Anda di halaman 1dari 16

TUGAS 3 IDK 2 A.

N DIAN HANDAYANI
TENTANG VIRUS, BAKTERI DAN JAMUR

VIRUS, BAKTERI DAN JAMUR YANG SERING MENYEBABKAN INFEKSI


PADA MANUSIA

1. VIRUS

Virus adalah organisme yang berukuran sangat kecil, bahkan lebih kecil dari bakteri.
Mikroorganisme ini membutuhkan inang yang hidup, misalnya manusia, hewan, atau
tanaman untuk berkembang biak.
Infeksi virus umumnya bisa menular dari satu orang ke orang lainnya, dapat melalui
udara, percikan air liur, kontak kulit, kontak dengan cairan tubuh, dan sebagainya.

Ketika virus memasuki sel tubuh Anda, ia mengambil alih sistem kerja sel lalu
mengubahnya menjadi sel penghasil virus baru yang bisa menginfeksi sel tubuh lainnya. Bila
menginfeksi manusia, komponen dalam virus yaitu DNA (deoxyribonucleic acid) atau RNA
(ribonucleic acid) akan masuk dan berkembang biak dalam sel tubuh manusia dan
menyebabkan penyakit
a. Infeksi saluran napas umumnya disebabkan oleh rhinovirus, respiratory syncytial
virus, dan influenza.
b. Infeksi saluran pencernaan sering disebabkan oleh rotavirus dan norovirus.
Sedangkan infeksi di hati karena virus biasanya disebabkan oleh virus hepatitis A,
B, C, D, atau E.
c. Infeksi saraf bisa disebabkan oleh virus polio, Japanese encephalitis virus, atau
rabies.
d. Infeksi kulit bisa disebabkan oleh virus herpes simpleks, virus varicella zoster,
virus rubella, dan poxvirus.
e. Infeksi virus yang memengaruhi daya tahan tubuh secara keseluruhan disebabkan
oleh virus HIV.

f. Coronavirus disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit yang disebabkan


oleh severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2). Gejala
COVID-19 yang paling umum adalah demam, batuk kering, dan sesak napas.
Gejala ini dapat muncul 2–14 hari setelah terpapar virus.

Penyakit yang disebabkan oleh virus memang ada yang cukup dilawan dengan sistem
kekebalan tubuh sendiri. Namun, beberapa virus bisa berkembang sangat cepat, sehingga
sistem kekebalan tubuh bisa saja kalah saat melawannya. Hal ini membuat sebagian penderita
infeksi virus membutuhkan bantuan pengobatan, misalnya obat antivirus untuk membantu
melawan virus, obat pereda keluhan untuk memperbaiki keadaan penderita, atau obat untuk
memperkuat sistem imun agar mampu melawan virus.

Diagnosis Infeksi virus


Sebagai pemeriksaan awal infeksi virus, dokter akan melakukan wawancara dan
pemeriksaan fisik. Pada infeksi pernapasan dan saluran pencernaan, dokter bisa saja tidak
membutuhkan pemeriksaan tambahan untuk menentukan penyakit.
Bila infeksi terjadi di kulit, pemeriksaan apusan atau kerokan kulit di bawah
mikroskop kadang dilakukan untuk memastikan jenis penyakit yang terjadi. Beberapa jenis
infeksi virus juga perlu diketahui kepastiannya lewat pemeriksaan antibodi dengan
pemeriksaan laboratorium, misalnya infeksi rubella, HIV, dan herpes simpleks.

Gejala Infeksi virus


Infeksi virus menunjukkan gejala yang berbeda-beda, bergantung pada organ yang
terkena dan jenis virus penyebabnya. Umumnya akan terjadi gejala demam. Kondisi demam
akibat infeksi virus biasanya berupa demam tinggi yang cukup membandel sekalipun sudah
diobati dengan penurun demam.
Selain itu, gejala infeksi virus sering kali timbul mendadak dan berlangsung selama
1–2 minggu. Gejala lain seperti nyeri tenggorokan, batuk-batuk, mual, diare, gangguan kulit,
atau nyeri pada berbagai bagian tubuh adalah gejala lain yang biasanya mengikuti gejala
demam dan menyasar pada organ tempat serangan virus terjadi.

