atau menyelesaikan
satuan pendidikan tertentu.
: pokok bahasan dan subpokok bahasan dari
kompetensi dasar.
kompetensi inti : tingkat kemampuan untuk mencapai standar
kompetensi lulusan yang harus dimiliki seorang peserta
didik pada setiap tingkat kelas atau program.
materi pembelajaran : pokok bahasan dan subpokok bahasan dari
kompetensi dasar.
proyek : merupakan metode yang memberikan kesempatan
kepada siswa yang seluas-luasnya untuk mengamati,
membaca, meneliti, menghubungkan dan
mengembangkan pengetahuan yang telah diperoleh
dari berbagai mata

54 Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMP Kelompok Kompetensi Pedagogik F

Anda mungkin juga menyukai