Pengobatan Infeksi virus


Pengobatan infeksi virus pun berbeda-beda, tergantung pada jenis infeksi virus yang
terjadi. Pada infeksi saluran napas dan saluran pencernaan, biasanya infeksi virus akan
sembuh dengan sendirinya dalam 1–2 minggu bila daya tahan tubuh baik. Pengobatan yang
diberikan hanya untuk mengurangi gejala yang terjadi saja, tidak untuk menghilangkan
virusnya.
Pada infeksi kulit seperti herpes simpleks, varicella zoster, dan herpes zoster,
dibutuhkan obat antivirus (asiklovir, gansiklovir, famsiklovir, dan sejenisnya) untuk
menghentikan replikasi virus di dalam tubuh.
Salah satu infeksi virus yang belum dapat disembuhkan sepenuhnya adalah infeksi
HIV. Penyakit ini diobati dengan terapi anti-retrovirus. Meski belum sepenuhnya bisa
disembuhkan, pasien terinfeksi HIV yang menjalani pengobatan dengan baik akan bisa
menekan serendah mungkin jumlah virus di dalam tubuhnya. Dengan begitu mereka pun bisa
beraktivitas dengan normal.

Pencegahan Infeksi virus


Untuk mengurangi risiko terkena infeksi virus, Anda dianjurkan untuk menjaga daya
tahan tubuh dengan berbagai cara, seperti:
a. Tidur malam cukup sekitar 6–8 jam tiap hari
b. Makan makanan tinggi protein, serat, vitamin, dan mineral
c. Melakukan aktivitas latihan fisik yang baik dan benar sekitar 3–5 kali seminggu
d. Menghindari perilaku berisiko seperti seks bebas, menggunakan narkoba, dan lain-
lain

2. BAKTERI
Bakteri adalah organisme mikroskopis sel tunggal yang hidup hampir di mana-mana.
Bakteri hidup di setiap iklim dan lokasi di bumi. Beberapa bakteri hidup di udara, beberapa
lagi hidup di air dan beberapa lainnya hidup di tanah.
Sebagian besar bakteri tidak berbahaya bagi manusia dan bahkan menguntungkan.
Dalam saluran pencernaan manusia, bakteri baik membantu pencernaan dan menghasilkan
vitamin. Bakteri juga membantu sistem kekebalan, membunuh bakteri jahat dan patogen
berbahaya lainnya.
Namun, ada beberapa macam bakteri dan pada kondisi tertentu bakteri bisa menjadi
berbahaya bagi tubuh. Karena bakteri bisa saja menyerang organ tubuh dan menimbulkan
banyak penyakit.

Timbulnya penyakit akibat infeksi bakteri dapat terjadi melalui beberapa cara, mulai
dari konsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi bakteri; kontak langsung dengan
tinja, urine, atau darah dari orang yang terinfeksi; hingga menghirup udara di dekat orang
yang bersin atau batuk karena infeksi bakteri.

a. Escherichia Coli

Bakteri Escherichia Coli (E. Coli) adalah bakteri yang sering menyebabkan gangguan
pencernaan. Infeksi yang disebabkan oleh bakteri ini biasanya akan sembuh sendiri, tetapi
bisa parah atau bahkan fatal.
Bakteri E. Coli umumnya disebarkan melalui makanan yang terkontaminasi dan tidak
dimasak dengan benar, termasuk sayur-sayuran yang mentah.
b. Salmonella Gastroenteritis

Salmonella gastroenteritis (salmonellosis) adalah bakteri yang menyebabkan penyakit


salmonella. Penyakit ini adalah jenis infeksi yang sering terjadi pada pencernaan dan
digambarkan sebagai kondisi keracunan makanan. Ini menyebabkan sakit perut yang parah,
diare, dan muntah.
Bakteri ini dapat ditemukan di saluran usus manusia dan hewan lain, dan biasanya
menginfeksi manusia melalui konsumsi unggas yang kurang matang.
c. Mycobacterium Tuberculosis

Mycobacterium tuberculosis adalah bakteri yang menyebabkan penyakit tuberkolosis.


Tuberkulosis adalah penyakit menular pada paru-paru yang disebabkan oleh bakteri ini yang
ditularkan dari manusia ke manusia lain melalui udara. Seseorang dengan penyakit
tuberkolosis akan mengalami batuk terus-menerus selama lebih dari 3 minggu, batuk
berdarah, nyeri dada, gangguan pernapasan karena batuk, demam, dan panas dingin.
d. Staphylococcus Aureus

Staphylococcus Aureus (MRSA) adalah bakteri yang resisten terhadap antibiotik yang
dapat mematikan, terutama pada orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah.
Bakteri ini menyebabkan infeksi Staph.
Infeksi Staph adalah infeksi yang menyebabkan tubuh Anda menjadi kebal akan antibiotik
jenis penisilin, yaitu antibiotik untuk menangani infeksi bakteri, serta beberapa jenis
antibiotik lainnya dalam kelas obat sefalosporin. Bakteri ini biasanya mudah menyerang
orang dengan sistem imun lemah dan orang dengan usia lanjut.
e. Streptococcus Pneumoniae

Bakteri yang satu ini adalah bakteri yang menyebabkan penyakit pneumonia.
Pneumonia adalah infeksi paru-paru yang dapat disebabkan oleh bakteri ini. Penyakit ini
adalah menular dan biasanya menyebar melalui partikel udara dari batuk atau bersin.
Bakteri streptococcus pneumoniae ternyata memang berada di saluran pernapasan
manusia namun tidak berbahaya pada orang sehat. Bakteri Streptococcus pneumoniae juga
menyebabkan infeksi telinga, sinus, dan meningitis.
f. Clostridium Difficile
Clostridium Difficile (C. diff) adalah bakteri yang biasanya ditemukan di usus. Jika
menyerang tubuh, bakteri ini dapat menyebabkan penyakit GI saat tumbuh berlebihan karena
penggunaan antibiotik atau sistem kekebalan tubuh yang terganggu.
g. Chlamydia Trachomatis

Chlamydia Trachomatis adalah bakteri yang jika menyerang tubuh akan menyebabkan
penyakit Chlamydia. Penyakit Chlamydia adalah infeksi menular yang disebabkan oleh yang
menular dari aktivitas seksual.
Wanita memiliki faktor yang lebih besar terinfeksi penyakit ini dibandingkan pria.
Gejala infeksi Chlamydia pada wanita adalah keputihan abnormal, sakit saat menstruasi,
nyeri saat buang air kecil, area vagina terasa gatal dan sensasi terbakar, nyeri saat
berhubungan seksual.
h. Helicobacter Pylori

Helicobacter Pylori (H. pylori) adalah jenis bakteri yang berhubungan dengan tukak
lambung dan gastritis kronis.
Bakteri ini bisa berkembangkarena dipicu beebrapa hal, antara lain perubahan sistem
pencernaan akibat refluks, keasaman dan kebiasaan merokok.
i. Neisseria Gonorrhoeae
Neisseria Gonorrhoeae adalah bakteri yang menyebabkan penyakit Gonorhoe.
Penyakit Gonorhoe adalah penyakit menular seksual yang disebut juga kencing nanah.
Bakteri Neisseria gonorrhoeae dipaparkan melalui hubungan seksual dengan seseorang yang
terkontaminasi bakteri tersebut.
Gejala penyakit gonore pada laki-laki adalah rasa sensasi terbakar saat buang air kecil,
pembengkakan di testis, serta terdapat kotoran di penis yang berwarna putih, kuning, atau
hijau. Sementara gejala pada wanita adalah timbul rasa sensasi terbakar saat buang air kecil,
keputihan lebih banyak, serta nyeri saat berhubungan seksual.
j. Treponema Pallidum

Treponema pallidum adalah bakteri yang menyebabkan penyakit Sifilis. Penyakit


Sifilis adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh bakteri ini yang umumnya
dipaparkan melalui hubungan seks, seks anal, dan seks oral.
Jika dibiarkan, penyakit menular seksual sifilis dapat menyebabkan kondisi medis
yang fatal seperti arthritis, kebutaan, dan kerusakan otak.

Diagnosis Infeksi Bakteri

Proses diagnosis diawali dengan pemeriksaan gejala, riwayat kesehatan, dan faktor
risiko yang dimiliki. Setelah itu, dokter dapat melanjutkan proses diagnosis dengan
melakukan pemeriksaan fisik dan tes penunjang, guna memastikan dan mendeteksi jenis
bakteri yang menyebabkan infeksi.

Beberapa tes yang digunakan untuk mendiagnosis infeksi bakteri, antara lain:

 Tes kultur darah. Dokter akan mengambil 2 atau lebih sampel darah untuk diuji di
laboratorium. Biasanya, darah diambil dari lokasi atau pembuluh darah yang berbeda.
 Tes pewarnaan gram. Dalam prosesnya, dokter akan mengambil sampel berupa
dahak, nanah, atau menyeka cairan yang terdapat pada bagian tubuh yang terinfeksi.
 Pemeriksaan Basil Tahan Asam (BTA). Tes ini biasanya digunakan untuk
mendiagnosis tuberkulosis. Pemeriksaan BTA dilakukan dengan mengambil sampel,
setidaknya sebanyak 3 kali. Masing-masing sampel diambil pada waktu yang berbeda.
 Tes urine. Tes ini menggunakan sampel berupa urine yang nantinya akan diperiksa
dalam laboratorium. Dokter akan meminta terlebih dahulu membersihkan alat genital
sebelum menempatkan urine pada wadah yang disediakan.
 Tes tinja. Hampir sama seperti tes urine, namun bedanya tes ini menggunakan tinja
sebagai sampel untuk diuji di laboratorium.

Selain itu, pemeriksaan foto Rontgen atau biopsi juga dapat dilakukan. Biasanya,


metode pemeriksaan tersebut juga bertujuan untuk mendeteksi kondisi selain infeksi bakteri
yang mungkin diderita.

Pengobatan Infeksi Bakteri

Infeksi bakteri ditangani dengan pemberian antibiotik. Antibiotik pada dasarnya


memiliki dua fungsi utama, yaitu membunuh bakteri atau memperlambat
perkembangbiakannya. Dokter akan menyesuaikan jenis antibiotik dengan gejala yang
muncul, riwayat kesehatan, keparahan kondisi, dan hasil tes yang dilakukan.

Beberapa jenis antibiotik, antara lain:

 Penisilin
 Sefalosporin
 Aminoglikosida
 Tetrasiklin
 Makrolid
 Quinolone

Dokter dapat meresepkan antibiotik dahulu tanpa menunggu hasil dari pemeriksaan
penunjang atau biasa disebut antibiotik empiris. Hal ini dilakukan agar pengobatan tidak
tertunda.

Terdapat juga kondisi yang membuat bakteri tidak lagi dapat ditangani dengan
antibiotik yang biasa diberikan atau bakteri resisten terhadap antibiotik. Kondisi ini
memerlukan pemeriksaan kultur dan resistensi bakteri terhadap antibiotik, sehingga dapat
diberikan antiobiotik yang lebih sesuai. Namun, pada beberapa kasus kondisi ini sulit untuk
diatasi.

Selama masa pengobatan, sangat dianjurkan untuk tetap menggunakan antibiotik


meskipun kondisi sudah membaik. Selain dapat mencegah kambuhnya infeksi, dengan
menggunakan antibiotik sampai habis juga dapat menurunkan risiko terjadinya resisten
antibiotik.

Pencegahan Infeksi Bakteri

Infeksi bakteri adalah kondisi yang dapat dicegah. Beberapa upaya yang dapat
dilakukan untuk mencegah infeksi bakteri adalah:

 Rutin mencuci tangan setelah beraktivitas.


 Menerima vaksin.
 Menjaga kebersihan ketika mempersiapkan makanan.
 Melakukan hubungan seksual yang aman.
 Tidak berbagi barang pribadi, seperti handuk atau baju.

3. JAMUR
Infeksi jamur merupakan penyakit yang disebabkan oleh jamur. Penyakit ini dapat
dialami oleh siapa saja. Namun demikian, individu dengan sistem kekebalan tubuh lemah
lebih berisiko terserang infeksi jamur. Misalnya, penderita HIV/AIDS, pasien kemoterapi,
serta pasien pasca transplantasi organ.

Jamur adalah organisme yang dapat hidup secara alami di tanah atau tumbuhan.
Bahkan jamur bisa hidup di kulit manusia. Meskipun normalnya tidak berbahaya, namun
beberapa jamur dapat mengakibatkan gangguan kesehatan serius.

Gejala Infeksi Jamur

Gejala infeksi jamur sangat beragam, tergantung bagian tubuh yang terinfeksi, yang
meliputi:

 Bintik merah atau ungu di kulit


 Muncul ruam kulit
 Kulit pecah-pecah
 Luka melepuh atau bernanah
 Gatal-gatal
 Rasa sakit di bagian yang terinfeksi
 Pembengkakan di area yang terinfeksi
 Batuk disertai darah atau lendir
 Sesak napas
 Demam
 Penglihatan kabur
 Mata merah dan sensitif pada cahaya
 Air mata keluar berlebihan
 Sakit kepala
 Hidung tersumbat
 Mual dan muntah

Penyebab Infeksi Jamur

Penyebab infeksi jamur atau mikosis tergantung kepada jenis infeksi itu sendiri. Di


bawah ini akan dijelaskan beberapa jenis infeksi jamur, penyebabnya, serta faktor risiko yang
menyertainya.
a. Candidiasis

Candidiasis disebabkan oleh infeksi jamur Candida. Pada kondisi normal, jamur


tersebut hidup secara alami di permukaan kulit. Namun bila perkembangannya tidak
terkendali, jamur tersebut akan menyebabkan infeksi. Salah satu penyebab tumbuh suburnya
jamur ini adalah efek samping antibiotik.

Perkembangan jamur Candida yang tidak terkendali dapat dipicu oleh sejumlah hal,


antara lain kurangnya kebersihan diri, mengenakan pakaian ketat, iklim yang hangat, serta
kondisi kulit yang lembap atau tidak dikeringkan dengan benar.
b. Infeksi Candida auris

Seperti namanya, infeksi ini disebabkan oleh jamur Candida auris. Berbeda dari
jamur Candida lain, Candida auris kebal terhadap obat anti jamur yang biasa digunakan
untuk mengobati candidiasis. Di samping itu, jenis jamur ini juga dapat menyebabkan
kematian pada sebagian besar penderitanya.

Candida auris menyebar dari orang ke orang, melalui pemakaian bersama pada
peralatan yang terkontaminasi.
c. Kurap

Kurap disebabkan oleh jenis jamur yang hidup di tanah,


yaitu epidermophyton, microsporum, dan trichophyton. Seseorang bisa terinfeksi bila
menyentuh tanah yang terkontaminasi jamur tersebut. Penyebaran dapat terjadi antara hewan
ke manusia, atau dari manusia ke manusia.
d. Infeksi jamur kuku

Infeksi jamur kuku terjadi ketika terdapat jamur di kuku yang tumbuh tidak
terkendali. Jenis jamur penyebab infeksi jamur kuku sama dengan jamur penyebab
kurap. Infeksi jamur ini juga bisa terjadi pada tangan (tinea manum).

Meskipun dapat terjadi pada siapa saja, risiko infeksi jamur kuku lebih tinggi pada
penderita diabetes, lansia di atas 65 tahun, pengguna kuku palsu, orang yang mengalami
cedera kuku, dan individu dengan kekebalan tubuh lemah.
e. Aspergillosis

Aspergillosis disebabkan oleh perpaduan antara sistem kekebalan tubuh yang lemah


dan paparan jamur Aspergillus. Jamur ini dapat ditemukan di tumpukan kompos, tumpukan
gandum, dan sayuran yang membusuk.

Selain pada individu dengan sistem kekebalan tubuh lemah (misalnya kondisi sel
darah putih rendah atau sedang mengonsumsi obat kortikosteroid), risiko aspergillosis lebih
tinggi pada penderita asma atau cystic fibrosis.
f. Infeksi jamur mata

Infeksi jamur mata adalah kondisi yang jarang, namun tergolong serius. Infeksi jamur
mata paling sering disebabkan oleh jamur Fusarium yang hidup di pohon atau tanaman.
Jamur Fusarium bisa masuk ke mata bila mata tidak sengaja tergores bagian tanaman
tersebut.

Selain akibat cedera mata, infeksi jamur mata dapat terjadi pada pasien yang
menjalani operasi katarak atau transplantasi kornea. Pada kasus yang jarang, infeksi jamur
mata juga terjadi akibat penggunaan obat tetes mata atau cairan pembersih lensa kontak yang
sudah terkontaminasi, serta pengobatan dengan suntikan kortikosteroid pada mata.
g. Pneumocystis pneumonia (PCP)

PCP disebabkan oleh jamur Pneumocystis jirovecii, yang menyebar melalui udara.


PCP menyerang individu dengan sistem kekebalan tubuh lemah, seperti penderita HIV/AIDS,
atau pada pasien pasca menjalani transplantasi organ dan obat imunosupresif.
h. Cryptococcus neoformans

Infeksi ini disebabkan oleh jamur Cryptococcus neoformans. Spora jamur tersebut


dapat terhirup secara tidak sengaja, namun tidak menyebabkan infeksi. Hanya saja, individu
dengan kekebalan tubuh lemah berisiko tinggi terinfeksi jamur ini.
i. Histoplasmosis

Histoplasmosis disebabkan oleh jamur Histoplasma. Jamur ini dapat ditemukan di


tanah yang terpapar kotoran burung atau kelelawar. Infeksi terjadi ketika spora jamur di tanah
terhirup dan masuk ke saluran pernapasan.

Setiap orang dapat terjangkit histoplasmosis. Akan tetapi, infeksi ini lebih rentan terjadi pada
petani, peternak, penjelajah gua, pekerja konstruksi, dan petugas pengendali hama.
j. Mucormycosis

Mucormycosis terjadi akibat menghirup spora jamur golongan Mucorales secara tidak


sengaja. Infeksi juga dapat terjadi bila luka terbuka di kulit terpapar jamur ini.

Jamur Mucorales bisa ditemukan di daun, kayu, tanah, atau di tumpukan kompos.


Namun walaupun jamur ini terdapat di alam, bukan berarti infeksi pasti terjadi pada setiap
orang yang terpapar spora jamur. Infeksi lebih berisiko terjadi pada orang dengan sistem
kekebalan tubuh lemah, seperti penderita kanker dan diabetes.
k. Sporotrichosis

Sporotrichosis disebabkan oleh jamur Sporothrix yang banyak ditemukan di tanah


atau tanaman. Infeksi terjadi ketika spora jamur masuk ke tubuh melalui sentuhan, terutama
melalui luka terbuka di kulit. Meskipun sangat jarang, infeksi juga dapat terjadi bila
menghirup spora jamur secara tidak sengaja.

Beberapa orang dengan jenis pekerjaan tertentu lebih berisiko terserang


infeksi sporotrichosis, misalnya tukang kebun, petani, dan pasien yang sedang menjalani
terapi imunosupresif.
l. Talaromycosis

Talaromycosis disebabkan oleh jamur Talaromyces marneffei. Sama seperti beberapa


jenis infeksi jamur lain, talaromycosis umumnya menyerang orang dengan sistem kekebalan
tubuh lemah.

Diagnosis Infeksi Jamur

Pemeriksaan lanjutan untuk infeksi jamur dilakukan dengan mengambil sampel darah,
urine, nanah, atau cairan serebrospinal, tergantung organ yang terinfeksi. Metode
pemeriksaan tersebut cukup beragam, tergantung kepada jenis infeksi jamur itu sendiri. Di
antaranya adalah:
Tes KOH

Dalam tes KOH, dokter akan mengambil sampel kerokan kulit pasien yang terinfeksi,
lalu mencampurnya dengan larutan KOH (kalium hidroksida). KOH akan menghancurkan sel
kulit sehat, dan menyisakan sel kulit yang terinfeksi jamur.
Kultur jamur

Kultur jamur dilakukan guna mendeteksi apakah terdapat jamur di area tubuh yang
terinfeksi. Dalam prosedur ini, dokter akan mengambil sampel darah, kulit, kuku, atau lapisan
dalam kulit pasien untuk dibiakkan di laboratorium.

Sampel juga dapat menggunakan cairan serebrospinal bila dicurigai terdapat infeksi
pada otak dan tulang belakang. Dalam prosedur ini, sampel cairan serebrospinal yang
menyelubungi otak dan tulang belakang pasien akan diambil, menggunakan metode pungsi
lumbal, yaitu melalui celah tulang belakang di daerah punggung bawah.
Tes pewarnaan gram

Tes ini dilakukan untuk mendeteksi kemungkinan infeksi lain, yaitu bakteri. Tes
pewarnaan gram dilakukan dengan mengambil sampel dahak, darah, atau urine pasien untuk
diteliti di laboratorium.
Biopsi

Biopsi adalah pengambilan sampel jaringan guna dianalisis di bawah mikroskop.


Dokter dapat mengambil sampel kulit, paru-paru, tulang sumsum, atau kelenjar getah bening,
tergantung kepada area yang terinfeksi.
Pengobatan Infeksi Jamur

Metode pengobatan infeksi jamur tergantung kepada jenis infeksi, tingkat keparahan,
dan bagian tubuh yang terinfeksi. Pada umumnya, pasien akan diberikan obat antijamur.

Obat antijamur yang digunakan untuk infeksi jamur sangat beragam. Bentuk dan dosis
obat, serta durasi pengobatan berbeda-beda, terutama pada ibu hamil dan anak-anak. Pada
beberapa kasus, obat antijamur harus diberikan di rumah sakit. Sebaiknya konsultasi terlebih
dahulu ke dokter sebelum menggunakan obat ini.

Obat antijamur yang dapat digunakan, antara lain:

 Amphotericin
 Clotrimazole
 Griseofulvin
 Itraconazole
 Ketoconazole
 Miconazole
 Natamycin
 Nystatin
 Terbinafine
 Tioconazole
 Voriconazole

Selain dengan obat-obatan, dokter juga dapat melakukan sejumlah prosedur, seperti:
 Debridement. Debridement dilakukan dengan mengangkat jaringan tubuh yang rusak
atau terinfeksi. Selain untuk mencegah penyebaran infeksi, debridement dilakukan
agar jaringan yang sehat bisa lebih cepat memperbaiki diri.
 Bedah. Pada sejumlah kasus sporotrichosis yang menginfeksi paru-paru, tulang, dan
sendi, dokter dapat menjalankan tindakan bedah untuk mengangkat bagian organ yang
terinfeksi.
 Vitrektomi. Vitrektomi adalah bedah untuk mengeluarkan cairan vitreus dari dalam
bola mata.
 Transplantasi kornea. Transplantasi kornea adalah tindakan mengganti kornea
pasien, dengan kornea dari pendonor. Tujuannya adalah untuk memperbaiki fungsi
penglihatan.
 Enukleasi. Enukleasi adalah tindakan mengganti keseluruhan bola mata dan saraf
yang terkait dengan bola mata.

Pencegahan Infeksi Jamur

Infeksi jamur dapat dicegah dengan melakukan sejumlah langkah berikut:

 Jaga kebersihan kulit dan segera keringkan tubuh bila basah.


 Jangan berbagi pakai handuk, pakaian, atau barang-barang pribadi.
 Jaga kuku kaki tetap pendek, namun tidak terlalu pendek.
 Jangan gunakan gunting kuku yang sama untuk kuku yang terinfeksi dan yang tidak.
 Kenakan alas kaki di tempat umum.
 Jangan menggaruk area kulit yang terinfeksi.
 Hindari mengenakan pakaian atau sepatu ketat.
 Kenakan pakaian yang bersih untuk beraktivitas.
 Segera cuci pakaian setelah digunakan.
 Ganti pakaian dalam dan kaus kaki tiap selesai beraktivitas.

Komplikasi Infeksi Jamur

Sejumlah komplikasi serius dapat muncul akibat infeksi jamur yang tidak ditangani.
Komplikasi tersebut tergantung kepada jenis infeksi jamur yang diderita, antara lain:

 Perdarahan di paru-paru
 Penyebaran infeksi ke otak, jantung atau ginjal
 Efusi pleura (penumpukan cairan pada pleura)
 Pneumothorax (penumpukan udara pada pleura)
 Gagal napas
 Perikarditis atau radang pada kantung jantung
 Gangguan kelenjar adrenal
 Meningitis atau radang selaput otak
 Kelumpuhan
 kejang

Anda mungkin juga menyukai